• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Kota Surakarta sebagai kota metropolitan didukung oleh 6 wilayah hinterland yang memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Secara karakteristik bentanglahan, bentanglahan yang dimiiki Kota Surakarta adalah bentanglahan fluvial, hal ini dikarenakan wilayah Kota Surakarta berada pada pertemuan sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Bentanglahan Kota Surakarta didominasi oleh endapan-endapan aluvial yang berasal dari vulkanik Merapi, selain itu endapan di wilayah Surakarta juga berasal dari Sungai Bengawan Solo. Bentanglahan fluvial memiliki karakteristik topografi dengan relief datar, berombak sampai bergelombang serta adanya perbedaan kemiringan/ ketinggian lahan akan mengakibatkan perbedaan penggunaan dan peruntukannya. Kondisi lahan wilayah Kota Surakarta yang seluruhnya berupa bentukan dari vulkan Merapi dan berada pada cekungan Solo berpotensi menjadi lahan basah dengan peruntukan sebagai lahan pertanian dan pemukiman. Namun, dengan berkembangnya wilayah dan kegiatan penduduk di wilayah ini menjadi kota, maka penggunaan lahan berangsur-angsur mengarah pada pemukiman dan industri/ perdagangan.

Kota Surakarta, pada tahun 2004 memiliki sebanyak 204 perusahaan, yang terdiri dari industri besar sebanyak 15 buah, industri menengah sebanyak 24 buah, industri kecil formal sebanyak 89 buah dan industri kecil non formal sebanyak 76 buah. Jumlah dan komposisi industri ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Adanya aktivitas perdagangan luar negeri ditandai dengan kecenderungan peningkatan volume dan nilai ekspor dari tahun ke tahun, peningkatan terhadap permintaan berbanding lurus dengan peningkatan produksi termasuk hasil samping produksi yaitu limbah cair, dimana limbah industri tekstil merupakan salah satu jenis limbah yang mengandung unsur Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dengan karakteristik: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, penyebab infeksi, dan bersifat korosif, sehingga dapat mengancam kelangsungan lingkungan hidup.

(2)

2

Industri batik cenderung tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadahi, sehingga alternatif untuk pembuangan limbah cair tersebut dialirkan ke badan sungai dan mencemari sungai. Apabila terjadi kerusakan salah satu komponen lingkungan, maka akan mempengaruhi komponen lain. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling kebergantungan (interdependency) dalam lingkungan hidup.

Hubungan antara komponen abiotik seperti cahaya matahari tidak dapat menembus air sungai yang keruh akibat kontaminasi limbah, sehingga menyebabkan fitoplankton pada air sungai tidak mampu mensintesis sumber makanan yang juga berguna bagi biota lain, selain itu kandungan oksigen didalam air sungai semakin menipis karena oksigen telah dipergunakan untuk menguraikan kandungan kimia dari pencemar, kandungan zat kimia berbahaya juga dapat menyebabkan permasalahan kesehatan bagi warga sekitar yang memanfaatkan air sungai untuk kegiatan sehari-hari. Aktivitas pembuangan limbah cair ini menyebabkan fungsi sungai tidak sesuai dengan peruntukkannya, sehingga badan sungai mengalami penurunan kemampuan untuk memurnikan diri (self purification) akibat dari adanya beban pencemar yang masuk lebih besar dari ambang batas sungai tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian khusus terhadap keberlanjutan fungsi sungai di lokasi penelitian.

Berdasarkan penginderaan jauh, salah satu sungai yang berpotensi tercemar oleh limbah cair adalah Kali Jenes, karena mengalir dari hulu ke hilir melewati Kampung Batik Laweyan dan perusahaan Batik Keris. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu strategi pengelolaan lingkungan mengingat pentingnya sumberdaya air dalam menyokong sistem kehidupan berbagai komponen lingkungan. Hal ini didasarkan fakta bahwa komponen lingkungan memiliki hubungan saling terkait (inter-relationship) dan saling ketergantungan (inter-dependency) antara satu dengan yang lainnya, sehingga adanya kerusakan pada satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen yang lain, oleh karena itu pemanfaatan sungai sesuai dengan peruntukannya bertujuan untuk dapat menjamin keseimbangan dan keberlanjutan (sustainability) semua komponen yang ada dalam lingkungan.

(3)

1.2. Perumusan Masalah

Kota Surakarta memiliki 21 perusahaan yang bergerak pada industri tekstil, dimana Kampung Batik Laweyan dan Batik Keris sebagai produsen batik terbesar di Kota Surakarta. Kampung batik Laweyan yang terletak pada Kecamatan Laweyan memiliki luas wilayah sebesar 8,64 km2 dengan jumlah penduduk 111.767 jiwa, mayoritas penduduknya bekerja di sentra industri batik, pekerjaan membatik biasanya dilakukan di rumah masing-masing, tentunya dengan menggunakan alat yang sederhana dan tidak dilengkapi dengan IPAL. Sementara Batik Keris merupakan perusahaan besar yang telah mengimpor produknya ke luar negeri, perusahaan ini berada di wilayah administrasi Cemani, Sukoharjo.

Berdasarkan penghargaan dengan ditetapkannya batik sebagai world heritage dan pengakuan dunia atas batik asli Indonesia, pengusaha batik semakin mengembangkan usahanya, hal ini mengakibatkan peningkatan produksi batik secara besar-besaran dan diiringi dengan produksi limbah yang mencemari air dalam jumlah yang besar pula. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 ayat (11) tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menjelaskan bahwa pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Sebelum limbah industri di buang ke dalam air sungai, perlu adanya suatu pengolahan air limbah supaya air sungai dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya. Prosedur daur ulang air industri (Water Treatment Recycle Process) merupakan salah satu upaya pengendalian pencemaran secara terpadu yang dapat menurunkan beban pencemar, apabila semua kegiatan industri memperhatikan dan melaksanakan pengolahan air limbah industri dan adanya dukungan dari berbagai kalangan dalam pengelolaan lingkungan hidup maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.

Pembangunan Kota Surakarta saat ini dan dimasa yang akan datang masih menghadapi beberapa permasalahan yang sekaligus menjadi tantangan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas. Adanya suatu pengelolaan

(4)

4

lingkungan bertujuan memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan nasional yang berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010, bahwa pembangunan nasional merupakan sebuah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan, dapat dirumuskan bahwa kajian beban pencemaran air sungai sangatlah tepat sebagai pendekatan untuk mempelajari pengaruh beban pencemar terhadap komponen biotik, abiotik dan kultural. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian.

(1) Bagaimanakah kerusakan komponen lingkungan di lokasi penelitian?

(2) Bagaimanakah tingkat kerusakan komponen lingkungan akibat aktivitas sosial di lokasi penelitian?

(3) Bagaimanakah strategi pengelolaan lingkungan hidup di lokasi peneitian?

1.3. Keaslian dan Batasan Penelitian

Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian. Perbedaan rencana penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam mengkaji permasalahan lingkungan secara holistik yang menyangkut komponen abiotik, biotik dan sosial, dengan melakukan survei, pengamatan, pengukuran serta wawancara terhadap masyarakat, apakah dipengaruhi oleh limbah industri batik yang mengalir pada sungai di daerah mereka tinggal atau dengan kata lain mengkaji pengaruh pencemaran sungai terhadap lingkungan sosial pada daerah penelitian. Perbedaan yang lainnya adalah adanya perumusan strategi pengelolaan dalam mengatasi limbah batik di daerah penelitian. Berikut ini disajikan pada Tabel 1.1. mengenai referensi dalam perbedaan dan persamaan untuk menjaga keaslian penelitian.

(5)

1 Zulkarnaen

(2005) Sungai Kuantan Kabupaten Kuantan Singigi

Kajian Kualitas Air Sungai Ditinjau dari Parameter Fisik, Kimia, dan Biologi di Kota Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Sengigi Riau

1. Mengkaji penurunan kualitas air sungai Kuantanitas ditinjau dari parameter fisika, kimia dan biologi

2. Mengetahui penyebab penurunan kualitas air sungai Kuantan

Composif

Sampling Tingkat kualitas air berasal dari limbah pemukiman penduduk

2 Dwi Sianita dan Ika Setya Nurcahyati (2006)

Laweyan,Solo Kajian Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik Kombinasai Aerob dan Anaerob dan Penggunaan Koagulan Tawas

1. Memahami proses pengolahan limbah cair industri batik Laweyan Solo dengan

mengkombinasikan proses aerob dan-anaerob dan koagulan tawas

Analisis menggunakan metode permanganometri

1. Proses penolahan limbah secara aerob lebih cepat dan efektif untuk menurunkan kadar COD

3. Anom Mulyanto

(2010) Sungai Pepe dan Kali Jenes Surakarta

Kajian Terhadap Pengelolaan Sub Sistem Drainase Pepe Hilir-Kali Jenes Surakarta

1. Mengkaji peran serta masyarakat serta aspek

kelembagaan Kuesioner simple random sampling dengan analisa SPSS dan SWOT

1. Adanya respon yang baik terhadap masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase

4. Muhamad Triyansyah (2011)

Sungai Bedog

Yogyakarta Kajian Pencemaran Sungai Bedog Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Mengkaji kualitas sungai Bedog ditinjau dari biologi, fisika dan kimia berdasarkan baku mutu air

2.Mengetahui status mutu air Sungai Bedog dengan pendekatan indeks pencemaran

Purposive

Sampling 1. Kualitas air sungai Bedog secara umum masih berada dibawah kelas 2 2. Status mutu sungai Bedog berada pada kondisi baik dengan memenuhi baku mutu yang di persyaratkan

5. Tika Mustika

Effendi (2012) Sungai Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Kajian Penemaran Sungai Cileungsi oleh llimbah industri dan strategi pengelolaannya di Kabupaten Bogor

1. Mengetahui kualitas air Sungai Cileungsi dari hulu sampai hilir sungai

2. mengetahui tingkat pencemaran sungai

Purposive Sampling dan

wawancara

1. Sungai Cileungsi semakin ke hilir semakin mengalami kecenderungan penurunan kualitas air

2.Status mutu air sungai Cileungsi berada pada kondisi tercemar ringan sampai sedang

(6)

6

6. Hehzadi, et al (2014)

Faisalabad, Pakistan

Enhanced degradation of textile effluent in constructed wetland system using Typha

domingensis and textile effluent-degrading endophytic bacteria

Mengkaji adanya pencemaran limbah tekstil dengan menggunakan indikator berupa bakteri

endophytic

Purposive Sampling

Adanya bakteri endophytic dapat membantu mendegradasi limbah tekstil, berupa penurunan konsentrasi TDS sebesar 59%, TSS 27%, COD 79%, dan BOD sebesar 77%

7. Edries, et al. (2013)

Cape, South Africa The impact of an employee wellness programme in clothing/textile manufacturing companies: a randomised controlled trial

Mengkaji pengaruh limbah tekstil pada pekerja Randomised control trial design

Setelah pengamatan selama 6 minggu, maka pekerja tekstil positif terkena dampak dari limbah tekstil

8. Luongo, et al. (2014)

Stockholm, Sweden

Quinolines in clothing textiles—a source of human exposure and wastewater pollution?

Mengkaji efek karsinogen dari limbah tekstil Purposive Sampling

Dari analisis menggunakan Gas Chromatography, menunjukkan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam industri tekstil tersebut positifdapat menyebabkan kanker

9. Ozturk, et al. (20140

Ankara, Turkey Evaluation of Integrated Pollution Prevention Control in a textile fiber production and dyeing mill

Menganalisis kualitas air pada limbah tekstil Purposive

Sampling Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan COD dari limbah industri tekstil tersebut sebesar 25-50%, namun dapat direduksi sebesar 35-65% dengan

bidegradable agent

10. Ozturk, et al. (2009)

Ankara, Turkey A chemical substitution study for a wet processing textile mill in Turkey

Menganalisis level pencemaran kimia dari

limbah tekstil Purposive Sampling Dari hasil penelitian, adanya sulphida yang sangat beracun dapat di reduksi menggunakan biodegradable agent

(7)

Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup kajian penelitian yang didukung oleh konsep teori yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

(1) mengidentifikasi kerusakan komponen lingkungan di lokasi penelitian. (2) menentukan tingkat kerusakan komponen lingkungan akibat aktivitas

sosial di lokasi penelitian; dan

(3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan hidup di lokasi penelitian. Untuk menjawab permasalahan seperti telah dirumuskan di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian secara mendetil dengan judul: “Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Pencemaran Limbah. Studi Kasus: Dampak Limbah Industri Batik di Kali Jenes, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah”.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu akademis (keilmuan) dan praktis (masyarakat) seperti diuraikan sebagai berikut.

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi terkait beban pencemaran lingkungan di lokasi penelitian.

(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai tingkat kerusakan komponen lingkungan.

(3) Berdasarkan hasil penelitian, wawancara dan pengukuran parameter terhadap pemukiman masyarakat di daerah penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara komprehensif mengenai pengaruh beban pencemar pada lokasi penelitian dalam aspek lingkungan sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Petisi, yang pertama diselenggarakan oleh ilmuwan individu yang mendukung teknologi RG telah menghasilkan lebih dari 1.600 tanda tangan dari ahli ilmu tanaman mendukung pernyataan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yang berasal dari fosil yaitu minyak bumi dan batubara. Jawaban