• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

3.1 Gagasan Karya

Setelah melihat fenomena-fenomena pada bab sebelumnya, maka gagasan karya penulis ini muncul sebagai ungkapan mengkritisi fenomena-fenomena tersebut. Perkembangan sains dan teknologi telah merubah gaya hidup di berbagai bidang, seperti bermacam-macam gaya hidup yang berbasis teknologi, gaya hidup instan, gaya belajar, gaya bisnis, musik, dll. Perkembangan ini masuk melalui media massa, baik itu melalui media elektronik seperti televisi, radio, serta periklanan yang sedang marak lainnya, termasuk di dalamnya tersirat pengkonstruksian kapitalisme yang dimasuki secara tidak langsung. Melalui media massa itulah seluruh lapisan masyarakat dapat melihat perkembangan-perkembangan gaya hidup yang sedang terjadi pada kehidupan di kota-kota besar yang biasanya menjadi ikon fashion seperti Milan, Hongkong, Jepang, dll, dan gaya hidup seperti kehidupan para komunitas jet set dan selebritis di Amerika, yang banyak ditiru oleh artis-artis kita.

Di dalam suatu masyarakat Life style merupakan cara seseorang untuk hidup di dalam lingkungannya, termasuk di dalamnya adalah berperilaku untuk mengkonsumsi sesuatu, entertainment, cara berpakaian. Gaya hidup juga merupakan suatu cara individu untuk merefleksikan dirinya dalam berperilaku, yang berarti setiap individu mempunyai karakteristik yang dapat membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Maka dari itu gaya hidup dapat dijadikan sebagai identitas seseorang yang juga bisa membuat kultural simbol bagi orang lain yang didalamnya terdiri dari perilaku, konsumerisme, fashion dan entertaiment.

Sebagai komunikasi simbolik dan makna-makna sosial, yang telah mempengaruhi masyarakat, gaya hidup dikondisikan sebagai suatu bentuk dari pembentukan budaya konsumerisme. Relasi sosial mereka tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara sesama manusia, melainkan sebagai fungsi dari kepemilikan dan penggunaan gaya hidup, serta bisa memposisikan di lapisan manakah mereka. Gaya hidup diciptakan secara tidak langsung sebagai satu kebutuhan dan komoditi,

(2)

kebutuhan ini diciptakan semata agar ekonomi (kapitalisme) dapat terus berputar yang akhirnya menghasilkan kesejahteraan semu. Gaya hidup bukan saja dapat memenuhi hasrat setiap orang lewat fungsi, kesenangan dan kemudahan yang ditawarkannya, sekaligus menimbulkan ketergantungan.

Dalam karya ini membahas sosok figur wanita dikarenakan karena sudah menjadi sifat wanita ingin selalu terlihat cantik dan mendapatkan image sosok yang ideal, dan menjadi salah satu konsumen yang mengkonsumsi produk-produk life style tersebut. Tetapi dalam pengkonsumsian gaya hidup mereka belum tentu mengetahui apa sebenarnya yang mereka cari, kualitas dari barang tersebut ataukah mereka menjadikan barang-barang tersebut menjadi “topeng” untuk menutupi keadaan pribadinya sendiri, agar dapat dipandang oleh lingkungan sosialnya.

Pada karya ini, penulis menciptakan figur wanita wanita karir sebagai awal gagasan penciptaan karya, berawal dari fenomena-fenomena dampak negatif dari gaya hidup kehidupan malam wanita karir di kota besar seperti Jakarta, yang kemudian berkembang menjadi pembahasan yang lebih meluas lagi, penulis juga melihat peran-peran wanita yang berpengaruh dalam agama, dan para wanita yang sebagian besar menjadi korban mode pada saat ini.

Sebagian besar dari wanita kelas menengah yang hidup di kota-kota metropolitan mereka secara tidak sadar dibentuk akan peng-konstruksian gaya hidup mereka. Gagasan yang muncul juga tidak lepas dari persoalan-persoalan yang menjadi salah satu masalah kehidupan dari orang-orang terdekat penulis. Pada karya ini penulis melakukan pendekatan melalui visualisasi figur wanita dan unsur simbolik, penulis mengambarkan bagaimana pekerjaan wanita-wanita tersebut beserta karakternya. Karya ini terpisah ke dalam 2 bagian, bagian kepala dan bagian badan, yang juga diartikan dan menggambarkan wanita yang kepribadian dan konstruk visualnya yang bertolak belakang, seolah-olah konstruk visual hanyalah sebagai “topeng“ terhadap kepribadiannya . Kepala disini lebih menggambarkan kepribadian dan simbolisasi dari gaya hidup yang sedang tren pada saat ini. Pada karya torso wanita yang terpisah ini penulis menggambarkan 2 karakter, yaitu figur wanita yang mengenakan Jas formal beserta kemejanya, dan pakaian yang

(3)

menampilkan merk fashion tertentu secara berlebihan. Dalam karya ini, audience dapat memilih persepsinya secara objektif terhadap pandangan-pandangan mengenai image wanita-wanita yang penulis tampilkan.

Penulis juga terinspirasi dari karya-karya yang membahas permasalahan perefleksian dari keadaan sosial yang terjadi di kota-kota besar. Seperti terlihat dari karya-karya nya Liu Jianhua yang berjudul “Sommaire” dan karya seniman keramik Indonesia, Asmudjo yang berjudul “Outrageous figure”.

3.2 Proses Berkarya

Ketika membahas proses berkreasi dalam berkarya dalam wacana mengenai seni rupa kontemporer dewasa ini, tidak terlepas dari pembicaraan mengenai medium yang dipakai. Dalam karya penulis ini bisa saja menggunakan medium lain untuk membuatnya, tetapi penulis memilih media keramik untuk membuatnya untuk mempresentasikan karya penulis. Media keramik yang pada mulanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari , kebutuhan spiritual seperti patung persembahan yang seperti digunakan pada zaman pra-sejarah, untuk mengekspresikan diri melalui seni seperti sekarang ini serta perkembangannya tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat disekitarnya, akan terlihat perbedaan-perbedaan karya yang mencerminkan watak sosial pada suatu masyarakat.

Penulis menggunakan media keramik ini karena material tersebut dapat merepresentasikan sebagai suatu karya yang lebih menitik beratkan pada masalah persepsi individual dan masalah sosial disekitarnya, serta dapat memperlihatkan secara jelas mengenai hubungan antara unsur individual dengan lingkungan sosial. Seni keramik merupakan seni yang paling kompleks, dan sederhana, karena menggunakan elemen yang sederhana, yang mudah kita temukan, selain proses pengaplikasiannya tidak sesederhana materialnya. Seperti yang dikutip dalam The Meaning of art, Herbert Read menyatakan seni keramik adalah seni yang paling elementer dan kompleks diantara semua seni rupa, ia yang paling abstrak sekaligus tergolong menjadi seni yang tertua.

(4)

Dalam proses pembuatan karya ini, penulis menggunakan media tanah WhiteStoneware, yang dimana tanah liat ini mempunyai karakter yang cukup plastis (lebih bersifat plastis dari stoneware Sukabumi) Bahan penyusunnya merupakan campuran dari beberapa jenis lempung. Mengandung zat pengotor dan memiliki kandungan alumina yang cukup tinggi. Titik leburnya >1350. Suhu bakarnya berkisar antara 1160 °C -1260 °C dan akan menghasilkan warna putih pada hasil akhirnya. WhiteStoneware juga mempunyai sifat licin dan “rapuh” yang dapat merepresentasikan subjek yang penulis angkat, yaitu tentang wanita. Pembentukannya dapat dilakukan dengan menggunakan slip-casting dan hanbuilding.

Tahapan teknis proses pembuatan karya meliputi:

• Proses pembentukan model dengan menggunakan bahan tanah Stoneware, proses pembentukan model dilakukan menggunakan teknik hand building (Pinching, coiling dan slab). Setelah proses pembuatan model yang menjadi figur wanita karir denan detail rambut yang tertatan rapih serta mengenakan Jas formal beserta kemejanya, kemudian model tersebut di potong menjadi 2 bagian, bagian kepala dan badan. Kedua bagian tersebut di cetak menggunakan gipsum secara terpisah.

(5)

• Proses pembuatan karya menggunakan teknik slip-casting, yaitu teknik mencetak dengan menggunakan tanah yang sudah dicampur dengan menggunakan waterglass kemudian dituangkan kedalam cetakan gips. Setelah itu di olah kembali dengan tekhnik hand building untuk hasil akhir nya.

• Proses pembakaran dilakukan dua tahap karena bentuk karya yang kompleks dan rapuh.

Tahapan proses pembakaran:

1. Pembakaran Biskuit

Tanah dibakar biskuit dengan suhu 980°C. Pembakaran biskuit memakan waktu kurang lebih 9 jam. Pembakaran biskuit merupakan pembakaran dimana terjadinya penguapan air yang masih terdapat pada pori-pori, juga terjadi pembakaran bahan-bahan organik yang terkandung dalam tanah kemudian terjadi perubahan material tanah liat menjadi material keramik yang cukup kuat untuk pengaplikasian glasir. Kemudian tahap finishing dengan menghaluskan kembali permukannya menggunakan amplas.

2. Pembakaran Glasir

Sebelum dilakukan proses pembakaran glasir, terlebih dahulu keramik yang telah dibiskuit dilapisi oleh glasir. Pengaplikasian glasir pada permukaan keramik dilakukan dengan menggunakan teknik semprot, yaitu dengan menggunakan spray gun. Kondisi glasir ini harus dalam kekentalan yang cukup serta telah melalui proses penyaringan. Hal ini untuk menghindari terjadinya gumpalan glasir yang menyumbat spray gun dan menghambat proses penyemprotan glasir. Resep dasar glasir yang digunakan adalah :

Feldspar 52,5% Barium 11,9% Kuarsa 9,0% Kaolin 5,0%

(6)

Kapur 5,8% Bentonite 1,0%

Kemudian dicampur dengan pewarna atau stain dengan perbandingan 10%.

• Ada beberapa yang menggunakan media lain seperti menggunakan kaca yang di bentuk menyerupai tanduk, dan ada beberapa yang harus dibakar third firing karena menggunakan decal, pembakaran terakhir dengan suhu rendah, 120˚C agar decal tersebut merekat pada karya dan tahan lama.

• Display Karya:

Karya di display di atas base kotak persegi panjang, dengan komposisi lurus yang dilapisi dengan warna abu-abu dan display untuk bagian kepala yang berbentuk persegi memanjang yang berwarna hitam untuk memudahkan apresiator untuk berinteraksi dengan karya dan diberi pencahayaan sekaligus untuk kepentingan estetika.

Gambar

Gambar 3.1   Model

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013 di Laboratorium Budidaya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian,

3 Saya lebih memilih produk Starbucks dibandingkan dengan produk merek lain.... 4 Bagi saya, kopi identik

(1) Terhadap RSUD dengan status BLUD penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang

[r]

Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia.. “Decision Making”

1) Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan Universitas Pasundan Bandung dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa sebagai warga global.

Dengan menggunakan bantuan API speech recognition milik perusahaan Google dapat dirancang dan dikembangkan aplikasi pembuka layar sentuh smartphone dengan input kata dari

Tipologi Masyarakat RT 08 Dusun Kenanga, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perubahan Sosial, Statistika