• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

369 10.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang pertama adalah ditemukan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap praktik CSR melalui Kemitraan Inti-Plasma yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi. Temuan ini terkait dengan regulasi pemerintah yang belum mengatur secara spesifik, rinci, dan tegas mengenai praktik CSR yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai contoh, regulasi pemerintah yang berlaku saat ini belum secara tegas mengatur mengenai besaran alokasi dana CSR yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang lazimnya berupa persentase tertentu dari keuntungan bersih yang diraih perusahaan setiap tahunnya. Selain itu, sanksi-sanksi yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar regulasi mengenai CSR juga belum dijabarkan pada dokumen kebijakan yang bersifat teknis, sehingga penegakannya masih lemah.

Dengan kondisi tersebut, maka praktik CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi melalui Kemitraan Inti-Plasma lebih bersifat mandiri, yaitu dengan memerhatikan arahan kebijakan dari Kelompok Usaha Bakrie dan Kantor Pusat BSP di Jakarta, selain best practices CSR di berbagai negara.Unit-unit bisnis di lingkungan BSP, termasuk BSP Unit Jambi, telah lebih dahulu menjalankan berbagai bentuk CSR sebelum lahirnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang

(2)

menyangkut dengan CSR. Meskipun demikian, dengan mencermati diktum-diktum yang tertuang di dalam berbagai peraturan perundang-undangan, diketahui bahwa beragam program dan kegiatan CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi pada umumnya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait, tanpa memerlukan penyesuaian yang berarti.

Hal ini dimungkinkan, karena rancangan CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi pada dasarnya telah disusun dengan mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan CSR yang berlaku umum pada tataran global.Di samping itu, praktik CSR melalui Kemitraan Inti-Plasma kelapa sawit telah memerhatikan pula kondisi dan kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan, yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain memenuhi ketentuan undang-undang mengenai perseroan terbatas, jenis-jenis kegiatan CSR yang dijalankan juga mendukung berbagai kebijakan pemerintah yang terutama terkait dengan upaya perluasan kesempatan kerja, penanggulangan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan.

Kondisi lokal yang dimaksudkan di dalam penelitian ini antara lain adalah karakteristik wilayah yang secara alamiah diyakini memengaruhi praktik CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi. Kondisi masyarakat di sekitar lokasi operasi perusahaan (transmigran dan penduduk lokal) yang pada awalnya dibelit kemiskinan yang akut merupakan fakta dan tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan ketika memulai operasi. Oleh karena itu, desain CSR dalam bentuk Kemitraan Inti-Plasma kelapa sawit diarahkan pada aspek pemberdayaan, sehingga memungkinkan bagi masyarakat setempat untuk berkontribusi kepada

(3)

perusahaan, namun sekaligus juga memperbaiki kesejahteraannya, sehingga dari waktu ke waktu, setiap petani plasma kelapa sawit dan anggota keluarganya dapat hidup dengan semakin berkualitas secara mandiri.

Aspek lainnya yang terkait dengan karakteristik wilayah adalah bahwa jenis bisnis yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi adalah perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang memanfaatkan sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan, meskipun perkebunan masuk dalam kategori sumber daya yang terbarukan, akan mengubah rona ekosistem. Sebagai konsekuensinya, dalam menjalankan aktivitasnya, BSP Unit Jambi harus memerhatikan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Misalnya dengan menjaga eksistensi hutan konservasi. Dengan demikian, BSP Unit Jambi tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam dan masyarakat (petani plasma) untuk kepentingan bisnisnya, yaitu mendapatkan profit yang sebesar-besarnya, namun juga berkontribusi signifikan terhadap pelestarian lingkungan hidup

(planet), dan kesejahteraan masyarakat sekitar (people). Ketiga aspek merupakan

tren praktik CSR global yang dijalankan oleh berbagai perusahaan di dunia. Program CSR yang dijalankan oleh BSP Unit Jambi mencakup berbagai bidang, yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, lingkungan, infrastruktur, dan tanggap bencana. Bidang ekonomi menjadi prioritas Program CSR yang dijalankan oleh perusahaan, yaitu melalui KemitraanInti-Plasma dalam perkebunan kelapa sawit, dan sekaligus menjadi

trade mark BSP Unit Jambi. Perusahaan bertindak selaku inti, sedangkan para

(4)

Jambi telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan petani plasma dalam mengelola kebun dan menangani kegiatan pasca panen. Tujuannya adalah agar TBS kelapa sawit yang dihasilkan dapat tiba di pabrik dengan kualitas yang sesuai dengan standar, sehingga memiliki harga jual yang kompetitif. Berbagai upaya yang ditempuh mencakup sosialisasi dan penyuluhan, pembinaan teknis berkebun (pemilihan bibit, perawatan tanaman, penggunaan pupuk, dan pemanenan), hingga pemantauan dan evaluasi. Upaya-upaya ini telah menciptakan situasi win-win solution, di mana para petani memperoleh pendapatan yang memadai dan terus meningkat, sedangkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja produksinya.

Berbagai Program CSR yang dirancang oleh BSP Unit Jambi hanya dapat berlangsung secara optimal apabila didukung oleh strategi perusahaan yang tepat yang dilandasi dan diawali oleh komitmen yang kuat. Dari berbagai catatan (data sekunder) dan diskusi (data primer), diketahui bahwa sejak awal berdirinya, Kelompok Usaha Bakrie selaku pemilik BSP telah memiliki komitmen yang kuat untuk memastikan bahwa setiap rupiah yang dihasilkan perusahaannya harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Komitmen ini terus dijaga, ditingkatkan, dan diejawantahkan secara nyata di dalam praktik pengelolaan bisnis yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

Salah satu indikator yang paling nyata dilihat adalah komitmen BSP Unit Jambi untuk selalu menyediakan dana untuk mendukung berbagai kegiatan CSR sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dana CSR yang disediakan senantiasa meningkat setiap tahun dan selalu terserap dalam proporsi yang tinggi, bahkan

(5)

terkadang realisasinya melampui dari yang ditargetkan atau dialokasikan. Dalam kondisi krisis ekonomi global sekalipun, di saat perusahaan dalam faktanya menghadapi penurunan permintaan internasional atas produk-produknya, BSP dan unit-unit bisnisnya tetap konsisten menjalankan CSR, karena menyadari penuh akan manfaat yang dihasilkannya. Indikator lainnya yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap CSR adalah intensitas keterlibatan langsung pimpinan maupun karyawan BSP dalam pelaksanaan agenda-agenda CSR. Komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR secara optimal sepertinya akan terus ditingkatkan sebagaimana diindikasikan dari telah dibentuknya kelembagaan yang menangani CSR di dalam manajemen perusahaan, baik pada tingkat kantor pusat maupun unit-unit bisnis, yang dilengkapi pula dengan perekrutan sumber daya manusia untuk mengisi pos-pos yang diperlukan.

Komitmen BSP Unit Jambi dalam menjalankan CSR dituangkan secara eksplisit di dalam strategi perusahaan. Fenomena ini sejalan dengan berbagai penelitian empiris yang menemukan bahwa pelaksanaan CSR oleh suatu perusahaan akan berlangsung dengan optimal apabila mendapatkan perhatian yang memadai dari manajemen perusahaan dengan menuliskannya sebagai elemen yang penting di dalam strategi perusahaan. Bersama dengan komitmen perusahaan, strategi perusahaan merupakan urusan internal perusahaan, sehingga bisa dikendalikan secara langsung oleh manajemen perusahaan.

Strategi yang ditempuh oleh BSP Unit Jambi dalam menjalankan program CSR difokuskan pada kemitraan di antara perusahaan sebagai inti dengan masyarakat di sekitar perusahaan sebagai petani plasma kelapa sawit. Dalam

(6)

praktiknya, petani plasma bergabung dalam wadah kelompok dan koperasi, sehingga proses pembinaan oleh perusahaan dapat dilakukan secara komprehensif dan holistis. Meskipun belum sepenuhnya berhasil, dapat diamati bahwa BSP Unit Jambi telah melaksanakan CSR dengan mendekatkan diri pada pemenuhan kebutuhan aktual masyarakat. Hubungan dan komunikasi yang dibangun terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan tidak terjadi konflik yang dapat merugikan perusahaan maupun masyarakat sendiri. Semua sendi kehidupan masyarakat berupaya disentuh oleh program CSR BSP Unit Jambi, baik yang mencakup aspek-aspek ekonomi maupun sosial. Masyarakat telah dilibatkan secara aktif sejak proses perencanaan, pelaksanaan, maupun ketika melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan CSR. Hal-hal yang diuraikan ini merupakan

kekuatan dari Kemitraan Inti-Plasma sebagai strategi utama BSP Unit Jambi dalam menjalankan CSR-nya.

Meskipun demikian, selain kekuatan, masih ditemukan adanya berbagai kelemahan dalam penerapan strategi CSR oleh BSP Unit Jambi. Sebagai contoh, ditemukan bahwa kebijakan dan strategi CSR yang ditempuh masih lebih bersifat atas-bawah dibandingkan bawah-atas.Keterlibatan masyarakat dapat dikatakan belum memadai, baik dari segi durasi maupun kuantitas keterwakilan. Bahkan, sebagian petani plasma memandang bahwa pihak BSP Unit Jambi melaksanakan CSR dengan pilih kasih dan tidak merata. Selanjutnya, intensitas kunjungan dan komunikasi di antara karyawan perusahaan yang menangani CSR dengan masyarakat dipandang masih kurang, sehingga banyak informasi mengenai CSR

(7)

yang tidak tersebar dengan baik. Kegiatan CSR juga dikatakan belum terdistribusi dengan baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik CSR oleh BSP Unit Jambi telah menghasilkan beragam manfaat bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Manfaat utama yang ditemukan dari praktik CSR oleh BSP Unit Jambi adalah berupa peningkatan pendapatan yang signifikan. Selain itu, terjadi pula perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendidikan dan kesehatan, perbaikan infrastruktur, terciptanya hubungan kekeluargaan, serta peningkatan hubungan kemitraan dengan masyarakat lokal.Oleh karena itu, dari perspektif yang lebih luas, praktik CSR tersebut juga dapat dikatakan berkontribusi terhadap penyelesaian permasalahan pembangunan nasional, yaitu pengangguran, kemiskinan, dan disparitas kesejahteraan antargolongan masyarakat maupun antarwilayah.

Dari data yang dikumpulkan, termasuk testimoni oleh tokoh-tokoh kunci, diketahui bahwa masyarakat yang pada awalnya berada dalam kondisi kemiskinan, karena minimnya pendapatan dan akses terhadap aset-aset produktif, telah mengalami perbaikan tingkat pendapatan secara drastis pasca berpartisipasi di dalam Kemitraan Inti-Plasma. Program konversi lahan telah memungkinkan petani plasma memiliki kekayaan atas namanya sendiri, sehingga bermanfaat untuk digunakan sebagai agunan tatkala memerlukan permodalan untuk meningkatkan produksi kebun kelapa sawit maupun untuk keperluan konsumtif. Permasalahan kemiskinan dapat dituntaskan, karena petani plasma telah dapat mengangkat kesejahteraan seluruh anggota keluarganya di berbagai bidang.

(8)

Anak-anak petani plama berada dalam kondisi sehat dan dapat bersekolah dengan baik, bahkan hingga ke beberapa perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa.

Prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan selalu diperbaiki setiap tahun, termasuk pemberian beasiswa dan tunjangan kepada para guru. Di samping itu, kegiatan-kegiatan positif masyarakat juga ditunjang sepenuhnya oleh dana CSR, seperti kegiatan keagamaan dan kepemudaan. Infrastruktur transportasi setempat tidak luput dari perhatian perusahaan, sehingga mobilitas masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Demikian pula dengan pengelolaan lingkungan hidup melalui penataan hutan konservasi dan pemanfaatan lahan-lahan kosong dengan berbagai tanaman produktif.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa BSP Unit Jambi melalui Kemitraan Inti-Plasma telah menjalankan agenda-agenda CSR yang bersifat komprehensif dan holistis dengan memerhatikan perkembangan situasi lokal, khususnya dinamika kebutuhan masyarakat. Sebagian aktivitas CSR yang dilaksanakan bersifat filantropi atau derma untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Aktivitas-aktivitas sejenis ini kebanyakan dilakukan pada saat perusahaan mulai menginisiasikan CSR di tengah-tengah masyarakat, yaitu para petani plasma kelapa sawit beserta keluarganya.

Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan mulai meningkatkan porsi kegiatan CSR yang mengarah pada penciptaan nilai dan pengembangan jaringan produksi serta mitigasi risiko, meskipun aktivitas-aktivitas CSR yang bersifat derma tetap dilanjutkan.Upaya-upaya tersebut dilandasi dengan langkah menegaskan keberpihakan kepada para petani plasma kelapa sawit melalui

(9)

pemberian sertifikat hak milik untuk tanah yang dikelola mereka. Penelitian ini mampu membuktikan bahwa keberpihakan merupakan kata kunci bagi efektifnya pelaksanaan program-program CSR oleh perusahaan.Dengan kondisi masyarakat yang semakin kondusif, maka pada akhirnya, perusahaan dapat menjalankan Kemitraan Inti-Plasma dengan fokus pada peningkatan keberdayaan masyarakat.

Dalam konteks empiris, penelitian ini menunjukkan bahwa praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit melalui Kemitraan Inti-Plasma dapat menerapkan prinsip-prinsip CSR yang berlaku umum pada bidang-bidang usaha lainnya yang telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya di berbagai negara. Apabila prinsip-prinsip dimaksud dapat diterapkan dengan baik, maka hasil yang diperoleh juga sesuai dengan yang diharapkan, yaitu perbaikan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya citra dan kinerja perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini telah memberikan kontribusi empiris dengan memperkaya bidang kajian mengenai CSR, yaitu praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit yang masih jarang dilakukan. Selain itu, ditemukan bahwa Kemitraan Inti-Plasma dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam menjalankan CSR, sebagaimana dapat dilihat dari dampak positif yang dihasilkan.

10.2. Saran

Untuk menyempurnakan praktik CSR di masa mendatang, khususnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada para penerima manfaat, maka dikemukakan beberapa saran berikut ini.

(10)

(1) Pemerintah dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan, seperti pelaku usaha, LSM, dan perguruan tinggi, perlu menyusun master plan atau

blue print praktik CSR di Indonesia yang mencakup pembagian tugas di

antara para pemangku kepentingan dalam perspektif jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

(2) Pemerintah melalui instansi terkait sebaiknya segera menerbitkan peraturan pelaksanaan yang secara spesifik dan rinci mengatur pelaksanaan CSR oleh berbagai perusahaan di Indonesia, termasuk sanksi-sanksi yang dikenakan apabila terjadi pelanggaran. Peraturan pelaksanaan yang dimaksud menjadi acuan bagi perusahaan dan sekurang-kurangnya memuat unsur-unsur perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan CSR oleh perusahaan. Di samping itu, perlu ditetapkan secara tegas besaran dana yang wajib disediakan oleh perusahaan untuk membiayai CSR-nya yang merupakan persentase tertentu dari keuntungan bersih perusahaan setiap tahun.

(3) Pemerintah daerah (Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat) perlu mempertimbangkan untuk menyinergikan praktik CSR oleh BSP Unit Jambi dengan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah yang didanai melalui APBD, sehingga upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai secara optimal. Untuk itu, BSP Unit Jambi harus meningkatkan intensitas komunikasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan terjadinya sinergi penggunaan sumber daya dalam melaksanakan pembangunan di daerah.

(11)

(4) Penyusunan strategi perusahaan dalam melaksanakan CSR perlu disempurnakan dengan memberikan peluang lebih besar bagi adanya masukan-masukan dari bawah sebelum dilakukan pengambilan keputusan mengenai jenis-jenis kegiatan CSR yang akan dilaksanakan oleh BSP Unit Jambi di lapangan.

(5) Program CSR perlu dijalankan oleh BSP Unit Jambi secara konsisten dan kontinu dengan prioritas pada pemenuhan kebutuhan aktual masyarakat.Distribusi dan pemerataan kegiatan CSR perlu ditata dengan lebih baik, yaitu dengan memerhatikan kebutuhan aktual masyarakat.

(6) Diperlukan sosialisasi dan penyampaian informasi mengenai Program CSR secara lebih intensif, terjadwal dengan baik, dan menjangkau semua lapisan masyarakat yang menjadi penerima manfaat.Karyawan BSP Unit Jambi yang bertugas menangani Program CSR perlu meningkatkan frekuensi kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan masyarakat.

(7) Partisipasi masyakarat dalam perencanaan Program CSR perlu ditingkatkan, sehingga penentuan kebutuhan dan sasaran penerima manfaat dapat dilakukan dengan lebih akurat. Untuk itu, diperlukan unit kerja khusus di BSP Unit Jambi untuk menangani Program CSR. Unit kerja dimaksud perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana kerja, dana, serta SDM yang memadai.

(8) BSP Unit Jambi perlu menyusun laporan pelaksanaan CSR secara sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca (user-friendly) sebagai wujud akuntabilitas dalam praktik CSR.

(12)

(9) Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat memperkaya faktor-faktor yang memengaruhi praktik CSR di bidang perkebunan kelapa sawit, selain faktor-faktor yang telah dianalisis di dalam penelitian ini. Penelitian juga dapat dikembangkan untuk mengkaji praktik CSR melalui pendekatan Kemitraan Inti-Plasma pada perusahaan perkebunan lainnya, seperti perkebunan karet, kopi, kelapa, kakao, teh, tebu, dan komoditas-komoditas perkebunan strategis lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalah yang terjadi tersebut salah satunya dapat diatasi dengan pembangunan website yang meliputi pemberian informasi mengenai produk yang di jual, promo yang sedang

pada 27 responden yang mengalami nyeri, skala nyeri sebelum dilakukan tehnik Effleurage dan Abdominal Lifting ada 24 responden mengalami nyeri berat, setelah dilakukan

Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan

50:1:27 ¶Hanya biarlah cara hidupmu menja- di seperti memantas injil Kristus: supaya apa- kah aku datang dan melihat kamu, atau apa- kah aku tidak hadir, aku dapat mendengar tentang

Pola tingkah laku pegawai merupakan dampak dari seorang pemimpin, maka dari itu diduga penerapan gaya kepemimpinan Kepala UPTD berdampak pada kedisiplinan pegawai yang

Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran berhitung menggunakan permainan congklak masih menemukan kendala diantaranya kurangnya alat

Perlu dilakukan analisis penetrasi garam dalam telur asin yang di inkubasi dengan berbagai media yang biasa digunakan oleh masyarakat dan menggunakan garam

- Mengajak mereka menghadiri majlis ilmu / aktiviti agama agar mereka lebih memahami perkara-perkara yang berkaitan dengan agama Islam. - Memberikan sesuatu yang boleh menimbulkan