• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post Concussion Syndrome

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Post Concussion Syndrome"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2nsiden edera kepala yang nyata yang memerlukan pera"atan di 3S dapat 2nsiden edera kepala yang nyata yang memerlukan pera"atan di 3S dapat diperkirakan 40.000 kasus pertahun ('00 kasus100.000 orang) yang meliputi diperkirakan 40.000 kasus pertahun ('00 kasus100.000 orang) yang meliputi onussion !raktur tengkorak perdarahan intrakranial laserasi otak hematoma onussion !raktur tengkorak perdarahan intrakranial laserasi otak hematoma dan edera serius lainnya. ,ari total ini 56-46% adalah onussion dan sekuele dan edera serius lainnya. ,ari total ini 56-46% adalah onussion dan sekuele edera kepala ringan. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur edera kepala ringan. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur an

antartara a 1616- - ' ' tatahuhun n dadan n bibiasasananya ya kakarenrena a kekeeelalakakaan an kekendndararaan aan bebermrmototoror.. $enurut 3imer et al dari 1'00 pasien yang dira"at di 3S dengan edera kepala $enurut 3imer et al dari 1'00 pasien yang dira"at di 3S dengan edera kepala tertutup 66% diobati untuk edera kepala ringan (minor)

tertutup 66% diobati untuk edera kepala ringan (minor)''..

7anyak pasien-pasien dengan edera ringan yang datang kedokter untuk 7anyak pasien-pasien dengan edera ringan yang datang kedokter untuk  pertama

 pertama kalinya kalinya karena karena gejala gejala yang yang terus terus berlanjut berlanjut dikenal dikenal sebagai sebagai sindromasindroma  postonussion.

 postonussion. 7erdasarkan 7erdasarkan in!ormasi in!ormasi statistik statistik yang yang diketahui diketahui masalah masalah ederaedera kepala ringan adalah gangguan sekuele pasa trauma dan dengan akibat gangguan kepala ringan adalah gangguan sekuele pasa trauma dan dengan akibat gangguan  produkti/itas

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Post concussion syndrome

 Post concussion syndrome  atau  ost concussi!e syndrome (PCS) adalah sekelompok gejala yang di alami seseorang setelah seminggu sebulan atau  bahkan setahun setelah suatu trauma (gegar) ringan dari trauma otak (traumati  brain injury  872). PCS juga bisa terjadi pada trauma otak sedang dan berat. 9ejala-gejala PCS biasanya didiagnosis pada orang yang menderita 872 dan #4-40% biasanya terjadi pada trauma kepala ringan. ,iagnosis dibuat berdasarkan gejala yang ditimbulkan dari ri"ayat trauma # bulan setelah mendapat trauma yang terakhir bisa juga didiagnosis dalam hitungan minggu bahkan 10 hari setelah trauma. Pada trauma yang sudah lama terjadi (latepersistent atau  prolonged PCS  PPCS) biasanya didiagnosis setelah menderita #- bulan setelah

terjadi trauma#.

Sindroma postonussion adalah kumpulan gejala yang terdiri atas nyeri kepala pusing (di&&iness) iritabilitas mudah lelah ansietas gangguan memori menurunnya konsentrasi dan insomnia yang merupakan sekuele setelah edera kepala ringan tertutup. 2stilah lain yang digunakan untuk keadaan ini adalah  ost traumatic insta"ility, ost traumatic headache, traumatic neurasthenia,traumatic  sychasthenia, ost traumatic syndrome. :ang dimaksud dengan edera kepala ringan adalah suatu trauma yang terjadi dengan gangguan kesadaran sesaat atau gangguan !ungsi neurologik lain (misalnya memori penglihatan) dengan 9CS 1#-16 '6.

 Post concussional syndrome seara umum dide!inisikan sebagai kondisi yang munul setelah edera kepala yang berakibat de!isit pada tiga area !ungsi SSP ; 1) somatik (neurologis-umumnya berupa nyari kepala keenderungan merasa epat lelah) ') psikologis (perubahan a!ek kurangnya moti/asi ansietas atau emosi yang labil) #) kogniti! (kelemahan dalam mengingat perhatian dan konsentrasi). Post concussional syndrome sulit dide!inisikan seara medis karena gejalanya berupa keluhan subjekti!. $unul beberapa kriteria diagnosis yang  bentuk oleh spesialisasi dari dokter yang mera"at (neurologis psikiater #

(3)

rehabilitasi medik dan lain-lain) lokasi klinis pasien tersebut diperiksa (29, rumah sakit e/aluasi !orensik dan lain-lain) dan ada atau tidaknya penerapan kriteria yang lebih teliti. Penelitian menunjukkan bah"a gejala ostconcussional umumnya munul dalam #4 sampai 40% orang yang mengalami edera kepala ringan.

8he Amerian Psyhiatri Assoiation<s (APA<s) kriteria untuk gangguan  ostconcussional  yang masih dalam tahap penelitian menentukan bah"a adanya =gangguan !ungsi kogniti! yang didapat diikuti dengan gejala perilaku neurologis yang munul sebagai konsekuensi dari edera kepala tertutup dengan tingkat keparahan yang ukup untuk menyebabkan terjadinya gangguan serebral yang signi!ikan (8abel #). APA menatat bah"a tidak ada bukti yang ukup untuk menentukan batas yang jelas terhadap tingkat keparahan edera kepala tertutup namun menyarankan setidaknya dua dari tiga hal harus terdapat yaitu sebagai  berikut ; =1) periode tidak sadar yang berlangsung lebih dari 6 menit ') periode amnesia postrauma yang berlangsung selama lebih dari 1' jam setelah edera kepala tertutup #) onset baru berupa kejang (atau kejang yang semakin memburuk pada pasien yang mempunyai ri"ayat kejang) yang munul dalam   bulan pertama setelah edera kepala tertutup.

APA juga memerlukan adanya =gangguan kogniti! untuk menentukan  perhatian (konsentrasi memindahkan !okus perhatian menjalankan tes kogniti! yang berulang-ulang) yang harus terdapat jelas gejalanya. Sebagai tambahan dari gangguan kogniti! tiga atau lebih gejala sebagai berikut harus ada terus menerus setidaknya dalam # bulan setelah edera kepala tertutup ; mudah lelah gangguan tidur nyeri kepala /ertigo atau pusing mudah tersinggung atau mudah marah depresi ansietas atau a!ek labil kurang spontan atau apatis> atau perubahan  perilaku (seperti perubahan perilaku sosial atau seks yang tidak pantas). riteria ini juga memerlukan bah"a gejala kogniti! somatik atau gejala perubahan  perilaku yang munul setelah trauma kepala mengalami perburukan gejala atau keluhan dan harus disertai dengan penurunan yang signi!ikan dari !ungsi sosial dan pekerjaan dan menunjukkan penurunan yang signi!ikan dari !ungsi pasien saat sehat.

(4)

APA menambahkan bah"a diagnosis banding dari gangguan  ostconcussional adalah kelainan berupa pura-pura ketika pasien memerlukan  peran berpura-pura sakit yang memberikan kompensasi dari tanggung ja"ab sosial dan sengaja berpura-pura dimana terdapat harapan untuk kompensasi sehingga mengarah kepada munul atau perpanjangan gejala. ,iagnosis lain yang dapat dipertimbangkan menyangkut gangguan kogniti! demensia gangguan somatisasi gangguan stress post trauma dan gangguan somato!orm yang tidak dapat diklasi!ikasikan.

7erita baik tentang ost concussional syndrome adalah pada penelitian dan literatur terdahulu menyebutkan bah"a sebagian besar orang akan pulih seara sempurna dalam "aktu # sampai  bulan. anya 5-16% dari semua penderita dari kasus yang lebih buruk mengalami gejala selama 1 tahun setelah edera dan hal tersebut dapat dianggap mengalami  ost concussional syndrome  jangka panjang atau persisten. ?aktor yang dapat diprediksi dapat mengakibatkan  ost concussional syndrome  persisten adalah jenis kelamin "anita kon!lik  berkepanjangan sosial ekonomi rendah umur lebih dari 0 tahun ri"ayat  penyalahgunaan alkohol ri"ayat gangguan ji"a ri"ayat edera kepala terdahulu ri"ayat kemampuann kogniti! yang rendah sebelum trauma !ungsi psikososial yang rendah sebelum edera gangguan kepribadian (antisosial histerikal dependen) dan ri"ayat nyeri kepala terdahulu atau sakit ji"a.

Pasien yang mengalami gejala lebih ringan dari  ost concussional  syndrome adalah yang mempunyai moti/asi yang bagus pasien usia muda yang tidak megalami gangguan kesadaran. +mumnya indi/idu akan pulih dalam "aktu -1' minggu bila mengalami gangguan kesadaran singkat amnesia post trauma yang berlangsung kurang dari 1 jam dan 9CS skor sebesar 16. 7ila pasien mengalami keluhan yang persisten dan dramatis atau keluhan tidak "ajar !aktor lain seperti gangguan kepribadian masalah psikologis atau !aktor sekunder dapat dipertimbangkan sebagai penyebabnya.

2.2 Epidemioo!i

2nsidensi dari sindroma ini ber/ariasi. Suatu penelitian yang dilakukan oleh 7renner dkk tahun 1@@ pada '00 pasien dengan edera kepala ringan yang dira"at di 3S menemukan insidensi nyeri kepala pasa trauma @% dan di&&iness

(5)

61%. $enurut 8jahjadi (1@@0) gejala nyeri kepala terdapat 50% lelah (kekurangan energi) 0% di&&iness 6# %. nset sindroma postonussion  ber/ariasipada beberapa kasus gejala dapat timbul pada hari hari pertama edera dan menetap selama beberapa "aktu sampai beberapa bulan bahkan tahun. Pada kasus lainnya gejala-gejalanya timbul kemudian kadang-kadang sampai beberapa minggu setelah edera1'.

 Byeri kepala yang merupakan gejala utama sindroma postonussion  biasanya timbul dalam ' jam dari edera dan sekitar % terjadi beberapa hari atau minggu kemudian. $enurut 9uttman nyeri kepala terdapat lebih banyak pada minggu-minggu pertama sesudah edera kepala ringan. 8es psikologik yang meliputi pemeriksaan pemrosesan in!ormasi menunjukkan abnormalitas dengan insidens yang sangat tinggi pada hari-hari pertama edera'.

9ejala-gejala ini menetap pada separuh dari kasus setelah ' bulan atau lebih danditemukan bersama keluhan lain seperti ansietas mudah lelah iritabilitas dan sulit berkonsentrasi. Penelitian *ones (1@5) seara retrospekti! terhadap #600  pasien edera kepala ringan menemukan insidensi nyeri kepala di&&iness atau keduanya sebanyak 65%. 9ejala-gejala ini tetap ada paling sedikit selam ' bulan tetapi kemudian sebagian besar menghilang hanya tinggal 1 % pasien dengan gejala setelah 1 tahun. Penelitian yang dilakukan 3imel dkk. (1@41) terhadap 600  pasien trauma kepala ringan menemukan 5@% terdapat paling sedikit satu keluhan dalam suatu "a"anara # bulan setelah edera 54 % mengeluh nyeri kepala dan 6@% terdapat gangguan memori. Suatu penelitian multisenter tahun 1@45 yang dilakukan oleh e/in dkk. 8erhadap 166 pasien dengan edera kepala ringan ditemukan keluhan pertama yang paling sering adalah nyeri kepala (4'%). emudian diikuti dengan keluhan penurunan energi pada 0% dan di&&iness pada 6#% kasus.

eluhan ini kemudian berkurang pada 1 bulan dan # bulan setelah edera dan pada kesimpulan dari penelitian tersebut didapatkan keluhan nyeri kepala  pada 5% kasus penurunan energi ''% dan di##iness  ''%. ay dkk (1@51) menduga bah"a gejala-gejala postonussion berhubungan dengan lamanya amnesia pasa trauma dimana !rek"ensi dan lamanya berlangsung gejala meningkat dengan makin lamanya periode amnesia. Penelitian-penelitian

(6)

 berikutnya oleh 3uther ?ord dkk. (1@55-1@5@) gagal untuk mengkon!irmasikan  penemuan tersebut'.

Sindroma postonussion jarang terjadi pada pasien-pasien dengan edera  berat yang berhubungan dengan penurunan kesadaran berat (koma) selama  beberapa "aktu. al ini mungkin disebabkan pada saat kesadaran pasien pulih kembali nyeri kepala onussion telah berlalu terlebih lagi pada pasien dengan edera berat lebih mendapat perhatian simpati dan pengertian selama masa  pemulihannya. Penelitian-penelitian lain menduga kejadian lebih sering terjadi  pada "anita pasien dengan umur lebih dari 0 tahunpasien dengan gangguan neuropsikiatrik sebelumnyaalkoholisme penyalah gunaan obat atau dengan edera kepala sebelumnya. 8etapi juga hal ini tidak dapat dikon!irmasikan dengan  penelitianpenelitian berikutnya1'.

2." Pa#ofisioo!i Post concussion syndrome

Pato!isiologi dari  ost concussion syndrome masih belum sepenuhnya jelas.  Bamun tidak bisa lepas dari pato!isiologi proses edera kepala itu sendiri. al ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya kelainan organik pada pasien dengan gejala PCS yang nyata di sisi lain terdapat gejala yang munul membaik dalam "aktu tiga bulan juga dengan tidak adanya kelainan organik yang nampak pada  pemeriksaan. Adanya /ariasi tersebut membuat pato!isiologi PCS masih menjadi  perdebatan sampai saat ini.5

Cedera kepala ringan menunjukkan adanya benturan kepala yang disertai adanya periode loss of consciousness (C) atau pingsan yang singkat dan atau disertai adanya amnesia post trauma atau adanya disorientasi. Pada saat terjadinya trauma skala koma 9lasgo" (9CS) menunjukkan angka 1#-16 meskipun  beberapa literatur terkini mengatakan bah"a skor 9CS 16 dan kadang 1 menunjukkan adanya injuri yang minor sedangkan skor 1# berkaitan dengan kemungkinan adanya kelainan intrakranial yang akan nampak pada pemeriksaan C8 San kepala. Pingsan (C) adalah merupakan mani!estasi trauma pada  batang otak (brain stem) atau menandakan adanya edera otak yang di!us (diffuse

cere"ral in$ury).5

(7)

Gambar 2. P$S pada permanent brain damage

Pada edera kepala ringan gejala yang munul karena diffuse a%onal in$ury (,A2) yang ringan dimana hal ini disebabkan oleh mekanisme  perenggangan atau puntiran ( shear) akson-akson sara! akibat dari gerakan akselerasi dan deselerasi yang epat saat terjadi edera kepala. Pato!isiologi edera kepala sendiri terdiri dari dua tahap injuri yaitu; initial atau  rimary in$ury dan  secondary in$ury&  Primary in$ury mengakibatkan kerusakan dan kematian neuronal. Contoh rimary in$ury adalah hematoma atau lesi yang di!us dimana kondisi tersebut akan memiu terjadinya  secondary in$ury. Proses yang terjadi  pada secondary in$ury antara lain termasuk e!ek hipoksia pelepasan asam amino e%citatory penghasilan mediator in!lamasi dan radikal bebas yang kesemuanya akan mengakibatkan kerusakan yang semakin luas.54

 $ekanisme edera kepala sendiri terdapat tiga maam pergerakan yaitu; linear rotasional dan angular. Pada edera kepala yang sering terjadi adalah kombinasi ketiganya sehingga sangat memungkinkan terjadinya peregangan atau  puntiran dari neuron. tak adalah suatu bagian yang homogen dan masing-masing  bagian memiliki karakteristik !isik tersendiri (misalnya;  gray matter, 'hite matter, CS  dll).  Difuse a%onal in$ury disebabkan oleh peregangan ( sher ) dari mekanisme rotasional atau angular pada akselerasi ataupun deselerasi.54

2.% Ge&aa Kini' Post Concussion Syndrome 2.%.1 Defisi# Soma#i' 

 Byeri kepala merupakan keluhan pasien tersering yang mengalami edera kepala ringan. Peningkatan nyeri kepala dilaporkan terdapat pada #0-@0% pasien dengan  ost concussional syndrome> 4 sampai #'% dilaporkan masih mengalami nyeri

(8)

tension migrain) yang dirasakan oleh indi/idu dengan ost concussional  syndrome serupa dengan nyeri kepala yang mereka rasakan sebelum trauma.

Pasien dengan ost concussional syndrome umumnya mengatakan bah"a nyeri kepala terasa lebih lama dan munul lebih sering bila dibandingkan dengan sebelum mengalami trauma. 8he international headahe soiety kriteria

diagnostik untuk nyeri kepala post trauma membagi menjadi dua kategori yaitu akut dan kronis. Byeri kepala akut munul dalam ' minggu setelah trauma dan sembuh dalam ' bulan. Byeri kepala post trauma kronik munul dalam ' minggu setelah trauma dan berlangsung selama lebih dari 4 minggu. 46 % dari nyeri kepala berhubungan dengan ost concussional syndrome digambarkan sebagai terus menerus nyeri dan tension type headahe. Byeri kepala tersebut diyakini diakibatkan oleh edera pada jaringan lunak dan keras seperti edera mio!asial edera sendi temporomandibular edera diskus inter/ertebralis dan spasme otot trape&ius."alaupun lebih jarang migrain dengan atau tanpa aura dilaporkan dapat munul dalam beberapa jam atau hari setelah gegar otak. $igrain sering ditemukan pada de"asa muda yang berpartisipasi dalam oleh raga yang

menyebabkan edera kepala minor multipel seperti sepakbola tinju dan hoki. *enis nyeri kepala ini sering disebut foot"aller*s migraine+. Cluster headahe  jarang berkembang setelah edera kepala sedang@.

eluhan kedua yang sering ditemukan pada  ost concussional syndrome adalah pusing yang dilaporkan sekitar 60% pada kasus dalam 1 tahun pre/alensi sekitar 1@-'6%. +mur diketahui sebagai !aktor resiko. Semakin tua indi/idu tersebut semakin besar kemungkinan mengalami pusing baik bersumber dari sentral atau peri!er (misalnya gegar labirin benigna positional /ertigo edera  batang otak)@.

 Post concussional syndrome sering menimbulkan gangguan pada pana indera. Pandangan kabur munul pada 1% dari pasien dan umumnya disebabkan gangguan !okus penglihatan. 10% dari pasien dengan  ost concussional syndrome dilaporkan mengalami lebih sensiti! pada ahaya dan bunyi> 6% mengalami kerusakan pada ner/i kranialis 2 dan menyebabkan sensiti!itas pada indera  pembauan dan perasa10.

2.%.2 Ge&aa Psi'ia#ri

(9)

Setengah dari pasien yang mengalami gegar otak dilaporkan mengalami gejala  psikologis non spesi!ik seperti perubahan kepribadian ansietas dan depresi. Sering perubahan ini terjadi dalam # bulan pertama setelah edera dan mempunyai C8 san yang normal.

9angguan ansietas berkaitan dengan gangguan ansietas seara umum diantaranya gangguan panik gangguan obsesi! kompulsi! dan gangguan stress  post trauma telah dilaporkan munul pada 11% sampai 50% dari penderita edera kepala. :ang sering dilaporkan berupa gejala adalah !ree-!loating ansietas keemasan yang berlebihan menarik diri dari sosial sensiti! yang berlebihan dan  bermimpi tentang keemasan. 9angguan ansietas dilaporkan terjadi pada edera

trauma pada kedua hemis!er otak .

Apatis umum didapatkan pada  ost concussional syndrome&Apatis dapat  berupa sindrom isolasi primer atau akibat sekunder dari depresi. Apatis primer dapat dide!inisikan sebagai kurangnya moti/asi dengan berkurangnya emosi kogniti! dan perilaku yang tidak mengarah kepada gangguan keerdasan distress emosional dan berkurangnya tingkat kesadaran. Apatis primer sering ditemui didapatkan pada 10% penderita edera kepala tertutup sedangkan apatis sekunder munul hanya sementara terjadi pada 0% pasien dengan edera kepala tertutup. erusakan neurologis pada regio subortial-!rontal ganglia  basalis dan talamus telah dihubungkan dengan patogenesis dari apatis primer .

Dalaupun jarang ditemukan pada  ost concussional syndrome namun  psikosis juga didapatkan pada edera kepala berat. Psikosis mirip-ski&o!renia didapatkan pada 05 sampai @4% pada penderita edera kepala berat. ?aktor resiko dapat berkembang menjadi psikosis adalah benturan hebat pada trauma a"al ri"ayat epilepsi pada lobus temporal adanya kelainan neurologis sebelum trauma dan ada trauma kepala pada usia remaja. Pengobatan kondisi ini masih sulit karena obat antipsikotik atipikal seperti haloperidol kurang e!ekti! bila dibandingkan pada penggunaan kondisi psikosis lainnya. bat tersebut dapat  berpengaruh pada pemulihan neuron setelah trauma. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bah"a obat risperidon dan lo&apin mempunyai e!ek yang  bagus terhadap psikosis post trauma.

(10)

rang yang sebelumnya dengan diagnosis gangguan a!ekti! (depresi gangguan bipolar) gangguan ansietas seara umum gangguan somato!orm gangguan kepribadian lebih tinggi kemungkinan mengalami keluhan  ost concussional syndrome daripada tanpa gangguan mental sebelumya. 7anyak gejala berupa gangguan a!ek seperti perubahan mood mood yang labil gangguan pada perhatian dan konsentrasi gangguan tidur dan ansietas memiliki gejala yang sama yang terlihat pada  ost concussional syndrome. eadaan  penyakit tersebut sebelum trauma dapat mengarah kepada diagnosis yang salah  pada ost concussional syndrome. Pasien mengatakan keluhan lebih buruk bila membandingkan keadaan sebelum dan sesudah trauma. eadaan tersebut dinamakan =reall biasesE atau !enomena =good old daysE didapatkan bila  pasien tidak mampu mengingat seara akurat le/el !ungsinya serebelum terjadi trauma. Sangatlah penting terutama bila terdapat perkara yang terlibat untuk dokter mendapat tes keji"aan sebelumnya rekaman akademik keadaan  penilaian !ungsi kerja dan berbiara dengan keluarga dan teman pasien untuk menentukan seara akurat tingkat !ungsi pasien saat sebelum dan sesudah trauma.

2.%." Defisi# Ko!ni#if 

ogniti! dapat dide!inisikan sebagai proses yang melibatkan !ungsi otak dalam menerima menganalisis data dan mengatur in!ormasi. ?ungsi kogniti! yang klasik adalah perhatian memori bahasa penjabaran !ungsi penilaian dan tingkat  persepsi. ,e!isit pada kogniti! dide!inisikan sebagai ketidak mampuan untuk  berkonsentrasi memproses in!ormasi kesulitan menentukan kata yang tepat dan ketidakmampuan proses menyatukan pendapat. Pasien dengan  ost concussional  syndrome terbukti mengalami penurunan dalam keepatan memproses in!ormasi  perhatian dan "aktu reaksi yang dapat ditemukan melalui tes neuropsikologis. 2ndeks menunjukkan bah"a tes Stroop olor test dan 'F5 Proessing speed test memiliki spesi!itas yinggi dan nilai prediksi yang positi! untuk menilai de!isit kogniti! dari  ost concussional syndrome kedua tes tersebut menilai proses keepatan mental. 8he Continous Per!ormane 8est o! Attention merupakan tes lain yang mempunyai sensiti!itas tinggi untuk memprediksi hasil negati! dari de!isit kogniti! setelah gegar otak. ,i 29, pemeriksaan ,igin Span ?or"ard dan

(11)

opkins Gerbal earning menunjukkan mampu memprediksi perkembangan dari  ost concussional syndrome dan dalam populasi tertentu juga memprediksi durasi

dari gejala tersebut.

,e!isit kogniti! yang paling umum ditemukan setelah edera kepala adalah gangguan memori /erbal dan non/erbal. 8ergantung pada tingkat keparahan edera kepala tertutup persentase orang yang menderita gangguan memori  berkisar '0-5@%. 8elah dapat diperkirakan bah"a -'6% penderita  ost

concussional syndrome akan mengalami de!isit memori setelah 1 tahun. Satu  penjelasan bah"a penurunan dalam membentuk memori baru akan mengurangi e!ekti!itas pengumpulan memori. ,e!isit pada memori jangka pendek (sebagai ontoh lupa menempatkan barang kesulitan mengingat pembiaraan) adalah hal sering ditemui pada  ost concussional syndrome. 7ila indi/idu dengan de!isit memori dihubungkan dengan edera kepala berat menjalani tes neuropsikologis episodik memori atau deklarati! memori mengalami gangguan sedangkan  prosedural memori tidak terganggu.

Pasien dengan edera otak juga mengalami gangguan dalam perhatian menerus dan terbagi sedangkan perhatian selekti! jarang terganggu. al ini terlihat jelas berupa pasien yang kesulitan berkonsentrasi masalah dalam mem!okuskan pada satu tugas dan mudah dialihkan atau terganggu. ,is!ungsi kolinergik yang mengarah kepada gangguan mengatur sensoris dan ketidakmampuan untuk menghentikan stimulus diduga sebagai penyebab de!isit  perhatian.,e!isit kogniti! dianggap sebagai akibat dari kerusakan kortikal terutama gangguan yang melibatkan lobus anterotemporal dan orbito!rontal yang sering munul karena dekatnya lobus tersebut pada protuberantia pada tulang tengkorak. amanya munul de!isit ini ber/ariasi mengikuti jenis trauma yang akan pulih sempurna dalam  bulan. 9angguan dalam memori perhatian  berbahasa dan !ungsi keputusan yang munul lebih menetap dan akan pulih

dalam "aktu setelah 1 tahun setelah mengalami trauma kepala.

(12)

9ejala  ostconcussional syndrome (PCS) dapat munul segera setelah edera kepala terjadi atau baru munel beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Semakin lama munulnya gejala PCS sejak terjadinya edera kepala maka semakin keil tingkat se/eritasnya. Pola gejala yang munul dapat berupa gejala !isik mental atau emosional dan dapat berubah menurut dimensi "aktu. Pola yang umum adalah munul gejala !isik terlebih dahulu segera setelah terjadi edera selanjutnya gejala akan berubah menjadi gejala psikologis yang lebih dominan411.

9ejala yang munul pada post onussion syndrom terbagi menjadi tiga yaitu; (1) Somatik (') ogniti! dan (#) Hmosional. Seara rini dapat dilihat  pada table 1;

8abel 1. 9ejala-gejala yang sering munul pada PCS Tipe Ge&aa

Somatik Byeri kepala di&&iness pandangan kabur diplopia nausea /omitus gangguan tidur mudah keapaian hipersensiti! terhadap suara dan ahaya tinitus.

ogniti! 9angguan atensi memori biara slo" thingking gangguan !ungsi eksekuti!

Hmosional 2nstabilitas emosional sedih anIietas apatis

9ejala seperti menjadi lebih sensiti! terhadap kegaduhan gangguan konsentrasi dan memori iritabel depresi ansietas !atiJue dan gangguan dalam pengambilan keputusan (judgment) dapat dikatakan sebagai gejala =late onsetE karena gejala-gejala tersebut tidak munul segera setelah edera kepala terjadi namun munul  beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Bausea dan rasa kantuk (dro'siness) sering munul segera setelah edera kepala terjadi namun tidak  berlangsung lama sementara nyeri kepala dan di&&iness munul segera setelah

edera kepala dan biasanya berlangsung lama.411

Seara umum pemeriksaan pasien dengan PCS akan didapatkan hasil  pemeriksaan !isik yang normal. Pasien dengan PCS kadang hanya didapatkan kelainan neurologi yang sangat minimal namun bila didapatkan adanya de!isit motorik !okal maka harus dipikirkan adanya perdarahan intrakranial. 7eberapa hal yang dapat ditemukan pada pasien dengan PCS antara lain;

(13)

a. Adanya tanda-tanda depresi

 b. Adanya penurunan kemampuan membau dan merasakan (lidah). . Adanya neurasthenia atau hiperesthesia (tapi bukan dermatomal). d. 9angguan kogniti! antara lain; naming (/oabularies) short-term

memori dan intermediate memori atensi in!ormasi proessing reall menggambar dan !ungsi eksekuti!.

riteria dignosis untuk PCS pertama kali disampaikan dalam 2nternational Classi!iation o! ,isease re/isi ke sepuluh (2C,-10) pada tahun 1@@'. ode untuk PCS adalah ?05.' (7oake et&al,  '006)11. $enurut 2C,-10 tersebut kriteria

diagnostik untuk PCS adalah adanya ri"ayat edera kepala (traumatic "rain in$ury  872) dan disertai dengan # atau lebih dari 4 gejala berikut ini yaitu;

1. Byeri kepala (headahe) '. ,i&&iness #. ?atiJue . 2ritabel 6. 2nsomnia . 9angguan konsentrasi 5. 9angguan memori

4. 2ntolerane dari stress emosi atau alkohol.

Selain berdasar pada 2C,-10 terdapat kriteria lain yang juga telah dikenalkan yaitu menurut ,iagnosti and Statisti $anual o! $ental ,isorder (,S$) yang telah menapai re/isi ke empat. $enurut ,S$-2G kriteria untuk PCS meliputi;

a. 3i"ayat trauma kepala yang menyebabkan adanya konkusi serebral yang signi!ikan.

 b. de!isit kogniti! dan atau memori

. 8erdapat # dari 4 gejala (!atiJue gangguan tidur nyeri kepala di&&iness iritabel gangguan a!ekti! perubahan kepribadian apatis) yang munul setelah trauma dan menetap selama # bulan.

d. 9ejala-gejala munul pada saat injuri atau memburuk setelah injuri. e. $engganggu !ungsi sosial

(14)

!. ,ieksklusi adanya demensia paska trauma atau kelainan lain yang menerangkan gejala yang munul.

riteria  dan d mensyaratkan bah"a munulnya gejala atau perburukan gejala harus mengikutisetelah trauma kepala dibedakan dengan gejala yang munul sebelum trauma dan minimal durasinya adalah # bulan.11

Pembanding kedua kriteria PCS berdasarkan 2C,-10 maupun ,S$-2G didapatkan hasil bah"a pre/alensi PCS menurut 2C,-10 lebih besar sekitar enam kali lipat dibandingkan dengan menggunakan ,S$-2G. Perbedaan tersebut sangat signi!ikan baik untuk pasien 872 maupun ekstrakranial trauma kepala. al tersebut menyebabkan kriteria berdasarkan 2C,-10 lebih inklusi! dan ini dikarenakan kriteria yang lebih sedikit dibandingkan bila menggunakan ,S$-2G.  Bamun kedua kriteria tersebut masih menjadi perdebatan oleh para ahli sehingga

sampai saat ini masih diperlukan penyesuaian dan belum didapatkan kesepakatan untuk kriteria yang baru11.

riteria pada 2C,-10 dan ,S$-2G terdapat beberapa poin yang o/erlaping yaitu; nyeri kepala !atiJue gangguan tidur iritabel dan di&&iness. elima kriteria ini memiliki nilai kesepakatan yang tinggi. +ntuk menegakkan diagnosa PCS tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesi!ik. Adapun  pemeriksaan laboratrium yang dilakukan lebih kepada penarian underlying disease yang lain yang mungkin sebagai penyebab munulnya gejala yang menyerupai PCS. 7eberapa kondisi yang mungkin dapat memberikan gejala yang mirip PCS yang dapat disingkirkan dengan pemeriksaan laboratorium antara laian adalah adanya toksisitas dan penyakit metabolik. Selain itu pemeriksaan laboratorium juga dilakukan bila ada keurigaan adanya penyakit lain yang menyertai adanya PCS.1'

Pemeriksaan imaging yang dapat dilakukan pada pasien PCS adalah C8 sanning dan $32 namun harus dengan indikasi yang jelas. C8 Sanning digunakan untuk mengetahui adanya kelainan intrakranial dan adanya !raktur tulang tengkorak. Pada pasien yang tidak disertai adanya episode pingsan (C) dan dari pemeriksaan neurologinya dalam batas normal hasil C8 San biasanya tidak didapatkan gambaran yang patologis1'.

(15)

7ila pemeriksaan C8 San telah dilakukan segera setelah edera kepala terjadi maka C8 san ulang sudah tidak diperlukan pada pasien yang tidak ada de!isit neurologi keuali pasien yang memiliki risiko perdarahan yang tertunda (lucid inter!al ). Pasien dengan ri"ayat pingsan (C) dan memiliki kesadaran yang baik (9CS 16) sebagian besar akan memberikan gambaran C8 san yang normal meskipun terdapat sejumlah keil yang didapatkan adanya lesi struktural yang membutuhkan nter/ensi bedah. Seara umum pemeriksaan C8 San tunggal (sekali) masih bisa diterima (reasonable) epat dan merupakan alat skrinning yang e!ekti! yang dapat dilakukan pada pasien trauma kepala dengan gejala klinis yang nyata.

 8idak adanya pingsan dan atau hasil C8 san yang normal tidak serta merta menyatakan bah"a tidak ada kerusakan pada otak. Adanya puntiran atau  peregangan akson dan neuron yang akan menyebabkan diffuse a%onal in$ury dapat munul tanpa kelainan yang nyata pada gambaran C8 san kepala. al ini diduga oleh adanya penguatan (strained) dari jaringa lunak sekitar leher yang melindungi  batang otak dan menegah terjadinya pingsan (C)41'.

Pemeriksaan $32 lebih sensiti! dibandingkan C8 san pada kasus edera kepala ringan atau kasus PCS. esi di daerah !rontotemporal adalah lesi yang  paling sering ditemui dan nampaknya berhubungan dengan de!isit yang ditemui  pada pemeriksaan neuropsykologi. $32 yang dilakukan ' jam setelah terjadinya edera kepala dapat melihat adanya bekas kontusi yang lama kaburnya batas antara "hite matter dan gray matter dan adanya kontur otak yang irreguler. $32 yang dilakukan pada !ase akut (segera setelah terjadinya edera kepala) hanya memiliki sedikit man!aat saja sehingga disarankan dilakukan obser/asi terlebih dahulu sampai paling tidak ' jam dan dilakukan !ollo" up untuk melihat adanya de!isit neurologis ataupun adanya gejala klinis yang menetap atau bahkan memberat sebagai salah satu indikasinya1'.

2.). Pena#aa'sanaan Post concussion syndrome

7iasanya PCS tidak diterapi terapi hanya ditujukan pada gejala-gejala yang munul misalnya penderita diberi penghilang nyeri untuk keluhan nyeri kepala dan obat-obat untuk mengurangi depresi di&&iness atau muntah. Penderita

(16)

disarankan istirahat yang ukup karena hal ini ukup e!ekti!. 8erapi !isik dan tingkah laku juga dilakukan untuk masalah kehilangan keseimbangan atensi dan respon.

2.).1 *ba#+oba#an

Pengobatan dari ost concussional syndrome tergantung pada gejala yang munul  pada tiap-tiap pasien. Salah satu pengobatan yang paling e!ekti! adalah melakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang  ost concussional syndrome menjelaskan bah"a gejala tersebut akan pulih sempurna dalam "aktu  bulan. Penelitian menunjukkan bah"a keterlambatan mendiagnosa dan kurangnya edukasi kepada pasien mengarah kepada perburukan gejala psikogenik penyakit dan memperpanjang "aktu pemulihan. +ntuk keluhan nyeri kepala yang terus menerus terapi standar nyeri kepala dapat dimulai dari BSA2, sampai terapi  pro!ilaksis migrain seperti !luoIetine dan /erapamil dikatakan dapat membantu. 7ila perlu terapi !isik dan 8ransutaneus Hletrial Ber/e Stimulators (8HBS) dapat digunakan pada pasien dengan tension headahe yang berhubungan dengan kekakuan otot. Pasien dengan gejala psikologis dapat diberi terapi psikoterapi suporti! edukasi dan !armakoterapi seperti obat antidepresi atau antiansietas diberikan dalam "aktu yang terbatas1'.

Seleti/e serotonin inhibitor merupakan antidepresan pilihan pada sebagian  besar kasus dan dapat mengatasi gejala nyeri kepala ansietas tekanan dan

depresi. Agonis dopamin psikostimulan amantadine dan holinestrase inhibitor telah digunakan dalam mengobati penurunan kemampuan !okus atau memori dan de!isit dalam !ungsi kogniti! tapi hanya memberikan keuntungan setengah dari  pasien yang mengalami edera kepala. ,okter harus berhati-hati dalam meresepkan obat yang mempengaruhi SSP seperti phenitoin haloperidol  barbiturat dan ben&odia&epin. bat ini dapat memberikan e!ek samping seperti terhambatnya penyembuhan neuron dan gangguan pemulihan memori yang dapat memperburuk gejala  ost concussional syndrome atau memperpanjang "aktu pemulihan1'.

(17)

2.).2 Psi'o#erapi

Psikoterapi pada sekitar 0% penderita PCS dapat mengurangi gejala-gejala. 8erapi ini membantu penderita agar dapat melakukan akti/itas kerjanya. Protokol terapi PCS dibuat berdasarkan prinsi! yang terdapat dalam Cogniti! 7eha/ioral 8herapy (C78) suatu metode psikoterapi yang berpengaruh untuk gangguan emosional yang munul atas dasar pikiran dan tingkah laku. C78 membantu menegah timbulnya gejala iatrogenik persisten.

,alam situasi seperti keelakaan kendaraan bermotor gejala PCS bisa menyebabkan penyakit stress pasa trauma (P8S,) yang sangat penting untuk diterapi dengan benar. Penderita dengan P8S, depresi dan emas dapat diterapi dengan obat-obatan dan psikoterapi.

2.)." Ed,'asi

Salah satu pengobatan yang paling e!ekti! adalah melakukan edukasi kepada  pasien dan keluarganya tentang ost concussional syndrome menjelaskan bah"a gejala tersebut akan pulih sempurna dalam "aktu  bulan. Hdukasi mengenai gejala sangat e!ekti! dilakukan segera setelah edera. Sejak stress mulai munul sebagai gejala PCS edukasi diperlukan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Hdukasi dini dapat mengurangi gejala pada anak dengan baik .

2.- Pro!nosis

Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami  penyembuhan total. *enis dan beratnya kelainan tergantung kepada lokasi dan  beratnya kerusakan otak yang terjadi. 7erbagai !ungsi otak dapat dijalankan oleh  beberapa area sehingga area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan !ungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. 8etapi semakin tua umur  penderita maka kemampuan otak untuk menggantikan !ungsi satu sama lainnya semakin berkurang. emampuan berbahasa pada anak keil dijalankan oleh  beberapa area di otak sedangkan pada de"asa sudah dipusatkan pada satu area.  jika hemis!er kiri mengalami kerusakan hebat sebelum usia 4 tahun maka hemis!er kanan bisa mengambil alih !ungsi bahasa. erusakan area bahasa pada masa de"asa lebih enderung menyebabkan kelainan yang menetap. '#11

(18)

7eberapa !ungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak. erusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap. ,ampak dari kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi rehabilitasi. Penderita edera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak dapat mengingat peristi"a sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan kesadaran. *ika kesadaran telah kembali pada minggu pertama maka biasanya ingatan penderita akan pulih kembali.'11

Status /egetati! kronis merupakan keadaan tak sadarkan diri dalam "aktu yang lama yang disertai dengan siklus bangun dan tidur yang mendekati normal. eadaan ini merupakan akibat yang paling serius dari edera kepala yang non-!atal. Penyebabnya adalah kerusakan pada bagian atas dari otak (yang mengendalikan !ungsi mental) sedangkan talamus dan batang otak (yang mengatur siklus tidur suhu tubuh perna!asan dan denyut jantung) tetap utuh. *ika status /egetati! terus berlangsung selama lebih dari beberapa bulan maka kemungkinan untuk sadar kembali sangat keil.

(19)

BAB III PENUTUP

Sindroma postonussion adalah suatu keadaan yang merupakan akibat dari edera kepala ringan tertutup. 9ejala-gejalanya ber/ariasi namun mempunyai suatu pola yang tertentu. 8erdapat banyak !aktor yang terkait dalam sindroma ini yang dapat memberikan prognosa yang berbeda-beda dari yang baik sampai yang menimbulkan gangguan yang berkepanjangan sehingga menyebabkan gangguan  psikososial. +paya penanggulangannya dilakukan seara menyeluruh baik

terhadap gejalanya maupun terhadap !aktor-!aktor yang menjadi latar belakang yang memperberat keadaan penyakit.

Pato!isiologi dari postonussion syndrome masih belum sepenuhnya  jelas. Bamun tidak bisa lepas dari pato!isiologi proses edera kepala itu sendiri. al ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya kelainan organik pada pasien dengan gejala PCS yang nyata di sisi lain terdapat gejala yang munul membaik dalam "aktu tiga bulan juga dengan tidak adanya kelainan organik yang nampak  pada pemeriksaan.

9ejala yang munul pada post onussion syndrom terbagi menjadi tiga yaitu somatik kogniti! dan emosional dengan pemeriksaan !isik yang normal. riteria diagnosis PCS menggunakan 2C,-10 pada tahun 1@@' dan ,S$-2G. $anajemen PCS masih menjadi banyak perdebatan para ahli. 8erapi Pada Pasien  Post Concussion Syndrome hanya ditujukan pada gejala-gejala yang munul misalnya penderita diberi penghilang nyeri untuk keluhan nyeri kepala dan obat-obat untuk mengurangi depresi di&&iness atau muntah. Penderita disarankan istirahat yang ukup karena hal ini ukup e!ekti!. 8erapi !isik dan tingkah laku  juga dilakukan untuk masalah kehilangan keseimbangan atensi dan respon.

Referensi

Dokumen terkait

inpu t sesuai dengan full name yang tampil, overdue ticket yang sebelumnya tidak aktif setelah di update overdue ticket tersebut sudah kembali aktif tanpa

Pada tahap perencanaan tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti berdasarkan observasi lapangan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan

Rekomendasi pada peneitian ini selanjutnya menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan kurikulum saat ini pada Program Studi Teknik Industri Universitas

Oleh karena itu, penggabungan gugatan perbuatan melawan hukum pasal 1365 KUHPerdata dan gugatan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dalam

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari &#34;arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

Apakah Faktor Fundamental yang diukur dengan Current Ratio , Return on Equity , Long Tern Debt to Equity Ratio , Total Asset Turn Over , dan Faktor Makroekonomi yang diukur

a) Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja.. berasal

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian