• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Pembinaan Coffee Morning GKK Pos Kelapa Gading

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bahan Pembinaan Coffee Morning GKK Pos Kelapa Gading"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Bahan Pembinaan

Coffee Morning

GKK Pos Kelapa Gading

Ringkasan dan tambahan

untuk bahan diskusi

Dari Buku:

“The Salomon Secrets”

Tulisan: Robert Jeffress

Oleh:

Dennie Olden Frans

Jakarta 2014

(2)

Pengantar

Bahan ini ditulis berdasarkan buku

“The Salomon Secrets”

Tulisan:Robert Jeffress.

Seorang

manusia

pada

akhirnya

akan

diperhadapkan dengan satu keputusan, apakah ia mau

takut akan Tuhan atau tidak. Penulis Amsal

mengatakan, “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan” dan

pengertian dimulai dari pengenalan akan Tuhan (Ams. 9:10). Sebagai

manusia apakah kita menyadari bahwa manusia diberi hidup adalah

dengan tujuan utama yaitu memuliakan TUHAN? Dengan fokus kita

hanya untuk kemuliaan Tuhanlah, maka kita akan dapat menemukan

hikmat yang sejati dari Sang Pencipta.

Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia

memperdengarkan suaranya. (Ams 1:20). Firman Tuhan ini

mengingatkan kita, bahwa dimanapun kita berada di bumi ini, akan

selalu ada hikmat yang dapat kita temukan melalui setiap ciptaan-Nya,

dan segala sesuatu yang diciptakan manusia. Ketika kita berkendara di

jalanan, kita bisa temukan desain bangunan-bangunan yg indah,

dimana manusia menciptakannya dengan hikmat yang Tuhan telah

sediakan baginya. Kuncinya hanya, apakah kita mau mencari hikmat

yang Tuhan telah sediakan bagi kita sebagai manusia yang merupakan

gambar dan rancang Allah yang ada pada diri kita.

Kiranya melalui ringkasan bahan sharing yang telah

dirangkum oleh hamba-Nya, Bpk. Pdt. Dennie Olden Frans

berdasarkan buku "Solomon Secrets (karangan Robert Jeffress)",

biarlah ini boleh menjadi pedoman pembelajaran bagi kita yang ingin

mempelajari lebih jauh tentang hikmat yang telah Tuhan sediakan

bagi kita melalui salah satu tokoh besar yang dicatat dalam Alkitab.

Mari kita gunakan kesempatan dan waktu yang Tuhan bri bagi kita

untuk menggali lebih jauh sumber hikmat dari Sang Pencipta, dengan

(3)

semua akal budi dan talenta yang telah Tuhan sediakan bagi kita

sebagai ciptaanNya. Amsal 8:1-3: Bukankah hikmat berseru-seru, dan

kepandaian memperdengarkan suaranya ? .. Di atas tempat-tempat

yang tinggi di tepi jalan, di persimpangan jalan-jalan, di sanalah ia

berdiri, ... di samping pintu-pintu gerbang, di depan kota, pada jalan

masuk, ia berseru dengan nyaring.

Yang menjadi pertanyaan bagi kita, darimanakah sumber hikmat kita?

Dari Sang Pencipta sendiri atau dari ciptaanNya?

Selamat mempelajari dan menggali lebih jauh

hikmat sejati yang dari Tuhan.

Soli Deo Gloria ...

Pengurus Coffee Morning GKK-KG-Jakarta

The Min Sing

Buku yang sangat bagus mengungkapkan ini mengungkapkan

beberapa hal menarik tentang Salomo berdasarkan kitab Amsal.

Saduran, ringkasan dan penambahan dalam tulisan ini dibuat

atau ditulis untuk keperluan sendiri sebagai bahan diskusi

Bersama setiap hari Sabtu pagi, dalam persekutuan doa jemaat

Gereja Kristus Ketapang

Pos Kelapa Gading Jakarta pada tahun 2014.

Untuk lebih lengkap, disarankan untuk membaca bukunya

secara langsung

yang ditertemahkan dan diterbitkan oleh

(4)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Jika Anda Tidak Tahu

Kemana Anda Akan Pergi,

Anda Akan Tiba Di Tempat Lain!

berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress)

---

Firman Tuhan:

“Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.” (Amsal 20:18)

“Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.” (Amsal 15:22) “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan,Tetapi

setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.” (Amsal 21:5)

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” (Amsal 16:3)

---

Dimanakah Anda Ingin Berada

Dalam Waktu Sepuluh Tahun Mendatang?

Pertanyaan penting dalam kehidupan kita yang sementara ini, ialah: “Kemanakah kita akan pergi,..seperti apakah kehidupan yang Anda inginkan…?” Untuk memulai, cobalah

pertimbangkanlah:

• Bagaimana Keadaan Keuangan Anda? Berapa banyak yang Anda peroleh sepuluh tahun dari sekarang? Berapa banyak yang Anda gunakan untuk hal-hal berharga…? • Bagaimana dengan pekerjaan Anda? Pekerjaan seperti apakah yang Anda miliki, tujuan apa yang akan Anda capai…? Bagaimana sepuluh tahun mendatang?

• Bagaimana Keluarga Anda? Seperti apa hubungan Anda dengan pasangan Anda sepuluh tahun mendatang? Berapa banyak Anda menggunakan waktu bersama mereka?

• Bagaimana keadaan rohani Anda sepuluh tahun akan datang? Bagaimana hubungan Anda dengan Allah dibanding sekarang? Kebiasaan apa yang tidak lagi menjadi bagian kehidupan Anda?

(5)

• Bagaimana dengan Pelayanan? Apakah Anda menjadi seorang yang mengasihi Tuhan dengan melayaninya? Atau seberapa bedakah dengan sekarang?

Mungkin, kita berkata, ach…itu hanyalah impian saja. Tetapi, jangan pernah meremehkan impian, sebab semua keberhasilan besar dimulai oleh impian-impian besar. Impian memang penting, tetapi semuanya belum cukup untuk mengubah kehidupan kita. Sebuah impian tanpa rencana hanyalah sebuah harapan. Kita perlu “peta” untuk membawa kita kepada sebuah keberhasilan.

Kerugian dari Tidak Melakukan Apapun !

Kita tidak akan pernah sampai pada sebuah tujuan

dengan kebetulan. Tanpa perencanaan dan tindakan

untuk mencapainya, kita cenderung hanyut menjauhi

impian-impian kita. Bayangkanlah bagaimana perasaan

anda jika 10 tahun akan datang, keberadaan pekerjaan

Anda biasa-biasa saja dan mungkin lebih buruk dari sekarang?

Bagaimana dengan keluarga kita sekian tahun akan datang? Apakah

hubungan semakin baik atau tidak ada keharmonisan? Bagaimana

dengan keadaan kerohanian kita? Apakah kita menjadi semakin jauh

dari Tuhan? Bahkan hidup di bawa murka Tuhan? Atau menjadi

seorang yang begitu mengasihi Tuhan, melayaninya dan hidup di

dalam berkat Tuhan?

Untuk mencapai sebuah tujuan; Hati-hati, kita akan

bertemu dengan dua pandangan yang sama-sama akan

mematikan segala impian-impian kita. Pertama, kita yakin

bahwa kita masih mempunyai banyak waktu! Atau

sebaliknya, kita merasa terlambat dan tidak ada waktu lagi,

sehingga tidak melakukan apapun.

Bagaimana MerencanakanLangkah-langkah sederhana

dimana kelak kita berada?

Bagaimana keberadaan kehidupan kita?

• Rohani: “aku ingin bertumbuh dalam hubunganku dengan Allah.”

• Jasmani: “Aku ingin menjalani hidup dengan teratur dan sehat.” • Perkembangan pribadi: “Aku ingin lebih banyak belajar.”

(6)

• Keluarga: “Aku ingin membangun keluarga yang harmonis.” • Pekerjaan: “Aku ingin membuka usaha sendiri.”

• Keuangan: “Aku ingin memiliki cukup keuangan untuk masa depan keluarga.”

• Sosial: “Aku ingin membangun lebih banyak persahabatan.” • Pelayanan: “Aku ingin terlibat dalam pelayanan gereja.”

Periksalah ada skala 1-10, 10 sebagai angka tertinggi, tentang apa

yang kita capai dalam 8 bidang kehidupan yang sangat penting ini:

Rohani 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jasmani 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perkembangan Pribadi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sosial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keuangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pelayanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dll………. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ---

10. terbaik, 9. Baik sekali, 8.baik, 7.cukup baik, 6.cukup, 5.kurang, 4. kurang sekali, 3. buruk, 2. buruk sekali, 1. sangat buruk sekali.

---

Pikirkanlah, dimana saya berada dan akan berada?! Rohani:……….. Jasmani:……… P.Pribadi:………. Keluarga:……….. Pekerjaan: ……… Keuangan: ……… Sosial: ……….. Pelayanan: ………..

Mengetahui kedudukan sekarang menolong kita untuk melihat

tujuan-tujuan ke depan. Dan untuk membawa maksud dari kehidupan

kita kepada tempat dimana seahrusnya kita berada, perhatikanlah

langkah-langkah apa yang akan kita harus lakukan:

(7)

Rohani: Saya akan membaca Alkitab setiap hari, mulai hari ini. Jasmani: Saya akan berolah raga secara teratur dan makan secara

teratur dan sebagainya.

P. Pribadi: Saya akan mempelajari hal tertentu sesuai dengan pekerjaanku.

Keluarga: Saya akan mengasihi keluargaku

Pekerjaan: Saya akan mencari peluang baru untuk membuka sebuah usaha sendiri.

Keuangan: Saya akan berusaha untuk menggunakan keuangan sesuai dengan kebutuhan.

Sosial: Saya akan bergaul lebih luas dengan lingkunganku dengan baik.

Pelayanan: Mulai hari ini, saya akan ikut dalam pelayanan PI/Misi dan Sosial.

“Bagaimana caranya

memakan habis seekor Gajah?”

Salah satu cara untuk mencapai sebuah kerinduan besar ialah

memecahkannya menjadi tujuan-tujuan kecil yang dapat diukur

dengan waktu dan kemampuan kerja kita. Tujuan-tujuan yang lebih

kecil menjadi daftar “tugas” kegiatan-kegiatan harian kita yang

mengantarkan kita pada maksud utama dari kehidupan kita. Akhir

kata …

Perencanaan adalah baik, langkah-langkah mencapai tujuan dimana

kita berada selama hidup sementara di dunia ini adalah benar,

tetapi di atas segalanya ialah:

“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,

maka terlaksanalah segala rencanamu.”

(Amsal 16:3)

CATATAN:

---

---

---

---

---

---

---

(8)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Untuk Lebih Berhasil,

Teruslah Berusahalah

Walau harus sering gagal!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress)

---“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; Siapa tidur pada waktu panen membuat malu.” (Amsal 10:4-5) • “Hati si pemalas penuh keiginan, tetapi sia-sia, Sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.” (Amsal 13:4) • “Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, Tetapi tidak juga mengembalikan ke mulutnya.” (Amsal 19:24) • “Berkatalah si pemalas: “ada singa di jalan! Ada singa di lorong!” Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.”

(Amsal 26:13-14) ---

Pastikanlah bahwa kita terus melangkah!

Thomas Alfa Edison berkata:

“Banyak orang yang gagal dalam

hidup adalah orang-orang yang tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”

Mungin setelah diskusi kunci 1, tentang perencanaan kita terdorong untuk mengejar impian kita. Dan mungkin kita telah mencoba memikirkan sasaran dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Puji Tuhan! Kita telah maju selangkah, jika dibanding dengan orang-orang yang menjalani kehidupan tanpa tujuan yang jelas. Itu adalah kabar baik. Tetapi kabar “buruknya” ialah kita akan berhadapan dengan rintangan-rintangan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dan kita sadar bahwa rintangan-rintangan itu dapat menimbulkan hambatan-hambatan, tetapi orang bijak tidak akan berhenti atau mundur, karena beberapa tantangan, tetapi dengan tekun terus melangkah. Orang bijak berkata: “keberanian

adalah keinginan untuk memulai sesuatu, tetapi ketekunan adalah tekad untuk meneruskan sesuatu.”

Bagaimana Ketekunan dalam kesaksian Alkitab?

Alkitab Firman Tuhan penuh dengan contoh-contoh tentang ketekunan. Antara lain:

Aduh… enaknya

(9)

1. Merobohkan Tembok-tembok.

Renungkanlah kisah tentang Yosua dan tembok-tembok Yerikho.

Tujuan: Merebut tanah Kanaan. Halangan: Tembok besar yang

mengelilingi kota Yerikho. Rencana penaklukkan diberikan Tuhan, yaitu dengan mengelilingi kota. Apa dengan itu cukup? Tentu hal penting lain ialah; teruslah melangkah, dan untuk itu, perlu

ketekunan.

2. Menjadi kotor untuk menjadi bersih

Ingatkah kita kisah Naaman? Seorang panglima tentara Siria? Tujuan: untuk mendapatkan kesembuhan. Halangan: Ia harus ke Israel, dan harus berendam di sungai Yordan 7 kali. Naaman marah, karena merasa, bukanlah sungai-sungai di Siria lebih bagus dan bersih? Mengapa harus di sini? Ia ingin penyelesaian kilat. Untuk sebuah tujuan, Naaman, akhirnya berupaya melawan halangan baik dari dirinya sendiri, maupun dari tempat dimana ia harus melakukan sesuatu. Bayangkan 7 kali ia berendam. Kalau tidak ada ketekunan, dan kemauan untuk terus

maju, dapat saja ia berhenti ada kali yang ke enam. Dan merasa itu

adalah pekerjaan sia-sia? Tetapi jika ia berhenti, bukankah ia telah berada begitu dekat dari sebuah tujuan?

Pahamilah Nilai sebuah ketekunan!

Perhatikanlah, penulis Amsal tidak memperbandingkan: orang cantik dengan orang buruk rupa, orang kaya dan orang miskin, orang berutung dan tidak beruntung. Tetapi sebaliknya Salomo membedakan antara orang rajin dan orang malas. Ketekunan akan memperlihatkan perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Orang pandai tapi malas tidak akan berhasil, sebaliknya orang bodoh tetapi tekun serta terus melangkah mencapai tujuannya akan lebih pasti untuk berhasil bahkan mungkin bertambah sebuah kepandaian dari pada orang pandai tapi malas. Renungkanlah apa yang telah Allah karuniakan kepada Anda! Apakah yang dapat kita tambahkan kepadanya supaya berhasil…? Jawabannya sederhana…ketekunan.

Lupakanlah masa lalu dan pusatkanlah Perhatian

pada Masa depan!

Banyak kegagalan untuk mencapai sebuah tujuan, oleh karena dua hal berbeda yang sama akibatnya. Pertama, tidak berani melangkah oleh karena kegagalan masa lalu dan yang kedua ialah tidak melangkah maju karena memusatkan perhatian pada keberhasilan masa

(10)

lalu. (lihat siap Paulus Filipi 3:13-14). Kenangan sentimentil tentang masa lalu tidak akan pernah menggerakkan kita satu inci lebih dekat dengan tujuan, bahkan dapat terjadi mencegah kita untuk melakukan kemajuan apapun.

Belajarlah tentang pentingnya Permulaan!

Sebelum kita memulai meneruskan langkah kita kepada tujuan, kita harus memulainya. Kita sadar bahwa untuk memulai memerlukan energi lebih besar untuk membuat suatu benda bergerak dari pada membuatnya terus bergerak. Demikian juga halnya dalam upaya mencapai tujuan. Tantangan dapat menghambat perjalanan. Tetapi, bagaimanapun kita harus terus maju, atau selalu sedia untuk memulai lagi. Pemalas akan menggunakan banyak alasan untuk dapat menunda memulai sebuah proyek. Dan akhirnya ia akan membayar harga untuk itu. Akhir dari sebuah penundaan untuk memulai adalah: “Aku memandangnya dan memperhatikan,aku melihat dan menarik

suatu pelajaran. “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring. Maka datanglah kemiskinan seperti seperti seorang penyerbu…”.(Amsal 24:30-34). Kita dapat bersikap

jujur, bahwa memang ada “dia” si pemalas kecil dalam diri kita. Dan olehnya kita selalu disuguhkan alasan yang tidak pernah habis untuk memulai sesuatu. Aku sibuk sehingga tidak bisa renungan pagi, Tuhan pasti mengerti. Program olahraga tidak jadi, “jangan-jangan aku dirampok lari pagi…dst. Kita tidak perlu menjadi orang luar biasa untuk memulai, tetapi kita perlu memulai untuk menjadi luar biasa.

Bersiaplah menghadapi kemunduran!

Kemunduran adalah suatu proses yang biasa dalam sebuah

upaya untuk maju. Dan tidak ada kata maju jika tidak ada

kata mundur. Itulah sebabnya, untuk sebuah keberhasilan,

teruslah berusaha walaupun harus sering gagal. Thomas

Alfa Edison melewati 1800 kali kegagalan sebelum ia

berhasil sebuah bola lampu. Babe Ruth melakukan 1330 kali pukulan

gagal tetapi ia dianggap sebagai salah seorang pemain baseball

terbesar sepanjang waktu. Semakin banyak lamaran kerja yang anda

kirim, semakin besar kesempatan untuk mendapatkan kerja seperti

yang diinginkan, dll. Ingatlah, semakin sering gagal karena memulai

sesuatu, semakin besar peluang untuk berhasil dalam sesuatu.

Ketekunan tidak hanya membutuhkan keberanian untuk memulai

bergerak kea rah impian kita, melainkan juga tekad untuk terus maju

(11)

walau ada sejumlah kemunduran sementara. Sebab kemunduran tidak

akan terus menjadi bagian dari orang yang berupaya untuk terus maju.

Bersiaplah untuk bekerja keras!

“Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan,

tetapi tidak juga mengembalikannya ke mulutnya.” (Ams

19:24) Jeffress menulis: “Ada satu kata ajaib.

Aku ingin berikan kepadamu.

Itu membuat orang bodoh menjadi pandai. Membuat orang pandai lebih pandai lagi. Itu membuat orang yang sangat pandai teguh. Itu adalah kata yang misterius.

Itu membuka semua jenis pintu. Itu adalah kerja.”

Abraham Lincoln pernah berkata:

saya lebih suka gagal dalam usaha yang

akhirnya akan berhasil dari pada

berhasil dalam usaha

yang akhirnya

akan gagal.”

Catatan:

---

---

---

---

---

---

---

---

(12)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Berapapun yang Anda peroleh,

Gunakanlah kurang dari perolehan!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress)

---“harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya. (Amsal 21:20)

• “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak

menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” (Amsal 30:8-9)

• “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanan pada waktu

panen.’ (Amsal 6:6-8)

• “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan penuh melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Amsal 3:9-10)

---

Mengapa Uang?

Orang selalu tertarik pada uang… mengapa? Pikirkanlah tentang semua hal luar biasa yang dapat dilakukan uang: Meringankan beban, memberi rasa aman, menolong memenuhi impian-impian kita dan menawarkan berbagai macam hal. Karenanya, tidak heran beberapa orang memilih “menyembah” uang bukannya Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.” Matius 6:24. “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10).

(13)

Tujuan Alkitabiah yang masuk akal…

Tetapi adalah fakta, bahwa ada banyak anak-anak Tuhan yang tidak sampai terjerumus karena uang, karena tahu persis bahwa Tuhanlah sumber segala berkat. Sehingga Salomo, sebagai orang terkaya pada masanya, dengan mengetahui keuntungan maupun keterbatasan kekayaan ia memberi sebuah tujuan keuangan yang masuk akal bagi kita masing-masing. “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?Atau kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Amsal 30:8-9.

…Rahasia Seorang Jutawan?

Jawabannya ialah; untuk membangun persediaan keuangan:

menggunakan kurang dari yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Atau menggunakan lebih sedikit dari yang

Anda peroleh. Ada cerita yang memprihatikan tentang seorang pekerja saluran air. Ia mengatakan: “saya menggali lobang untuk mendapatkan uang untuk membeli makanan untuk dapat kekuatan untuk menggali lobang itu.” Itulah sebabnya Salomo menyatakan:

harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya. (Ams.21:20)

Menabung atau Menimbun!

Ada perbedaan antara menabung uang dan menimbun uang. Menabung adalah menyisihkan persentase yang masuk akal dari penghasilan kita untuk kebutuhan di masa depan. Itu adalah menciptakan margin keuangan! Menimbun adalah menyimpan sebanyak mungkin uang sebagai usaha untuk melindungi diri dari kesulitan yang mungkin terjadi dalam kehidupan. Tapi akibatnya ialah, mereka bukan saja merampok kenikmatan masa kini dari

diri mereka sendiri melainkan juga dari orang-orang lain yang ada di dekatnya. Salomo dalam kitab Pengkhotbah menyatakan: “Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang-orang yang datang sesudah aku” (Pengkhotbah 2:18). Atau seseorang yang bekerja keras semasa hidupnya,

dan menyimpan semua hasil keringatnya, dan setelah itu, ia harus meninggalkannya tanpa menikmatinya, sebab ajal telah datang menjemputnya.

(14)

Buatlah margin keuangan

Menggunakan lebih sedikit dibanding dengan yang Anda peroleh adalah menciptakan “margin”. Margin adalah daerah antara tempat kita dan keterbatasan kita berada. Margin adalah daerah penyangga antara penghasilan dan pengeluaran. Margin keuangan menyelamatkan kita dari piliha-pilihan yang sulit dan menyakitkan.

Misalnya, margin keuangan dapat memberikan kebebasan, misalnya:

• Berani melepaskan pekerjaan yang membuat anda frustrasi selama bertahun-tahun…

• Memulai usaha baru yang anda impikan selama ini…

• Atau bertahan untuk memperoleh kenaikan gaji yang lebih baik… • Atau mendapatkan kebebasan bersama keluarga dan dalam melayani

Tuhan…dll.

Bukankah ada banyak orang bertahan dalam suatu pekerjaan yang tidak disukai sebab mereka tidak mempunyai sepeserpun uang untuk melakukan sesuatu…? Dst, itu adalah uang bertahan untuk semua orang! Orang yang menghabiskan setiap rupiah

yang mereka peroleh sedang berjalan di tepi kehancuran. Hanya diperlukan satu keadaan yang tidak terduga untuk mendorong mereka jatuh ke jurang. Sebaliknya orang yang mempunyai margin keuangan mempunyai banyak pilihan serta kebebasan yang menyertai pilihan-pilihan itu. Salomo berkata

bahwa menyisihkan penghasilan sekarang untuk kebutuhan-kebutuhan di masa depan adalah metode yang dipilih Allah untuk menyediakan kebutuhan masa depan kita. Dalam hikmat TUHAN Salomo menuliskan: “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanan pada waktu panen.”(Amsal 6:6-8). (lihat Kejadian 41)

Margin keuangan Memampukan kita untuk menikmati

sukacita mendukung Pekerjaan Allah

Dalam 1 Kor. 16:2, Paulus mengungkapkan: “pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai dgn apa yang kamu peroleh- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan kalau aku datang.” Teks ini

(15)

sebenarnya mau mengatakan, hanya orang Kristen yang telah menggunakan lebih sedikit dari peng-hasilannya yang dapat mendukung kebutuhan-kebutuhan pelayanan.

Alfabet Margin

a. Sesuaikan pengeluaran anda sampai tingkat di bawah penghasilan Anda.

b. Berhati-hatilah dengan utang. Tidak ada yang lebih cepat menelan margin keuangan kita disbanding utang. Salomo berkata, janganlah kamu termasuk orang yang…menjadi penanggung utang … orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayarnya kembali…(Amsal 22:26-27)

c. Konsistensi. Menyisihkan sebagian penghasilan anda untuk kebutuhan masa datang secara konsisten bukan tindakan yang menyatakan tidak ada iman tetapi tindakan kepatuhan.

d. Kesegeraan. Dan ingatlah, waktu terbaik untuk menabung adalah

beberapa tahun lalu sejak anda punya penghasilan. Namun waktu terbaik kedua ialah mulailah sekarang.

e. Perhatikan juga hal Keragaman. Jika anda menyimpan telur dalam

satu keranjang dan keranjangnya jatuh, anda tidak punya sebutirpun.

f. Memberi kepada sumber Pemberian. “Muliakanlah TUHAN

dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Amsal 3:9-10). Ingat apa yang dikatakan nabi Maleakhi ( Maleakhi 3:8-11). Mari kita menyadari apa yang kita miliki adalah pemberian-Nya. Dan ingatlah bahwa TUHAN dapat menggunakan cara apapun sebab IA berkuasa. Allah akan mengambil apa yang merupakan hak-Nya. Kepatuhan kepada sumber berkat, menjadikan anda memiliki berkat. Bacalah Lukas 12:

Bagaimana dengan kita…?

Catatan:

--- --- --- ---

(16)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Dengarkanlah kata

orang-orang…!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress)

---“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan,

Tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.” (Amsal 12:1) • “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran,

Akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.” (Amsal 29:1) • “Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan, akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan

membuang dirinya sendiri,Tetapi siapa mendengar teguran , memperoleh akal budi.” (Amsal 15:31-32)

• “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6)

• “Dengarkanlah nasehat dan terimalah didikan supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” (Amsal 19:20)

• “Karena Tuhan memberikan ajaran kepada yang dikasihinya, Seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.” (Amsal 3:12)

--- Dalam kitab Amsal, kita bertemu dengan banyak sekali tulisan Salomo yang berhubungan dengan pengajaran, didikan dan juga teguran atau nasihat. Suatu teguran adalah suatu keadaan yang dimunculkan Allah dalam kehidupan kita untuk memperingatkan kita tentang dosa dan mendorong kita untuk berbalik dari dosa tersebut. Jelas, kita mempunya pilihan tentang bagaimana kita menanggapi teguran-teguran tersebut. Kita dapat menerima koreksi dan membuat beberapa perubahan yang diperlukan, atau kita menolaknya dan meneruskan kelakuan kita. Lihatlah bagaimana Salomo memperbandingkan tanggapan seorang bodoh dengan tanggapan seorang bijaksana dan apa akibatnya.

Mengapa kita menentang teguran?

Berdasarkan kitab Amsal, ada beberapa alasan mengapa kita mengalami kesukaran menerima koreksi dari; atasan kita, saran dari sahabat kita, nasihat dari pasangan kita, kritik-kritik dari musuh kita bahkan disiplin dari Allah:

1. KESOMBONGAN. Harus diakui sejujurnya, tidak seorangpun yang menyukai dikritik. Dan sifat alami

(17)

manusia adalah menolak kritik dengan reaksi yang negatif. Seorang presiden Amerika pernah menanggapi kritik dengan: “Jika anda lebih pandai sehingga terus mengeritik, mengapa bukan anda yang menjadi presiden?” Sama seperti reaksi Rehabeam ketika mendengarkan permintaan orang Israel untuk memperoleh keringanan pajak, ketika ia merebut tahta ayahnya Salomo. Ia menjawab: “Kelingkingku lebih besar dari pinggang ayahku!” 1 Raja-raja 12:10. Ungkapan yang tidak mau menerima saran, mengakibatkan malapetaka besar bagi Rehabeam. Salomo mengerti bahaya kesombongan sehinga ia menuliskan: “Keangkuhan merendahkan orang tetapi orang yang rendah hati

menerima pujian.” (Amsal 29:23).

2. KETAKUTAN. Ketakutan juga menjadi penyebab

mengapa seseorang tidak menerima teguran. Seringkali sebuah teguran dianggap sebagai masalah sehingga banyak orang menghidar darinya, akibatnya merugikan diri sendiri, dan pada akhirnya dapat menjadi sebuah masalah , jauh lebih besar dari pada “sebuah teguran, atau saran.”

3. KEMALASAN. Semua kita menyadari, bahwa

sebuah tujuan dari sebuah saran, teguran, nasehat pasti membutuhkan perubahan atau perbaikan. Sebuah perubahan atau perbaikan membutuhkan usaha. Dan seringkali sebuah saran ditentang oleh karena tidak mau berubah. Siapa saja yang tidak mengijinkan sebuah saran, nasihat, teguran yang betujuan menggerakkan kita untuk bertindak menghasilkan sesuatu, maka dapat mendatangkan bencana. Salomo dalam hikmat TUHAN menuliskan: “…bahkan kamu mengabaikan nasihatku

dan tidak mau menerima teguranku, maka aku akan mentertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedasyatan datang atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angina puyuh…” (Amsal

1:25-27).

Menanggapi teguran menyakitkan

Dengan bijaksana!

Kitab Amsal dengan sangat jelas mengajarkan kita bagaimana menanggapi teguran:

1. Nantikanlah teguran. Kritik, teguran, saran dan nasihat memang tidak dapat kita hindarkan dari dunia kita. Mengapa? Sebab kita memang tidak sempurna. Dan karena

(18)

ketidaksempurnaan inilah maka kita menerima teguran dan juga perlu teguran, nasihat, saran. Namun sebaliknya, sering terjadi karena ketidaksempurnaan ini jugalah yang menjadikan kita melakukan kesalahan-kesalahan dan menolak teguran, nasihat dan saran. Walau kesalahan tidak dapat kita dihindari tetapi toh dapat diampuni. “Sebab DIA sendiri tahu apa kita, DIA ingat bahwa kita ini debu…” (Mazmur 103:14).

2. Evaluasi Teguran. Tidak semua kesukaran yang kita alami adalah teguran. Atau kritik yang kita alami karena sebuah kesalahan. Justru sebaliknya karena keberhasilan. Di sisi lain, kita juga cenderung menentang tiap kritik atau saran dan teguran yang disampaikan kepada kita. Karena itu kita sungguh membutuhkan pertolongan untuk dapat mengevaluasi sebuah teguran. Dan untuk itu, kita sangat memerlukan pertolongan TUHAN. Kita perlu sahabat yang dapat diercayai, “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6), serta kita perlu jujur dengan diri kita sendiri. Lihatlah kelemahan kita. Mungkin ada pola kesalahan yang berulangkali kita lakukan. Salomo berkata: “Seperti anjing kembali

kepada muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kesalahannya.” (Amsal 26:11).

3. Sambutlah teguran. Kita masing-masing harus memutuskan bagi diri kita sendiri apakah menyambut teguran, atau menolaknya. Penulis Amsal mengungkapkan bahwa: “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, Akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.” (Amsal 29:1). Dan, “Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan Akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, Tetapi siapa mendengar teguran , memperoleh akal budi.” (Amsal 15:31-32)

4. Percayakanlah teguran-teguran Kepada Allah.

Akhirnya, satu-satunya cara supaya dapat terhindar dari kesombngan, ketakutan dan penolakan secara alami yang membanjiri hati kita saat teguran datang adalah mempercayai Allah bahwa IA telah mengijinkan semua teguran itu masuk kedalam

(19)

kehidupan kita untuk sebuah maksud. 2 Samuel 16:5-11, adalah suatu sikap yang luar biasa dari Daud, ayah Salomo terhadap kritik pedas bahkan kutukan yang dilancarkan Simei Bin Gera. Abisai anak Zeruya berkata kepada raja: “mengapa anjig mati ini mengutuki tuanku raja?

Izinkan aku menyeberang dan memenggal kepalanya.” Bukankah sangat

mudah bagi Daud menganggukkan kepada dan kemudian kepala Simei lepas dari tempatnya, dan bungkamlah si pengkritik untuk selama-lamanya? Tetapi Daud berkata: “apa urusanku dengan kamu, hai

anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian…?” Sangatlah perlu bagi kita untuk melihat

sesuatu lebih jauh dari apa yang nampak. Daud memandang penuduh, sebagai alat di tangan TUHAN untuk menolong mendatangkan perubahan yang diperlukan dalam kehidupannya.

“Karena Tuhan memberikan ajaran kepada yang

dikasihinya, Seperti seorang ayah kepada anak yang

disayangi.” (Amsal 3:12)

Catatan: --- --- --- --- --- --- --- ---

(20)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Carilah Makanan

di Padang Rumput Anda sendiri!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress) ---

• ”Minumlah air dari kulahmu sendiri,

minumlah air dari sumurmu yang membual.” Amsal 5:15 • “Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu, dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; Kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan

menjaga engkau…

supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan asing, yang licin perkataannya, yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan

melupakan perjanjian Allah;…” Amsal 2:10-11, 16-17

• “Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya

Lebih licin dari pada minyak, tetapi kemudian pahit seperti empedu dan tajam seperti pedang bermata dua. Kakinya turun menuju maut, langkahnya

menuju dunia orang mati…” (Amsal 5:3-5)

• Bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau dan engkau senantiasa birahi kerena cintanya….karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan

segala langkah orang diawasinya.”(Amsal 5:18-21)

---

Sebuah kecelakaan besar terjadi di Florida (AS), bukan oleh karena senjata api, atau senjata tajam. Atau juga karena perkelahian, tetapi oleh karena sebuah tindakan ‘main-main” dari beberapa anak remaja, yang memindahkan tanda “stop” dari sebuah perempatan yang ramai, dan mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi tidak dapat dikendalikan, dan tabrakan pun tidak dapat dihindari. Sering kali “kecelakaan” juga terjadi dalam ke-hidupan kita sebab tanda “stop” dengan sengaja dilanggar, atau tidak lagi memperhatikan dan peduli dengan rambu-rambu. Sering kali orang maju terus walau FT telah mengingatkan untuk berhenti. Dan ini adalah kemajuan yang mengakibatkan kemunduran yang fatal.

Sampai saat ini kita telah membicarakan empat kunci, dan semua kunci itu adalah pedal gas untuk maju. Tapi semua pedal gas tanpa pedal rem, akan mendatangkan bahaya, memang maju adalah hal yang sangat penting, tetapi

(21)

jangan lupa rem jika ada tanda stop. Maju tanpa rem walau sudah ada tanda stop, bukanlah sebuah kemajuan, tetapi dapat terjadi itu adalah sebuah kemunduran. Salomo dengan terang menyatakan salah satu tanda “STOP” yang harus diperhatikan ialah “SEX di luar pernikahan.”

Salomo mengabaikan Hikmat!

Apa yang ditulis oleh Salomo adalah sebuah pelajaran dari pengalaman kehidupan, yang mengabaikan tanda stop. Kitab 1 Raja-raja 11:3-4, 11 menuliskan Salomo mempunyai 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik. Istri-istrinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya.Akibatnya : “oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak

berpegang pada perjanjian dan segala ketetapanku yang telah kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu.” (1

Raja-raja 11:11). Salomo diberikan TUHAN hikmat tapi ia tidak menghiraukan hikmat pemberian Allah dalam hal godaan seksual. Semua nasihat hikmat tentang hal ini dalam kitab Amsal mengingatkan kita bahwa ada bahaya yang bukan hanya menjadikan kita mundur dari upaya untuk maju dan berhasil dalam kehidupan akan tetapi menghancurkan kita. Adalah sangat menyedihkan jika kita meninggalkan keluarga, menghancurkan karier dan masa depan hanya karena mengikuti gaya hidup yang dijamin akan gagal.

4 Pemikiran keliru!

Kitab Amsal mengemukakan minimal ada lima pikiran:

a. Hal itu tidak mungkin terjadi pada saya.

Hal penting yang harus untuk menghindari kita dari “tabrakan” adalah kesadaran bahwa kita dapat melakukan dosa apapun. Mengapa? Karena sejak kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa, kita telah mewarisi sifat-sifat alamiah yang rusak. (Roma 3:10-12,23). Selain sifat yang demikian, kita juga mempunyai musuh yang aktif dan bertekad untuk menghancurkan kita, itulah setan. (1 Petrus 5:8) Ingatlah

setan adalah pemancing yang baik. Ia tahu persis umpan seks jenis apa yang dapat menarik perhatian kita.

(22)

b. Kami hanya bersahabat.

Tidak dapat dipungkiri, ada banyak fakta menunjukkan Sebagian besar hubungan gelap dimulai dari persahabatan. Salomo mengerti betapa mudahnya sahabat menjadi kekasih. Itulah sebabnya ia berkata: “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23).

Dan ingatlah

banyak hubungan gelap tidak dimulai dari “tempat

tidur”, tetapi dimulai dari “hati”.

c. Jika “rasanya begitu nikmat”

tidak mungkin itu begitu buruk.

Kekuatan

sebuah

godaan

terletak

pada

kenikmatan godaan itu. Hal yang sama juga

berlaku dalam hal sex. Itulah sebabnya Salomo

menyatakan: “Karena bibir perempuan jalang

menitikkan tetesan madu dan langit-langit

mulutnya Lebih licin dari pada minyak, tetapi

kemudian pahit seperti empedu dan tajam seperti pedang

bermata dua. Kakinya turun menuju maut, langkahnya

menuju dunia orang mati…” (Amsal 5:3-5). Salomo mau

mengingatkan bahwa; di tengah-tengah umpan ada sebuah

kait. Dan di tengah-tengah sebuah apel, ada pisau silet.

d. Aku dapat berhenti kapan saja.

Sesuatu yang dianggap nikmat, bukan hanya

membuat nikmat tetapi juga kecanduan. Amsal

7:6-26, mengungkapkan: mula-mula menyeberang jalan,

lalu melangkah ke rumah perempuan jalang, lalu

dipegang, dst. Dan kemudian terus terulang, dan

akhirnya seperti lembu yang dibawa ke penjagalan.

Bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita;… karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasinya.” (Amsal 5:18-21)

(23)

Bidang Pembinaan GKK kelapa Gading

Anda tidak pernah diharuskan

menjelaskan apa yang

tidak Anda katakan!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert jeffress)

• ”Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, Siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” Amsal 13:3

• “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” Amsal 21:23

• “Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya.” Amsal 18:7

• “Perkataan fitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke dalam hati.” Amsal 18:8 • “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran,

dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat karib.” Amsal 16:28

• “Buanglah mulut serong dari padamu, dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.” Amsal 4:24

• “Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.” Amsal 12:18

• “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” Amsal 10:19

--- Penulis Amsal, mengemukakan banyak sekali nasihat hikmat berhubungan dengan perkataan. Sebab perkataan dapat menghancurkan kita, dan juga orang lain. Atau sebaliknya, kata-kata kita juga dapat mempengaruhi keberhasilan kita dalam kehidupan. Nasihat Salomo minimal mengemukakan kepada kita empat jenis perkataan yang harus kita hindari jika kita ingin berhasil dalam kehidupan kita.

1. Perkataan Palsu

Secara jelas Alkitab menyatakan Allah membenci kebohongan dan para pembohong. Amsal 6:16-19 menuliskan ada tujuh hal yang paling dibenci Allah. Dan dari ketujuh daftar tersebut adalah lidah dusta dan saksi dusta. Mengapa? Karena kebohongan adalah lawan dari sifat Allah. Tuhan Yesus berkata; Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44). Dan hal itu telah dilakukan iblis sejak dari taman Eden. Dan kebohongan itu menjangkau minimal tiga penyimpangan kata-kata yang umumnya terjadi:

(24)

• Penyimpangan kata-kata Sering muncul dalam kata-kata sanjungan. Salomo menuliskan: “orang yang menjilat sesamanya memben-tangkan jerat di depan kakinya.” Amsal 29:5. Pemutarbalikkan kata-kata.

• Pemutarbalikan kata-kata. Salomo menuliskan: “Lebih baik

seorang miskin yang bersih kelakuannya daripada seorang yang serong bibirnya…”

• Pernyataan yang dilebih-lebihkan.

2. Kata-kata yang memecah belah

Jenis perkataan lain yang sama bahayanya dan yang dikecam oleh Salomo adalah kata-kata yang menyebabkan perpecahan. Khususnya tentang gosip dan fitnah. Amsal menuliskan: “…jangan bergaul dengan orang yang bocor mulut.” Amsal 20:19. “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan

seorang pemfitnah menceraikan sahabat karib.” Amsal 16:28.

Mengenai gossip; gossip selalu menarik perhatian. Dan ia selalu

meminta anda membalasnya dengan keterangan yang sama menariknya. Dan akibatnya, saudara akan kehilangan teman, bahkan sahabat karib sekalipun. Demikian juga dengan perkataan fitnah. Fitnah adalahlah saudara dekat dari gossip. Jika gossip melibatkan komunikasi rahasia, maka fitnah sering dilakukan terang-terangan. Seorang pemfitnah telah mengangkat dirinya menjadi hakim dan pelaksana hukuman atas orang lain. Dan merampas tempat yang hanya disediakan Allah bagi diri-Nya sendiri. Perhatikan apa yang dikatakan oleh Yakobus dalam Yakobus 4:11-12. “Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah!

Barang siapa memfitnah Saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; …hanya ada satu pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan…”

Para pemfitnah dan tukang gossip berusaha membela perkataannya dengan alasan “itu memang benar!” Tetapi karena sesuatu itu benar tidak berarti itu harus diucapkan bukan? apalagi dengan cara dan tujuan yang jelas-jelas menghancurkan.

3. Pembicaraan yang tidak matang

Salomo sangat mengerti bahaya dari berbicara terlalu cepat. Atau sering orang lebih cepat berkata-kata dari pada memikirkan apa yang dikatakan. Salomo menuliskan: “Pembicara pertama dalam suatu pertikaian tampak benar,

(25)

lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.” Amsal 18:17. Atau ada juga orang terlalu cepat menjawab sehingga ia sendiri belum

sempat mendengar perkataan apa yang membuat ia menjawab. Salomo

menulis: “Jikalau seorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah

kebohongan dan kecelaannya.” Amsal 18:13. itulah sebabnya “orang

berkata” “Kita diberi satu mulut dan dua telinga, supaya lebih banyak mendengar sebelum bicara.”

4. Pembicaraan yang tidak perlu

Seringkali ketidakberhasilan dalam kehidupan disebabkan oleh banyaknya perkataan. Ada sebuah stastistik menarik. Pada umumnya seseorang mengucapkan 10.000, kata dalam satu hari, kata sebanyak itu, cukup untuk mengisi sebuah buku kecil. Tetapi sebaliknya, pada umumnya orang tidak selesai membaca sebuah buku dalam setahun. Bahkan ada banyak di antaranya, adalah perkataan-perkataan yang tidak perlu! Itulah sebabnya Amsal menyatakan: “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi.” Amsal 10:19. Dan “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” Amsal 13:3

Menjinakkan lidah!

Sekarang bagi kita, pertanyaan penting ialah bagaimana menjinakkan lidah? Berdasarkan nasihat-nasihat kitab Amsal, kita bertemu dengan beberapa pokok penting yang dapat menjadi “resep” untuk menjinakkan lidah.

1. Menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu

Ingatlah, jika ada banyak kata, pelanggaran tak dapat dihindari. Ingatlah “Anda tidak pernah diharuskan menjelaskan apa yang anda sendiri tidak katakan.”

2. Jangan mengecam siapapun

Setiap hari kita sangat membutuhkan koreksi bukan sebuah kecaman. Jangankan sebuah kecaman, Sebuah koreksi saja sering kali menjadikan kita tidak menerimanya, walaupun ada beda antara koreksi dan kecaman. Jika engkau tidak berkenan dengan sebuah kecaman jangan mengecam. Salomo menuliskan beda antara koreksi dan kecaman : “ada

orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi ada lidah orang bijak yang mendatangkan kesembuhan.” Amsal 12:18.

3. Singkirkanlah: semua kebohongan, kata-kata berlebihan dan pemutarbalikan kata-kata dalam percakapan anda.

(26)

4. Ingatlah, tentang perlunya penyucian hati Anda.

Ada yang berkata, kita tidak tahu apa yang ada dalam hati dan yang sedang dipikirkan seseorang. Tetapi sebenarnya kita dapat mengetahui isi hati seseorang dari lidahnya. “Lidah kita seperti sebuah ember yang menjangkau dalam sampai ke sumur hati kita dan membawa keluar apa yang ada di dalamnya.” Orang yang dipikirannya diisi oleh hawa nafsu sex, sering memunculkan cerita-cerita jorok, dan seterusnya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: “bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut…” Mat. 15:11. 5. Ingatlah tanggung jawab Anda kepada Tuhan atas

segala kata-kata Anda. Sebab suatu hari kelak, kita akan memberi pertanggungjawaban atas semua yang kita katakan. Tuhan Yesus berkata: “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkan pada hari penghakiman…”

Matius 12:36-27.

Sebuah sajak Arab kuno menuliskan:

“Jika engkau tergoda untuk menyingkapkan sebuah kisah…

suruhlah melewati tiga gerbang emas… gerbang pertama ialah:

“benarkah itu…? Jika ia lolos…, masuklah gerbang sempit

berikutnya: “perlukah itu?”

jika lolos juga gerbang terakhir

yang lebih sempit ialah: “baikkah itu?”.

Jika melewati ketiga gerbang itu,

engkau dapat menceritakan

kisah tersebut tanpa rasa takut

apa akibat kata-katamu…

Catatan: --- --- --- --- --- --- --- --- ---

(27)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Tetaplah Berkepala Dingin

Saat Keadaan Menjadi Panas!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert Jeffress)

• Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin.” Amsal 17:27

• “Orang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.” Amsal 14:29

• Orang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Amsal 16:32

• “Jawaban yang lemah lembut meredakah kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Amsal 15:1

• “Siapa tdak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” Amsal 13:24 • “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah

matahari terbenam sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis.” Efesus 4:26-27

--- Ada sebuah kesaksian, seorang pria diperintahkan hakim untuk menghadiri sebuah lokakarya pengendalian kemarahan karena ia telah menganiaya pacarnya. Pria tersebut tiba dalam keadaan mabuk di seminar tersebut. Akibatnya menjadikan pemimpin lokakarya tersebut meninjunya, merubuhkannya ke lantai dan terus memukulinya. Kemarahan bisa begitu sukar dikendalikan, bahkan bagi yang diakui sebagai “ahli.” Namun Salomo menasihatkan bahwa pengendalian kemarahan (bukan tidak boleh marah), adalah hal yang penting dalam upaya untuk mencapai keberhasilan. Salomo memberikan kepada kita beberapa cara praktis seperti yang nampak dalam teks firman Tuhan di atas:

Apakah Kemarahan itu?

Seorang ibu, rumah tangga menerima undangan dari teman karibnya. Perkerjaan rumah tangga belum selesai, waktu sudah mendesak. PR anak-anak belum selesai dan suami baru pulang kerja. Lalu ia mendorong ibu untuk menghadiri undangan tersebut, dengan mengatakan ia pegilah rileks sejenak, kamu sudah begitu capek. Saya akan menjaga anak-anak dan menolong mereka mengerjakan PR dan lainnya. Lalu ibu membuat daftar: makan malam dipanaskan, anak-anak harus makan, piring-piring dicuci,

(28)

mandikan anak-anak, PR jangan dilupakan. Lalu sang bapak, berkata nanti akan saya bereskan. Tiga jam setelah ibu kembali, anak-anak ribut dan sedang asyik main games, belum buat PR, ruangan tamu berantakan, piring-piring masih kotor dan dapur juga masih berantakan sebab sisa makanan berhamburan di lantai dan peralatan makan ada di mana-mana. Dan… suaminya sedang meringkuk di sofa, tidur nyenyak sementara TV masih menyala dengan volume lumayan keras. Ia terbangun saat TV dimatikan dan mendengar suara si ibu. “Kok, sudah pulang ya?.” Bagaimana selanjutnya? Muka ibu merah padam, denyut nadi semakin cepat.. dan meluncurlah buuanyaakk kata-kata…! Itulah kemarahan! Kemarahan adalah reaksi

jasmani dan emosional alami untuk merasakan keadilan. Definisi Jeffress, ini mengemukakan tiga hal penting sehubungan dengan kemarahan:

• Kemarahan bersifat alami. Namun tidak berarti sesuatu yang alami berarti hal tersebut selalu benar. Tapi ingat, Alkitab juga mencatat kemarahan Allah, begitu juga Tuhan Yesus dalam PB, dan itu adalah “reaksi” dari kekudusan, keadilan dan kasih-Nya. Walau kita telah jatuh dalam dosa karena pemberontakan, kita masih memiliki rasa pada keadilan dan kebenaran. Kemarahan selalu menjadi reaksi atas hal-hal tersebut. Dengarkanlah seorang anak kecil ia dapat mengatakan “mama, itu tidak adil, saya marah kepada mama…” tidak pernah diajar tentang marah dan keadilan ia muncul sebagai reaksi alami.

• Kemarahan adalah masalah perasaan. Kemarahan kadang

muncul karena informasi yang tidak lengkap dan tidak tepat.

Coba kita kembali ke cerita tentang ibu di atas. Bagaimana jika sebelum marah kepada suaminya yang tertidur di sofa, si ibu bertanya dulu? Dan suaminya menjawab, “Maafkan aku, aku merasa tidak enak badan, dan minum obat flu yg kemudian membuatku tertidur, maafkan ya?”

• Kemarahan selalu mengakibatkan sebuah tanggapan. Izinkan saya mengajukan pertanyaan. Apakah kasih itu salah? Jawabannya tergantung dari sasaran kasih Anda. Demikian juga halnya dengan “marah”, tergantung dari bagaimana kita menanggapi kemarahan tersebut. Itulah sebabnya Paulus berkata: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa; janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada iblis.” Efesus 4:26-27.

Dua orang sahabat sedang duduk di café dan berdiskusi tentang apa beda : Jengkel, marah dan murka. Sepanjang diskusi mereka belum menemukan perbedaannya. Akhirnya tepat jam 01.00 tengah malam, seseorang berdiri dan

(29)

berkata kepada temannya, mari kita menelpon seseorang. Mereka memutar nomor telepon umum secara acak dan mencatat nomor tersebut, setelah tersambung ia berkata: “hallo, saya ingin bicara dgn Jones.”, kedengaran jawaban seorang pria yang mengantuk, “tidak ada seorang bernama Jones di sini.” Terdengar jawaban, seorang pria, sambil menutup telepon. “itulah orang yang jengkel.” Kata temannya. Setelah bercakap-cakap, sekitar jam 02.00, mereka menghubungi nomor yang sama. “Bolehkah bicara dengan Jones?” terdengar suara keras dari telepon: “tidak seorang pun bernama Jones di sini, tahu?” Kedua sahabat itu serentak berkata: “nah, itu jawaban orang marah.”. Setelah satu jam kemudian, sekitar jam 03.00, mereka menghubungi nomor yang sama. Agak lama terhubung. Orang yang sangat mengantuk terdengar orang yang sama mengangkat telepon. Dan Pertanyaan yang sama disampaikan: “Apakah bisa bicara dengan Jones?” Saudara…tahu apa cerita selanjutnya? Itulah orang yang sedang murka!

Menangani Kemarahan kita!

Salomo menyatakan bahwa kemarahan dapat menjadi penghambat bahkan menghancurkan keberhasilan. Oleh karena itu, ada beberapa cara menangani:

1. Ambil suatu “waktu istirahat” emosional

Kadang kala, adalah bijak jika kita memberi waktu “istirahat” dan menyingkirkan diri dari “detonator” untuk menghindari “ledakan” kemarahan, sebab dengan memberi waktu “istirahat” akan menenangkan kita. (Amsal 14:29, 16:32, 19:11).

2. Menganalisa Penyebab Kemarahan

Tujuan dari waktu istirahat emosional, bukan untuk menghindari kemarahan, tetapi memberi waktu dan ruang untuk menganalisa permasalahannya. Apakah yang menjadi penyebab kemarahanku, haruskah aku begitu marah, apakah aku sudah mempunyai informasi yang lengkap dan tepat? Ingatlah bagaimana dengan kemarahan Daud ketika Natan datang menasihatinya, dengan sebuah cerita tentang seorang kaya yang mengambil domba satu-satunya milik orang miskin dan untuk menjamu tamunya. Betapa marahnya Daud terhadap orang dalam cerita Natan tsb. Sampai-sampai ia berkata, : “Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati… karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.” Lalu, Natan mengangkat tangannya dan menunjuk: “Engkaulah orang itu…! Bukankah titah ini akan menghancurkan diri sendiri?

3. Terbuka untuk pengampunan

Pengampunan adalah hal mendasar yang diajarkan oleh Alkitab. Pengampunan tidak berarti membiarkan sebuah kesalahan. Karya

(30)

Kristus di kayu salib adalah karya pengampunan, tetapi sekaligus juga nampak di sana kasih dan keadilan Allah. Kesalahan dan dosa tidak dibiarkan namun tidak juga meniadakan kasih. Di saliblah keadilan dan kasih Allah dinyatakan secara bersamaan.

4. Jangan terikut dengan kebiasaan Marah.

Bagi Salomo, kemarahan dapat menjadi penyakit “menular”. Itulah sebabnya ia sungguh-sungguh memperingatkan kita untuk tidak hidup dengan orang yang tidak dapat mengendalikan amarahnya. “jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.” (Amsal 22:24-25)

Menangani kemarahan org lain?

Berdasarkan Amsal Salomo, ada cara menanganinya: 1. Dengarkanlah dengan hati-hati. Dengarkanlah

minimal tiga kali sebelum anda menjawab. Mendengarkan, mengurangi kemarahan. Kedua, mendengarkan memberi waktu anda berpikir, ketiga, mendengarkan menjadikan anda punya kesempatan mengumpulkan informasi penting. Sebab sering kemarahan terjadi karena informasi yang tidak lengkap dan tidak tepat.

2. Berusahalah untuk memahami kesalahan orang lain. “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi pelanggaran.” (Amsal 10:12). Salah satu cara praktis adalah mengasihi dari pada membenci. 3. Jawablah dengan halus dan pelan. Orang yang sedang memarahi anda,

bayangkanlah bahwa Anda mempunyai 2 ember di samping yang berisi bensin dan air. Lebih baik menyiram dgn kata-kata lembut dari pada ikut-ikutan marah. “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Amsal 15:1. 4. Mintalah Maaf. Tidak ada yang dapat menyurutkan kemarahan lebih

cepat, dari kata-kata: “maafkanlah saya.!” Bukankah kita tidak akan pernah kehabisan “persediaan maaf?” dan tidak akan rugi? Kata ajaib itu selalu ada, dan tidak akan pernah berkurang. Jadi, maafkanlah dan mintalah maaf. Anda akan pasti lebih berhasil dalam kehidupan!

Catatan:

--- --- ---

(31)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Keberhasilan tanpa Pewarisan

Adalah kegagalan!

(berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert Jeffress

---

• “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Amsal 22:6 • “Hai anak-anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan

janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu.

Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu. Jikalau engkau berjalan engkau akan dipimpinnya, jikalau engkau berbaring, engkau akan dijaganya, jikalau engkau bangun, engkau akan disapanya.” Amsal 6:20-23

• “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.” Amsal 23:13-14 • “Didiklah anakmu, maka ia akan memberi ketenteraman kepadamu dan

mendatangkan sukacita kepadamu.” Amsal 29:17

• “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayanginya.” Amsal 3:11-12

---

PERINGATAN:

Tentu tidak semua orang merasa, bahwa pokok ini, relevan dengan dirinya. Sebab ada yang berkata, aku belum punya anak, atau aku tidak mempunyai anak. Bahkan aku sudah tua anak-anak sudah menjadi keluarga dan sudah punya anak. Tetapi kebenaran firman TUHAN ini tentu tetap cocok untuk semua orang. Sebab kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan kebenaran firman TUHAN ini. Dalam keseluruhan nasihat Salomo dalam kitab Amsal, nampak dengan jelas ia memberikan perhatian yang begitu serius kepada anak-anak, mengapa? Ada beberapa alasan mendasar;

Pandanglah anak-anak Anda sebagai Pemberian

TUHAN

(32)

Kita semua sangat menyadari menjadi orang tua dalam membesarkan anak-anak bukanlah hal yang mudah. Tetapi itu adalah bagian dari apa yang namanya orang tua. Dalam terang kitab Amsal, nampak jelas bahwa orang tua yang berhasil tidak melihat anak sebagai gangguan atau kesulitan, melainkan sebagai pemberian Allah. Ayah Salomo, Daud mengungkapkan kebenaran ini; “Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah pemberian Allah.” (Mazmur 127:3). Dalam istilah Ibrani kata “pemberian” sama artinya dengan “warisan”. Jika itu adalah pemberian atau warisan, maka pemilik sebenarnya adalah Allah. Tetapi IA mempercayakannya kepada kita. Dalam konteks Pemberian atau warisan, ada tidak hal yang harus diperhatikan:

1. Anak-anak adalah pemberian yang sangat berharga. Dan hanya sesuatu yang sangat berhargalah yang selalu diwariskan. Apalagi warisan ini adalah warisan yang berharga menurut pemandangan TUHAN.

2. Anak-anak adalah pemberian TUHAN yang harus dipertanggungjawabkan. Sudahkah kita memper-lakukan mereka

sebagaimana seharusnya? Sudahkah kita mengemban tanggung jawab sebagai penerima pemberian yang dipercayakan TUHAN, atau tidak? Sudahkah kita memimpinnya untuk hidup benar dan mengasihi TUHAN? Kelak segala sesuatu yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan di depan TUHAN. Mengapa, sebab pemberian ini adalah pemberian sementara, karena suatu hari kelak kita akan berdiri di hadapan sang Pemberi. (2 Kor. 5:10).

3. Anak-anak kita adalah pemberian sementara. Mengapa sebab segala sesuatu ada waktunya. Tidak peduli kematian itu karena apa, tetapi umumnya orang tua akan terkejut dan menyesal. Terkejut; karena tidak lagi mendengar tawa dan ributnya anak-anak. Tapi juga penyesalan, karena kata-kata kasar yang diucapkan dan kasih sayang yang ditahan-tahan atau kesempatan untuk mengasihi yang telah hilang. Jika rasa terkejut akhirnya hilang, sayangnya penyesalan sangat lama hilangnya. Tetapi kalaupun anak-anak tidak diambil sebelum waktunya…. Ternyata waktu kita bersama mereka pun begitu singkatnya. Sebelum kita menyadarinya, mereka telah meninggalkan rumah ayah-ibunya dan memulai kehidupan mereka sendiri. Ternyata saya hanya menjadi “ayah dan ibu” dalam waktu yang sangat singkat. Haruskah saya menghabiskan waktu yang singkat bahkan yang kita tidak tahu, dengan hal yang tidak berguna? Atau mungkin kita berkata, saya sudah terlambat! Sesungguhnya tidak ada kata terlambat selama kita masih diberi Tuhan kesempatan utk menjalani hidup.

(33)

Memahami, menerima dan membangun

bakat Anak Anda!

Amsal 22:6, adalah kebenaran yang mengajarkan bukan hanya “seperti biasanya” ditafsirkan sebagai nasihat moral dan rohani. Tapi Amsal ini juga mengajarkan tentang minat dan kecenderungan unik anak kita. Didiklah anak menurut apa yang patut baginya, atau sesuai dengan keberadaannya. Jika anak Anda cenderung menyukai musik, ia pasti tertarik pada bangku piano. Jika berbakat pemimpin ia akan selalu berusaha menjadi pemimpin dalam kelompok dimana ia hadir dan bermain. Jika cenderung suka berpikir, disbanding atletik, ia akan tertarik dengan hal-hal intelektual tapa peduli ada berapa banyak kegiatan olahraga yang kita jadwalkan baginya. Menemukan, menerima dan meningkatkan bakatnya adalah yang paling tepat dari pada berusaha mengubahnya.

Dr. John Maxwell mengajukan 10 perta-nyaan yang seharusnya dapat dijawab oleh tiap orang tua.

1. Apakah yang membuat anak saya bahagia? 2. Siapakah Pahlawan anak saya?

3. Apakah yang paling ditakuti anak saya?

4. Kegiatan apa saja yang memberi energi kepada anak saya? 5. Kegiatan apakah yg melelahkan anak saya?

6. Jika anak saya mendapat kesempatan untuk memilih tujuan liburan tahun ini, kemana ia ingin pergi?

7. Jika anak saya dapat memilih satu kegiatan, untuk dikerjakan bersama dengannya, apakah kegiatan itu?

8. Musik seperti apakah yang disukai anak saya?

9. Selain pergi ke sekolah atau tidur, kegiatan apakah yang paling banyak mengambil waktu anak saya selama seminggu?

10. Ingin jadi apakah anak saya jika ia besar nanti?

Jika anda tidak tahu jawabannya, perlu bertanya ke dalam diri kita, kenalkah kita dengan anak kita? Mungkin baik bagi kita untuk buat “wawancara” dengan anak kita, untuk mengetahui keberadaannya, sehingga kita dapat menuntun seseuai dengan yang patut baginya. Shakespeare pernah berkata: “Ayah yang bijaksana adalah mengenal anaknya sendiri.”

Terus bertekun menuntun anak-anak untuk mengenal TUHAN

Saat kita memandang dan berikir tentang anak-anak kita, pernahkah terpikir akan kemana akhir kehidupan mereka?

(34)

1. berdoalah bagi anak-anak kita. Sudahkah mereka mengenal

Juruselamatnya secara pribadi? Jika belum, marilah kita terus bertekun mendoakannya.

2. Jangan menghalangi anak untuk mengenal TUHANnya. (matius 19:14) 3. Adakanlah waktu untuk menjelaskan Injil kepada mereka. Jadilah

penuntun anak-anak untuk bertemu TUHAN YESUS.

Mengajarkan nilai-nilai rohani!

Para orang tua, jika berbicara mengajarkan nilai-nilai rohani, dapat diibaratkan kita sedang berenang melawan arus. Mengapa? sebab ada arus berbeda yang begitu kuat yang diajarkan dunia kepada anak-anak kita. Tetapi hal itu memang harus terus-menerus kita lakukan, jika kita tidak ingin terbawa arus. Tentu kita, selalu memohon petolongan DIA yang berkuasa atas segala-galanya.

Memberikan teladan yang saleh!

Cara mengajarkan nilai-nilai rohani ialah melakukannya bersama-sama dengan anak-anak kita.

Berusahalah Mendisiplinkan anak-anak secara konsisten

Selalu kita menyadari, disiplin tidak dilakukan kepada anak tetapi untuk anak. Bukan karena kita membenci mereka tetapi karena betapa kasihnya kita kepada mereka.

1. Disiplin harus dimulai sejak dini

2. Disiplin harus sesuai dengan anak dan pelanggarannya. 3. Disiplin harus berdasarkan kasih

Orang tua yang bijak, pasti mengerti bahwa tiap anak berbeda, dan tiap pelanggaran juga berbeda begitu juga cara pendisiplinan yang berbeda. Kadang anak memerlukan hukuman jasmani, tentu bukan dengan kemarahan meluap-luap dan melukai mereka. Kadang cukup dengan koreksi verbal, namun sewaktu-waktu hanya sebuah pelukan dan kata-kata yang menghibur.

Luangkan waktu bersama anak-anak!

Pada akhirnya, keberhasilan tanpa pewarisan adalah kegagalan. Demikian juga halnya, pewarisan tanpa menyiapkan penerima warisan pun adalah kegagalan. Catatan: --- --- --- ---

(35)

Bidang Pembinaan GKK Kelapa Gading

Jalan ke atas adalah

Ke bawah!

berdasarkan “The Salomon Secrets” Oleh: Robert Jeffress)

• ”Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang rendah hati menerima pujian.” Amsal 29:23

• ”Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.” Amsal 11:2 • ”Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului

kehormatan.” Amsal 18:12

• ”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati dari pada membagi

rampasan dengan orang congkak.” Amsal 16:18-19

---

Bagaimana caranya kita memahami apa artinya kerendahan hati? Salah

satu cara ialah, mencari lawan dari kata kesombongan. Jika demikian, apakah kesombongan itu? Kesombongan adalah sikap yang menghargai diri sendiri karena keberhasilan kita dan mempersalahkan orang lain karena kegagalan kita. Orang sombong percaya bahwa setiap hal baik dalam kehidupan ini adalah hasil dari kerja kerasnya sendiri. Ia merasa yakin bahwa dalam konflik apapun, ia benar dan orang lain yang salah. Persamaan dari kata kesombongan adalah keangkuhan. Seorang yang angkuh mempunyai perkiraan yang besar akan diri sendiri. Suatu waktu, Muhammad Ali saat ia berhasil mempertahankan juara bertahan kelas berat tinju dunia, ia duduk di ruang kelas satu pesawat jumbo jet yang sedang bersiap-siap untuk lepas landas. Dengan sopan seorang pramugari memintanya untuk memasang ikat pinggang keselamatan. Ali memandang wanita itu dan berkata: ”Superman tidak membutuhkan ikat pinggang apapun.” Itulah kesombongan! Tanpa ragu si pramugari menjawab: ”Superman juga tidak membutuhkan pesawat apapun.”

Kerendahan hati melibatkan...

Sebaliknya kerendahan hati adalah sikap yang mengakui bahwa hal baik apapun dalam kehidupan kita adalah hasil dari apa yang Allah dan orang-orang lain telah lakukan dalam kehidupan kita. Secara khusus kerendahan hati melibatkan tiga hal:

Referensi

Dokumen terkait

Apa Yang Dicatat dalam alkitab tentang manusia Alkitab mencatat bahwa manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga bumi dan hidup sesuai dengan

Suami-istri mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang layak atau memadai kepada anak yang diberikan oleh Tuhan supaya mereka dapat hidup dengan wajar tidak hanya berupa