• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEI Laksanakan Peran Saudara Sebagai Penginjil HALAMAN 3 NYANYIAN: 103, 102

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEI Laksanakan Peran Saudara Sebagai Penginjil HALAMAN 3 NYANYIAN: 103, 102"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PELAJARAN 1-7 JULI

Laksanakan Peran

Saudara Sebagai Penginjil

HALAMAN 3˙NYANYIAN: 103, 102 8 -14 JULI

Apakah Saudara ”Bergairah untuk

Pekerjaan yang Baik”?

HALAMAN 8˙NYANYIAN: 108, 93 15 -21 JULI

Perkuat Perkawinan Saudara Melalui Komunikasi yang Baik

HALAMAN 14˙NYANYIAN: 36, 87 22-28 JULI

Orang Tua, Anak-Anak —Berkomunikasilah dengan Kasih

HALAMAN 19˙NYANYIAN: 88, 3 29 JULI–4 AGUSTUS

Lindungi Warisan Saudara dengan Membuat Pilihan yang Bijak

HALAMAN 26˙NYANYIAN: 14, 134

(2)

Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedu-nia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dariKitab Suci Terjemahan Dunia Baru.

The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published

semi-monthly by Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.; L. Weaver, Jr., President; G. F. Simonis, Secretary-Treasurer; 25 Columbia Heights, Brooklyn, NY 11201-2483, and in Indonesia by Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001.

Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at

addi-tional mailing offices.POSTMASTER: Send address

changes to Watchtower, 1000 Red Mills Road,Wallkill,

NY 12589-3299. 5 2013 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. Hak cipta dilindungi. Printed in Japan.

34567

May 15, 2013

Jil. 134, No. 10 Semimonthly INDONESIAN

ARTIKEL PELAJARAN

ˇ Laksanakan Peran Saudara Sebagai Penginjil

Apa penginjil itu? Artikel ini menjawab pertanyaan tersebut dan menunjukkan mengapa orang-orang perlu mendengar kabar baik. Dalam artikel ini juga dijelaskan bagaimana caranya agar kita bisa sukses melaksanakan peran kita sebagai penginjil.

ˇ Apakah Saudara ”Bergairah untuk Pekerjaan

yang Baik”?

Artikel ini membahas dua cara bagaimana ’gairah kita untuk pekerja-an ypekerja-ang baik’ menarik orpekerja-ang-orpekerja-ang kepada Allah. (Tit 2:14) Ypekerja-ang per-tama, melalui pengabaran kita. Yang kedua, melalui tingkah laku kita yang baik.

ˇ Perkuat Perkawinan Saudara Melalui

Komunikasi yang Baik

ˇ Orang Tua, Anak-Anak—Berkomunikasilah

dengan Kasih

Komunikasi yang baik sangat penting agar perkawinan bahagia dan kehidupan keluarga menyenangkan. Artikel pertama akan menunjukkan sifat-sifat yang bisa membantu kita berkomunikasi de-ngan baik. Artikel kedua akan menunjukkan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi penghalang komunikasi antara orang tua dan anak mereka.

ˇ Lindungi Warisan Saudara dengan Membuat

Pilihan yang Bijak

Warisan rohani apa yang akan diterima oleh orang Kristen? Dari contoh buruk Esau, pelajaran apa yang bisa kita tarik tentang waris-an kita? Apa ywaris-ang akwaris-an membwaris-antu kita membuat pilihwaris-an ywaris-ang bijak sehubungan dengan warisan kita? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab di artikel ini.

ARTIKEL LAIN

13 Pertanyaan Pembaca

24 Mengapa Kehidupan Kami Benar-Benar Bermakna

31 Dari Arsip Kita

LONDON, INGGRIS

SAMPUL: Saudari-saudari memberikan ke-saksian kepada penjaga toko di London bagian barat laut dengan menggunakan publikasi berbahasa Gujarati

                                   

Sidang Berbahasa Asing Kelompok Berbahasa Asing

80 60 40 20 0 2012 2002 1992

(3)

PENGINJIL adalah orang yang menyampaikan kabar baik. Penginjil yang pertama dan yang paling agung ada-lah Alada-lah Yehuwa. Begitu orang tua pertama kita membe-rontak, Yehuwa segera mengumumkan kabar baik, ya-itu bahwa si ular—Setan Si Iblis—akan dibinasakan. (Kej. 3:15) Selama berabad-abad, Yehuwa juga mengilhami pria-pria yang setia untuk menuliskan berbagai perinci-an tentperinci-ang cara Ia akperinci-an membersihkperinci-an nama-Nya dari celaan, cara Ia akan memperbaiki kerusakan yang ditim-bulkan Setan, dan cara manusia bisa mendapatkan lagi kehidupan abadi yang telah dihilangkan oleh Adam dan Hawa.

2Malaikat-malaikat juga adalah penginjil. Mereka

me-nyampaikan kabar baik dan membantu orang lain da-lam memberitakan kabar baik. (Luk. 1:19; 2:10; Kis. 8:26, 27, 35; Pny. 14:6) Lalu, bagaimana dengan Mikhael sang penghulu malaikat? Sewaktu berada di bumi, Yesus me-netapkan pola bagi para penginjil manusia. Ya, kehidup-annya berpusat pada pemberitaan kabar baik!—Luk. 4: 16-21.

3Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk

meng-injil. (Mat. 28:19, 20; Kis. 1:8) Rasul Paulus mendesak rekan sekerjanya Timotius, ”Lakukanlah pekerjaan se-orang penginjil, laksanakan sepenuhnya pelayananmu.” (2 Tim. 4:5) Kabar baik apa yang kita beritakan seba-gai pengikut Yesus? Salah satunya adalah kebenaran yang membesarkan hati bahwa Bapak surgawi kita, Ye-huwa, mengasihi kita. (Yoh. 3:16; 1 Ptr. 5:7) Allah Yehuwa memperlihatkan kasihnya kepada kita terutama mela-lui Kerajaan-Nya. Karena itu, kita senang untuk mence-ritakan kepada orang-orang bahwa semua yang tunduk pada Kerajaan itu, taat kepada Allah, dan melakukan

1. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yehuwa adalah Penginjil yang pertama dan yang paling agung?

2. (a) Apa saja yang dilakukan oleh para malaikat dalam peng-injilan? (b) Pola apa yang Yesus tetapkan bagi para penginjil?

3. (a) Kabar baik apa yang kita beritakan? (b) Sebagai pengin-jil, pertanyaan-pertanyaan apa yang perlu kita perhatikan?

L

AKSANAKAN

P

ERAN

S

AUDARA

S

EBAGAI

P

ENGINJIL

”Lakukanlah pekerjaan

seorang penginjil,

laksanakan sepenuhnya

pelayananmu.”

—2 TIM. 4:5.

APA JAWABAN SAUDARA?

Apa penginjil itu?

Mengapa orang-orang perlu mendengar kabar baik?

Bagaimana caranya menjadi penginjil yang sukses?

(4)

hal-hal yang benar bisa menjadi sahabat-Nya. (Mz. 15:1, 2) Malah, Yehuwa bermak-sud menyingkirkan semua penderitaan dan ketidakadilan. Ia juga akan menyingkirkan kepedihan hati karena memikirkan pen-deritaan di masa lalu. Hal itu benar-benar kabar baik, bukan? (Yes. 65:17) Mengingat bahwa kita adalah penginjil, mari kita per-hatikan jawaban atas dua pertanyaan pen-ting ini: Mengapa sekarang orang-orang perlu mendengar kabar baik? Bagaimana kita bisa sukses melaksanakan peran kita sebagai penginjil?

MENGAPA ORANG-ORANG PERLU MENDENGAR KABAR BAIK?

4Bayangkan kalau ada orang yang

ngatakan bahwa ayah Saudara telah me-ninggalkan Saudara sekeluarga. Andaika-ta orang-orang yang mengaku mengenal dia mengatakan bahwa dia itu orang yang ti-dak mau tahu, tertutup, bahkan kejam. Ada yang mungkin meyakinkan Saudara bah-wa tidak ada gunanya mencari dia karena dia sudah tiada. Sebenarnya, itulah yang di-percayai orang-orang tentang Allah. Banyak yang diajari bahwa kita tidak mungkin me-ngenal Allah, atau bahwa Dia kejam. Misal-nya, beberapa pemimpin agama mengata-kan bahwa Allah menghukum orang jahat dengan menyiksa mereka selama-lamanya. Yang lainnya mengatakan bahwa penderi-taan akibat bencana alam disebabkan oleh Allah. Dan, meskipun bencana itu mene-waskan orang baik maupun orang jahat, mereka mengatakan bahwa itu adalah hu-kuman dari Allah.

5Banyak orang mengatakan bahwa Allah

itu tidak ada. Perhatikan misalnya teori evolusi. Orang-orang yang membela teori itu menyatakan bahwa kehidupan muncul tanpa ada perancang yang cerdas. Mereka mengklaim bahwa Pencipta itu tidak ada.

4. Kebohongan apa saja yang dipercayai orang-orang tentang Allah?

5, 6. Apa dampak teori evolusi dan ajaran palsu

atas orang-orang?

Ada yang bahkan mengatakan bahwa ma-nusia itu dikategorikan sebagai binatang, sehingga tidak mengherankan jika manusia bertingkah laku seperti binatang. Mereka berpendapat bahwa jika yang kuat menin-das yang lemah, hal itu wajar-wajar saja dan memang sesuai dengan hukum alam. Maka, pantas saja banyak yang percaya bahwa ke-tidakadilan akan selalu ada. Jadi, orang-orang yang memercayai evolusi tidak punya harapan masa depan.

6Teori evolusi dan berbagai ajaran

pal-su telah terbukti ikut menyengsarakan umat manusia selama hari-hari terakhir. (Rm. 1: 28-31; 2 Tim. 3:1-5) Ajaran-ajaran tersebut bukanlah kabar baik yang sebenarnya. Se-baliknya, seperti yang rasul Paulus kata-kan, ajaran-ajaran tersebut malah membuat orang ”berada dalam kegelapan secara men-tal, dan terasing dari kehidupan seperti yang Allah miliki”. (Ef. 4:17-19) Selain itu, teori evolusi dan doktrin palsu telah meng-halangi orang menerima kabar baik dari Allah.—Baca Efesus 2:11-13.

7Agar bisa dirukunkan dengan Allah,

orang-orang harus yakin terlebih dahulu bahwa Yehuwa itu ada dan bahwa mere-ka perlu mendemere-kat kepada-Nya. Agar me-reka memahami hal itu, kita bisa meng-ajak mereka memerhatikan ciptaan Allah. Jika orang-orang mau mempelajari ciptaan dengan pikiran yang terbuka, mereka bisa memahami hikmat dan kuasa Allah. (Rm. 1: 19, 20) Untuk menggugah kekaguman me-reka akan karya Sang Pencipta Agung, kita bisa menggunakan brosur Benarkah Kehi-dupan Diciptakan? dan Asal Mula Kehidup-an—Lima Pertanyaan yang Patut Direnung-kan. Meski demikian, mempelajari ciptaan saja tidak cukup untuk menjawab berbagai pertanyaan yang membingungkan seperti: Mengapa Allah membiarkan manusia men-derita? Apa yang ingin Allah wujudkan atas bumi? Apakah Allah peduli kepada saya se-cara pribadi?

7, 8. Apa satu-satunya cara agar orang-orang

(5)

8Satu-satunya cara agar mereka bisa

be-nar-benar memahami kabar baik ten-tang Allah dan kehendak-Nya adalah de-ngan mempelajari Alkitab. Sungguh besar hak istimewa kita untuk membantu mereka menemukan jawaban atas pertanyaan reka! Namun, untuk menyentuh hati me-reka, tidaklah cukup hanya menyampaikan fakta-fakta; kita harus meyakinkan mereka. (2 Tim. 3:14) Kita bisa lebih terampil meya-kinkan orang jika kita meniru Yesus. Meng-apa dia begitu sukses? Salah satu alasannya adalah karena dia mahir menggunakan per-tanyaan. Bagaimana kita bisa meniru dia?

PENGINJIL YANG SUKSES MAHIR MENGGUNAKAN PERTANYAAN

9Mengapa kita perlu menggunakan

per-tanyaan sewaktu menginjil, seperti halnya Yesus? Nah, perhatikan contoh berikut: An-daikata seorang dokter mengatakan bahwa ada kabar baik untuk Saudara. Dia bisa me-nyembuhkan Saudara kalau Saudara mau menjalani operasi besar. Saudara bisa jadi percaya kepadanya. Tetapi, bagaimana ka-lau dia menjanjikan hal itu padahal dia belum menanyakan apa-apa tentang kese-hatan Saudara? Saudara pasti sulit memer-cayai dia. Tidak soal seberapa pintar dokter itu, dia harus terlebih dahulu menanyakan dan mendengarkan keluhan Saudara. Sete-lah itu, baruSete-lah dia bisa mengobati Saudara. Demikian pula, kalau kita ingin orang-orang menerima kabar baik Kerajaan, kita harus mahir menggunakan pertanyaan. Kita baru bisa membantu mereka kalau kita sudah memahami kondisi rohaninya.

9. Kalau kita ingin membantu orang-orang seca-ra rohani, apa yang harus kita lakukan?

10Yesus tahu bahwa pertanyaan yang

te-lah dipersiapkan tidak hanya akan memban-tu guru memahami muridnya, tetapi juga melibatkan pendengar dalam diskusi. Mi-salnya, sewaktu Yesus ingin mengajar mu-rid-muridnya tentang kerendahan hati, ia pertama-tama mengajukan pertanyaan yang membuat mereka berpikir. (Mrk. 9:33) Un-tuk mengajar Petrus bernalar tentang prin-sip-prinsip, Yesus mengajukan pertanyaan dan memberikan beberapa pilihan jawaban. (Mat. 17:24-26) Pada kesempatan lain, ketika Yesus ingin menimba isi hati murid-murid-nya, dia mengajukan serangkaian pertanya-an sudut ppertanya-andpertanya-ang.(Baca Matius 16:13-17.) Melalui pertanyaan maupun pernyataan, Ye-sus tidak sekadar menyampaikan fakta-fak-ta. Dia menyentuh hati orang-orang dan menggerakkan mereka untuk bertindak se-laras dengan kabar baik.

11Dengan meniru kemahiran Yesus

da-lam menggunakan pertanyaan, ada tiga hal yang akan kita capai. Kita akan mengetahui cara terbaik untuk membantu orang-orang, kita akan mengatasi kendala ketika si pen-dengar ingin menghentikan percakapan, dan kita akan mengajar orang yang rendah hati caranya mendapatkan manfaat dari ka-bar baik. Mari perhatikan tiga contoh ba-gaimana kita bisa menggunakan pertanya-an dengpertanya-an efektif.

12Contoh 1: Andaikata anak remaja

Sau-dara mengatakan bahwa dia tidak berani membela imannya tentang penciptaan se-waktu berbicara dengan teman sekelas-nya, apa yang akan Saudara lakukan? Sau-dara pasti ingin agar dia lebih percaya diri sewaktu memberitakan kabar baik. Maka, ketimbang cepat-cepat mengkritiknya atau langsung memberi tahu apa yang ha-rus dia katakan, cobalah tiru Yesus dengan mengajukan pertanyaan sudut pandang. Ba-gaimana caranya?

10, 11. Dengan meniru cara Yesus mengajar,

apa yang bisa kita capai?

12-14. Bagaimana Saudara dapat membantu

anak Saudara agar lebih percaya diri dalam memberitakan kabar baik? Berikan contoh.

Untuk menyentuh hati

orang-orang, kita harus

meyakinkan mereka

(6)

13Setelah membaca beberapa bagian

dari brosur Asal Mula Kehidupan—Lima Perta-nyaan yang Patut Direnungkan bersama anak Saudara, tanyakan gagasan mana yang pa-ling menarik bagi dia. Lalu, anjurkan dia untuk memikirkan apa alasannya dia sen-diri percaya akan Pencipta dan mengapa dia ingin melakukan kehendak Allah. (Rm. 12:2) Jelaskan kepadanya bahwa alasan dia tidak harus sama dengan alasan Saudara.

14Jelaskan kepada anak Saudara bahwa

sewaktu ia berbicara kepada teman sekelas-nya, ia bisa menggunakan cara yang sama, yaitu meninjau beberapa fakta lalu meng-ajukan pertanyaan sudut pandang. Misal-nya, ia bisa meminta temannya itu mem-baca kotak di halaman 21 dari brosur Asal Mula Kehidupan. Lalu, anak Saudara dapat menanyakan, ”Katanya kemampuan DNA menyimpan data tidak dapat ditandingi oleh komputer mana pun di dunia. Menu-rutmu itu benar atau tidak?” Kemungkin-an besar temKemungkin-annya akKemungkin-an menjawab, ”Be-nar.” Kemudian dia bisa bertanya lagi, ”Nah, kalau komputer saja harus ada yang me-rancang, apa mungkin DNA yang hebat itu tidak ada yang merancang?” Agar anak Sau-dara lebih percaya diri sewaktu menyatakan imannya kepada orang lain, Saudara bisa mengadakan sesi latihan secara berkala. Jika Saudara melatih anak Saudara agar ma-hir menggunakan pertanyaan, ia akan bisa melaksanakan perannya sebagai penginjil.

15Contoh 2: Dalam dinas, kita sering

ber-temu dengan orang-orang yang meragu-kan bahwa Allah ada. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa dia ateis. Ke-timbang langsung menyerah, kita bisa me-nanyakan dengan baik-baik sudah berapa lama dia menjadi ateis dan apa alasannya. Setelah mendengarkan jawabannya dan memuji dia karena menganggap serius hal-hal itu, kita bisa bertanya apakah dia ber-keberatan membaca brosur tentang

bukti-15. Bagaimana kita bisa menggunakan perta-nyaan-pertanyaan untuk membantu seorang ateis?

Pertanyaan-pertanyaan yang efektif . . .

1

membantu orang-orang untukmemikirkan mengapa mereka meyakini apa yang mereka percayai

2

membukakan pikiran dan hati mereka untuk menerima kebenaran

3

membantu mereka bernalar sehingga bisa menarik kesimpulan yang benar

(7)

bukti bahwa kehidupan diciptakan. Jika sang penghuni rumah berpikiran terbuka, kemungkinan dia tidak akan berkeberatan. Lalu kita bisa menawarkan brosur Benarkah Kehidupan Diciptakan? atau Asal Mula Kehi-dupan—Lima Pertanyaan yang Patut Direnung-kan. Pertanyaan yang diajukan dengan bi-jaksana dan ramah bisa menjadi kunci yang membukakan pintu hatinya bagi kabar baik.

16Contoh 3: Sewaktu memandu PAR, kita

bisa saja membiarkan si pelajar menja-wab dengan membaca dari buku atau bro-sur yang digunakan untuk pelajaran. Tetapi, hal itu bisa menghambat pertumbuhan ro-haninya. Mengapa? Karena jika dia hanya membaca jawabannya tanpa merenungkan-nya, dia tidak akan berakar kuat secara ro-hani. Dia akan mudah layu karena panas-nya tentangan. (Mat. 13:20, 21) Agar hal itu tidak terjadi, kita perlu menanyakan kepa-da si pelajar bagaimana perasaannya terha-dap apa yang sedang dia pelajari. Cari tahu apakah dia setuju dengan pokok yang se-dang dibahas. Yang lebih penting, tanya-kan mengapa dia setuju atau tidak setu-ju. Lalu, bantulah dia bernalar berdasarkan ayat-ayat Alkitab hingga akhirnya ia sendiri bisa menarik kesimpulan yang benar. (Ibr. 5:14) Jika kita mahir menggunakan perta-nyaan, orang-orang yang kita ajar akan le-bih berakar kuat dalam iman dan akan bisa membentengi diri dari orang-orang yang menentang atau yang berupaya menyesat-kan mereka. (Kol. 2:6-8) Apa lagi yang bisa kita lakukan untuk melaksanakan peran kita sebagai penginjil?

PENGINJIL YANG SUKSES SALING MEMBANTU

17Yesus mengutus murid-muridnya

un-tuk mengabar berdua-dua. (Mrk. 6:7; Luk. 10:1) Belakangan, rasul Paulus

menyebut-16. Mengapa kita hendaknya tidak puas jika pelajar Alkitab kita hanya menjawab dengan membaca dari buku atau brosur?

17, 18. Sewaktu berdinas dengan penyiar lain,

bagaimana caranya agar kalian berdua bisa be-kerja sama dengan kompak?

kan tentang ”rekan-rekan sekerja” yang te-lah ”berjuang bersisi-sisian dengan[-nya] se-hubungan dengan kabar baik”. (Flp. 4:3) Selaras dengan contoh Alkitab itu, pada ta-hun 1953, dibuatlah program agar para nyiar Kerajaan melatih yang lain dalam pe-layanan.

18Sewaktu Saudara berdinas dengan

pe-nyiar lain, bagaimana caranya agar kalian berdua bisa bekerja sama dengan kompak? (Baca 1 Korintus 3:6-9.) Ketika rekan dinas Saudara mengacu ke ayat tertentu, bukalah Alkitab Saudara juga. Sewaktu ia atau peng-huni rumah berbicara, dengarkanlah baik-baik. Ikuti pembahasannya agar Saudara siap membantu dia menjawab sanggahan penghuni rumah. (Pkh. 4:12) Tetapi berhati-hatilah: Lawanlah keinginan untuk memo-tong pembicaraan pada saat rekan Saudara sedang menyampaikan serangkaian argu-men yang bagus. Jika Saudara terlalu berse-mangat, rekan Saudara bisa kecil hati dan penghuni rumah juga akan bingung. Sese-kali, Saudara mungkin bisa ikut terlibat da-lam pembicaraan, tetapi batasilah komentar Saudara. Kemudian, biarkan rekan Saudara melanjutkan pembahasannya.

19Bagaimana Saudara dan rekan dinas

Saudara bisa saling membantu sewaktu me-nuju rumah berikutnya? Cobalah gunakan waktu itu untuk mendiskusikan bagaima-na caranya agar kata pengantar kalian le-bih efektif. Jagalah agar komentar Saudara tentang orang-orang di daerah dinas kali-an tidak membuat rekkali-an Saudara kecil hati. Selain itu, hindarilah percakapan yang ne-gatif tentang sesama rekan penginjil. (Ams. 18:24) Kita perlu ingat bahwa kita semua ha-nyalah bejana-bejana dari tanah. Dan, Ye-huwa telah memperlihatkan kebaikan hati yang luar biasa dengan memberi kita harta berupa pekerjaan memberitakan kabar baik.(Baca 2 Korintus 4:1, 7.) Maka, marilah kita hargai harta ini dengan melaksanakan peran kita sebagai penginjil sebaik-baiknya.

19. Apa yang hendaknya kita ingat, dan meng-apa?

(8)

BAGI banyak orang, mendapat penghargaan atas prestasi yang istimewa adalah suatu kehormatan besar. Misalnya, ada yang menerima Hadiah Nobel karena berjasa dalam mendamaikan dua pihak yang bertikai. Tetapi, betapa le-bih besar kehormatan yang kita miliki sebagai duta atau utusan Allah untuk membantu orang-orang berdamai de-ngan Pencipta mereka!

2Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, hanya kita yang

me-miliki kehormatan itu. Atas perintah Allah dan Kris-tus, kita memohon agar orang-orang ”menjadi rukun de-ngan Allah”. (2 Kor. 5:20) Kita digunakan Yehuwa untuk menarik orang-orang kepada-Nya. Itulah sebabnya, jutaan orang di 235 negeri telah menikmati hubungan baik de-ngan Allah dan memiliki harapan untuk hidup abadi. (Tit. 2:11) Dengan penuh semangat, kita mengundang ’siapa pun yang ingin untuk mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma’. (Pny. 22:17) Karena kita sangat menghargai tugas penting ini dan melaksanakannya dengan giat, kita dapat disebut sebagai umat yang ”bergairah untuk peker-jaan yang baik”. (Tit. 2:14) Sekarang, mari kita perhatikan bagaimana kita bisa menarik orang-orang kepada Yehu-wa dengan memperlihatkan gairah untuk pekerjaan yang baik. Misalnya, melalui pengabaran kita.

TIRULAH GAIRAH YEHUWA DAN YESUS

3Sewaktu menyebutkan hal-hal yang akan dicapai

pe-merintahan Putra Allah, Yesaya 9:7 mengatakan, ”Gairah Yehuwa yang berbala tentara akan melakukan hal ini.” Kata-kata itu menandaskan bahwa Bapak surgawi kita sangat berminat akan keselamatan umat manusia. Ke-gairahan Yehuwa menjadi teladan bagi kita. Maka, kita pun perlu melaksanakan pekerjaan yang Ia berikan, ya-itu memberitakan Kerajaan, dengan sepenuh hati dan de-ngan bersemangat. Keinginan kita yang membara untuk

1, 2. Kehormatan apa yang hanya dimiliki oleh Saksi-Saksi

Ye-huwa? Bagaimana Saudara memandang kehormatan itu?

3. ”Gairah Yehuwa” meyakinkan kita akan hal apa?

A

PAKAH

S

AUDARA

B

ERGAIRAH UNTUK

P

EKERJAAN YANG

B

AIK”

?

”Kristus Yesus . . .

membe-rikan dirinya untuk kita

agar ia dapat . . .

menta-hirkan bagi dirinya suatu

bangsa khusus miliknya,

yang bergairah untuk

pekerjaan yang baik.”

—TIT. 2:13, 14.

BAGAIMANA MENURUT SAUDARA?

Menurut Saudara, mengapa melakukan pekerjaan yang baik dengan bergairah merupakan suatu kehormatan?

Bagaimana Daniel 2:41-45 menandaskan pentingnya bergairah dalam pelayanan?

Jelaskan bagaimana tingkah laku yang baik dapat membuat orang tertarik kepada ibadat sejati dan Allah Yehuwa.

(9)

membantu orang-orang mengenal Allah ada-lah cerminan dari gairah Yehuwa. Jadi, se-bagai rekan sekerja Allah, apakah kita seca-ra pribadi bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam memberitakan kabar baik se-suai dengan keadaan kita masing-masing? —1 Kor. 3:9.

4Perhatikan juga kegairahan Yesus. Ia

menjadi teladan yang sempurna dengan te-rus bergairah dalam pelayanan. Sekalipun ditentang dengan sengit, ia tetap bersema-ngat dalam pengabaran sampai akhir kehi-dupannya di bumi. (Yoh. 18:36, 37) Karena mengetahui bahwa ia akan segera mati seba-gai korban, Yesus semakin bertekad untuk membantu orang-orang mengenal Yehuwa.

5Sebagai contoh, pada musim gugur

ta-hun 32 M, Yesus memberikan sebuah ilus-trasi tentang seorang pria yang memiliki po-hon ara di kebun anggurnya. Karena sudah tiga tahun pohon itu tidak berbuah, ia me-merintahkan tukang kebun anggur untuk menebangnya. Tetapi, tukang kebun memin-ta waktu untuk memupuk pohon itu. (Baca Lukas 13:6-9.) Saat itu, buah dari pengabar-an Yesus, yaitu murid-muridnya, hpengabar-anya sedi-kit. Namun, seperti tukang kebun anggur da-lam ilustrasi itu, Yesus menggunakan sedikit waktu yang tersisa—sekitar enam bulan—un-tuk meningkatkan kegiatan pengabarannya di Yudea dan Perea. Beberapa hari menje-lang kematiannya, Yesus meratapi orang-orang dari bangsanya yang ’mendengar tan-pa menanggapi’.—Mat. 13:15; Luk. 19:41.

6Mengingat akhir itu sudah semakin

de-kat, tidakkah kita juga perlu meningkatkan upaya kita dalam pengabaran?(Baca Daniel 2:41-45.) Kita tentu merasa sangat terhormat menjadi Saksi-Saksi Yehuwa! Kitalah satu-satunya umat di muka bumi ini yang me-nawarkan harapan berupa jalan keluar yang

4. Teladan apa yang Yesus berikan sehubungan dengan kegairahan dalam pelayanan?

5. Bagaimana Yesus bertindak sesuai dengan ilustrasinya tentang pohon ara?

6. Mengapa kita perlu meningkatkan kegiatan kita dalam pelayanan?

sesungguhnya bagi problem-problem ma-nusia. Baru-baru ini, seorang kolumnis su-rat kabar menulis bahwa tidak ada jawaban atas pertanyaan, ”Mengapa hal buruk me-nimpa orang baik?” Kita perlu menyampai-kan jawaban Alkitab atas pertanyaan seperti itu kepada orang yang mau mendengarkan. Itu adalah kewajiban sekaligus hak istimewa kita sebagai orang Kristen. Kita hendaknya ’berkobar dengan roh’ sewaktu melaksana-kan tugas dari Allah ini. (Rm. 12:11) Dengan berkat Allah, penginjilan kita yang penuh se-mangat bisa membantu orang lain mengenal dan mengasihi Yehuwa.

SEMANGAT KITA YANG RELA BERKORBAN MENGHORMATI YEHUWA

7Seperti Paulus, kita juga mungkin

”se-ring tidak tidur pada malam hari” dan ”ka-dang-kadang tanpa makanan” karena pela-yanan kita. (2 Kor. 6:5) Kata-kata tersebut dengan jelas melukiskan semangat rela ber-korban dan bisa jadi membuat kita ter-ingat akan para perintis yang menomorsatu-kan pelayanan sambil mencari nafkah. Ingat juga para utusan injil yang setia yang ’men-curahkan diri seperti persembahan minum-an’ agar dapat melayani di negeri asing. (Flp. 2:17) Bagaimana dengan para penatua yang bekerja keras sampai lupa makan atau ku-rang tidur demi mengurus domba-domba Ye-huwa? Di antara kita, ada juga para lansia dan mereka yang memiliki problem kesehat-an tetapi mengerahkkesehat-an upaya terbaik mere-ka untuk menghadiri perhimpunan dan ikut dalam dinas. Kita sangat berbesar hati se-waktu memikirkan semua hamba Allah yang rela berkorban ini. Upaya semacam itu me-mengaruhi pandangan orang lain terhadap pelayanan kita.

8Dalam suratnya kepada koran Boston

Tar-get dari Lincolnshire, Inggris, seorang pem-baca non-Saksi mengatakan, ”Orang-orang tidak percaya lagi kepada agama-agama . . . Apa saja yang dikerjakan para pemimpin

7, 8. Bagaimana semangat kita yang rela

(10)

gereja? Mereka sama sekali tidak pergi men-jumpai orang-orang seperti halnya Kristus . . . Satu-satunya agama yang kelihatannya peduli hanyalah Saksi-Saksi Yehuwa, yang pergi menjumpai orang-orang dan dengan tulus memberitakan kebenaran.” Dunia ini sarat dengan pemuasan diri. Maka, mela-lui semangat kita yang rela berkorban, kita menghormati Yehuwa.—Rm. 12:1.

9Namun, apa yang bisa kita lakukan

se-andainya kita mulai kurang bersemangat da-lam pelayanan? Ada baiknya kita merenung-kan hal-hal yang Yehuwa hasilmerenung-kan melalui pengabaran. (Baca Roma 10:13-15.) Orang-orang bisa memperoleh keselamatan jika mereka berseru kepada nama Yehuwa de-ngan iman. Tetapi, mereka tidak akan bisa melakukannya kalau kita tidak mengabar kepada mereka. Dengan mengetahui hal ini, kita akan tetap bergairah untuk pekerjaan yang baik dan dengan giat memberitakan kabar baik Kerajaan.

9. Apa yang akan mendorong kita terus bergai-rah untuk pekerjaan yang baik dalam pelayanan kita?

TINGKAH LAKU YANG BAIK MENARIK ORANG LAIN KEPADA ALLAH

10Sekalipun sangat penting, semangat

kita dalam pelayanan tidaklah cukup un-tuk menarik orang kepada Allah. Hal ke-dua yang juga penting adalah tingkah laku Kristen yang baik. Untuk menunjukkan pen-tingnya tingkah laku kita yang baik, Paulus menulis, ”Dengan cara apa pun kami tidak memberikan alasan untuk tersandung, agar pelayanan kami tidak dikecam.” (2 Kor. 6:3) Tutur kata kita yang bersih dan tingkah laku kita yang baik menghiasi ajaran dari Allah sehingga orang-orang tertarik untuk beriba-dat kepada Yehuwa. (Tit. 2:10) Bahkan, kita sering mendengar hasil positif ketika orang yang tulus mengamati bahwa kita meniru tingkah laku Kristus.

11Tindakan kita yang baik bisa

berpenga-ruh positif terhadap orang lain. Demikian

10. Mengapa dapat dikatakan bahwa tingkah laku kita yang baik menarik orang lain kepada Yehuwa?

11. Mengapa kita hendaknya memikirkan pe-ngaruh tingkah laku kita dan membawakannya dalam doa?

(11)

pula sebaliknya. Maka, tidak soal kita ada di tempat kerja, di rumah, atau di sekolah, kita perlu berhati-hati agar orang tidak mem-punyai alasan untuk mencela pelayanan atau tingkah laku kita. Dan, jika kita dengan se-ngaja melakukan dosa, akibatnya atas diri kita bisa sangat fatal. (Ibr. 10:26, 27) Hal itu tentu menggerakkan kita untuk memikirkan tingkah laku kita maupun pengaruhnya atas orang lain dan membawakannya dalam doa. Saat standar moral dunia ini semakin me-rosot, orang-orang yang tulus akan semakin ’melihat perbedaan antara orang yang me-layani Allah dan orang yang tidak meme-layani dia’. (Mal. 3:18) Ya, tingkah laku Kristen kita yang baik berperan penting dalam memban-tu orang-orang agar rukun dengan Allah.

12Dalam suratnya kepada sidang

Korin-tus, Paulus menyebutkan bahwa ia meng-alami kesengsaraan, situasi sulit, pemukul-an, dan pemenjaraan. (Baca 2 Korintus 6: 4, 5.) Di bawah ujian iman, ketekunan kita dapat memotivasi orang untuk menerima kebenaran. Misalnya, beberapa tahun yang lalu, ada orang-orang yang berupaya mele-nyapkan Saksi-Saksi Yehuwa di suatu dae-rah di Angola. Dua Saksi terbaptis dan 30 peminat yang menghadiri perhimpunan dici-duk. Kemudian, warga setempat dikumpul-kan untuk menyaksidikumpul-kan orang-orang yang tidak bersalah ini dicambuki sampai berda-rah-darah. Wanita dan anak-anak pun tidak luput dari kekejaman itu. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti orang agar mereka ti-dak mendengarkan Saksi-Saksi Yehuwa. Na-mun, setelah pencambukan itu, banyak war-ga setempat justru mendekati para Saksi untuk meminta PAR! Sejak saat itu, pekerja-an pemberitapekerja-an Kerajapekerja-an maju dengpekerja-an pesat sehingga jumlah Saksi meningkat dan ada banyak berkat.

13Contoh ini menunjukkan bahwa jika

kita teguh menjunjung prinsip Alkitab, pe-ngaruhnya atas orang lain akan sangat besar. Kita tidak tahu berapa banyak orang yang

te-12-14. Bagaimana ketekunan kita di bawah

uji-an imuji-an memengaruhi puji-anduji-anguji-an oruji-ang terha-dap pelayanan kita? Berikan contoh.

lah dirukunkan dengan Allah karena kebera-nian Petrus dan rasul-rasul lainnya. (Kis. 5: 17-29) Teman sekolah, rekan kerja, atau anggota keluarga kita bisa jadi akan mem-berikan tanggapan positif sewaktu menyak-sikan keteguhan kita mempertahankan ke-benaran.

14Dari masa ke masa, selalu ada

sauda-ra kita yang mengalami penganiayaan. Mi-salnya, di Armenia, kira-kira 40 saudara di-penjarakan karena kenetralan mereka, dan masih ada belasan lagi yang kemungkinan akan dipenjarakan dalam beberapa bulan ke depan. Di Eritrea, 55 orang hamba Yehuwa dipenjarakan, beberapa dari antara mereka berumur lebih dari 60 tahun. Di Korea Se-latan, kira-kira 700 Saksi dipenjarakan ka-rena iman mereka. Di negeri itu, hal ini te-lah berlangsung selama 60 tahun. Marite-lah kita berdoa agar kesetiaan saudara-saudara kita yang dianiaya di berbagai negeri mem-buat Allah dimuliakan dan membantu para pencinta keadilbenaran untuk memilih iba-dat sejati.—Mz. 76:8-10.

15Kejujuran kita juga bisa membuat

orang tertarik kepada kebenaran. (Baca 2 Korintus 6:4, 7.) Misalnya, perhatikan pengalaman ini: Ketika seorang saudari hen-dak membayar ongkos bus, temannya me-ngatakan bahwa dia tidak perlu membayar karena jarak yang ditempuh sangat pendek. Saudari itu menjelaskan bahwa ia tetap ha-rus membayar sekalipun jaraknya pendek. Setelah temannya turun dari bus, sopir bus kemudian menoleh kepadanya dan berta-nya, ”Ibu ini Saksi Yehuwa, ya?” Saudari itu menjawab, ”Iya. Ada apa memangnya, Pak?” ”Tadi saya dengar percakapan kalian tentang ongkos bus. Dan, Saksi-Saksi Yehuwa terma-suk segelintir orang yang selalu membayar ongkos bus dan jujur dalam semua hal.” Be-berapa bulan kemudian, seorang pria men-dekati saudari itu di perhimpunan. Ia me-ngatakan, ”Masih ingat saya, Bu? Saya sopir bus yang mengobrol dengan Ibu tentang

15. Berikan contoh yang menunjukkan bahwa kejujuran bisa membuat orang tertarik kepada kebenaran.

(12)

ongkos bus. Setelah memerhatikan apa yang Ibu lakukan, saya jadi mau belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa.” Karena kita di-kenal selalu jujur, orang-orang memercayai kabar baik yang kita bawa.

SELALU PERLIHATKAN SIFAT-SIFAT YANG MENGHORMATI ALLAH

16Kita juga berperan dalam menarik

orang kepada Yehuwa jika kita memperli-hatkan sifat-sifat seperti kepanjangsabaran, kasih, dan kebaikan hati. Orang-orang yang memerhatikan kita bisa jadi tergerak un-tuk belajar tentang Yehuwa, kehendak-Nya, dan umat-Nya. Sikap dan tingkah laku orang Kristen sejati sangat bertolak bela-kang dengan kesalehan yang pura-pura dari para pemimpin agama, yang mereka tampil-kan karena motif-motif terselubung. Bebera-pa pemimpin agama menjadi kaya dengan menipu kawanan mereka dengan meng-gunakan uang yang mereka dapatkan un-tuk membeli rumah dan mobil yang mewah —bahkan membuat kandang ber-AC untuk anjingnya. Ya, banyak orang yang mengaku

16. Apa hasilnya jika kita memperlihatkan sifat-sifat seperti kepanjangsabaran, kasih, dan ke-baikan hati? Berikan contoh apa yang dilakukan pemimpin agama palsu.

sebagai pengikut Kristus tidak rela untuk ’memberi dengan cuma-cuma’. (Mat. 10:8) Seperti para imam yang tidak taat di Isra-el zaman dahulu, mereka ”mengajar hanya demi upah”, dan ada banyak ajaran mere-ka yang tidak berdasarmere-kan Alkitab. (Mi. 3:11) Tingkah laku yang munafik seperti itu sama sekali tidak membantu orang untuk rukun dengan Allah.

17Di sisi lain, orang-orang tergugah oleh

ajaran Kristen yang sejati dan perbuatan baik kita kepada sesama. Misalnya, ketika me-ngabar dari rumah ke rumah, seorang sauda-ra perintis langsung disuruh pergi oleh se-orang janda lansia. Wanita itu mengatakan bahwa ketika saudara itu membunyikan bel, ia sedang menaiki tangga di dapur untuk mengganti lampu. Saudara itu mengatakan, ”Wah, itu bahaya, Bu.” Saudara perintis itu pun mengganti lampunya lalu pergi. Ketika putra wanita itu mendengar dari ibunya apa yang terjadi, ia begitu terkesan sampai-sam-pai ia mencari saudara itu untuk mengucap-kan terima kasih. Akhirnya, sang putra mau belajar Alkitab.

18Mengapa Saudara bertekad untuk terus

melakukan pekerjaan yang baik? Mungkin karena Saudara tahu bahwa jika kita bermangat dalam pelayanan dan melakukan se-gala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah, kita menghormati Yehuwa dan bisa mem-bantu orang lain untuk selamat.(Baca 1 Ko-rintus 10:31-33.) Kita bergairah dalam pem-beritaan kabar baik dan menjaga tingkah laku kita tetap baik karena kita sangat ingin menunjukkan kasih kepada Allah dan sesa-ma. (Mat. 22:37-39) Jika kita bergairah untuk pekerjaan yang baik, kita akan memperoleh berkat limpah berupa sukacita dan kepuasan sekarang juga. Selain itu, kita bisa menanti-kan saatnya ketika semua manusia amenanti-kan ber-gairah dalam ibadat sejati untuk menghor-mati Pencipta kita, Yehuwa.

17, 18. (a) Mengapa dapat dikatakan bahwa

dengan mencerminkan sifat-sifat Yehuwa, kita menghormati-Nya? (b) Apa yang memotivasi Saudara untuk terus melakukan pekerjaan yang baik?

(13)

ˇ Banyak bangsa pada zaman dahulu menghukum mati penjahat-penjahat ter-tentu dengan memakukan mereka pada tiang atau tonggak. Orang Romawi meng-ikat atau memakukan orang seperti itu pada tiang eksekusi. Di tiang itu, si pen-jahat mungkin masih hidup selama bebe-rapa hari sampai akhirnya ia tidak kuat lagi menahan sakit, haus, lapar, dan cua-ca. Orang Romawi menganggap hukum-an ini sebagai hukumhukum-an yhukum-ang memalukhukum-an dan dikhususkan bagi penjahat yang pa-ling hina.

Bagaimana dengan bangsa Israel zaman dahulu? Apakah mereka menghukum mati penjahat dengan memakukannya pada tiang? Hukum Musa menetapkan, ”Apabila dalam diri seseorang didapati suatu dosa yang membuat dia patut di-hukum mati, dan dia dibunuh, dan eng-kau menggantungnya pada sebuah tiang, maka mayatnya tidak boleh ditinggal-kan pada tiang itu sepanjang malam; te-tapi engkau harus menguburkannya pada hari itu.” (Ul. 21:22, 23) Jelaslah, pada za-man Kitab-Kitab Ibrani, seseorang yang vonis mati pertama-tama dibunuh, lalu di-gantung pada sebuah tiang atau pohon.

Mengenai hal ini, Imamat 20:2 menyata-kan, ”Setiap orang dari antara putra-put-ra Isputra-put-rael, dan setiap penduduk asing yang berdiam sebagai orang asing di Israel, yang menyerahkan keturunannya kepada Mo-lekh, harus dibunuh. Orang-orang di ne-geri itu harus melontari dia sampai mati dengan batu.” Orang-orang yang kedapat-an memiliki ”roh cenaykedapat-ang atau roh pe-ramal” juga dihukum mati. Dengan cara

apa? ”Dilontari dengan batu sampai mati.” —Im. 20:27.

Di Ulangan 22:23, 24 dikatakan, ”Apa-bila seorang anak dara sudah bertunang-an, lalu seorang pria bertemu dengan dia di kota dan tidur dengannya, kamu harus membawa keduanya ke gerbang kota dan melontari mereka dengan batu, dan mere-ka harus mati, perempuan itu, mere-karena ia ada di kota namun tidak berteriak, dan

pria itu, karena ia telah merendahkan istri sesamanya. Demikianlah engkau ha-rus menyingkirkan apa yang jahat dari te-ngah-tengahmu.” Jadi, di antara bangsa Israel zaman dahulu, metode utama ekse-kusi terhadap orang-orang yang bersalah atas kejahatan yang keji adalah dengan di-lempari batu.1

Ulangan 21:23 menyatakan bahwa ”orang yang digantung adalah sesua-tu yang dikusesua-tuk Allah”. Ya, dipertonton-kannya mayat orang jahat ”yang dikutuk Allah” tersebut merupakan suatu per-ingatan bagi orang-orang Israel.

1 Banyak pakar sepakat bahwa di bawah Hukum, se-orang penjahat dieksekusi sebelum digantung di tiang. Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa pada abad pertama, beberapa penjahat dipakukan hidup-hi-dup oleh orang Yahudi dan mati pada tiang.

PERTANYAAN PEMBACA

Apakah orang Israel menghukum mati para penjahat

dengan memakukan mereka pada tiang?

Jelaslah, pada zaman Kitab-Kitab

Ibrani, seseorang yang divonis

mati pertama-tama dibunuh,

lalu digantung pada sebuah

tiang atau pohon

(14)

”SAYA lebih senang menghabiskan waktu bersama istri ke-timbang dengan orang lain,” kata seorang saudara di Kana-da. Ia menambahkan, ”Bersama dia, saat-saat bahagia jadi lebih menyenangkan dan saat-saat susah jadi lebih ringan.” Seorang suami di Australia menulis, ”Selama 11 tahun meni-kah, tidak pernah satu hari pun saya tidak berbicara dengan istri. Saya dan dia tidak pernah ragu atau khawatir akan ke-kuatan perkawinan kami. Ini bisa terwujud karena kami se-ring berbicara dari hati ke hati.” Seorang saudari di Kosta Rika menyatakan, ”Komunikasi yang baik membuat perka-winan kami lebih bahagia. Itu juga membuat kami semakin dekat dengan Yehuwa, melindungi kami dari godaan, mem-persatukan kami, dan membuat kasih kami semakin besar.”

2Apakah Saudara menikmati percakapan yang

menye-nangkan dengan teman hidup Saudara, atau apakah kali-an sulit berbicara dari hati ke hati? Memkali-ang, hal itu mung-kin tidak mudah karena perkawinan menyatukan dua orang yang tidak sempurna dengan kepribadian yang berbeda, ter-masuk sifat-sifat yang terbentuk oleh budaya dan cara dibe-sarkan. (Rm. 3:23) Selain itu, cara suami istri menyatakan diri mungkin berbeda. Itulah sebabnya dua peneliti perka-winan, John M. Gottman dan Nan Silver, mengatakan bah-wa perkawinan adalah ikatan yang menuntut ”keberanian, tekad, dan ketangguhan”.

3Ya, perkawinan yang berhasil adalah buah dari kerja

keras. Namun, hasilnya adalah kebahagiaan yang tak ter-kira. Suami istri yang saling mengasihi dapat benar-benar menikmati kebersamaan mereka. (Pkh. 9:9) Perhatikan per-kawinan bahagia Ishak dan Ribka. (Kej. 24:67) Sekalipun mereka telah lama menikah, kasih sayang mereka terhadap satu sama lain tidak berkurang sedikit pun. Dewasa ini, hal serupa juga dinikmati oleh banyak pasangan. Apa

rahasia-1. Bagaimana komunikasi yang baik bisa memperkuat perka-winan?

2. Apa saja yang bisa menghalangi komunikasi yang baik?

3. Apa yang membantu banyak pasangan memperkuat perka-winan mereka?

P

ERKUAT

P

ERKAWINAN

S

AUDARA

M

ELALUI

K

OMUNIKASI

YANG

B

AIK

”Bagaikan apel emas

dalam pahatan perak,

begitulah perkataan yang

diucapkan pada waktu

yang tepat.”

—AMS. 25:11.

APA JAWABAN SAUDARA?

Bagaimana komunikasi dalam perkawinan bisa menjadi lebih baik jika kita menunjukkan pemahaman?

Mengapa suami istri perlu saling memperlihatkan respek?

Apa hasilnya jika kita memupuk kerendahan hati dalam

(15)

nya? Mereka belajar menyatakan pikiran dan perasaan mereka dengan terus terang namun lembut. Mereka memupuk dan menunjuk-kan pemahaman, kasih, respek yang dalam, dan kerendahan hati. Seperti yang akan kita bahas, kalau sifat-sifat penting ini nyata dalam perkawinan, komunikasi akan selalu lancar.

TUNJUKKAN PEMAHAMAN

4”Ia yang memperlihatkan pemahaman

da-lam suatu perkara akan mendapatkan yang baik,” kata Amsal 16:20. Betapa benarnya hal itu dalam kehidupan perkawinan dan keluar-ga.(Baca Amsal 24:3.) Sumber terbaik untuk mendapatkan pemahaman dan hikmat adalah Firman Allah. Menurut Kejadian 2:18, Allah menciptakan wanita sebagai pelengkap bagi pria, bukan duplikatnya. Maka, cara wanita berkomunikasi berbeda dari pria. Memang, setiap orang berbeda-beda, tetapi umumnya wanita suka berbicara tentang perasaannya, tentang orang lain, dan hubungan antarmanu-sia. Mereka menyukai percakapan yang akrab dari hati ke hati. Percakapan seperti itu mem-buat mereka merasa dikasihi. Di sisi lain, pria tidak terlalu suka berbicara tentang perasaan-nya. Mereka lebih sering membicarakan ke-giatan, problem, dan solusi. Dan, pria ingin di-respek.

5”Suami saya maunya cepat-cepat

menye-lesaikan problem ketimbang mendengarkan saya,” komentar seorang saudari di Inggris. Ia menjelaskan bahwa hal itu membuatnya kesal karena ia sebenarnya ingin didengarkan dan dipahami. Seorang suami menulis, ”Sewak-tu kami baru menikah, saya cenderung lang-sung mencarikan solusi untuk semua problem istri saya. Tetapi, saya kemudian sadar bahwa yang ia inginkan adalah didengarkan.” (Ams. 18:13; Yak. 1:19) Suami yang berpemaham-an akberpemaham-an memerhatikberpemaham-an perasaberpemaham-an istrinya dberpemaham-an berupaya menyesuaikan cara ia menanggapi. Dan, ia juga perlu meyakinkan istrinya bah-wa ia peduli akan pendapat dan perasaan is-trinya. (1 Ptr. 3:7) Sebaliknya, istri perlu ber-upaya memahami sudut pandang suaminya.

4, 5. Bagaimana pemahaman membantu suami

istri mengetahui apa yang teman hidup mereka inginkan? Berikan contoh.

Jika suami maupun istri memahami, menghar-gai, dan menjalankan peran mereka masing-masing sesuai dengan nasihat Alkitab, per-kawinan mereka pun menjadi indah. Selain itu, mereka akan sanggup bekerja sama dalam membuat dan menjalankan keputusan yang bijak dan seimbang.

6Suami istri yang memiliki pemahaman

juga mengetahui bahwa ada ”waktu un-tuk berdiam diri dan waktu unun-tuk berbica-ra”. (Pkh. 3:1, 7) ”Sekarang saya tahu bahwa kadang-kadang waktunya tidak tepat untuk membicarakan suatu masalah,” kata seorang saudari yang telah menikah selama sepuluh tahun. ”Kalau suami saya sedang kewalahan dengan pekerjaan atau tugas-tugasnya, saya menunggu sampai waktunya cocok untuk membicarakan masalah tertentu. Hasilnya, pembicaraan kami lebih lancar.” Istri yang ber-daya pengamatan juga akan berbicara dengan lembut, karena ia tahu bahwa kata-kata yang dipilih dengan baik dan ”diucapkan pada wak-tu yang tepat” akan lebih menggugah dan mu-dah diterima.—Baca Amsal 25:11.

7Seorang suami Kristen hendaknya tidak

hanya mendengarkan tetapi juga menyatakan perasaannya dengan terus terang. Seorang pe-natua yang telah menikah selama 27 tahun mengatakan, ”Saya harus belajar caranya me-nyatakan perasaan saya yang terdalam kepada istri saya.” Seorang saudara yang telah meni-kah selama 24 tahun mengatakan, ”Saya bisa saja memendam problem dan berpikir, ’Kalau saya tidak membicarakannya, itu juga akan hilang sendiri.’ Tetapi, saya akhirnya sadar bahwa menyatakan perasaan itu bukan suatu kelemahan. Sewaktu saya sulit mengungkap-kannya, saya berdoa agar tahu apa yang harus saya katakan dan bagaimana mengatakannya. Lalu, saya tarik napas dalam-dalam dan mu-lai berbicara.” Faktor yang juga penting adalah memilih waktu yang tepat, misalnya sewak-tu mereka sedang berdua saja sehabis mem-bahas ayat harian atau membaca Alkitab ber-sama.

6, 7. (a) Bagaimana prinsip di Pengkhotbah 3:7

bisa membantu suami istri menunjukkan pema-haman? (b) Bagaimana istri bisa menunjukkan daya pengamatan? Upaya apa yang hendaknya dikerahkan suami?

(16)

8Baik suami maupun istri perlu berdoa dan

bertekad untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tentu saja, mengubah kebia-saan bukanlah hal yang mudah. Namun, me-reka akan termotivasi untuk melakukan-nya jika mereka mengasihi Yehuwa, meminta roh-Nya, dan memandang perkawinan mere-ka sebagai imere-katan yang suci. Seorang saudari yang telah menikah selama 26 tahun menulis, ”Saya dan suami menganggap serius cara Ye-huwa memandang perkawinan, jadi tidak per-nah terpikir oleh kami untuk berpisah. Kami pun berupaya lebih keras untuk menyelesai-kan problem dengan membahasnya bersama-sama.” Kesetiaan dan pengabdian yang saleh seperti itu membuat Allah senang dan akan menghasilkan berkat-Nya yang limpah.—Mz. 127:1.

TUMBUHKAN KASIH

9Kasih, ”ikatan pemersatu yang

sempur-na”, merupakan sifat yang paling penting da-lam perkawinan. (Kol. 3:14) Kasih sejati ber-tumbuh seraya suami istri melewati saat susah dan senang dalam perkawinan. Suami istri akan menjadi sahabat yang semakin akrab dan menikmati kebersamaan mereka. Perka-winan seperti itu diperkuat, bukan oleh

bebe-8. Hal lain apa yang memotivasi pasangan Kris-ten untuk menyukseskan perkawinan mereka?

9, 10. Dengan cara apa saja suami istri bisa

memperkuat ikatan kasih mereka?

rapa tindakan besar seperti dalam film-film, melainkan oleh tak terhitung banyaknya tin-dakan kecil. Itu bisa berupa pelukan, komen-tar positif, kebaikan hati, senyuman, dan ung-kapan tulus untuk menanyakan ”bagaimana kamu hari ini?” Hal-hal kecil ini bisa berpenga-ruh besar dalam perkawinan. Sepasang suami istri, yang telah menikmati perkawinan yang bahagia selama 19 tahun, mengatakan bahwa mereka saling menelepon dan mengirim SMS ”sekadar untuk menanyakan kabar”.

10Kasih juga mendorong suami istri untuk

terus belajar tentang satu sama lain. (Flp. 2:4) Semakin banyak yang mereka ketahui tentang satu sama lain, semakin besar kasih ka terhadap satu sama lain meskipun mere-ka tidak sempurna. Permere-kawinan yang berha-sil akan bertumbuh menjadi semakin bahagia dan kuat seiring dengan berlalunya waktu. Jika Saudara sudah menikah, pikirkanlah, ’Se-berapa baik saya mengenal teman hidup saya? Apakah saya memahami perasaan dan pikir-annya? Seberapa sering saya memikirkan dia, mungkin memikirkan sifat-sifatnya yang dulu membuat saya jatuh cinta kepadanya?’

PUPUKLAH RESPEK

11Perkawinan yang paling bahagia

sekali-pun bukanlah perkawinan yang sempurna.

11. Mengapa respek sangat penting agar perka-winan berhasil? Berikan contoh dari Alkitab. Hal-hal kecil bisa

berpengaruh besar dalam perkawinan

(17)

Dan, meski suami istri saling mengasihi, me-reka tidak selalu sependapat. Abraham dan Sara juga kadang berbeda pendapat. (Kej. 21: 9-11) Akan tetapi, perbedaan itu tidak me-renggangkan hubungan mereka. Mengapa? Mereka memperlakukan satu sama lain de-ngan cara yang bermartabat dan penuh res-pek. Misalnya, Abraham menggunakan kata ”tolong” sewaktu berbicara kepada Sara. (Kej. 12:11, 13) Sara pun menaati Abraham dan menganggap dia sebagai ’tuannya’. (Kej. 18:12) Jika suami istri tidak saling merespek, hal ini akan nyata dari cara mereka berbicara dan nada suara mereka. (Ams. 12:18) Jika mere-ka tidak mengoreksi problem yang mendasar ini, perkawinan mereka akan terancam baha-ya.—Baca Yakobus 3:7-10, 17, 18.

12Pasangan yang baru menikah khususnya

perlu berupaya keras untuk berbicara dengan lembut dan penuh respek kepada satu sama lain. Dengan demikian, mereka akan mencip-takan suasana yang cocok untuk komunikasi yang terbuka dan terus terang. ”Meskipun ta-hun pertama perkawinan sangat membaha-giakan, itu juga bisa membuat frustrasi,” ke-nang seorang suami. ”Ketika kita berupaya

12. Mengapa pasangan yang baru menikah khususnya perlu mengupayakan komunikasi yang penuh respek?

memahami perasaan, kebiasaan, dan kebu-tuhan istri—demikian pula sebaliknya—proses-nya tidak selalu mulus! Namun, ada hal-hal yang bisa membantu, yaitu sikap masuk akal, selera humor, dan sifat-sifat yang bermanfa-at seperti kerendahan hbermanfa-ati, kesabaran, dan ke-percayaan kepada Yehuwa.” Betapa benarnya kata-kata itu!

PERLIHATKAN KERENDAHAN HATI YANG TULUS

13Komunikasi yang baik dalam

perkawin-an bisa disamakperkawin-an dengperkawin-an perkawin-anak sungai yperkawin-ang mengalir perlahan melintasi sebuah kebun. Sikap ”rendah hati” sangat penting agar aliran itu tidak terhenti. (1 Ptr. 3:8) Seorang sauda-ra yang telah menikah selama 11 tahun me-ngatakan, ”Kerendahan hati adalah cara ter-cepat untuk mengatasi perselisihan, karena kita akan mau mengatakan, ’Maaf, ya.’ ” Se-orang penatua yang telah menikmati perka-winan yang bahagia selama 20 tahun berko-mentar, ”Kadang-kadang mengatakan ’Maaf, ya’ lebih penting daripada ’Aku sayang kamu’.” Ia menambahkan, ”Cara termudah untuk bisa rendah hati adalah dengan berdoa. Sewaktu saya dan istri berbicara kepada

13. Mengapa kerendahan hati sangat penting agar perkawinan bahagia?

Terus upayakan komunikasi yang baik dalam perkawinan Saudara

(18)

Yehuwa bersama-sama, kami teringat akan ketidaksempurnaan kami dan kebaikan hati Allah. Pengingat itu membantu kami memiliki sudut pandang yang benar.”

14Sebaliknya, sikap tinggi hati sama

se-kali tidak menyelesaikan problem. Sikap itu menghambat komunikasi karena akan mem-buat orang tidak mau dan tidak berani memin-ta maaf. Ketimbang dengan rendah hati me-ngatakan, ”Maafkan saya,” orang yang tinggi hati akan berdalih. Sebaliknya dari mengakui kelemahannya dengan terus terang, ia akan mencari-cari kesalahan orang lain. Sewaktu disakiti, ia tidak akan mengupayakan perda-maian tetapi malah menjadi tersinggung, dan mungkin membalas dengan kata-kata yang kasar atau melakukan aksi tutup mulut. (Pkh. 7:9) Ya, sikap tinggi hati bisa berakibat fatal atas perkawinan. Kita perlu mengingat bah-wa ”Allah menentang orang yang angkuh, te-tapi kepada orang yang rendah hati ia mem-berikan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh”.—Yak. 4:6.

15Tentu saja, tidaklah masuk akal untuk

berpikir bahwa problem akibat sikap tinggi hati tidak akan pernah muncul. Namun, kalau itu muncul, kita perlu segera menyelesaikan-nya. Paulus mengatakan kepada rekan-rekan Kristennya, ”Jangan sampai matahari terbe-nam sewaktu kamu masih dalam keadaan ter-pancing untuk marah, juga jangan memberi-kan tempat bagi Iblis.” (Ef. 4:26, 27) Kalau kita tidak mengindahkan nasihat Firman Allah, kita akan sangat tertekan. ”Kadang, saya dan suami tidak menerapkan Efesus 4:26, 27,” ke-luh seorang saudari. ”Akibatnya, saya sama se-kali tidak bisa tidur nyenyak!” Tidakkah lebih baik segera membahas masalahnya dengan tujuan untuk berdamai? Tentu saja, suami dan istri perlu memberikan waktu kepada te-man hidupnya untuk menenangkan diri. Me-reka juga perlu berdoa meminta bantuan Ye-huwa agar memiliki cara berpikir yang benar. Hal itu mencakup kerendahan hati, yang akan

14. Apa dampak sikap tinggi hati atas perka-winan?

15. Jelaskan bagaimana prinsip di Efesus 4: 26, 27 bisa membantu suami istri mengatasi per-selisihan mereka.

membantu mereka berfokus pada masalahnya dan bukan pada diri sendiri sehingga situa-sinya tidak semakin buruk.—Baca Kolose 3:

12, 13.

16Kerendahan hati dan kesahajaan akan

membantu suami atau istri menghargai kele-bihan teman hidupnya. Sebagai contoh: Se-orang istri mungkin memiliki bakat istimewa yang ia gunakan demi kepentingan keluarga. Jika suaminya rendah hati dan bersahaja, ia ti-dak akan merasa tersaingi tetapi akan meng-anjurkan dia untuk memanfaatkan bakatnya itu. Dengan demikian, sang suami menunjuk-kan bahwa ia menghargai dan menyayangi is-trinya. (Ams. 31:10, 28; Ef. 5:28, 29) Di sisi lain, istri yang rendah hati dan bersahaja ti-dak akan menyombongkan kesanggupannya atau meremehkan suaminya. Lagi pula, mere-ka berdua adalah ”satu daging”. Kalau yang satu disakiti, yang lain juga merasakannya. —Mat. 19:4, 5.

17Kalian tentu ingin perkawinan kalian

se-perti perkawinan Abraham dan Sara atau Ishak dan Ribka. Perkawinan mereka benar-benar bahagia, langgeng, dan membuat Yehu-wa dimuliakan. Jika itu yang kalian inginkan, pandanglah perkawinan seperti Yehuwa me-mandangnya. Dapatkan pemahaman dan hik-mat dari Firman-Nya. Pupuklah kasih sejati, yang bagaikan ”nyala api Yah”, dengan meng-hargai teman hidup kalian. (Kid. 8:6) Kerah-kanlah upaya untuk memupuk kerendahan hati. Perlakukan teman hidup Saudara dengan penuh respek. Jika ini semua dilakukan, per-kawinan kalian akan membuat kalian dan Ba-pak surgawi kalian bahagia. (Ams. 27:11) Ya, kalian akan turut merasakan apa yang di-ungkapkan oleh seorang saudara yang telah menikah selama 27 tahun. Ia menulis, ”En-tah bagaimana jadinya hidup saya tanpa istri saya. Perkawinan kami semakin hari semakin kuat. Ini adalah hasil dari kasih kami kepada Yehuwa dan komunikasi yang rutin.”

16. Bagaimana kerendahan hati bisa membantu pasangan suami istri menghargai kelebihan satu sama lain?

17. Dewasa ini, apa yang dapat menghasilkan perkawinan yang bahagia dan yang memuliakan Yehuwa?

(19)

”ANDAIKATA kamu tahu bahwa orang tuamu besok akan meninggal, apa yang terutama ingin kamu katakan kepa-da mereka hari ini?” Pertanyaan itu diajukan kepakepa-da ra-tusan anak di Amerika Serikat. Sekitar 95 persen menga-takan bahwa mereka tidak akan membahas problem atau perselisihan dengan orang tua mereka. Sebaliknya, anak-anak itu mengatakan bahwa mereka akan bilang, ”Maaf, ya” dan ”Aku sayang sama kalian”.—For Parents Only, kar-ya Shaunti Feldhahn dan Lisa Rice.

2Pada umumnya, anak-anak menyayangi orang tua

me-reka, dan orang tua pun menyayangi anak mereka. Terle-bih lagi dalam keluarga Kristen. Namun, meskipun orang tua dan anak-anak ingin akrab dengan satu sama lain, ka-dang komunikasi di antara mereka tidak lancar. Sekali-pun mereka bisa jadi saling terbuka dan terus terang, ada topik-topik yang tidak mau mereka bicarakan. Mengapa? Apa yang bisa membuat komunikasi yang baik itu sulit? Bagaimana cara mengatasinya?

’MEMBELI SEMUA’ WAKTU AGAR BISA BERKOMUNIKASI 3Banyak keluarga merasa tidak punya cukup waktu

untuk berbicara dari hati ke hati. Tetapi, pada zaman da-hulu tidak demikian halnya. Musa mengatakan kepada para ayah di Israel, ”Engkau harus menanamkan [perkata-an Allah] dalam diri putramu d[perkata-an membicarak[perkata-annya apa-bila engkau duduk di rumahmu dan apaapa-bila engkau se-dang dalam perjalanan dan apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:6, 7) Ketika itu, anak-anak menghabiskan waktu sepanjang hari bersama ibu mereka di rumah atau bersama ayah mereka di ladang atau di tem-pat kerja. Orang tua dan anak-anak punya banyak waktu

1, 2. Pada umumnya, bagaimana perasaan orang tua dan

anak-anak terhadap satu sama lain, tetapi problem apa yang kadang mereka hadapi?

3. (a) Mengapa banyak keluarga merasa sulit untuk berbica-ra dari hati ke hati? (b) Mengapa komunikasi antaberbica-ra oberbica-rang tua dan anak-anak di Israel bisa lebih mudah?

O

RANG

T

UA,

A

NAK-

A

NAK

B

ERKOMUNIKASILAH

DENGAN

K

ASIH

”Setiap orang harus

cepat mendengar, lambat

berbicara, lambat murka.”

—YAK. 1:19.

APA JAWABAN SAUDARA?

Mengapa menyediakan waktu untuk komunikasi itu penting?

Bagaimana orang tua bisa menerapkan Yakobus 1:19?

Bagaimana anak-anak bisa menerapkan Yakobus 1:19?

(20)

untuk mengobrol. Dengan demikian, para orang tua bisa memahami kebutuhan, ke-inginan, dan kepribadian anak mereka. Dan, anak-anak pun bisa benar-benar mengenal orang tua mereka.

4Betapa berbedanya dengan zaman

seka-rang! Di beberapa negeri, anak-anak sudah mulai disekolahkan sejak mereka masih sa-ngat kecil, bahkan kadang sejak mereka ber-umur dua tahun. Banyak ayah dan ibu be-kerja di tempat yang jauh dari rumah. Saat orang tua dan anak punya sedikit waktu ber-sama, perhatian mereka tersita oleh kompu-ter, televisi, dan perangkat elektronik lain-nya. Dalam banyak keluarga lainnya, orang tua dan anak-anak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing sehingga mereka merasa asing terhadap satu sama lain. Dapat dikatakan hampir tidak pernah ada pembi-caraan dari hati ke hati.

5Dapatkah Saudara ’membeli semua’

waktu dari kegiatan-kegiatan lain agar bisa

4. Mengapa banyak keluarga dewasa ini sulit berkomunikasi?

5, 6. Bagaimana beberapa orang tua ’membeli

semua’ waktu agar memiliki waktu bersama anak mereka?

memiliki lebih banyak waktu bersama ke-luarga Saudara?(Baca Efesus 5:15, 16.) Be-berapa keluarga sepakat untuk membatasi waktu mereka di depan televisi atau kom-puter. Yang lainnya mengupayakan untuk makan bersama sedikitnya satu kali sehari. Dan, bukankah ibadat keluarga merupa-kan kesempatan yang sangat bagus untuk mendekatkan orang tua dengan anak-anak dan untuk membahas hal-hal rohani dalam suasana yang menyenangkan? Menyisihkan waktu satu jam atau lebih setiap minggu bisa menjadi awal yang bagus. Namun, percakap-an ypercakap-ang terbuka menuntut lebih daripada itu. Maka, keluarga harus sering mengobrol. Sebelum anak-anak berangkat ke sekolah, katakanlah sesuatu yang membina, bahaslah ayat harian bersamanya, atau ajak dia berdoa bersama. Hal-hal tersebut akan berpengaruh besar atas kegiatannya sepanjang hari itu.

6Ada beberapa orang tua yang

menye-suaikan gaya hidup mereka agar bisa memi-liki lebih banyak waktu bersama anak me-reka. Misalnya, Laura,1 seorang ibu dengan dua anak yang masih kecil, mengundurkan diri dari pekerjaan purnawaktunya untuk

1 Nama telah diubah.

Jangan biarkan komunikasi dalam keluarga terhalang karena masing-masing disibukkan oleh berbagai penyimpang perhatian

(21)

alasan itu. Ia mengatakan, ”Pagi-pagi kami biasanya sudah cepat-cepat berangkat ke kantor atau ke sekolah. Sewaktu saya pu-lang, anak-anak biasanya sudah disuruh ti-dur oleh pengasuhnya. Memang, dengan berhenti dari pekerjaan, mau tidak mau penghasilan kami berkurang, tetapi saya jadi lebih memahami pikiran dan problem anak saya. Saya bisa mendengarkan apa yang me-reka doakan dan bisa membimbing mere-ka, menguatkan meremere-ka, dan mengajar me-reka.”

”CEPAT MENDENGAR”

7Setelah mewawancarai banyak anak

muda, para penulis buku For Parents Only mendapati adanya penghalang lain bagi ko-munikasi. Mereka mengatakan, ”Yang pa-ling sering dikeluhkan oleh anak-anak ten-tang orang tua mereka adalah, ’Papa Mama tidak mendengarkan aku.’ ” Akan tetapi, ke-luhan yang sama juga sering disuarakan oleh orang tua. Maka, agar jalur komunikasi tetap terbuka, masing-masing anggota keluarga harus saling mendengarkan—dengan sung-guh-sungguh.—Baca Yakobus 1:19.

8Orang tua, apakah kalian benar-benar

mendengarkan anak kalian? Hal itu bisa jadi sulit sewaktu kalian sedang lelah atau me-rasa topiknya sepele. Akan tetapi, hal yang kalian rasa sepele bisa jadi dianggap sangat penting oleh anak kalian. ”Cepat mende-ngar” berarti tidak hanya memerhatikan apa yang anak kalian katakan, tetapi juga cara dia mengatakannya. Nada suara dan gerak geriknya bisa memperlihatkan bagaimana perasaan dia. Kalian juga perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. ”Isi hati orang ibarat air sumur yang dalam,” kata Alkitab, ”tapi bisa ditimba oleh orang yang punya peng-ertian.” (Ams. 20:5, Bahasa Indonesia Masa Kini) Ya, agar dapat menimba isi hati sang anak, Saudara perlu memiliki pemahaman dan pengertian, khususnya jika itu berkaitan dengan masalah-masalah yang sensitif.

7. Apa yang sering dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun orang tua?

8. Bagaimana orang tua dapat benar-benar mendengarkan anak mereka?

9Anak-anak, apakah kalian menaati

orang tua kalian? ”Putraku, dengarkanlah di-siplin bapakmu,” kata Alkitab, ”dan jangan meninggalkan hukum ibumu.” (Ams. 1:8) Ingatlah, orang tuamu menyayangi kamu dan selalu menginginkan yang terbaik un-tukmu, maka kamu sebaiknya mendengar-kan dan menaati mereka. (Ef. 6:1) Jika ada komunikasi yang baik antara kamu de-ngan orang tua dan jika kamu tahu bahwa kamu disayangi, kamu akan lebih mudah un-tuk taat. Ungkapkanlah perasaanmu tentang berbagai hal kepada orang tua. Dengan be-gitu, mereka akan lebih memahamimu. Dan tentu saja, kamu juga harus berupaya mema-hami mereka.

10Dalam hal mendengarkan nasihat dari

teman sebaya, kamu juga perlu berhati-hati. Mereka bisa jadi memberikan nasihat yang kamu rasa cocok buatmu, tetapi belum tentu berguna. Malah, nasihat mereka bisa men-celakakanmu. Karena tidak memiliki hikmat dan pengalaman seperti yang dimiliki orang yang lebih tua, kebanyakan anak muda cen-derung tidak berpikir panjang dan tidak bisa melihat akibat dari perbuatan mereka kelak. Ingatlah kisah Rehoboam, putra Raja Salo-mo. Ketika dia diangkat menjadi raja atas Is-rael, dia seharusnya mengikuti nasihat dari orang-orang yang lebih tua. Tetapi, dia ma-lah mengikuti nasihat bodoh dari anak-anak muda sebayanya. Akibatnya, sebagian besar rakyatnya tidak mendukung dia lagi. (1 Raj. 12:1-17) Maka, jangan tiru tindakan bodoh Rehoboam. Sebaliknya, berupayalah agar ko-munikasimu dengan orang tua tetap terbu-ka. Ceritakan pendapatmu kepada mereterbu-ka. Ikuti nasihat mereka, dan belajarlah dari hik-mat mereka.—Ams. 13:20.

11Orang tua, jika kalian tidak ingin

anak-anak meminta nasihat dari teman

9. Mengapa anak-anak perlu mendengarkan orang tua mereka?

10. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Alki-tab tentang Rehoboam?

11. Apa akibatnya jika orang tua tidak mudah didekati?

(22)

sebayanya, kalian harus mudah didekati dan mudah diajak bicara. Seorang remaja put-ri menulis, ”Baru aku sebut nama seorang cowok, Papa Mama sudah tegang. Aku jadi ikut-ikutan tegang dan akhirnya malas me-neruskan obrolan dengan mereka.” Seorang saudari muda lain menulis, ”Banyak anak re-maja menginginkan nasihat dari orang tua mereka, tetapi jika orang tua tidak menang-gapi mereka dengan serius, anak-anak akan mencari orang lain yang mau menanggapi mereka, meskipun orang itu tidak berpeng-alaman.” Jika kalian dengan penuh perhati-an mau mendengarkperhati-an perhati-anak kaliperhati-an tentperhati-ang topik apa pun, mereka kemungkinan besar akan lebih terbuka dan mau mengikuti bim-bingan kalian.

”LAMBAT BERBICARA”

12Penghalang komunikasi juga bisa

tim-bul jika orang tua bereaksi secara emosional dan negatif terhadap apa yang anak mereka katakan. Memang, orang tua Kristen ingin melindungi anak mereka, karena pada ”hari-hari terakhir” ini ada banyak bahaya, baik bahaya rohani maupun yang lain. (2 Tim. 3: 1-5) Namun, anak-anak bisa jadi mengang-gap tindakan orang tua untuk melindungi mereka itu terlalu berlebihan.

13Orang tua sebaiknya tidak

cepat-ce-pat mengungkapkan pendacepat-ce-pat mereka. Me-mang tidak selalu mudah untuk tetap diam jika anak kalian mengatakan sesuatu yang membuat kalian khawatir. Akan tetapi, sa-ngatlah penting untuk mendengarkan baik-baik sebelum menjawab. Raja Salomo yang bijak menulis, ”Apabila seseorang menjawab suatu perkara sebelum mendengar, itu ada-lah kebodohan di pihaknya dan kehinaan.” (Ams. 18:13) Jika kalian tetap tenang, anak kalian akan bercerita lebih banyak dan kali-an akkali-an mengetahui lebih bkali-anyak. Agar bisa membantunya, kalian harus mengetahui ter-lebih dahulu situasinya secara lengkap. Di

12. Bagaimana reaksi orang tua bisa jadi meng-halangi komunikasi dengan anak mereka?

13. Mengapa orang tua hendaknya tidak cepat-cepat mengungkapkan pendapat mereka?

balik ’omongannya yang tidak terkendali’, bisa jadi hatinya sedang galau. (Ayb. 6:1-3) Sebagai orang tua yang pengasih, gunakan-lah telinga kalian untuk mengerti dan guna-kanlah lidah kalian untuk menyembuhkan.

14Anak-anak, kalian juga harus lambat

berbicara, jangan cepat-cepat membantah apa yang dikatakan orang tua, sebab Allah memberi mereka tanggung jawab untuk me-latih kalian. (Ams. 22:6) Mereka mungkin sudah pernah mengalami apa yang sekarang kamu alami. Lagi pula, mereka menyesali ke-salahan yang mereka buat dulu, dan seka-rang mereka ingin membantumu agar ti-dak melakukan kesalahan yang sama. Maka, anggaplah orang tuamu sebagai kawan, bu-kan lawan; yang ingin membantumu, bubu-kan menyakitimu. (Baca Amsal 1:5.) ”Hormati-lah bapakmu dan ibumu”, dan tunjukkan”Hormati-lah bahwa kamu menyayangi mereka sama se-perti mereka menyayangi kamu. Hal itu akan memudahkan mereka untuk ’membesarkan-mu dengan disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa’.—Ef. 6:2, 4.

”LAMBAT MURKA”

15Kadang kita kehilangan kesabaran

ter-hadap orang yang kita sayangi. ”Kepa-da orang-orang kudus ”Kepa-dan sau”Kepa-dara-sau”Kepa-dara yang setia dalam persatuan dengan Kris-tus di Kolose”, rasul Paulus menulis, ”Hai, suami-suami, teruslah kasihi istrimu dan ja-nganlah marah dengan sengit kepada mere-ka. Hai, bapak-bapak, janganlah membuat anak-anakmu kesal, agar mereka tidak pa-tah semangat.” (Kol. 1:1, 2; 3:19, 21) Paulus menasihati saudara-saudara di Efesus, ”Biar-lah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkir-kan darimu.” (Ef. 4:31) Jika kita memupuk kepanjangsabaran, kelemahlembutan, dan pengendalian diri, yang adalah aspek-aspek buah roh, kita akan tetap tenang meskipun sedang mengalami tekanan.—Gal. 5:22, 23

14. Mengapa anak-anak hendaknya lambat berbicara?

15. Apa yang dapat membantu kita agar ti-dak kehilangan kesabaran dan marah terhadap orang yang kita sayangi?

(23)

16Perhatikan teladan Yesus. Bayangkan

betapa tertekannya Yesus pada perjamuan malam terakhirnya bersama para rasul. Ye-sus tahu bahwa beberapa jam lagi dia akan mati dengan cara yang sangat menyakit-kan. Kesetiaannya sangat penting untuk me-nyucikan nama Bapaknya dan menyelamat-kan umat manusia. Namun, pada perjamuan itu, timbul ”perbantahan yang sengit di an-tara [para rasul] mengenai siapa dari anta-ra mereka yang dianggap terbesar”. Yesus tidak membentak mereka atau menunjuk-kan kekesalan terhadap mereka. Sebalik-nya, ia dengan tenang mengajak mereka bernalar. Yesus mengingatkan mereka bah-wa mereka telah ’berpaut bersamanya’ sela-ma sela-masa-sela-masa sukar. Meskipun Setan ingin mengayak mereka seperti gandum, Yesus menunjukkan bahwa ia yakin akan kesetia-an mereka. Dia bahkkesetia-an mengadakkesetia-an perjkesetia-an- perjan-jian dengan mereka.—Luk. 22:24-32.

17Anak-anak juga perlu tetap tenang.

Khususnya saat beranjak remaja, mereka mungkin merasa bahwa orang tua memberi-kan arahan karena tidak percaya kepada me-reka. Meskipun hal itu kadang tampaknya benar, anggaplah perhatian orang tua seba-gai bukti bahwa mereka mengasihi kamu. Jika kamu dengan tenang mendengarkan mereka dan mau bekerja sama, mereka akan merespekmu dan menganggap kamu seba-gai orang yang bertanggung jawab. Jika kamu menunjukkan sikap seperti itu, mere-ka amere-kan memberimu lebih banyak kebe-basan dalam bidang-bidang lain. Pengen-dalian diri adalah tindakan yang bijaksana. ”Orang bebal mengeluarkan segala rohnya,” kata sebuah amsal, ”tetapi ia yang berhikmat menjaganya tetap tenang sampai ke akhir.” —Ams. 29:11.

18Maka, para orang tua dan anak-anak

yang terkasih, janganlah berkecil hati jika

16. Bagaimana Yesus mengoreksi murid-mu-ridnya? Mengapa hal itu sangat luar biasa?

17. Apa yang bisa membantu anak-anak agar tetap tenang?

18. Bagaimana kasih menghasilkan komuni-kasi yang baik?

komunikasi dalam keluarga kalian belum sebaik yang kalian harapkan. Teruslah upa-yakan hal itu, dan teruslah berjalan dalam kebenaran. (3 Yoh. 4) Di dunia baru nanti, orang-orang akan sempurna dan bisa ber-komunikasi dengan sempurna. Tidak akan ada kesalahpahaman dan pertengkaran. Namun, sekarang ini, kita semua masih me-lakukan hal-hal yang mungkin belakang-an kita sesali. Maka, jbelakang-angbelakang-an enggbelakang-an untuk meminta maaf. Dan, ampunilah dengan la-pang hati. Teruslah ”secara harmonis diper-satukan dalam kasih”. (Kol. 2:2) Kasih itu penuh kuasa. ’Kasih itu panjang sabar dan baik hati. Kasih tidak terpancing menjadi marah. Kasih tidak mencatat kerugian. Ka-sih menanggung segala sesuatu, percaya gala sesuatu, mempunyai harapan akan se-gala sesuatu, bertekun menanggung sese-gala sesuatu.’ (1 Kor. 13:4-7) Teruslah pupuk ka-sih, maka komunikasi akan semakin baik, dan kalian sekeluarga akan bahagia dan Ye-huwa dimuliakan.

Apakah kalian mendengarkan anak kalian dengan sungguh-sunguh?

(24)

TIDAK lama setelah putra saya Gary lahir pada 1958, saya merasa ada yang janggal. Namun, setelah se-puluh bulan barulah para dokter bisa mengetahui kelainan yang ia derita dan baru lima tahun kemu-dian para spesialis di London bisa memastikannya. Hati saya hancur ketika putri saya Louise, yang lahir sembilan tahun kemudian, menunjukkan gejala-ge-jala yang lebih serius daripada yang dialami Gary.

”Kedua anak Ibu menderita sindrom LMBB,1 dan ini tidak ada obatnya,” kata para dokter dengan pe-nuh simpati. Ketika itu, belum banyak yang diketa-hui tentang kelainan genetika yang langka ini. Bebe-rapa cirinya biasanya adalah gangguan penglihatan yang mengarah ke kebutaan, obesitas, jari tambahan, pertumbuhan yang lambat, gerakan tubuh yang su-sah dikoordinasi, diabetes melitus, osteoartritis, dan kelainan fungsi ginjal. Jadi, untuk mengurus anak-anak saya itu tidak mudah. Menurut penelitian baru-baru ini, hanya 1 dari 125.000 orang di Inggris yang menderita kelainan ini, walaupun ada lebih banyak orang yang menderita gejalanya yang lebih ringan.

YEHUWA MENJADI ’TEMPAT TINGGI KAMI YANG AMAN’

Tak lama setelah menikah, saya bertemu dengan seorang Saksi Yehuwa. Saya segera tahu bahwa yang mereka sampaikan adalah kebenaran. Tetapi, suami saya tidak berminat sama sekali. Karena pekerjaan-nya, kami sering pindah sehingga saya tidak bisa bergabung dengan sidang mana pun. Meskipun be-gitu, saya terus membaca Alkitab dan berdoa

ke-1 Nama sindrom Laurence-Moon-Bardet-Biedl berasal dari nama empat dokter yang menemukan kelainan genetika ini. Kelainan ini diturunkan oleh kedua orang tua yang membawa gen resesif terse-but. Sekarang, kelainan ini umumnya disebut sindrom Bardet-Biedl dan tidak ada obatnya.

pada Yehuwa. Saya sangat terhibur ketika memba-ca bahwa ”Yehuwa akan menjadi tempat tinggi yang aman bagi siapa pun yang remuk, tempat tinggi yang aman pada masa kesesakan”, dan bahwa Ia ”pasti ti-dak akan meninggalkan orang yang mencari[-Nya]”. —Mz. 9:9, 10.

Karena penglihatan Gary buruk, pada waktu dia berumur enam tahun, kami menyekolahkannya di sekolah luar biasa berasrama di pesisir selatan Ing-gris. Ia sering menelepon saya untuk curhat tentang hal-hal yang meresahkannya, dan melalui telepon, saya bisa membantunya memahami beberapa prin-sip dasar Alkitab. Beberapa tahun setelah Louise la-hir, saya sendiri menjadi sakit. Saya menderita skle-rosis multipel dan fibromialgia. Ketika menginjak umur 16 tahun, Gary kembali ke rumah. Namun, penglihatannya memburuk, dan pada 1975 ia resmi dinyatakan buta. Pada 1977 suami saya meninggal-kan kami.

Tak lama setelah Gary pulang, kami mulai ikut melakukan berbagai kegiatan bersama sidang yang pengasih, dan saya dibaptis pada 1974. Saya sangat bersyukur ketika seorang penatua membantu Gary mengatasi perubahan fisik yang ia alami pada usia re-majanya. Saksi-Saksi lain membantu saya mengerja-kan tugas-tugas rumah tangga. Belamengerja-kangan, lima dari saudara-saudari itu ditugaskan oleh lembaga pela-yanan sosial setempat sebagai pengurus rumah kami yang resmi. Hal ini benar-benar suatu berkat bagi kami!

Gary terus membuat kemajuan dalam kebenaran dan dibaptis pada 1982. Ia ingin sekali merintis eks-tra. Maka, saya memutuskan untuk menemaninya dan saya pun ikut merintis selama beberapa tahun. Putra saya ini sangat bahagia ketika beberapa waktu kemudian ia ditanyai oleh pengawas wilayah kami,

KISAH HIDUP

Mengapa Kehidupan Kami

Benar-Benar Bermakna

Referensi

Dokumen terkait

Dengan fasilitas yang disediakan oleh Facebook, yaitu para pemasang iklan dapat memilih target pasar mereka sesuai dengan produk yang ditawarkan seperti umur, lokasi, hobi,

Dia ingin bersikap adil terhadap setiap orang, bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun 4 Penting baginya untuk memperlihatkan kemampuannya.. Dia ingin

Tabel 3. Peningkatan persentase pertemuan adalah dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua siklus I sebesar 4,17%, dari.. Pada pertemuan pertama siklus I persentase

Melihat latar belakang diatas bahwa selama ini Lembaga Bimbingan Belajar Viara 58 (LBB Viara 58) dalam me- ngolah dan melakukan penilaian nilai tiap-tiap peserta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tekanan darah sistolik sebelum relaksasi otot progresif, mengetahui tekanan darah sistolik sesudah relaksasi otot

Sedangkan pada data responden eksternal, dimensi pembentuk CSR yang memiliki hubungan signifikan atau yang lebih berpengaruh terhadap Corporate Image and Reputation yaitu

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai

Komponen yang terdapat dalam kuesioner terdiri atas beberapa pertanyaan yaitu informasi asal Prodi/Jurusan, (1) Apakah dilaksanakan pembelajaran daring atau tidak;