• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN PERIODE 31 AGUSTUS-02 SEPTEMBER 2015

Disusun oleh

Qarina Hasyala Putri 080100367

Dian Primadia Putri 100100013

Aulia Suci Maurinda 100100034

Romulus P. Sianipar 100100180

Achmad Rifqy Rupawan 100100225

Maskur Ramadhan 100100083

Fitra Ali Alatas 080100397

Andri Winata Sitepu 090100300

Anggie Imaniah Sitompul 100100021

Josephine IML Tobing 100100227

Dewi Meilindatari Nst 100100253

Al Firman 100100324

DEPARTMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Pada laporan kegiatan ini, kami menyajikan mengenai rangkaian kegiatan selama menjalani KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta para staff atas kesediaan beliau-beliau membimbing kami selama menjalani kegiatan kepaniteraan klinik senior di Dinas Kesehatan Kota Medan. Demikian pula kepada koordinator ko-asisten yang telah membimbing kami dalam penulisan laporan kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan kegiatan ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan.

Medan, September 2015 Penulis DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB 1 PENDAHULUAN... 1

(3)

1.1. Latar Belakang... 1

1.2.Tujuan... 3

1.2.1 Tujuan Umum... 3

1.2.2 Tujuan Khusus... 3

1.3. Manfaat ... 4

BAB 2 SITUASI KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN ... 5

2.1. Keadaan Geografis... 5

2.2. Kependudukan... 5

2.2.1.Estimasi Jumlah Penduduk ... 6

2.2.2. Rasio Jenis Kelamin ... 6

2.2.3. Umur ... 6

2.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 6

2.3. Sosial Ekonomi... 7

2.3.1. Pendidikan ... 7

2.3.2. Ketenagakerjaan ... 7

2.3.3.Pendapatan dan Kemiskinan... 8

2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi... 9

2.4.1. Rumah Sehat ... 9

2.4.2. Sumber Air Minum ... 9

2.4.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar ... 10

2.4.4. Tempat Umum ... 10 2.4.5.Pembuangan Sampah... 10 2.5. Pelayanan Kesehatan... 11 2.5.1.Sarana Kesehatan ... 11 2.5.2.Tenaga Kesehatan ... 11 2.5.3.Daftar Puskesmas... 12

BAB 3 PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN... 13

3.1. Visi dan Misi... 13

3.2. Tujuan…... 14

3.3. Pembangunan Kesehatan... 15

3.4. Organisasi... 21

3.5. Struktur Organisasi... 25

BAB 4 LAPORAN KEGIATAN ... 26

4.1. Pelaporan... 26

4.2. Kegiatan…... 26

4.3. Laporan Kegiatan... 26

4.3.1.Hari Pertama (Senin, 31 Agustus 2015)... 27

4.3.2.Hari Kedua (Selasa, 01 September 2015) ... 34

4.3.3.Hari Ketiga (Rabu, 02 September 2015)... 37

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... ...49

5.1. Kesimpulan ... ...49

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua belas pilar, diantaranya adalah kesehatan. Baik berdiri sendiri, kesehatan dapat mempengaruhi pilar-pilar lainnya. Gambaran kesehaan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan rumusan Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya menyelenggarkan pembangunan kesehatan sesuai dengan UU No.23 tahun 1992 dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia.

Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan,

(5)

manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.

Strategi utama sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam menuju Indonesia Sehat 2015 adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan desentralisasi. Di Dinas Kesehatan Kota Medan, dicanangkan suatu visi ”Medan

Sehat Harapan Kita bersama” dengan misi, menggerakkan pembangunan kota

berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu serta merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat, terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat, terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang paripurna, meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan, tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat, dan terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan.

Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan serta dalam mencapai sasaran pembangunan kesehatan, disepakati suatu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010-2014). Diharapkan kondisi pembangunan kesehatan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya

(6)

kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah sesuai dengan target minimal dalam Millenium Development Goals.

Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan kesehaan strata pertama yaitu puskesmas yang ditanggungjawabi Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, dalam rangka membentuk petugas kesehatan yang tidak hanya piawai dalam bidang kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga dalam bidang preventif dan promotif, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menyelenggarkan kegiatan kepaniteraan senior klinik (KKS) di Dinas Kesehatan Kota Medan yang kemudian memberi pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan kegiatan KKS di puskesmas dan desa binaan yang ditentukan kemudian.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui program kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, Universitas Sumatera Utara.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota Medan.

3. Untuk mengetahui program dan target puskesmas sebagai pembekalan kegiatan KKS di puskesmas.

4. Untuk mengetahui program kegiatan pelayanan kesehatan di Kota Medan. 5. Untuk mengetahui program kegiatan pengendalian wabah dan bencana di

Kota Medan.

(7)

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca khususnya pengetahuan mengenai program dan situasi kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dalam peningkatan partisipasi mendukung strategi pemberdayaan masyarakat yang dicanangkan dalam program pembangunan kesehatan.

BAB 2

SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN

2.1. Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara secara geografis terletak pada 10-40 Lintang Utara

(8)

Aceh Darussalam, sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis, kisaran suhu antara 13,4°C-34,2°C, mempunyai musim kemarau (Juni s.d. September) dan musim hujan (November s.d. Maret). Secara administratif Sumatera Utara pada tahun 2012 memiliki 8 kota dan 25 kabupaten. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2. Berdasarkan luas daerah menurut

kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 dan luas daerah terkecil adalah Kota

Sibolga dengan luas 10,77 km2. Kota Medan memiliki luas daerah 265,1 km2

dengan ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut.

2.2. Kependudukan

Sumatera Utara merupakan provinsi yang jumlah penduduknya terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2012 tercatat sebesar 13.254.682 penduduk. Kota Medan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan kepadatan 2.141.637 penduduk.

2.2.1. Estimasi Jumlah Penduduk

Estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 per Kabupaten/Kota menggunakan proporsi dari jumlah penduduk Kabuapten/Kota tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan dan terendah di Kabupaten Pakpak Bharat. Proporsi penduduk di Kota Medan sebesar 16,1% dan di Kabupaten Pakpak Bharat 0,31%.

(9)

2.2.2. Rasio Jenis Kelamin

Di Sumatera Utara, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 6.556.369 dan laki-laki 6.490.800 jiwa. Rasio seksnya adalah 98,9% di mana setiap terdapat 100 perempuan, maka terdapat 98,9 laki-laki. Pada tahun 2008, angka seks rasio adalah 99,93% yang menunjukkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan meningkat.

2.2.3. Umur

Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 31,79%, yang berusia produktif (25-29 tahun) sebesar 64,29% dan yang berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,90%. Jadi, penduduk Sumatera Utara sampai saat ini masih didominasi oleh penduduk muda walaupun angka ini sudah menurun dibanding dekade yang lalu. Dengan demikian, angka beban tanggungan penduduk Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 55,53%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 56,37%.

2.2.4. Jumlah Anggota Keluarga

Rata-rata anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah sebesar 4,38 yang berarti rata-rata pada setiap keluarga terdiri dari 4-5 anggota keluarga. Kabupaten yang rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak adalah Kabupaten Nias yaitu 5,41 orang dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Karo yaitu 3,81 orang.

2.3. Sosial Ekonomi 2.3.1. Pendidikan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara, salah satunya berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Sensus Penduduk tahun 2000, ditunjukkan bahwa 60% penduduk 5 tahun keatas

(10)

mempunyai pendidikan tertinggi sekolah dasar, 18,19% tamat, 18,40% tamat SMA, dan hanya 2,63% yang mencapai tingkat pendidikan perguruan tinggi. Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional bulan Agustus 2007, ditunjukkan bahwa pada penduduk berumur 15 tahun keatas l,42%, tidak pernah sekolah 9,04%, tidak tamat SD 31%, tamat SD 23,42%, tamat SMP 28,93%, tamat SMA, dan hanya sekitar 6,16% mencapai perguruan tinggi. Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Sumatera Utara sampai tahun 2008 masih rendah walaupun telah menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, angka buta huruf di Sumatera Utara mulai menurun yaitu tinggal sekitar 3% di kota dan 5% di desa.

2.3.2. Ketenagakerjaan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK sebesar 57,34%, tahun 2005 naik menjadi 71,94%, tahun 2006 menjadi 66,90% dan tahun 2007 naik menjadi 67,49%. Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah (41,47%), setingkat SMTP (23,42%), setingkat SMTA (28,94%), sedangkan sisanya 6,17% berpendidikan diatas SMTA. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, penduduk Sumatera Utara yang terbanyak adalah di sektor pertanian (47,6%), kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (18,8%), jasa (12,9%),sedangkan penduduk yang bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,60%.

2.3.3. Pendapatan dan Kemiskinan

Kemampuan ekonomi masyarakat yang diukur dengan angka pendapatan per kapita atas dasar harga yang berlaku tahun 1993, bila diukur atas dasar harga konstan mengalami kenaikan. Perkembangan PDRB Sumatera Utara per kapita tahun 1993-1997 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstanta

(11)

1994 21.678,6 19.941,33

1995 24.686,43 21.802,51

1996 28.173,73 21.753,81

1997 32.414,60 24.842,86

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengalami turun naik dari tahun 1993-2007. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta orang atau sebesar 12,31% dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta jiwa(10,92%). Namun, karena krisis moneter, penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74% dari total penduduk Sumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin baik secara absolut maupun secara persentase, yaitu menjadi l,89 juta jiwa atau sekitar 15,89%, sedangkan tahun 2004 turun lagi menjadi 1,80 juta jiwa (14,93%) kemudian tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%), namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan oktober 2005, penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%). Pada tahun 2007 turun sedikit menjadi 1,77 juta jiwa atau 13,90% (SUDA 2008).

2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat dengan indikator-indikator yaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki akses terhadap air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir kotoran/tinja/BAB.

(12)

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai (>8m2/kapita), dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2008,dari seluruh rumah yang ada yaitu 2.683.062 unit, yang diperiksa sebanyak 197.322 unit (44,63%), dari jumlah yang diperiksa diketahui bahwa 761.699 rumah yang memenuhi syarat kesehatan (63,62%).

2.4.2. Sumber Air Minum

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 23,2%. Dari hasil pengawasan air bersih, yang memenuhi syarat fisik 84,37%, kimiawi 75,82%, dan bakteriologis 76,15%. Risiko pencemaran amat tinggi 2,45%, tinggi 33,13%, sedang 36,48%, dan rendah 27,49%. Parameter ini menunjukkan angka yang cukup baik dan perlu untuk terus ditingkatkan.

2.4.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, di Provinsi Sumatera Utara, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 71,8%, rumah tangga yang memiliki bersama 6,8%, umum sebesar 4% dan tidak ada/tidak memiliki sebesar 17,4%. Dari hasil survei, jamban yang memenuhi syarat kesehatan hanya 42,83%. Selain itu, ketersediaan jamban di desa dan beberapa kabupaten masih minim dan terbatas.

2.4.4. Tempat Umum

Tempat umum yang sehat adalah tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat

(13)

pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Pada tahun 2008, dari 18.436 tempat umum yang diperiksa, sekitar 66,15% memenuhi syarat kesehatan. Angka ini masih dibawah target Indonesia Sehat 2015 yaitu 80%. Angka pembinaan kesehatan tempat umum oleh pemerintah masih rendah yaitu hanya 54,66% sehingga perlu upaya dari program terkait dalam peningkatan cakupannya.

2.4.5. Pembuangan Sampah

Persampahan di Kota Medan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Selain itu, pengelolaan persampahan di Kota Medan juga dilaksanakan oleh pihak swasta, khususnya pada kawasan pusat pemerintahan dan jalan-jalan protokol. Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbunan sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, Kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855 jiwa, menghasilkan 6.873,49 m3 timbunan sampah.

Namun Kota Medan baru dapat mengelola sebanyak 5.710 m3 sehingga

banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3.

2.5. Pelayanan Kesehatan 2.5.1. Sarana Kesehatan

1. Rumah Sakit Umum : 54 unit

2. Rumah Sakit Jiwa : 5 unit

3. Rumah Sakit Ibu&Anak : 8 unit 4. Rumah Sakit Khusus Lainnya : 4 unit

5. Rumah Bersalin : 298 unit

6. Puskesmas : 39 unit

7. Puskesmas Rawat Inap : 13 unit 8. Puskesmas Non Rawat Inap : 26 unit 9. Puskesmas Pembantu : 41 unit 10. Puskesmas Keliling : 27 unit

(14)

11. Posyandu : 1.405 unit 12. Balai Pengobatan/Klinik : 409 unit

13. Apotik : 624 unit

14. Praktek Bersama : 8 unit

15. Praktek Dokter Umum : 1.378 unit 16. Praktek Dokter Spesialis : 791 unit 17. Praktek Dokter Gigi : 531 unit 18. Laboratorium Kesehatan Pemerintah : 1 unit 19. Laboratorium Kesehatan Swasta : 6 unit

2.5.2. Tenaga Kesehatan

1. Dokter Spesialis : 9 orang

2. Dokter Umum : 139 orang

3. Dokter Gigi : 107 orang

4. S2 : 17 orang

5. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 39 orang 6. Tenaga Sanitasi : 62 orang

7. Apoteker : 17 orang

8. Asisten Apoteker : 131orang

9. Bidan : 305 orang

10. Perawat : 485 orang 11. Perawat Gigi : 75 orang 12. Tenaga Gizi : 44 orang

13. APRO : 3 orang

14. AKFIS : 2 orang

15. Analis : 60 orang 16. Tenaga Non Medis : 85 orang

2.5.3. Daftar Puskesmas

1. Puskesmas Tuntungan 2. Puskesmas Simalingkar 3. Puskesmas Kedai Durian

4. Puskesmas Medan Johor 5. Puskesmas Amplas 6. Puskesmas Bromo

(15)

7. Puskesmas Tegal Sari 8. Puskesmas Desa Binjai 9. Puskesmas Medan Denai 10. Puskesmas Medan Area

Selatan

11. Puskesmas Sukaramai 12. Puskesmas Kota Matsum 13. Puskesmas Teladan 14. Puskesmas Pasar Merah 15. Puskesmas Simpang Limun 16. Puskesmas Kampung Baru 17. Puskesmas Polonia

18. Puskesmas Padang Bulan 19. Puskesmas Selayang 20. Puskesmas Medan Sunggal 21. Puskesmas Desa Lalang 22. Puskesmas Helvetia

23. Puskesmas Bestari 24. Puskesmas Darussalam 25. Puskesmas Rantang 26. Puskesmas Glugur Kota 27. Puskesmas Pulo Brayan 28. Puskesmas Sei Agul 29. Puskesmas Glugur Darat 30. Puskesmas Sentosa Baru 31. Puskesmas Sering 32. Puskesmas Mandala 33. Puskesmas Medan Deli 34. Puskesmas Titi Papan 35. Puskesmas Pekan Labuhan 36. Puskesmas Medan Labuhan 37. Puskesmas Martubung 38. Puskesmas Desa Terjun 39. Puskesmas Belawan

BAB 3

PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN 3.1. Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Medan Sehat Harapan Kita

Bersama”. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas

Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah kota Medan. Sehat diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat. Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan

Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua

(16)

kebijaksanaan pembangunannya. Untuk itu, maka seluruh elemen dari sistem pemerintahan kota harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani, dan Relijius berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat

Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi, yaitu bahwa derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui investasi baik pemerintah maupun individu. Dengan demikian diharapkan terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu serta

merata dan terjangkau

Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya manusia kesehatan, yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Perlu juga ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta pengembangan kesehatan.

4. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga,

masyarakat, dan lingkungan 3.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

(17)

2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat

3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang paripurna

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan 5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat

7. Terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan

3.3. Pembangunan Kesehatan

Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:

a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun. b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per

100.000 kelahiran hidup.

c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup.

e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen menjadi kurang dari 32 persen.

f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) sebesar 90%.

g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%. h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%. i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%. 2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk

b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk

c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5%

d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% menjadi 90%

(18)

f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk

3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.

4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.

5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.

6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah “Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui :

1. Program Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2015, penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk, dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2015, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228 per 100.000 kelahiran pada 2007 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran pada 2007 menjadi 24 pada 2015.

2. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta selama 2011-2015.

3. Sarana Kesehatan yang meliputi ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan Puskesmas ISO minimal 5 puskesmas pada 2013 dan 10 puskesmas pada 2015.

4. Asuransi Kesehatan untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2012 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan lainnya antara 2013-2015.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015 difokuskan pada delapan fokus prioritas, yaitu:

(19)

2. Perbaikan status gizi masyarakat

3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan

4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan

5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu, dan penggunaan obat

6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan

8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier

Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan:

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 3. Penanggulangan penyakit dan gizi buruk

4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

5. Revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kesehatan

6. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan terus ditingkatkan 7. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan

pada penyakit-penyakit terutama target penurunan angka kesakitan yang disepakati dalam MDGs

8. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola hidup masyarakat

9. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan lebih optimal

10. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi

11. Pelayanan kesehatan geriatri mulai dikembangkan

12. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin meningkat 13. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan secara

(20)

14. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendasar telah berkembang mendukung upaya pembangunan kesehatan

15. Teknologi kesehatan lebih meningkat

16. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin

17. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah semakin meningkat serta telah ada upaya kemitraan pemerintah dan swasta 18. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada pencapaian

prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar pembiayaan pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat

19. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan penduduk miskin mulai dilakukan secara pra-upaya dengan prinsip asuransi kesehatan sosial yang telah melembaga

20. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan secara kelompok formal/penerima upah telah dilakukan dengan cara jaminan kesehatan sosial dan mulai melembaga. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan kelompok informal mulai melembaga dan menganut prinsip asuransi kesehatan sosial

21. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan bersumber dari pembiayaan pemerintah yang dilakukan melalui jaminan kesehatan sosial telah dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan terkendali secara berkesinambungan

22. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan bersumber dari pembiayaan swasta dan masyarakat semakin efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan terkendali

23. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan masyarakat telah semakin mengarah kepada upaya peningkatan dan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan

24. Pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan

25. Kemampuan daya saing SDM Kesehatan meningkat

26. Pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan dapat berkembang sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan

(21)

27. Standar pelayanan kesehatan dan standar kompetensi SDM Kesehatan sebagai acuan dalam penerapan standar pendidikan dan pelaksanaan pendidikan tersebut

28. Program distribusi dan rencana penguatan manajemen karier SDM Kesehatan dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan

29. Organisasi profesi, komponen masyarakat dan sektor lain terkait makin berperan dalam pembangunan kesehatan

30. Pembinaan, pengawasan, monitoring dan penilaian terhadap SDM Kesehatan telah berjalan dengan efektif

31. Sinergisme antara pembinaan, pengawasan perencanaan, pendayagunaan dan pengadaan SDM Kesehatan makin meningkat. Dukungan sumber daya untuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan telah semakin meningkat

32. Dukungan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dapat semakin ditingkatkan

33. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan telah memenuhi kebutuhan, yang menjamin ketersediaan sediaan farmasi, terutama obat generik di masyarakat.

34. Pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan lebih berkembang lagi

35. Kebijakan dan administrasi kesehatan dapat lebih mendukung terwujudnya sinergisme antar berbagai upaya pokok pembangunan kesehatan telah mulai berkembang. Sistem informasi kesehatan telah dapat dibangun dengan baik 36. Sistem pencatatan dan pelaporan sudah makin berkembang

37. Hukum dan perundang-undangan di bidang kesehatan telah mulai tertata dengan baik

38. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah lebih meningkat, sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus berkembang

39. Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan makin berkembang

40. Edukasi kesehatan terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi, dalam upaya mewujudkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

41. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung kesehatan telah lebih berkembang dan dilaksanakan secara konsisten

(22)

42. Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada telah kembali mampu melakukan kegiatan dan fungsinya

43. Penggerakkan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan terus ditingkatkan

44. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam pembangunan kesehatan telah lebih nyata

45. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara dini telah lebih berkembang

3.4. Organisasi

Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 43 tahun 2010 adalah:

1. Kepala Dinas Kesehatan 2. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, sekretariat menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan; pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas; pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan dinas; pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas; penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan

(23)

pelaporan kesekretariatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan a. Seksi Kesehatan Dasar

b. Seksi Kesehatan Rujukan c. Seksi Kesehatan Khusus

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bina Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus; pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar; penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/ spesialistik, dan sistem rujukan; penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut; penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesehatan indera, dan usia lanjut; penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan; pelaksanaan proses perizinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan kesehatan; pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan kesehatan; pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup pelayanan kesehatan; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina pelayanan kesehatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit b. Seksi Wabah dan Bencana

c. Seksi Kesehatan Lingkungan

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan

(24)

fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan; pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB); pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan; penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan limbah; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengendalian masalah kesehatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan c. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan pelatihan, registrasi dan akreditasi sumber daya manusia kesehatan; pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis; pelaksanaan pelatihan teknis; pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan tenaga non-medis/tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan kota; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengembangan sumber daya manusia kesehatan;

(25)

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan a. Seksi Kefarmasian

b. Seksi Jaminan Kesehatan

c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan; penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan; penyelenggaraan kefarmasian; penyelenggaraan jaminan kesehatan; pelayanan sarana dan peralatan kesehatan; pelaksanaan proses pelayanan perizinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota; pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) 8. Kelompok Jabatan Fungsional

(26)
(27)

4.1. Pelaporan

Sebelum memulai KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan, para peserta KKS melapor terlebih dahulu pada tanggal 31 Agustus 2015 ke bagian penerima tamu, bidang pengembangan SDM kesehatan, dan seksi pendidikan dan pelatihan.

4.2. Kegiatan

Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun 4 materi yang diberikan dari tanggal 31 Agustus 2015 sampai tanggal 02 September 2015 yaitu materi Puskesmas, Pembekalan Dinas Kesehatan Kota Medan, Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan.

4.3. Laporan Kegiatan

4.3.1. Hari Pertama, Senin, 31 Agustus 2015

Pada hari pertama KKS dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan kota Medan. Bimbingan pada hari ini terbagi menjadi tiga sesi, yaitu sesi pertama pada pukul 08.00- 09.00, sesi kedua 09.00-10.00, selanjutnya para peserta KKS diberikan orientasi mengenai alur KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan dan KKS di Puskesmas yang ditunjuk. Isi materi pertama adalah sebagai berikut:

PUSKESMAS

PEMBIMBING: Dr. Zainal Rambe Materi Diberi Pada: Senin, 31 Agustus 2015

(28)

peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok. Visi puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat dengan indikator lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan yang optimal.

Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan kesehatan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari:

1. Promosi kesehatan

Tujuannya adalah agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan perilaku hidup sehat dan agar individu dan kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya kesehatan, serta ikut aktif dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu. Kegiatannya meliputi:

1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya. 2. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan

brosur.

3. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan antara lain berupa gotong royong dan olahraga.

2. Kesehatan Lingkungan

Program dan target sasaran kesehatan lingkungan yaitu: 1. Sarana air bersih : 90%

2. Sarana pembuangan kotoran : 90% 3. Penyehatan lingkungan : 90% 4. Pemeriksaan TPS/TPA : 65% 5. Pemeriksaan sanitasi rumah sakit : 100%

6. Pembinaan DPLS : 100%

7. Pembinaan sekolah sehat : 100%

3. Kesehatan Ibu dan Anak Beserta KB

KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi, dan balita serta anak usia pra-sekolah yang menjadi tanggung jawab puskesmas, dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. program dan target sasaran KIA yaitu:

(29)

6. KPKIA : 100% 7. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita : 90%

8. Pembinaan GSI : 100%

4. Perbaikan Gizi

Di Indonesia, masalah ini merupakan masalah yang cukup berat dan komplit, karena keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi. Permasalahan gizi di Indonesia adalah defisiensi protein kalori, defisiensi vitamin A dan defisiensi iodium, dan anemia. Program dan target sasaran peningkatan gizi yaitu:

1. Pemberian Vit A

 Bayi 90%

 Balita 90%

 Bufas 80%

2. Pemberian Tablet Fe: bumil 90%

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan yang sakit, dari reservoir ataupun benda-benda yang mengandung bibit penyakit lainnya ke manusia sehat.

1. Imunisasi  BCG 95%  Polio 1 91%  Polio 4 85%  Campak 90%  Hepatitis > 7 hari 75%  Hepatitis < 7 hari 75%  DPT Hb 1 95%  DPT Hb 2 90%  DPT Hb 3 85% 2. TB paru

 TB Paru BTA (+) sembuh > 85%

 Cakupan penderita TB Paru 70%

 Konversi 80%

(30)

7. HIV/AIDS 8. Malaria 9. Filariasis 10. Sistomiasis

11. Penyakit menular seksual 12. Kusta

6. Pengobatan

7. Pencatatan dan Pelaporan

Upaya kesehatan pengembangan terdiri dari:

1. Upaya kesehatan sekolah

Dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usiasekolah.

Tujuan umum kegiatan UKS adalah meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal. Tujuan khusus adalah memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat; sehat fisik, mental, maupun sosial; daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan NAPZA.

(31)

Kesehatan disebutkan kesehatan olahraga diselenggarakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan olahraga.

3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 128/ Menkes/ SK/ II/ Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, upaya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut.

4. Upaya kesehatan kerja

Menurut kebijakan teknis Program Kesehatan Kerja (Depkes RI 2002) kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan produktivitas yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

5. Upaya kesehatan gigi dan mulut

Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu kegiatan dari puskesmas dalam rangka melaksanakan salah satu program pokok puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik pelayanan promotif (peningkatan kesehatan/penyuluhan), kegiatan pencegahan (preventif), kegiatan pengobatan (kuratif), dan kegiatan pemulihan kesehatan gigi dan mulut (rehabilitatif). Selain itu, puskesmas

(32)

lama baik secara khusus maupun terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya, dengan kegiatan sesuai Pedoman Kerja Puskesmas adalah pengenalan dini kasus gangguan jiwa (early detection), meliputi: gangguan psikosis, gangguan kecemasan, gangguan depresi, retardasi mental, gangguan psikosomatik atau psikofisiologik, gangguan penggunaaan zat, gangguan pada anak dan remaja (gangguan tingkah laku, gangguan pemusatan perhatian/sindrom hiperkinetik, gangguan perkembangan spesifik) dan epilepsi; memberikan upaya pertolongan pertama pada kasus-kasus gangguan jiwa (primary treatment); kegiatan rujukan yang memadai (adequate referral); dan melaksanakan terapi lanjutan (follow up) terhadap kasus jiwa yang sudah selesai perawatan di RSJ untuk meringankan beban pasien.

7. Upaya kesehatan mata

Tujuan pelayanan kesehatan mata secara umum adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan mata dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Secara khusus tujuannya adalah menurunkan angka kebutaan dari 1,5% pada tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010 dan 0,5% pada tahun 2020; meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat terhadap kesehatan indera penglihatan; meningkatkan jangkauan pelayanan mulai pemerataan pelayanan termasuk pemenuhan sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan mata; dan meningkatkan kerja sama lintas sektor dan peran swasta termasuk LSM dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan dan Upaya Penanggulangan Kebutaan dan low vision.

8. Upaya kesehatan usia lanjut

Tujuan umumnya adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. Tujuan khususnya adalah meningkatkan

(33)

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

Sasaran pembinaan secara langsung upaya kesehatan usia lanjut adalah kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas; kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat umumnya; kelompok usia lanjut dalam masa senescens (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat, dan lain-lain. Sasaran pembinaan tidak langsung adalah keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usia lanjut, dan masyarakat luas.

9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 47 memuat pengobatan tradisional, setiap upaya pengobatan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan tradisional yang dimaksud perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar menjadi pengobatan dan atau perawatan cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

PEMBEKALAN DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN PEMBIMBING: Parlin Manalu

(34)

kota Medan.Sehat diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.

Misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan, mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat, Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan

b. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuanganan dan Perlengkapan c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum,keuangan, dan penyusunan program.

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan a. Seksi Kesehatan Dasar

b. Seksi Kesehatan Rujukan c. Seksi Khusus

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit b. Seksi Wabah dan Bencana

(35)

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan c. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan a. Seksi Kefarmasian

b. Seksi Jaminan Kesehatan

c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Bidang kefarmasian dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Unit pelaksana teknis dinas (UPTD) adalah pelaksana teknis dinas yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan, yang terdiri dari: Puskesmas, Instalasi Farmasi Kabupaten, Laboratorium Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Promosi dan Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Dinas Kesehatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

(36)

sesi pertama pada pukul 08.00-12.00 dan sesi kedua 14.00 – 16.15 untuk sesi tanya jawab. Isi materi adalah sebagai berikut :

PELAYANAN KESEHATAN PEMBIMBING: dr. Julanti Batubara Materi Diberi Pada : Selasa, 01 September 2015 1. Pelayanan kesehatan dasar

Program pelayanan kesehatan dasar dibagi menjadi : - Gizi (contoh : gizi buruk, gizi kurang)

- KIA (kesehatan ibu dan anak) - UKS (unit kesehatan sekolah)

(37)

- Laporan penyakit - Laporan kegiatan - Laporan luar gedung

Posyandu di kota medan berjumlah 1390 di 21 kecamatan 151 kelurahan, dilakukan 1 x / bulan

Terdiri dari 5 kader

Posyandu terdiri dari 5 meja : i . pendaftaran ii. penimbangan

iii. pencatatan hasil penimbangan iv. pelayanan kesehatan

v. pengambilan obat

peran dinkes (pemko medan)

i. Memberi transpor kepada setiap kader sebesar Rp. 50.000 ii. Pemberian makanan tambahan

iii. Pelatihan ulang kader

Yang bisa menjadi kader bisa siapa saja yang sukarela untuk menjadi kader tetapi lebih baik orang yang baik atau dihormati oleh masyarakat.

Program-program : i. Gizi

a. Laporan gizi buruk, gizi kurang, umtuk mengetahui perkembangan gizi di seluruh kota Medan

(38)

a. Petugas dari puskesmas turun ke sekolah b. Sekolah SD, SMP, SMA

c. Setiap sekolah mempuntai dokter kecil sebagai motivator untuk teman temannya

iv. Promosi kesehatan

a. Promosi ke masyarakat dengan bernagai cara dan media dapat berupa poster dan leaflet

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Program Kerja

1. Pembinaan dan pengawasan 2. Perpanjangan izin Rumah Sakit

Di kota Medan jumlah Rumah sakit sebanyak 72 Rumah Sakit diantara nya adalah:

 Rumah Sakit Ibu dan Anak : 8

 Rumah Sakit Jiwa : 4

 Rumah Sakit Mata : 2

 Rumah Sakit Ortopedi : 1

 Rumah Sakit Bedah : 1

 Rumah Sakit Umum : 56

 Rumah Sakit Pemerintah : 1 Setiap Rumah Sakit harus melaporkan

 Pengunjung lama dan pengunjung baru

(39)

RL1.I. Data dasar Rumah Sakit

1.II. Indikasi pelayanan Rumah sakit 1.III Fasilitas tempat tidur rawat inap RL2. Ketenagaan

RL3. Pelayanan 3.1. Rawat Inap 3.2 Rawat darurat 3.3 Gigi dan mulut 3.4. Kebidanan 3.5. Perinatologi 3.6. Pembedahan 3.7. Radiologi 3.8. Laboratorium 3.9. Rehabilitasi Medik 3.10. Pelayanan Khusus 3.11. Kesehatan Jiwa 3.12. Keluarga Binaan 3.13. Farmasi Rumah Sakit 3.14. Rujukan

(40)

4.B. Penyakit Rawat Jalan RL5. Pengunjung Rumah Sakit RL5.1. Pengunjung Rawat Jalan 5.2. Pengunjung Rawat Inap 5.3. 10 Penyakit Rawat Inap 5.4. 10 Penyakit Rawat Jalan Tipe Rumah Sakit

 A Memiliki >200 Tempat Tidur

 B Memiliki 200 Tempat Tidur

 C Memiliki 100 Tempat Tidur

 D Memiliki 50 Tempat Tidur

4.3.3. Hari Ketiga (Rabu, 02 September 2015)

Pada hari ketiga, KKS kembali dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota Medan. Bimbingan pada hari ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama pada pukul 08.00-12.00 dan sesi kedua 14.00 – 16.15 untuk sesi tanya jawab. Isi materi adalah sebagai berikut :

PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN PEMBIMBING: dr. Pocut Fatimah Fitri, MARS Materi Diberi Pada : Rabu, 02 September 2015 1. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

 HIV / AIDS

Pengertian HIV merupakan singkatan dari 'Human Immunodeficiency Virus'. HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus

(41)

utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai "infeksi oportunistik" karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

Definisi AIDS adalah singkatan dari 'Acquired Immunodeficiency Syndrome / Acquired Immune Deficiency Syndrome' yang menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Sistem penularan HIV/AIDS menurut dinas kesehatan adalah “ESSE”, yaitu :

 Exit : virus keluar melalui darah , cairan kelamin/mukosa, ASI.

 Sum : jumlah virus yang keluar.

 Space : hidup virus di suatu tempat atau tubuh.

 Enter : virus masuk melalui luka terbuka. Pemeriksaan HIV adalah : Aptt, foto thorax, SGOT. Cara Penularan

 Lewat cairan darah Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV

(42)

 Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah

• Lewat cairan sperma dan cairan vagina :

Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.

• Lewat Air Susu Ibu :

Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu. Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).

(43)

kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya. Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman, karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya secara aman dengan memakai kondom. Seorang Odha kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala klinis. Kondisi ini disebut “asimptomatik” yaitu tanpa gejala. Pada orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS. Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.

AIDS tidak ditularkan melalui:

 Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama.

 Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang.

(44)

Diare meurut definisi adalah BAB dengan konsistensi encer yang berlangsung sebanyak lebih dari 7 kali perhari. Yang disebabkan oleh bakteri virus, dan jamur.

Pada puskemas penatalaksaan diare diberikan larutan oralit. Apabila tidak terdapat oralit, maka dapat juga diberikan larutan gula dan garam. Cara pmbuatan larutan gula garam adalah masukkangula sat sendok teh penuh.lalu campurkan garam ¼ sendok teh kemudian campurkan kedalam air sebanyak 200ml kemudian aduk sampai larut benar. Minum 2 gelas setiap kali BAB.

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan program Dinas Kesehatan dengan tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan provinsi di bidang kebijakan teknis pembinaan pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan, pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan jaminan kesehatan serta tugas pembantuan.

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang pengendalian masalah kesehatan. Seksi dalam Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan terdiri dari:

 Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit  Seksi Wabah dan Bencana

 Seksi Kesehatan lingkungan

(45)

pengamatan langsung dalam waktu singkat.

Pencegahan dilakukan dengan upaya imunisasi BCG , jika terkena infeksi TB gejalanya tidak seberat orang yang tidak imunisasi.

TB MDR harus memiliki petugas PMO dari tenaga kesehatan karena harus disuntik

Pengamatan untuk penderita TB bisa berlanjut danterus menerus. Untuk pemeriksaan dahak dapat dilakukan 3 kali pengambilan dahak, yaitu sewaktu, pagi , sewaktu. Dikarenakan hasil pemeriksaan kultur lama, jadi dilakukan pemeriksaan dahak yang hasilnya mendekati kultur.

Pada 1 pasien dengan BTA (+) dapat menularkan 10 orang sehat. Cara mencegah penularan :

- Beritahu pasien penyakit yang dideritanya apa - Jelaskan cara penularan seperti apa

- Jangan merokok

- Pasien harus kembali kira-kira ± 1minggu/bulan atau ada peningkatan berat badan kalau pengobatan < 1 bulan bisa dilanjutkan.

TB01 : kartu pengobatan TB (status pasien) Pengobtan lengkap beda dengan sembuh Fase awal : setiap hari selama 2 minggu Fase lanjutan : 3x/minggu

Periksa juga HIV

(46)

Dari TB01 Ini akan dikirim ke Dinkes TB04 laboratorium

Pemeriksaan dahak puskesmas : PSM TB05 : formulir permohonan lab

Dikasih poli klinik, kembali ke poliklinik TB06 tersangka (susp) TB dipaksa SPS

Puskesmas mebuat fiksasi dahak : PRM (puskesms rujukan mikroskopis) TB07 : laporan triwulan penerimaan dan pengobatan TB dari SITC TB08 : kesembuhan

TB09 : pindah / rujukan

TB10 : formulir hasil akhir pengobatan

Meninggal karena alas an apapun disebut meninggal TB11 pengamatan berkelanjutan

TB12 : cross-check (pengiriman sediaan untuk diuji silang) Error-rate >5% harus dicari tahu

Misalnya mikroskop jorok atau reagen sudah kadaluarsa

2. Seksi Kesehatan Lingkungan

(47)

- Inspeksi sanitasi - Bangunan - Pegawai

- Fasilitas sanitasi, Khusus Fasilitas sanitasi perlu kita liat adalah tempat sampah (tertutup atau tidak), kamar mandi (bersih atau tidak), pembuangan air limbah (memenuhi sarat atau tidak)

Setiap Pengelolah makanan, minuman dan pabrik harus memiliki surat izin sehat, dimana tujuannya agar pemerintah dapat mengawasi tempat pengolahan makanan dan minuman layak produksi atau tidak layak produksi, serta menjaga lingkungan dari limbah berbahaya, contoh tempat yang di awasi seperti :

- Bakery

- Tempat pembuatan minum

- Tempat pembuatan tahu dan tempe - Restoran dan Rumah makan - Cattering

- Warung dan jajanan tempat minum - Dan lain-lain

3. Seksi Wabah dan Bencana

• Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang wabah dan bencana;

• Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang wabah dan bencana;

• Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang wabah dan bencana;

• Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang wabah dan bencana;

• Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

• Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(48)

5.1. Kesimpulan

Tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Medan yang paling penting yaitu dalam pengaturan puskesmas, dimana puskesmas diwajibkan untuk melaporkan setiap program dan sasaran kegiatan yang telah direncanakan sebagai bentuk evaluasi terhadap kinerja di puskesmas tersebut.

Program kerja di Dinas Kesehatan Kota Medan ditanggung-jawabi oleh masing-masing bidang dan sub bidang, dimana penyusunan program kerja setiap bidang dilakukan pada saat rakerkesda yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

5.2. Saran

 Penyuluhan serta promosi kesehatan masyarakat harus terus dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat baik ditempat tinggal maupun diluar tempat tinggal.

 Program-progam yang sudah berjalan harus dievaluasi dan diawasi dengan ketat. Sehingga program tidak hanya sekedar baik disusun, tetapi juga baik dalam implementasinya.

Referensi

Dokumen terkait

Polen dan spora berasal dari tumbuhan yang membentuk vegetasi pada suatu wilayah atau daerah sehingga dapat digunakan untuk merekonstruksi vegetasi yang berada

Dalam rancangan aplikasi berbasis Web ini untuk mengetahui tempat ibadah dan rute terdekat nantinya akan di tampilkan peta, fitur utama dari aplikasi ini adalah

Kurangnya aktifitas siswa pada siklus I yaitu dalam berfikir bersama menjawab pertanyaan guru (berdiskusi) hanya 70% (kategori kurang), dan pada saat memberikan jawaban untuk

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 52 Tahun 2015 yang diadaptasi dari kebijakan negara Tiongkok terhadap penanaman modal yang berasal dari investor asing ialah negara

Apabila Investasi Jangka Panjang diperoleh dari pertukaran Aset Pemerintah, maka nilai Investasi yang diperoleh Pemerintah adalah sebesar biaya perolehan atau nilai

ABSTRAK: Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan kebijakan otonomi perguruan tinggi sebagai dampak reformasi keuangan dalam bidang pendidikan. Kebijakan otonomi sudah

Penelitian untuk menentukan profil pencemaran air sungai di muara Batang Arau kota Padang dari tinjauan fisis dan kimia berdasarkan nilai total padatan terlarut

Hasil yang ingin dicapai, adalah sebuah produk film animasi pendek yang menarik dari segi visual, cerita, dan pesan moral.. Simpulan yand didapat adalah diharapkan film