• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titik Darmayanti SD Az Zahro Bendil Kepatihan Menganti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Titik Darmayanti SD Az Zahro Bendil Kepatihan Menganti"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF

SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

MATERI SPLDV MENGGUNAKAN MULTIPLE SOLUTION TASK

(MST) PADA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 7 CERME

Titik Darmayanti

SD Az Zahro Bendil Kepatihan Menganti

Abstrak

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu mempersiapkan siswa agar memiliki keterampilan berpikir. Salah satunya yaitu keterampilan berpikir kreatif. Mengingat pentingnya berpikir kreatif bagi siswa dalam mengembangkan proses pembelajaran. Maka guru perlu mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah matematika. Salah satu cara yang dapat mengukur kemampuan berpikir yang dimiliki siswa yaitu dengan pemberian Multiple

Slution Task (MST) yang secara eksplisit meminta siswa untuk menyelesaikan masalah

matematika yang diberikan dengan cara penyelesaian yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika materi sistem persamaan linier dua variabel menggunakan Multiple Solution Task (MST). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIIIC SMP Muhammdiyah 7 Cerme tahun ajaran 2016/2017. Instrumen yang digunakan penelitian ini yaitu lembar tes pemecahan masalah, hasil tes pemecahan masalah dianalisis menggunakan Scoring Scheme dan tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada 2 siswa (10,5%) yang termasuk dalam TKBK 4 (Sangat Kreatif), 1 siswa (5,3%) yang termasuk dalam TKBK 3 (Kreatif), 5 siswa (26,3%) yang termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif) dengan karakteristik hanya memenuhi komponen fleksibilitas, tidak ada siswa (0%) yang termasuk dalam TKBK 1 (Kurang Kreatif), dan terdapat 11 siswa (52,6%) yang termasuk dalam TKBK 0 (Tidak Kreatif).

Kata kunci : Tingkat kemampuan Berpikir Kreatif, pemecahan Masalah Matematika, Multiple Solution Task (MST)

Abstract

Education is one aspect that plays an important rule to improve the quality of human resources, which is preparing student to have thinking skills. One of that is creative thinking skills. Given the importance of creative thinking to develop the learning process, teachers need to know student’s creative thinking ability level in solving mathematical problems. One way to measure student’s creative thinking ability is multiple solution task (MST) that explicitly asks students to find more than one way to solve mathematics problem. The purpose of this research is identifying the level of student’s creative thinking ability in solving mathematics problem material system of linier equations of two variables using multiple solution task (MST). This research is descriptive with quantitative approach. Subjek of this study is student of VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme in the academic year2016/2017. The instruments used this research is a problem solving test, test

(2)

solutions were analyzed using the Scoring Scheme and the level of creative thinking abilities (TKBK). The results obtained indicate that there are two students (10.5%) were included in the TKBK 4 (Very Creative), 1 student (5.3%) were included in the TKBK 3 (Creative), 5 students (26.3%) included in TKBK 2 (Self-Creative) with characteristics only satisfy the components of flexibility, no student (0%) were included in TKBK 1 (Less Creative), and there are 11 students (52.6%) were included in the TKBK 0 (Not Creative) Key Words : Creative Thinking Ability level, Mathematics Problem Solving, Multiple Solution Task (MST)

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, tidak terlepas dari peran matematika sebagai salah satu ilmu dasar. Perkembangan yang sangat cepat itu sebanding dengan tantangan yang semakin rumit. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan suatu kemampuan yang melibatkan pemikiran kritis, logis dan kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, namun yang membedakannya adalah tingkatanya (Rahmatina dkk, 2014: 62).

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam pembelajaran matematika kreativitas siswa s a n g a t d i b u t u h k a n t e r u t a m a d a l a m menyelesaikan soal-soal yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif, dimana siswa diharapkan dapat mengemukan ide-ide baru yang kreatif dalam menganalisis dan menyelesaikan soal. N a m u n d e m i k i a n , c a r a s i s w a d a l a m mengekspresikan ide-ide kreatif mereka adalah berbeda-beda, karena kemampuan yang dimilikinya berbeda-beda pula. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan Munandar (2012: 6) bahwa setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

Salah satu cara yang dapat mendorong k e m a m p u a n b e r p i k i r k r e a t i f d a l a m pembelajaran matematika yaitu dengan terbiasa memecahkan masalah (Siswono, 2008: 39). Selain itu Pehkonen (1997: 64) mengungkapkan alasan untuk mengajarkan pemecahan masalah, a n t a r a l a i n : ( 1 ) p e m e c a h a n m a s a l a h mengembangkan keterampilan kognitif secara umum, (2) pemecahan masalah mendoron kreativitas, (3) pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi matematika, dan (4) pemecahan masalah memotivasi siswa untuk belajar matematika. Dengan demikian terdapat pandangan yang lebih mendukung penggunaan pengajuan soal sebagai sarana menumbuhkan berpikir kreatif siswa. Berkaitan dengan kreativitas, menurut Silver (1997: 78) mengatakan bahwa pemecahan masalah dan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan kreativitas melalui dimensi kreativitas, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility),dan kebaruan (novelty).

(3)

Menurut Leung (dalam Siswono, 2004) menjelaskan bahwa kreativitas dan pengajuan masalah mempunyai sifat yang sama dalam keserbaragamannya. “Pembuatan sebuah masalah” yang merupakan ciri pengajuan masalah dan sifat “membawa menjadi ada” yang merupakan sifat kreativitas memungkinkan untuk memandang bahwa pengajuan masalah merupakan suatu bentuk kreativitas. Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk berpikir kreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat merupakan sarana untuk menilai/mengukur kemampuan kreatif siswa.

Mengingat pentingnya berpikir kreatif bagi siswa dalam mengembangkan proses pembelajaran, guru perlu mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencangkup masalah tertutup, masalah terbuka dengan jawaban tidak tunggal, dan masalah terbuka dengan beberapa cara penyelesaian (Saefudin, 2012: 38). Jenis pemecahan masalah yang dapat memicu tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif ialah masalah terbuka (open-ended

problem). Salah satu tujuan pemberian soal

terbuka dalam pembelajaran matematika yaitu untuk mendorong aktivitas kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika. Melalui soal terbuka, siswa akan menggunakan seluruh kemampuannya dalam menggali informasi atau konsep - konsep yang releven dalam menyelesaikan soal tersebut, sehingga dapat meninggkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa.

Munandar (2012 : 12) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat ditumbuhkembangkan dengan cara memberi kesempatan siswa untuk berpikir dan berani menggemukakan gagasan baru serta bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Dari pendapat diatas menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berpikir kreatif dan tingkat kemampuan berpikir kreatif masing- masing individu berbeda-beda serta dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi.

Begitu pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam proses menyelesaikan soal matematika sehingga telah banyak diteliti. A h m a d i ( 2 0 1 3 ) d a l a m p e n e l i t i a n n y a menyimpulkan siswa laki-laki dan perempuan yang berkemampuan tinggi mempunyai tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi, sedangkan siswa laki-laki dan perempuan yang berkemampuan rendah mempunyai tingkat kemampuan berpikir kreatif rendah. Ricka (2014) menyimpulkan bahwa terdapat banyak subjek yang mencapai 60% yang termasuk dalam kategori TKBK 0 (tidak kreatif), terdapat 30% subjek yang termasuk dalam kategori TKBK 1 (kurang kreatif), terdapat 10% subjek yang termasuk dalam kategori TKBK 2 (cukup kreatif), dan tidak ada subjek yang yang termasuk dalam TKBK 3 (kreatif) dan TKBK 4 (sangat kreatif).

Untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah matematika, diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang dapat

191

(4)

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu cara yang dapat mengukur kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa yaitu dengan pemberian Multiple Solution Task (MST). MST adalah suatu tugas yang meminta s i s w a u n t u k m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h matematika yang diberikan dengan cara penyelesaian yang berbeda (Leikin, 2009: 133). MST merupakan salah satu jenis soal terbuka ( o p e n - e n d e d ) y a k n i t e r b u k a p r o s e s penyelesaiannya, karena dalam MST siswa diminta untuk menemukan banyak cara penyelesaiain dari masalah yang diberikan.

Dalam MST, kemampuan berpikir kreatif siswa diukur dengan menggunakan acuan dari tiga komponen berpikir kreatif yang digunakan oleh Silver (1997: 76) yaitu,

Three key components of creativity assessed by the TTCT are fluency, flexibility and novelty. Fluency refers to the number of ideas generated in response to a prompt; flexibility to apparent shifts in approaches taken when generating responses to a prompt; and novelty to the originality of the ideas generated in response to a prompt.

Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak–anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Test Of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide–ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas

tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah.

MST tidak memberikan kesimpulan tentang tingkat kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa karena MST hanya mengukur setiap komponen berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menentukan tingkat berpikir kreatif siswa, menggunakan tingkat kemampuan berpikir kreatif yang telah dirumuskan oleh Siswono (2008: 31) yang meliputi tingkat 4 (sangat kreatif), tingkat 3 (kreatif), tingkat 2 (cukup kreatif), tingkat 1 (kurang kreatif), dan tingkat 0 (tidak kreatif).Masing-masing tingkatan digolongkan berdasarkan tiga komponen berpikir kreatif, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty).

Salah satu cabang Matematika yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dengan MST adalah aljabar (Leikin, 2007). Hal ini dikarenakan aljabar mempunyai sifat yang berbeda–beda pada objek matematika diberbagai bidang sehingga kemungkinan ada banyak cara penyelesaian untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan aljabar. Dalam penelitian ini materi aljabar yang digunakan adalah SPLDV. Pemilihan materi ini karena SPLDV mempunyai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dibuat soal pemecahan masalah sehingga pembelajaran matematika yang telah dipelajari tidak terhenti dikelas melainkan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari siswa.

(5)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk malakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan M a s a l a h M a t e m a t i k a M a t e r i S P L D V Menggunakan Multiple Solution Task (MST).”

METODE

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan individual

solution space yang dihasilkan oleh siswa.

Setelah itu diidentifikasi tingkat kemampuan berpikir kreatifnya dalam memecahkan masalah matematika materi SPLDV menggunakan

Multiple Solution Task (MST). Dikatakan

kuantitatif karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka yang dicari dengan cara menghitung skor setiap komponen berpikir kreatif, yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan pada setiap individual solution space yang dihasilkan siswa.

Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Cerme pada tahun ajaran 2016/2017 pada semester genap. Subjek penelitian pada kelas VIII dikarenakan dalam penelitian ini materi yang digunakan yaitu SPLDV yang ada pada

kelas VIII.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Tes Pemecahan Masalah MST. Tes pemecahan masalah menggunakan MST yang diberikan berupa masalah matematika tertulis yang bersifat

open-ended yang mempunyai jawaban tunggal

dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tersebut. Tes pemecahan masalah yang diberikan terdiri dari satu masalah dengan waktu pengerjaan tes selama enam puluh menit. Tes pemecahan masalah diberikan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah pada materi SPLDV mengunakan MST. Lembar tes pemecahan masalah dibuat oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pengajar terlebih dahulu sebelum dilaksanakan tes.

Analisis hasil tes tulis pada Multiple

Solution Task (MST) yaitu berupa individual solution space dengan menggunakan scoring creativity berdasarkan Levav-Waynberg &

Leikin (2009). Hasil analisis tersebut lalu diidentifikasi tingkat berpikir kreatifnya menyesuaikan dengan rumusan TKBK sebagai berikut.

Tabel 1. Penjenjang Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) pada MST

Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

(TKBK) TKBK 4 (Sangat Kreatif)

Komponen Berpikir Kreatif Kefasihan (Fa ³ 4) Ö -Fleksibilitas (Fl ³ 20) Ö atau Ö Kebaruan (Ba ³ 10) Ö Ö 193

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes pemecahan masalah diberikan kepada siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme. Dalam kelas tersebut terdapat 22 Siswa, dengan data siswa pada lampiran 9 halaman 79. Namun pada saat pelaksanaan tes, 3 siswa sedang sakit sehingga siswa yang mengikuti tes sebanyak 19 siswa. Setelah tes dilaksanakan, diperoleh individual solution

space siswa yang akan dianalisis untuk

mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif

TKBK 3 (Kreatif) TKBK 2 (Cukup Kreatif) TKBK 1 (Kurang Kreatif) TKBK 0 (Tidak Kreatif) Ö Ö -Ö -Ö -Ö -Keterangan Ö = Memenuhi - = Tidak memenuhi siswa.

Berdasarkan kajian tentang expert

solution space yang telah dijelaskan pada bab III

halaman 25 yang menggunakan 9 cara penyelesaian berbeda dengan kode C1 untuk, C2, C3 sampai dengan C9 untuk memecahkan masalah matematika materi SPLDV. Adapun macam-macam cara penyelesaian pada

individual solution space yang dihasilkan siswa

dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 2. Macam-macam Cara Penyelesaian Pada Individual Solution Space

yang dihasilkan Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiayah 7 Cerme

Subjek (No. Absen)

Cara yang digunakan siswa

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö 01 02 03 04 05 S B B B B B B B B B B Ö Ö Ö Ö 06 07 08 S S B B

(7)

Keterangan :

C1 = Cara penyelesaian menggunakan metode subtitusi C2 = Cara penyelesaian menggunakan metode eliminasi C3 = Cara penyelesaian menggunakan metode campuran C4 = Cara penyelesaian menggunakan metode grafik C5 = Cara penyelesaian menggunakan metode trial and eror C6 = Cara penyelesaian menggunakan metode matrik C7 = Cara penyelesaian menggunakan metode determinan C8 = Cara penyelesaian menggunakan metode cramer C9 = Cara penyelesaian menggunakan metode crazy Ö = Menggunakan cara penyelesaian tersebut B = benar

S = salah

195

Titik Darmayanti : Identifikasi Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 B S S S S S B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B S B B B 11 16 16 2 6 0 0 0 0

(8)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa semua siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme mampu menghasilkan lebih dari satu cara penyelesaian yang berbeda. Dalam memecahkan masalah yang diberikan bahkan ada sembilan siswa yang mampu menghasilkan tiga atau lebih cara penyelesaian yang berbeda. Kebanyakan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme menggunakan cara penyelesaian dengan kode C hingga C . 1 3

Hal ini dikarenakan cara tersebut telah dipelajari di sekolah dan sering digunakan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Dari 19 siswa yang mengikuti tes

pemecahan masalah, hanya delapan siswa yang menggunakan cara penyelesaian dengan kode C dan C . Sementara itu tidak ada siswa yang 4 5

menggunakan cara penyelesaian dengan kode C hingga C . Hal tersebut dikarenakan cara 6 9

penyelesaian itu belum dipelajari dikelas VIII. Sehingga wajar jika siswa tidak menggunakan cara tersebut untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Berdasarkan tabel diatas maka b a n y a k n y a s i s w a k e l a s V I I I C S M P Muhammadiyah 7 Cerme yang menggunakan cara penyelesaian tertentu dan presentasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Kode Cara Banyak Siswa yang Presentase C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 11 16 16 2 6 -57,8% 84,2% 84,2% 10,5% 31,5% 0% 0% 0% 0%

Tabel 3. Banyaknya Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

yang Menggunakan cara Penyelesaian Tertentu.

(10,5%) dari 19 siswa yang mengikuti tes pemecahan masalah. Sementara itu tidak ada siswa yang menggunakan cara penyelesaian dengan kode C hingga C6 9

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa cara penyelesaian dengan kode C dan C 2 3 banyak digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah materi SPLDV menggunakan MST. Cara penyelesaian yang paling sedikit digunakan oleh siswa adalah cara penyelesaian dengan kode C yakni 2 siswa 4

(9)

197

Titik Darmayanti : Identifikasi Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi SPLDV Menggunakan MST

Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme dalam memecahkan masalah matematika materi SPLDV menggunakan MST terdapat dari kemampuan siswa dalam menghasilkan berbagai macam cara penyelesaian yang berbeda dengan menunjukkan komponen berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Untuk mengetahui skor kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan yang diperoleh siswa, diperlukan suatu pedoman penskoran yang dijelaskan sebelumnya tentang

Scoring scheme pada MST sehingga peneliti

dapat merumuskan skor untuk tiap cara penyelesaian yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya bahwa pada komponen kefasihan (Fa), siswa memperoleh skor Fa=1 untuk setiap jawaban yang benar pada cara penyelesaian tertentu. Untuk komponen fleksibilitas (Fl) siswa memperoleh skor Fl = 10 untuk 1 penyelesaian pertama yang dihasilkan dengan benar. Untuk cara penyelesaian selanjutnya, skor fleksibilitas dilihat dari perbedaan antara

cara satu dan cara yang lain yang dihasilkan siswa dengan benar. Sebagai contoh: Apabila pada penyelesaian pertama siswa menggunakan cara penyelesain dengan (metode eliminasi) kode C dengan benar maka siswa tersebut akan 2 memperoleh skor Fl = 10. Apabila pada 1 penyelesaian kedua siswa menggunakan cara penyelesaian dengan kode (metode Subtitusi) C 1 dengan benar, maka siswa tersebut akan memperoleh skor Fl = 10. Hal tersebut 2 dikarenakan C dan C merupakan 2 cara 1 2 penyelesaian yang berbeda, Apabila untuk solusi yang ketiga siswa tersebut menggunakan cara (metode campuran) C maka skor untuk Fl 3 3 = 1 karena letak perbedaan C dan C hanya 1 3 terletak pada pengeliminasian salah satu variabel saja, selebihnya menggunakan subtitusi.

Skor kebaruan pada MST mengacu pada presentase masing-masing cara penyelesaian yang digunakan siswa seperti pada Tabel 4.2. setelah dapat ditentukan skor kebaruan sesuai dengan Scoring Scheme pada bab II yaitu apabila p < 15% maka skor Ba =10, apabila 15% i £ P < 40% maka Ba =1, dan apabila P i 40% maka skor Ba = 0,1 dengan P merupakan i presentase siswa yang menggunakan cara tertentu. Untuk lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel berikut:

³

Kode Cara

Komponen Berpikir Kreatif

Kefasihan (Fa) Fleksibilitas (Fl) Kebaruan (Ba) C1 C2 1 1 10 10 0,1 0,1

Tabel 4. Scoring Scheme pada MST Berdasarkan Cara Penyelesaian yang dihasilkan

(10)

C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 10 10 10 1 0,1 10 1 10 10 10 10 Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 di atas

maka diperoleh skor total masing-masing siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme untuk tiap komponen berpikir kreatif. Tabel 4.1 menyatakan macam-macam cara penyelesaian pada Individual Solution Space yang dihasilkan siswa. Dimana kita bisa mengetahui cara apa s a j a y a n g d i g u n a k a n s i s w a d a l a m m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h m a t e m a t i k a menggunakan MST. Sebagai contoh pada subjek 04 (Tabel 4.1) ia mampu menghasilkan empat cara penyelesain dengan benar yaitu pada kode C , C , C , dan C . Sehingga pada 1 2 3 5 komponen kefasihan, skor yang didapatkan

yaitu Fa = 4 (Tabel 4.4). Sedangkan pada komponen fleksibilitas (Tabel 4.3) skor C 1 adalah 10, C skornya 10, C skornya 1, dan C 2 3 5 skornya 10. Maka pada komponen fleksibilitas subjek 04 mendapatkan skor Fl = 31(Tabel 4.4). Untuk komponen kebaruan, skornya mengacu p a d a p r e s e n t a s e m a s i n g - m a s i n g c a r a penyelesaian yang digunakan siswa. Subjek 04 skor kebaruan untuk C adalah 0,1, C skornya 1 2 0,1, C skornya 0,1, dan C skornya. Maka skor 3 5 yang diperoleh untuk komponen kebaruan adalah Ba = 1,3. Perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Skor Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah dalam Memecahkan Masalah

Matematika Materi SPLDV menggunakan MST Pada Tiap Komponen Berpikir Kreatif

Subjek Komponen Berpikir Kreatif

Kefasihan (Fa) Fleksibilitas (Fl) Kebaruan (Ba) 01 02 03 04 05 06 07 1 3 4 2 1 10 21 31 20 10 0,1 1,2 1,3 1,1 0,1

(11)

199

Titik Darmayanti : Identifikasi Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 3 4 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 10 21 31 11 11 11 11 10 21 10 11 11 11 31 0,1 0,3 11,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 1,2 0,1 0,2 0,2 0,2 1,3

Berdasarkan Tabel 5, pada komponen kefasihan dapat diketahui bahwa ada 14 siswa yang memperoleh skor Fa £ 3. Tiga siswa memperoleh skor Fa = 3 dan dua siswa memperoleh skor Fa = 4. Dari 19 siswa yang mengikuti tes, hanya 8 siswa yang mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara penyelesaian yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan dengan skor fleksibilitas siswa Fl ³ 20. Sementara itu, pada komponen kebaruan ada dua siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme yang mampu menghasilkan cara

penyelesaian yang baru. Hal ini ditunjukkan dengan skor kebaruan setiap siswa Ba ³ 10.

Berdasarkan tabel diatas dan indikator berpikir kreatif pada MST yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Diperoleh data kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme dalam memecahkan masalah materi SPLDV menggunakan MST yang di tunjukkan dengan komponen berpikir kreatif yaitu Kefasihan, Fleksibilitas dan Kebaruan. Seperti pada tabel berikut.

(12)

Tabel 6. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi SPLDV Menggunakan MST.

Subjek Komponen Berpikir Kreatif Kefasihan (Fa) (Fa ³ 4) Fleksibilitas (Fl) (Fl ³ 20) Kebaruan (Ba) (Ba ³ 10) 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 -Ö -Ö Ö -Ö Ö Ö -Ö Ö -Ö -Ö -Ö -Ö -Ö -Keterangan : - = Tidak memenuhi Ö= Memenuhi

(13)

201

Titik Darmayanti : Identifikasi Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

2. Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi SPLDV Menggunakan MST

Berdasarkan analisis kemampuan berpikir kreatif siswa diatas dapat di identifikasi tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK)

siswa berdasarkan kriteria yang telah di rumuskan sebelumnya yang meliputi tingkat 4 (Sangat kreatif), tingkat 3 (Kreatif), tingkat 2 (Cukup Kreatif), tingkat 1 (Kurang kreatif), tingkat 0 (Tidak kreatif). Maka dapat dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan pada tabel di bawah ini

Tabel 7. Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme yang

Termasuk dalam TKBK 4 (Sangat Kreatif)

Tabel 8. Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

yang Termasuk dalam TKBK 3 (Kreatif)

Komponen berpikir Kreatif Kefasihan (Fa)

Subjek

10 Ö Ö Ö

Fleksibilitas (Fl) Kebaruan (Ba)

Komponen berpikir Kreatif Kefasihan (Fa)

Subjek

04 Ö Ö

-Fleksibilitas (Fl) Kebaruan (Ba)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa S10 termasuk dalam tingkat kemampuan berpikir kreatif yang sangat kreatif. Pada S10 ia memenuhi ke tiga komponen berpikir kreatif yaitu kefasihan dengan skor Fa = 4, fleksibilitas

dengan skor Fl = 31, dan kebaruan dengan skor Ba = 11,2 maka ia dikategorikan pada TKBK 4 (Sangat Kreatif), maka ia dikategorikan pada TKBK 4 (Sangat Kreatif).

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa hanya S04 yang termasuk dalam tingkat kemampuan berpikir kreatif pada TKBK 3 (Kreatif). Pada S04 ia memenuhi dua komponen kemampuan berpikir

kreatif yaitu pada kefasihan dengan skor Fa = 4, dan fleksibilitas dengan skor Fl = 31, maka ia dikategorikan pada TKBK 3 (Kreatif).

Tabel 9. Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

yang Termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif)

Komponen berpikir Kreatif Kefasihan (Fa) Subjek 03 05 Ö Ö

(14)

Tabel 9. Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

yang Termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif)

Komponen berpikir Kreatif Kefasihan (Fa) Subjek 01 06 08 11 13 14 15 16 18 19 20 21

-Fleksibilitas (Fl) Kebaruan (Ba)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa terdapat 5 yang termasuk dalam tingkat kemampuan berpikir kreatif pada TKBK 2 (Cukup kreatif) yaitu S03, S05, S09, S17, dan S22. Dari kelima subjek tersebut mereka hanya memenuhi satu

komponen kemampuan berpikir kreatif yaitu pada fleksibilitas dengan Fl ³ 20, sedangan untuk kefasihan dan kebaruan mereka belum memenuhi, maka ia dikategorikan pada TKBK 2 (Cukup Kreatif).

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa terdapat 12 subjek yang termasuk dalam tingkat kemampuan berpikir kreatif pada TKBK 0 (Tidak kreatif). Karena skor yang didapatkan mereka tidak memenuhi pada tiap komponen

berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Berdasarkan tabel 4.6 hingga tabel 4.9 diatas maka dapat diketahui banyaknya siswa dari setiap tingkat kemampuan berpikir kreatif seperti pada tabel berikut.

09 17 22 Ö Ö Ö

(15)

-Berdasarkan tabel 4.10 maka dapat diketahui ada 1 siswa (5,3%) yang termasuk dalam TKBK 4 (Sangat Kreatif), 1 siswa (5,3%) yang termasuk dalam TKBK 3 (Kreatif), 5 siswa (26,3%) yang termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif) dengan karakteristik hanya memenuhi komponen fleksibilitas, tidak ada siswa (0%) yang termasuk dalam TKBK 1 (Kurang Kreatif), dan terdapat 12 siswa (63,2%) yang termasuk dalam TKBK 0 (Tidak Kreatif).

Pembahasan

Dari Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif setiap siswa berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes pemecahan masalah matematika materi SPLDV menggunakan MST selanjutnya dianalisis menggunakan penilaian scoring scheme dan dikelompokkan kedalam tingkatan kemampuan berpikir kreatif. Dari hasil individual solution space yang dihasilkan siswa dapat diketahui bahwa semua siswa kelas

VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme mampu menghasilkan lebih dari satu cara penyelesaian yang berbeda dalam memecahkan masalah yang diberikan bahkan ada sembilan siswa yang mampu menghasilkan tiga atau lebih cara penyelesaian yang berbeda. Kebanyakan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme menggunakan cara penyelesaian dengan metode eliminasi dan metode campuran. Hal ini dikarenakan cara tersebut telah dipelajari di sekolah dan sering digunakan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan SPLDV. Dari 19 siswa yang mengikuti tes pemecahan masalah, hanya enam siswa yang menggunakan cara penyelesaian dengan kode C (metode trial and eror). Hal tersebut 5 dikarenakan metode ini biasanya digunakan oleh siswa hanya dengan mencoba atau menyubstitusikan sembarang angka sampai menemukan angka yang dimaksud. Hanya ada 2 siswa yang menggunakan cara penyelesaian dengan kode C (metode grafik) padahal dengan 4

203

Titik Darmayanti : Identifikasi Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

Tabel 11. Banyaknya siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme

pada tiap tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK)

Subjek Banyaknya Siswa Presentase

TKBK 4 (Sangat Kreatif) TKBK 3 (Kreatif) TKBK 2 (Cukup Kreatif) TKBK 1 (Kurang Kreatif) TKBK 0 (Tidak Kreatif) 1 1 5 -12 5.3% 5.3% 26.3% 0% 63,2%

(16)

menggambar grafik dapat terlihat kedua grafik yang berpotongan yang tidak lain yaitu koordinat titik potong yang merupakan penyelesaiannya. Sementara itu tidak ada siswa yang menggunakan cara penyelesaian dengan kode C hingga C hal tersebut dikarenakan cara 6 9 penyelesaian itu belum dipelajari di kelas VIII dan mulai dipelajari di bangku SMA Sehingga wajar jika siswa tidak menggunakan cara tersebut untuk memecahkan masalah yang diberikan. Dari pembahasan diatas maka diperoleh tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiayah 7 Cerme yaitu ada 1 siswa (5,3%) yang termasuk dalam TKBK 4 (Sangat Kreatif), 1 siswa (5,3%) yang termasuk dalam TKBK 3 (Kreatif), 5 siswa (26,3%) yang termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif) dengan karakteristik hanya memenuhi komponen fleksibilitas, tidak ada siswa (0%) yang termasuk dalam TKBK 1 (Kurang Kreatif), dan terdapat 12 siswa (63,2%) yang termasuk dalam TKBK 0 (Tidak Kreatif).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari hasil tes pemecahan masalah yang diberikan pada 19 siswa dikelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika materi SPLDV menggunakan Multiple solution Task (MST) dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Terdapat 1 siswa (5,3%) yang termasuk

dalam TKBK 4 (Sangat Kreatif) dengan

karakteristik memenuhi ketiga komponen b e r p i k i r k r e a t i f y a i t u k e f a s i h a n , fleksibilitas, dan kebaruan atau mampu menunjukkan dua komponen berpikir kreatif yaitu fleksibilitas dan kebaruan. 2. Terdapat 1 siswa (5,3%) yang termasuk

d alam TK BK 3 ( K reatif ) d en g an karakteristik memenuhi dua komponen berpikir kreatif yaitu kefasihan dan fleksibilitas.

3. Terdapat 5 siswa (26,3%) yang termasuk dalam TKBK 2 (Cukup Kreatif) dengan karakteristik hanya memenuhi komponen fleksibilitas.

4. Tidak ada siswa (0%) yang termasuk dalam TKBK 1 (Kurang Kreatif).

5. Terdapat 12 siswa (63,2%) yang termasuk dalam TKBK 0 (Tidak Kreatif).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi guru

S e b a i k n y a m e m f a s i l i t a s i k e g i a t a n p e m b e l a j a r a n d e n g a n m e m b e r i k a n masalah-masalah matematika yang memiliki banyak cara penyelesaian, yaitu dengan MST yang mengacu pada indikator kefasihan, fleksibilitas, dan terutama pada kebaruan. Sehingga siwa menjadi terbiasa dalam memecahkan masalah matematika dengan beberapa cara penyelesaian dan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat.

(17)

Sebaiknya mengembangkan MST sebagai cara untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang mencakup beberapa materi dalam matematika dengan beberapa s o a l a t a u m a s a l a h y a n g d a p a t mengekplorasi kreativitas siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Ahmadi, dkk. 2013. Identifikasi Tingkat

B e r p i k i r K r e a t i f S i s w a d a l a m Memecahkan Masalah Matematika Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa dan Perbedaan Jenis Kelamin. Jurnal

Pendidikan.

Awalita, Dita. 2001. Psikologi Umum. Surabaya: UNESA university Press

Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. 1975. Dynamics of Theaching Secondary

School mathematics. Boston : Houghton

Mifflin Company

Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan

K u r i k u l u m d a n P e m b e l a j a r a n Matematika. Malang: JICA- Universitas

Negeri Malang

Leikin, R. 2007. Habits of mind associated with advanced mathematical thingking and solution space of mathematical tasks. In D. Pitta-Pantazi & G. Philippou (Eds.),

Proceeding of the Fiofth Conference of the European society for Research in Mathematics Education (pp. 230-239).

Dalam

(http://ermeweb.free.fr/Cerme5.pdf) diakses pada hari Jumat, 29 Januari 2016 pukul 19.17

Leikin, Roza. 2009. Exploring Mathematical Creativity Using Multiple Solution Task. Dalam A. Berman and Koichu (eds.),

Creativity in Mathematics and Education o f G i f t e d S t u d e n t s . D a l a m

(http://www.mathgifted.org/publications/ Leikin%282009%29multsol.pdf) diakses pada 24 Desember 2015 pukul 10. 35 Levav-Waynberg, A. & Leikin, R. 2009.

Multiple Solution for A Problem: A Tool for Evaluation of Mathematical Thinking in Geometry. Dalam (http://ife.ensl y o n . f r / p u b (http://ife.ensl i c a t i o n s / e d i t i o n -electronique/wg5-11-levav-leikin.pdf) diakses pada 25 Desember 2015 pukul 15.20

Levav-Waynberg, A. & Leikin, R. 2006. Solving Problem in Different Ways: Teachers’ Knowledge Situated in Practice.

P ro c e e d i n g s C o n f e re n c e o f t h e International Group for the psychology,

V o l u m e 4 . D a l a m ( h t t p : / / www.emis.de/proceedings.PME30/4/57. pdf) diakses pada 11 februari 2016 pukul 19.15

Mahmudi, Ali. 2008. Mengembangkan Soal

Ternuka (Open-Ended Problem) dalam Pembelajaran Matematika. Makalah

disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Mahmudi, Ali. 2010. Mengukur Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis.

205

(18)

Makalah disajikan pada konferensi Nasional Matematika XV, UNIMA, Manado, 30 juni-3 juli 2010

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan

Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :

Rineka Cipta

Pehkonen, Erkki. 1997. The State-of-Art in

Mathemathical Creativity. Zentralblatt for Ditaktik der Mathematik (ZDM)- The

International Journal on Mathematics E d u c a t i o n . D a l a m ( h t t p : / / www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a1.p df ) diakses pada tanggal 11 februari 2016 pukul 19.15

Polya, G. (1973). How To Solve It: A New

Aspect Of Mathematical Method: New

Jersey: Princeton University Press

Rahmatina, Siti, dkk. 2014. Tingkat Berpikir

Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif. Jurnal

Ditaktik Matematika Vol.1 No.1 April 2014

Ristiani, Ricka, dkk. 2014. Identifikasi Tingkat

B e r p i k i r K r e a t i f S i s w a d a l a m memecahkan Masalah Matematika melalui Tipe soal Open- Ended di SDN.

Jurnal Pendidikan.

Saefudin, Abdul Aziz. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Volume 4, No 1

Silver, Edward A. 1997. Fostering Creativity

T h r o u g h t I n s t r u c t i o n R i c h i n Mathematical Problem Solving and Problem Posing. Zentralblatt for Ditaktik der Mathematik (ZDM)- The International

Journal on Mathematics Education. Dalam (http://www.emis.de/journals/ ZDM/zdm973a.pdf) diakses pada tanggal 11 februari 2016 pukul 19.00

Siswono, Tatag. Y.E. & Budayasa, Ketut. 2006.

Implementasi Teori Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Dalam Matematika.

Makalah disajikan dalam seminar konferensi Nasional Matematika XIII dan K o n g r e s H i m p u n a n M a t e m a t i k a Indonesia, Universitas Negeri Semarang, 24-27 Juli 2006.

Siswono, Tatag. Y.E. 2007. Konstruksi Teoritik

Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Jurnal pendidikan,

Forum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Tahun II No.4 Agustus 2007.

S i s w o n o , Ta t a g . Y. E . 2 0 0 8 . M o d e l

Pembelajaran Mathematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa

University Pres

Solso, R.L. 1995. Psikologi Kognitif. Germany: Springer Medizin Verlag. Sugiyono. 2010.

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Alfabeta. Suherman. 2005. Psikologi

Gambar

Tabel 1.  Penjenjang Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) pada MST
Tabel 2.  Macam-macam Cara Penyelesaian Pada Individual Solution Space yang dihasilkan Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiayah 7 Cerme Subjek
Tabel 3. Banyaknya Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme  yang Menggunakan cara Penyelesaian Tertentu.
Tabel 4. Scoring Scheme pada MST Berdasarkan Cara Penyelesaian yang dihasilkan  Siswa Kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 7 Cerme
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode ASD (Allowable stress design) dalam struktur baja telah cukup lama digunakan, namun beberapa tahun terakhir metode desain struktur baja mulai beralih ke metode lain

Laporan tersebut sudah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, namun pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan hanya memberikan data laporan Realisasi

Tafhim yaitu menghafal al-Qur'an dengan bersandar pada memahami ayat-ayat yang akan dihafal, yang dimaksud memahami di sini yaitu: memahami kandungan ayat secara partikel

Polisakarida banyak diaplikasikan sebagai bahan pelapis edibel pada buah dan sayur karena dapat berperan sebagai membran permeabel yang selektif terhadap pertukaran gas CO 2

Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka.. Penguasa itu akan menjadi

[r]

Apabila bahan uji yang bekerja antelmintik diberikan pada mencit tersebut, cacing akan mengalami paralisis atau mati. Secara in vivo, aktivitas antelmintik dapat

(3) Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan