• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Ketuban Pecah Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Ketuban Pecah Dini"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN MATERNITAS I

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh:

1. Debora Frimayanti Siahaan P17320312016

2. Diansyah Rachmanita P17320312021

3. Muhamad Mulyadi P17320312042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

(2)

i

Kata Pengantar

Ucapan syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.Tanpa pertolongan-Nya mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.

Adapun tujuan khusus Penyusun menulis makalah ini yaitu sebagai nilai Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Kami menyadari Makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam segi pengetahuan dan kurangnya keterampilan dalam pembuatan Makalah ini. Kritik dan saran serta permohonan maaf bila ada kesalahan dalam pembuatan Makalah ini. Tetapi Kami sudah melakukan yang terbaik.

Bogor, Maret 2013

(3)

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 2 BAB II ... 3 TINJAUAN TEORI ... 3

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini ... 3

2.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini ... 3

2.3 Tanda dan Gejala ... 4

2.4 Anatomi Fisiologi ... 4

2.5 Patofisiologi ... 6

2.6 Penatalaksanaan ... 8

BAB III ... 9

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KETUBAN PECAH DINI .... 9

3.1 Pengkajian ... 9 3.2 Pemeriksaan fisik ... 9 3.3 Diagnosa Keperawatan ... 11 3.4 Intervensi Keperawatan ... 12 3.5 Evaluasi Keperawatan... 15 BAB V ... 16 PENUTUP ... 16 3.1 Kesimpulan ... 16 3.2 Saran ... 16

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. (Mansjoer, Arif, dkk.2002). Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes(PROM) adalah pecahnya kantung ketuban dan kebocoran dari cairan ketuban awal minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada setiap usia kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000)

Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya kantung ketuban sebelum onset persalinan yang benar, terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban disertai keluarnya cairan amnio inin sebelum proses persalinan dimulai baik pada kehamilan cukup bulan maupun pada persalinan premature. Walaupun penyebabnya belum diketahui, hal tersebut dihubungkan dengan infeksi pada membran (korioamnionitis).Ketuban pecah dini merupakan ancaman bagi janin, khususnya jika hal ini terjadi di awal kehamilan, karena, setelah ruptur, perlindungan terhadap janin hilang, dan infeksi uterus dan janin dapat terjadi.

Persalian prematur dapat terjadi setelah ruptur membran, meyebabkan kelahiran prematur pada janin semakin beresiko.Komplikasi tambahan mencakup peningkatan tekanan pada tali pusat (tali pusat memanjang dan keluar dari lubang uterus masuk ke dalam vagina), biasanya jika ruptur terjadi pada saat kepala janin masih terlalu kecil untuk ukuran serviks. Janin tersebut mungkin mengalami sindrom potter pada gambaran wajah dan hipoplasia pulmoner.

(5)

2

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartus, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan.Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome). (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dariKPD ? b. Apakah penyebab KPD ?

c. Bagaimana tanda dan gejala dari KPD ? d. Bagaimana Anatomi Fisologi KPD? e. Bagaimana Patofisologi KPD? f. Bagaimana penatalaksanaan KPD?

g. Bagiamana asuhan keperawatan pada klien dengan KPD?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit ketuban pecah dini. 2. Tujuan khusus

- Mahasiswa mampu mengetahui mengenai kondisi ibu melahirkan dengan ketuban pecah dini.

- Mahasiswa mampu mengetahui permasalahan yang mungkin timbul dalam melahirkan dengan ketuban pecah dini.

(6)

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan.70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan.KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

2.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan.Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD : 1. Infeksi genitalia 2. Gemeli 3. Hidramnion 4. Kehamilan preterm 5. Disproporsi sefalopelvik

6. Inkompetensi serviks (leher rahim) 7. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) 8. Riwayat KPD sebelumya

(7)

4

10. Trauma

11. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

12. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering dan terjadi Inspekulo yaitu tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan ketuban sudah kering.

2.4 Anatomi Fisiologi

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc

Ciri-ciri kimiawi :

Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.

(8)

5

Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium.

 Fungsi Air Ketuban 1. Untuk proteksi janin.

2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion. 3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.

4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu. 5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin

6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.

7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.

 Asal Air Ketuban

1. Kencing janin (fetal urin) 2. Transudasi dari darah ibu 3. Sekresi dari epitel amnion 4. Asal campuran (mixed origin)

2.5Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer, 2001 manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah : 1. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau

kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. 2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi. 3. Janin mudah diraba.

(9)

6

4. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah bersih. 5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada

dan air ketuban sudah kering.

6. Takikardi pada ibu hamil muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.

2.5 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :  Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi.

 Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

 Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi  Tes lakmus merah berubah menjadi biru

 Amniosentesis

 USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang  Komplikasi

 Infeksi

 Partus preterm  Prolaps tali pusat  Distosia (partus kering)

(10)

7

Patofisiologi Ketuban Pecah Dini Infeksi inflamasi

Terjadi peningkatan aktifitas iL – 1 dan prostaglandin

Kolagenase jaringan

Depolimerasi kolagen pada selaput korion atau amion

Ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan

Ketuban Pecah Dini

Penjelasan patofisiologi:

Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini. (Maria, 2009 : 2)

(11)

8 2.6 Penatalaksanaan

Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :

 Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat

 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

 Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

 Menghadapi KPD, diperlukan KIM(

Komunikasi, Informasi, Motivasi

) terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

 Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S

 Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.

(12)

9

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KETUBAN

PECAH DINI

3.1 Pengkajian

1. Identitas ibu 2. Riwayat penyakit

a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi

b. Riwayat kesehatan terdahulu

 Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.  Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual

 Kehamilan ganda, polihidramnion

 Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.  Selaput amnion yang lemah/tipis.

 Posisi fetus tidak normal.

 Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek.

 Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.

c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil kembar atau turunan kembar.

3.2 Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan leher.

(13)

10

- Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya hipersekresi mukosa

- Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi. - Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.

b. Dada Thorak

- Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24 x/menit. Iktus kordis terlihat/tidak

- Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan.

- Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas norma vesikuler

c. Abdomen

- Inspeksi : ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea.

- Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak. - Auskultasi : DJJ ada/tidak

d. Genitalia

- Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, Discharge, Approximately), pengeluaran dari ketuban (jumlah, warna, bau), dan lender merah muda kecoklatan.

- Palpasi: pembukaan serviks (0-4). - Ekstremitas: edema, varises ada/tidak. 4. Pemeriksaan Diagnostik

(14)

11

a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi. b. Golongan darah dan factor Rh.

c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin.

d. Tes verning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.

e. Ultasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi plasenta.

f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic. 2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya

penyakit.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.

(15)

12 3.4 Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan infeksi maternal tidak terjadi

Kriteria hasil : ibu menyatakan/menunjukan bebas dari tanda-tanda infeksi. No Intervensi Rasional

1 - Lakukan pemeriksaan inspekulum, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan. - Gunakan teknik aseptic selama

pemeriksaan vagina.

- Anjurkan perawatan perineum setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi.

- Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotic.

- Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.

- Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar.

- Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asendens.

- Mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi pada vagina.

- Menurunkan resiko infeksi saluran asendens.

- Pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning pekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.

- Dalam 4 jam setelah membrane rupture, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukkan melalui TTV.

- Mengurangi perkembangan mikroorganisme

(16)

13

2. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas pada janin kembali normal.

Kriteria hasil:

a. klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.

b. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksi selama persalinan. No Intervensi Rasional

1 - Pantau DJJ setiap 15-30 menit.

- Periksa DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 15 menit kemudian, observasi perineum ibu untuk mendeteksi prolaps tali pusat.

- Perhatikan dan catat warna serta jumlah cairan amnion dan waktu pecahnya ketuban

- Catat perubahan DJJ selama kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicara pada ibu atau pasangan dan berikan informasi tentang

- Takikardi atau bradikardi janin adalah indikasi dari kemungkinan penurunan yang mungkin perlu intervensi

- Mendeteksi distress janin karena kolaps alveoli.

- Pada presentasi vertex, hipoksia yang lama mengakibatkan caira amnion berwarna seperti mekonium karena rangsangan fagal yang merelaksasikan spingter anus janin.

- Mendeteksi beratnya hipoksia dan kemungkinan penyebab janin rentan terhadap potensi cedera selama persalinan karena menurunnya kadar oksigen

(17)

14

situasi tersebut.

Kolaborasi

- Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi bedah bila tidak terjadi perbaikan

- Dengan penurunan viabilitas mungkin memerlukan kelahiran seksio caesarea untuk mencegah cedera janin dan kematian karena hipoksia.

3. Ansietas berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin. Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien berkurang

Kriteria hasil : Pasien diharapkan:

a. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif. b. Berpartisipasi aktif dalam proses persalinan

No Intervensi Rasional 1 - Tinjau proses penyakit dan

harapan masa depan - Dorong periode istirahat

yang adekuat dengan aktifitas terjadwal

- Berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya. - Jelaskan kepada klien apa yg

terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur

- Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan.

- Agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan

- Agar klien mengerti dengan bahaya infeksi dan penyakitnya - Menunjukkan realitas situasi yang

dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.

(18)

15

4. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik

Tujuan : Aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien. Kriteria Hasil : Pasien bisa beraktivitas seperti biasa No Intervensi Rasional 1 - Bantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin. - Beri posisi nyaman

- Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang

melelahkan.

- Agar kebutuhan sehari – hari klien dapat terpenuhi seperti biasanya

- Agar klien merasa nyaman dan tenang

- Kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan

3.5Evaluasi Keperawatan 1. Infeksi tidak terjadi

2. Pertukaran gas pada janin kembali normal 3. Cemas hilang

4. Kebutuhan istirahat dan tidur dapat terpenuhi

5. Dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan keluarga dan petugas

(19)

16

BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan, pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai ketebalan dan kekuatan selaput ketuban yang berbeda-beda tergantung gizi, aktivitas dan pergerakkan yang dilakukan oleh calon ibu tersebut.

3.2 Saran

Ketuban pecah dini harus dihindari karena dapat menyebabkan infeksi karena dapat membuat kuman masuk melalui jalan lahir , untuk mencegahnya diharapkan para calon ibu jangan melakukan aktifitas yang berat dan lebih baik beristirahat dan lakukan kegiatan dalam batas kemampuan.

Sebagai pemberi informasi perawat juga harus dapat memberikan informasi melalui pendidikan kesehatan kepada para ibu hamil agar dapat menjaga kehamilan baik dari dalam maupun luar diri agar tidak terjadi masalah masalah sebelum ataupun sesudah melahirkan.

(20)

17

Daftar Pustaka

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. EGC:

Jakarta

Meoandre.blogspot.com/2013/08/asuhan-keperawatan-pada-ketuban-pecah.html

Referensi

Dokumen terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD), BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA.. BERENCANA (KB) PADA NY.U G3P2A0 UMUR 30 TAHUN UMUR

Post Partum dengan Post Sectio Caesaria (SC) Ketuban Pecah Dini (KPD) Post Partum dengan Post Sectio Caesaria (SC) Ketuban Pecah Dini

Faktor yang berhubungan dengan kejadian Ketuban pecah dini yaitu Infeksi, kehamilan kembar, hidramnion, serviks inkompeten, letak janin, fisiologis selaput

tersebut melalui penelitian ini akan dilakukan penilaian perbedaan kadar IL-8 serum ibu pada kehamilan preterm ketuban pecah spontan dengan ketuban tidak pecah,

Faktor yang berhubungan dengan kejadian Ketuban pecah dini yaitu Infeksi, kehamilan kembar, hidramnion, serviks inkompeten, letak janin, fisiologis selaput

- Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm - Terjadi pada usia kehamilan 22  –  37 minggu 2..  Persiapan untuk persalinan

Pada penelitian, pengelolaan kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini, apakah segera melakukan induksi persalinan atau konservatif yang dipilih tidak ditemukan

Faktor yang berhubungan dengan kejadian Ketuban pecah dini yaitu Infeksi, kehamilan kembar, hidramnion, serviks inkompeten, letak janin, fisiologis selaput