• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

EKSPLORASI ISU BISNIS

2.1. Conceptual Framework

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran yang dapat menanggulangi isu bisnis yang terjadi saat ini. Salah satu tahapan dalam merumuskan solusi yaitu membetuk suatu kerangka pemikiran terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk pembentukan strategi pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran untuk lampu LHE “Sinar” dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1: Conceptual Framework

Conceptual Framework diatas bertujuan untuk merumuskan suatu strategi

pemasaran baru yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi saat ini. Namun sebelum dapat dirumuskan diperlukan suatu analisis tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menjadi landasan dalam perumusan strategi pemasaran baik faktor

internal (dari dalam perusahaan) ataupun faktor external (lingkungan). Analisis yang

(2)

11

1. Faktor Internal :Corporate/Bussines Strategy, SWOT Analysis, 4 P

(Marketing Mix)

2. Faktor External :Five Forces Porter, PEST Analysis, Market Analysis

2.2... Corporate Strategy

Corporate Strategy adalah proses pemilihan arah yang akan dituju oleh

perusahaan. Dimana dalam prosesnya ada dua pertanyaan yang mendasari corporate

strategy ini1:

1. In what business (es) will we or should we compete?

2. How shall we fundamentally conduct that business/those business?

Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan strategy apa saja yang dapat dipilih didalam Corporate Strategy.

Gambar 2.2: Corporate strategic Choice

Sumber: Modul Kuliah, Lecture 4 - Strategic Mkt - MBA ITB.pdf

1

MBA ITB, sillabus MM60M2, Lecture 4 - Strategic Mkt - MBA ITB.pdf, dokumen yang tidak dipublikasikan

(3)

12 Dalam pemilihan directional strategy ini PT. Nikkatsu Electric Works menggunakan Vertical Growth. Pemilihan ini dikarenakan:

i. Perusahaan hanya berkonsentrasi terhadap satu bidang industry, yaitu industry elektronika.

ii. Pemilihan ini diambil karena perusahaan menginginkan pertumbuhan (Growth) dalam penjualan LHE “Sinar”.

iii. Dengan pemilihan growth strategy ini aktivitas perusahaan akan bertambah khususnya di bidang pemasaran.

iv. Pemilihan Vertical Growth karena perusahaan dalam pendistribusian LHE “Sinar” terlihat masih kurang, ini terbukti dengan belum tersebarnya produk LHE “Sinar” di Indonesia karena hanya terdapat 4 distributor saja yang mendistribusikan LHE “Sinar”. Dengan pemilihan

Vertical Growth ini diharapakan perusahaan mencari lagi dan

mengembangkan jalur distribusinya hingga mencapai seluruh kota di Indonesia.

2.3. ...Business Strategy (SWOT Analysis)

Analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah alat

perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, lawan dan ancaman meliputi dalam proyek atau dalam spekulasi bisnis. Ini melibatkan obyek yang spesifik pada spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor didalam dan faktor di luar yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan dalam mencapai obyek tersebut2.Berikut ini akan ditampilkan SWOT dari perusahaan PT. Nikkatsu Electric Works dalam industry perlampuan di Indonesia.

2.3.1. STRENGTH

S1 : PT. Nikkatsu Electric Works memiliki experience yang cukup lama di bidang industry elektronika.

2

(4)

13

S2 : Nama PT. Nikkatsu yang sudah dikenal industry elektronika baik di dalam dan di luar negeri

S3 : Memiliki skill dan kemampuan untuk menghasilkan produk-produk

berkualitas. Didukung oleh teknologi dan teknisi ahli yang didatangkan langsung dari Jepang

S4 : Memiliki jaringan (network) yang luas, baik di luar negeri dan di Indonesia. Jaringan Luar negeri meliputi distributor di Asia, Eropa dan Timur Tengah. Jaringan di dalam negeri adalah jaringan distributor ballast dan transformer yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia. S5 : LHE “Sinar” telah terstandarisasi dengan SNI dan ISO 9001-2000.

2.3.2. WEAKNESS

W1 : Brand “Sinar” yang belum terlalu dikenal di Indonesia,.

Brand “Sinar” dikenal konsumen hanya pada produk Ballast, dimana 60% dari produksi ballast “Sinar” adalah untuk pasar luar negeri (ekspor), sehingga untuk pasar lokal (dalam negeri) brand “Sinar” kurang dikenal.

W2 : Belum adanya segmentasi dan targeting yang jelas dari produk LHE

“Sinar”.

W3 : Belum adanya system marketing yang bagus untuk mendukung

promosi dari LHE “Sinar”. Saat ini LHE “Sinar” hanya bergantung dari promosi yang dilakukan oleh distributor.

W4 : Belum adanya CRM (Customer Relationship Management) untuk melakukan hubungan kerjasama yang baik dengan para supplier.

W5 : Jalur distribusi yang belum merata, dan kurang tersebar untuk produk LHE “Sinar”

W6 : Kurangnya promosi yang dilakukan untuk memasarkan LHE “Sinar” W7 : Tingginya tingkat LHE yang reject dikarenakan komponen yang harus

impor dari China

W8 : Tidak adanya sales force yang bertugas menyampaikan informasi

kepada konsumen, sehingga konsumen kurang mendapatkan informasi dan benefit dari LHE “Sinar”

(5)

14 W9 : Informasi LHE belum sampai ke masyarakat pedesaan, hanya baru

sampai di daerah perkotaan saja

2.3.3. OPPORTUNITY

O1 : Keluarnya regulasi pemerintah yang mendukung berkembangnya industry LHE di Indonesia.

O2 : Terus bertambahnya demand pasar LHE di Indonesia

Konsumen lampu pijar mulai beralih ke LHE karena lebih hemat listrik, dan umur ekonomisnya lebih lama

O3 : Bertambahnya jumlah pelanggan listrik

2.3.4. THREAT

T1 : Munculnya pemain baru di industry LHE, hal ini diakibatkan industry lampu termasuk low barier to entry. Pemain baru dapat mengancam para pemain lama karena

T2 : Banyaknya produk substitute

T3 : Banyaknya produk impor yang tidak memiliki standarisasi dari pemerintah, namun dijual dengan harga murah.

2.4. ...Five Forces Porter

Michael Porter beranggapan bahwa hal yang sangat diperhatikan oleh perusahan adalah intensitas persaingan dalam industri perusahaan tersebut3. Untuk menganalisa persaingan tersebut Michael porter merumuskan sebuah model pendekatan terhadap analisis industri yang dikenal dengan “Five Forces Porter”.

3

Weelen, Thomas L. & Hunger, J. David, Strategic Management and Business Policy, Pearson Prentice Hall, Hal. 82

(6)

15

Gambar 2.3: The Five Forces model of Industry Competition Sumber : Marketing Management, Phillip Kotler p.229

2.4.1. Rivalry among Existing firms in the Industry

Sumber persaingan yang paling utama dalam sebuah industri adalah perusahaan lain yang bergerak di satu industri dengan perusahaan tersebut. Sebuah strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika strategi tersebut memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dilakukan oleh perusahaan lain4.

Persaingan yang terjadi pada industry lampu di Indonesia sangat besar (High

Rivalry). Persaingan ini dapat dilihat dengan banyaknya competitor yang ada, baik

competitor asing, ataupun competitor lokal. Berikut ini daftar perusahaan-perusahaan yang memproduksi lampu di Indonesia5:

4

David, Fred R. 2005. Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal. 94.

5

Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 43

Bargaining Power of Supplier Bargaining Power of Buyers Threat of New Entrants Rivalry among existing firms in the industry Threat of Substitutes

(7)

16

Tabel 2.1: Produsen LHE di Indonesia

No. Perusahaan Merek

1 PT. Sinar Angkasa Rungkut LUXRAM 2 PT. Gunawan elektrindo VISICOM 3 PT. Sinar Angkasa Rungkut CHIYODA 4 PT. Panasonic Lighting Indonesia PANASONIC 5 PT. Nikkatsu Electric Works SINAR 6 PT. Tjipto Langgeng Abadi FOCUS

7 PT. Hikari ELECTRA

8 PT. Logam Martha Asri Prima ETERNA

9 PT. Lentera Jaya LECTRON

10 PT. Sinko Prima Alloy ELITECH

11 PT. Niko Indonesia NIKO

12 PT. Ningbo Indonesia SHINYOKU

13 PT. Sharp Indonesia SHARP

14 PT. Citra Hannochs HANNOCHS

15 PT. GMP/VYBA VYBA

Perusahaan-perusahaan diatas tersebar di berbagai kota Indonesia, dan keseluruhan dari perusahaan tersebut adalah anggota APERLINDO (Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia). Pada Gambar 2.5 akan ditampilkan Peta industri LHE di Indonesia.

(8)

17

(9)

18 Dengan banyaknya produsen LHE di Indonesia maka akan terjadi perebutan dalam penguasaan pangsa pasar di Indonesia. Dalam perebutan pangsa pasar, para produsen lokal harus bersaing juga dengan para produsen asing seperti Phillips, GE, Osram, dimana para produsen asing tersebut sudah memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan data yang menjelaskan tentang jumlah LHE impor yang masuk ke Indonesia6.

Gambar 2.5: Data Impor LHE

Sumber: Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 42

Selain dari competitor asing, industry perlampuan di Indonesia pun mendapat

ancaman dari produk-produk impor dengan kualitas rendah, sehingga harganya pun jauh lebih rendah bila dibandingkan produk lokal. Dengan harga yang jauh dibawah produk lokal, secara otomatis konsumen lebih memilih produk impor dengan kualitas rendah tersebut, sehingga pasar direbut juga oleh produk impor kualitas rendah.

2.4.2. Threat of Substitute Products or Services

Produk pengganti adalah produk yang mempunyai tampilan yang berbeda namun dapat memuaskan kebutuhan yang sama dengan produk lain7. Produk pengganti

juga merupakan ancaman yang cukup besar untuk suatu produk karena bila produk

6

Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 42.

7

Weelen, Thomas L. & Hunger, J. David, Strategic Management and Business Policy, Pearson Prentice Hall, Hal. 85

(10)

19

pengganti tersebut ternyata dapat memberikan kepuasaan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan, tidak menutup kemungkinan bila produk pengganti tersebut menggeser eksistensi dari produk yang lama. Selain itu pula fluktuasi harga dari suatu produk dapat mempengaruhi konsumen untuk mencari produk pengganti yang memiliki fungsi signifikan. Produk subtitusi dari produk LHE antara lain Lampu Pijar dan Lampu Neon.

Penggunaan lampu pijar dan lampu neon di Indonesia masih sangat besar, hal ini dapat dibuktikan dengan data dibawah ini:

Tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia

Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia

Tahun Pijar Neon LHE

2002 150,000,000 50,000,000 40,000,000 2003 130,000,000 55,000,000 50,000,000 2004 100,000,000 60,000,000 60,000,000 2005 100,000,000 60,000,000 70,000,000 2006 100,000,000 65,000,000 90,000,000 2007 90,000,000 65,000,000 100,000,000

Sumber: Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 42.

Gambar 2.6: Grafik Perbandingan konsumsi lampu

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa penggunaan lampu pijar di Indonesia sudah mulai menurun, hal ini dikarenakan banyak konsumen yang beralih menggunakan

(11)

20 LHE. Namun konsumsi penggunaan lampu neon di Indonesia mengalami peningkatan, hal ini dapat menjadi ancaman bagi LHE untuk mengambil alih seluruh pasar lampu listrik di Indonesia.

2.4.3 Threat of New Entrants

Selain harus memikirkan pesaing-pesaing yang sudah ada, perusahaan juga harus mempertimbangkan kemunculan pendatang baru potensial. Jika sebuah perusahaan dapat dengan mudah memasuki suatu pasar, persaingan diantara perusahaan dalam pasar tersebut akan semakin meningkat. Berikut ini adalah beberapa hambatan untuk memasuki suatu pasar (barrier to entry)8:

- Perlunya untuk mendapatkan skala ekonomis (economies of scale) dengan cepat.

- Pentingnya teknologi dan prosedur khusus. - Kurangnya pengalaman.

- Loyalitas konsumen yang kuat (terhadap perusahaan yang sudah ada). - Preferensi merek yang kuat.

- Kebutuhan modal yang besar.

- Kurangnya saluran distribusi yang memadai. - Kebijakan hukum pemerintah.

- Bea masuk.

- Kurangnya akses terhadap bahan baku.

- Dimilikinya paten oleh perusahaan yang sudah ada. - Lokasi yang kurang menguntungkan.

- Serangan balik yang mungkin dilakukan oleh perusahaan yang sudah ada. Pertumbuhan jumlah perusahaan lampu di Indonesia cukup pesat, hal ini dibuktikan dengan bermunculan perusahaan-perusahaan baru. Berikut ini data-data pertumbuhan industry lampu di Indonesia.

Tabel 2.3: Data Industri LHE di Indonesia

8

David, Fred R. 2005. Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal. 95.

(12)

21

No. Perusahaan Lokasi Merek Produk (Juta) Invest (US $ 000) Pekerja

1 PT. Sinar Angkasa Rungkut * Surabaya LUXRAM 60        20,000 1000 2 PT. Gunawan elektrindo ** Jakarta VISICOM 30        5,000 200 3 PT. Sinar Angkasa Rungkut  Surabaya CHIYODA 10        115,000 3500 4 PT. Panasonic Lighting Indonesia  Pasuruan PANASONIC 10        115,000 950 5 PT. Nikkatsu Electric Works ** Bandung SINAR 5        2,000 200 6 PT. Tjipto Langgeng Abadi ** Sidoarjo FOCUS 5        2,000 200 7 PT. Hikari ** Jakarta ELECTRA 5        2,000 200 8 PT. Logam Martha Asri Prima ** Jakarta ETERNA  5        2,000 200 9 PT. Lentera Jaya ** Mojokerto LECTRON 5        2,000 200 10 PT. Sinko Prima Alloy ** Surabaya ELITECH 10        2,000 200 11 PT. Niko Indonesia Semarang NIKO  5        2,000 200 12 PT. Ningbo Indonesia *** Jakarta SHINYOKU 30        4,000 200 13 PT. Sharp Indonesia *** Jakarta SHARP 5        2,000 200 14 PT. Citra Hannochs *** Medan HANNOCHS 5        2,000 200 15 PT. GMP/VYBA *** Jakarta VYBA 5        2,000 200 195        279,000 7850 TOTAL

*) Produksi dari 20 juta menjadi 60 juta per Agustus 2007 **) Investasi 2005/2006 ***) Dalam Proses 

Sumber: Aperlindo, Majalah Sentra Elektrik, Maret-April 2008, hal. 43

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perusahaan-perusahaan yang baru muncul pada tahun 2005/2006 adalah:

1. PT. Gunawan Elektrindo 2. PT. Nikkatsu electric Works 3. PT. Tjipto Langgeng Abadi 4. PT. Hikari

5. PT. Logam Martha Asri Prima 6. PT. Lentera Jaya

7. PT. Sinko Prima Alloy

Dan perusahaan yang saat ini sedang dalam proses yaitu 1. PT. Ningbo Indonesia

2. PT. Sharp Electric Indonesia 3. PT. Citra Hannochs

4. PT. GMP/VYBA

Hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja sudah bermunculan para pemain baru di industry lampu yaitu sebanyak 11 perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa hambatan-hambatan untuk memasuki pasar LHE ini tidak terlalu besar, dengan begitu industry LHE di Indonesia termasuk low barier to entry. Hal ini dipengaruhi juga oleh regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (dijelaskan pada sub-bab Political-Legal

(13)

22

Environment) tentang program hemat energy yang berakibat bertambahnya pasar LHE,

selain itu rendahnya nilai investasi berpengaruh juga karena investasi minimum yang dibutuhkan untuk membuat perusahaan LHE ini adalah ± $ 2.000.000,-.

2.4.4 Bargaining power of buyer

Perusahaan pesaing dapat memberikan garansi yang lebih lama atau pelayanan yang khusus untuk mendapatkan kesetiaan pembeli jika kekuatan negosiasi mereka besar9. Pembeli cenderung akan memiliki kemampuan negosiasi yang lebih besar jika10:

- Terdapat lebih banyak penjual dibandingkan pembeli : Jika jumlah pembeli lebih sedikit daripada penjual, terutama jika setiap pembeli membeli suatu produk dalam jumlah yang besar dan atau setiap penjual hanya memproduksi dalam jumlah yang relatif kecil, posisi pembeli akan menjadi lebih kuat dibandingkan penjual.

- Terdapat alternatif sumber penawaran yang siap sedia : Terutama dalam penawaran produk atau jasa komoditas, pembeli akan mudah sekali untuk membelinya di tempat lain.

- Biaya pembeli untuk berpindah tempat relatif kecil : Ketika ketidaknyamanan atau biaya yang harus dikeluarkan oleh pembeli untuk berubah supplier relatif kecil, pembeli akan berada di tempat yang lebih kuat karena mereka dapat membanding-bandingkan terlebih dahulu untuk mendapatkan penawaran yang terbaik

Pada industry LHE, bargaining power of buyer termasuk besar, hal ini dikarenakan: 1. Adanya produk substitusi sehingga pembeli memiliki banyak alternatif dalam

membeli LHE.

2. Banyaknya competitor produk sejenis dengan berbagai macam merek yang menawarkan berbagai macam kelebihan.

3. Masih kuatnya brand awareness produk impor seperti Phillip dan GE, sehingga

brand lokal menjadi kurang terdengar di masyarakat.

4. Bagi PT. Nikkatsu, jalur distribusi yang belum benar sehingga, penyebaran LHE merk “Sinar” belum tersebar dengan merata. Hal ini mengakibatkan konsumen

9

David, Fred R. 2005. Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal. 95.

10

Hooley, Graham., John Saunders., Nigel Piercy. 2004. Marketing Strategy and Competitive

(14)

23

tidak mengetahui bahwa produk “Sinar” ini sudah ada di pasaran dan tidak mengetahui benefit yang ditawarkan oleh produk “Sinar”.

Hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan bargaining power of buyer adalah dengan membentuk jaringan distribusi yang bagus disertai dengan jalur informasi yang dapat langsung diserap oleh konsumen.

2.4.5. Bargaining power of suppliers

Kemampuan supplier untuk bernegosiasi mempengaruhi ketatnya persaingan dalam sebuah industri, terutama jika hanya terdapat sedikit sekali supplier, ketika hanya terdapat sedikit sekali pengganti bahan baku yang berkualitas atau ketika biaya untuk perubahan bahan baku sangat mahal11.

Bagi industry LHE, bargaining power of supplier sangat besar, hal ini dikarenakan 80% komponen (bahan baku) LHE adalah komponen impor. Tidak adanya perusahaan-perusahaan lokal yang memproduksi komponen-komponen LHE adalah masalah yang dihadapi oleh industry LHE. Selama ini para produsen LHE harus mengimpor komponen-komponen tersebut dari negaraChina, karena hanya negara China yang sudah memproduksi komponen-komponen LHE. Banyaknya jumlah order yang datang ke negara China mengakibatkan China sebagai supplier memiliki bargaining power yang besar. Berikut ini hasil wawancara dengan Direktur Utama PT. Nikkatsu Electric Works yang membuktikan bahwa bargaining power of supplier adalah besar.

“Negara China sebagai supplier LHE terbesar di Asia memiliki bargaining

power yang besar. Karena kita sebagai produsen LHE lokal masih sangat

tergantung kepada supplier dari China. Kita sulit untuk memproduksi komponen sendiri karena biaya atau cost dari membuat sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan mengimpor dari China. Oleh karena itu semua produsen LHE di Indonesia pasti memesan barang dari China karena lebih efisien bila dibandingkan dengan membuat komponen sendiri. Kita tau gampang aja, di Indonesia tinggal di assembly (dirakit), diperiksa kualitasnya dan langsung dilempar ke pasar. Namun kita juga sering mendapatkan kendala yaitu dengan banyaknya komponen yang reject (rusak), kurang lebih sekitar 6% dari total order, hal ini disebabkan komponen LHE adalah barang yang rentan terhadap goncangan sehingga perlu ekstra hati-hati dalam pengirimannya. Kita tidak bisa meretur (mengembalikan) product yang reject ke China karena untuk ongkos transport saja sudah sangat besar.”12

11

David, Fred R. 2005. Strategic Management Concepts and Cases, Tenth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey, hal. 95.

12

(15)

24 2.5 Political-Legal Environment

Regulasi-regulasi yang dikeluarkan pemerintah untuk mendukung perkembang industry perlampuan di Indonesia:

1. Permendag No.14 dan 30 tahun 2007, memberlakukan SNI Wajib untuk LHE yang berlaku effektif tanggal 7 September 2007, sebagai hambatan non tariff. Peraturan ini mempersempit ruang gerak dari produk impor yang memiliki kualitas rendah dan tidak memiliki standarisasi.

2. Program Harmonisasi tariff yang menaikkan bea masuk LHE dari 5% menjadi 15% pada tahun 2005. Hal ini mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan LHE baru di Indonesia.

3. PP No. 1/2007, tentang Fasilitas Pajak untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu13.

4. Keputusan Menteri Perindustrian No.11/M-IND/PER/3/2006 tentang pedoman teknis penggunaan produksi dalam negeri, dimana peraturan ini merupakan petunjuk pelaksanaan (juklak) dari Kepres No.80 tahun 2003. Kebijakan tersebut diyakini akan dapat meningkatkan kinerja industry dalam negeriyang saat ini tengah terpuruk akibat kemerosotan daya saing yang semaikin rendah dibandingkan dengan negar lainnya di Asia.

2.6. Analisis Pasar

Dari tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia dan gambar 2.6: Grafik Perbandingan konsumsi lampu, dapat terlihat bahwa pasar LHE ini sedang terus mengalami peningkatan. Selain itu regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan mempengaruhi pertumbuhan pasar LHE di Indonesia.

Peningkatan jumlah pengguna LHE di Indonesia pun meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Berikut ini data mengenai pertumbuhan jumlah pelanggan PLN.

13

Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Identifikasi awal Lampu Hemat Energi

(16)

25

Tabel 2.4: Pertumbuhan Pelanggan PLN

Tahun Pelanggan PLN 2005 30,195,060 2006 32,804,593 2007 34,000,000 2008* 40,000,000 *) estimasi

Selain faktor-faktor diatas, terdapat pula program pemerintah yang dapat meningkatkan pasar LHE di Indonesia, yaitu Proyek “60 juta Lampu” yang akan dibagikan secara cuma-cuma bagi pelanggan PLN di Indonesia. Dengan adanya proyek ini masyarakat akan mendapatkan experience yaitu dengan mengetahui dan mengerti benefit yang ditawarkan oleh LHE ini. Dengan adanya experience tersebut masyarakat akan beralih menjadi pengguna LHE, dan meninggalkan lampu pijar dan lampu neon.

Dari perbandingan Gambar 2.4: Data Impor LHE dan Tabel 2.2: Konsumsi Lampu Listrik di Indonesia, dapat diketahui market share LHE di Indonesia pada tahun 2008.

Gambar 2.7: Market Share LHE di Indonesia pada tahun 2008

Gambar diatas memperlihatkan bahwa market share di Indonesia masih dikuasai produsen asing, yaitu sebesar 72%

Pasar industry LHE di Indonesia dipengaruhi juga oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin bertambah dari tahun-ke tahun. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.

(17)

26

Laki-laki dan Perempuan / Male + Female

Age 2000 2001 2002 2003 2004 2005 0-4 19,952.00 20,108.30 20,180.70 20,240.40 20,298.00 20,349.50 4-9 21,866.40 21,490.00 21,099.20 20,692.00 20,266.50 19,830.10 10-14 21,150.60 21,285.30 21,427.30 21,555.00 21,681.60 21,801.80 15-19 21,177.30 21,158.30 21,140.70 21,117.50 21,093.90 21,064.70 20-24 20,017.90 20,228.90 20,440.10 20,644.00 20,847.70 21,041.50 25-29 18,667.80 18,938.40 19,230.70 19,502.60 19,722.40 19,862.40 30-34 16,907.20 17,349.20 17,698.40 17,984.50 18,246.10 18,502.00 35-39 14,942.70 15,328.40 15,695.50 16,046.70 16,386.20 16,720.00 40-44 12,597.30 13,063.90 13,509.30 13,931.20 14,330.70 14,717.70 45-49 9,829.30 10,310.20 10,817.80 11,333.60 11,837.10 12,318.50 50-54 7,484.70 7,833.90 8,211.50 8,612.30 9,040.90 9,495.20 55-59 5,920.90 6,090.40 6,294.10 6,534.00 6,803.50 7,099.50 60-64 5,060.00 5,049.80 5,098.60 5,196.40 5,322.60 5,459.40 65-69 3,812.80 3,923.30 4,039.20 4,156.10 4,285.20 4,454.60 70-74 2,654.10 2,635.20 2,669.20 2,763.20 2,913.20 3,110.20 75+ 3,091.00 3,134.00 3,184.00 3,241.00 3,306.00 3,377.60 Total 205,132.00 207,927.50 210,736.30 213,550.50 216,381.60 219,204.70 Sumber:http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi/index.php?option=com_proyeksi

Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Tahun 2004 hanya sebayak 216 juta jiwa meningkat menjadi 219 juta jiwa pada tahun 2005. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan pasar akan meningkat setiap tahunnya.

(18)

27

JUMLAH KEPALA KELUARGA,

JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA, RATA-RATA JIWA PER KELUARGA DAN SEX RATIO

MENURUT PROPINSI

(HASIL PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2004)

JUMLAH JUMLAH

RATA-No PROPINSI KEPALA JIWA RATA JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA

Kode K ELUARGA DALAM JIWA

Prop KELUARGA * PER KK Laki-laki Perempuan Sex Ratio

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 9 DKI JAKARTA 1,492,090 6,158,080 4.13 3,100,097 3,057,983 101.4 10 JAWA BARAT 9,828,448 37,044,990 3.77 18,350,804 18,694,186 98.2 11 JAWA TENGAH 8,626,258 32,417,077 3.76 16,164,872 16,252,205 99.5 12 D.I. YOGYAKARTA 860,437 3,007,639 3.50 1,481,252 1,526,387 97.0 13 JAWA TIMUR 10,047,266 35,133,006 3.50 17,311,055 17,821,951 97.1 14 B A L I 803,515 3,087,530 3.84 1,549,606 1,537,924 100.8 28 B A N T E N 1,974,042 8,114,589 4.11 4,057,954 4,056,635 100.0 JAWA BALI 33,632,056 124,962,911 3.72 62,015,640 62,947,271 98.5 1 Nanggroe Aceh Darussalam 827,695 3,558,205 4.30 1,744,698 1,813,507 96.2 2 SUMATERA UTARA 2,553,618 11,600,590 4.54 5,683,908 5,916,682 96.1 3 SUMATERA BARAT 1,006,880 4,211,309 4.18 2,088,302 2,123,007 98.4 6 SUMATERA SELATAN 1,575,574 6,739,673 4.28 3,354,970 3,384,703 99.1 8 LAMPUNG 1,707,646 7,066,123 4.14 3,563,452 3,502,671 101.7 15 NUSA TENGGARA BARAT 1,168,021 4,244,790 3.63 2,083,023 2,161,767 96.4 17 K ALIMANTAN BARAT 903,015 3,845,478 4.26 1,964,618 1,880,860 104.5 19 K ALIMANTAN SELATAN 844,673 3,059,357 3.62 1,526,442 1,532,915 99.6 21 SULAWESI UTARA 551,102 2,150,113 3.90 1,097,375 1,052,738 104.2 23 SULAWESI SELATAN 1,908,096 7,855,419 4.12 3,824,840 4,030,579 94.9 29 BANGKA BELITUNG 245,382 1,015,405 4.14 507,058 508,347 99.7 30 GO RONTALO 231,052 878,275 3.80 438,790 439,485 99.8 LUAR JAWA BALI I 13,522,754 56,224,737 4.16 27,877,476 28,347,261 98.3 4 R I A U 958,002 4,219,025 4.40 2,132,030 2,086,995 102.2 5 JAMBI 636,229 2,536,375 3.99 1,261,695 1,274,680 99.0 7 BENGKULU 367,206 1,476,020 4.02 745,609 730,411 102.1 16 NUSA TENGGARA TIMUR 962,961 4,258,042 4.42 2,111,894 2,146,148 98.4 18 K ALIMANTAN TENGAH 438,289 1,793,456 4.09 914,236 879,220 104.0 20 K ALIMANTAN TIMUR 619,238 2,548,644 4.12 1,334,329 1,214,315 109.9 22 SULAWESI TENGAH 547,155 2,222,618 4.06 1,106,308 1,116,310 99.1 24 SULAWESI TENGGARA 449,019 1,900,591 4.23 954,236 946,355 100.8 25 MALUKU 287,391 1,287,118 4.48 644,376 642,742 100.3 26 PAPUA 322,863 1,390,764 4.31 719,418 671,346 107.2 31 MALUKU UTARA 189,883 1,007,164 5.30 507,783 499,381 101.7 Sumber:http://www.datastatistik-indonesia.com/kepala keluarga/index.php?option=com_proyeksi

Dari data diatas terlihat bahwa pasar potensial masih berada di wilayah Jawa dan Bali. Daerah tersebut adalah daerah yang perlu dioptimalkan penyebaran distribusinya. Dengan meningkatnya jumlah kepala keluarga, maka pasar industry LHE akan terus berkembang, karena salah satu target dari LHE adalah para keluarga yang memiliki rumah tinggal.

(19)

28 2.7.1. Product

Produk LHE adalah lampu yang memiliki fungsi sama seperti dengan lampu neon.Keunggulan LHE disini adalah lampu yang hemat energy. Hemat energy disini karena pemakaiannya tidak membutuhkan daya listrik yang cukup besar. Berikut ini akan diberikan ilustrsi contoh perhitungan saving14.

Tabel 2.7: Perhitungan Saving LHE

Perhitungan rumah tangga LHE 8Watt vs lampu pijar 40 Watt

LHE (8 Watt) Pijar (40 Watt) Umur Lampu 4000 jam 1000 jam Jumlah Lampu ekivalen 1 pcs 4 pcs Harga Lampu/pcs Rp 15.000,- Rp 3.000,- Investasi Lampu Rp 15.000,- Rp 12.000,-

Perhitungan penghematan LHE 8Watt vs lampu pijar 40 Watt

Tarif PLN (2006) = Rp 560/ Kwh Perkiraan waktu pakai = 6 jam/hari

Perbedaan = 40 Watt - 8 Watt = 32 Watt Effisiensi = 32 watt x 6 jam x 1 thn(365 hr)

= 70.000 watt hour/tahun (70 kwh/thn)

Dengan mengunakan LHE biaya penghematan listrik pertahun = 70 x Rp 560 = Rp 39.200,-/lampu

Penghematan secara nasional

Pelanggan PLN 2007 = 34.000.000 pelanggan

Asumsi kebutuhan titik lampu rumah tangga = 5 titik lampu

Kebutuhan lampu nasional pertahun = 34.000.000 x 5 = 170.000.000 Pcs

Penghematan biaya daya listrik penggunaan LHE per tahun = 170.000.000 x Rp 39.200 = Rp 6,6 Trilyun

Kebutuhan investasi untuk mengganti lamu pijar 40 watt dengan LHE 8 watt = (Rp 15.000 - Rp 12.000) x 170.000.000 = Rp 510 Milyar

14

Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Identifikasi awal Lampu Hemat Energi

(20)

29

PT. Nikkatsu Electric Works sangat menjaga kualitas dari produk LHE “Sinar”. hal ini dibuktikan dengan:

1. Penggunaan raw material yang berkualitas tinggi 2. Menggunakan SDM yang berkualitas.

3. Menjaga Quality Control

4. Menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi dalam proses perakitan 5. Memiliki umur ekonomis yang cukup lama yaitu 6000 jam

6. Menggunakan fuse pengaman yang bertujuan agar LHE tidak mudah rusak ketika terjadi penurunan atau kenaikan tegangan secara tiba-tiba

7. Memiliki garansi selama 1 tahun

Produk LHE yang dihasilkan PT. Nikkatsu Electric Works sangat bervariasi, bentuk dan daya yang berbeda-beda. Berikut ini akan ditampilkan type dari LHE “Sinar”:

(21)

30

Tabel 2.8: Tipe dan Variasi dari LHE “Sinar”

TYPE SU2-5W SU2-7W SU2-9W SU2-11W SU2-13W SU2-15W

“Sinar" ENERGY SAVER 2U

SU2-18W SU2-5W SU2-7W

“Sinar" ENERGY SAVER VIP CLASS 2U SLIM TUBE E-14

SU2-9W SU3-11W SU3-15W SU3-20W

“Sinar" ENERGY SAVER 3U

SU3-25W

SU4-45W 14mm x 125mm

”Sinar" ENERGY SAVER JUMBO 4U E-27

SU4-65W 15mm x 155mm SSP-15W

SSP-20W SSP-25W

“Sinar" ENERGY SAVER SPIRAL

SSP-30W SCR-11W SCR-15W

“Sinar" ENERGY SAVER CRYSTAL

SCR-20W SDC-11W SDC-15W

“Sinar" ENERGY SAVER DÉCOR

SDC-20W

Sumber: Divisi Marketing, PT. Nikkatsu Electric Works

Untuk mendukung proses pemasaran dari LHE “Sinar” PT. Nikkatsu mensertifikasi produk LHE “Sinar” ini dengan standarisasi SNI (Standard Nasional Indonesia) dan sertifikasi ISO 9001-2000 Certificate No. 0109.

Dari segi packaging produk LHE “Sinar”, dapat dianalisis:

a. Menggunakan karton yang tebal b. Desain kurang menarik

(22)

31

c. Tulisan Brand “Sinar” kurang besar

d. Sudah memiliki pengaman anti goyang (safety) e. Warna Packaging yang kurang menarik

2.7.2. Price

Daftar harga sinar di distributor adalah sebagai berikut ini

Tabel 2.9: Daftar Harga Agen dan End User

TYPE AGENT PRICE PRICE

“Sinar" ENERGY SAVER 2U

SU2-5W 8,260 11,800 SU2-7W 8,260 11,800 SU2-9W 8,400 12,000 SU2-11W 8,750 12,500 SU2-13W 9,100 13,000 SU2-15W 9,450 13,500 SU2-18W 9,800 14,000

“Sinar" ENERGY SAVER VIP CLASS 2U SLIM TUBE E-14

SU2-5W 9,800 14,000 SU2-7W 10,150 14,500 SU2-9W 10,850 15,500

“Sinar" ENERGY SAVER 3U

SU3-11W 11,760 16,800 SU3-15W 12,250 17,500 SU3-20W 13,580 19,400 SU3-25W 15,610 22,300

”Sinar" ENERGY SAVER JUMBO 4U E-27

SU4-45W 14mm x 125mm 45,500 65,000 SU4-65W 15mm x 155mm 53,200 76,000

“Sinar" ENERGY SAVER SPIRAL

SSP-15W 16,100 23,000 SSP-20W 17,150 24,500 SSP-25W 18,200 26,000 SSP-30W 18,900 27,000

“Sinar" ENERGY SAVER CRYSTAL

SCR-11W 18,200 26,000 SCR-15W 18,200 26,000 SCR-20W 21,000 30,000

(23)

32

Tabel 2.10: Daftar Harga Agen dan End User (Cont.)

TYPE AGENT PRICE PRICE

“Sinar" ENERGY SAVER DÉCOR

SDC-11W 18,200 26,000 SDC-15W 18,200 26,000 SDC-20W 21,000 30,000

Sumber: Data divisi Marketing PT. Nikkatsu Electric Works

Perbandingan harga dan kualitas dengan competitor dapat dilihat pada gambar dibawah ini, dimana produk yang dibandingkan adalah produk LHE type energy saver 3U/11 Watt.

Gambar 2.8: Positioning Map LHE di Indonesia

Sumber: Data Divisi Marketing PT. Nikkatsu Electric Works

Dari data-data diatas dapat dianalisis:

1. Harga dari produsen ke agen dan harga agen ke end user memiliki selisih yang cukup besar sehingga agen dapat mendapatkan untung yang cukup besar yaitu

(24)

33

sekitar 30%. Agen bisa mendapatkan bonus tambahan apabila dapat mencapai target yang diberikan oleh PT. Nikkatsu Electric Works, bentuk bonus yang diberikan adalah tambahan discount kepada agen.

2. Harga LHE “Sinar” mampu bersaing dengan para competitor-nya, Dilihat dari

positioning map bahwa harga sinar berada pada level middle namun tetap

menjaga kualitas produknya.

3. Belum adanya marjin yang jelas untuk setiap channel distribution.

4. Harga jual agen yang bertempat di tempat yang cukup jauh seperti daerah Indonesia Timur, boleh menaikkan harga jual ke end user dikarenakan harus menambah ongkos operasional.

2.7.3. Place

Saat ini proses distribusi produk LHE “Sinar” hanya melalui 4 distributor di Indonesia. Peta penyebaran distribusi LHE “Sinar” dijelaskan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.9: Peta penyebaran distribusi LHE “Sinar”

Dari data yang didapatkan, dapat diambil analisis:

1. Produk LHE “Sinar” hanya memiliki 4 distributor.

2. Hanya terdapat 2 distributor tunggal, yaitu PT. Rada (Surabaya) dan PD. S. Makmur (Medan)

(25)

34 3. Wilayah potensial yaitu di daerah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten belum terdapat distributor, sehingga produk LHE “Sinar” tidak dijual di daerah tersebut.

4. Proses distribusi yang belum maksimal, karena belum mencapai ke seluruh daerah di Indonesia.

5. Tidak adanya CRM (Customer relationship Management) dalam membangun kerjasama dengan para distributor.

6. Kurangnya benefit yang diberikan bagi distributor.

2.7.4. Promotion

Saat ini PT. Nikkatsu Electric Works baru melakukan promosi dengan cara ATL (Above the Line) dan BTL (Below the line). Promosi yang dilakukan dengan cara ATL adalah dengan memasang iklan pada media cetak dan menyebarkan leaflet. Berikut ini adalah contoh promosi ATL LHE “Sinar”.

Gambar 2.10: Contoh Promosi ATL LHE “Sinar” Sumber: Divisi Marketing, PT. Nikkatsu Electric Works

(26)

35

Sedangkan untuk BTL, dilakukan dengan cara:

1. Membuka gerai pada pameran-pameran elektronik. 2. Menjadi sponsor dalam acara seminar.

Selain promosi-promosi diatas, PT. Nikkatsu Electric Works, sedang membangun kerjasama dengan pemerintah khususnya PLN, dalam pengerjaan proyek “60 juta Lampu” yang akan diberikan secara cuma-cuma bagi pelanggan PLN di seluruh Indonesia. Secara tidak langsung kerjasama ini membangun nama LHE “Sinar” di Indonesia, karena para pemenang tender “60 juta Lampu” ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah terstandarisasi dan diakui di Indonesia. Dengan begitu nama “Sinar” akan dilihat dan diakui oleh masyarakat Indonesia.

Dari data diatas dapat dianalisis, bahwa promosi yang dilakukan oleh perusahaan:

1. Belum begitu efektif, karena informasi produk tidak sampai ke masyarakat. 2. Hanya dilakukan promosi untuk end-user, sedangkan yang perlu lebih

diperhatikan adalah promosi terhadap pihak distributor.

3. Promosi tidak akan efektif bila produk “Sinar” belum terdapat banyak di daerah-daerah di Indonesia.

4. Tidak adanya promotion mix, yaitu Sales Promotion, Advertising, Sales Force,

Public Relations, Direct mail telemarketing and internet15.

2.8. Rekap Kuesioner Perusahaan

Selain data-data hasil analisis diatas, didapatkan pula data tambahan yaitu hasil rekapitulasi kuesioner yang ditujukan kepada para distributor sebagai bahan laporan tahunan perusahaan tahun 2007. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi tersebut.

15

(27)

36

Tabel 2.11: Hasil Rekapan Kuesioner tahun 2007

REKAPAN KUISIONER TAHUN 2007 LAMPU HEMAT ENERGY (LHE)

Pertanyaan Sangat

Memuaskan Memuaskan Cukup

Tidak Memuas kan Sangat tidak Memuas kan Total Kualitas 0 36 30 2 0 68 Pengiriman 5 32 21 0 0 58 Kemasan 0 20 21 0 0 41 Harga 0 28 24 2 0 54 Pelayanan 0 52 9 0 0 61 282

Sumber: Laporan Tahunan PT. Nikkatsu 2007

Gambar 2.11: Grafik Hasil Rekapitulasi Keusioner LHE Sumber: Laporan Tahunan PT. Nikkatsu 2007

(28)

37

Dapat dilihat dari hasil kuesioner diatas bahwa: • Kualitas produk LHE : Cukup Memuaskan

• Pengiriman : Memuaskan

• Kemasan : Cukup Memuaskan

• Harga : Cukup Memuaskan (Standar)

• Pelayanan : Memuaskan

Dari hasil diatas dapat dianalisis bahwa dibutuhkan perbaikan-perbaikan lagi untuk Kualitas Produk, Kemasan, dan Harga. Untuk pengiriman dan pelayanan sudah memuaskan para konsumen.

Kualitas produk dianggap kurang karena masih banyak barang yang diretur (dikembalikan) karena rusak. Kemasan dianggap kurang menarik, dan Harga tidak terdapat discount atau bonus, sehingga LHE “Sinar” menjadi kurang diprioritaskan.

2.9. AKAR MASALAH

Dari isu bisnis dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi adalah penjualan penurunan. Setelah dilakukan analisis baik dari faktor internal dan faktor external dapat diambil beberapa akar masalah, yaitu.

1. Internal Organisasi

Terdapat masalah dalam internal organisasi yang disebabkan oleh performance dari divisi marketing kurang optimal. Hal ini dikarenakan oleh strategi marketing yang dijalankan kurang tepat, sehingga tidak mencapai sasaran. Strategi marketing yang dirancang harus sesuai atau terintegrasi dengan corporate strategi dan bisnis strategi.

2. Produk

Dalam produk masalah yang terjadi adalah banyaknya komponen reject yang berasal dari supplier. Selain itu packaging yang kurang menarik menjadi salah satu permasalahan dalam produk ini.

(29)

38 3. Price

Dalam penentuan price perusahaan dianggap belum jelas dalam pembagian marjin antarasetiap channel distribution.

4. Place

Masalah yang terjadi di Place adalah jalur distribusi masih sangat lemah disebabkan oleh kurangnya saluran distribusi dan belum optimalnya strategi distribusi yang dilakukan. Selain itu dalam channel management perusahaan belum menggunakannya secara optimal.

5. Promosi

Dalam segi promosi masalah yang terjadi adalah promosi yang dilakukan oleh perusahaan dianggap kurang, karena masih sedikit sekali distributor dan retailer yang menjual produk LHE “Sinar” ini.

Gambar

Gambar 2.1: Conceptual Framework
Gambar 2.2: Corporate strategic Choice
Gambar 2.3: The Five Forces model of Industry Competition  Sumber :  Marketing Management, Phillip Kotler p.229
Tabel 2.1: Produsen LHE di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial sebagai media komunikasi digital memiliki peran andil dan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat millenial sebagai

Dari uraian singkat di atas, dapat dikemukakan beberapa catatan penutup sebagai kesimpulan adalah; a). FKUB di lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibentuk

Lebih lanjut Garofalo menilai beberapa kategori yang mereka konsepsikan lebih relevan dengan "khawatir tentang pencurian (worry about theft)" daripada "takut

Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H a ) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dengan PKO guru di

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka diperlukan sekali suatu tindakan yang bersifat nyata untuk mengatasi masalah yaitu masih kurang aktifnya siswa kelas X

Dalam analisis ini peneliti memasukkan hasil perolehan nilai Tes tentang pemahaman mata pelajaran pendidikan agama islam dan hasil nilai angket tentang

Jacob (2013), dalam penelitiannya mengenai analisis laporan keuangan dengan menggunakan metode CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan perbankan, penelitian ini