• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENCEGAH PERILAKU PERGAULAN BEBAS DI SMKN 1 AMPEK ANGKEK. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENCEGAH PERILAKU PERGAULAN BEBAS DI SMKN 1 AMPEK ANGKEK. Skripsi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENCEGAH PERILAKU PERGAULAN BEBAS DI SMKN 1 AMPEK ANGKEK

Skripsi

Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Tri Mulyanti 2614.161

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI 1439H/ 2018M

(2)

PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK UNTUK MENCEGAH PERILAKU PERGAULAN BEBAS DI SMK N 1 AMPEK ANGKEK yang disusun oleh TRI MULYANTI, NIM 2614.161 telah memenuhi syarat ilmiah dan disetujui untuk diajukan pada sidang

Munaqasah di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan.

Bukittinggi, Agustus 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Charles, M.Pd.I Syawaluddin, M.Pd

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Mulyanti

Tempat/ Tanggal Lahir : Batang Buo, 06 Juni 1996

Fakultas/ Program Studi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Bimbingan dan

Konseling

Judul Skripsi : Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok

Untuk Mencegah Perilaku Pergaulan Bebas Di

SMK N 1 Ampek Angkek

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul di atas adalah benar asli karya ilmiah peneliti. Apabila dikemudian hari terbukti Skripsi ini bukan karya sendiri, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademisi berupa pencabutan gelar yang telah peneliti peroleh dari karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan ini peneliti buat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Agutus 2018 Peneliti

Tri Mulyanti NIM.2614.161

(4)

ABSTRAK

Skripsi atas nama TRI MULYANTI, NIM. 2614.161. Judul Skripsi “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mencegah Perilaku

Pergaulan Bebas Di SMK N 1 Ampek Angkek”,Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Perilaku pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat karena perilaku pergaulan bebas dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma yang berlaku. Perilaku pergaulan bebas sering terjadi pada usia remaja. Mencegah perilaku pergaulan bebas dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan layanan bimbingan kelompok. Sesuai dengan fenomena yang terjadi di SMK N 1 Ampek Angkek, pemberian layanan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku pergaulan bebas belum pernah diberikan oleh guru BK. Sehingga tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan pergaulan bebas sebelum diberikan perlakuan, dan juga melihat apakah efektif layanan bimbingan mencegah perilaku pergaulan bebas setelah diberi perlakuan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan one group pretest posttest designyaitu rancangan ini menggunakan satu kelompok. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI sebanyak 150 orang. Sampling yang digunakan adalah proportional random sampling yaitu sampel yang dihitung berdasarkan perbandingan. Sehingga sampel pada penelitian ini sebanyak 15 orang. Pengumpulan data menggunakan angket mengenai

pergaulan bebas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan untuk uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon signed rank test.

Dari hasil pretest didapatkan bahwasanya dari 15 orang sampel dengan jumlah 1598, meannya 106,5, dengan nilai tertinggi 114 dan nilai terendah 44. Makna kategori pergaulan bebas hasil pretest pengukuran awal tergolong sedang. Dari hasil posttest didapatkan bahwasanya dari 15 orang sampel dengan jumlah 2244, meannya 149,6, dengan nilai tertinggi 166 dan nilai terendah 131. Makna kategori pergaulan bebas hasil posttest pengukuran awal tergolong rendah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pretest dan posttest terdapat nilai sig atau p value sebesar 0.001< 0.05, maka Ha diterima sehingga pergaulan bebas berkurang setelah diberikan posttest. Artinya Ha diterima dan H0 ditolak, maka layanan bimbingan kelompok efektif mencegah perilaku pergaulan bebas di SMK N 1 Ampek Angkek.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan Skripsi dengan judul “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Mencegah Perilaku

Pergaulan Bebas Di SMK N 1 Ampek Angkek”. Shalawat dan salam untuk

Nabi Muhammad SAW yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu

pengetahuan sehingga beliau banyak dijadikan sebagai inspirasi bagi tokoh-tokoh besar.

Penelitian Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dan prosedur untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Strata satu dalam program studi Bimbingan dan Konseling. Dalam penelitian Skripsi ini, peneliti banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ridha Ahida, M.Hum, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, beserta jajarannya. Sehingga peneliti bisa menimba ilmu dan menyelesaikan penelitian ini.

2. Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

3. Alfi Rahmi, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

(6)

4. Bapak Charles, M.Pd.I dan Bapak Syawaluddin, M.Pd sebagai pembimbing Skripsi peneliti yang telah membimbing dan mengarahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. 5. Bapak/ Ibu dosen yang mengajar di program studi Bimbingan dan Konseling

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan.

6. Kepala sekolah, wakil kepala, beserta jajaran dan siswa-siswi SMK N 1 Ampek Angkek yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi peneliti.

7. Guru BK di SMK N 1 Ampek Angkek yang telah memberikan arahan, bimbingan dan data untuk peneliti ini.

8. Kepada orangtua peneliti yang tak berhenti selalu memberikan motivasi berupa moril dan materil dalam penyelesaian Skripsi ini.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, peneliti ucapkan terima kasih, semoga apa yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT.

Bukittinggi, Juli 2018

TRI MULYANTI NIM. 2614.161

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... .... i

KATA PENGANTAR... .... ii

DAFTAR ISI... .... iv

DAFTAR TABEL... .... vi

DAFTAR GRAFIK... .... vii

DAFTAR LAMPIRAN... .... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... . 1

B. Identifikasi Masalah... . 7 C. Batasan Masalah... . 7 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Guna Penelitian... 8 G. Manfaat Penelitian... 9 H. Penjelasan Judul... 10 I. Sistematika Penulisan... 12

BAB II LANDASAN TEORI... 14

A. Pergaulan bebas... .... 14

1. Pengertian Pergaulan Bebas... 14

2. Jenis-jenis Pergaulan bebas... 15

3. Faktor Penyebab pergaulan Bebas... 18

4. Dampak Pergaulan Bebas Bagi Remaja... 21

B. Layanan Bimbingan Kelompok... 23

1. Pengertian dan Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok... 23

2. Asas-asas Layanan Bimbingan Kelompok... 27

3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan kelompok... 29

4. Manfaat Layanan Bimbingan Kelompok... 53

C. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok mencegah perilaku pergaulan bebas... 55

D. Kerangka Konseptual... 58

E. Hipotesis... .... 59

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 60

A. Jenis Penelitian... .... 60

B. Lokasi Penelitian... .... 61

C. Populasi dan Sampel... 61

1. Populasi... 61

2. Sampel... ... 62

D. Prosedur Penelitian... ... 63

E. Teknik Pengumpulan Data... 66

F. Pengembangan Instrumen... 69

1. Validitas Instrumen Angket... 69

2. Uji Reliabelitas... 72

G. Teknik Analisis Data... 73

1. Analisis Deskriptif... 73

2. Pengujian Hipotesis... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN... 76

A. Deskripsi Hasil... 76

1. Deskripsi Hasil Pretest... 78

2. Deskripsi Hasil Posttest... 79

B. Pengujian Hipotesis... 79

C. Pembahasan... 81

1. Perbedaan Pergaulan Bebas Pretest... 81

2. Perbedaan Pergaulan Bebas Posttest... 81

3. Perbedaan Pergaulan Bebas Pretest dan Posttest.. 84

BAB V PENUTUP PENELITIAN... 87

A. Kesimpulan... 87

B. Saran... ... 88

DAFTAR KEPUSTAKAAN... 90

v

(9)

Tabel Halaman

Tabel 2.1 : Kerangka Konseptual... 58

Tabel 3.1 : Populasi Siswa Kelas XI SMK N 1 Ampek Angkek... 61

Tabel 3.2 : Sampel Penelitian... 63

Tabel 3.3 : Pelaksanaan Kegiatan... 65

Tabel 3.4 : Model Kualifikasi Jawaban Angket... 67

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Instrumen Angket... 67

Tabel 3.6 : Hasil Validasi Instrumen... 71

Tabel 3.7 : Hasil Reliabelitas Instrumen... 72

Tabel 3.8 : Rumus Tingkat Pencapaian Responden... 74

Tabel 3.9 : Tingkat Rentangan Pergaulan Bebas Responden... 74

Tabel 4.1 : Hasil Pretest dam Posttest Tentang Mencegah Perilaku Pergaulan Bebas... 77

Tabel 4.2 : Rank Pretest dan Posttest... 80

Tabel 4.3 : Uji Hipotesis... 80

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini remaja merasakan betapa bahagianya sebuah kehidupan. Keindahan, kesenangan, dan keceriaan senantiasa dirasakan pada masa remaja dalam dunianya tersebut. Remaja merupakan sebutan bagi sekelompok orang berusia antara 13 sampai 17 tahun.1

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan perubahan, tidak hanya dilihat dari segi fisik saja tetapi perubahan psikis dan hubungan sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja sangat berisiko terhadap masalah kesehatan, salah satu di antaranya adalah perilaku seks bebas.

Dalam ajaran Agama Islam perilaku pergaulan bebas merupakan awal dari perbuatan zina. Zina merupakan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang belum atau tidak ada ikatan nikah. Islam agama yang menjunjung tinggi kehormatan pemeluknya. Untuk itu, penetapan hukum Islam adalah haram dan tak main-main terutama dalam hal zina. Hingga pelakunya dikenakan hukuman yang berat. Allah berfirman dalam surat QS. Al Isra’ {17} : 32, yang berbunyi:

قَت َلََو

ًليِبَس َءاَسَو ًةَشِحاَف َناَك ُهَّنِإ ۖ اَنِّزلا اوُبَر

1

(11)

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.2”

Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata tentang ayat ini: Allah Subhanahuwata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya

dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.

Asy-Syaikh As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk

melakukan zina. Maksudnya adalah dosa yang sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci. Hal ini dikarenakan (perbuatan zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap hak Allah dan melampaui batas terhadap kehormatan wanita, keluarganya dan suaminya. Dan juga pada perbuatan zina mengandung kerusakan moral, tidak jelasnya nasab (keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Dan zina merupakan sejelek-jelek jalan, karena ia adalah jalannya orang-orang

(12)

yang suka bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dan melanggar perintah-Nya. Maka jadilah ia sejelek-jelek jalan yang menyeret pelakunya ke dalam neraka Jahannam.

Al-Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menggambarkan tentang akibat perbuatan tersebut.

Bahwasannya perbuatan tersebut adalah sejelek-jelek jalan. Karena yang demikian itu dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan, dan kerendahan di dunia serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat.3

Berdasarkan ayat di atas dan tafsiran menurut para ulama bahwasanya, para pelaku pergaulan bebas rela melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka bangga sekali melakukannya dan tak jarang mereka mengabadikan dan mempertontonkan perbuatan mereka dengan

menggunakan media visual atau telepon genggam tanpa

mempertimbangkan dampak buruknya.

Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang dapat merusak diri individu. Yang mana bebas yang di maksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.

Di dalam suatu sekolah, sangat dibutuhkan sekali guru pembimbing, yang berguna untuk memberikan layanan kepada siswa untuk menambah wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan

3

(13)

keefektifan belajar dalam berintegrasi, proses berfikir, dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di sekolah.

Bimbingan kelompok adalah layanan dalam bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari, serta untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.4

Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa layanan bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari Guru Pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.

Lebih jauh dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu yang membicarakan topik-topik penting. Mengembangkan nilai-nilai tentang hal

4

Prayitno, Penyaluran Bimbingan dan Konseling di SLTP, (Jakarta: Penebar Aksara, 1997), hal 36-37.

(14)

tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok.5

Dengan demikian, selain dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.

Dalam layanan bimbingan kelompok ini interaksi antar individu anggota kelompok merupakan suatu yang khas yang tidak mungkin ditemui dalam konseling individu. Dengan interaksi sosial yang dinamis selama berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan dapat tercapai, salah satunya adalah pembahasan mengenai pergaulan bebas siswa. Dalam hal ini hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi tempat dimana masing-masing anggota kelompok dapat memanfaatkan semua informasi, tangapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya yang menyangkut dengan pengembangan diri anggota kelompok yang bersangkutan.

Melalui layanan bimbingan kelompok ini siswa dapat mengeluarkan pendapatnya, tanggapan dan berbagai reaksi dapat menjadi peluang yang sangat berharga. Bimbingan kelompok ini biasanya diberikan oleh guru pembimbing atau calon guru pembimbing yang telah

5Prayitno, Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah Menegah Umum (Jakarta: PT Bina Sumber Daya MIPA, 1997), hal 77.

(15)

mampu untuk melaksanakannya. Di sekolah layanan bimbingan kelompok diberikan agar siswa-siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, pada tanggal 18 Maret 2017, bahwasanya di SMK N 1 Ampek Angkek peneliti menemukan adanya siswa yang kurang mematuhi tata tertib di sekolah, peraturan yang telah ditetapkan sekolah sebahagian dari siswa ada yang melanggarnya salah satunya laki-laki dan perempuan berdua-duaan di kantin, kelas kosong serta UKS, adanya siswa perempuan yang pulang malam, dan adanya siswa yang berduaan dengan pasangannya sampai malam.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, pada tanggal 17 April 2017, peneliti melakukan wawancara terhadap guru BK disana, mengenai permasalahan ini, dimana adanya siswa yang masuk ruang BK dikarenakan kasus pacaran dan berdua-duan di kelas kosong, kantin, ruang osis, UKS. Dan mengenai layanan bimbingan kelompok, guru BK mengakui belum melaksanakan layanan bimbingan kelompok tersebut. Dari hal tersebut peneliti ingin memberikan layanan berkaitan dengan masalah yang terkait, maka dari itu peneliti mengangkat judul : “Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok untuk Mencegah

(16)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Sebagian siswa kurang mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah. 2. Sebagian siswa berpacaran di lingkungan sekolah.

3. Sebagian siswa perempuan dan laki-laki berduaan di UKS, ruang OSIS, maupun kelas kosong.

4. Adanya siswa perempuan yang pulang malam.

5. Adanya siswa yang berduaan sampai larut malam dengan pasangannya.

6. Guru pembimbing kurang melaksanakan layanan-layanan dalam BK

C. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah ini adalah:

1. Gambaran pretest dan posttest perilaku pergaulan bebas sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok siswa di SMKN 1 Ampek Angkek.

2. Perbedaan perilaku pergaulan bebas pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok.

(17)

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah ini adalah:

1. Bagaimanakah gambaran pretes dan posttest perilaku pergaulan bebas sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok siswa di SMKN 1 Ampek Angkek?

2. Apakah terdapat perbedaan perilaku pergaulan bebas pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan pergaulan bebas siswa di SMKN 1 Ampek Angkek.

2. Untuk mengetahui perbedaan perilaku pergaulan bebas pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu (S1) Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

(18)

2. Untuk menambah pengetahuan tentang bimbingan dan konseling terutama dalam bimbingan kelompok.

3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang karya ilmiah.

G. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

Siswa : siswa lebih mengetahui mengenai layanan

bimbingan kelompok, tujuan bimbingan kelompok, serta asas-asas yang ada di dalam bimbingan kelompok, dan siswa dapat

mengetahui macam-macam pergaulan bebas dan cara mencegah pergaulan bebas tersebut.

Guru Mata Pelajaran: Guru mata pelajaran mengetahui mengenai layanan bimbingan kelompok, dan guru mata pelajaran dapat menerangkan pelajarannya dengan baik tanpa ada gangguan, karena diadakannya layanan bimbingan kelompok ini, dapat membantu siswa mengerti dalam perilaku pergaulan bebas, dan guru pun tidak perlu menerangkan kembali ketika jam pelajaran mengenai pergaulan bebas ini.

(19)

Guru BK: dapat terlaksananya salah satu layanan BK yaitu layanan bimbingan kelompok, dan dapat

membantu terlaksananya program BK yang telah dibuat oleh guru BK, dan siswa dapat mengenal layanan-layanan yang ada di BK.

Kepala Sekolah: hasil penelitian ini dapat diharapkan bermanfaat sebagai pedoman untuk mengatasi pencegahan perilaku pergaulan bebas di sekolah, dan diharapkan agar layanan-layanan BK dapat terlaksana dengan baik.

Peneliti: dapat mendambah wawasan bagi peneliti dalam

melaksanakan layanan BK, dan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.

H. Penjelasan Judul

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang judul penelitian ini, maka perlu penjelasan mengenai istilah yang berkenaan dengan penelitian ini yaitu:

Efektivitas : suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah

(20)

tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.6

Bimbingan Kelompok : layanan dalam bimbingan dan konseling yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari, serta untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu, maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu.7

Pencegahan : tindakan pihak yang berwenang dalam usaha mengahalangi, menghentikan atau mengurangi dampak atau akibat terjadinya resiko-resiko yang dijamin.8

Perilaku : tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,

6 https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas

7

Prayitno, Penyaluran Bimbingan dan Konseling di SLTP, (Jakarta: Penebar Aksara, 1997), hal 36-37.

8

(21)

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Pergaulan bebas : kehidupan di dalam masyarakat yang tidak terikat atau terbatas oleh aturan.9

Berdasarkan penjelasan judul di atas, dapat disimpulkan bahwasanya efektifitas layanan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku pergaulan bebas di SMKN 1 Ampek Angkek adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana layanan dalam bimbingan dan konseling yang membahas topik-topik tertentu di mana nantinya dapat mencegah atau mengurangi dampak atau resiko dari perilaku atau tindakan dari individu tertentu terhadap kehidupan di dalam masyarakat yang tidak terikat oleh aturan.

I. Sistematika Penulisan

Proposal ini terdiri dari tiga Bab, dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:

Bab I: merupakan pendahuluan, dengan mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, guna penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Bab II: merupakan landasan teori yang mengemukakan pembahasan

tentang pergaulan bebas dan layanan bimbingan kelompok. Pada pokok pembahasan menjelaskan mengenai pergaulan bebas,

(22)

kemudian membahas mengenai layanan bimbingan kelompok, yaitu mengenai pengertian layanan bimbingan kelompok, efektivitas layanan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku pergaulan bebas, kerangka konseptual, dan hipotesis.

Bab III: metodologi penelitian, terdiri atas jenis penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.

Bab IV: merupakan hasil penelitian, terdiri atas deskripsi hasil penelitian

pretest dan posttest, pengujian hipotesis penelitian pretest dan

posttest, dan pembahasan.

Bab V: merupakan penutup penelitian, terdiri atas kesimpulan dan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pergaulan Bebas

1. Pengertian Pergaulan Bebas

Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peradaban umat manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi perkembangan atau kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan itu dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas tanpa batas.10

Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan bebas artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.

Pergaulan bebas berasal dari dua kata yang berdiri sendiri, yaitu pergaulan dan bebas. Pergaulan berasal dari kata dasar gaul yang berarti hidup berteman atau bersahabat. Pergaulan diartikan hal bergaul, kehidupan bermasyarakat. Sedangkan bebas berarti:

(24)

a. Lepas sama sekali tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa,

b. Lepas dari kewajiban tuntutan, perasaan takut dan sebagainya, c. Tidak dikenakan pajak, hukuman dan sebagainya,

d. Tidak terikat atau terbatas oleh aturan-aturan,

e. Merdeka, tidak dijajah, diperintah atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuatan asing.

Jadi, pergaulan bebas adalah berteman tanpa batas, baik dalam berbicara dan berperilaku.11 Pergaulan bebas terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri juga minimnya kontrol sosial masyarakat terhadap pergaulan muda-mudi. Selain itu juga disebabkan dangkalnya pemahaman akan arti cinta itu sendiri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya pergaulan bebas adalah hubungan muda-mudi yang tidak memakai norma atau bebas dari aturan yang ada.

2. Jenis – Jenis Pergaulan Bebas a. Seks Bebas

Seks bebas telah merambah dunia anak muda indonesia. Mereka berfikir tentang dampak yang terjadi jika mereka tertular virus HIV/AIDS. Virus yang belum ditemukan untuk

menyembuhkannya. Salah satu penyebab seks bebas adalah media.

(25)

Medialah yang paling banyak mempengaruhi moralitas anak bangsa. Semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks bebas di media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks diusia muda.

Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia 15 hingga 17 tahun, 2 kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media. Bahkan yang lebih parah lagi, anak Sekolah Dasar kelas 4 saja sudah mengenal pornografi. Mereka bermain internet dan membuat situs-situs porno. 12

b. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Narkoba menjadi ancaman terberat bagi bangsa ini. Berapa puluh ribuan orang yang sudah terjangkit narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa macam, yaitu:

1) Opiat (Heroin, morfin, ganja) 2) Amfetamin (shabu, ekstasi, inex) 3) Kokain

4) Benzodiazepin (pil nipan, mogadon)

Seorang pengguna narkoba bisa terjangkit virus HIV/AIDS jika dia menggunakan jarum suntik secara bergantian. Narkoba

(26)

membuat penggunanya merasa lebih percaya diri bahkan ada yang mengatakan sebagai gaya hidup zaman sekarang. Narkoba juga sebagai pelarian dari suatu masalah.13

c. Kehidupan Malam

Kehidupan malam identik dengan seks bebas, alkohol dan obat terlarang. Itu tidak bisa dipungkiri ketika mewabahnya ekstasi dan shabu-shabu. Obat terlarang jenis ini sering ditemui di klub-klub malam. Alkohol mudah sekali dijumpai ketika kita masuk ke klub-klub malam. Mereka menganggap kehidupan malam adalah kebutuhan hidup yang tidak bisa dipisahkan dari rutinitas mereka.

d. Minuman Keras

Minuman keras adalah minuman yang berisikan alkohol, yang bisa membuat seseorang yang meminumnya tidak sadar atas dirinya. Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol, efeknya berbeda-beda tergantung dari jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek sebagai sebagai berikut:

1) Merasa lebih bebas mengekspresikan diri

2) Tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional, seperti sedih, senang, marah secara berlebihan

13

(27)

3) Muncul ke akibat fungsi fisik motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, dan bisa sampai tidak sadarkan diri.14

e. Pacaran

pacaran secara bahasa berasal dari kata pacar yang ditambah imbuhan an yang memiliki arti sukaan dan kendak. Sukaan maksudnya yang disukai, sedangkan kendak maksdunya adalah orang yang disukai.15

Pacaran menurut KBBI adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih atau kekasih. Berpacaran dapat diartikan dengan bercinta atau berkasih.

Jadi dapat disimpulkan pacaran adalah perasaan kagum, rasa cinta, rasa sayang yang biasanya berada pada tahap pencarian kecocokan yang disalurkan lewat nafsu dan kebiasaan tanpa berpikir panjang akan sebab dan akibat melakukannya.

3. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas

Hal yang terjadi dalam pergaulan bebas banyak bertolak belakang dengan aturan-aturan dan norma-norma dalam etika pergaulan, hal ini tidak disadari atau disebabkan dari banyak faktor-faktor penyebab pergaulan bebas antara lain:

14

Mujib Ridwan, Pergaulan Bebas VS Pergaulan Islam, (Bekasi: Jabal Rohmat, 2011), hal 56. 15

(28)

a. Rendahnya tarah pendidikan orang tua16

Rendahnya tarah pendidikan keluarga yang berpengaruh besar sebagai penyebab terjadinya pergaulan bebas. Contohnya, keluarga mengizinkan sang anak untuk berpacaran dan ditambah tanpa adanya pengawasan yang menyebabkan anak terjerumus dalam pergaulan bebas.

b. Keadaan keluarga yang tidak stabil atau broken home

Keadaan keluarga sangat berpengaruh pada tingkah laku atau perkembangan psikis remaja yang mana keadaan orang tua yang tidak harmonis yang membuat perkembangan psikis anak terganggu dan anak cenderung kesenangan diluar untuk merasa senang, dan melupakan hal yang terjadi dikeluarganya karena orang tua tidak memberi kasih sayang, sehingga sang anak mencari kesenangan di luar berbuntut pada pergaulan bebas. c. Orang tua kurang memperhatikan

Tidak diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang mendapat perhatian sehingga sang anak bebas dalam beraktifitas.

d. Lingkungan setempat kurang baik

Lingkungan sekitar merupakan faktor pembentuk kepribadian seseorang, jika dilingkungan tersebut merupakan lingkungan yang kurang kondusif maka sang anak akan terjerumus ke dalam

(29)

pergaulan bebas dimana kita ketahui bahwa perkembangan seseorang lebih ditentukan pada lingkungan dari pada keluarga. e. Kurang berhati-hati dalam berteman

Teman dapat menuntun kita ke arah yang positif dan negatif dimana sebagian besar pergaulan bebas terjadi karena berteman dengan orang yang tidak baik.17

f. Keadaan ekonomi keluarga

Keluarga ekonomi yang rendah, membuat anak tidak dapat bersekolah dan biasanya banyak pula yang putus sekolah yang membuat pergaulan anak tersebut dengan remaja yang senasip yang membuat perilaku sang anak menjadi tambah parah.

g. Kurang kesadaran remaja

Merupakan implikasi dari kurangnya pengetahuan remaja tersebut akan dampak pergaulan bebas.

h. Adanya teknologi informasi atau internet

Dari adanya internet memudahkan untuk mengakses jenis macam budaya yang tidak sesuai dengan norma ketimuran.

(30)

4. Dampak Pergaulan Bebas Bagi remaja

Terjadinya pergaulan bebas memberikan pengaruh besar baik bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat dan juga negara. Pengaruh-pengaruh tersebut dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan bebas antara lain:18

a. Bahaya dari pergaulan bebas adalah seks bebas

Seks bebas adalah hubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan sampai dengan kehamilan di luar nikah yang tentu saja memalukan diri sendiri, orang tua, masyarakat, dan indonesia dengan adat ketimurannya.

b. Ketergantungan obat

Dari ajakan teman karena pikiran yang masih labil menggiringnya mengkonsumsi obat terlarang sampai membuat ketagihan dengan ketergantungan obat-obat terlarang hingga berlebihan dan berdampak overdosis yang diakhiri dengan kematian.

c. Menurunnya tingkat kesehatan

Pergaualan bebas dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS dan banyaknya yang mengugurkan kandungan tentu

saja membahayakan kesehatannya serta mengkonsumsi obat-obat terlarang yang semua hal tersebut dapat menurunkan kesehatan. d. Meningkatkan kriminalitas

(31)

Bahaya pergaulan bebas yang satu ini dapat terjadi karena jika pecandu narkoba tidak lagi memiliki uang untuk membeli, maka jalan keluar yang cepat adalah dengan melakukan tindakan kriminalitas.19

e. Merengangkan hubungan keluarga

Pergaulan bebas dapat merengangkan hubungan antara keluarga karena beberapa penyebab yang biasanya karena emosi meledak-ledak dan bahkan sampai rasa hormat kepada orang tua akan dapat hilang.

f. Menyebarkan penyakit

Pergaulan bebas yang akrap dengan seks bebas, dan narkoba membuat berbagai penyakit dapat menyerang orang-orang sekitar yang tidak bersalah.

g. Menurunnya prestasi

Seorang dengan pergaulan bebas lebih cenderung bersenang-senang dan dapat menghilangkan konsentrasi belajar akibat dari minuman keras dan narkoba.

h. Berdosa

Pergaulan bebas sudah tentu akan mendapatkan dosa yang belum dirasakan selagi masih hidup, namun saat kematian menjemputyang dihantarkan kepada balasan atas dosa yang pernah diperbuat yaitu ke neraka.

(32)

B. Layanan Bimbingan Kelompok

1. Layanan Bimbingan Kelompok dan Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.20

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.21

Bimbingan kelompok mengaktifan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, dan pribadi Dalam bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Baik topik tugas maupun topik bebas dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan

20 Prayitno, Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP, (Padang: UNP Padang, 1997), hal 99.

21Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 309.

(33)

konstruktif, diikuti oleh semua anggota di bawah bimbingan pemimpin kelompok (konselor).22

Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan dimana saja, di dalam ruangan ataupun di luar sekolah, di rumah salah seorang peserta atau di rumah konselor, di suatu kantor atau lembaga tertentu, atau di ruang praktek pribadi konselor. Di manapun jenis layanan itu dilaksanakan, harus terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan layanan.

Jadi, dari beberapa pengertian mengenai layanan bimbingan kelompok dapat disimpulkan bahwasanya layanan bimbingan kelompok adalah bagian dari layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik atau klien dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir atau jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Tujuan layanan bimbingan kelompok ini terbagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi arau berkomunikasi

22

(34)

seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit, dan terkungkung serta tidak efektif.

Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru, persepsi dan wawasan yang menyimpang dan atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan, pikiran, penyadaran dan penjelasan.23

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus bimbingan kelompok adalah membahas topik-topik yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.

Dengan adanya tujuan yang jelas maka kegiatan dapat terarah dan dapat berjalan secara sistematis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan manfaat dari kegiatan layanan dapat

23

(35)

dirasakan oleh seluruh anggota kelompok. Dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas didalam kelompok. 24

Dengan demikian, selain dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap didalam kelompok.

Jadi, dari tujuan umum dan khusus di atas dapat disimpulkan bahwasanya tujuan dari bimbingan kelompok tersebut adalah

a. Untuk berkembangnya kemampuan sosialisasi dan komunikasi peserta didik,

b. Mengembangkan dinamika kelompok perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang menunjang diwujudkannya,

c. Mengembangkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap (WPKNS) peserta didik melalui pembahasan topik bahasan dalam kelompok,

24

(36)

d. Dan membahas topi-topik tertentu, yang sedang atau hangat-hangatnya terjadi.

2. Asas - Asas Layanan Bimbingan Kelompok

Kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri merupakan tiga etika dasar konseling.dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok ketiga etika tersebut diterapkan.25

a. Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebar luaskan keluar kelompok. Seluruh anggota kelompok hendaknya menyadari benar hal ini dan bertekat untuk melaksanakannya.

Aplikasi asas kerahasiaan lebih dirasakan pentingnya dalam konseling kelompok mengingat pokok pembahasan adalah masalah pribadi yang dialami anggota kelompok. Disini posisi asas kerahasiaan sama posisinya seperti dalam layanan konseling perorangan. Pemimpin kelompok dengan sungguh-sungguh hendaknya memantapkan asas ini sehingga seluruh anggota kelompok berkomitmen penuh untuk melaksanakannya.26

25Munro, Manthei & Small, Penyuluhan (Counselling) Suatu Pendekatan Berdasarkan

Keterampilan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal 11.

26

(37)

b. Kesukarelaan

Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor. Kesukarelaan terus

menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok

mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif dan penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok. Dengan kesukarelaan itu anggota kelompok akan dapat mewujudkan peran aktif dari masing-masing untuk mencapai tujuan layanan.

c. Asas-asas Lain

Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok semakin intensif dan efektif apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas kegiatan dan keterbukaan. Mereka secara aktif dan terbuka menampilkan diri tanpa rasa takut, malu ataupun ragu. Dinamika kelompok semakin tinggi, berisi dan bervariasi. Masukan dan sentuhan semakin kaya dan terasa. Para peserta layanan bimbingan kelompok semakin dimungkinkan memperoleh hal-hal yang berharga dari layanan ini.27

Asas kekinian memberikan isi aktual dalam pembahasan yang dilakukan, anggota kelompok diminta mengemukakan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang ini. Hal-hal-hal atau pengalaman yang lalu dianalisis dan disangkut pautkan kepentikan pembahsan hal-hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan

(38)

datang dan direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.

Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan. Sedangkan asas keahlian diperlihatkan oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya asas-asas dalam bimbingan kelompok terdiri dari asas kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kenormatifan dan kerahasiaan. Semua asas ini disampaikan oleh pemimpin kelompok dan dilaksanakan oleh anggota kelompok.

3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok a. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam layanan bimbingan kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok.28

1) Pemimpin Kelompok (PK)

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok. Secara khusus,

(39)

pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok diantara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut.

a) Karakteristik Pemimpin Kelompok

(1) Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka, saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan, dan mencapai tujuan bersama kelompok.

(2) Berwawasan luas dan tajam sehinga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.

(3) Memiliki kemampuan hubungan antar personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik atau tidak antagonis dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.29

(40)

b) Peran Pemimpin Kelompok

Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika kelompok, pemimpin kelompok berperan dalam: (1) Pembentukan kelompok dari sekumpulan peserta terdiri atas 8-10 orang, sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:30

(a) Terjadinya hubungan antara anggota kelompok, menuju keakraban di antara mereka

(b) Tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok dalam suasana kebersamaan

(c) Berkembangnya tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok

(d) Terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara

(e) Terbinanya kemandirian kelompok sehingga kelompok ini berusaha dan mampu tampil beda dari kelompok lain.

Berbagai keterampilan, termasuk penggunaan permainan kelompok, perlu diterapkan pemimpin kelompok dalam pembentukan kelompok.

30

(41)

(2) Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa, dan bagaimana layanan bimbingan kelompok dilaksanakan.

(3) Pentahapan kegiatan bimbingan kelompok

(4) Penilaian segera hasil layanan bimbingan kelompok (5) Tindak lanjut layanan.31

2) Anggota Kelompok (AK)

Dalam bimbingan kelompok ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Kelompok bebas adalah kelompok yang anggota-anggotanya melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya.

Perkembangan yang akan timbul didalam kelompok itulah nantinya yang akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok itu lebih lanjut. Kelompok bebas memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu. Sedangkan dalam kelompok tugas arah dan isi kegiatan kelompok telah ditetapkan terlebih dahulu.

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat

dijadikan anggota bimbingan kelompok. Untuk

(42)

terselenggaranya bimbingan kelompok seseorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok atau jumlah anggota kelompok, dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok.32

a) Besarnya Kelompok

Kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas bimbingan kelompok. Kedalaman dan variasi pembahasan menjadi terbatas, karena sumbernya yaitu para anggota kelompok memang terbatas.

Disamping itu dampak layanan juga terbatas, karena hanya didapat oleh 2-3 orang saja. Kondisi seperti itu mengurangi makna keuntungan ekonomis bimbingan kelompok. Hal ini tidak berarti bahwa bimbingan kelompok tidak dapat dilakukan terhadap kelompok yang beranggotakan 2-3 orang saja, tetapi kurang efektif.

Sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok menjadi kurang intensif, kesempatan berbicara, dan memberikan atau menerima sentuhan dalam kelompok

(43)

kurang, padahal melalui sentuhan-sentuhan dengan frekuensi tinggi itulah individu memperoleh manfaat langsung dalam layanan bimbingan kelompok. Kekurang efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi 10 orang.33

b) Homogenitas atau Heterogenitas Kelompok

Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-sumber yang bervariasi. Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi sumber-sumber bervariasi untuk membahas suatu topik atau memecahkan masalah tertentu. Dalam hal ini anggota kelompok yang homogen kurang efektif dalam bimbingan kelompok. Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan menjadi sumber yang kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Pembahasan dapat ditinjau dari berbagai sesi, tidak monoton, dan terbuka. Heterogenitas dapat mendobrak dan memecahkan kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok.

Heterogenitas yang dimaksudkan tentu bukan asal beda. Untuk tingkat perkembangan atau pendidikan, hendaklah jangan dicampur siswa SD dan SLTP atau

(44)

SLTA dalam satu kelompok, demikian juga orang dewasa dengan anak-anak dalam satu kelompok. Dalam kedua aspek ini diperlukan kondisi yang relatif homogen untuk menghindari kesenjangan yang terlalu besar dalam kinerja kelompok.34

Setelah homogenitas relatif terpenuhi, maka kondisi heterogen diupayakan, terutama terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam kelompok. Apabila yang hendak dibahas adalah permasalahan “tinggal kelas” misalnya, maka peserta kelompok hendaklah campuran dari mereka yang tinggal kelas dan tidak tinggal kelas. Dengan kondisi seperti ini, maka yang tinggal kelas akan mendapat bahasan dan masukan dari mereka yang tinggal kelas, sedangkan mereka yang tidak tinggal kelas dapat bersimpati kepada sejawat yang tinggal kelas disatu sisi, dan disisi lain dapat mengantisipasi serta meneguhkan diri untuk tidak tinggal kelas. Demikian juga untuk berbagai permasalahan, memerlukan kondisi heterogenitas anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompok.

34

(45)

c) Peranan Anggota Kelompok

(1) Aktifitas Mandiri

Peran anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompok versifat dari, oleh dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:

(a) Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan positif atau 3M

(b) Berfikir dan berpendapat

(c) Menganalisis, mengkritisi dan berargumentasi (d) Merasa, berempati dan bersikap

(e) Berpartisipasi dalam kegiatan bersama

(2) Aktifitas mandiri masing-masing anggota kelompok itu diorientasikan pada kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini diwujudkan melalui: (a) Pembinaan keakraban dan keterlibatan secara

emosional antar anggota kelompok

(b) Kepatuhan terhadap aturan kegiatan dalam kelompok

(c) Komunikasi jelas dan lugas dengan lembut dan bertatakrama

(46)

(d) Saling memahami, memberi kesempatan dan membantu

(e) Kesadaran bersama untuk menyukseskan kegiatan kelompok.35

Jadi, dari penjelasan di atas, bahwasanya komponen bimbingan kelompok baik itu peran pemimpin kelompok maupun peran anggota kelompok, dapat disimpulkan pemimpin kelompok bahwasanya adalah yang melaksanakan layanan bimbingan kelompok yang sudah terlatih, dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling seperti guru pembimbing maupun konselor.

Disini pemimpin kelompok bertugas memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling, dan pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok antara semua anggota. Maksud dinamika kelompok disini yaitu merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok, artinya pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu.

Disini bagi anggota kelompok ada yang bersifat sukarela dan ada yang tidak sukarela. Maksudnya disini suka rela dan tidak suka rela itu adalah dimana sukarela yaitu anggota kelompok yang bergabung dan berinteraksi atas dasar inisiatif sendiri, sedangkan

(47)

tidak sukarela adalah anggota kelompok yang bergabung dan berinteraksi atas dasar kedudukannya yang terhimpun.

Alasan seseorang yang mau memasuki suaru kelompok atau mau ikut serta dalam melakukan kegiatan ini yaitu:

1) Dalam kelompok tersebut dapat tercapai tujuan atau kepentingan yang dimaksud

2) Kelompok tersebut menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik

3) Kelompok tersebut dapat memfasilitasi memenuhi berbagai kebutuhan.

b. Pembentukan Kelompok

Kelompok untuk layanana bimbingan kelompok dapat dibentuk melalui pengumpulan sejumlah individu (siswa dan individu lainnya) yang berasal dari:36

1) Satu kelas siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok

2) Kelas-kelas siswa yang berbeda dihimpun dalam satu kelompok

3) Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu kelompok

Pengelompokkan individu itu dengan memperhatikan aspek-aspek relatif homogenitas dan heterogenitas sesuai dengan tujuan layanan. Data hasil instrumentasi, himpunan data dan

(48)

sumber lainnya dapat menjadi pertimbangan dalam pembentukan kelompok.

Penempatan seseorang dalam kelompok tertentu dapat merepukan penugasan, penempatan secara acak, ataupun pilihan bebas individu yang bersangkutan. Dalam pada itu, seseorang atau lebih dapat ditempatkandalam kelompok tertentu untuk secara khusus memperoleh layanan bimbingan kelompok.

c. Isi Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok membahas materi topok-topik umum, baik “topik tugas” maupun “topik bebas”. Topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang datangnya dari pemimpin kelompok dan ditugaskan kepada kelompok untuk membahasnya, sedangkan topik bebas adalah topik atau pokok bahasan yang datangnya atau dikemukakan secara bebas oleh para anggota kelompok.Satu persatu anggota kelompok mengemukakan topik secara bebas, kemudian dipilih mana yang akan dibahas pertama, kedua dan seterusnya.

Selain itu juga terdapat beberapa materi umum layanan bimbingan kelompok, yaitu:37

1) Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan, dan hidup sehat.

(49)

2) Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya, serta permasalahannya.

3) Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendaliaan atau pemecahannya.

4) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang).

5) Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya.

6) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulannya.

7) Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif. 8) Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan

karier, serta perencanaan masa depan.

9) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan atau program studi dan pendidikan lanjutan.

d. Teknik dan Permainan Dalam Kegiatan

1) Teknik Umum: Pengembangan Dinamika Kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok mengacu kepada berkembangnya

(50)

dinamika kelompokyang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan layanan. Teknik-teknik ini secara garis besar meliputi:

a) Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka b) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam

pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan argumentasi c) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktifitas

anggota kelompok

d) Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan

e) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.38

Teknik-teknik tersebut diawali dengan penstrukturan untuk memberikan penjelasan dan pengarahan pendahuluan tentang layanan bimbingan kelompok. Dalam pada itu, berbagai kegiatan selingan ataupun permainan dapat diselenggarakan untuk memperkuat “jiwa” kelompok, memantapkan pembahasan, dan atau relaksasi.

Sebagai penutup, kegiatan pengakhiran dilaksanakan. Segenap teknik tersebut diterapkan oleh pemimpin kelompok secara tepat waktu, tepat isi, tepat sasaran, dan tepat cara, sehingga pemimpin kelompok sebagai pemimpin tampil

(51)

berwibawa, bijaksana, bersemangat dan aktif, berwawasan luas, dan terampil.

2) Permainan Kelompok

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan tertentu.39 Permainan kelompok yang efektif bercirikan sebagai berikut: 1) Sederhana.

2) Menggembirakan.

3) Menimbulkan suasana relaks dan tidak melelahkan. 4) Meningkatkan keakraban.

5) Diikuti oleh semua anggota kelompok.

e. Penyelenggaraan Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan layanan bimbingan. Agar dinamika kelompok yang berlangsung di dalam kelompok tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi pembinaan para anggota kelompok, maka jumlah anggota kelompok tidak boleh terlalu besar, sekitar 10 sampai 15 orang.40

Untuk terselenggaranya layanan bimbingan kelompok, terlebih dahulu perlu dibentuk kelompok-kelompok siswa. Ada dua jenis kelompok, yaitu:

39

Prayitno,Seri Kegiatan Pendukung Konseling L.6, (Padang: UNP, 2004), hal 29.

(52)

1) Kelompok Tetap

Yang anggotanya tetap untuk jangka waktu tertentu misalnya satu bulan. Kelompok tetap melakukan kegiatannya dalam rangka layanan bimbingan kelompok secara berkala, sesuai dengan penjadwalan yang sudah diatur oleh guru pembimbing. 2) Kelompok Tidak Tetap atau Insidental

Yang anggotanya tidak tetap, kelompok tersebut dibentuk untuk keperluan khusus tertentu. Kelompok tidak tetap terbentuk secara insidental dan melakukan kegiatannya atas dasar kesempatan yang ditawarkan oleh guru pembimbing ataupun atas dasar permintaan siswa-siswa sendiri yang menginginkan untuk membahas permasalahan tertentu melalui dinamika kelompok.

Untuk kelompok-kelompok tetap guru pembimbing menyusun jadwal kegiatan kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan kegiatan sekali dalam dua minggu, dengan topik-topik bahasan yang bervariasi. Situasi dan kejadian aktual, baik di sekolah, di rumah, ataupun di masyarakat. Misalnya banyak siswa yang absen, coret-coret pada dinding kelas, beredarnya barang-barang terlarang di antara para siswa, mengisi waktu sengang, bagaimana membantu urusan rumah tangga, perisriwa tabrak lari, kebersihan lingkungan, pembayaran iyuran

(53)

televisi, dan sebagainya. Perlu dijadikan topik yang hangat untuk dibicarakan oleh setiap kelompok siswa.41

Selain menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok secara rutin atau terjadwal untuk setiap kelompok siswa yang diasuhnya. Guru pembimbing juga perlu menawarkan topik-topik yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok yang keanggotaannya bebas atau sukarela. Siapa pun yang berminat ikut serta membahas topik yang dimaksudkan itu dapat bergabung dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota terbatas dan melakukan kegiatan kelompok pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang disepakati bersama. Jika siswa yang menginginkan untuk membahas sebuah topik itu jumlahnya cukup banyak, maka dapat dibentuk dua atau lebih kelompok tidak tetap. Selain itu guru pembimbing perlu memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membentuk kelompok sendiri dan melakukan kegiatan kelompok dengan topik bahasan yang mereka pilih sendiri. Untuk jenis kelompok yang terkhir itu, guru pembimbing perlu secara khusus membarikan perhatian agar kelompok yang dibentuk oleh siswa tidak menjurus kepada kelompok yang eksklusif atau menjadi suatu klik.

Dalam layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing secara langsung berada dalam kelompok tersebut, dan bertindak

(54)

sebagai fasilitator atau pemimpin kelompok dalam dinamika kelompok yang terjadi, dengan menerapkan strategi pengembangan dan teknik-teknik bimbingan kelompok. Setiap kali kegiatan kelompok berlangsung selama waktu tertentu, misalnya satu atau dua jam, bahkan sampai tiga jam.42

f. Tahapan-tahapan Penyelengaraan Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok dilaksanakan dalam beberapa tahap, agar dalam pelaksanaannya dapat tersusun dengan baik dan lebih terstruktur. Pelaksana layanan bimbingan kelompok ini dilaksanakan dengan mengikuti empat tahapan yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

Tahap-tahap ini merupakan suatu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok, yang harus diterapkan saat pelaksanaan layanan tersebut. Antara satu tahap dengan tahap berikutnya saling berkaitan. Tahap satu merupakan awal dari kegiatan, tahap dua merupakan lanjutan tahap pertama menuju tahap ketiga, tahap ketiga merupakan inti dari kegiatan, dan tahap keempat merupakan kesimpulan dari kegiatan.43

Rincian tahap-tahap tersebut adalah sebagaimana tertera pada bagan-bagan berikut:

42

Prayitno, Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP, (Padang: UNP, 1997), hal 106. 43Prayitno,Seri Kegiatan Pendukung Konseling L.6, (Padang: UNP, 2004), hal 19.

(55)

Bagan 1

Tahap I : Pembentukan

TAHAP I PEMBENTUKAN

Tema: Pengenalan diri Perlibatan diri

Kegiatan:

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan kelompok.

2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok.

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.

4. Teknik khusus.

5. Permainan penghangatan atau pengakraban.

Tujuan:

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan kelompok. 2. Tumbuhnya suasana kelompok.

3. Tumbuhnya minat anggota

mengikuti kegiatan kelompok. 4. Tumbuhnya saling mengenal,

percaya, menerima, dan

membantu diantara para anggota. 5. Tumbuhnya suasana bebas dan

terbuka.

6. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok.

(56)

Bagan 2

Bagan 2

Tahap II :Peralihan

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan. 2. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka.

3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati.

4. Sebagai contoh.

TAHAP II PERALIHAN

Tema: pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan:

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya.

2. Makin mantapnya suasana

kelompok dan kebersamaan. 3. Makin mantapnya minat untuk

ikut serta dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan:

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. 2. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya atau tahap ketiga. 3. Membahas suasana yang terjadi. 4. Meningkatkan kemampuan ikut

sertaan anggota.

(57)

Bagan 3

T

Bagan 3

Tahap III : Kegiatan

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaan atau permasalahan.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4. Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati.

TAHAP III KEGIATAN

(58)

Tema: Kegiatan pencapaian tujuan (Pembahasan Topik)

Kegiatan:

1. Masing-masing anggota secara

bebas mengemukakan topik

bahasan.

2. Menetapkan topik yang akan dibahas terdahulu.

3. Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan. Tujuan:

1. Terungkapnya hanya secara bebas topik yang dirasakan, dipikirkan atau dialamu oleh anggota kelompok.

2. Terbahasnya topik secara mendalam dan tuntas.

3. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam

pembahasan, baik yang

menyangkut unsur-unsur tingkah

laku, pemikiran ataupun

perasaan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.

(59)

Bagan 4

Tahap III : Kegiatan

TAHAP III KEGIATAN

(dalam Bimbingan & Kelompok)

Tema: Kegiatan pencapaian tujuan (Penyelesaian Tugas)

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok atau PK mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok. 2. Tanya jawab antara anggota dan

pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang

menyangkut topik yang

dikemukakan pemimpin

kelompok.

3. Anggota membahas topik

tersebut secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan. Tujuan:

1. Terbahasnya topik-topik yang ditugaskan secara mendalam dan tuntas.

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam

pembahasan, baik yang

menyangkut unsur-unsur tingkah

laku, pemikiran ataupun

(60)

Bagan 5

Tahap IV : Pengakhiran

Bagan 5

Tahap IV : Pengakhiran

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka. 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara.

TAHAP IV PENGAKHIRAN

Tema: penilaian dan tindak lanjut

Kegiatan:

1. Pemimpin kelompok atau PK mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin kelompok dan

anggota kelompok

mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan

harapan. Tujuan:

1. Terungkapnya kesan-kesan

anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan.

2. Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telaj dicapai.

3. Terumuskannya rencana

kegiatan lebih lanjut.

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

(61)

g. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan pada sembarang waktu, sesuai dengan kesepakatan antara pemimpin kelompok dan apara anggota kelompok, baik terjadwal maupun tidak terjadwal. Seiring dengan waktunya, bimbingan kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK:

1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.

2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota.

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut. 4. Penuh rasa persahabatan dan empati.

Gambar

Gambar 2.1.Alur Penelitian Eksperimen
Tabel 3.3  Pelaksanaan Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi berwirausaha yang diberikan kepada kelompok eksperimen menunjukkan skor yang lebih tinggi

Hasil penelitian menunjukan bahwa layanan bimbingan kelompok menunjukan kontribusi dalam mencegah perilaku beresiko pada siswa sebesar 35% sehingga layanan

Pengukuran tingkat perilaku narsisme remaja setelah pemberian treatment dengam menggunakan layanan bimbingan kelompok menggunakan media film dilakukan dengan

Perubahan perilaku sopan santun siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan saat siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan sebagai berikut melalui layanan bimbingan kelompok pada awal sebelum layanan, siklus I, siklus II dapat meningkatkan

1 Adanya peningkatan skor rata- rata pretest dan skor rata-rata postest interaksi sosial siswa kelompok eksperimen, hal ini terjadi dikarenakan siswa aktif dalam mengikuti pelaksanaan

Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok hasil pretest dengan jumlah 10 orang peserta didik dalam kelompok eksperimen dan 10 orang dalam kelompok kontrol, di dalam kelompok

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor pretest sebelum diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok pada kestabilan emosi warga binaan remaja Lapas Klas II A