No. Daftar FPIPS : 2106/UN.40.2.4/PL/2014
EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI
LAMPUNG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh
Mahardika Agung Saputra
NIM 1006265
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Mahardika Agung Saputra
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
© Mahardika Agung Saputra 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG
Pembimbing I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd
Pembimbing II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd
Oleh : Mahardika Agung Saputra (1006265)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan industri keripik pisang di Provinsi Lampung yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan memiliki peluang usaha cukup besar bagi para pelaku ekonomi karena proses pengolahan yang tidak terlalu rumit namun memiliki nilai ekonomi yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung eksistensi industri keripik pisang, kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang, dan mengidentifikasi sistem mendapatkan bahan baku serta strategi pemasaran industri keripik pisang di Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fisik (iklim, lahan, aksesibilitas), faktor sosial (pendidikan, tenaga kerja, pendapatan, teknologi, tempat tinggal, kesehatan, kebijakan pemerintah), faktor ekonomi (modal, pemasaran, bahan baku, transportasi). Variabel terikatnya adalah eksistensi industri keripik pisang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, wawancara berstruktur, studi dokumentasi dan studi literatur. Populasi dalam penelitian ini yaitu populasi wilayah (seluruh wilayah Provinsi Lampung dimana terdapat 141 home industri keripik pisang, dan seluruh wilayah perkebunan pisang yang berada di Provinsi Lampung) dan populasi manusia pengusaha (pengrajin) home industri keripik pisang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 15 wilayah perkebunan pisang, dan 37 pengusaha. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik (persentase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan industri keripik pisang di Provinsi Lampung tetap dapat bertahan dan menjaga eksistensinya karena dipengaruhi faktor fisik yang mendukung dalam pengadaan sumber bahan baku, dan jaringan jalan. Faktor lain yang mendukung diantaranya modal, tenaga kerja, dan pemasaran. Selain itu pendapatan yang diperoleh dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan lapangan kerja tercipta dengan adanya industri keripik pisang. Berdasarkan hasil penelitian eksistensi industri keripik pisang dipengaruhi oleh ketersediaan modal, bahan baku, jaringan jalan mendukung, serta pemasaran yang mencakup wilayah-wilayah di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.
ABSTRACT
EXISTENCE OF INDUSTRY BANANA CHIPS IN LAMPUNG PROVINCE
Adviser I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd
Adviser II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd
By : Mahardika Agung Saputra (1006265)
Research was triggered by the existence of banana industry chips in Lampung Provincial that has the potential to be developed and having business opportunity quite big advantage to the economic agents for processing that is not too complicated but have economic value that big enough. This research aims to identify factors that support the existence of banana chips industry, socio-economic conditions of the entrepreneur (handicrafts) banana chips industry, and identify the system get the raw materials as well as banana chips industry marketing strategy in the Province of Lampung. Method research used is method descriptive.Variable free in this research is factor physical ( climate, land accessibility ), factors social ( education, labor, income, technology, shelter, health, government policy ), economic factors ( capital, marketing- raw materials, transportation ). Variable bound is the existence of industry chips the banana.The technique of collecting data used in this research is observation lapangan, presently, an interview the study of documentation and the study of literature.The population in research is the population wilayah ( all areas where there are Lampung Provincial chips banana industry, 141 home and all the plantation banana who was in Lampung Provincial ) and the human population businessman ( handicraftsman ) home industry chips the banana.The number of samples to be taken as many as 15 banana, a region of the plantation and 37 entrepreneurs. Analysis of data used is descriptive analysis and statistic analysis ( percentage ).The result showed that the industry chips banana in Lampung Provincial bank could endure and maintain their existence because influenced factor physical support in procuring source of raw materials, and road network. The other factors that support of them capital, labor, and marketing.Besides income gained may fulfill the needs of the family and employment opportunities created by the presence of industry chips the banana.Based on the research existence industry chips pisang affected by the availability of capital, raw materials, the road network supporting, and marketing which includes the region on the island of Sumatra, Java, Borneo, Sulawesi, and East Nusa Tenggara.
DAFTAR ISI
A. Analisis Geografi Terhadap Industri Kecil ... 9
B. Eksistensi Industri ... 10
1. Pengertian eksistensi ... 10
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi industri ... 10
3. Konsep industri ... 15
C. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi ... 21
D. Gambaran Umum Tumbuhan Pisang ... .. 22
1. Budidaya Pisang ... .. 23
2. Kandungan dan Manfaat Pisang ... .. 27
E. Gambaran Umum Industri Keripik Pisang Geografi ... 30
F. Penelitian-penelitian yang relevan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel ... 35
1. Lokasi Penelitian ... 35
2. Populasi ... 35
B. Desain Penelitian ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 50
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 62
1. Faktor yang Mendukung Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 62
a. Kondisi Fisik (Iklim, Lahan dan Aksesibilitas) ... 62
b. Modal yang digunakan ... 75
c. Peralatan, Pengepakan, Pemasaran, Bantuan Pemerintah dan Permintaan dan Permintaan Produk ... 77
2. Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha (Pengrajin) Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 82
a. Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 82
b. Motifas atau Alasan Pengusaha ... 85
d. Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian Pokok ... 89
e. Pendapatan dan Jumlah Pengeluaran ... 91
f. Jumlah Tenaga Kerja dan Sistem Upah ... 93
g. Fasilitas Kesehatan ... 95
h. Luas Tanah dan Status Kepemilikan Tempat Tinggal ... 96
3. Sistem Mendapatkan Bahan Baku dan Pengembangan Pemasaran Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung ... 98
a. Cara Mendapatkan dan Asal Bahan Baku ... 98
b. Pengembangan Pemasaran Industri Keripik Pisang ... 102
c. Sarana Transportasi yang digunakan ... 106
C. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi ... 106
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 109
A. Simpulan ... 109
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN ... 117
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung (Ton), 2012 ... 3
Tabel 2.1 Deskripsi dan sifat – sifat varietas pisang di Indonesia ... 22
Tabel 2.2 Dosis Pupuk ... 25
Tabel 2.3 Kandungan gizi buah pisang per 100 gram ... 28
Tabel 3.1 Data home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 36
Tabel 3.2 Variabel penelitian ... 41
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian responden pengusaha ... 44
Tabel 3.4 Kisi pedoman observasi ... 45
Tabel 3.5 Persentase hasil penelitian ... 49
Tabel 4.1 Rata-rata jumlah curah hujan tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 54
Tabel 4.2 Rata-rata jumlah hari hujan tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 54
Tabel 4.3 Rata-rata penyinaran matahari tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 55
Tabel 4.4 Rata-rata suhu udara tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung... 55
Tabel 4.5 Rata-rata kelembaban udara tahun 2009-2012 di Provinsi Lampung ... 56
Tabel 4.6 Jumlah dan kepadatan penduduk Provinsi Lampung ... 58
Tabel 4.7 Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di Provinsi Lampung ... 60
Tabel 4.8 Kondisi fisik berdasarkan penelitian di lapangan ... 63
Tabel 4.9 Kondisi fisik berdasarkan penelitian di lapangan ... 64
Tabel 4.10 Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (Ton), 2012 ... 74
Tabel 4.11 Berdasarkan banyak bahan baku dibutuhkan dalam satu kali produksi ... 75
Tabel 4.13 Berdasarkan asal modal usaha ... 77
Tabel 4.14 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 78
Tabel 4.15 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 79
Tabel 4.16 Data responden home industri keripik pisang di Provinsi Lampung ... 80
Tabel 4.17 Berdasarkan permintaan produk ... 81
Tabel 4.18 Berdasarkan harga jual produk per kg ... 82
Tabel 4.19 Responden pengusaha berdasarkan jenis kelamin ... 82
Tabel 4.20 Responden pengusaha keripik pisang berdasarkan usia ... 83
Tabel 4.21 Cross tab responden berdasarkan usia dan jenis kelamin ... 85
Tabel 4.22 Status responden ... 85
Tabel 4.23 Responden berdasarkan alasan mendirikan industri keripik pisang ... 86
Tabel 4.24 Berdasarkan ide dalam membuat keripik pisang ... 86
Tabel 4.25 Responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 87
Tabel 4.26 Responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... 88
Tabel 4.27 Tingkat pendidikan terakhir responden... 89
Tabel 4.28 Industri keripik berdasarkan mata pencaharian pokok ... 91
Tabel 4.29 Berdasarkan besar pendapatan bersih dalam satu bulan ... 91
Tabel 4.30 Pendapatan yang diperoleh apakah dapat mencukupi kebutuhan ... 92
Tabel 4.31 Berdasarkan jumlah pengeluaran ... 93
Tabel 4.32 Berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 94
Tabel 4.33 Sistem upah yang diberikan... .. 94
Tabel 4.34 Sarana kesehatan yang dimanfaatkan ... 95
Tabel 4.35 Berdasarkan luas tanah tempat tinggal... 96
Tabel 4.36 Berdasarkan status kepemilikan tempat tinggal ... 97
Tabel 4.37 Berdasarkan cara mendapatkan bahan baku ... 98
Tabel 4.38 Pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ... 99
Tabel 4.40 Berdasarkan siapa yang memasarkan ... 102
Tabel 4.41 Berdasarkan daerah pemasaran keripik pisang ... 103
Tabel 4.42 Sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil bahan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Sampel Penelitian ... ... 39
Gambar 3.2 Bagan Desain Penelitian ... 40
Gambar 4.1 Peta Administrasi Penelitian ... 51
Gambar 4.2 Grafik banyak bahan baku dibutuhkan dalam satu kali produksi ... 75
Gambar 4.3 Grafik berdasarkan modal yang dihabiskan dalam satu kali produksi ... 76
Gambar 4.4 Grafik berdasarkan permintaan produk ... 80
Gambar 4.5 Grafik responden pengusaha berdasarkan jenis kelamin ... 83
Gambar 4.6 Grafik responden pengusaha berdasarkan usia ... 84
Gambar 4.7 Grafik responden berdasarkan alasan mendirikan industri keripik pisang ... .. 86
Gambar 4.8 Grafik berdasarkan ide dalam membuat keripik pisang ... 87
Gambar 4.9 Grafik berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 88
Gambar 4.10 Grafik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ... . 89
Gambar 4.11 Grafik tingkat pendidikan responden ... . 90
Gambar 4.12 Grafik berdasarkan besar pendapatan bersih dalam satu bulan ... 91
Gambar 4.13 Grafik pendapatan yang diperoleh apakah dapat mencukupi kebutuhan ... 92
Gambar 4.14 Grafik berdasarkan jumlah pengeluaran ... . 93
Gambar 4.15 Grafik berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 94
Gambar 4.16 Grafik sistem upah yang diberikan ... 95
Gambar 4.17 Grafik sarana kesehatan yang dimanfaatkan ... . 96
Gambar 4.18 Grafik berdasarkan luas tanah tempat tinggal ... 97
Gambar 4.19 Grafik berdasarkan status kepemilikan tempat tinggal ... 98
Gambar 4.20 Grafik berdasarkan cara mendapatkan bahan baku ... 99
Gambar 4.21 Grafik pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ... ... 100
Gambar 4.23 Grafik berdasarkan siapa yang memasarkan ... .... ... 103
Gambar 4.24 Grafik berdasarkan daerah pemasaran keripik pisang ... 104
Gambar 4.25 Peta jangkauan pemasaran keripik pisang ... ... 105
Gambar 4.26 Grafik sarana transportasi yang digunakan untuk mengambil
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen penelitian wawancara untuk pengusaha atau
pengrajin keripik pisang ... 117
Lampiran 2. Lembar pedoman observasi “potensi pengembangan pohon pisang kepok di Provinsi Lampung ... 121
Lampiran 3. Instrumen penelitian pedoman wawancara untuk dinas KUKM perindag Provinsi Lampung ... 124
Lampiran 4. Dokumentasi lapangan ... 126
Lampiran 5. Surat keputusan dosen pembimbing ... 131
Lampiran 6. Permohonan izin penelitian ... 134
Lampiran 7. Surat rekomendasi penelitian kesatuan bangsa dan politik daerah ... 135
Lampiran 8. Data home industri keripik pisang di Provinsi Lampung sumber : Dinas KUKM perindag ... 136
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya
tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki
perbedaan hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor fisik dan sosial yang terdapat
di wilayah-wilayah tersebut. Kondisi fisik dan sosial yang berbeda disetiap
wilayah mengakibatkan kemampuan lingkungan dalam mendukung kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun berbeda-beda.
Pada sektor industri kegiatan yang dilakukan manusia guna meningkatkan
taraf hidup dalam bentuk kerajinan mengalami perbedaan yang signifikan antara
negara maju dengan negara berkembang hal tersebut dicirikan dengan perbedaan
kemajuan dibidang teknologi yang menunjang industri. Pada negara maju, sektor
industri terjadi perkembangan yang pesat dan berpengaruh sangat besar bagi
perekonomian negara-negara berkembang. Berbeda halnya dengan negara
berkembang, masih banyak yang harus dibenahi dalam merintis industri. Pada
pembangunan sektor industri bisa dilihat dari perkembangan laju perekonomian
yang ada di suatu negara tersebut, semakin besar pendapatan suatu negara dari
industri maka dapat disimpulkan negara tersebut berhasil dalam pengelolaan dan
pengembangan di sektor industri.
Industri merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan manusia yang
tidak terbatas. Awal mulanya sektor industri murni menggunakan tenaga manusia
memanfaatkan sumber daya manusia, akan tetapi muncul ketidakpuasan terhadap
hasil yang diperoleh. Sehingga terjadi revolusi industri pekerjaan atau kegiatan
manusia dalam industri di kerjakan oleh tenaga mesin. Pada masa itulah terjadi
perubahan paradigma. Negara indonesia merupakan salah satu negara yang
melaksanakan kegiatan industri yang masih dalam tahap perkembangan,
walaupun pada dasarnya Negara Indonesia masih belum dapat dikatakan
sempurna dalam hal peningkatan industri tetapi Negara Indonesia mempunyai
2
industri kecil sampai menengah, Negara Indonesia berusaha mengoptimalisasi
untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas dari hasil industri tersebut.
Industri memiliki andil sebagai salah satu pemasukan terbesar pada anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah membuat suatu kebijakan dalam meningkatkan
industri kecil dalam hal peningkatan mutu ataupun pengembangan dalam hal
produksi walaupun secara tidak langsung.
Adapun industri kecil mempunyai peranan terhadap pemerataan dan
kesempatan kerja bagi masyarakat terutama lingkungan sekitar serta dapat
menekan angka pengangguran.
Industri kecil biasanya dikelola oleh perseorangan atau pada ruang dilingkup
rumah tangga dengan memanfaatkan potensi yang berada pada daerah tersebut,
potensi tersebut meliputi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang mendukung dalam peningkatan ekonomi dan menunjang ke berlangsung
pada kegiatan industri kecil atau home industri. Industri ini memiliki pengakuan
secara sah oleh Pemerintah dan memiliki izin dari Dinas Koperasi,Usaha Mikro
Kecil,Perindustrian dan Perdagangan yang berada pada daerah tersebut.
Berdasarkan : Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 maka pengertian usaha kecil adalah : “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak
sehat.”dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.
Kriteria usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 tahun 1995
adalah sebagai berikut:
3
Peranan usaha kecil tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat,
seperti yang dikemukakan oleh Tambunan (2002, hlm. 7) Sebagai berikut :
Masalah dalam usaha kecil adalah keterbatasan modal atau investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta kesulitan dalam pemasaran.
Melihat dari adanya ketersediaan bahan baku yang relatif mudah diperoleh
maka home industri keripik pisang berkembang di Provinsi Lampung dan menjadi
salah satu produk unggulan yang di miliki. Akan tetapi tidak serta merta dengan
mudah mendapatkan bahan baku Provinsi Lampung dikenal sebagai penghasil
pisang tetapi bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi bukan pisang yang
banyak dihasilkan.
Jenis pisang yang banyak dihasilkan Provinsi Lampung adalah pisang
cavendish, sedangkan pisang yang digunakan untuk bahan baku keripik yaitu jenis
pisang kepok dan raja nangka. Berikut Tabel 1.1 Produksi buah pisang menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2012.
Tabel 1.1
Produksi buah pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (Ton), 2012
No Kabupaten/Kota Buah Pisang Persentase (%)
1 Lampung Barat 8.236 1,01
4
Berdasarkan tabel 1.1 produksi buah pisang di setiap Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung pada tahun 2012. Wilayah Kabupaten yang menghasilkan
produksi buah pisang paling besar adalah Kabupaten Pesawaran yaitu 416.958 ton
setara 51,00%, kedua Kabupaten Lampung Selatan 199.416 ton setara 24,39%,
ketiga Kabupaten Lampung Timur 153,491 ton setara 18,77%, keempat
Kabupaten Tanggamus 8.750 ton setara 1,07%, kelima Kabupaten Lampung
Utara 8.584 ton setara 1,05%, keenam Kabupaten Lampung Barat 8.236 ton setara
1,01%, produksi pisang kurang dari 1% diantaranya : Kabupaten Lampung
Tengah, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Bandar Lampung,
dan produksi paling sedikit Kota Metro hanya mencapai 85 ton setara 0,01% dari
produksi Provinsi Lampung.
Perkembangan industri kecil (Mikro) dan industri rumah tangga (Home
Industri) tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu bahan baku,
aksesibilitas, pemasaran, ketersediaan tenaga kerja sehingga industri menjadi ada
dan berkembang. Adapun perkembangannya industri kecil di suatu wilayah
berkembang sendiri maupun mengelompok (kawasan home industri). Di Provinsi
Lampung industri kecil yang berkembang secara berkelompok membentuk suatu
kawasan berada di Kota Bandar Lampung yang di kenal sebagai sentra industri
keripik pisang dengan jumlah pengusaha tidak kurang dari 30 yang terpusat di
sepanjang Jalan Pagar Alam (Gang.PU) membentang melewati Kecamatan
Kedaton, Kecamatan Tanjung Karang Barat, dan Kecamatan Langkapura. Di Kota
Metro industri keripik pisang didominasi Kelurahan Yosodadi Metro Timur tidak
kurang 4 pengusaha industri kecil.
Cikal-bakal adanya Industri keripik pisang sejak tahun 1996 yang
sebelumnya daerah ini dikenal sebagai penghasil produk kripik singkong, Saat
itu,perajin masih menjajakan keripik dengan berkeliling kota. “Lambat laun,
menciptakan pasar sendiri dengan membuka toko dan menjajakan kripik pisang
dengan berbagai variasi rasa. Hingga saat ini 30 produsen keripik pisang dan 56
5
Produksi keripik di Provinsi Lampung mencapai 3.000 ton per tahun. Dengan
perhitungan harga jual keripik pisang rata-rata Rp. 10.000 Per 250gram,
Rp.40.000 per kg, nilai ekonomi industri mencapai Rp.120 M setiap tahun.
Keripik pisang merupakan komoditas unggulan yang berada di Provinsi Lampung.
Pengusaha keripik pisang memperoleh modal dari Pemerintah daerah yang
digulirkan melalui program bantuan akses permodalan yang dinamakan Dana
Ekonomi Kerakyatan. “Program ini bisa diakses pelaku usaha kecil dan mikro.
Plafon pinjaman maksimal Rp 5 juta dengan bunga 3 persen per tahun. Jika nilai
pinjaman di bawah Rp 2 juta, tidak perlu agunan.”
Khusus untuk Kota Bandar Lampung PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 7
juga menyalurkan modal pinjaman kepada Gang PU yang merintis usaha keripik.
Program itu dinamakan Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Kawasan Gang
PU berada dekat Kantor PTPN 7 sehingga warga diprioritaskan mendapat bantuan
program modal pinjaman. Bantuan modal PKBL, merupakan pinjaman dengan
maksimal anggaran Rp 20.000.000 dan bunga 0,5 persen per bulan.
Berdasarkan jenis pisang yang banyak digunakan dalam pembuatan keripik
diantaranya Ambon dan Kepok. Istimewanya pisang jenis ini adalah ukuran dan
jumlah sisirnya yang lebih banyak dari pisang jenis lain selain itu memiliki aroma
dan rasa yang enak dibanding pisang lain. Meski pasokan pisang di Lampung
melimpah, bahkan Lampung menjadi penghasil pisang terbesar di Indonesia,
tetapi kesulitan mendapatan pisang masih mereka rasakan karena pisang sendiri
memiliki masa panen yang relatif lama, dan harganya pisang yang rendah, tidak
sesuai dengan masa penanaman menyebabkan petani beralih ketanaman yang
lebih produktif. Faktor lainnya yaitu permintaan bahan baku yang banyak tetapi
sumber bahan baku terus berkurang.
Penelitian ini begitu penting dilakukan untuk mengetahui potensi yang dapat
dikembangkan dari home industri keripik pisang tersebut. Selain itu adanya home
industri keripik pisang merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan
dikarenakan bahan baku yang mudah didapat proses pengolahannya yang tidak
6
Keripik pisang merupakan salah satu produk unggulan Provinsi Lampung
terutama di sektor industri rumah tangga (home industri) merupakan aset penting
yang harus dikembangkan sehingga mampu bersaing dengan industri besar.
Industri keripik pisang telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
di lingkungan sekitarnya dan penggerak perekonomian di Provinsi Lampung.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang industri keripik pisang di Provinsi Lampung. Oleh karena itu judul dalam
penelitian ini adalah “Eksistensi Industri Keripik Pisang Di Provinsi Lampung”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut :
1. Faktor apa yang mendukung eksistensi industri keripik pisang di Provinsi
Lampung?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik
pisang di Provinsi Lampung?
3. Bagaimanakah sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan
pemasaran industri keripik pisang di Provinsi Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor yang mendukung eksistensi industri keripik pisang di
Provinsi Lampung.
2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik
pisang di Provinsi Lampung.
3. Mengidentifikasi sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua
pihak yang terkait, ada beberapa manfaat yang dapat penulis kemukakan di
antaranya yaitu :
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman konsep mengenai
industri dan ekonomi yang merupakan bidang cabang ilmu geografi industri
dan geografi ekonomi, serta memperoleh gambaran lebih jelas mengenai
kesesuaian teori dengan fakta di lapangan.
2. Menjadi sumber informasi dan sumber data mengenai industri keripik pisang
di Provinsi Lampung untuk penelitian selanjutnya.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan rekomendasi untuk
pemerintah setempat serta masyarakat mengenai eksistensi industri keripik
pisang di Provinsi Lampung.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan ini, maka pembahasan
akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
A. Analisis Geografi Terhadap Industri Kecil
B. Eksistensi Industri
C. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
D. Gambaran Umum Tumbuhan Pisang
E. Gambaran Umum Industri Keripik Pisang
8
BAB III Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
B. Desain Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Alat Pengumpulan Data
I. Teknik Pengolahan Data
J. Analisis Data
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
B. Hasil dan Pembahasan
C. Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dalam
penelitian yang berjudul “Eksistensi Industri Keripik Pisang di Provinsi Lampung
” ini, maka dapat di ambil beberapa simpulan dan saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian.
A. Simpulan
Adapun simpulan dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor pendukung eksistensi industri keripik pisang di Provinsi Lampung
adalah kondisi fisik meliputi iklim, lahan dan aksesibilitas, modal yang
digunakan, peralatan, pengepakan, pemasaran, bantuan pemerintah dan
permintaan produk. Adapun pemaparannya sebagai berikut :
a. Kondisi fisik (iklim, lahan dan aksesibilitas) merupakan faktor penting
dalam sebuah industri, kondisi fisik mempengaruhi berbagai aspek
diantaranya ketersediaan ketersediaan bahan baku, dengan iklim tropis
cendrung lembab dengan derajat keasaman 6,0 – 7,5. Berdasarkan hasil
penelitian dilapangan dengan mengambil 15 sampel lokasi kebun pisang
kepok hampir semua baik dijadikan habitat budidaya dan pengembangan
tanaman pisang hanya yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air
disaat – saat musim kemarau. Adanya kondisi fisik iklim dan lahan di
Provinsi Lampung yang menunjang keberadaan pisang kepok, namun
dikarenakan masa panen yang lama, untuk jenis pisang kepok tidak
jarang pengusaha atau pengrajin menggantikan dengan jenis lain yaitu
pisang raja nangka dan berpengaruh terhadap kualitas dan kenikmatan
keripik pisang.
Kondisi fisik yang tak kalah penting yaitu aksesibilitas dengan sarana
dan prasarana yang mendukung kelancaran produksi seperti kondisi
jalan, jarak antara bahan baku dan tempat produksi. Kondisi sarana jalan
110
bahan mentah maupun hasil produksi pisang akan berpengaruh terhadap
lancar atau tidaknya arus barang tersebut.
Kondisi jalan yang dilalui pada saat pengangkutan bahan mentah masih
kurang baik banyak jalan-jalan yang rusak dan sepertinya kurang
diperhatikan oleh pemerintah karena lokasinya jauh dari pemerintahan.
Berbeda halnya dengan jalan yang dilalui pada saat pengangkutan hasil
produksi pisang karena lokasinya berada di daerah ramai dan perkotaan
akses jalan sudah lumayan baik. Adapun akses pemasaran hasil produksi
pisang yang jauh dilakukan menggunakan jasa pengangkutan barang baik
darat ataupun udara. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap lokasi
industri keripik pisang yang berada di daerah pemasaran dikarenakan
bahan baku yang mudah didatangkan berdasarkan teori susut dan ongkos
transport hal tersebut tidak sesuai karena makin besar susut bahan baku
dalam pengolahan industri cenderung ditempatkan di daerah bahan
mentah. Sedangkan industri keripik pisang susut bahan baku dalam
pengolahan besar tetapi lokasi industri berada di daerah pasar dan
pengrajin yang berdomisili di daerah pemasaran.
b. Modal yang digunakan dalam satu kali produksi bervariasi tergantung
pada jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi dan
pengeluaran selama proses pembuatan.
c. Peralatan, pengepakan, pemasaran, bantuan pemerintah dan permintaan
produk
Pada proses pembuatan keripik pisang peralatan yang digunakan masih
sederhana dan prosesnya manual mengupas, mencuci, memotong,
menggoreng dan mengeringkan (meniriskan) minyak. Pengepakan
dilakukan setelah pemberian bumbu atau rasa pada keripik sesuai dengan
yang dikehendaki. Setiap industri memiliki wadah berbeda – beda untuk
pengepakan keripik, tetapi semuanya menggunakan plastik yang telah
diberi nama produk masing – masing.
Berdasarkan pemasaran setiap industri keripik pisang memiliki
111
wilayah sekitarnya, dan sebagian besar home industri memasarkan
sampai ke pulau – pulau lain seperti Jawa. Beberapa home industri sudah
mencapai pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT.
Bantuan pemerintah dalam bentuk barang di peruntukkan secara
berkelompok ada pengusaha yang mengakui keberadaan bantuan tersebut
dan ada juga yang tidak mendapatkannya. Akan tetapi pemerintah
memberikan pelatihan – pelatihan bagi pengusaha – pengusaha yang
ingin mengetahui proses pengolahan yang baik, menjaga kualitas produk,
dan manajemen usaha kecil menengah. Permintaan produk keripik pisang
cenderung stabil dan sedikit mengalami peningkatan.
2. Kondisi sosial ekonomi pengusaha (pengrajin) industri keripik pisang
Kondisi sosial ekonomi pengusaha atau pengrajin keripik pisang mengalami
peningkatan. Hampir semua pengusaha bermata pencaharian pokok sebagai
produsen keripik pisang yang sebelumnya tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidup setelah menekuni usaha keripik pisang dengan pendapatan yang
dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan anak. Adanya
industri keripik pisang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat
membantu mengurangi jumlah pengangguran.
3. Sistem mendapatkan bahan baku dan pengembangan pemasaran
Untuk sistem mendapatkan bahan baku pengusaha home industri keripik
pisang memiliki cara sendiri – sendiri, akan tetapi sebagian besar memperoleh
bahan baku melalui perantara, dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku tidak
mengalami kesulitan hanya pada waktu – waktu tertentu seperti menjelang
hari raya, musim kemarau jenis pisang kepok sulit didapat, namun pengusaha
memiliki alternatif dengan mencari jenis pisang lain walaupun rasanya tidak
seenak pisang kepok. Bahan baku yang digunakan berasal dari daerah lain
masih di Provinsi Lampung.
Sistem pengembangan pemasaran para pengusaha memiliki cara sendiri untuk
memasarkan hasil produksi keripik pisang tersebut. Dalam pemasaran hasil
produksi pengusaha memanfaatkan segala sumber daya yang ada dari
112
distok produk keripik pisang, menjulan melalui media elektronik dengan
memanfaatkan internet, dengan demikian dapat memperluas jaringan
pemasaran produk keripik pisang. Sarana transportasi yang digunakan untuk
mengambil bahan baku dan mengantar hasil produksi pada industri keripik
pisang yang dominan adalah kendaraan umum, lebih pada mengantar hasil
produksi ke wilayah pemasaran yang jauh atau luar kota. Sedangkan untuk
wilayah sekitar lokasi produksi menggunakan kendaraan pribadi sepeda
motor. Untuk bahan baku biasanya diantar oleh penjual pisang atau pengepul
ke lokasi produksi dengan sepeda motor.
Kesulitan dalam pengembangan industri keripik pisang yang di kemukakan
oleh Bu Yunani staff Dinas KUKM Perindag Provinsi Lampung adalah
Kurang terorganisirnya kelompok – kelompok usaha kecil menengah karena
setiap pemberian bantuan yang diberikan diperuntukkan secara berkelompok,
terjadi persaingan yang kurang baik ada sebagian pihak menjatuhkan produk
lain, kurang adanya konsistensi dalam menjaga kualitas produk.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan untuk
industri keripik pisang di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah, hendaknya faktor pendukung industri keripik pisang
seperti aksesibilitas jaringan jalan diperbaiki agar membantu peningkatan
perekonomian, pemberian pinjaman modal bagi mitra atau pengusaha
yang telah dilatih terlebih dahulu dalam proses manajemen dan
peningkatan kualitas produk.
2. Diadakan sensus terhadap pengusaha keripik pisang oleh pemerintah
provinsi untuk memperoleh data yang akurat dan terbaru mengenai
keberadaan home industri dan para pengusaha keripik pisang di Provinsi
Lampung.
3. Pengusaha hendaknya lebih bijak dalam proses manajemen dan menjaga
kualitas produk agar dapat bersaing secara nasional, jangan terpengaruh
113
kepada peningkatan kualitas dengan kreatifitas sendiri, lebih bijak
mensiasati ketika terjadi kelangkaan bahan baku jenis tertentu.
4. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai industri
keripik pisang di Provinsi Lampung semoga penelitian ini dapat dijadikan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, I dan E Maryani. (1997 dan 1998). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.
Abdurahman, M., Muhidin, S.A. dan Somantri, A. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, R.D. (2011). Konsep Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Ekmal/411/modul 6.
Bagong, Suyanto, dan Sutinah. (2006). Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group.
Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Tentang Industri.
Dinas KUKM Provinsi Lampung.
Dinas Pert ani an dan Tanam an Pangan Provinsi Jawa Barat.
Budi daya Tanaman Pisang. (Onl ine), Tersedi a : http:// diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/ 1763 .
Djojodipuro, M. (1986). Teori Lokasi. Jakarta : FEUI.
Friamita, Mita. (2013). Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.
Hasan, Iqbal. (2004). Analisis Data dan Penelitian dengan Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.
Kaleka, Norbertus. (2013). Pisang – Pisang Komersil. Solo : Arcita
Kamus Besar Bahas Indonesia (2002 hlm 357) pengertian eksistensi.
Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 Tentang Pengertian Usaha Kecil.
115
Nazir, M. (1989). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurazizah, E. (2009). Eksistensi Pengrajin Mebel di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.
Nursolihat, Ifa. (2013). Eksistensi Industri Anyaman Rotan Di Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.
Pasya, G.K. (2001). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodelogi. Bandung : Buana Nusantara.
Saparuddin, M. (2010). Pertumbuhan Ekonomi dan Dinamika Industri Kecil dan Menengah. Bandung : UNPAD PRESS
Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.
Suyanti Satuhu, B.Sc. dan Ir. Ahmad Supriyadi. (2002). Budidaya Pengelolahan dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta : Salemba Empat.
Tika, P. M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.
Tsabitah, N. (2010). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Industri di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Geografi. Skripsi : Bandung.
Undang-undang RI no. 9 tahun 1995 Tentang Kriteria Usaha Kecil.
116