commit to user i
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
INNA SRI SUHARSINI K7108162
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Juli 2012
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Inna Sri Suharsini
NIM : K7108162
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENULIS HURUF JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
commit to user iii
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
INNA SRI SUHARSINI K7108162
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Tanggal:
commit to user vi
MOTTO
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? (Ar Rahman :55)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Al Insyirah :5)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mengubah keadaan yang ada pada dirinya sendiri
(Ar Ra’d :11)
Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh orang yang bukan penakut (Andre Hirata)
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan syukurku pada kehadirat Allah SWT serta Sholawat salam kepada Nabi Muhammad SAW atas selesainya skripsi ini, kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan Ibuku
Terima kasih atas segala kasih sayang, cinta, kekuatan, doa, keikhalasan, dan pengorbanan yang ayah dan ibu berikan selama ini. Ayah dan ibu yang selalu menjadi inspirasi, dan kekuatanku untuk menjalani segala
aktivas-aktivitas yang ada dalam setiap langkahku.
Adikku, Nenekku dan seluruh keluarga besarku
Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan penuh perhatian dan semangat.
Teman-teman PGSD FKIP UNS
Terima kasih teman-temanku, banyak pelajaran berharga yang dapat kupetik dari pertemanan kita. Suka duka kita lalui selama kita menuntut
ilmu di kampus PGSD Surakarta.
Almamaterku Universitas Sebelas Maret
Terima kasih atas ilmu yang selama ini diberikan padaku. sungguh pelajaran hidup yang sangat berharga.
commit to user viii
ABSTRAK
Inna Sri Suharsini. MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
HURUF JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa melalui model pembelajaran Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tiandakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, dan setiap siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri yang berjumlah 19 siswa. Sumber data berasal dari siswa dan guru. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes dan studi dokumen. Uji validitas data dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif, yang mencakup tiga langkah, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum
Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas
V SD negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 dari pratindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terbukti pada pratindakan nilai rata-rata siswa 61,9 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 31,6%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 58% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 83,6 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 84%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran keterampilan menulis huruf Jawa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: keterampilan menulis huruf Jawa, model pembelajaran Quantum Learning.
commit to user ix
ABSTRACT
Inna Sri Suharsini. IMPROVING GRADE V STUDENT’S WRITING
JAVANESS LETTERS SKILL USING QUANTUM LEARNING MODEL IN SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI ACADEMIC YEAR 2011/2012
Thesis, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, July 2012.
This reserch as a purpose is to improving grade V student’s writing javaness letters skill using quantum learning model in SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri academic year 2011/2012.
This reserch is a Classroom Action Research (CAR). The research was handled in two cycles and each of which consisted of planning, action, observation and reflection. The subjects of the research were grade V students of SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri which consisted of 19 students. The source of data came from teachers and students. The techniques of collecting data were observation, test and document study. Triangulation of sources and methods is used to test the data validity. Interactive analysis was used in data analysis which consisted of three steps, namely (1) data reduction, (2) data display, and (3) conclusion drawing.
The result of the reserch shows that quantum learning model can improve grade V student’s writing javaness letters skill in SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri academic year 2011/2012, before the action to Cycle I and Cycle I to Cycle II. It is proven on the condition before the action where the average grade was 61,9 with the percentage of classical completeness is 31,6 %. Cycle I indicated the averaged grade of class is 66,2 with the classical completeness precentage of 58% and Cycle II it increased become 83,6 with the classical completeness precentage of 84%. Therefore a recommendation can be addressed that writing javaness letters skill by quantum learning can improve the student’s writing javaness letters skill in SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri on the academic year of 2011/2012.
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS
HURUF JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II BUMIHARJO NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Kuswadi, M. Ag selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Tri Budiharto, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
6. Purwanto, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Bumiharjo yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri II Bumiharjo.
7. Nusasmi, S.Pd.SD selaku guru kelas V SD Negeri II Bumiharjo yang telah merelakan waktunya untuk membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
commit to user xi
8. Bapak dan ibu guru SD Negeri II Bumiharjo yang membantu dan memberi dukungan.
9. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi.
10. Nenekku dan adikku tercinta beserta keluarga besarku yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman PGSD angkatan 2008 Universitas Sebelas Maret Surakarta. 12. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di kemudian hari.
Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
commit to user xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 6
1. Hakikat Keterampilan Menulis Huruf Jawa ... 6
a. Pengertian Keterampilan ... 6
b. Pengertian Menulis ... 8
c. Aspek-Aspek Menulis ... 9
d. Huruf Jawa ... 10
e. Keterampilan Menulis Huruf Jawa ... 15
f. Cara Penulisan Aksara Jawa ... 16
g. Penilaian Keterampilan Menulis Huruf Jawa ... 18
commit to user xiii
a.Pengertian Quantum Learning ... 21
b. Karakteristik Quantum Learning ... 23
c. Penerapan TANDUR Dalam Pembelajaran Menulis Huruf Jawa ... 26
B. Penelitian Relevan ... 28
C. Kerangka Berfikir ... 28
D. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Subjek Penelitian ... 32
C. Sumber Data Penelitian ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Validitas Data ... 34
F. Teknik Analisis Data ... 35
G. Indikator Kinerja ... 36
H. Prosedur Penelitian ... 37
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Pratindakan ... 42
B. Deskripsi Hasil Tindakan Setiap Siklus ... 43
1. Siklus I ... 43
2. Siklus II ... 53
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ... 62
D. Pembahasan ... 67
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 71
B. Implikasi ... 71
C. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rincian Waktu Penelitian ... 31 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pratindakan Keterampilan Menulis
Huruf Jawa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 42 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai KeterampilanMenulis Huruf Jawa
Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Siklus I ... 49 4.3 Perkembangan Ketuntasan Hasil Evaluasi Keterampilan
Menulis Huruf Jawa Siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo
pada Pratindakan dan Siklus I ... 51 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Siklus II ... 59 4.5 Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V
pada Siklus I dan II ... 61 4.6 Perbandingan Hasil Nilai Terhadap Jumlah Siswa
pada Tiap Siklus ... 62 4.7 Perbandingan Hasil Tes Melalui Nilai Klasikal Tiap Siklus ... 64 4.8 Perbandingan Hasil Tes Melalui Perolehan Ketuntasan Klasikal
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir... 29
3.1 Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif ... 36
3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 37
4.1 Grafik Pratindakan Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 43
4.2 Grafik Nilai Tes Keterampilan Menulis Huruf Jawa Kelas V SD Negeri Ii Bumiharjo Siklus I ... 50
4.3 Perkembangan Hasil Evaluasi Siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo pada saat Pratindakan dan Siklus I ... 51
4.4 Grafik Perkembangan Ketuntasan Hasil Evaluasi Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo pada Pratindakan dan Siklus I ... 52
4.5 Grafik Nilai Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 59
4.6 Grafik Perkembangan Nilai Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo pada Siklus I dan Siklus II ... 60
4.7 Grafik Perkembangan Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas V pada Siklus I dan II ... 61
4.8 Grafik Perbandingan Jumlah Siswa Tiap Siklus ... 63
4.9 Grafik Perbandingan Nilai Evaluasi Siswa Melalui Nilai Klasikal Tiap Siklus ... 64
4.10 Grafik perolehan Ketuntasan Siswa Secara Klasikal pada tiap Siklus ... 65
commit to user xvi
4.11 Perbandingan Hasil Nilai Evaluasi Siswa Berdasarkan
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 78 2. Silabus ... 79 3. Lembar Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa SD Negeri II Bumiharjo ... 81 4. Pedoman Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 84 5. Lembar Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa SD Negeri II Bumiharjo ... 87 6. Pedoman Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo ... 90 7.Pedoman Wawancara Pratindakan Untuk Guru Kelas V
SD Negeri II Bumiharjo ... 94 8. Soal Pratindakan... 98 9. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Huruf Jawa... 99 10.Rekapitulasi Nilai Keterampilan Menulis Huruf Jawa Pada
Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Pada Pratindakan ... 100 11. RPP Siklus I Pertemuan I ... 103 12.Lembar Kerja Siswa Siklus I pertemuan I ... 111 13. Rekap Nilai Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri II Bumiharjo ... 112 14. Kisi- Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ... 115 15. Soal Evaluasi Siklus I pertemuan I ... 116 16. Rekap Nilai Hasil Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri II Bumiharjo ... 117 17 RPP Siklus I Pertemuan II ... 119 18. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ... 126 19. Rekap Nilai Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
commit to user xviii
SD Negeri II Bumiharjo ... 127 20. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... 130 21. Soal Evaluasi Siklus I pertemuan 2 ... 131 22. Rekap Nilai Hasil Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri II Bumiharjo ... 132 23. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Menulis Huruf Jawa Melalui
Model Pembelajaran Quantum Learning Pada Siswa
Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Siklus I... 134 24. Hasil Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Keterampilan
Menulis Huruf Jawa Menggunakan Model Pembelajaran Quantum
Learning Pada siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo... 136
25. RPP Siklus II Pertemuan I ... 140 26. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ... 147 27. Rekap Hasil Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri II Bumiharjo ... 148 28. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 151 29. Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... 152 30. Rekap Nilai Hasil Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Siswa SD Negeri II Bumiharjo... ... 153 31. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 155 32. Lembar Kerja siswa Siklus II Pertemuan I ... 162 33. Rekap Hasil Observasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri II Bumiharjo ... 163 34 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2. ... 166 35.Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... 167 36.Rekap Hasil Evaluasi Keterampilan Menulis Huruf Jawa Siswa
SD Negeri Ii Bumiharjo ... 168 37. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Menulis Huruf Jawa Melalui
Model PembelajaranQuantum Learning Pada Siswa
Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Siklus II ... 170 38.Hasil Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Keterampilan
commit to user xix
Menulis Huruf Jawa Menggunakan Model Pembelajaran Quantum
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa merupakan salah satu pelajaran muatan lokal (mulok) di daerah Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut Sugiono (2011: 1) muatan lokal adalah sebuah pengembangan kurikulum yang materinya berupa materi yang berdasar pada kebutuhan masyarakat sekitar lembaga pendidikan. Sugiono (2011: 1) juga mengatakan bahwa tujuan dari muatan lokal adalah untuk mengembangkan potensial siswa agar terampil dan mampu memahami kondisional yang ada di lingkungannya. Pembelajaran bahasa Jawa, menyangkut aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam keterampilan menulis, terdapat pelajaran menulis dengan menggunakan huruf Jawa. Berdasarkan tujuan umum muatan lokal yang telah dipaparkan diatas, pelajaran menulis huruf Jawa menjadi sangat penting untuk memberikan keterampilan menulis huruf Jawa sehingga peserta didik memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan yang berlaku di daerahnya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri II Bumiharjo, Nguntoronadi, Wonogiri diketahui bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Jawa adalah 68. Selain itu, aspek yang kurang dikuasai siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa adalah keterampilan menulis huruf Jawa. Hal ini dibuktikan dari hasil tes pra tindakan yaitu nilai rata-rata keterampilan menulis huruf Jawa siswa adalah 61,9 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar hanya 6 siswa atau 31,6 % dari 19 siswa (lihat lampiran 10:100). Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan bahwa keterampilan menulis huruf Jawa siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo masih rendah. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai landasan yang melatarbelakangi adanya upaya meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri.
commit to user
2
Guru kelas V SD Negeri II Bumiharjo mengatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya nilai bahasa Jawa adalah karena banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis huruf Jawa. Bahkan bukan hanya siswa saja yang mengalami kesulitan menulis huruf Jawa, akan tetapi hampir kebanyakan orang mengalami kesulitan dalam menulis huruf Jawa. Samidi (2010: 7) mengatakan” Ana
panemu jare maca Basa Jawa iku angel, apa maneh wacan iku mau nganggo aksara Jawa “. Ada pendapat yang mengatakan bahwa membaca bahasa Jawa itu sulit,
apalagi bacaan itu menggunakan aksara Jawa. Jika hanya membaca tulisan Jawa saja, kebanyakan orang jawa merasa kesulitan, apalagi menulis dengan menggunakan huruf Jawa, dimana keterampilan menulis mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari membaca.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri II Bumiharjo dapat diidentifikasi beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah rendahnya keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa diantaranya adalah siswa kurang menguasai huruf Jawa nglegena beserta sandhangan dan pasangannya. Pembelajaran di sekolah yang kurang efektif, sebab guru dalam memberikan pelajaran, selalu menggunakan metode yang monoton, yaitu metode ceramah penugasan. Selain itu, guru juga tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
Sebagai salah satu solusinya, seorang guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan model pembelajaran secara tepat. Kegiatan belajar mengajar di kelas memerlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan materi tersampaikan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika pendidik menguasai model pembelajaran inovatif, maka pendidik akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Salah satu model yang dapat diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk
commit to user
3
meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa Sekolah Dasar adalah model pembelajaran Quantum Learning.
Keterampilan menulis huruf Jawa harus ditingkatkan agar siswa sebagai generasi penerus dapat mempelajari dan akhirnya dapat melestarikan kebudayaan Jawa khususnya huruf Jawa. Kebudayaan Jawa sangat penting untuk dilestarikan karena merupakan kebudayaan warisan nenek moyang yang akan memperkaya khasanah kebudayaan nusantara.
Adapun alasan pemilihan model pembelajaran Quantum Learning adalah karena model pembelajaran Quantum Learning mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah adanya unsur kepuasan siswa dan unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Model ini sangat cocok untuk diterapkan karena pada pembelajaran Quantum Learning terdapat aspek pengalaman belajar yang dapat menjadi penanaman ingatan yang kuat sehingga siswa lebih memahami apa yang telah diketahuinya seperti ketika siswa melihat nama jalan, nama instansi atau nama suatu tempat yang bertuliskan huruf Jawa. Selain itu, pembelajaran Quantum juga mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik keterampilan yaitu mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengoptimalkan keterampilan menulis huruf Jawa. Model pembelajaran Quantum Learning diterapkan untuk menjawab permasalahan penyebab rendahnya keterampilan menulis huruf Jawa. Sri Anitah (2009: 78) mengatakan bahwa model pembelajaran Quantum hampir sama dengan sebuah simfoni, jika seseorang menonton simfoni, maka banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musiknya. Pembelajaran Quantum Learning membagi unsur- unsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu konteks dan isi. Konteks adalah latar untuk pengalaman belajar dan isi meliputi interaksi guru - peserta didiik. Model pembelajaran Quantum Learning melibatkan pengalaman siswa dan berlangsung secara menyenangkan. Dengan melibatkan siswa secara aktif dan pembelajaran yang berlangsung menyenangkan, diindikasikan keterampilan menulis huruf Jawa siswa meningkat.
commit to user
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan dalam penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Menulis Huruf Jawa melalui Model Pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Rumusan Masalah
“ Apakah model pembelajaran Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan model pembelajaran inovatif yaitu penggunaan model pembelajaran Quantum
Learning dalam pembelajaran keterampilan menulis di Sekolah Dasar demi
kemajuan siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa
1) Kualitas pembelajaran menulis huruf Jawa siswa meningkat.
2) Keterampilan menulis huruf Jawa siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa meningkat.
b. Bagi Guru
commit to user
5
2) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam mengatasi kesulitan keterampilan menulis huruf Jawa. c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkatnya kualitas pembelajaran menulis huruf Jawa.
2) Menghasilkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga mutu siswa dan sekolah meningkat.
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Huruf Jawa
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Hamalik (2010: 73) keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni menunjukkan ikatan (a chain) respons motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, dan menuntut kaitan– kaitan organisasi menjadi pola–pola respon yang kompleks. Rangkaian respon suatu perilaku keterampilan melibatkan serangkaian respon–respon motorik. Respon motorik adalah gerakan–gerakan otot. Setiap gerakan dipandang sebagai asosiasi Stimulus–Respon individual. Sehingga suatu keterampilan adalah serangkaian gerakan–gerakan, tiap unit stimulus respon bertindak sebagai stimulus terhadap ikatan berikutnya. Koordinasi gerakan, tingkah laku terampil ditinjau sebagai koordinasi antara gerakan tangan dan gerakan mata.
Reber mengemukakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Sehinggga keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawentahan fungsi mental yang bersifat kognitif (Dalyono, 2005: 214). Sardiman (2006: 27) juga mengatakan bahwa keterampilan bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan adalah koordinasi dari gerakan fisik dan teknik dengan penghayatan untuk mencari jawaban yang cepat dan tepat. Keterampilan dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, Sukardi (2009: 1) juga menyatakan bahwa keterampilan akan menghasilkan tindakan dalam bentuk lain yang bersifat jasmani dan rohani, yaitu nilai dan sikap.
Dari beberapa pendapat tentang keterampilan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah perpaduan dari tindakan yang
commit to user
7
besifat jasmani dan rohani yang terkoordinasi sehingga menghasilkan suatu tindakan yang tidak hanya cepat dan cekatan, namun juga tepat dan sesuai. Keterampilan dapat dididik dengan banyak melatih kemampuan.
1) Karakteristik Keterampilan
Dari beberapa penadapat di atas dapat disimpulkan beberapa karakteristik keterampilan, antara lain:
a) Ketepatan b) Kecepatan c) Kelengkapan d) Kejelasan e) Kebenaran
f) Koordinasi tepat antara gerakan tangan dan mata
g) Koordinasi tepat antara kemampuan kognitif dan motorik
2) Indikator Keterampilan
a) Dapat melakukan sesuatu dengan tepat sesuai dengan perintah atau petunjuk.
b) Dapat melakukan sesuatu dengan cepat sesuai waktu yang ditentukan.
c) Dapat melakukan sesuatu dengan lengkap, tidak ada yang kurang sedikitpun, sesuai dengan perintah atau petunjuk yang diberikan. d) Dapat melakukan sesuatu dengan jelas, tidak membingungkan
orang lain dan maksud yang disampaikan dapat diterima orang lain.
e) Dapat melakukan sesuatu dengan benar, sehingga sesuatu yang dilakukan akan dapat diterima dan bermanfaat untuk orang lain. f) Dapat melakukan koordinasi gerakan tangan dan mata secara tepat
sehingga dapat melakukan kegiatan dengan baik.
g) Dapat melakukan koordinasi kemampuan kognitif dan motorik dengan tepat sehingga dapat melakukan kegiatan dengan baik dan benar.
commit to user
8
b. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam kehidupan sehari–hari, menulis merupakan salah satu aktivitas komunikasi dan sarana menyampaiakan pesan pada orang lain. Menulis juga digunakan sebagai media menyampaikan pesan kepada orang lain. Oleh karena itu, menulis memegang peranan penting dalam kehidupan sehari– hari.
Menurut McCrimmon menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai subjek, memilih hal–hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas (St.Y.Slamet, 2008: 96). Sementara itu Lawrence menyatakan bahwa menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis (St.Y.Slamet, 2008: 97).
Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis pada hakikatnya adalah melukiskan lambang–lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang–lambang grafis tersebut. Senada dengan pendapat Tarigan, Soemarmo Markam juga menyatakan bahwa menulis adalah mengungkapkan dalam bentuk simbol gambar(Abdurrahman, 2009: 224).
Sejalan dengan pendapat di atas, Abdurrahman (2009: 224) mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi, menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang–lambang bahasa grafis dan dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi. Nurudin (2010: 4) menyatakan bahwa menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan dalam rangka mengungkapkan gagasan.
Menurut Santosa dkk (2011 :6.14) menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2010 :1.3) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
commit to user
9
atau medianya. Mujiyanto dkk (1992: 63) menyatakan bahwa menulis adalah menyusun buah pikiran dan perasaan atau data-data informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis sehingga tema tulisan yang disampaikan sudah dipahami pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah melukiskan lambang–lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa secara visual dan sistematis untuk keperluan komunikasi, sehingga orang lain dapat membaca lambang–lambang tersebut dan gagasan yang ditulis dapat tersampaikan.
c. Aspek–Aspek Menulis
Dalam menulis terjadi suatu aktivitas yang didukung oleh beberapa indra dan anak harus mampu mentransfer dan mengintegrasikan antar kemampuan visual, auditori, kinestetis, maupun berpikir. Karena itu, pelajaran menulis terasa berat bagi anak dan tidak jarang anak menolak untuk menulis.
Lovitt menyatakan bahwa pelajaran menulis mencakup tiga aspek yaitu menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja dan menulis ekspresif (Abdurrahman, 2009: 227). Yang akan dibahas disini adalah pengajaran menulis dengan tangan. Abdurrahman (2009: 227) mengatakan bahwa sejak awal masuk sekolah, anak harus belajar menulis tangan karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga guru. Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak dapat membaca tulisan.
Menurut Lerner ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis permulaan, (Abdurrahman, 2009: 227) antara lain :
1) Motorik, anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan , akan mengalami kesulitan dalam menulis seperti tulisannya tidak jelas, terputus–putus atau tidak mengikuti garis.
commit to user
10
2) Perilaku, anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.
3) Persepsi, jika persepsi visual anak terganggu, mengakibatkan aanak mungkin akan sulit membedakan huruf–huruf.
4) Memori, gangguan memori juga akan mengganggu anak dalam menulis. Anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulisnya.
5) Kemampuan cross modal, kemampuan cross modal menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. Ketidakmampuan di bidang ini menyebabkan anak mengalami gangguan koordinasi mata–tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas.
6) Penggunaan tangan yang dominan, anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga sering terbalik–balikdan kotor.
7) Kemampuan memahami instruksi, ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata–kata yang sesuai dengan perintah guru.
d. Huruf Jawa
Herusatoto (2008: 73) menyatakan bahwa asal-usul terbentuknya aksara Jawa berasal dari cerita guru Sekolah Rakyat yang mengajar bahasa Jawa pada tahun 1950-an. Aksara Hanacaraka dihubungkan dengan legenda atau cerita Aji Saka. Menurut cerita guru tersebut pencipta huruf Jawa adalah Aji Saka. Pada mulanya tulisan Jawa ini untuk mengenang utusannya yang bertengkar karena mempertahankan kebenarannya. Tersebutlah dua utusan Aji Saka bernama Dora dan Sembada. Pada suatu hari, Aji Saka akan pergi bersama Dora untuk suatu keperluan. Sembada diperintahkan untuk menunggu pusaka, di mana tidak satu pun orang boleh mengambilnya selain Aji Saka sendiri. Ketika akan bertengkar dengan Dewata Cengkar, Aji Saka memerintahkan Dora untuk mengambil pusaka itu. Sembada berpendirian bahwa sebagai utusan akan salah jika melanggar perintah, sebab perintahnya jelas untuk menunggu pusaka sampai Aji Saka sendiri yang datang mengambil. Kedua utusan tersebut
commit to user
11
saling mempertahankan kebenarannya. Oleh karena itu, kedua utusan saling bertengkar hingga terjadi baku hantam. Akhirnya perkelahian selesai sebab keduanya bertempur sampai titik darah penghabisan. Dora dan Sembada meninggal dunia bersama-sama karena saling membunuh. Lama menunggu, akhirnya Aji Saka kembali ke tempat pusaka ditempatkan. Melihat kejadian yang menimpa kedua utusannya tersebut, Aji Saka sangat menyesal. Untuk mengenang mereka ditulislah huruf Jawa. Susunannya yaitu:
ha na ca ra ka yang berarti ada utusan : Dora lan Sembada. Da ta sa wa la yang berarti saling bertengkar, saling bersitegang. Pa da ja ya nya yang berarti sama saktinya, sama perkasanya. Ma ga ba ta nga yang berarti sama-sama meninggal dunia, sama-sama menjadi bangkai.
Legenda ini diceritakan kepada siswa agar tertarik dan menghibur siswa sehingga mempermudah siswa dalam memahami dan menghafal huruf Jawa
Menurut Darusuprapta (1996: 5-51) yang di pelajari dalam penulisan huruf Jawa adalah huruf dasar Jawa (aksara carakan),
sandhangan, pasangan,aksara murda, aksara swara, aksara rekan, tanda baca, dan huruf lainnya.
1) Huruf dasar Jawa (aksara carakan)
Huruf dasar Jawa (aksara carakan) disebut juga aksara Jawa
nglegena. Hadiwiradarsana (2010: 5) menyatakan bahwa aksara Jawa
nglegena adalah aksara yang belum mendapat ”sandhangan” atau belum diberi sandhngan (belum disandhangi).
Darusuprapta (1996: 5) mengemukakan huruf carakan atau
aksara carakan yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada
dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik (kesukuan). Huruf Dasar Jawa (Aksara Carakan) sebagai berikut :
a n c r k
ha na ca ra ka
f t s w l
commit to user 12 p d j y v pa dha ja ya nya m g b q z ma ga ba tha nga 2) Pasangan
Hadiwirodarsono (2010: 12) menyatakan bahwa aksara yang dapat menghentikan aksara disebut aksara pasangan.
Suryadipuro (2007: 29) menemukakan bahwa huruf pasangan (aksara pasangan) adalah huruf Jawa seperti halnya huruf carakan yang jumlahnya juga 20 buah, tetapi bentuk dan fungsinya berbeda. Pasangan dapat diartikan sebagai ”setelan”, karena setiap huruf Jawa memiliki pasangan sendiri-sendiri-sendiri. Fungsi huruf pasangan adalah untuk menghilangkan tanda pangkon sekaligus untuk sedikit menghemat tempat serta untuk mematikan (menjadi konsonan) huruf di depan atau di atasnya.
Tabel 1. pasangan huruf Jawa (aksara jawa) sebagai berikut …H Ha …N na …C ca …R Ra …K Ka …F da …T ta …S Sa …W wa …L La …P Pa …D dha …J ja …Y Ya …V Nya …M ma …G ga …B Ba …Q tha …Z Nga 3) Aksara Murda
Hadiwirodarsono (2010: 22) menyatakan bahwa aksara
murda disebut huruf besar. Adapun jumlahnaya hanya ada 8 aksara
Murda, jadi tidak semua aksara Jawa ada huruf besarnya.
Darusuprapta (1996: 13) mengemukakan bahwa aksara
murda jumlahnya terbatas, tidak semua aksara yang terdaftar dalam
carakan ada aksara murdanya. Aksara murda berjumlah delapan buah Tabel 2. Bentuk dan Wujud Aksara Murda sebagai berikut
! I # $ % ^ & *
commit to user
13
4) Aksara Swara
Aksara swara (huruf vokal) ialah huruf khas yang berfungsi
sebagai huruf vokal yang menjadi suku kata. Aksara swara biasanya digunakan pada kata asing. Aksara swara tidak mempunyai pasangan. Menurut Hadiwirodarsono (2010: 25) aksara swara ada 5 bentuk yaitu :
A I U E O
a i u e o
5) Aksara Rekan
Menurut Hadiwirodarsono (2010: 24) aksara rekan dipakai dalam penulisan bahasa asing terutama bahasa Arab. Huruf-huruf ini dicipta dengan menambah cecak telu (tiga titik) pada huruf-huruf yang sedia ada. Menurut Darusuprapta (1996 : 16) terdapat lima aksara
rékan, masing-masing mempunyai pasangan seperti berikut
k+ f +p +j +g+
Kh Dz F Z Gh
6) Sandhangan
Menurut Darusuprapta (1996: 18) mengatakan bahwa
sandhangan ialah tanda yang dipakai sebagai pengubah bunyi di
dalam tulisan Jawa. Di dalm tulisan Jawa, aksara yang tidak mendapat sandhangan diucapkan sebagai gabungan antara konsonan dan vokal a.
Sandhangan ialah tanda yang mengubah bunyi suku kata. Sandhangan terbagi kepada tiga kategori:
a) Sandhangan swara
Sandhangan swara ialah tanda yang bertindak sebagai
“baris” kepada suku kata. Ia digunakan untuk membatalkan bunyi asal /a/ dalam suku kata dan menggantikannya dengan vokal lain, umpamanya /i/ dan /u/. Terdapat lima jenis sandhangan swara.
commit to user
14
(2)
u
suku - untuk bunyi /u/(3)
e
pepet - untuk bunyi /ǝ/(4)
[
taling - untuk bunyi /e/(5)
[ o
taling-tarung-untuk bunyi /o/Contohnya, ha dengan wulu menghasilkan suku kata /hi/. b) Sandhangan Panyigeging Wanda
Sandhangan panyigeging wanda digunakan untuk
mengakhiri suku kata dengan bunyi konsonan.
(1) layar-untuk bunyi /r/
(2) wignyan- untuk bunyi /h/
(3) cecak- untuk bunyi /ng/
(4) patèn atau pangkon- untuk 'membunuh' bunyi pada
sebuah huruf-huruf lainnya. c) Sandhangan Wyanjana
Sandhangan wyanjana digunakan untuk menggabungan
bunyi konsonan.
(1) cakra - untuk bunyi /r/
(2) ) cakra keret - untuk bunyi /re/, sebagai pengganti
gabungan cakra dan pepet.
(3) péngkal - untuk bunyi /y/
7) Tanda Baca
Menurut Hadiwirodarsono (2010: 30) “tanda baca huruf Jawa ada 4”.
a) adeg adeg - penanda awal ayat
commit to user
15
c) pada lungsi - sama seperti fungsi noktah
d) pada pangkat - mengapit angka dan petikan kata
e. Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Suriamiharja (1996: 2) mengemukakan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol–simbol bahasa tersebut.
Menurut Keraf (1984: 46), “huruf adalah lambang atau gambaran dari bunyi”. Tulisan Jawa merupakan abjad suku kata, bermakna bahwa setiap unit terkecil (huruf) adalah suku kata (terdiri dari satu bunyi konsonan dan satu bunyi vokal iringan). Suku kata ini boleh diubah sesuai dengan tanda–tanda yang dinamakan oleh orang Jawa.
Berdasarkan uraian–uaraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis huruf Jawa adalah kemampuan seseorang untuk melukiskan lambang-lambang grafik abjad aksara Jawa secara visual dengan cepat dan benar.
f. Cara Penulisan Aksara Jawa
Suryadipura dkk, (2008 : 3) mengatakan bentuk aksara Jawa dikenal sebagai “MBATA SARIMBAG”, maksudnya seperti cetakan batu bata, atau geometris seperti persegi panjang atau jajargenjang. Secara detail, bentuk huruf – hutuf Jawa itu adalah sebagai berikut:
1) Aslinya, aksara / huruf Jawa itu ditulis miring (= condong). Namun dibuat tegak seperti cetakan juga tidak salah.
2) Letaknya di bawah garis sebab kalau ditulis di atas garis, kaki – kaki huruf itu akan kelihatan bergandengan, tertutup/ tidak menganga. Maka agak susah dibaca.
commit to user
16
3) Hampir seluruh huruf ini sama tingginya, geometris seperti kotak. Polanya, kalau ditulis miring seperti jajar genjang, kalau tegak seperti persegi panjang.
4) Penampang huruf Jawa terdiri dari bagian lebar dan bagian yang sempit dengan skala tertentu seperti cantaah huruf “Na” di bawah ini.
Secara detail, lebar dan sempitnya rentang kaki – kaki huruf Jawa yang “mbata sarimbag” itu dapat dipolakan seperti huruf Ha – Na – Ca di bawah ini.
Keterangan tanda “panah” pada pola huruf : a) Gerakan ke atas dibuat tipis.
commit to user
17
c) Sedangkan gerakan yang mendatar, seyogianya dibuat sedikit tebal. Namun apabila dibuat tipis juga tidak salah.
Di bawah ini pola huruf Ga, Pa, Ba dan sejenisnya:
Keterangan:
a) Seperti pola huruf Ha, Na, Ca di muka, ada 3 jenis lebar / rentang kaki, yaitu 1, 2 dan 3 spasi. Tidak ada yang lebarnya sampai 4 bidang (spasi). b) Ujung – ujung awal dan ujung bagian akhir masing – masing huruf dibuat sedikit melengkung ke dalam, (lihat tanda “panah” pada huruf
)
g. Penilaian Keterampilan Menulis Huruf Jawa
Evaluasi menulis permulaan diadakan untuk memperoleh informasi tentang keterampilan siswa menulis lambang–lambang bunyi dalam hubungan kata atau kalimat, sesuai dengan ejaan yang sudah diajarkan. Tes ini bersifat individual dimana guru menggunakan tabel penilaian keterampilan menulis huruf Jawa. Pedoman penilaian keterampilan menulis huruf Jawa ini dikembangkan dari tinjauan pustaka keterampilan menulis huruf Jawa.
Tabel 2.1 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Huruf Jawa Komponen yang dinilai berpedoman pada deskriptor di bawah ini 1. Ketepatan
Skor Deskriptor
commit to user
18
2 Bentuk huruf hampir sesuai dengan dengan huruf Jawa
3 Bentuk huruf sudah sesuai dengan huruf Jawa 2. Kecepatan
Skor Deskriptor
1 Siswa mampu menyelesaikan tugas, ≥ 5 menit dari waktu yang telah ditentukan.
2 Siswa mampu menyelesaikan tugas, tepat pada waktu yang telah ditentukan.
3 Siswa mampu menyelesaikan tugas, ≤ 5 menit dari waktu yang telah ditentukan.
3. Keutuhan kalimat
Skor Deskriptor
1 Rangkaian kalimat tidak utuh sehingga pembaca sulit memahami makna kalimat
2 Rangkaian kalimat kurang utuh sehingga pembaca kurang bisa memahami makna kalimat
3 Rangkaian kalimat utuh sehingga pembaca bisa memahami makna kalimat
4. Kelengkapan sandhangan
Skor Deskriptor
1 Sandhangan yang digunakan dalam kalimat huruf Jawa tidak lengkap sehingga bunyi kalimat tidak tepat dan tidak sesuai dengan tulisan latin
2 Sandhangan yang digunakan dalam kalimat huruf Jawa kurang lengkap sehingga bunyi kalimat kurang tepat dan tidak sesuai dengan tulisan latin
3 Sandhangan yang digunakan dalam kalimat huruf Jawa lengkap sehingga bunyi kalimat tepat dan sesuai dengan tulisan latin 5. Kejelasan kalimat
Skor Deskriptor
1 Bunyi kalimat tidak jelas sehingga makna kalimat tidak dapat diterima pembaca.
2 Bunyi kalimat kurang jelas sehingga makna kalimat kurang bisa diterima pembaca
3 Bunyi kalimat jelas sehingga makna kalimat dapat diterima pembaca
6. Letak huruf Jawa di bawah garis atau nggandhul garis
Skor Deskriptor
commit to user
19
2 Tulisan huruf Jawa sedikit yang terletak di bawah garis 3 Tulisan huruf Jawa seluruhnya terletak di bawah garis Contoh :
7. Seluruh huruf Jawa tingginya hampir sama
Skor Deskriptor
1 Seluruh tulisan huruf Jawa tingginya tidak ada yang sama 2 Sebagian tulisan huruf Jawa tingginya hampir sama 3 Seluruh tulisan huruf Jawa tingginya hampir sama
8. Pola penulisan huruf Jawa bila ditulis miring seperti jajar genjang, bila ditulis tegak seperti persegi panjang
Skor Deskriptor
1 Penulisan huruf Jawa sama sekali tidak mengikuti pola penulisan miring atau tegak
2 Penulisan huruf Jawa sedikit mengikuti pola penulisan miring atau tegak
3 Penulisan huruf Jawa mengikuti pola penulisan miring atau tegak Contoh :
9. Gerakan ke atas dibuat tipis sedangkan gerakan ke bawah atau serong ke bawah dibuat sedikit tebal
Skor Deskriptor
1 Tulisan sama sekali tidak sesuai aturan tipis tebal 2 Sebagian tulisan sesuai dengan aturan tipis tebal
commit to user
20
3 Seluruh tulisan sesuai dengan aturan tipis tebal Contoh :
10. Ujung-ujung awal dan ujung bagian akhir masing-masing huruf dibuat sedikit melengkung ke dalam (lihat tanda panah pada huruf )
Skor Deskriptor
1 Tulisan huruf Jawa tidak ada sama sekali yang melengkung 2 Tulisan huruf Jawa sebagian ada yang melengkung
3 Tulisan huruf Jawa seluruhnya sudah melengkung Contoh :
KRITERIA PENILAIAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF JAWA: Nilai = 3 (skor maksimal ) X 10X10 = = 300 = 100
3 3
2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum Learning a. Pengertian Quantum Learning
DePorter (2003: 16) menyatakan bahwa Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metodenya sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain,
commit to user
21
seperti teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol dan simulasi atau permainan.
Quantum Learning menurut Azhar (2008:1) memberikan kritik terhadap cara mengajar yang selama ini dilakukan secara turun temurun. Persamaan Quantum Learning ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum. E=mc2, dimana E adalah energi yang diibaratkan antusiasme siswa, efektivitas belajar-mengajar dan semangat. Simbol m adalah massa yang diibaratkan sebagai semua individu yang terlibat, situasi, materi, dan fisik. Simbol c adalah interaksi yang diibaratkan hubungan yang tercipta di kelas.
Menurut Kusno dan Joko Purwanto (2011: 85) dalam international journal for educational studies menyatakan bahwa:
In short, in quantum learning students are required to think, explore, and construct knowledge from their experiences with the guide question given by the teacher. Students should solve a problem through discussion and present their solution. The teacher only facilitates, guide, and encourage enjoyable and cheerful learning.
Dapat diartikan bahwa dalam Quantum Learning, peserta didik harus berfikir, menemukan dan membangun pengetahuan dari pengalaman mereka dengan panduan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Peserta didik harus memecahkan sebuah masalah melalui diskusi dan memberikan pemecahan mereka. Guru hanya sebagai fasilitas, pemandu, dan mendorong pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Dengan kata lain, Quantum Learning adalah sebuah model pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Model ini diterapkan dengan mengutamakan pengalaman belajar siswa, dari mulai berfikir siswa, menemukan dan membangun pengetahuan dari pengalaman yang telah mereka alami dengan panduan pertanyaan dari guru.
Menurut Janzen, Perry & Edwards (2011) dalam the international review of research in open and distance learning menyatakan bahwa: “The
commit to user
22
quantum perspective of learning environments often consist of virtual classrooms that can be designed to accommodate the quantum learner”.
Dapat diartikan bahwa dalam pandangan pembelajaran kuantum lingkungan seringkali berupa kelas sesungguhnya yang dapat disesuaikan untuk melengkapi kebutuhan siswa. Dalam artian untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, guru terlebih dahulu harus menciptakan suasana yang kondusif yang merangsang minat siswa untuk belajar sehingga siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran dengan cara mengubah interaksi –interaksi yang terjadi di dalam kelas, sehingga diharapkan interaksi-interaksi ini nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
Ada bermacam–macam dasar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan Quantum Learning. Berbagai akar pandangan dan pikiran itu diramu, bahkan disatukan dalam sebuah model teoritis yang padu dan utuh hingga tidak tampak lagi asalnya dan pada gilirannya model teoritis tersebut diujicobakan secara sistematis sampai ditemukan bukti– bukti empirisnya (Sugiyanto, 2009: 72)
Diantara berbagai akar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan pembelajaran kuantum yang dikemukakan oleh DePorter diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan–pandangan teori sugestologi atau pembelajaran akseleratif Lozanov, teori kecerdasan ganda Gardner, teori pemrograman neuorolinguistik (NLP) Grinder dan Bandler, dan pembelajaran eksperensial (berdasarkan pengalaman) Hahn, serta temuan– temuan mutakhir neurolinguistik mengenai peranan dan fungsi otak kanan mendominasi atau mewarnai secara kuat sosok (profil) pembelajaran kuantum. Teori kecerdasan ganda, teori pemrograman neurolinguistik, dan temuan–temuan mutakhir neurolinguistik sangat berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajar, khususnya kemampuan otak dan pikiran pembelajar.
Quantum Learning adalah suatu kiat, petunjuk, strategi, dan
commit to user
23
ingat, serta membuat belajar sebagai suatu yang bermaknadan sesuai dengan kehidupan siswa yang dapat membentuk sikap positif, motivasi, belajar aktif, membangun dan mempertahankan lingkungan positif, kepercayaan diri dan sukses.
b. Karakteristik Umum Quantum Learning
Sugiyanto (2009: 73) menyatakan bahwa Quantum Learning memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok
Quantum Learning sebagai berikut :
1) Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum.
2) Quantum Learning lebih bersifat humanistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua uasaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
3) Quantum Learning lebih bersifat konstruktivistis sehingga nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran Quantum Learning relatif kuat.
Quantum Learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajar berhasil baik.
commit to user
24
4) Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kunci dan konsep dalam pembelajaran
Quantum Learning. Karena itu pembelajaran Quantum Learning
memberikan tekanan pada pentingnya interaksi yang bermutu dan bermakna.
5) Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik–baiknya.
6) Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat– buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenagkan, sedang keartifisialan dan kepura–puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan.
7) Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai.
8) Quantum Learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orchestra yang memainkan simfoni.
commit to user
25
9) Quantum Learning memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran. 10) Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dari diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. 11) Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selaininteraksi
12) Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan ppikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Menurut DePorter (2005: 10), untuk memudahkan mengingatnya dan untuk keperluan konstruksional Quantum Learning dikenal dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur–unsur ini yang membentuk basis struktur yang melandasi model pembelajaran Quantum
Learning. Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menajdi teratrik dan
berminat pada setiap pelajaran, tingkat kelas dengan beragam budayanya jika guru benar–benar menggunakan model pembelajaran Quantum
Learning. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami
pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan belajar.
Kerangka pembelajaran TANDUR adalah sebagai berikut :
1) Tumbuhkan : Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita pelajari.
commit to user
26
2) Alami : Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui.
3) Namai : Berikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep – konsep pokok dan materi pelajaran.
4) Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka mengahayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi : Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melalui pertanyaan post tes, ataupun penugasan, atau membuat ikhtisar hasil belajar.
6) Rayakan : Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan menambah belajar dengan asosiasi.
c. Penerapan TANDUR Dalam Pembelajaran Menulis Huruf Jawa
1) Tumbuhkan: sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan, guru bisa mendongengkan legenda huruf Jawa. Guru juga bisa menayangkan macro mediaflash pembelajaran huruf Jawa.
2) Alami: berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Guru memberi pertanyaan pada siswa tentang tulisan–tulisan Jawa yang dipasang pada instansi–instansi tertentu. 3) Namai: berikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep–
konsep pokok dan materi pelajaran. Menyuruh siswa untuk menulis huruf Jawa di bukunya masing–masing. Guru bisa menggunakan poster huruf Jawa yang dipasang di papan tulis untuk membantu siswa. 4) Demonstrasikan: berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Guru menyuruh siswa menulis di bukunya masing-masing, kemudian mempresentasikan
commit to user
27
hasilnya ke depan kelas untuk membaca dan menulis huruf Jawa yang telah didiskusikan sebelumnya.
5) Ulangi: rekatkan gambaran keseluruhannya, ini dapat dilakukan melalui pertanyaan post tes, ataupun penugasan, atau membuat ikhtisar hasil belajar. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru juga bisa memberikan semacam kuis atau cerdas cermat untuk mengetahui kemampuan siswa membaca huruf Jawa.
6) Rayakan: ingat, jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Perayaan menambah belajar dengan asosiasi positif. Guru bisa memberikan pujian atau tepuk tangan atau memberikan hadiah pada siswa yang mampu menulis huruf Jawa dengan baik.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Sri Mulyani (2010) yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca huruf Jawa Berbasis Quantum Learning pada siswa kelas IV SD N Sukorame Musuk Boyolali”. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penerapan Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan membaca huruf Jawa. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata – rata kemampuan membaca huruf Jawa pada siklus I sebanyak 36 %, kemudian meningkat pada siklus II sebanyak 80 %. Pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik.
Penelitian Sri Mulyani di atas,relevan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah jenis penelitian tindakan kelas dan pada modelnya, sama-sama menggunakan model Quantum Learning. Namun terdapat perbedaan antara penelitian Sri Mulyani dengan penelitian ini yaitu objek kajian Sri Mulyani kemampuan membaca huruf Jawa, sedangkan penelitian ini memiliki objek kajian keterampilan menulis huruf Jawa.
Penelitian Desi Ana Hapsari (2010)yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Huruf Jawa Melalui Media Kartu Huruf pada siswa kelas III SD N 01 Paseban Jumapolo Karanganyar”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menulis huruf Jawa dengan
commit to user
28
menggunakan media kartu huruf yang ditandai dengan meningkatnya hasil keterampilan menulis huruf Jawa di setiap siklusnya yaitu siklus I 65 % dan siklus II 85 %.
Penelitian Desi Ana Hapsari diatas, relevan dengan penelitian ini. Persamaannya terdapat pada objek kajiannya dalam meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa. Selain memiliki persamaan, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan penelitian ini, yaitu pada penelitian Desi Ana Hapsari menggunakan media kartu huruf , sedangkan penelitian ini menggunakan model
Quantum Learning.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan tes pra tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo diidentifikasikan masih mengalami kesulitan dan tergolong rendah. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode yang konvensional dan model yang kurang inovatif. Guru juga belum menggunakan model pembelajaran Quantum Learning.
Karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa. Diantara banyaknya model pembelajaran yang inovatif, model pembelajaran Quantum Learning adalah suatu model yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa. Melalui konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan)yang melandasi Quantum Learning dapat membawa siswa menjadi lebih tertarik dan berminat untuk menulis huruf Jawa. DePorter menyatakan bahwa pembelajaran dengan Quantum Learning terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca, menciptakan lingkungan belajar yang efektif, memudahkan proses belajar, meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan minat dan motivasi siswa belajar, serta melatih daya ingat dan daya serap siswa dalam pembelajaran (DePorter, 2003 :12).
Melalui model pembelajaran Quantum Learning, siswa akan mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri,
commit to user
29
dan akhirnya keterampilan menulis huruf Jawa pun meningkat. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat divisualisasikan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang dirumuskan bahwa model pembelajaran Quantum
Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas
V SD Negeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012”. Tindakan
keterampilan menulis huruf Jawa siswa masih rendah Kondisi
Awal
Kondisi Akhir
Guru belum menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran keterampilan
menulis huruf Jawa dan masih menggunakan model
konvensional
Guru menggunakan model pembelajaran Quantum learning dalam pembelajaran
keterampilan huruf Jawa
Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Learning keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas V SD Negeri II Bumiharjo meningkat
egeri II Bumiharjo Nguntoronadi Wonogiri Siklus I Siklus II 1.Perencanaan 2.Tindakan 3.Observasi 4.Refleksi
commit to user 31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri II Bumiharjo yang terletak di Kelurahan Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri II Bumiharjo. Pemilihan SD Negeri II Bumiharjo sebagai lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu hasil pembelajaran keterampilan menulis huruf Jawa khususnya pada siswa kelas V masih rendah, di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian, sehingga dapat terhindar dari adanya penelitian ulang dan diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi sekolah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulanJanuari sampai dengan Juli 2012. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian disajikan dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 : Rincian waktu penelitian
No Kegiatan
Bulan
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Survei dan tes pra tindakan 2. Penyusunan dan pengajuan Proposal 3. Mengurus ijin penelitian 4. Persiapan penelitian 5. Pelaksanaan penelitian dan pengolahan data 6. Analisis data 7. Penyusunan laporan hingga penjilidan skripsi
8. Ujian skripsi dan revisi