• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELUARGA TENTANG KEJADIAN JATUH PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELUARGA TENTANG KEJADIAN JATUH PADA LANSIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELUARGA TENTANG

KEJADIAN JATUH PADA LANSIA

Helena Winata

1

, Poppy Fitriyani

2

1. Helena Winata: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat – 16424

2. Poppy Fitriyani, S.Kp. M.Kep. Sp.Kep.Kom: Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat – 16424

E-mail: helena.winata@gmail.com

Abstrak

Jatuh merupakan hal yang sering terjadi pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga tentang kejadian jatuh pada lansia di RW 05 Kelurahan Cisalak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan keluarga memiliki pengetahuan yang dapat dikategorikan baik (51,9%), sebagian besar keluarga memiliki sikap baik (73,6%) serta tidak terdapat perbedaan antara perilaku baik dan kurang (50%) tentang kejadian jatuh pada lansia. Peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi keluarga dan pemberi layanan kesehatan dalam mempromosikan pentingnya pencegahan jatuh dalam rangka mengurangi kejadian jatuh pada lansia.

Kata kunci:

jatuh, keluarga, lansia, pengetahuan, perilaku, sikap.

Abstract

Falls are common among elderly. The aim of this study was to explore family’s knowledge, attitude, and behavior about falls incident among elderly at RW 05 Kelurahan Cisalak. This study used a descriptive method for its design. The result showed that the knowledge of the families were classified as good (51,9%), most of families had good attitudes (73,6%), and the behavior of the families did not have any difference between good and less (50%) about falls incident among elderly at RW 05 Kelurahan Cisalak. Researcher suggest that this research could be used to encourage family and other health care provider to promote the importance of having falls prevention in order to reduce falls incident rate in elderly.

Keywords:

Falls, elderly, family, knowledge, behavior, attitude

Pendahuluan

Speechley & Tinetti (1991) dalam Yardley et al. (2006) mengemukakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk berusia di atas 65 tahun mengalami kejadian jatuh setiap

tahunnya, dan angka kejadian ini terus meningkat pada orang yang lebih tua. Pada tahun 2006 sekitar 5,8 juta (hampir 16%) lansia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami kejadian jatuh sedikitnya satu

(2)

kali dalam rentang waktu tiga bulan, dan sebanyak 1,8 juta mengalami cedera akibat jatuh (Steven, Mack, Paulozzi & Ballesteros, 2008). Beberapa masalah kesehatan yang dialami lansia dikarenakan jatuh antara lain kecacatan, trauma jatuh, kematian, dan mempengaruhi kualitas hidup lansia (Grundstrom, Guse & Layde, 2012).

Di Indonesia sendiri, angka cedera akibat jatuh pada lansia cukup tinggi. Berdasarkan penelitian Riyadina (2009) proporsi cedera akibat jatuh pada penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) secara nasional yaitu 70,2%. Sementara untuk provinsi Jawa Barat sebesar 68,9% dan wilayah DKI Jakarta sebesar 81,9%. Menurut Darmojo dan Martono (2004) beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi faktor risiko jatuh (kondisi lingkungan yang tidak aman, ukuran, tipe, atau penggunaan alat bantu jalan yang tidak tepat, penempatan peratan rumah, serta faktor penyakit seperti hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan) menilai gaya berjalan dan keseimbangan lansia, serta mengatur atau mengurangi faktor situasional.

Menurut Maryam dkk (2008) sistem dukungan utama bagi lansia dalam

memelihara kesehatannya adalah keluarga. Oleh karena itu, dalam upaya untuk mengurangi angka kejadian jatuh pada lansia, keluarga harus memiliki pengetahuan tentang jatuh dan pencegahannya sehingga pengetahuan tersebut dapat dituangkan ke dalam bentuk sikap dan perilaku guna mencegah kejadian jatuh serta meningkatkan kualitas hidup lansia.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga tentang kejadian jatuh pada lansia di RW 05 Kelurahan Cisalak, Depok.

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga tentang kejadian jatuh pada lansia. Sampel penelitian ini adalah 106 anggota keluarga yang tinggal bersama lansia di RW 05 Kelurahan Cisalak. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.

(3)

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia terbanyak responden adalah 33 tahun dengan usia termuda 21 tahun dan usia tertua 58 tahun serta rata-rata usia responden adalah 37 tahun.

Tabel 1. Karakteristik Responden di RW 05 Kelurahan Cisalak (n=106) Karakteristik Responden Jumlah Frekuensi (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 42 64 39,6 60,4 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 14 17 65 10 13,2 16 61,3 9,4 Jenis Pekerjaan Pegawai Swasta PNS / Polri Wiraswasta Tidak Bekerja / Ibu Rumah Tangga 14 20 35 37 13,2 18,9 33 34,9 Hubungan dengan Lansia Suami / Istri Anak Menantu Cucu 14 48 39 5 13,2 45,3 36,8 4,7

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu 60,4%, berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan SMA 61,3%, berdasarkan jenis pekerjaan, lebih banyak responden yang tidak bekerja 34,9% sedangkan berdasarkan relasi dengan lansia, sebagian

besar anggota keluarga yang menjadi responden miliki hubungan anak dengan lansia yaitu 45,3%.

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Keluarga tentang Kejadian Jatuh pada Lansia di RW 05 Kelurahan Cisalak (n = 106) Kategori Frekuensi (%) Pengetahuan Baik 55 51,9 Kurang 51 48,1 Sikap Baik Kurang 78 28 73,6 26,4 Perilaku Baik Kurang 53 53 50 50 Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 51,9% responden memiliki pengetahuan baik dan 48,1% memiliki pengetahuan kurang mengenai kejadian jatuh pada lansia. Pada bagian sikap sebagian besar responden memiliki sikap baik yaitu sebesar 73,6%. Sedangkan pada bagian perilaku, antara responden yang memiliki perilaku baik dan perilaku kurang memiliki persentase sama yaitu 50%.

Pembahasan

Karakteristik keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 37 tahun. Tahap usia dewasa tengah dimulai sekitar awal hingga pertengahan usia 30 dan berakhir pada usia 60 tahun (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, dapat disimpulkan

(4)

responden didalam penelitian ini berada dalam tahap dewasa tengah. Salah satu tugas perkembangan individu dalam tahap dewasa tengah adalah menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia (Havighurst, 1972 dalam Potter & Perry, 2005). Sehingga responden dalam penelitian ini masih berada dalam tahap dimana mereka harus menyesuaikan diri dengan orang tua mereka yang sudah lansia seperti menyesuaikan dengan kebutuhan lansia, menyesuaikan dengan perubahan yang dialami lansia.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar keluarga yang menjadi responden tersebar dengan proporsi responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu sebanyak 64 orang (60,4%) yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan sedangkan 42 orang (39,6%) berjenis kelamin laki-laki. Hasil tersebut dapat didukung oleh penelitian Read dan Wuest (2007) dalam Pealer (2008) yang menyatakan bahwa menurut nilai tradisi, sosial, budaya, dan agama, tanggung jawab dalam memberikan perawatan kepada orang tua diserahkan kepada anak perempuan dan menantu perempuan sementara laki-laki bekerja di luar rumah guna memenuhi kebutuhan finansial. Menurut Laditka dan Laditka (2001) dalam Pealer (2008), hal

yang menyebabkan perempuan lebih banyak menjadi pemberi perawatan disebabkan karena faktor ketersediaan dimana perempuan dianggap memiliki lebih banyak waktu untuk mendampingi lansia.

Berdasarkan karakteristik pendidikan, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti meyakini sebagian besar responden sudah memiliki ilmu dan pengetahuan yang cukup dalam hal menerima informasi yang didapatkan sehingga apabila keluarga mendapatkan informasi tentang kejadian serta pencegahan jatuh pada lansia, maka keluarga dapat berpikir dan menyerap dengan baik informasi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anggota keluarga yang menjadi responden tidak bekerja yaitu sebanyak 37 orang (34,9%). Peneliti meyakini ada kecenderungan apabila keluarga memiliki pekerjaan dan penghasilan tinggi maka keluarga akan lebih siap untuk memfasilitasi lansia dalam pencegahan terjadinya jatuh. Hal ini didukung penelitian Abidemi (2005) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara perawatan keluarga terhadap lansia

(5)

dengan karakteristik sosial ekonomi keluarga.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar anggota keluarga yang menjadi responden memiliki hubungan anak dengan lansia yaitu sebanyak 48 orang (45,3%), responden yang memiliki hubungan menantu sebanyak 39 orang (36,8%). Hal ini didukung oleh Liu (2009) terkait keterlibatan keluarga dengan lansia di Taiwan yang menunjukkan sebagian besar lansia dirawat oleh keluarga mereka yaitu anak termasuk menantu (42,8%), pasangan (suami/istri) sebesar 39%, dan relatif lain (13%). Hal ini dikarenakan adanya kewajiban dan tanggung jawab sang anak untuk mendampingi dan memenuhi kebutuhan orang tua mereka. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengerti dan memahami tentang kejadian dan pencegahan jatuh pada lansia. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan responden tentang pengertian jatuh, faktor penyebab dan risiko jatuh pada lansia, akibat jatuh pada lansia, serta pencegahan jatuh pada lansia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2012) yang menyatakan sebagian besar keluarga yang ada di Kelurahan Binjai memiliki

pengetahuan baik yaitu sebanyak 43 responden (60,6%).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan responden yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan tinggi dan SMA hampir seluruhnya memiliki pengetahuan baik. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD sebagian besar memiliki pengetahuan kurang akan kejadian dan pencegahan jatuh pada lansia.

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2003) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin lebih mudah orang tersebut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu tingkat pendidikan responden yang tinggi dapat meningkatkan proses pikir dalam menerima hal-hal baru serta memiliki kemampuan untuk bertindak sehingga seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mencari informasi lebih lengkap dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan anggota keluarga yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan memiliki pengetahuan yang tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal dan

(6)

semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan seseorang. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, seperti sekolah, maupun non formal, seperti kegiatan posyandu, PKK, maupun penyuluhan tentang kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ryu, Roche, dan Brunton (2009) yang dilakukan pada bagian neuroscience dalam sebuah acute care di rumah sakit dimana implementasi berupa edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan anggota keluarga dilakukan melalui satu sesi. Hasil penelitian menemukan bahwa selama periode penelitian, tidak terjadi kejadian jatuh pada pasien yang mendapatkan edukasi sementara dua kejadian jatuh terjadi di antara pasien yang tidak menerima edukasi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti meyakini dengan semakin seringnya keluarga terpapar dengan informasi-informasi serta pengalaman terkait perawatan lansia di keluarga khususnya dalam hal jatuh baik melalui Posbindu, penyuluhan kader, ataupun kelompok masyarakat dapat mempengaruhi pengetahuan keluarga.

Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik terkait jatuh pada lansia. Pada penelitian ini, diketahui keluarga sudah memiliki sikap yang baik dalam mengetahui penyebab jatuh pada lansia, sehingga sebagian besar keluarga menjawab setuju untuk pernyataan jatuh pada lansia dikarenakan pertambahan usia, penyakit merupakan salah satu faktor penyebab jatuh, serta jatuh dapat dikarenakan faktor lingkungan. Sikap keluarga terhadap upaya pencegahan jatuh juga cukup baik, seperti mayoritas anggota keluarga menyatakan setuju untuk pemberian pegangan pada dinding kamar mandi, lampu di lorong harus menyala pada malam hari, senam dapat mengurangi kejadian jatuh, lansia harus ditemani ketika bepergian keluar rumah.

Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup (Notoatmodjo, 2005). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.

(7)

Selain itu proses pembentukkan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan seperti pengetahuan yang dimiliki keluarga terkait pencegahan jatuh pada lansia misalkan faktor apa saja yang menyebabkan lansia terjadi, akibat apa yang mungkin terjadi ketika lansia terjatuh dan sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki keluarga tersebut akan menstimulus diri keluarga untuk memberikan respon dapat berupa sikap positif dan sikap negatif yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk perilaku. (Notoatmodjo, 2007)

Perilaku

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang memiliki perilaku baik dan responden yang memiliki perilaku kurang memiliki proporsi yang sama yaitu 50%. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden yang memiliki perilaku baik dengan responden yang memiliki perilaku kurang. Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan pendapat yang dikemukakan Bells, et al. (1996) yang menyatakan sikap mempengaruhi perilaku akan tetapi hubungan antara kedua hal tersebut tidak bersifat konsisten.

Pada penelitian ini perilaku keluarga di dalam membawa lansia untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan ataupun rutin mengikuti Posbindu adalah

kurang. Sebagian besar responden mengatakan jarang untuk membawa lansia ke pelayanan kesehatan ataupun posbindu. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yaitu suatu sikap belum tentu secara langsung terwujud dalam suatu tindakan. Oleh karena itu untuk mewujudkan sikap yang positif menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung seperti faktor fasilitas serta faktor dukungan keluarga.

Hal tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi (sikap, pengetahuan, nilai, tradisi, status sosial ekonomi, usia, serta jenis kelamin), faktor pemungkin (pelayanan kesehatan, kemudahan mencapai pelayanan kesehatan seperti biaya, jarak, waktu), dan faktor penguat (dukungan dari anggota keluarga, tetangga). Pada penelitian ini, faktor predisposisi yang tidak diteliti dalam penelitian ini namun memiliki kecenderungan untuk memberikan kontribusi dalam menentukan perilaku seseorang antara lain status sosial ekonomi (pendapatan).

Peneliti meyakini pendapatan akan mempengaruhi perilaku, keluarga yang

(8)

memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk sering membawa lansia untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan dikarenakan adanya biaya untuk perilaku tersebut. Selain itu keluarga yang memiliki pendapatan lebih tinggi akan lebih mampu untuk memfasilitasi atau melakukan modifikasi terkait lingkungan seperti memasang pegangan pada dinding kamar mandi.

Penelitian Painter, Elliot, Sharon dan Hudson (2009) telah membuktikan modifikasi lingkungan rumah terutama pada kamar mandi, pegangan, pencahayaan sangat efektif dalam mencegah kejadian jatuh. Namun yang menjadi masalah seringkali adalah biaya, karena untuk melakukan modifikasi lingkungan cukup membutuhkan biaya.

Selain itu peneliti tidak meneliti faktor pemungkin seperti akses ke pelayanan kesehatan terkait biaya, jarak, serta waktu. Namun peneliti meyakini terdapat kecenderungan perilaku responden akan dipengaruhi oleh faktor tersebut. Jarak pelayanan kesehatan atau Posbindu yang cukup jauh mungkin akan menjadikan keluarga malas untuk membawa lansia untuk memeriksakan kesehatan secara rutin atau mengikuti kegiatan senam. Faktor biaya kesehatan dan waktu juga

menjadi pertimbangan keluarga untuk rutin memeriksakan kondisi lansia ke pelayanan kesehatan.

Hal tersebut didukung oleh penelitian Rinajumita (2011) bahwa seringkali keluarga menganggap lansia tidak mampu lagi untuk beraktivitas di luar rumah akan tetapi keluarga juga tidak mempunyai waktu untuk mendampingi lansia ketika keluar rumah ataupun untuk membawa lansia mengikuti senam karena kondisi keluarga yang sibuk dengan urusan masing-masing. Selain itu keadaan ekonomi juga menghalangi keluarga untuk memberikan dukungan misalnya ketiadaan biaya untuk mengantar lansia mengikuti senam yang lokasinya selalu berpindah-pindah.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Karakteristik keluarga menunjukkan bahwa rerata usia responden adalah 37 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan, miliki tingkat pendidikan SMA, tidak bekerja, dan merupakan anak dari lansia.

2. Sebagian keluarga memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang kejadian jatuh pada lansia.

(9)

3. Sebagian besar keluarga memiliki tingkat sikap yang baik tentang kejadian jatuh pada lansia.

4. Keluarga memiliki proporsi yang sama antara perilaku baik dan kurang mengenai kejadian jatuh pada lansia. Penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi pengembangan ilmu keperawatan melalui penyediaan data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi bagi perawat khususnya perawat komunitas khususnya untuk melakukan promosi kesehatan baik berupa pendidikan kesehatan, pelatihan, ataupun penyuluhan kepada masyarakat tentang kejadian jatuh dan pencegahan jatuh pada lansia sehingga dapat meningkatkan kepedulian keluarga dan masyarakat.

Ucapan Terima Kasih

Poppy Fitriyani, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep.Kom. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan selama proses penyusunan skripsi.

Referensi

Abidemi, Asiyanbola R. (2005). Elderly family care situation, daily activities, housing and physical well being in Nigeria. Nigeria: Olabisi Onabanjo

University Faculty of the Social Sciences

Bells, P.A dkk. (1996). Environmental psychology. 4th Ed. Orlando: Harcourt Brace College Publishers.

Darmojo, B.R & Martono, H.H. (2004). Buku ajar geriatrik: Ilmu kesehatan lanjut usia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Friedman ,MM. (1998). Family Nursing: Research, Theory & Practice. 4th Ed. USA: Appleton and Lange

Grundstrom, A. C., Guse, C. E., & Layde, P. M. (2012). Risk factors for falls and fall-related injuries in adults 85 years of age and older. Archives of gerontology and geriatrics, 54(3), 421-428.

Liu, Li Fan. (2009). Family involvement in and satisfaction with long-term care facilities in Taiwan. Taiwan: Institute of Gerontology, National Cheng Kung University.

Maryam, R.S., dkk. (2008). Menengenal

Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2003).

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

(10)

__________________.(2005). Promosi kesehatan: Teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

__________________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Oktaviana, Sry. (2012). Pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan pahlawan binjai. Fakultas Keperawatan (USU)

Painter, J.A., Elliot, Sharon, J., Hudson, Suzanne. (2009). Falls in community-dwelling adults aged 50 years and older: prevalence and contributing factors. ProQuest Nursing & Allied Health Source.

Pealer, M. (2008). Sibling relationships and family dynamics effect on the care of a sick elderly parent(s). California State University, Long Beach). ProQuest Dissertations and Theses.

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja puskesmas lampasi kecamatan payakumbuh

utara. Padang: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Riyadina, Woro. (2009). Cedera akibat

jatuh pada penduduk usia lanjut (Usila) yang mengalami obesitas di indonesia. Badan Litbang Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Ryu, Y., Roche, J., & Brunton, M. (2009). Patient and family education for fall prevention: Involving patients and families in a fall prevention program on a neuroscience unit. Journal of Nursing Care Quality.

Stevens, J. A., Mack, K. A., Paulozzi, L. J., & Ballesteros, M. F. (2008). Self-reported falls and fall-related injuries among persons aged ≥ 65 years– United States, 2006. Journal of safety research, 39(3), 345-349.

World Health Organization. (2007). WHO Global report on falls prevention in older age. Geneva: WHO Press. Yardley, L., Bishop, F. L., Beyer, N.,

Hauer, K., & al, e. (2006). Older people's views of falls-prevention interventions in six european countries. The Gerontologist, 46(5), 650-60.

Gambar

Tabel  1.  Karakteristik  Responden  di  RW  05  Kelurahan Cisalak (n=106)  Karakteristik  Responden  Jumlah  Frekuensi (%)  Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan   42 64  39,6 60,4  Tingkat Pendidikan  SD  SMP  SMA  Perguruan  Tinggi  14 17 65 10  13,2 16 6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa variabel risiko yang signifikan terhadap waktu terdapat 2 macam variabel risiko yaitu kerusakan peralatan kerja dimana respon yang

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah Apakah pemberian ekstrak daun sukun dapat menurunkan peroksidasi lipid hati pada tikus putih yang

Pekerjaan : Pengadaan Peralatan Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Tahun Anggaran 2011. Nomor :

Selat Berhala adalah laut sempit yang memisahkan antara pulau Berhala dengan pulau Sumatra (Provinsi Jambi), berarti secara de fakto dan de jure Pulau Barhala

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung membiayai perusahaanya dengan menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan menggunakan utang karena tingkat

4.2 Langkah Kerja Pembuatan Komponen Alat Angkat Sepeda Motor Bebek .53 4.3 Urutan Pemasangan Alat Pengangkat Sepeda motor

Sampel yang diambil sebanyak 25 petani dari jumlah populasi sebanyak 204 orang dengan metode acak sederhana(simple random sampling), 20 petani responden, 1 pedagang

Dan semua material plastik akan mengalami proses penyusutan selama proses pendiginan di dalam dan luar cetakan, penyusutan ini akan menyebabkan ukuran-ukuran produk