• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI FUNGSI DAN PERAN DPRD DI ERA OTONOMI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI FUNGSI DAN PERAN DPRD DI ERA OTONOMI DAERAH"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

B A H A N D I S K U S I

IMPLEMENTASI FUNGSI DAN PERAN DPRD

DI ERA OTONOMI DAERAH

B A H A N D I S K U S I A N G G O T A D P R D K A B U P A T E N C I R E B O N T A N G G A L 2 3 J U L I 2 0 1 0 D I S U S U N O L E H : P R O F . D R . S A D U W A S I S T I O N O , M S I

(2)

A. KEDUDUKAN DPRD DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN NEGARA RI

 Indonesia dewasa ini sedang memasuki era demokrasi yang

sesungguhnya, dengan menggunakan model demokrasi universal. Pada masa sebelumnya kita sudah pernah

menggunakan model demokrasi terpimpin (pada masa orde lama) maupun demokrasi pancasila (pada masa orde baru), yang sebenarnya merupakan model demokrasi menurut

pandangan para penguasa.

Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pandangan para penguasa.

 Formula demokrasi yang terkenal dari Abraham Lincoln

yang disebut sebagai “ The Gettysburg Formula” yakni : “GOVERNMENT OF THE PEOPLE, BY THE PEOPLE, FOR THE PEOPLE”. (Pemerintahan dari, oleh, dan untuk

(3)

 Ada lima ciri dari demokrasi yakni :

a) competitive elections (pemilihan yang kompetitif); b) freedom of speech (kebebasan untuk berbicara); c) freedom of the press (kebebasan pers);

d) rule of law (penegakan hukum);

e) civilian control of the military (penguasa sipil mengontrol

militer).

(Sumber : Wikipedia, The Free Encyclopedia). (Sumber : Wikipedia, The Free Encyclopedia).

* Pers telah dianggap sebagai “cabang pemerintahan yang keempat”, di luar eksekutif, legislatif dan yudikatif, karena kemampuannya membangun opini publik.

(4)

LIMA “ESTATE” DALAM MASYARAKAT



PERTAMA : EXECUTIVE



KEDUA : JUDICATIVE



KETIGA : LEGISLATIVE



KEEMPAT : PRESS



KELIMA : MASYARAKAT JARINGAN INTERNET



KELIMA : MASYARAKAT JARINGAN INTERNET

(NETIZEN)

ESTATE = Sebuah entitas yang mampu mempengaruhi

pembuatan kebijakan publik dan membangun opini

publik.

(5)

Open Citizen



ANDREW KAKABADSE, NADA KAKABADSE, KALU KALU

(EDITORS), 2009, dalam bukunya “CITIZENSHIP : A REALITY FAR FROM IDEAL”, menggambarkan adanya CITIZENSHIP CONCEPTS yang mencakup :

1) Political Citizenship 2) Civil Citizenship 2) Civil Citizenship 3) Social Citizenship 4) Economic Citizenship 5) World Citizenship 6) Virtual Citizenship

* Melalui konsep kewarganegaraan (citizenship concept) dibangun masyarakat yang terbuka dan yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai

(6)

Mau kemana arah demokrasi kita?

Apakah akan menuju pada “demokrasi yang beku” (frozen democracy)??

seperti yang diungkapkan oleh Sorensen, dengan ciri-ciri :

1) Sempoyongan ekonominya baik pada tingkat nasional

maupun lokal; maupun lokal;

2) Berhentinya proses pembentukan masyarakat warga (civil

society);

3) Konsolidasi sosial-politik yang tidak pernah mencapai

soliditas yang sesungguhnya, tetapi bersifat semu;

4) Penyelesaian masalah-masalah sosial-politik-hukum yang

tidak pernah tuntas yang diwariskan oleh rejim-rejim pendahulu.

(7)

EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL

MANAJEMEN

PEMERINTAHAN PERTUMBUHAN PEMERINTAHAN PERTUMBUHAN YANG BAIK EKONOMI

(GOOD YANG

(8)

 Demokrasi mempunyai “anak kandung”, yaitu desentralisasi. Sebab

hakekat desentralisasi adalah “ menyelesaikan masalah setempat, oleh orang setempat, dengan cara setempat” (prinsip subsidiaritas).

 Desentralisasi adalah “ transfer kewenangan dan tanggung jawab

berkaitan dengan fungsi-fungsi publik dari pemerintah pusat kepada organisasi pemerintah subnasional, organisasi semi bebas, ataupun kepada sektor privat. (Litvack & Seddon, 1999 : 2).

 Intisari desentralisasi adalah :

a) adanya transfer kewenangan dan tanggungjawab mengenai fungsi -fungsi publik;

b) transfer tersebut berasal dari pemerintah pusat;

c) transfer tersebut diberikan kepada entitas yang dapat berbentuk : c) transfer tersebut diberikan kepada entitas yang dapat berbentuk :

1) organisasi pemerintah subnasional;

2) badan-badan pemerintah semi-otonom;

3) organisasi atau pejabat pemerintah pusat yang berada di luar ibukota negara;

4) organisasi nonpemerintah.

(9)

PERUBAHAN PARADIGMA

PADA PEMERINTAHAN NASIONAL



Indonesia adalah negara republik berbentuk

kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan rakyat ,

SERTA yang terdesentralisasi.



Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di

Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan

Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan

Nasional

- Subsistem Pemerintahan Propinsi

- Sub-subsistem Pemerintahan

Kabupaten/Kota

(10)

 Dengan adanya amandemen UUD 1945 (amandemen I sd

IV), telah terjadi perubahan paradigma dalam pembagian kekuasaan pemerintahan di tingkat nasional, dari

paradigma pembagian kekuasaan (distribution of power) ke paradigma pemisahan kekuasaan (separation of power) mengikuti model Trias Politica dari Montesqieu (meskipun tidak sepenuhnya).

 Pada UUD 1945 yang asli, kekuasaan pemerintahan

terpusat pada tangan Presiden, karena Presiden

merupakan satu-satunya mandataris MPR. Terlebih lagi pada penjelasan UUD 1945 dikemukakan bahwa : “

Concentration of power and responsibility upon The President”.

(11)

 Sebagai satu-satunya mandataris MPR, presiden kemudian

membuat jaringan penguasa tunggal sampai ke tingkat

bawah melalui Kepala Wilayah. Pada pasal 80 UU Nomor 5 Tahun 1974 dikatakan bahwa : “ Kepala Wilayah sebagai

wakil Pemerintah adalah Penguasa Tunggal di bidang pemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan pembangunan dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang”.

membina kehidupan masyarakat di segala bidang”.

 Melalui posisinya sebagai penguasa tunggal di bidang

pemerintahan, Kepala Wilayah menjadi koordinator Musyawarah Pimpinan Daerah (MUSPIDA). (Keppres Nomor 10 Tahun 1986).

(12)

PRESIDEN Menteri MDN Kementerian Negara Ka. Kakanwil Gubernur KDH TK. I + DPRD Perangkat Wilayah + + Perangkat Daerah Ka. Kakandep Kakandep Kec Bupati/ Walikota KDH TK. II + DPRD Perangkat Wilayah + Perangkat Daerah Camat Cadin Cadin Keterangan: --- = Garis Komando = Garis Koordinasi

(13)

1.2. Kedudukan DPRD Sebagai Wakil Rakyat dan Sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah

 DPRD mempunyai kedudukan ganda yakni sebagai wakil

rakyat dan sebagai unsur penyelenggara PEMERINTAHAN DAERAH.

 Sebagai wakil rakyat, anggota DPRD dipilih oleh rakyat

melalui proses pemilihan umum dengan fungsi menampung aspirasi masyarakat, mengagregasi kepentingan rakyat serta aspirasi masyarakat, mengagregasi kepentingan rakyat serta memperjuangkan kepentingan rakyat dalam proses

berpemerintahan dan bernegara.

 Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD

adalah mitra yang berkedudukan sejajar dengan Kepala Daerah.

(14)

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI

PEMERINTAH PUSAT

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF (DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

DAERAH OTONOM

PEMERINTAH DAERAH DPRD

(15)

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA DESENTRALISASI

MENURUT UU 32/2004 EKSEKTUTIF

(PRESIDEN)

UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH

KEPALA DAERAH DAN DPRD

(16)

 UU Nomor 5 Tahun 1974 memberikan peranan lebih

dominan pada pemerintah daerah (EXECUTIVE HEAVY).

 UU Nomor 22 Tahun 1999 memberikan peranan lebih

dominan pada DPRD ( LEGISLATIVE HEAVY).

 UU Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peranan yang

berimbang antar susunan pemerintahan (pusat, provinsi, kabupaten/kota) sebagai keseimbangan secara vertikal, maupun keseimbangan antara kepala daerah dan DPRD sebagai keseimbangan secara horisontal. ( EQUILIBRIUM DECENTRALIZATION).

PUSAT

KDH PROVINSI DPRD

KDH KAB/KOTA DPRD

(17)

 Desentralisasi berkeseimbangan mencakup :

1) Keseimbangan antara prinsip demokratisasi, dengan prinsip efektivitas dan efisiensi;

2) Keseimbangan secara vertikal, dalam arti adanya

pembagian urusan pemerintahan yang seimbang dan jelas antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang diikuti dengan transfer pembiayaan melalui prinsip MONEY FOLLOW FUNCTION;

FUNCTION;

3) Keseimbangan secara horisontal, dalam arti adanya

pembagian tugas yang jelas antara DPRD dengan Kepala Daerah. DPRD lebih banyak menjalankan fungsi

MENGATUR, sedangkan Kepala Daerah lebih banyak menjalankan fungsi MENGURUS.

(18)

PRESIDEN

MDN Menteri

(Kew.Concurrent)

Ka.

Kanwil GubernurSebagai

Wkl Pem. Pusat KDH PROP. + DPRD Ka. UPT Menteri (Kew. Mutlak) Ka. Kandep KDH Kab/Kota + DPRD Keterangan: = Garis Komando = Garis Koordinasi

= Garis Koordinasi Vertikal = Garis Supervisi SPM

= Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif SKPD Pengelola Dekonsentrasi SKPD Ka. UPT SPM SPM ? Ka. Kandepkec Kecamatan

(19)

B. SIFAT HUBUNGAN DPRD DENGAN PEMDA, PEMDA

PROVINSI DAN PEMERINTAH PUSAT

 Berdasarkan kedudukannya sebagai UNSUR PENYELENGGARA

PEMERINTAHAN DAERAH, maka hubungan kerja antara DPRD dengan Pemerintah Daerah yaitu sebagai berikut :

a) sebagai mitra kerja yang sejajar dengan pembagian tugas yang jelas;

b) sebagai pengawas dalam bidang politik dan kebijakan.

• Sifat hubungan kerja antara DPRD kabupaten/kota dengan

Pemerintah Daerah Provinsi adalah hubungan kerja Pemerintah Daerah Provinsi adalah hubungan kerja koordinasi.

• Sifat hubungan kerja DPRD kabupaten/kota dengan Gubernur

selaku wakil pemerintah pusat adalah bahwa Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan daerah kabupaten /kota yang dilaksanakan bersama-sama antara bupati/walikota dengan DPRD

Kabupaten/kota. (lihat PP Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan

(20)

 Sifat hubungan antara DPRD dengan Pemerintah Pusat

adalah konsultatif dan fasilitatif, dalam arti DPRD dapat melakukan konsultasi dan meminta dukungan fasilitas

dengan Pemerintah Pusat apabila ada masalah yang harus dipecahkan di daerah. Pada sisi lain, Presiden sebagai

pemegang kekuasaan dalam bidang pemerintahan (lihat Pasal 4 ayat 1 UUD 1945) mempunyi kewajiban untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja DPRD, baik secara langsung maupun melalui gubernur selaku wakil pemerintah pusat.

selaku wakil pemerintah pusat.

 Salah satu parameter untuk membina dan mengawasi

kinerja DPRD adalah melalui PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang PEDOMAN EVALUASI

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH.

(21)

C. SIFAT HUBUNGAN KERJA DPRD

DENGAN INSTITUSI PENEGAK HUKUM

 Hubungan kerja antara DPRD kabupaten/kota dengan

institusi penegak hukum sebagai instansi vertikal di daerah adalah dalam bentuk koordinasi dan fasilitasi.

 Apabila DPRD kabupaten/kota menemukan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh jajaran pemerintah daerah kabupaten/kota, maka DPRD dapat meneruskannya kabupaten/kota, maka DPRD dapat meneruskannya kepada institusi penegak hukum untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan.

 Mekanisme hubungan kerja DPRD yang diwakili oleh

pimpinan DPRD dengan institusi penegak hukum dapat dilakukan dalam forum MUSPIDA, meskipun forum ini sedang digugat terus menerus oleh para aktivis anti

(22)

Proses pengawasan (aspek manajemen)

1.Menentukan 1.Menentukan 1.Menentukan 1.Menentukan Agenda Agenda Agenda Agenda Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan 2.Menentukan 2.Menentukan 2.Menentukan 2.Menentukan Metodologi MetodologiMetodologi Metodologi Pengawasan PengawasanPengawasan Pengawasan 3.Menjalin Jaringan 3.Menjalin Jaringan 3.Menjalin Jaringan 3.Menjalin Jaringan - Instansi Terkait - Instansi Terkait - Instansi Terkait - Instansi Terkait & Aliansi Strategis & Aliansi Strategis& Aliansi Strategis & Aliansi Strategis

4.Melaksanakan 4.Melaksanakan4.Melaksanakan 4.Melaksanakan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan 5.Membuat 5.Membuat 5.Membuat 5.Membuat Laporan Laporan Laporan Laporan 6.Tindak 6.Tindak 6.Tindak 6.Tindak Lanjut HP Lanjut HP Lanjut HP Lanjut HP 7.Menilai 7.Menilai 7.Menilai 7.Menilai LKPJ LKPJ LKPJ LKPJ Aspek Politik

(23)

Proses Pengawasan (aspek Politik)

Pengawasa n Kepala Daerah DPRD Dugaan Hak Interpelasi F e a r o f p u b li c o p in io F e a r o f im p e a c h m e n t Hak Anket Temuan F e a r o f p u b li c o p in io F e a r o f im p e a c h m e n t

(24)

Optimalisasi Proses Pengawasan DPRD: Tahap 2

(lanjutan) – Teknik Pengawasan

Tujuan Pengawasan

Evaluasi atas Pencapaian Tujuan

dibentuknya Perda

Rapat kerja komisi dengan pemerintah Pengumpulan Informasi /Pengawasan Teknik Pengawasan Pemahaman Tujuan Awal Dibentuknya Perda Memperoleh Informasi Awal Analisa Tingkat tercapainya tujuan Perda R E Analisa, Penyusunan Laporan & Rekomendasi

Kegiatan kunjungan kerja

Rapat dengar pendapat umum Pengaduan/Informasi Evaluasi atas Pencapaian Tujuan Penetapan APBD Evaluasi Kesesuaian Peraturan, Keputusan,Surat

Edaran dengan Perda Peraturan/Per-UU-an lainnya

Pemahaman Tujuan Penetapan Nilai Pendapatan

dan Belanja Daerah

Analisa Tingkat tercapainya tujuan Penetapan APBD Pengumpulan Peraturan /Perundang-undangan yg berpotensi bersinggungan dengan Peraturan, Keputusan, Surat Edaran

– Kepala Daerah E K O M E N D A S I

Kesimpulan sesuai tidaknya Peraturan, Keputusan,Surat

Edaran dengan Perda Peraturan/Per-UU-an lainnya

(25)

Optimalisasi Proses Pengawasan DPRD: Tahap 2

(lanjutan) – Tujuan APBD

Penerimaan Daerah

Optimalisasi Pendapatan

Daerah Penerimaan Daerah

yang tidak masuk Tidak tergalinya potensi penerimaan

daerah

APBD TujuanAPBD PenyimpanganResiko

Belanja Daerah

Alokasi Belanja Daerah yang Efektif & Efisien

yang tidak masuk kas daerah

Penggelembungan dana belanja

daerah Alokasi belanja yang tidak tepat

(26)

Mekanisme

Pemeriksaan Keuangan Negara

BPK

Laporan Keuangan Kinerja Tujuan tertentu Investigatif Opini Simpulan/ Rekomendasi DPR/DPRD DPD

Keuangan

Negara

Investigatif SAP kesimpulan

Penegak hukum

KPK

Pemerintah/ Pemda

(27)

PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN

DPRD TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL

PEMERIKSAAN BPK



Dasar Hukum :

a. Pasal 21 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara, yang mengamanatkan kepada

DPRD untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

DPRD untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

Fungsi Pengawasan DPRD terhadap Tindak

Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK.

(28)

 Laporan Hasil Pemeriksaan BPK meliputi :

a. laporan hasil pemeriksaan keuangan; b. laporan hasil kinerja; dan

c. laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. (Pasal 2 ayat (2)

Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti  DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti

laporan hasil pemeriksaan BPK.

 DPRD DAPAT meminta laporan pelaksanaan tindak lanjut

hasil pemeriksaan BPK dari pemerintah daerah. (Pasal 2 ayat 3 dan 4 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

(29)



Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, dapat berupa :

a. opini wajar tanpa pengecualian (

unqualified

opinion

);

b. opini wajar dengan pengecualian (

qualified

opinion

);

opinion

);

c. opini tidak wajar

(adversed opinion

), atau

d. pernyataan menolak memberikan opini

(

disclaimer opinion). (Pasal 3 Permendagri

(30)

PROSEDUR

 DPRD MEMINTA kepada BPK Laporan Hasil Pemeriksaan

yang telah dikonfirmasikan kepada SKPD.

 Dalam hal BPK belum melakukan konfirmasi atas Laporan

Hasil Pemeriksaan, DPRD dapat mendorong agar BPK melakukan konfirmasi kepada SKPD. (Pasal 4 ayat 2 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 DPRD melakukan pembahasan atas Laporan Hasil  DPRD melakukan pembahasan atas Laporan Hasil

Pemeriksaan BPK dalam rapat PANITIA KERJA (PANJA) (Pasal 5 ayat 1 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 Pembahasan dilakukan dengan ketentuan :

a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan dengan opini WDP, TW, MMO.

b. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. (Pasal 5 ayat 2 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

(31)

 Pembahasan dalam PANJA dilaksanakan dengan tahap sbb :

a. Pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh DPRD PALING LAMBAT 2 MINGGU setelah menerima hasil pemeriksaan BPK.

b. Pembahasan oleh DPRD diselesaikan dalam waktu PALING LAMBAT 1 MINGGU.

c. Dalam pelaksanaan pembahasan, DPRD dapat melakukan konsultasi dengan BPK.

d. Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan d. Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan

Sidang Paripurna DPRD.

(32)

1) Meminta BPK untuk memberikan penjelasan

kepada DPRD atas laporan hasil pemeriksaan

BPK, dalam hal menemukan ketidakjelasan atas

aspek tertentu dan/atau temuan di satuan kerja

tertenu yang tertuang dalam laporan hasil

pemeriksaan BPK.

2) Meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan

lanjutan, dalam hal menemukan aspek-aspek

lanjutan, dalam hal menemukan aspek-aspek

tertentu dan/atau temuan di satuan kerja

tertentu yang tertuang dalam laporan

pemeriksaan BPK yang memerlukan pendalaman

lebih lanjut.

(Pasal 6 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

(33)

 DPRD melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah

atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

 Pengawasan dapat berupa :

a. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan;

b. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan kinerja;

c. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. (Pasal 7 ayat 2 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan melalui koordinasi  Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan melalui koordinasi

dengan tim tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan BPK yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.

 Tim Tindak lanjut terdiri atas :

a. Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota sebagai penanggungjawab;

b. Inspektur Provinsi/Kabupaten/Kota selaku sekretaris; c. Para Kepala SKPD terkait selaku anggota. (Pasal 8 ayat 2

(34)

 DPRD melakukan monitoring kepada pemerintah daerah

atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan ((Pasal 9 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 DPRD dapat memberikan dorongan kepada Pemda utk

mempertahankan kualitas opini WTP dalam penyelenggaraan pemerintahan.

 DPRD dapat melakukan pengawasan dan monitoring

kepada pemerintah daerah untuk mendorong temuan ataupun rekomendasi dikoreksi opini WDP.

ataupun rekomendasi dikoreksi opini WDP.

 DPRD dapat mengusulkan kepada kepala daerah untuk

menegur, memberikan saran dan/atau arahan yang sifatnya memotivasi SKPD sesuai dengan tingkat, berat ringan dan sifat temuan opini TW.

 DPRD dapat meminta keterangan dari BPK dan keterangan

dan/atau klarifikasi dari pemerintah daerah terkait pernyataan MMO.

(Pasal 10 ayat 1,2,3, dan 4 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

(35)

TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK

OLEH PEMERINTAH DAERAH

 Pemerintah daerah menindaklanjuti laporan hasil

pemeriksaan BPK yang tidak dimintakan penjelasan dan/atau tidak dimintakan pemeriksaan lanjutan oleh

DPRD kepada BPK dengan membentuk Tim Tindak Lanjut. (Pasal 11 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010).

 Pemerintah daerah melaporkan hasil pelaksanaan tindak

lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan BPK kepada : a. BPK;

a. BPK;

b. DPRD. ((Pasal 12 Permendagri Nomor 13 Tahun 2010). * DPRD dan Pemerintah Daerah mendorong BPK untuk

memutakhirkan data status temuan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK yang tercantum dalam situs BPK sesuai tindak lanjut yang telah dilakukan oleh Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

a. sarana kegiatan kurikulum, dan c. prasarana dan sarana. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, bahwa kualitas pendidikan tersebut juga didukung dengan

(5) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf g dan huruf h yang dilakukan dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri dilaksanakan oleh program studi Universitas

Pada fase ini diterapkan alat analisis dalam bentuk peta kendali MEWMA (Multivariate Exponential Weighted Moving Avarage) dan grafik berupa pareto chart dan diagram

Menurut Arikunto (2008: 16) dalam penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

Berdasarkan pengukuran dengan alat ukur PQA ataupun melalui hasil simulasi ETAP dapat diketahui bahwa THD arus lebih tinggi dibandingkan dengan besar THD

Secara umum, daerah penangkapan cucut botol dari ke-4 lokasi pendaratan ikan tersebut di atas adalah di perairan Samudera Hindia, tetapi secara khusus daerah penangkapan tergantung

Sikap ke hati-hatian salah satu prinsip untuk memenuhi kelangsungan agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan atau seperti kecurangan, kekeliruan, maka di dalam

Mitra yang dilibatkan pada Ipteks bagi masyarakat (IbM) berdomisili di Kelurahan yang berbeda yakni Kelompok Sumber Jaya berdomisili di Kelurahan/desa Cempaka