KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 dapat diselesaikan dengan baik.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi, Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ini adalah media pertanggungjawaban yang menggambarkan pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun 2020. Sebagai tahun pertama pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 dan dalam situasi pandemi Covid-19 yang tidak
mudah, kami bersyukur kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tetap berjalan optimal dengan segala penyesuaian yang dapat kami upayakan.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah hasil kerja keras dan peran serta seluruh pegawai, kerjasama lintas program dan lintas sektor di lingkungan Kementerian Kesehatan serta dukungan dari provinsi maupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan para stakeholder. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak atas dukungan, peran serta dan kerjasama yang telah terjalin dengan baik.
Kami menyadari Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ini masih jauh dari sempurna. Masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan Laporan Kinerja ini di masa mendatang.
Akhir kata, semoga Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ini dapat memberikan informasi dan manfaat dalam penyusunan kebijakan dan perencanaan program dan kegiatan khususnya di lingkungan Direktorat Pelayanan Kefarmasian, maupun bagi para stakeholder terkait.
Jakarta, Januari 2021
Direktur Pelayanan Kefarmasian
Dita Novianti SA, S.Si, Apt, MM
DAFTAR ISI
Ikhtisar Eksekutif _______________________________________________________ 1 BAB I. PENDAHULUAN _________________________________________________ 7
A. Latar Belakang ... 7
B. Maksud dan Tujuan ... 9
C. Tugas dan Fungsi Organisasi ... 9
D. Struktur Organisasi ... 10
E. Sistematika ... 12
BAB II. PERENCANAAN KINERJA _______________________________________ 15 A. Perencanaan Kinerja ... 15
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 ... 17
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA _______________________________________ 21 A. Tantangan dan Peluang ... 21
B. Capaian Kinerja Organisasi ... 21
C. Realisasi Anggaran ... 44
BAB IV. PENUTUP _____________________________________________________ 49 LAMPIRAN ___________________________________________________________ 50
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian atas Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) 2017 - 2019 ... 1
Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian Beserta Perubahannya pada Tahun 2020 ... 2
Tabel 3. Indikator Sasaran, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 – 2024 ... 17
Tabel 4. Perubahan Indikator Sasaran Kegiatan dan Anggaran ... 19
Tabel 5. Persentase Penggunaan Obat Fornas di Rumah Sakit Per Kelas Rumah Sakit ... 27
Tabel 6. Rekapitulasi Usulan DOEN ... 29
Tabel 7. Pencapaian Indikator RPJMN ... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rapat Pembahasan CoE melalui Zoom ... 3
Gambar 2. Pelaksanaan Webinar melalui Zoom ... 4
Gambar 3. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian ... 12
Gambar 4. Revisi Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 ... 18
Gambar 5. Target Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas pada Tahun 2020 – 2024 ... 25
Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas Tahun 2020 ... 25
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran .. 26
Gambar 8. Perkembangan Formularium Nasional ... 28
Gambar 9. Target Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar pada Tahun 2020 – 2024 ... 35
Gambar 10. Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar per Provinsi Tahun 2020 ... 36
Gambar 11. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan Realisasi Anggaran ... 37
Gambar 12. Hasil Penilaian e-Monev DJA ... 45
Gambar 13. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag ... 46
I
KHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
mengamanatkan bahwa akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan melalui Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disusun secara periodik.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian bertahan dalam kategori AA.
Tabel 1. Penilaian atas Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2017 - 2019
No. Tahun Hasil Penilaian Kategori
1. 2017 96,71 AA
2. 2018 92,47 AA
3. 2019 94,69 AA
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan alat evaluasi atas pelaksanaan kegiatan selama tahun 2020 yang merupakan tahun pertama dari pelaksanaan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan periode 2020 – 2024 yang tertuang
pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, sasaran hasil
(outcome) kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian adalah meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas, dan meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Sebagai indikator keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan, ditetapkan dua indikator sasaran. Pencapaian indikator sasaran kegiatan yang tertuang di dalam
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024, pada tahun 2020 sebagai berikut:
1. Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas sebesar 71,50% atau mencapai 102,14% dari target
2. Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 50,72% atau mencapai 101,44% dari target
Pada awal tahun 2020, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengelola anggaran sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta enam ratus empat puluh tujuh ribu rupiah). Sehubungan dengan terjadinya pandemi Covid-19 sejak bulan Maret, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami beberapa kali perubahan, karena adanya efisiensi anggaran untuk penanganan pandemi serta penambahan anggaran untuk melaksanakan kegiatan kemitraan berupa sosialisasi kepada masyarakat terkait kehidupan normal baru selama pandemi. Dari perubahan tersebut, DIPA akhir
Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2020 menjadi sebesar Rp.
9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah). Realisasi anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian sebesar 97,27% atau senilai Rp. 9.059.597.667,- (Sembilan milyar lima puluh sembilan juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu enam ratus tujuh puluh tujuh rupiah).
Tabel 2. Alokasi dan Realisasi Anggaran dalam DIPA Direktorat Pelayanan Kefarmasian Beserta Perubahannya pada Tahun 2020
No. Alokasi Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (%)
1 DIPA Awal 24.952.647.000
9.059.597.677 97,27%
2 DIPA Akhir 9.313.476.000
Sumber: Om SPAN
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif atas capaian kinerja organisasi dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan disusunnya laporan kinerja ini, diharapkan pula dapat menjadi bahan evaluasi dalam menyusun strategi serta upaya dalam mencapai sasaran selama periode Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.
a. Pembentukan Center of Excellent Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Akreditasi merupakan pengakuan terhadap mutu pelayanan di rumah sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa rumah sakit memenuhi standar akreditasi, dimana pelayanan kefarmasian termasuk salah satu aspek yang dinilai.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan keselamatan pasien, terutama dalam pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit, perlu adanya rumah sakit percontohan agar dapat menjadi teladan bagi rumah sakit lain. Dengan latar belakang tersebut, Direktorat Pelayanan Kefarmasian melaksanakan kegiatan Pembentukan Centre of Excellent (CoE) Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Gambar 1. Rapat Pembahasan CoE melalui Zoom
b. Webinar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Puskesmas untuk Provinsi/Kabupaten/Kota
Dalam rangka menjaga mutu pelayanan kefarmasian pada masa pandemi, Direktorat Pelayanan Kefarmasian dalam salah satu kegiatannya
melaksanakan Webinar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit di Masa Pandemi, yang diselenggarakan pada tanggal 11 November 2020.
Pertemuan ini dihadiri para tenaga kefarmasian yang bertugas dalam bidang pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit) dan kantor dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota. Peserta webinar berjumlah 1.091 orang yang mengikuti via zoom dan media sosial Youtube. Berikut link live streaming Youtube acara webinar
https://www.youtube.com/channel/UC6Akl428kmJmyS0vZwZOspw. Gambar 2. Pelaksanaan Webinar melalui Zoom
c. Workshop Surveilans Penggunaan Antimikroba
WHO telah mengembangkan Global Antimicrobial Resistance
Surveillance System (GLASS) sejak tahun 2015 untuk mendapatkan data terkait resistensi antimikroba yang terstandar, valid, dan dapat dibandingkan secara nasional dan global. Data tersebut selanjutnya dipergunakan untuk menyusun advokasi dan program yang berbasis bukti. Pada tahun 2019 WHO mulai mengembangkan surveilans GLASS ke komponen Antimicrobial Consumption (AMC) dan Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut berpartisipasi dalam WHO GLASS-AMC untuk memonitor dan melaporkan secara rutin penggunaan antimikroba dalam rangka pencegahan dan
Indonesia akan fokus ke surveilans penggunaan antimikroba pada manusia dari industri/distributor farmasi berupa data impor/produksi/ penjualan antimikroba.
Workshop Surveilans Penggunaan Antimikroba dilakukan dalam rangka sosialisasi, menyamakan persepsi dan metodologi pengambilan data dengan mengundang narasumber dari WHO SEARO, Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba dan Direktur Produksi dan Distrbusi Kefarmasian, serta mengundang peserta dari WHO Indonesia, Badan POM, unit terkait di Kementerian Kesehatan, asosiasi dan organisasi kefarmasian, 31 industri farmasi, dan 26 distributor farmasi. Materi yang disampaikan oleh narasumber antara lain:
1. Tinjauan Rantai Pasok Obat Nasional
2. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Fokus pada: Optimalisasi Penggunaan Antimikroba
3. How to Establish National AMC Surveillance Systems 4. Data Source for Antimicrobial Consumption
5. Global Context on AMR and AMU
6. Monitoring Antimicrobial Consumption at Country Level 7. GLASS AMC Data Submission to WHO
BAB
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan yang sangat penting dan strategis. Arah
kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020 – 2024
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat.
Berdasarkan RPJMN 2020 – 2024 yang ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020, Kementerian Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan yaitu menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing (khususnya di bidang farmasi dan alat kesehatan), Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024, sebagai berikut:
1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi; 2) Menurunkan angka stunting pada balita;
3) Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional;
4) Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
Guna mewujudkan Misi Presiden dalam Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan menetapkan 5 (lima) Tujuan Strategis, yakni:
1) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup
2) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
3) Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat
5) Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
Dalam rangka mencapai 5 (lima) Tujuan Strategis Kementerian Kesehatan tersebut di atas, ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mendukung Tujuan Strategis ke empat, yaitu peningkatan sumber daya kesehatan, melalui Sasaran Strategis: meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan. Kemudian dalam rangka mencapai hal tersebut disusun beberapa strategi. Sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, strategi terkait yang didukung dengan pelaksanaan kegiatan peningkatan pelayanan kefarmasian adalah:
a. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di puskesmas, dengan melakukan pembinaan pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas;
b. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta pemanfaatan kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu dan pemanfaatan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dalam mencapai Sasaran Strategis yang telah tercantum didalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024. Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator sasaran kegiatan organisasi, penjelasan atas pencapaian kinerja melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan perbandingan capaian indikator sasaran dengan tahun berjalan terhadap target kinerja yang telah direncanakan serta dipantau selama periode lima tahunan yakni tahun 2020 – 2024.
B. Maksud dan Tujuan
Pada dasarnya Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian selama tahun 2020 sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi. Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan;
2. Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang;
3. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang;
4. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
C. Tugas dan Fungsi Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di 4 (empat) bidang pelayanan kefarmasian antara lain:
1. bidang manajemen dan klinikal farmasi; 2. bidang analisis farmakoekonomi;
3. bidang seleksi obat dan alat kesehatan; dan 4. bidang penggunaan obat rasional;
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi, seleksi obat dan alat kesehatan, dan penggunaan obat rasional; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
D. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, berdasarkan struktur satuan kerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian dibagi menjadi:
1. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi
Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal farmasi. Subdirektorat Manajemen dan Klinikal Farmasi terdiri atas: a. Seksi Manajemen Farmasi
2. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi
Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis farmakoekonomi obat dan alat kesehatan. Subdirektorat Analisis Farmakoekonomi terdiri atas:
a. Seksi Analisis Farmakoekonomi Obat
b. Seksi Analisis Farmakoekonomi Alat Kesehatan
3. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan
Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang seleksi obat dan alat kesehatan. Subdirektorat Seleksi Obat dan Alat Kesehatan terdiri atas: a. Seksi Seleksi Obat
b. Seksi Seleksi Alat Kesehatan
4. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional
Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penggunaan obat rasional. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional terdiri atas:
a. Seksi Peningkatan Penggunaan Obat Rasional b. Seksi Pemantauan Penggunaan Obat Rasional
5. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan
kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta kerumahtanggaan Direktorat.
Susunan Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi Direktorat Pelayanan Kefarmasian
E. Sistematika
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Pelayanan
Kefarmasian adalah sebagai berikut:
Ikhtisar Eksekutif Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada sasaran program dan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran kantor pusat dan dana dekonsentrasi yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
BAB
II.
PERENCANAAN
KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator sasaran berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan kinerja disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu. Kementerian Kesehatan telah menetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024 merupakan dokumen negara yang berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya. Selanjutnya Renstra Kementerian
Kesehatan Tahun 2020 – 2024 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi
Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di tingkat Eselon II. Renstra Kementerian Kesehatan sebagai dasar penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengamanatkan Sasaran Strategis kepada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk meningkatkan akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dimaksud disusun tujuh strategi yang perlu dilakukan antara lain:
a. Memastikan ketersediaan obat esensial dan vaksin di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di puskesmas, dengan melakukan pembinaan pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar di instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas;
b. Menerapkan sistem data dan informasi pengelolaan logistik obat secara terintegrasi antara sarana produksi, distribusi, dan pelayanan kesehatan; c. Penguatan regulasi sistem pengawasan pre dan post market alat kesehatan, melalui penilaian produk sebelum beredar, sampling dan pengujian, inspeksi sarana produksi dan distribusi termasuk
pengawasan barang impor Border dan Post Border, dan penegakan hukum;
d. Meningkatkan daya saing dan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri, melalui penciptaan iklim ramah investasi, optimalisasi hubungan kerjasama luar negeri, membangun sinergi
Academic-Bussiness-Government-Community-Innovator (A-B-G-C-I),
hilirisasi, serta fasilitasi pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan ke arah biopharmaceutical, vaksin, natural, Active Pharmaceutical Ingredients (API) kimia dan industri alat kesehatan teknologi tinggi;
e. Mendorong tersedianya vaksin halal melalui penyusunan roadmap vaksin halal;
f. Mendorong produksi alat kesehatan dalam negeri dengan
mengutamakan pemanfaatan komponen lokal serta penggunaan alat kesehatan dalam negeri melalui promosi, advokasi, dan pengawasan implementasi regulasi;
g. Menjalankan program promotif preventif melalui pemberdayaan masyarakat, terutama untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan alat kesehatan tepat guna di masyarakat serta pemanfaatan kearifan lokal melalui Gerakan Bugar dengan Jamu dan pemanfaatan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024,
sasaran kinerja kegiatan pada Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah: 1) Meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas; 2) Meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan Indikator Sasaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian beserta target yang harus dicapai. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020 – 2024, berikut Indikator Sasaran Kegiatan Peningkatan
Tabel 3. Indikator Sasaran, Definisi Operasional dan Target Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Tahun 2020 – 2024
Indikator Sasaran Definisi Operasional Target
2020 2021 2022 2023 2024 Persentase rumah
sakit dengan penggunaan obat sesuai FORNAS
Rumah sakit yang melayani pasien JKN menggunakan item obat sesuai ketentuan dalam Fornas ≥80%. 70% 75% 80% 85% 90% Persentase fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan Apoteker yang melakukan pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling yang terdokumentasi.
50% 55% 60% 65% 70%
B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020
Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator sasaran. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Perjanjian kinerja berisi tekad dalam rencana kinerja tahunan yang dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang memberikannya. Perjanjian kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.
Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja tahun 2020 untuk seluruh indikator sasaran yang ada pada tingkat luaran dan kegiatan. Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2020 menjadi komitmen bagi Direktorat Pelayanan Kefarmasian untuk mencapainya pada tahun 2020.
Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami perubahan, karena perubahan anggaran serta perubahan target kinerja. Pada awal tahun 2020 sebelum adanya efisiensi anggaran karena pandemi Covid-19, anggaran yang dikelola sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta enam ratus empat puluh tujuh ribu rupiah).
Setelah memasuki triwulan III tahun 2020, anggaran yang dikelola telah turun menjadi Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah), dan target kinerja telah berubah sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020 – 2024.
Tabel 4. Perubahan Indikator Sasaran Kegiatan dan Anggaran
No Sasaran Kegiatan Indikator Sasaran Target
1 Meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai FORNAS
Persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai FORNAS
70%
2 Meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar
Persentase fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
50%
Kegiatan: Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
Anggaran: Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah)
BAB
III.
AKUNTABILITAS
KINERJA
A. TANTANGAN DAN PELUANG
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia sejak bulan Maret 2020, membuat seluruh negara mengalami krisis di bidang kesehatan yang berdampak pada segala aspek kehidupan. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi gerak dan interaksi manusia untuk menekan laju penularan penyakit dan mencegah kolapsnya fasilitas pelayanan kesehatan, mengakibatkan terhentinya roda perekonomian bangsa.
Direktorat Pelayanan Kefarmasian sebagai entitas dalam Kementerian Kesehatan, dituntut untuk ikut berperan dalam penanganan pandemi. Sesuai tugas dan fungsi yang telah diberikan, salah satu peran Direktorat Pelayanan Kefarmasian adalah menyiapkan tenaga apoteker dalam pelayanan kesehatan selama era pandemi. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah menyelenggarakan beberapa webinar untuk apoteker.
Sejalan dengan penanganan pandemi, Direktorat Pelayanan Kefarmasian tetap berproses untuk mencapai sasaran kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
Keterbatasan anggaran dan metode penyelenggaraan kegiatan tidak menyurutkan upaya pencapaian indikator, justru melahirkan langkah-langkah inovatif dalam mencapainya.
B. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Pengukuran kinerja memberikan gambaran kepada pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra ataupun Penetapan Kinerja, merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Indikator merupakan
dokumen perencanaan kinerja yang diukur dalam pengukuran kinerja yaitu dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian.
Dalam rangka menunjang kegiatan peningkatan pelayanan
kefarmasian, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian melakukan berbagai aktivitas/kegiatan yang dapat menunjang pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2020 – 2024. Berikut ini akan diuraikan penjelasan tolak ukur kinerja dari
Direktorat Pelayanan Kefarmasian berdasarkan definisi operasional indikator sasaran kegiatan sebagai berikut:
a. Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas
Untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan yang bermutu dalam pelaksanaan JKN, penggunaan obat oleh pelayanan kesehatan hendaknya mengacu kepada Formularium Nasional. Selain dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengobatan, penggunaan obat Formularium Nasional juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penggunaan obat karena obat dalam Formularium Nasional telah diseleksi berdasarkan pertimbangan manfaat (efikasi), keamanan (safety) berdasarkan bukti ilmiah terkini, dan dengan harga yang terjangkau.
Sebagai bentuk nyata dukungan tersebut, dalam Kegiatan Peningkatan Pelayanan Kefarmasian ditentukan indikator sasaran “Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas”. Pengukuran penerapan Fornas sesungguhnya telah dilakukan sejak Pedoman Penerapan Fornas ditetapkan. Akan tetapi belum diketahui seberapa banyak rumah sakit yang telah menggunakan obat sesuai Fornas, sehingga belum ada data sandingan capaian tahun sebelumnya untuk indikator tersebut.
Tujuan
Melalui penggunaan obat yang sesuai dengan Formularium
Nasional diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat yang rasional serta menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dalam rangka
menunjang keberhasilan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Dengan demikian tujuan pengukuran indikator adalah untuk mengetahui persentase rumah sakit yang telah menggunakan obat sesuai Fornas sebesar ≥ 80%.
Manfaat
1) Bagi Tenaga Kefarmasian
- Membantu pemantauan terapi obat di fasilitas kesehatan;
- Memudahkan tenaga kefarmasiaan dalam proses pengadaan obat.
2) Bagi Rumah Sakit
- Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada pasien; - Menjadi acuan untuk perencanaan kebutuhan obat; - Meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan; - Mengendalikan biaya dan mutu pengobatan.
3) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan alat kesehatan;
- Meningkatkan penggunaan obat rasional pada pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota/provinsi;
- Menetapkan penggunaan obat yang aman, berkhasiat, bermutu, terjangkau, dan berbasis bukti ilmiah dalam JKN;
- Meningkatnya jumlah rumah sakit yang telah melaksanakan kesesuaian obat dalam Fornas sehingga dapat menjadi indikator keberhasilan pembinaan kesesuaian fornas di wilayah setempat.
Definisi Operasional
Rumah sakit menggunakan obat sesuai Fornas adalah rumah sakit yang menggunakan obat sesuai Fornas ≥ 80 %.
Dalam hal ini sasaran indikator adalah rumah sakit yang melayani pasien JKN, dan yang dimaksud dengan obat sesuai Fornas adalah obat yang digunakan dengan mengacu pada Formularium Nasional dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum didalamnya.
Dalam perhitungan capaian indikator maka ditetapkan terlebih dahulu persentase kesesuaian Fornas pada rumah sakit yang melaporkan dengan rumus sebagai berikut:
Rumus : Perhitungan % Kesesuaian obat
= Jumlah Item Obat yang sesuai dengan Fornas di FKRTL
Jumlah Item Obat yang tersedia di FKRTL 𝒙 100%
= 314
378𝑥100%
= 83,07%
Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : Rumus : Perhitungan % RS dengan penggunaan obat sesuai Fornas
=
Jumlah rumah sakit dengan persentase kesesuaian 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑛𝑎𝑠 ≥ 80%
Jumlah rumah sakit yang dipantau 𝒙 100%
= 143
200𝑥100%
= 71,50% Kondisi yang Dicapai:
Capaian indikator persentase rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas tahun 2020 meningkat setiap triwulannya hingga pada triwulan IV mencapai 71,50%, atau sebesar 102,14% dari target.
pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024 (Gambar 5), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target akhir 90% pada tahun 2024.
Gambar 5. Target Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas pada Tahun 2020 – 2024
Gambar 6. Grafik Capaian Indikator Persentase Rumah Sakit dengan Penggunaan Obat sesuai Fornas Tahun 2020
Permasalahan:
1. Belum semua rumah sakit menerapkan SIM-RS dalam pengambilan data obat sehingga masih adanya rumah sakit yang terkendala dalam pengiriman laporan.
2. Masih terdapat klinisi/dokter yang belum memahami penerapan penggunaan obat dalam Fornas.
3. Belum semua rumah sakit melaporkan Kesesuaian obat Fornas. Upaya yang Telah Dilakukan:
Telah melakukan sosialisasi mekanisme pelaksanaan kajian implementasi Fornas di rumah sakit melalui pengisian google form penerapan Fornas dalam kegiatan Evaluasi Implementasi Fornas di Rumah Sakit.
Analisis Capaian:
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
Dalam mewujudkan sasaran meningkatnya rumah sakit dengan penggunaan obat sesuai Fornas, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mampu memenuhi target indikator, hingga mencapai 102,14% dari target. Sumber daya anggaran yang digunakan untuk mencapai target tersebut adalah 98,04% dari total anggaran yang tersedia.
102.14% 98.04%
Gambar 7. Perbandingan Persentase Capaian Indikator dan Realisasi Anggaran
Pelayanan Kefarmasian telah cukup efektif dan efisien dalam memenuhi target yang ditetapkan.
Kegiatan Pendukung Indikator:
1) Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2019
Kajian Evaluasi Implementasi Formularium Nasional sebagai Kendali Biaya di Rumah Sakit pada Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2019 dilakukan oleh pihak ketiga terhadap 251 Rumah Sakit, data terbanyak diperoleh dari Rumah Sakit kelas C sejumlah 111 Rumah Sakit atau 44,2%.
Tabel 5. Persentase Penggunaan Obat Fornas di Rumah Sakit per Kelas Rumah Sakit
Kelas RS
Rerata Jumlah Item Obat Sesuai
Fornas (n)
Rerata Jumlah Item Obat (n total) Persentase Kesesuaian dengan Fornas (%) Semua Kelas Rumah Sakit 351 463 75.8% A 466 660 70.6% B 392 515 76.2% C 335 436 76.8% D 213 276 76.8%
Tabel diatas menampilkan, persentase kesesuaian Fornas tertinggi adalah rumah sakit kelas C dan D sebesar 76.8%, sedangkan persentase kesesuaian Fornas terendah pada rumah sakit kelas A sebesar 70.6%. Tabel tersebut juga menggambarkan pola persentase kesesuaian dengan Fornas semakin tinggi kelas rumah sakit maka semakin rendah persentase kesesuaian dengan Fornas.
2) Pengembangan Fornas sebagai Acuan dalam Penggunaan Obat sebagai Kendali Mutu dan Kendali Biaya pada Pelayanan Kesehatan di Era JKN
Untuk menjamin tersedianya obat yang aman, berkhasiat dan bermutu dalam penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan,
maka disusun Formularium Nasional. Sejak pertama diterbitkan pada tahun 2013, Formularium Nasional telah mengalami perkembangan baik dari segi jumlah item obat maupun jumlah sediaan/kekuatan sebagaimana ditampilkan pada gambar 8.
Gambar 8. Perkembangan Formularium Nasional
Dalam upaya pengembangan Formularium Nasional, pelaksanaan peninjauan Formularium Nasional tidak hanya dilakukan dengan pelaksanaan proses revisi Formularium Nasional secara menyeluruh setiap 2 (dua) tahun namun juga dapat dilakukan secara berkala berdasarkan peninjauan Formularium Nasional.
Pada tahun 2020 telah ditetapkan adendum Fornas sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/350/2020 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/813/2019 tentang Formularium Nasional, terkait perubahan restriksi pada obat rituksimab dan peresepan maksimal pada obat mesna.
Dalam upaya untuk menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, juga untuk memberikan ruang perbaikan terhadap isi Formularium Nasional, serta meningkatkan kepraktisan dalam penggunaan dan penyerahan obat kepada pasien yang
fasilitas kesehatan yang ada maka perlu dilakukan revisi Formularium Nasional. Untuk itu pada tahun 2020 telah dimulai persiapan revisi berupa penerimaan usulan melalui aplikasi
e-Fornas sejak 1 Maret – 15 Juni 2020 yang kemudian akan di
lakukan pembahasan dengan melibatkan tim Komnas
Penyusunan Fornas dan instansi terkait pada tahun 2021.
3) Penyusunan Revisi DOEN
Konsep obat esensial merupakan pendekatan yang telah terbukti paling bermanfaat untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Konsep ini diwujudkan dengan penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), yang memilih obat yang paling dibutuhkan dengan mempertimbangkan ratio manfaat terhadap risiko maupun manfaat terhadap biaya.
Proses penyusunan DOEN 2021 telah dilakukan mulai dari permintaan usulan sejak bulan Juni tahun 2020 dan penerimaan usulan sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020, dan telah diterima usulan dari 16 instansi/organisasi profesi sebanyak 489 item zat aktif dalam 654 bentuk sediaan/kekuatan, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Usulan DOEN
No Nama Instansi
Jumlah Instansi Jumlah Usulan Yang
dikirimkan
Yang
mengirimkan Obat Sediaan
1 Dinas Kesehatan Provinsi 34 - - -
2 Dinas Kesehatan Kab/Kota 504 1 3 6
3 RS Pemerintah 337 2 128 153
4 RS Non Pemerintah 126 1 8 8
5 Perhimpunan/Organisasi 88 10 341 472
6 Instansi Pemerintah 10 2 9 15
Jumlah 1.099 16 489 654
Penyusunan DOEN 2021. Selanjutnya pada tahun 2021, akan dilaksanakan rapat pembahasan hingga finalisasi DOEN 2021.
4) Pendampingan Tenaga Kesehatan dalam Kendali Biaya Obat yang High Cost, High Risk, dan High Volume di Rumah Sakit Vertikal
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya peningkatan kapasitas SDM dalam kendali mutu dan kendali biaya obat agar mampu melakukan pengendalian biaya obat untuk
menjamin sustainabilitas pelayanan kesehatan melalui
optimalisasi data pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Pendampingan tenaga kesehatan ini dilakukan di 6 rumah sakit yaitu:
a. RS Tipe A: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
b. RS Tipe B: RSUD Gambiran, RSUD Gunung Jati, RSUD Provinsi NTB, RS Siloam
c. RS Tipe C: RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
Hasil dari kegiatan ini adalah pola penggunaan obat yang dinyatakan sebagai drug utilization (DU) 90 % di setiap rumah sakit (Lampiran 7).
5) Workshop Analisis Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya peningkatan kapasitas SDM khususnya di bidang farmakoekonomi terutama dalam penyajian dan analisis data penggunaan obat untuk mengetahui pola penggunaan obat dan tren penggunaan obat serta biaya di rumah sakit. Workshop diikuti oleh 39 peserta dari 3 Rumah Sakit Umum Pusat dan Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Lampung serta 1 Rumah Sakit Swasta di wilayah Banten.
Materi yang disampaikan dalam workshop sebagai berikut: a. Kebijakan Penerapan Analisis Farmakoekonomi dalam
c. Pengolahan Data Evaluasi Penggunaan Obat di Rumah Sakit. Sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19 workshop yang semula akan dilaksanakan secara tatap muka diubah menjadi pertemuan daring (webinar).
6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kendali Mutu dan Kendali Biaya di Rumah Sakit
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi dalam rangka efektifitas dan efisien penggunaan obat dan biaya pelayanan kesehatan. Petunjuk Teknis tersebut disusun sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
Petunjuk teknis ini membahas rincian pelaksanaan pengendalian biaya obat yang merupakan bagian dari upaya kendali mutu dan biaya serta pemenuhan standar akreditasi rumah sakit.
7) Penyusunan Pedoman Penilaian Farmakoekonomi dalam Seleksi Obat
Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah melakukan upaya
penyusunan NSPK di bidang farmakoekonomi sebagai acuan
dalam melakukan analisis rasio manfaat biaya obat. Analisis
tersebut diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan alternatif terbaik dalam proses seleksi obat di era Jaminan Kesehatan Nasional.
Pedoman ini telah disusun dengan merujuk pada pedoman farmakoekonomi di 3 negara yaitu Inggris, Vietnam dan Thailand sebagai benchmark. Pedoman ini dimaksudkan sebagai tools
dalam pengambilan keputusan mulai dari alur penilaian, proses
penilaian aspek farmakoekonomi dalam seleksi obat dan rekomendasi hasil evaluasi.
b. Persentase Fasyankes Yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
Dalam mencapai sasaran meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar, Direktorat Pelayanan Kefarmasian memiliki dua jenis indikator. Pada triwulan I-II, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024 belum selesai disusun,
sehingga indikator yang dipantau dalam pencapaian sasaran pada triwulan I-II menggunakan indikator dari RPJMN Tahun 2020 – 2024 yaitu “Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar” dengan target 3000 Fasyankes. Setelah memasuki triwulan III, indikator sasaran yang dipantau dalam pemantauan kinerja berubah berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan 2020 – 2024, yaitu menjadi “Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar” dengan target 50%.
Indikator “Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar” sesungguhnya bukan indikator yang
benar-benar baru bagi Kegiatan Peningkatan Pelayanan
Kefarmasian. Pada RPJMN dan Renstra periode sebelumnya, pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang sesuai standar telah menjadi indikator yang diukur pada dua tipe fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu Puskesmas dan rumah sakit. Capaian masing-masing pun cukup memuaskan, dimana pada Puskesmas capaiannya sebesar 60,06% dari target 60%, dan pada rumah sakit capaiannya sebesar 65,28% dari target 65%.
Menjawab tantangan perkembangan zaman akan tingginya standar kualitas pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan, maka Direktorat Pelayanan Kefarmasian menambahkan kriteria baru bagi Fasyankes yang pelayanan kefarmasiannya disebut sesuai standar yaitu dengan adanya keberadaan apoteker sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu capaian pada tahun 2020 tidak dapat dibandingkan dengan capaian periode
Tujuan
Mengetahui jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) dengan Apoteker (dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian) yang melakukan pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling yang terdokumentasi.
Manfaat
1) Untuk Tenaga Kefarmasian
- Meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam pemberian pelayanan kesehatan di Fasyankes.
- Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kefarmasian di Fasyankes.
2) Untuk Puskesmas dan Rumah Sakit
- Meningkatkan kinerja Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut.
- Meningkatkan daya saing dalam komitmen peningkatan pelayanan kesehatan.
3) Untuk Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
- Turut berkontribusi dalam mendukung program kefarmasian dan alat kesehatan.
- Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.
- Meningkatnya jumlah Puskesmas dan rumah sakit yang telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dapat menjadi indikator keberhasilan pembinaan pelayanan kefarmasian di wilayah setempat.
Perhitungan
I. Indikator RPJMN:
Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar, sebagai berikut:
- Capaian tahun 2020 : 3.010 Fasyankes (data dukung terlampir)
II. Indikator Renstra:
Persentase Fasyankes yang melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar, sebagai berikut: - Target tahun 2020 : 50,00%
- Capaian tahun 2020 : 50,72%
=
Jumlah Fasyankes yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
Jumlah Fasyankes yang dipantau 𝒙 100%
= 3010
5935𝑥100%
= 50,72% Kondisi yang dicapai:
Pada pemantauan kinerja triwulan I-II, capaian dipantau hanya berdasarkan indikator RPJMN. Pada triwulan III-IV, pemantauan kinerja berdasarkan indikator Renstra, namun pencapaian kinerja pada triwulan III-IV juga tetap dapat dipantau berdasarkan indikator RPJMN. Jika disandingkan dengan target pada indikator RPJMN, capaian kinerja sebesar 100,33% dari target.
Tabel 7. Pencapaian Indikator RPJMN
Indikator RPJMN Target TW I TW II TW III TW IV Jumlah Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
3.000 402 1.300 2.598 3.010
Pada triwulan III-IV, pemantauan kinerja sudah mulai menggunakan indikator sasaran berdasarkan Renstra Kementerian
Kesehatan 2020 – 2024 yaitu persentase Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar. Capaian indikator sasaran kegiatan sebesar 50,72%, atau 101,44% dari target
target tahun pertama Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024 (Gambar 9), menunjukkan upaya Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai target akhir 70% pada tahun 2024. Fasyankes yang dipantau adalah Puskesmas dan rumah sakit.
Gambar 9. Target Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar pada Tahun 2020 – 2024
Tabel 8. Pencapaian Indikator Renstra
Indikator Renstra Target TW I TW II TW III TW IV Persentase Fasyankes yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar
50% - - 43,23% 50,72%
Grafik berikut (Gambar 10) adalah capaian indikator Renstra Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar tahun 2020 dari Puskesmas dan rumah sakit dari 34 provinsi, dimana sebaran Puskesmas dan rumah sakit yang dipantau belum optimal.
Gambar 10. Capaian Indikator Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar per Provinsi Tahun 2020
Permasalahan:
1. Belum semua Fasyankes memiliki tenaga kefarmasian khususnya apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
2. Tenaga kefarmasian di Fasyankes jarang/tidak pernah
mendapatkan pelatihan pelayanan kefarmasian.
3. Belum semua Fasyankes melaporkan pelayanan kefarmasian. Upaya yang telah dilakukan:
1. Membuat surat edaran pengumpulan data laporan capaian indikator melalui format google form untuk Puskesmas dan rumah sakit.
2. Sosialisasi dan pembinaan kepada dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota secara daring (webinar) dalam kondisi pandemi Covid-19.
3. Melaksanakan pelatihan pelayanan kefarmasian di Puskesmas dan rumah sakit secara daring (webinar) dalam kondisi pandemi Covid-19. 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 A ce h Su matra Ut ara Su matra S e latan Su matra Ba rat Ben gku lu R iau Ke p u lau an R iau Jambi La mp u n g Ba n gk a B e litu n g Kali man tan B arat Kali man tan T imu r Kali man tan S e latan Kali man tan T en ga h Kali man tan Ut ara Ba n te n
DKI Jakarta Jaw
a B arat Jaw a T en gah DI Y o gyakart a Jaw a T imu r Ba li N u sa T en gg ara T imu r N u sa T en gg ara Ba rat G o ro n tal o Su law es i Ba rat Su law es i T en gah Su law es i U tar a Su law es i T en gg ara Su law es i S el at an Mal u ku Ut ara Mal u ku Pa p u a B arat Pa p u a
4. Menyusun draft tools monitoring dan evaluasi pelayanan kefarmasian.
Analisis Capaian:
Gambar 11. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan Realisasi Anggaran
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, sasaran kegiatan meningkatnya pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai standar diukur dengan dua jenis indikator, yaitu indikator RPJMN dan indikator Renstra.
Apabila melihat persentase capaian indikator RPJMN yang mencapai 100,33% dari target, dan indikator Renstra 101,44% dari target, disandingkan dengan realisasi anggaran kegiatan pendukung sebesar 92,00% dapat dikatakan kinerja Direktorat Pelayanan sudah cukup efektif.
Kegiatan Pendukung Indikator:
1) Peningkatan Mutu Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes Pencapaian indikator pelayanan kefarmasian melalui peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di apotek, klinik dan toko obat yang melaksanakan pelayanan kefarmasian harus menyesuaikan dengan perkembangan dunia kesehatan dan memerlukan pengetahuan sistem teknologi farmasi. Untuk itu, maka apoteker harus dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian
101.44% 100.33% 92.00%
Gambar 10. Perbandingan Persentase Capaian Indikator RPJMN, Renstra dan Realisasi Anggaran
Realisasi Anggaran
Persentase Capaian Indikator RPJMN Persentase Capaian Indikator Renstra
apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di rumah sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
2) Penyusunan Standar dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan di Fasyankes dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, dan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sebagai langkah untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia kesehatan dan memerlukan skill tenaga kesehatan yang mumpuni, maka perlu menyediakan berbagai acuan bagi apoteker. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan standar dan pedoman pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti apotek, klinik, dan toko obat.
3) Pembinaan dan Pengawasan di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian
Sebagaimana sudah diketahui, fasilitas pelayanan
kefarmasian sebagian besar telah memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan fungsinya terutama yang menyangkut kualitas produk serta jaminan keamanan petugas farmasi. Untuk memastikan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kefarmasian telah memenuhi syarat, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengadakan evaluasi atas kegiatan bimbingan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian. Evaluasi tersebut
dilaksanakan dalam bentuk pertemuan. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat diketahui kondisi pengelolaan obat di fasilitas
pelayanan kesehatan, sehingga dapat disusun rencana aksi peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang sesuai standar. 4) Pembekalan Apoteker dalam Penanggulangan Covid-19
Apoteker memiliki peran penting dalam penanganan Covid-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan obat, diantaranya adalah menjaga ketersediaan obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), bahan laboratorium dan Alat Pelindung Diri (APD), serta pelayanan farmasi klinis agar obat yang diberikan sesuai dengan protokol dengan mempertimbangkan aspek keamanan guna mencapai outcome therapy. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membekali apoteker dengan pengetahuan terkini tentang pemanfaatan teknologi sistem daring serta kebijakan dan tatalaksana terapi pada pasien COVID-19 agar apoteker tetap dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu kepada pasien di masa pandemi.
Kegiatan dilakukan secara daring dalam bentuk pertemuan daring dan webinar yang terbagi dalam 2 (dua) seri. Adapun materi yang diberikan antara lain:
a. Pelatihan Pengelolaan Pertemuan secara Daring (peserta 100 orang)
b. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-1 (peserta 2.630 orang)
• Menjamin Ketersediaan Obat Covid-19
• Tata Laksana Terapi Remdesivir, Favipiravir dan Obat lainnya dalam Penanganan Covid-19
• Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di Masa Pandemi Covid-19
c. Webinar GeMa CerMat dalam Rangka Pembekalan Apoteker dalam Penanggulangan Covid-19 dengan tema Pelayanan Kefarmasian di Tengah Pandemi Seri-2 (peserta 3.110 orang)
• Kebijakan dan Upaya Pemerintah dalam Penanganan Covid-19
• Pengembangan Vaksin Covid-19 di Indonesia
• Penggunaan Antibiotik di Era Pandemi Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru
5) Pembekalan Apoteker Agent of Change (AoC) dalam Rangka
Adaptasi Kebiasaan Baru
Pemerintah saat ini terus berupaya menangani pandemi Covid-19 dengan dukungan dan peran serta stakeholder serta masyarakat. Berbagai upaya kesehatan terus dilakukan dalam bentuk prevent, detect, dan response agar jumlah kasus menurun, kesembuhan meningkat dan kematian dapat dicegah. Oleh karena itu, adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang tak bisa ditawar lagi. Kegiatan ini bertujuan agar apoteker dapat meningkatkan perannya di masyarakat dalam memberikan informasi dan edukasi di situasi pandemi, agar masyarakat diharapkan tetap produktif namun tetap aman dari Covid -19.
Kegiatan dilakukan di 10 kabupaten/kota yang terbagi di Provinsi Banten, Lampung, dan Jawa Barat dengan peserta masing-masing 45 orang apoteker, perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun materi yang diberikan antara lain:
a. Optimalisasi Pelayanan Kefarmasian dalam Pelayanan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian
b. Pemantauan dan Evaluasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian c. Tools Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat dan Juknis Pengisian oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian
d. Best Practice pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat oleh Master Agent of Change GeMa CerMat
e. Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat oleh Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota, Puskesmas, PD-PC IAI dan Apoteker Agent of Change
6) Evaluasi Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Kegiatan pertemuan evaluasi ini merupakan tindak lanjut pembekalan dan sosialisasi GeMa CerMat sehingga diharapkan dapat memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan edukasi pada masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui capaian, upaya dan kendala yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota pada saat pelaksanaan GeMa CerMat. Pemantauan dan evaluasi dilakukan mulai dari komponen input, proses, output dan outcome. Pada komponen input pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat dukungan terhadap pelaksanaan GeMa CerMat dari sisi kebijakan, perencanaan termasuk sumber penganggaran. Pada komponen proses
pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat
implementasi strategi pelaksanaan GeMa CerMat. Pada komponen output pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk menilai capaian terhadap target yang telah ditetapkan. Sedangkan pada komponen outcome dimaksudkan untuk melihat perubahan perilaku masyarakat mulai dari mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat di rumah.
Kegiatan ini dilakukan secara daring meliputi pemberian materi oleh narasumber dan diskusi interaktif. Penanggung jawab kegiatan GeMa CerMat di provinsi/ kabupaten/kota memaparkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan GeMa CerMat yang memuat penjelasan tentang jumlah apoteker AoC, dukungan
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program GeMa CerMat, kegiatan inovasi, serta kendala/permasalahan dan solusi yang dilakukan.
7) Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan GeMa CerMat
(Virtual Meeting)
Selain peresepan secara irrasional oleh tenaga kesehatan dan kurangnya informasi penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penggunaan obat secara tidak tepat juga dilakukan oleh masyarakat, baik kurangnya kepatuhan pasien dalam menggunakan obat yang diresepkan maupun dalam pengobatan sendiri (swamedikasi). Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk menyebarkan informasi, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada tenaga kesehatan dan masyarakat tentang penggunaan obat rasional dan mengimbangi promosi obat oleh produsen, perlu disediakan berbagai materi promosi melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan dalam rangka sosialisasi tentang penggunaan obat rasional kepada tenaga kesehatan dan masyarakat secara intensif dan berkesinambungan.
Penyusunan dan Publikasi Materi KIE POR dan Gema Cermat (Virtual Meeting) dilakukan secara daring dengan mengundang pembahas dari Akademisi, Direktorat Promosi Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, organisasi profesi, Yayasan Orangtua Peduli, dan Direktorat
Pelayanan Kefarmasian. Sedangkan peserta merupakan
perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Setditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan, pengurus pusat Organisasi Profesi Kesehatan, yang merupakan Tim Penyusun Materi POR. Kegiatan ini menghasilkan materi KIE POR dan GeMa CerMat yang dapat digunakan tenaga kesehatan sebagai
pengobatan untuk mendapatkan informasi yang memadai. Sehingga peningkatan penggunaan obat rasional, praktek pengobatan yang aman (medication safety practice) dan keselamatan pasien (patient safety) dapat tercapai.
8) Finalisasi Pedoman Dan Juknis Gerakan Masyarakat Cerdas
Menggunakan Obat (GeMa CerMat)
Dalam rangka percepatan upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran, kepedulian, dan keterampilan masyarakat mengenai penggunaan obat secara rasional, dilaksanakan program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) yang merupakan wadah penggerakan penggunaan obat rasional, CBIA dan program terkait lain yang berkesinambungan dengan melibatkan lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait. Pelaksanaan GeMa CerMat yang dimulai dari advokasi, sosialisasi, edukasi, penyebaran informasi hingga optimalisasi peran tenaga kesehatan membutuhkan suatu pedoman sebagai acuan yang dapat dipergunakan oleh pihak yang berkepentingan dalam melaksanakan GeMa CerMat.
Pelaksanaan Finalisasi Pedoman dan Juknis GeMa CerMat dilaksanakan dengan metode daring (virtual meeting) dengan mengundang Narasumber Pakar akademisi dan pembahas dari Dinas Kesehatan Prov, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Master Agent of Change GeMa CerMat dan praktisi. Peserta merupakan perwakilan dari Direkorat Pelayanan Kefarmasian, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Apoteker Praktisi, Organisasi Profesi, Master Agent of Change GeMa CerMat. Kegiatan ini menghasilkan Pedoman Pelaksanaan Program GeMa CerMat dan Tools Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan GeMa CerMat. Pedoman ini menjadi acuan dalam pelaksanaan strategi GeMa CerMat secara terintegrasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya sehingga upaya untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran,
pemahaman dan kemampuan masyakarat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar dapat tercapai.
9) Optimalisasi Apoteker Agent of Change (AoC)
Sejak tahun 2016 – 2019 telah dilaksanakan kegiatan
pembinaan, sosialisasi, dan pembekalan bagi Apoteker Agent of Change Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat) di 219 kab/kota di 34 provinsi. Optimalisasi Peran apoteker sebagai Agent of Change Gema Cermat merupakan tindak lanjut kepada apoteker untuk memaksimalkan peran apoteker dalam melakukan edukasi pada masyarakat. Peran apoteker Agent of Change akan semakin kuat jika didukung oleh kemampuan berkomunikasi. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan kemampuan berkomunikasi bagi para apoteker AoC tersebut.
Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan metode pertemuan virtual sebanyak 3 (tiga) sesi dengan menggandeng narasumber dan praktisi yang kompeten dalam bidangnya. Peserta merupakan apoteker AoC GeMa CerMat yang telah mengikuti pembekalan dan sosialisasi Gema Cermat sebelumnya sebanyak 105 orang. Materi yang disampaikan diharapkan dapat menunjang praktik pelayanan kefarmasian, antara lain:
a. Introduction and Interpersonal Skill Communication b. Small Group Skill Communication and Negotiation c. Public Speaking and Advocacy
C. REALISASI ANGGARAN
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Direktorat Pelayanan Kefarmasian semula didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 dengan alokasi sebesar Rp. 24.952.647.000,- (Dua puluh empat milyar sembilan ratus lima puluh dua juta enam ratus empat puluh tujuh ribu rupiah). Dalam pelaksanaan tahun berjalan, anggaran Direktorat Pelayanan Kefarmasian mengalami efisiensi
kegiatan sosialisasi normal baru, sehingga DIPA akhir Direktorat Pelayanan Kefarmasian tahun 2019 sebesar Rp. 9.313.476.000,- (Sembilan milyar tiga ratus tiga belas juta empat ratus tujuh puluh enam ribu rupiah).
1. Analisis Efisiensi e-Monev DJA
Gambar 12. Hasil Penilaian e-Monev DJA
Berdasarkan penilaian efisiensi melalui e-Monev DJA, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mendapatkan nilai efisiensi 5,56%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam penggunaan anggaran untuk mencapai target volume keluaran, Direktorat Pelayanan Kefarmasian telah cukup efisien. Dengan realisasi anggaran sebesar 97,27%, Direktorat Pelayanan Kefarmasian mampu mencapai rata-rata capaian volume keluaran 100,00%.
2. Analisis Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data hasil analisis beban kerja Direktorat Pelayanan Kefarmasian, jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsi satuan kerja adalah sebanyak 110 orang. Jumlah total
pegawai aktif Direktorat Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2020
sebanyak 51 orang. Dengan jumlah pegawai aktif yang kurang dari hasil analisis beban kerja, Direktorat Pelayanan tetap mampu menjalankan tugas dan fungsinya.
Distribusi pegawai Direktorat Pelayanan Kefarmasian per subdirektorat dan subbagian sebagai berikut:
Gambar 13. Distribusi Pegawai per Subdit/Subbag
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, keragaman SDM Direktorat Pelayanan Kefarmasian didominasi oleh lulusan S1-Apoteker (62%), setelahnya S2 (23%), dan lainnya D3 (8%), SMA (7%).
Gambar 14. Gambaran Keragaman Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
3. Sarana dan Prasarana
Laporan perkembangan Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2020 sebagai berikut : 30% 19% 17% 17% 17% Subbag TU Subdit MKF Subdit FE Subdit SOA Subdit POR 7% 8% 62% 23% SMA D3 S1-Apoteker S2