• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BBIP Lamu, merupakan calon Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)/Instalasi Pembenihan dibawah pengawasan dan pengelolaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional teknis dalam menunjang keberhasilan pembangunan perikanan budidaya meliputi budidaya air payau dan laut.

BBIP Lamu, mempunyai tugas penyedia benih berkualitas di kawasan Gorontalo dan sekitarnya serta melaksankan penerapan teknik pembenihan budidaya laut serta pelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di wilayah provinsi Gorontalo.

Luas areal BBIP Lamu adalah 30.000 meter, dan yang termanfaatkan hanya 15.000 meter, yang digunakan sebagai tempat bak pembenihan, bak penggelondongan, bak induk, bak pakan alami, bak tandon, dan bak reservoar. Selain untuk bangunan tersebut, lahan yang ada dipergunakan juga untuk mendirikan rumah/mess pegawai , rumah genset, kantor dan gudang pakan.

Batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Trans Sulawesi  Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini  Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Bayasa  Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Tutulo

(2)

19 B. Laju Pertumbuhan Mutlak

Laju pertumbuhan rata – rata panjang dan berat mutlak benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (3 ekor), perlakuan B (8 ekor) dan perlakuan C (13 ekor) dapat ditampilkan pada (Tabel 3 Lampiran 2).

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Rata-rata Mutlak Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Selama 28 Hari.

Perlakuan Rata-rata

Panjang (cm) Berat (gram)

A (3 ekor) 2.74 4.94

B (8 ekor) 3.27 5.39

C (13 ekor) 3.01 4.44

Sumber : Data Hasil Olahan Tahun 2012 1. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Hasil pengukuran rata-rata panjang mutlak benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari sesuai perlakuan dapat di lihat pada Tabel 3. Perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus Fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata-rata panjang mutlak

yang berbeda (Tabel 3). Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak perlakuan A (3 ekor) sebesar 2,74 cm, perlakuan B (8 ekor) sebesar 3,27 cm dan perlakuan

C (13 ekor) sebesar 3,01 cm. Dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor memiliki pertumbuhan rata-rata panjang tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 13 ekor sedangkan padat tebar 3 ekor menunjukkan nilai yang terendah.

Perbedaan tersebut disebabkan tingkat kepadatan dan kompetisi antar benih ikan kerapu macan untuk mendapatkan makanan jauh lebih rendah dan proporsional dengan energi yang dikeluarkannya. Hal ini sesuai dengan Akbar dan

(3)

20

Sudaryanto (2001) dalam Endrawati. dkk., (2008), yang menyatakan pada tingkat kepadatan yang tinggi kompetisi antar juvenil atau benih ikan kerapu macan untuk mendapatkan makanan jauh lebih rendah dan Anonim (2010), mengemukakan bahwa peningkatan padat penebaran akan menyebabkan pertumbuhan agak lambat, ruang gerak terganggu dan terjadi kompetisi dalam mengambil pakan.

Hasil analisis sidik ragam panjang benih kerapu macan (Lampiran 6) menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan panjang benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 7). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan panjang benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata.

2. Pertumbuhan Berat Mutlak

Perlakuan padat tebar yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata-rata berat mutlak yang berbeda pula (Tabel 3 dan Lampiran 3). Pertumbuhan rata-rata berat mutlak perlakuan A (3 ekor) sebesar 4,94 gr, perlakuan B (8 ekor) sebesar 5.39 gr dan perlakuan C (13 ekor) sebesar 4,44 gr, dengan demikian perlakuan padat tebar 8 ekor memiliki pertumbuhan rata-rata berat mutlak tertinggi kemudian disusul dengan padat tebar 3 ekor sedangkan padat tebar 13 ekor menunjukkan nilai yang terendah.

(4)

21

Perbedaan ini disebabkan tingginya padat penebaran ikan maka akan semakin tinggi pula persaingan dalam ruang gerak. Hal ini sesuai dengan Akbar dan Sudaryanto (2001) dalam Endrawati. dkk (2008), yang menyatakan bahwa padat tebar yang tinggi menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan mengurangi keleluasaan ikan untuk bergerak kearah pakan. Lebih lanjut Sudradjat (2008), menyatakan bahwa padat penebaran sangat tergantung pada ukuran ikan yang sedang dilakukan, jika padat penebaran tinggi akan terjadi persaingan pakan karena ukuran dan vitalitas yang berbeda.

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) menunjukan bahwa padat tebar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan berat tubuh benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 9). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) diperoleh bahwa pertumbuhan berat tubuh benih kerapu macan pada setiap perlakuan padat tebar berbeda nyata.

C. Laju Pertumbuhan Harian (DGR)

Laju pertumbuhan harian panjang dan berat benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakuan A (3 ekor), perlakuan B (8 ekor) dan perlakuan C (13 ekor) dapat di lihat pada Tabel 4. (Lampiran 4)

(5)

22

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Rata - rata Harian benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) Selama 28 Hari.

Perlakuan Rata-rata

Panjang (cm) Berat (gram)

A (3 ekor) 0,10 0,18

B (8 ekor) 0,12 0,19

C (13 ekor) 0,11 0,16

Laju pertumbuhan harian benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama 28 hari sesuai Perlakuan padat penebaran yang berbeda pada benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan pertumbuhan rata – rata berat mutlak yang berbeda pula (Tabel 4). Laju pertumbuhan harian panjang benih ikan kerapu macan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (8 ekor). dilanjutkan

dengan padat tebar C (13 ekor) dan A (3 ekor), masing-masing berturut - turut 0,12 cm/hr, 0,11 cm/hr dan 0,10 cm/hr. Sedangkan laju pertumbuhan berat tubuh

harian benih ikan kerapu macan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan B (8 ekor). dilanjutkan dengan padat tebar A (3 ekor) dan yang terendah yakni pada padat penebaran C (13 ekor), masing-masing berturut – turut 0,19 g/hr; 0,18 g/hr dan 0,16 g/hr. Hal ini berarti dalam penebaran yang terlalu tinggi akan menyebabkan keleluasaan ikan untuk bergerak kearah makanan, sehingga pertambahan panjang dan berat benih ikan tidak diperoleh dengan optimal, oleh karena itu untuk menentukan besarnya padat tebar benih kerapu macan agar dapat memperhatikan ukuran awal dari tubuh benih dan umur pemeliharaan. Penebaran yang terlalu rendah akan menyebankan biaya produksi tidak ekonomis dan sebaliknya kepadatan yang tinggi dapat menimbulkan kanibalisme. Minjoyo dkk. (2004)

(6)

23

bahwa kepadatan yang sesuai untuk benih ikan kerapu tergantung kepada volume media dan ukuran dari wadah pemeliharaan.

D. Sintasan

Sintasan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) pada akhir pengamatan dapat di lihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sintasan Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Gambar 4 menunjukkan bahwa sintasan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh pada perlakuan A (3 ekor) sebesar 100% sedangkan perlakuan B (8 ekor) dan C (13 ekor) sebesar 87,5% dan 76,9%, (Lampiran 5). Hal ini disebabkan adanya sifat kanibalisme yang tinggi pada benih ikan kerapu macan. Kanibalisme merupakan penyebab terbesar kematian pada tahap akhir pemeliharaan, hal ini sesuai dengan pendapat Subyakto dan Cahyaningsih (2003), bahwa budidaya ikan kerapu macan dengan kepadatan yang tinggi akan menyebabkan kematian yang cukup tinggi pula. Kematian terjadi karenakan tingkat kompetisi yang tinggi, sehingga akhirnya memunculkan sifat kanibalisme

(7)

24

benih larva ikan kerapu macan tersebut. Pendapat yang lain diungkapkan pula oleh Purba dan Mayunar (1991) bahwa semakin tinggi padat penebaran sintasannya cenderung menurun dan padat penebaran akan meningkatkan resiko kematian.

E. Korelasi antara Pertumbuhan Mutlak, Pertumbuhan Harian (DGR) dan Sintasan

Korelasi antara pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, sintasan benih ikan kerapu macan dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 5. Korelasi Pertumbuhan Mutlak

(8)

25

Gambar 7. Korelasi Sintasan

Gambar diatas terlihat bahwa korelasi pertumbuhan mutlak tiap perlakuan benih ikan kerapu macan sebesar 28%. Sedangkan korelasi pertumbuhan harian tiap perlakuan benih ikan kerapu macan sebesar 28%. Hal ini berarti semakin tinggi padat tebar menyebabkan keleluasaan ikan untuk bergerak bergerak kearah makanan tidak optimal, sedangkan penebaran yang terlalu rendah akan menyebabkan biaya produksi tidak ekonomis dan sebaliknya kepadatan yang tinggi dapat menimbulkan kematian akibat kanibalisme.

Korelasi yang ditunjukkan pada sintasan benih ikan kerapu macan sebesar 99,77%. Hal ini berarti semakin tinggi padat tebar akan meningkatkan resiko kematian akibat kanibalisme, padat penebaran yang terlalu tunggi pula akan menyebabkan konsumsi makanan jauh lebih rendah sehingga makanan yang diperoleh tidak optimal.

F. Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas toleransi bagi kehidupan benih ikan kerapu macan. Hasil pengukuran kualitas air dapat di lihat pada tabel 5di bawah ini.

(9)

26 Tabel 5. Pengukuran Kualitas air

No Parameter Hasil Pengukuran

1 Suhu oc 30 – 31 oc

2 pH 7 – 7,8

3 DO 5,6 – 6,28 mg /l

4 Salinitas 34 – 35 ppt

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap minggu sekali dengan menggunakan alat ukur suhu, pH, DO dan Salinitas. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. Kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan benih kerapu macan didukung dengan diterapkan sistem sirkulasi air mengalir, selain itu juga dilakukan pembersihan dasar akuarium dengan cara disipon yang dilakukan setiap hari pada pagi hari sebelum pergantian air, penyiponan dilakukan dengan menggunakan selang, Setelah itu dilakukan penggantian air yaitu dengan cara mancabut pipa outlet yang berada pada tepi akuarium hingga 70%, kemudian air ditambah kembali.

Penerapan sistem sirkulasi air mengalir dalam wadah budidaya mengikuti kaidah seperti halnya di perairan terbuka dimana kualitas air selalu dalam kondisi baik. Sumber air yang digunakan adalah air laut yang berasal dari perairan teluk Gondol yang telah melewati proses filtrasi sand filter dan proses ultraviolet (UV). Sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6488.2-2000, kualitas air pada produksi benih kerapu macan untuk suhu berkisar antara 28 – 32oc, sedangkan salinitas 28 - 35 ppt. Selanjutnya Anonim (2010) menyatakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan kerapu harus dipertahankan pada suhu 25 – 32 ºc, salinitas 20 - 32 ppt, pH 7,5 - 8,3, oksigen 4 - 8 mg/l.

Gambar

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Rata -  rata Harian benih kerapu macan  (Epinephelus  fuscoguttatus) Selama 28 Hari
Gambar 4. Sintasan Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)  Gambar  4  menunjukkan  bahwa  sintasan  benih  ikan  kerapu  macan  (Epinephelus fuscoguttatus) selama pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR)
Gambar 6. Korelasi Pertumbuhan Harian
Gambar 7. Korelasi Sintasan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bahan makanan dan pelengkap yang digunakan pada hidangan Main Course?. Untuk mengetahui teknik pengolahan hidangan Main Course

Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut: (1) mitra memiliki pengetahuan tentang jamban keluarga yang aman terhadap lingkungan, (2) mitra terampil membuat

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik

Daya dukung lingkungan berbasis neraca air suatu wilayah dapat diketahui dengan menghitung kapasitas ketersediaan air pada wilayah tersebut, yang besarnya sangat

Setiap kelompok KKNT UNISKA 2018 wajib membuat rencana program kegiatan dalam bentuk Proposal Kegiatan KKNT UNISKA 2018 sebelum turun lapang dan menjalankan

2) Ijazah yang diperoleh dari Perguruan Tinggi Luar Negeri, yang telah mendapatkan penetapan penyetaraan dari Panitia Penilaian Ijazah Luar Negeri Kementerian Pendidikan

Dari hasil percobaan ini dapat diperoleh simpulan, yaitu ada pengaruh perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan, biji yang direndam lebih lama

Setelah rangsangan diterima, kemudian diubah (transduksi) menjadi bentuk lain, yang kemudian diteruskan menjadi suatu respon motor. Hal itulah yang menyebabkan