• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketersediaan air yang aman untuk dikonsumsi adalah sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia di bumi. Tiga persen air tawar global cukup besar untuk memenuhi kebutuhan air manusia selama jutaan tahun. Air tidak hanya merupakan faktor lingkungan yang penting untuk semua kehidupan, tetapi juga memiliki peranan besar dalam pembangunan kehidupan sosial-ekonomi manusia (El Emami et al., 2012). Di seluruh dunia, kepedulian dan kekhawatiran terhadap kekurangan air minum dewasa ini semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan untuk air sedangkan jumlah pasokan air mengalami penurunan (Pal et al., 2010). Meningkatnya permintaan terhadap air seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk daerah perkotaan dengan pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, ketersediaan air bersih menjadi sangat langka dan mahal. Mengingat pentingnya peran air bersih bagi kehidupan manusia, maka pengelolaannya menjadi wewenang negara yang telah diatur dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 2 dan ayat 3. Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Daerah menyerahkan wewenang pengelolaan air bersih ini kepada Pemerintah Daerah dalam suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

PDAM bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap penyediaan sarana dan prasarana air bersih yang berkualitas, dan memenuhi persyaratan kesehatan. Peran dari PDAM ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan air bagi masyarakat sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang sehat dan meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam paradigma pembangunan global yakni Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millenium. Salah satu tujuan dari MDGs ini adalah memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dengan target penurunan sebesar separuh proporsi penduduk

(2)

tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan pada tahun 2015.

Hingga saat ini, akses masyarakat terhadap air minum secara nasional baru mencapai 47,71% atau jauh dari target MDGs pada tahun 2015 yaitu sebesar 68,87% (Pokja AMPL, 2012), sehingga dalam laporan pencapaian MDGs di Indonesia target MDGs dalam bidang akses sumber air minum yang aman ini berstatus perlu perhatian khusus. Keadaan dan kecenderungan yang terjadi dalam bidang air minum di Indonesia adalah belum terpenuhinya pelayanan kualitas air minum yang baik serta masih rendahnya cakupan dan tingkat pelayanan air minum. Saat ini, kualitas air yang dialirkan PDAM hingga sampai ke pelanggan tidak/belum memenuhi kualitas standar air minum, tetapi dalam batas kualitas air bersih. Salah satu faktor penyebab terkontaminasinya air dalam proses pengaliran adalah karena jaringan distribusi yang kurang layak dan kondisi perpipaan yang buruk sehingga menyebabkan tingginya angka kebocoran air secara teknis pada PDAM di Indonesia. Dalam laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia dipaparkan juga mengenai tingginya tingkat un-accounted for water yaitu tingkat kebocoran air. Data menunjukkan sampai saat ini tingkat kebocoran air untuk PDAM seluruh Indonesia mencapai 22% - 43% dengan rata-rata 36% (Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, 2012). Angka ini jauh dari indeks kebocoran yang diizinkan menurut standar nasional yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum sebesar 20%.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah kebocoran adalah dengan mengendalikan jumlah kehilangan air di jaringan distribusi. Kehilangan air terutama terjadi karena kebocoran pada jaringan distribusi. Pada tahun 1991, IWSA (International Water Supply Association) melaporkan pada kebanyakan sistem distribusi air di dunia, kebocoran merupakan permasalahan utama. Persentase kehilangan air sangat besar terjadi saat proses distribusi air dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) ke konsumen. Jumlah air yang hilang atau un-accounted biasanya mencapai 20%-30% dari jumlah produksi air (Pal et al., 2010; Hunaidi, 2000). Hunaidi (2000), juga mengatakan pada sistem jaringan yang lebih tua, kehilangan bisa mencapai sebanyak 50%. Kehilangan air dapat

(3)

disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk kebocoran, kesalahan meteran, penggunaan publik misalnya untuk keperluan pemadam kebakaran dan pembilasan, serta pencurian. Kebocoran biasanya merupakan penyebab utama.

Angka kebocoran distribusi PDAM Kota Singkawang pada tahun 2008 mencapai 52%. Pada tahun 2013 angka kebocoran meningkat menjadi 53,12% (PDAM Kota Singkawang, 2013). Tingginya angka kebocoran ini karena masih lemahnya PDAM menangani masalah kebocoran secara teknis terutama karena pipa di jaringan distribusi yang telah tua sehingga rentan terhadap kerusakan. Pipa distribusi yang rusak menjadi faktor utama tingginya angka kebocoran air secara teknis. Kerusakan pada pipa distribusi tidak hanya menyebabkan kehilangan air tetapi juga menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat; kerugian ekonomis akibat tingginya biaya dan energi yang terbuang pada instalasi pengolahan dan pemompaan dan risiko terhadap infrastruktur seperti pondasi bangunan dan jalan. Dengan demikian, pengurangan kebocoran air dari jaringan distribusi adalah strategi penting dalam peningkatan pemanfaatan air yang berkelanjutan (Pal et al., 2010).

Berlatar belakang keaadaan tersebut diatas, untuk merealisasikan pelayanan yang maksimal dalam menyediakan air bersih dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan maka perlu dilakukan analisis risiko kerusakan pada jaringan pipa distribusi dan dampaknya terhadap pelanggan, PDAM, masyarakat sekitar dan lingkungan. Dengan demikian didapatkan gambaran nyata tentang permasalahan dan konsep menerapkan langkah-langkah strategis dalam menangani permasalahan dalam sistem penyediaan air bersih di Kota Singkawang.

1.2 Permasalahan penelitian

PDAM Kota Singkawang berdasarkan penilaian kinerja PDAM 2012 oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) merupakan PDAM dengan status sakit, yaitu PDAM yang mempunyai masalah dalam aspek pelayanan, keuangan dan operasional. Sebagai PDAM yang masih baru pada tahun 2008 dikelola oleh Pemerintahan Kota Singkawang, PDAM Kota

(4)

Singkawang mempunyai banyak kekurangan dan permasalahan yang harus segera dibenahi untuk memenuhi kebutuhan air yang berkualitas kepada masyarakat. Pada tahun 2013 angka kebocoran air di PDAM Kota Singkawang mencapai 53,12%. Angka ini jauh dari indeks kebocoran yang diizinkan menurut standar nasional yang dikeluarkan Departemen Pekerjaan Umum yaitu sebesar 20%.

Salah satu penyebab tingginya angka kebocoran adalah permasalahan dari segi teknis. Menurut estimasi BPPSPAM, 50% dari total angka kebocoran PDAM di Indonesia dikarenakan kebocoran teknis. Pipa eksisting yang ada saat ini terbangun telah lebih dari 30 tahun. Kondisi pipa yang telah tua ini menjadi penyebab kerusakan pipa seperti korosi dan kebocoran sehingga berisiko terhadap dari kualitas dan kuantitas air.

Masalah kerusakan pipa secara fisik ini menjadi risiko bagi pelanggan yang berpotensi mengganggu kesehatan baik gangguan jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Risiko juga dapat muncul bagi masyarakat sekitar jaringan pipa yang rusak dan menjadi kendala bagi PDAM dalam merealisasikan pelayanan yang optimal sesuai dengan persyaratan kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

Berdasarkan permasalahan diatas maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kerusakan pipa jaringan distribusi PDAM Kota Singkawang? 2. Bagaimana tingkat risiko kerusakan pipa jaringan distribusi PDAM Kota

Singkawang?

3. Bagaimana persepsi pelanggan terhadap kualitas dan kuantitas air PDAM Kota Singkawang?

1.3 Keaslian penelitian

Sebelumnya telah ada beberapa penelitian sejenis mengenai kualitas dan kuantitas air PDAM. Ada persamaan dan perbedaan yang mendasar antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaannya terletak pada teknik pengumpulan data persepsi masyarakat dengan menggunakan kuisioner.

(5)

Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada lokasi penelitian, tujuan, metode yang digunakan dan hasil. Penelitian sebelumnya menganalisis kualitas dan kuantitas air dalam satu sistem penyediaan air bersih, sedangkan penelitian ini dibatasi pada sistem distribusi.

Penelitian ini memasukkan variabel kerusakan pipa sebagai faktor yang memiliki risiko. Hasil penelitian ini peneliti akan mengkaji mitigasi risiko berdasarkan hasil analisis dari ketiga tujuan yang dicapai. Penelitian mengenai kerusakan pipa pada jaringan distribusi dan risikonya terhadap pelanggan, PDAM Kota Singkawang, masyarakat sekitar dan lingkungan dengan menggunakan analisis risiko sebelumnya belum pernah dilakukan. Gambaran penelitian - penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(6)

Nama Peneliti Judul Penelitian Lokasi Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Nurasiah (2004) Kajian kuantitas dan kualitas air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tarakan Kalimantan Timur Kota Tarakan Kalimantan Timur

1. Mengetahui debit PDAM yang tersedia saat ini

2. Mengetahui apakah kualitas air PDAM memenuhi syarat baku mutu lingkungan sesuai dengan peruntukannya sebagai air minum dan sejauh mana effektifitas IPA

3. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap kuantitas dan kualitas air PDAM

4. Mengetahui keterkaitan antara kondisi lingkungan sekitar DAS dengan kuantitas dan kualitas air PDAM 1. Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan grafik, tabel frekuensi dan tabel silang

1. Kebutuhan air minum untuk pelanggan PDAM Kota Tarakan belum terpenuhi

2. Analisa kualitas air PDAM untuk kekeruhan, pH, warna, besi dan rasa melewati baku mutu air minum

3. Persepsi masyarakat tergantung pada tingkat sosial ekonomi 4. Terjadinya perubahan kuantitas

dan kualitas air PDAM akibat rusaknya lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi yang tidak memperhatikan ekosistem. Andi Zakiah Wahidah (2010) Kajian terhadap kualitas air PDAM Kota Kendari Sulawesi Tenggara Kota Kendari Sulawesi Tenggara

1. Menganalisis faktor –faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas air PDAM Kota Kendari 2. Mengetahui apakah kualitas air

PDAM telah memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan peruntukannya

3. Mengetahui dan menentukan alternatif strategi yang digunakan untuk dapat mengembangkan PDAM Kota Kendari Sulawesi Tenggara secara keseluruhan

1. Analisis deskriptif untuk mengetahui hubungan dengan variabel

terpengaruh unsur kimia dalam air bersih

2. Analisis grafik, untuk kualitas air minum

3. Analisis SWOT untuk

merumuskan alternatif strategi

1. Turunnya kualitas air minum akibat rusaknya kondisi lingkungan sumber air baku karena aktivitas manusia dan curah hujan

2. Kualitas air PDAM belum memenuhi standart sebagai air bersih yang sehat. Air berbau dan koliform tinja melebihi ambang batas

3. Hasil SWOT yaitu melakukan penyuluhan kepada masyarakat pentingnya air bersih.

   

(7)

di PDAM Tirta Darma Unit Kota Raha Sulawesi Tenggara

Tenggara memenuhi syarat kualitas

kesehatan

2. Mengevaluasi sistem penyediaan air dari sumber air baku hingga ke konsumen

3. Mengindentifikasi kebutuhan air bersih domestik pada kondisi eksisting

4. Mengetahui keterkaitan antara kondisi lingkungan sumbeer air baku dengan kualitas dan kuantitas air PDAM

5. Mengetahui persepsi masyarakat tehadap kualitas kuantitas dan kontinuitas air PDAM

grafik hasil analisis laboratorium 2. Analisia deskriptif

melewati standar yang telah ditetapkan berdasarkan KepMenKes No.

907/MENKES/2002, yaitu pada parameter bakteorologis 2. Sistem penyediaan air dari

sumber air bak hingga ke konsumen belum terlaksana dengan baik dengan kondisi peralatan teknis dan tingginya angka kebocoran

3. Kebutuhan air bersih kondisi eksisting untuk wilayah unit pelayanan kota raha diketahui belum dapat terpenuhi karena jumlah air yang dibutuhkan lebih besar daripada jumlah air yang terdistribusi ik

4. Terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air di PDAM yang dipengaruhi oleh faktor fisik, faktor biologi, dan faktor sosial 5. Persepsi pelanggan terhadap

kualitas air PDAM dirasakan memuaskan walaupun air kadang keruh pada musim hujan.

(8)

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kerusakan pipa jaringan distribusi PDAM Kota Singkawang

2. Menganalisis tingkat risiko kerusakan pipa jaringan distribusi PDAM Kota Singkawang

3. Menganalisis persepsi pelanggan terhadap kualitas dan kuantitas air PDAM Kota Singkawang

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan masukan bagi PDAM Kota Singkawang dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan perbaikan pelayanan siatem penyediaan air kepada masyarakat Kota Singkawang.

2. Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat Kota Singkawang tentang kuantitas dan kualitas air bersih yang digunakan. 3. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi semua stakeholder tentang

pentingnya ketersediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dengan memahami risiko-risiko yang dapat ditimbulkan akibat kerusakan pipa.

4. Penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian penelitian selanjutnya mengenai risiko kerusakan pipa distribusi terhadap kualitas kuantitas air dan lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Secara garis besar komponen-komponen pembelajaran memiliki banyak komponen, diantaranya ada tujuan pembelajaran sebagai titik tolak untuk mencapai suatu pembelajaran, guru

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI