LAPORAN KASUS
KETUBAN PECAH DINI
Diajukan kepada :
dr. Hary purwoko. SpOG KFER
Disusun oleh :
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Etiologi pada sebagian besar kasus dari KPD hingga saat ini masih
belum diketahui. KPD pada kehamilan aterm merupakan variasi fisiologis, namun pada kehamilan preterm, melemahnya membran merupakan proses yang patologis. KPD sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya infeksi.
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin
meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan KPD merupakan penyebab paling sering
menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan.3
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki
pengetahuan yang baik mengenai anatomi dan struktur membran fetal, serta memahami patogenesis terjadinya ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat dan memberikan terapi secara akurat.
TINJAUAN
PUSTAKA
KPD
Ketuban pecah dini atau yang sering
disebut dengan KPD adalah
ketuban
pecah spontan tanpa diikuti
tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila KPD terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu
KPD pada
kehamilan prematur.
DIAGNOSIS
TENTUKAN PECAHNYA SELAPUT KETUBAN
adanya cairan ketuban di vagina
PENENTUAN CAIRAN KETUBAN Tes lakmus
(Nitrazin test)
TENTUKAN USIA KEHAMILAN HPHT dan
USG
TANDA INFEKSI suhu ibu, air ketuban
keruh dan berbau serta leukosit >
15.000/mm3
KOMPLIKASI
Persalinan premature
Infeksi Korioamnionitis
Hipoksia dan asfiksia
Penatalaksanaan KPD pd Kehamilan
Preterm
Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotika (ampisilin
4×500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
Jika uk 32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar
lagi.
Pada uk 32-<37 minggu
berikan steroid, untuk
memacu kematangan paru janin, dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
tiap minggu. Sedian : betametason 6mg sehari
diberikan 2 kali atau deksametason IM atau IV 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Jika uk 32-<37 minggu, belum inpartu, tidak
ada infeksi beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika uk 32-<37 minggu, sudah inpartu, tidak
ada infeksi berikan tokolitik (salbutamol),
steroid dan induksi sesudah 24 jam.
Jika uk 32-<37 minggu, ada infeksi
beri
antibiotik dan lakukan induksi. Nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Pada Kehamilan Aterm
Kehamilan > 37 minggu
induksi dengan
oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika
dosis tinggi, dan persalinan di akhiri.
Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks
kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Guyang warak xxxxxx
Pendidikan Terakhir : SMU
No RM
: 087051-2015
Tanggal Masuk: 22 September 2015
Biaya Pengobatan
: BPJS Non PBI
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Air ketuban sudah rembes sejak 6 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke
Instalasi Gawat Darurat RSUD Ambarawa pada tanggal 22
September 2015 dengan keluhan air ketuban sudah rembes sejak
pukul 02.00 dini hari (6 jam SMRS). Pasien mengaku tidak ada
lendir darah yang keluar, hanya air saja, berwarna putih
kekuningan. Pasien juga mengeluhkan perut terasa
kencang-kencang dan pinggang terasa pegal disertai keluarnya lendir
darah sejak 4 jam SMRS. Kencang-kencang yang dirasakan
pasien masih jarang dan tidak teratur.
Keluhan lainnya seperti demam, batuk, pilek, diare, mual,
muntah, sesak nafas, keputihan, penurunan nafsu makan dan
keluhan BAK dan BAB disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi
:disangkal.
Riwayat DM :disangkal.
Riwayat asma :disangkal.
Riwayat jantung :disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit asma, jantung, hipertensi dan
diabetes mellitus.
Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun
Lama : 7 Hari
Siklus: 28 Hari
HPHT : 17 Desember 2015
HPL : 24 September 2016
Riwayat Obstetri
I. Aterm, Laki-laki, 2800 gr, Spontan, Bidan, Sehat, 7
Tahun.
II. Hamil Ini.
Riwayat ANC
Perilaku Kesehatan
Merokok : disangkal
Minum minuman beralkohol : disangkal
Jamu-jamuan: disangkal
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan suami sekarang sudah 8 tahun.
Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik yang diberikan setiap 3 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik, tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 120/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36
oC
Pernapasan : 18 x/menit
Kepala : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : Jantung dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: perut sedikit membuncit, supel
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Datar, supel, linea nigra (-), striae gravidarum (+), luka bekas sc (-) Palpasi : TFU: 36 cm DJJ : 140x/menit, 11’-12’-11’, reguler. HIS : (+) jarang Leopold:
Leopold I : Bulat Lunak
Leopold II : Punggung Kanan Leopold III: Bulat Keras
Leopold IV: Konvergen (belum masuk PAP) Pemeriksaan dalam / Vaginal Toucher:
Vulva/uretra tidak ada kelainan, dinding vagina dalam batas normal, ostium uterus eksterna terbuka 1 jari sempit, portio tebal lunak, lendir darah (+/+).
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS
G2P1A0 Usia 30 Tahun Hamil 39 minggu Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Letak Kepala, Belum masuk PAP, Punggung Kanan Inpartu
Kala I Fase Laten dengan Ketuban Pecah Dini 6 jam.
SIKAP
IVFD RL 21tpm
Terminasi Rencana pro partus spontan dengan induksi misoprostol
25-50 µg/6jam intravaginal (maksimal 4 kali).
Ceftriaxone/12 jam
Metronidazole/12 jam
Keadaan pasien tanggal 23 september 2015 pk. 07.00
S : Kencang-kencang (+) makin kuat, Lendir darah (+/+), ketuban
rembes (+) sejak kemarin.
O : Status Generalis : Dalam Batas Normal
Status Obstetri
TFU: 34 cm
HIS: (+) jarang
DJJ: 164x/menit (13’-10’-11’), Irreguler
Leopold I: Bulat lunak
Leopold II: Punggung kanan
Leopold III: Bulat keras
Leopold IV: Divergen
VT: pembukaan 3jari, porsio tebal lunak, lendir darah (+/+), KK (-)
A : G2P1A0 Usia 30 Tahun Hamil 39 minggu Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Letak Kepala, Punggung Kanan Inpartu Kala I Fase Laten
dengan Fetal Distress et causa Ketuban Pecah Dini.
Dilakukan Sectio Caesarean Transperitoneal Profunda a/i Fetal
Distress et causa Ketuban Pecah Dini.
SUBYEKTIF
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan /
inpartu (keadaan inpartu didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur dan terdapat efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam
kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Pada kasus ini, Ny. Y usia 30 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu datang ke IGD pada tanggal 22 September 2015 pukul 08.00 dengan keluhan air ketuban sudah rembes sejak pukul 02.00 dini hari (6 jam SMRS). Pasien mengaku pada saat itu tidak ada lendir darah yang keluar, hanya air saja berwarna putih kekuningan dan tidak ada
keluhan kencang-kencang. Pada pasien ini ditemukan adanya tanda selaput ketuban yang pecah pada saat belum ada tanda persalinan, sehingga berdasarkan hal tersebut sesuai dengan definisi pasien dapat di diagnosis sebagai ketuban pecah dini
Setelah 2 jam keluhan ketuban rembes tersebut terjadi (pukul
04.00 dini hari), pasien mengeluhkan mulai timbul
kencang-kencang yang masih jarang dan tidak teratur disertai
keluarnya lendir darah.
Perut terasa kencang yang dirasakan pasien menandakan
sudah ada kontraksi pada uterus walaupun masih jarang.
Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU: 36 cm, DJJ:
140x/menit reguler (11’-12’-11’), HIS: (+) jarang, Leopold 1:
Bulat lunak, Leopold 2: Punggung kanan, Leopold 3: Bulat
keras, Leopold 4: Konvergen (belum masuk PAP), VT:
pembukaan 1jari sempit, porsio tebal lunak, Lendir darah
(+/+), KK (-).
Inpartu Kala 1 Fase Laten.
G2P1A0 usia 30 tahun Hamil 39 minggu Inpartu Kala 1 Fase
Laten Janin Tunggal Hidup Intrauterine Letak Kepala, Punggung
kanan, Belum masuk PAP dengan Ketuban Pecah Dini 6jam.
Penatalaksanaan
Disesuaikan dengan diagnosis, umur kehamilan,
evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun
infeksi janin, dan apakah pasien dalam keadaan
inpartu atau terdapat kegawatan janin atau
tidak.
Berdasarkan keadaan pasien dengan usia
kehamilan 39 minggu (>37 minggu) dan sudah
ada tanda inpartu sehingga penatalaksanaan
yang dilakukan adalah terminasi pervaginam
dengan induksi misoprostol dengan dosis
25-50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali.
Setelah 15jam pemberikan induksi misoprostol (tanggal 23 september 2015 pukul 07.00)
Kencang-kencang yang dirasakan pasien sudah semakin kuat namun
masih belum teratur.
Pada pemeriksaan obstetri didapatkan TFU: 34 cm, DJJ: 164x/menit
irreguler (13’-10’-11’), HIS: (+) jarang, Leopold 1: Bulat lunak,
Leopold 2: Punggung kanan, Leopold 3: Bulat keras, Leopold 4: Divergen (sudah masuk PAP), VT: pembukaan 3jari, porsio tebal lunak, Lendir darah (+/+), KK (-).
Kegagalan induksi dan tanda fetal distress
G2P1A0 usia 30tahun Hamil 39 minggu Inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup Intrauterine Letak Kepala, Punggung Kanan dengan Fetal Distress e.c Ketuban Pecah Dini.