LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA TA 2016
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016 merupakan laporan pelaksanaan kegiatan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun Anggaran 2016. Laporan ini disusun berdasarkan pencapaian target kinerja dan sasaran program pembangunan yang dilaksanakan dalam mencapai visi dan misi Kementerian Kesehatan. Hambatan dan kendala yang ada dalam melaksanakan program akan dievaluasi dalam upaya perbaikan pencapaian kinerja program kesehatan keluarga
Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan Laporan Tahunan ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat.
Laporan Tahunan ini jauh dari kesempurnan, oleh karena itu berbagai kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk meningkatkan mutu kajian dan kesempurnaan penyusunan laporan tahunan pada masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2016
Direktur Kesehatan Keluarga
dr. Eni Gustina, MPH NIP : 196308201994122003
Contents
KATA PENGANTAR ... ii
BAB I ...1
ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN ...1
1.1. Hambatan Tahun Lalu ...1
1.2. Kelembagaan ...3
1.3. Sumber Daya...5
1.3.1. Sumber Daya Manusia ...5
1.3.2. Sarana dan Prasarana...6
1.3.3. Dana ...7
BAB II ... 10
TUJUAN DAN SASARAN KERJA... 10
2.1. Dasar Hukum ... 10
2.2. Tujuan, Sasaran Dan Indikator ... 10
Tujuan ... 10
Sasaran ... 11
BAB III ... 13
STRATEGI PELAKSANAAN ... 13
3.1. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran ... 13
3.2. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi ... 13
3.3. Terobosan Yang Dilakukan ... 14
BAB IV ... 15
HASIL KERJA ... 15
4.1. Pencapaian Tujuan dan Sasaran ... 15
4.2. Pencapaian Kinerja ... 57
4.3. Realisasi Anggaran ... 57
4.4. Upaya Meraih WTP dan Reformasi Birokrasi ... 61
BAB V ... 63
LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA TA 2016 BAB I
ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs. Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus menurun) dan pada SDKI 2012 menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH).
Dari sisi indikator, Renstra sebagai bagian didalam upaya penurunan AKI dan AKB juga menunjukan keberhasilan didalam mencapai target Renstra walaupun pencapaian ini juga masih memberikan gap bila dibandingkan dengan seluruh sasaran penduduk di Indonesia.
No. Indikator Target
2015
Capaian 2015 1. Persentase (%) persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 75% 78,43%
2. Persentase (%) puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil 78% 86,92%
3. Persentase (%) puskesmas yang melakukan orientasi program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi 77% 79,60%
4. Persentase (%) ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali (K4) 72% 83,39%
5 Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 75% 84%
6 Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik kelas I 50% 57%
7 Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan
kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X 30% 48%
8 Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan
kesehatan remaja 25% 32%
1.1. Hambatan Tahun Lalu
1. Pelaksanaan pelaporan masih belum optimal, di tahun 2015, ketepatan laporan triwulanan masih rendah, jejaring komunikasi data yang disediakan untuk kab/kota tingkat isian masih rendah sehingga unit teknis perlu berulang kali meminta laporan kepada dinas kesehatan provinsi.
2. Pelaksanaan pencatatan belum optimal untuk melaporkan pelaksanaan program secara berjenjang dan tepat waktu dari tingkat kabupaten, propinsi ke pusat,
3. Pelaporan berbasis puskesmas belum terintegrasi dengan laporan pelayanan kesehatan dirumah sakit.
4. Ditahun 2015 dengan adanya PP No. 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan dan permenkes 92 tahun 2014 dimana sistem pelaporan diarahkan melalui 1 sistem, ternyata belum dapat terealisasi dikarenakan system informasi puskesmas yang rencananya akan mulai dilaksanakan pada tahun 2016 ternyata mundur menjadi tahun 2017 (kondisi system pelaporan yang selama ini dilaksanakan dengan adanya kebijakan tersebut sudah mulai di hentikan)
5. Belum optimalnya kerjasama antar sektor terkait, lintas program dan organisasi profesi serta perguruan tinggi untuk mendukung upaya kelangsungan hidup neonatal, bayi dan anak balitasertaupaya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan kesehatan anak.
6. Masih kurangnya komitmen dan dukungan dana (APBD tingkat I dan II) dari pemerintah daerah setempat dalam program peningkatan kesehatan ibu dan anak
7. Terjadinya perubahan struktur dan pejabat di daerah yang berpengaruh dalam transfer informasi maupun pencairan dana.
8. Keterbatasan sumber daya strategis yang berkualitas untuk mendukung program kesehatan keluarga di Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas. 9. Penggantian pengelola program cukup sering, sehingga mempengaruhi
kelancaran pelaksanaan program di provinsi dan kabupaten/kota.
10. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu, anak dan reproduksi masih relatif rendah.
11. Akses dan kualitas pelayanan Kesehatan ibu dan anak belum optimal dan masih perlu ditingkatkan.
12. Belum optimalnya jejaring dan regionalisasi rujukan maternal dan neonatal antara pelayanan primer – Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan.
13. Kurang optimalnya pelibatan fasyankes swasta dalam hal peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan keluarga.
14. Pelayanan KB masih didominasi oleh metode kontrasepsi jangka pendek (pil dan suntik). Untuk menurunkan kehamilan 4 Terlalu, diperlukan metode kontrasepsi jangka panjang (IUD, susuk)
15. Kepatuhan terhadap standar pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan belum seperti yang diharapkan (antara lain karena kurangnya Bidan Kit, IUD Kit, Partus Kit, PONED Kit, dan PONEK Kit).
16. Kurangnya dukungan lintas program dalam pelaksanaan PKRT.
17. Kurangnya dukungan terhadap pelayanan kespro pada situasi krisis kesehatan melalui kegiatan PPAM.
18. Pemanfaatan KIE kespro bagi calon pengantin dan kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan kespro catin belum optimal, utamanya Kementerian Agama.
19. Masih rendahnya dukungan Pemda dalam penyediaan dan pemantauan indikator AUKR.
20. Belum optimalnya penguasaan data dan informasi manajemen KIA (PWS, AMP, DTPS, Supfas).
1.2. Kelembagaan
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157, Direktorat Kesehatan Keluarga menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan maternal dan neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, dan lanjut usia, serta perlindungan kesehatan keluarga; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan maternal dan
neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, dan lanjut usia, serta perlindungan kesehatan keluarga;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kesehatan maternal dan neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, dan lanjut usia, serta perlindungan kesehatan keluarga;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan maternal dan neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, dan lanjut usia, serta perlindungan kesehatan keluarga;
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan maternal dan neonatal, balita dan anak prasekolah, usia sekolah dan remaja, usia reproduksi dan keluarga berencana, dan lanjut usia, serta perlindungan kesehatan keluarga; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Gambaran struktur organisasi Direktorat Kesehatan Keluarga digambarkan pada gambar dibawah.
LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA TA 2016
4
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Keluarga Berdasarkan Permenkes 64 Tahun 2015
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA
DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIREKTORAT KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL SUBDIREKTORAT KESEHATAN BALITA
DAN ANAK PRA SEKOLAH SUBDIREKTORAT KESEHATAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA SUBDIREKTORAT KESEHATAN USIA REPRODUKSI SUBDIREKTORAT KESEHATAN LANJUT USIA SEKSI KESEHATAN MATERNAL SEKSI KESEHATAN NEONATAL SEKSI KELANGSUNGAN HIDUP BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
SEKSI KESEHATAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA DI DALAM SEKOLAH SEKSI AKSES KESEHATAN REPRODUKSI SEKSI KUALITAS HIDUP BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH SEKSI KESEHATAN USIA SEKOLAH DAN REMAJA DI LUAR SEKOLAH SEKSI KUALITAS KESEHATAN REPRODUKSI SEKSI AKSES KESEHATAN LANJUT USIA SEKSI KUALITAS KESEHATAN LANJUT USIA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA TA 2016 1.3. Sumber Daya
1.3.1. Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Keluarga pada akhir tahun 2016 adalah 1109 pegawai, terdiri dari 96 orang PNS, 13 orang pramubakti. Pegawai PNS yang berlatar belakang pendidikan S3 sebanyak 0 orang, S2 sebanyak 46 orang, S1 sebanyak 35 orang, Diploma IV sebanyak 2 orang, Diploma III sebanyak 5 orang, SMU 8 orang, sedangkan pegawai Honorer (Pramubakti) yang berpendidikan Sarjana (S1) sebanyak 4 orang, D3 3 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 4 orang, SMP 1 orang , SD 1 orang.
Dari jenis pendidikan, pegawai (PNS) dengan pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 48 orang dan pegawai dengan pendidikan bidang non kesehatan sebanyak 10 orang. Direktorat Kesehatan Keluarga tidak memiliki staf fungsional tertentu.
Grafik 1.1. Persentase Pegawai Direktorat Kesehatan Keluarga Berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional
Grafik 1.3. Persentase Pegawai Direktorat Kesehatan Keluarga
Berdasarkan Golongan Strukt ural 18% JFT 1% JFU 81% Iia 5% IIc 2% IId 3% IIIa 17% IIIb 28% IIIc 18% IIId 6% IVa 17% IVb 4%
Grafik 1.4. Persentase Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik 1.5. Persentase Jumlah Pegawai Direktorat Kesehatan Keluarga Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
1.3.2. Sarana dan Prasarana
Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan 31 Desember 2016 bernilai Rp. 39.090.406.939,- (SIMAK BMN, 31 Desember 2016)dengan uraian sebagai berikut:
1) Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin berjumlah 10.425 buah terdiri dari kendaraan dinas (sedan, station wagon, mini bus, sepeda motor), peralatan perkantoran dan rumah tangga, serta peralatan lainnya dengan nilai Rp. 6383952546
2) Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya terdiri dari bahan kartografi lainnya berjumlah 1000 buah dengan nilai. Rp.0 ,-
3) Barang konsumsi
Barang konsumsi adalah barang habis pakai (bahan administrasi dan
computer suplies) dengan nilai. Rp.0 ,-
4) Barang persediaan untuk diserahkan ke masyarakat Laki-laki 24% Perem puan 76% S2 48% S1 37% D4 2% D3 5% SMU 8%
Barang persediaan ini berupa buku-buku cetakan dengan nilai Rp. 37.655.098.101,-
Berdasarkan peta ketersediaan alat pengolah data dengan jumlah JFU yang ada, Direktorat Kesehatan Keluarga memiliki sarana yang cukup memadai untuk mendukung kegiatan teknis. Begitu pula halnya dengan ketersediaan kendaraan untuk mendukung operasional teknis.
1.3.3. Dana
Pada tahun anggaran 2016, untuk mencapai tujuan dan target kegiatan, Direktorat Kesehatan Keluarga mendapatkan 2 (dua) sumber anggaran yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN). Kedua sumber dana tersebut tertuang dalam DIPA Satker Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016.
Di dalam perjalanan kegiatan tahun 2016 terjadi perubahan/ revisi DIPA sebanyak 9 kali, perubahan ini terjadi seiring dengan adanya kebijakan ditingkat nasional maupun internal direktorat. Pada awal tahun 2016, Direktorat Keluarga mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 120.000.000.000,-. Kebijakan yang berpengaruh kepada perubahan didalam alokasi DIPA Direktorat Kesehatan Keluarga berasal dari kementerian keuangan dimana setiap unit di kemenkes diminta untuk efisiensi, Direktorat Kesehatan Keluarga melakukan efisiensi sebesar Rp. 40.000.000.000,- yang menjadikan perubahan DIPA menjadi Rp. 80.000.000.000,-. Hasil efisiensi yang ada di kumpulkan di tingkat Direktorat Jenderal Kesehatan masyarakat sebagian dijadikan efisiensi dan sebagian di lakukan refocusing untuk kegiatan prioritas. Direktorat Kesehatan Keluarga mendapatkan dana refocusing sebesar Rp. 4.627.892.000,- sehingga DIPA menjadi Rp. 84.627.892.000,-. Pada triwulan 3 terjadi efisiensi kembali dimana setiap unit diminta melakukan selfblocking, Direktorat Kesehatan Keluarga melakukan selfblocking sebesar 17.000.000.000,-. Sesuai kebijakan di kementerian keuangan, selfblocking yang ada tetap berada/ tetap menjadi DIPA (tidak dihapus), sehingga DIPA tetap pada alokasi sebesar Rp. 84.627.892.000,- dengan kondisi dana sebesar 17 M tidak dapat digunakan (selfblocking). Di bulan Desember dana PHLN masuk kedalam DIPA sebesar Rp. 8.552.538.000 (WHO 2.105.517.000,- UNICEF 4.555.689.000,- UNFPA 1.891.332.000,-) sehingga pada akhir tahun 2016 DIPA Kesehatan Keluarga (termasuk dana PHLN) sebesar Rp. 93.180.430.000.
Untuk mendukung pencapaian program di tingkat provinsi dan kab/kota, Direktorat Kesehatan Keluarga meluncurkan APBN melalui mekanisme dekonsentrasi ke 34 provinsi sebesar Rp. 360.034.526.000,-.
Anggaran tersebut terbagi atas 5 output, yaitu : 1. NSPK Pembinaan Kesehatan Keluarga
2. SDM Kesehatan yang ditingkatkan kapasitasnya dalam pembinaan Kesehatan Keluarga
4. Bimbingan Teknis dan Evaluasi pembinaan Kesehatan Keluarga 5. Sistem Informasi dan Surveilans Pembinaan Kesehatan Keluarga 6. Dukungan Layanan Manajemen
Berikut adalah tabel pengelolaan DIPA Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016
No Revisi Tanggal Pagu Keterangan Kewenan gan 1 Ke 00 7-Dec-15 120,000,000,0 00 DIPA Awal - 2 Ke 01 5-Feb-16 120,000,000,0 00
Pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, pergeseran antar keluaran (Output), satu kegiatan dan satu satker dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional, Revisi Halaman III DIPA dan Revisi Pejabat Perbendaharaan.
DJPB Kanwil DKI 3 Ke 02 13-Apr-16 120,000,000,0 00
Pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, pergeseran antar keluaran (Output), satu kegiatan dan satu satker dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional.
DJPB Kanwil DKI 4 Ke 03 11-May-16 120,000,000,0 00
Pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, pergeseran antar keluaran (Output), satu kegiatan dan satu satker dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional.
DJPB Kanwil DKI 5 Ke 04 26-May-16 120,000,000,0 00
Inpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang pemotongan anggaran tahun 2016, Identifikasi secara mandiri kegiatan yang akan di hemat (Output Cadangan dan Pengurangan Output).
DJA
6 Ke 05 22-Jul-16 80,000,000,00 0
Surat Menteri Keuangan Nomor S-522/MK.02/2016 tangggal 23 Juni 2016 perihal perubahan pagu anggaran Belanja K/L dalam APBN-P Tahun 2016 (Pengurangan/Pemotongan angaran DIPA Tahun 2016)
DJA
7 Ke 06 29-Aug-16
84,627,892,00 0
Surat Sekjen. Kemenkes RI Nomor PR.01.02/I/1285/2016 tanggal 17 Juni 2016 tentang hasil rapat kerja komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan terkait anggaran yang akan di realokasi dan refocussing (Penambahan Anggaran)
8 Ke 07 30-Sep-16
84,627,892,00 0
Inpres Nomor 8 Tahun 2016 tentang langkah-langkah penghematan belanja kementerian / lembaga, agar masing-masing
Kementerian/Lembaga
melakukan identifikasi secara mandiri terhadap program/kegiatan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2016, yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan melalui blokir mandiri (self blocking). DJA 9 Ke 08 12-Oct-16 84,627,892,00 0
Pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, pergeseran antar keluaran (Output), satu kegiatan dan satu satker dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional dan Revisi Pejabat Perbendaharaan. DJPB Kanwil DKI 10 Ke 09 16-Dec-16 93,180,430,00 0
Penambahan anggara yang disebabkan adanya pelaksanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang (UNFPA, WHO, dan UNICEF)
DJPB Kanwil DKI
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KERJA
2.1. Dasar Hukum
1. UUD 1945 pasal 28B ayat 2 dan pasal 28H ayat 1.
2. UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. UU Nomor 23 Tahun 2014 Perubahan Atas UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79, 131, 133, 136, 137 dan 139.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Urusan Wajib Bidang Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (JMN) tahun 2015 – 2019.
7. Inpres 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan yang dilanjutkan dengan Rencana Aksi Hak Asasi Manusia (RAN HAM) pada tahun 2012.
8. Inpres 14 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional tahun 2011.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan No.68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi Layanan Kesehatan Memberikan Informasi Atas Adanya Dugaan Kekerasan terhadap Anak
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 tahun 2014 tentangUpaya Kesehatan Anak
13. Peraturan Menteri Kesehatan No.53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
15. Peraturan Menteri Kesehatan No.78 tahun 2014 tentang Skrining Hipotiroid Kongenital
2.2. Tujuan, Sasaran Dan Indikator Tujuan
Tujuan sasaran Direktorat kesehatan Keluarga mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 – 2017. Direktorat Kesehatan Keluarga memiliki tujuan yang bersifat outcome bahkan dapat dikatakan bersifat dampak, Tujuan tersebut yaitu :
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Didalam mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan strategi nasional dan arah kebijakan nasional 2015-2019 yang kemudian juga menjadi tujuan (bersifat outcome) bagi Direktorat Kesehatan Keluarga yaitu :
1. Terjadinya Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Peningkatan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
Sasaran
Didalam mencapai tujuan diatas Direktorat Kesehatan Keluarga melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja dan Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi yang memiliki sasaran :
1. meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bayi, anak dan remaja.
2. meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi Indikator pencapaian (diakhir tahun 2019) sasaran diatas adalah :
1. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) sebesar 90%.
2. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I sebesar 70%.
3. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X sebesar 60%.
4. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja sebesar 45%.
5. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil sebesar 90%. 6. Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) sebesar 100%.
7. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4) sebesar 80%.
Target Indikator sasaran Direktorat Kesehatan Keluarga untuk tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah yang menggambarkan pencapaian indikator pertahun (mulai tahun 2015) untuk mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan pada akhir tahun 2019.
Tabel 2.1. Indikator Kesehatan Keluarga pada Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
Kegiatan Sasaran Indikator Target / tahun
2015 2016 2017 2018 2019 Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bayi, anak dan remaja
Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 75% 78% 81% 85% 90% Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I
50% 55% 60% 65% 70%
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X 30% 40% 50% 55% 60% Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja 25% 30% 35% 40% 45% Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
78% 81% 84% 87% 90% Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) 77% 83% 88% 95% 100%
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali (K4)
72% 74% 76% 78% 80%
Tabel Sandingan RPJMN, Renstra, RKP dan Janji Presiden yang menjadi tanggung jawab Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016
RPJMN Renstra RKP Janji Presiden
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) Jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) (target 150 RTK) Persentase Puskesmas yang
melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4) Persentase ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN
3.1. Strategi Pencapaian Tujuan dan SasaranStrategi dalam pembinaan pelayanan kesehatan keluarga yaitu ; Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi setiap orang pada setiap tahapan kehidupan dengan pendekatan satu kesatuan pelayanan (continuum of care) melalui :
1. intervensi komprehensif (six building block),
2. integratif promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif; 3. paripurna,
4. berjenjang mulai dari masyarakat, fasyankes tingkat pertama dan rujukan 5. fokus pada kelompok sasaran sesuai kelompok umur (life cycle), daerah
populasi tinggi, DTPK, jumlah kasus kematian ibu, bayi tertinggi, gizi buruk dan stunting
6. kemitraan antar pelaku sesuai strata kewenangan (provinsi, kabupaten/kota, swasta)
3.2. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi
Beberapa hambatan dalam pelaksanaan strategi pencapaian tujuan dan sasaran pada tahun 2016 adalah:
1. Kebijakan di tingkat nasional untuk efisiensi anggaran APBN
2. Masih kurangnya komitmen daerah dalam mengirimkan laporan tepat waktu, tepat data
3. Masih kurangnya jumlah dan kualitas tenaga pelaksana program di lapangan (berdasarkan hasil studi) walaupun telah dilakukan pelatihan dan pendistribusian tenaga kesehatan
4. Masih kurangnya kemampuan dalam menyusun perencanaan program secara holistik, (perencanaan masih bersifat business as usual, copy paste) 5. Masih terdapat kekurangan peralatan kesehatan dan bahan habis pakai
untuk mendukung kesehatan keluarga, walaupun secara besaran dana, seharusnya sudah mencukupi
6. Tidak ada dukungan pendanaan dan bimbingan teknis dalam pemeliharaan alat
7. Masih terdapat pengelola program di daerah (terutama puskesmas) yang belum memahami definisi operasional indikator program, dapat disebabkan mekanisme sosialisasi secara berjenjang tidak berjalan dengan baik
8. Masih kurangnya koordinasi lintas program dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelaporan
9. Struktur organisasi di daerah belum sesuai dengan sotk kementerian kesehatan. Contoh uks, penjaringan ada di promkes dinkes
10. Belum finalnya kebijakan pencatatan pelaporan 1 pintu, program mengalami “dilema” karena sudah tidak diperkenankan untuk meminta data langsung ke daerah, sementara pusat data dan informasi belum bisa memenuhi
kebutuhan laporan data secara rutin. Lemahnya koordinasi lintas program di dinkes.
11. Masih lemahnya pemantauan penjaminan mutu pelaksanaan program secara berjenjang agar pelaksanaan kegiatan program di puskesmas sesuai dengan standar
3.3. Terobosan Yang Dilakukan
1. Menyusun Rencana Aksi Kesehatan Ibu dan bayi baru Lahir 2. Menyusun Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia
3. Melakukan Kajian Anggaran dalam upaya penurunan AKI dan
mendiseminasikannya
4. Menjalin kerjasama dengan akademisi dan organisasi profesi melalui Konsorsium Perguruan Tinggi.`
5. Menyusun draft penyederhanaan pencatatan dan pelaporan
6. Memfasilitasi pelaksanaan perencanaan terpadu dengan pengembangan model pelatihan Perencanaan Terpadu KIA
7. Pengembangan model posyandu-PAUD terintegrasi.
8. Pengembangan model UKS
9. Pengembangan model pendampingan program oleh tokoh agama, tokoh masyarakat dan mahasiswa
10. Peningkatan kualitas layanan PKPR dengan orientasi dan implementasi Standar Nasional PKPR, sebagai alat self assessment oleh puskesmas dan supervisi oleh Dinas Kesehatan.
11. Mendorong kemandirian daerah dalam pemenuhan kebutuhan sarana prasarana program melalui mekanisme DAK Fisik
BAB IV
HASIL KERJA
4.1. Pencapaian Tujuan dan SasaranDalam upaya mencapai tujuan dan sasaran kesehatan keluarga yang diukur melalui indikator :
1) Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) sebesar 78 %.
2) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas I sebesar 55%.
3) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X sebesar 40%.
4) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja sebesar 30%.
5) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil sebesar 81%. 6) Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) sebesar 83%.
7) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4) sebesar 74%.
Maka perlu di petakan berbagai macam kebutuhan (input) agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Secara umum gambaran pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut :
(a) Input
1. Tenaga pelaksana dilapangan sebagai pelaku didalam pelaksanaan pelayanan kesehatan keluarga.
2. Pedoman didalam pelaksaaan pelayanan kesehatan keluarga 3. Alat-alat (sarana dan prasarana) pelayanan kesehatan keluarga
4. Komitmen pemerintah daerah, masyarakat, organisasi provesi (lintas program dan lintas sector terkait) didalam mendukung pelayanan kesehatan keluarga
5. Alokasi anggaran yang mencukupi didalam pelayanan kesehatan keluarga
(b) Output
Didalam pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat, Direktorat Kesehatan Keluarga harus mengacu pada tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tercantum dalam Permenkes 64 tahun 2015. Untuk itu dalam pencapaian indikator diatas Direktorat Kesehatan Keluarga melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja dan Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi. Dan dalam pembinaan kesehatan Bayi, Anak dan Remaja dan Pembinaan Kesehatan Ibu dan Reproduksi output yang ditetapkan untuk dicapai antara lain :
1. NSPK Pembinaan Kesehatan Keluarga sebanyak 8 dokumen
Sepanjang perjalanan upaya peningkatan kesehatan keluarga, telah banyak dikeluarkan pedoman. Pedoman yang ada harus sesuai dengan
perkembangan yang terjadi, dan pelayanan yang belum diatur pedomannya maka harus dibuat untuk menjamin kualitas dan kemanan didalam pelaksanaan pelayanan kesehatan keluarga. Kegiatan penyusunan NSPK pada tahun 2016 terdiri dari :
1. Penyusunan Buku Kesehatan Lansia (a) Input
Kegiatan Penyusunan Buku Kesehatan Lansia dilaksanakan selama 3 tahap, yaitu:
1. Pada tanggal 3-5 Maret 2016 di Bekasi Jawa Barat, 2. Pada tanggal 9-11 Juni 2016 di Bekasi Jawa Barat, dan 3. Pada tanggal 13-15 Juni di Jakarta.
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka review terhadap Buku Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut Usia yang sudah ada dan penyusunan Buku Kesehatan Lansia yang baru dengan melibatkan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, dinas kesehatan provinsi, dan dinkes kabupaten/puskesmas serta akademisi.
(b) Output
Tersusunnya Buku Kesehatan Lanjut Usia yang merupakan pembaharuan/updating serta penambahan konten (media KIE) dari Buku Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut Usia yang sebelumnya telah disusun oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan pada tahun 2013.
(c) Outcome
Dengan tersusunnya buku kesehatan lanjut usia dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan di Posyandu Lansia dalam memantau kondisi kesehatan lansia, sekaligus juga dapat digunakan oleh Lansia sebagai sumber informasi, sehingga dapat mencapai lansia yang sehat, produktif, dan mandiri.
(d) Benefits
Meningkatnya kualitas pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas yang dilaksanakan dalam gedung maupun di luar gedung (melalui Posyandu Lansia), serta bertambahnya jumlah Lanjut Usia yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
(e) Impact
Meningkatknya status kesehatan lanjut usia, Quality of Life, dan Usia Harapan Hidup penduduk Indonesia.
2. Penyusunan Pedoman Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
(a) Masukan (input),
Tujuan dari kegiatan ini adalah : Tersusunnya Pedoman Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal untuk Pelatihan Pelayanan Kesehatan dan Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Pelaksanaan kegiatan: Kegiatan ini dimulai dengan rapat-rapat persiapan yang dilakukan dalam kantor dengan menggunakan subbag TU dengan rincian sbb:
• Rapat persiapan pelatihan terintegrasi (kegawatdaruratan dan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada 26 Januari 2016
• Pertemuan Koordinasi LP/LS, organisasi Profesi, PT, lSM dalam rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan keluarga melalui Pelatihan terintegrasi pada 11-12 Februari 2016
Sementara kegiatan pokok penyusunan kurikulum modul ini ini dilakukan di hotel Harris Tebet, Jakarta pada tanggal 7-9 Maret 2016. Kegiatan dilaksanakan melalui metode
penyajian, tanya jawab dan diskusi kelompok dengan mengundang 35 orang yang berasal dari perwakilan organisasi profesi (IDAI. HOGSI-POGI, IPANI, IBI), lintas program (Dit Gizi,,PPSDM, dll) dan internal subdit maternal neonatal.
Rapat ini lanjutkan dengan Rapat lanjutan Penyusunan
Kurikulum Modul Pelatihan Pelayanan kesehatan dan
kegawatdaruratan maternal neonatal tanggal 4-5 April 2016. (b) Luaran (output),
Tersusunnya draft kurikulum dan modul:
• Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar
• Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar
Tersusunnya draft kurikulum modul pelatihan pelayanan kesehatan dan kegawatdaruratan maternal neonatal di fasilitas kesehatan dasar
Hambatan dalam realisasi anggaran : untuk peserta ataupun narasumber dan organisasi profesi, seringkali tidak dapat mengikuti lengkap keseluruhan hari kegiatan, dikarenakan kesibukan dan kewajiban merawat pasien di RS
Foto Kegiatan Penyusunan Pedoman Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal di Hotel Harris (7-9 Maret 2016)
(c) Hasil (outcome),
Tersusunnya draft NSPK dalam bentuk kurikulum modul untuk peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (dokter, bidan dan
perawat) dalam tatalaksana pelayanan kesehatan dan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal di fasilitas kesehatan dasar
(d) Manfaat (benefit),
Tersusunnya acuan teknis untuk peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) dalam tatalaksana pelayanan kesehatan dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal di fasilitas kesehatan dasar
(e) Dampak (impact),
Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
3. Penyusunan Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Penyuluh Pernikahan (di Jawa Barat)
A. Pertemuan Penyusunan Draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Penyuluh Pernikahan di Bogor
(a) Input
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka Pertemuan Penyusunan Draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Penyuluh Pernikahan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan:
1. Hotel Santika Bogor 22 - 24 Februari 2016 2. Hotel Amaroossa Bogor 02 - 04 Maret 2016 3. Hotel Grand Savero Bogor 20 - 22 April 2016
(b) Output
Tersusunnya draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Penyuluh Pernikahan
(c) Outcome
Tersedianya Norma Standart Prosedur dan Kriteria dalam upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.
(d) Benefits
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan keluarga
(e) Impact
Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas
B. Ujicoba Penyusunan Draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Penyuluh Pernikahan
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka Ujicoba Penyusunan Draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Penyuluh Pernikahan di 2 propinsi:
(1) Pada tanggal4 s/d 6 April 2016 di Yogyakarta (2) Pada tanggal13 April 2016 di DKI Jakarta (b) Output
Tersedianya dokumen draft Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Penyuluh Pernikahan.
(c) Outcome
Tersedianya Norma Standart Prosedur dan Kriteria dalam upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.
(d) Benefits
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan keluarga
(e) Impacts
Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas
C. Pertemuan Finalisasi Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Penyuluh Pernikahan
a) Input
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka Pertemuan finalisasi Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Penyuluh Pernikahan sekali di Hotel Kartika Chandra pada tanggal 08 Juni 2016.
b) Output
Tersusunnya dumi Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Penyuluh Pernikahan
c) Outcome
Tersedianya Norma Standart Prosedur dan Kriteria dalam upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.
d) Benefits
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan keluarga
e) Impact
Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas
4. Penyusunan Modul dan Media Audio Visual Teknik Pelayanan Kesehatan Anak dengan Disabilitas
5. Penyusunan Pedoman Yankes Usia Sekolah dan Remaja tingkat Masyarakat, FKTP dan FKRTL
A. Penyusunan Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
(a) Input
Penyusunan Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja telah dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 17 s/d 19 Februari 2016 dan 22 s/d 24 Maret 2016 di Hotel Parklane dan pada tanggal 27 s/d 29 April 2016 di Hotel Puri Denpasar.
(b) Output
Tersusunnya Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja
(c) Outcome
Meningkatnya kualitas Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Tahun Anggaran 2016 yang lebih terintegrasi dan komprehensif
(d) Benefits
Dengan tersusunnya Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi pelatihan di tingkat pusat dan daerah. (e) Impact
Dengan tersusunnya Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja dapat meningkatkan kapasitas petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja sehingga dapat meningkatkan status kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
B. Pertemuan Penyusunan Media KIE Kader Kesehatan Remaja
(a) Input
Pertemuan Penyusunan Media KIE Kader Kesehatan Remaja telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 14-16 Maret 2016 di Hotel Parklane dan 18 – 20 April 2016 di Hotel Puri Denpasar. Pertemuan kedua mengundang penanggungjawab program remaja dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Timur untuk memperoleh masukan. (b) Output
Tersusunnya Media KIE Kader Kesehatan Remaja (c) Outcome
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh kader kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja. (d) Benefits
Dengan tersusunnya Media KIE Kader Kesehatan Remaja dapat digunakan sebagai alat bantu kader kesehatan remaja dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya.
(e) Impact
Dengan tersusunnya Media KIE Kader Kesehatan Remaja
dapat meningkatkan status kesehatan remaja dan
mencegah terjadinya perilaku berisiko antara lain kehamilan dan penikahan dini yang dapat meningkatkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
C. Penyusunan Pedoman Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
(a) Input
Pertemuan Penyusunan Pedoman Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 13-15 April 2016 di Hotel Parklane dan 24 s/d 26 Agustus 2016 di Hotel Manhattan.
(b) Output
Tersusunnya Pedoman Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (c) Outcome
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan peduli remaja di fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
(d) Benefits
Dengan tersusunnya Pedoman Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut dapat digunakan sebagai pedoman yang dapat
membantu tenaga kesehatan dalam menatalaksana
masalah kesehatan atau penyakit pada remaja di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
(e) Impact
Dengan tersusunnya Pedoman Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut dapat dapat menurunkan angka kesakitan remaja dan meningkatkan status kesehatan remaja.
6. Penyusunan Buku Kesehatan Lansia Lanjutan (a) Input
Kegiatan Penyusunan Buku Kesehatan Lansia Lanjutan (Pedoman Pemberdayaan Lansia untuk Meningkatkan Status Kesehatan Keluarga bagi Petugas Puskesmas) dilaksanakan
selama 3 tahap, yaitu:
1. Pada tanggal 21-23 Juni 2016 dan 31 Oktober-2 November 2016 di Depok Jawa Barat,
2. Pada tanggal 6-8 November 2016 di Jakarta.
Kegiatan dilaksanakan untuk mendapatkan masukan tentang konsep-konsep pemberdayaan dan menyusun Pedoman Pemberdayaan Lanjut Usia dalam meningkatkan status kesehatan keluarga dengan melibatkan Lintas Program/Lintas Sektor, organisasi profesi dan LSM serta perwakilan dari Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.
(b) Output
Tersusunnya Buku Kesehatan Lansia Lanjutan (Pedoman Pemberdayaan Lansia untuk Meningkatkan Status Kesehatan Keluarga bagi Petugas Puskesmas).
(c) Outcome
Dengan tersusunnya Buku Kesehatan Lansia Lanjutan (Pedoman Pemberdayaan Lansia untuk Meningkatkan Status
Kesehatan Keluarga bagi Petugas Puskesmas) dapat
digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan dan
mengoptimalkan peran Lansia dalam lingkungan keluarga, sehingga dapat membantu meningkatkan status kesehatan keluarga termasuk kesehatan Lansia itu sendiri.
(d) Benefits
Meningkatnya kualitas pembinaan lansia di
komunitas/masyarakat yang dilaksanakan di luar gedung (melalui Posyandu Lansia), serta meningkatkan pengetahuan pada Lanjut Usia tentang kesehatan.
(e) Impact
Meningkatnya status kesehatan lanjut usia, serta menurunkan AKI dan AKB melalui pendekatan siklus kehidupan (mulai dari ibu hamil, ibu melahirkan, bayi, anak, remaja dan usia subur).
7. Penyempurnaan Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
(a) Input
Kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka pertemuan
penyempurnaan Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil 2 (dua) kali, yaitu:
1. Pada tanggal 28-29 April 2016 di Hotel Manhattan 2. Pada tanggal 13-15 Juni 2016 di Hotel Harris Bekasi
(b) Output
Tersusunnya draft Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil.
(c) Outcome
Tersedianya Norma, Standar, Prosdur, dan Kriteria dalam upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan reproduksi khusunya pada masa sebelum hamil.
Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan keluarga
(e) Impacts
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat.
8. Review Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan
A. Rapat Persiapan (a) Input
Pertemuan Review Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan diawali dengan rapat persiapan yang dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2016 di Ruang Rapat Direktorat Kesehatan Keluarga, mengundang Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos, Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan beberapa Puskesmas.
(b) Output
Terlaksananya pertemuan persiapan Review Buku
Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan
(c) Outcome
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak jalanan.
(d) Benefits
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat memantapkan program, memfokuskan program pelayanan kesehatan bagi anak jalanan secara sinergis, melakukan update data, dan memperkuat jejaring kemitraan dengan LP/LS terkait.
(d) Impact
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status kesehatan anak jalanan.
B. Pertemuan Review Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan
(b) Input
Pertemuan Review Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu 15 s/d 17 Juni 2016 dan 10 s/d 12 Agustus 2016 di Hotel Kartika Chandra mengundang peserta pusat yang terdiri dari lintas program dan lintas sektor terkait (Dit P2MKJN, Dit P2PM, Dit P2PTM, P2JK, Pusdatin, Balitbangkes, Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
Kemensos, Kemendikbud, KemenkumHAM, Kemendagri, Kemenag),.
(c) Output
Terlaksananya pertemuan Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan (d) Outcome
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak jalanan secara sinergis.
(e) Benefits
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat memantapkan program, memperoleh update data, mengintegrasikan pelayanan yang sudah dilakukan oleh K/L terkait bagi anak jalanan pada Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan bagi Tenaga
Kesehatan dan memperkuat jejaring kemitraan dengan LP/LS terkait. Selain juga buku ini diperlukan sebagai lampiran bagi Permenkes Perlindungan Anak yang sedang dalam proses penyusunan.
(f) Impact
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status kesehatan anak jalanan.
C. Pertemuan Review dengan Daerah Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga Kesehatan
(b) Input
Pertemuan Review dengan Daerah Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan telah dilaksanakan 5 s/d 7 Oktober 2016 di Hotel Kartika Chandra mengundang peserta pusat yang terdiri dari lintas program dan lintas sektor terkait (Dit Kesehatan Lingkungan, Dit Yankes Primer, Dit P2MKJN, Dit P2PM, Dit P2PTM, P2JK, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Kemensos, Kemendikbud, KemenkumHAM), peserta daerah terdiri pengelola program dari 4 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Timur, organisasi profesi (IDAI) dan lembaga donor (MSF, Save The Children dan WHO). (c) Output
Terlaksananya pertemuan Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan (d) Outcome
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak jalanan secara sinergis.
(e) Benefits
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat memantapkan program, memperoleh update data, mengintegrasikan pelayanan yang sudah dilakukan oleh K/L terkait bagi anak jalanan pada Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan bagi Tenaga
Kesehatan dan memperkuat jejaring kemitraan dengan LP/LS terkait. Selain juga buku ini diperlukan sebagai lampiran bagi Permenkes Perlindungan Anak yang sedang dalam proses penyusunan.
(f) Impact
Dengan dilaksanakannya Review Buku Pedoman
Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Bagi Tenaga
Kesehatan dapat menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status kesehatan anak jalanan.
2. SDM Kesehatan yang ditingkatkan kapasitasnya dalam pembinaan Kesehatan Keluarga sebanyak 800 orang
1. Hari Anak Nasional Tahun 2016
(a) Input
Diperlukannya masyarakat yang mengetahui program kesehatan keluarga
(b) Output
Tersosialisasinya masyarakat melalui
1. Sosialisasi di lokasi car free day terkait program kesehatan anak
2. Seminar GeMASS
3. Workshop Kekerasan Pada Remaja (c) Hasil
Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait program kesehatan anak
(d) Manfaat
Masyarakat berperan serta dalam peningkatan program kesehatan masyarakat
(e) Dampak
Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya Penurunan AKI dan AKB
2. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri (a) Input
Kegiatan Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri dilaksanakan pada tanggal 28 Maret s/d 2 April 2016 di Hotel
Harris Bekasi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri di Puskesmas. Peserta pelatihan terdiri dari dokter Puskesmas, Penanggung Jawab Program Kesehatan Lansia, dan perawat puskesmas dari 3 Puskesmas terpilih di Provinsi Banten dan DKI Jakarta serta 4 Puskesmas terpilih di Provinsi Jawa Barat. Pelatihan dilakukan dengan melibatkan tim fasilitator dari Direktorat Kesehatan Keluarga, Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam (FKUI
RSCM), Departemen Rehabilitasi Medik (FKUI RSCM),
Departemen Ilmu Gizi (FKUI RSCM), Departemen Psikiatri (FKUI RSCM), PPDGI, PPNI, Lintas Program Kemenkes, serta widyaiswara dari BPPK Jakarta.
(b) Output
Meningkatkan kompetensi dan kapasitas teknis baik secara teori maupun praktek di lapangan, bagi para petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.
(c) Outcome
Petugas Kesehatan diharapkan memiliki komitmen yang tinggi dalam memberikan kontribusi ilmu yang dimiliki untuk mendukung program pemerintah dalam rangka mengembangkan Puskesmas Santun Lansia.
(d) Benefits
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas, bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam pelayanan kesehatan lanjut usia, Puskesmas yang memberikan pelayanan Santun Lanjut Usia, meningkatkan jumlah penduduk Lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
(e) Impact
Meningkatknya status kesehatan lanjut usia, Quality of Life, dan Usia Harapan Hidup penduduk Indonesia.
3. Orientasi Tim Pengkaji AMP
(a) Masukan (input), Tujuan kegiatan:
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan Tim Pengkaji AMP yang terdiri dari dokter spesialis obstetric ginekologi, dokter spesialis anak, Bidan dan pengelola proram KIA agar dapat melakukan
pengkajian kasus kematian maternal dan neonatal dan
menghasilkan rekomendasi yang tepat. Pelaksanaan kegiatan:
Orientasi ini dilaksanakan selama 4 (empat) hari di Jakarta pada tanggal 30 Mei – 2 Juni 2016 bertempat di Hotel Grand Cempaka (Angkatan 1) dan tanggal 13 – 16 Juni 2016 bertempat di Hotel Kartika Chandra (Angkatan 2).
Peserta orientasi berasal dari 34 provinsi. Jumlah peserta daerah dari masing-masing provinsi adalah 6 (enam) orang, yaitu pengelola program KIA, pengelola program yankes, dokter spesialis obsgyn, dokter spesialis anak, bidan dan penanggung jawab manajemen data di RS provinsi (Sekretaris PONEK). Total peserta daerah adalah 204 orang (@102 orang per angkatan). Jumlah peserta pusat adalah 21 orang tiap angakatan yang terdiri dari pelaksana (Direktorat Kesehatan Keluarga) dan peserta pusat (fasilitator nasional AMP, POGI, IDAI dan lain - lain).
(b) Luaran (output),
Terorientasinya Tim Pengkaji AMP sejumlah 204 orang yang berasal dari 34 provinsi tentang pengkajian kasus kematian maternal dan neonatal
(c) Hasil (outcome),
Peningkatan kompetensi Tim Pengkaji AMP dalam melakukan pengkajian kematian maternal dan neonatal dan menghasilkan rekomendasi yang tepat.
(d) Manfaat (benefit),
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. (e) Dampak (impact),
Penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
4. Pemberdayaan SDM dalam Rangka Peningkatan Kualitas Program Kesehatan Keluarga
(a) input
Kebutuhan organisasi atas personil yang solid setelah penggabungan direktorat.
(b) Output
Personil Direktorat Kesehatan Keluarga memahami posisi dan perannya di Direktorat Kesehatan Keluarga
(c) Hasil
Kinerja direktorat yang baik (d) Manfaat
Pencapaian capaian kinerja direktorat yang baik (e) Dampak
Pencapaian target-target sasaran kesehatan keluarga sebagai upaya penurunan AKI dan AKB
5. Pelatihan Bagi Pelatih Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri
(a) Input
Kegiatan Pelatihan bagi Pelatih Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri dilaksanakan pada 2 Angkatan masing-masing selama 7 hari, yaitu:
1. Angkatan ke-I pada tanggal 10-16 April 2016 di Depok Jawa Barat, dengan peserta yang berasal dari 10 Provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bali, NTB, Gorontalo, Riau, Jambi, Lampung, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau dengan jumlah 3 orang/provinsi,
2. Angkatan ke-II pada tanggal 24-30 April 2016 di Bekasi Jawa Barat, dengan peserta yang berasal dari 10 Provinsi yaitu: Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua) dengan jumlah 3 orang/provinsi.
Peserta pelatihan terdiri dari dokter Puskesmas, Penanggung Jawab Program Kesehatan Lansia di Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD. Pelatihan dilakukan dengan mengundang tim fasilitator dari Direktorat Kesehatan Keluarga, Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam (FKUI
RSCM), Departemen Rehabilitasi Medik (FKUI RSCM),
Departemen Ilmu Gizi (FKUI RSCM), Departemen Psikiatri (FKUI RSCM), PPDGI, PPNI, Lintas Program Kemenkes, serta widyaiswara BPPK Jakarta.
(b) Output
Terbentuknya tim pelatih (fasilitator) di tingkat Provinsi yang dapat memberikan pelatihan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas.
(c) Outcome
Tim fasilitator diharapkan memiliki komitmen yang tinggi dalam memberikan kontribusi ilmu yang dimiliki, untuk mendukung program pemerintah dalam rangka mengembangkan Puskesmas Santun Lansia serta pelayanan rujukannya di Rumah Sakit.
(d) Benefits
Meningkatnya kualitas pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas dan Rumah Sakit, bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam pelayanan kesehatan lanjut usia, meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada penduduk Lansia, bertambahnya jumlah Puskesmas yang memberikan pelayanan Santun Lanjut Usia, jumlah Rumah Sakit dengan pelayanan Geriatri terpadu,
(e) Impact
Meningkatkan status kesehatan lanjut usia, Quality of Life dan Umur Harapan Hidup penduduk Indonesia.
6. Pelatihan TOT SDIDTK Revisi 2015
Untuk menjamin pelaksanaan program SDIDTK, nakes perlu dilatih SDIDTK, untuk menjamin kebutuhan pelaksanaan pelatih, maka dilaksanakan TOT SDIDTK edisi revisi 2015
(b) Ouput
Terlatihnya trainer untuk melaksanakan pelatihan SDIDTK di daerah
(c) Outcome
Daerah mampu menyelenggarakan pelatihan SDIDTK (d) Benefit
Mempermudah pelaksanaan pelatihan di daerah karena daerah sudah memiliki tenaga pelatih
(e) Impact
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan anak
7. Pelatihan Tatalaksana Kasus KekerasanTerhadap Perempuan/Anak (KtP/A) di Puskesmas Tingkat provinsi di Pusat (a) Input
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam rangka Pelatihan Tata Laksana Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A) di Puskesmas Tingkat Provinsi di Pusat pada tanggal 10-14 Oktober 2016 di Hotel Bidakara, Jakarta.
(b) Output
Tersedianya SDM Kesehatan yang ditingkatkan kapasitasnya dalam Tata Laksana Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A) di Puskesmas Tingkat Provinsi.
(c) Outcome
Meningkatnya pelayanan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di bidang akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.
(d) Benefits
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan keluarga.
(e) Impacts
Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan kesehatan
masyarakat.
8. Pelatihan Bagi Pelatih Fasilitator Kelas Ibu
(a) Masukan (input),
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga pelatih fasilitator kelas ibu di di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota yang akan melatih fasilitator yang akan melaksanakan kelas ibu yaitu kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di tingkat puskesmas dan desa. Pelaksanaan kegiatan:
Pelatihan ini dilaksanakan selama 6 (enam) hari di Jakarta pada tanggal 18 – 23 April 2016 bertempat di Hotel Best Western Cawang. Jumlah peserta daerah yang hadir berjumlah 47 orang
yang berasal dari 17 provinsi yaitu NTT, NTB, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Kaltara, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Malut, Maluku, Pabar, Papua.. Masing - masing provinsi mengirimkan 3 orang yang terdiri dari pengelola program KIA dinkes provinsi, perwakilan Bapelkes, dan perwakilan IBI cabang provinsi kecuali Provinsi Kalimantan Selatan dan Papua Barat hanya mengirimkan 2 orang dan Provinsi Sulawesi Selatan hanya mengirimkan 1 orang. Jumlah peserta pusat adalah 21 orang yang terdiri dari pelaksana (Direktorat Kesehatan Keluarga) dan peserta pusat (fasilitator Kelas Ibu dan MOT).
(b) Luaran (output)
Dihasilkannya tenaga pelatih fasilitator kelas ibu di di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota yang akan melatih fasilitator yang akan melaksanakan kelas ibu yaitu kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di tingkat puskesmas dan desa sejumlah 47 orang dari 17 Provinsi
(c) Hasil (outcome)
Peningkatan pengetahuan pengelola program KIA provinsi, Bapelkes dan Bidan dalam melatih fasilitator kelas ibu dalam melaksanakan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di tingkat puskesmas dan desa.
(d) Manfaat (benefit),
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, serta pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak balita dengan menggunakan Buku KIA.
(e) Dampak (impact),
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan bayi dan anak balita melalui
pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
9. Pelatihan Pelatih Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja (Angkatan I)
(a) Input
Pelatihan Pelatih Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja (Angkatan I) telah dilaksanakan 16 s/d 26 Mei 2016 di Hotel Maharani. Peserta terdiri dari lintas program Kemkes dan pengelola program UKS dan PKPR di Dinkes dan Puskesmas Prov DKI Jakarta.
(b) Output
Terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
(d) Benefits
Dengan terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait
pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja dapat
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam menatalaksana masalah kesehatan atau penyakit pada anak usia sekolah dan remaja di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
(f) Impact
Dengan terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait
pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja dapat
menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status
kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
10. Pelatihan Pelatih Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja (Angkatan II)
(a) Input
Pelatihan Pelatih Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja (Angkatan II) telah dilaksanakan 18 s/d 28 Juli 2016 di Hotel Maharani. Peserta pelatihan adalah pengelola dan penanggung jawab program dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas dari 9 provinsi fokus (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan).
(b) Output
Terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja
(c) Outcome
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
(d) Benefits
Dengan terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait
pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja dapat
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam menatalaksana masalah kesehatan atau penyakit pada anak usia sekolah dan remaja di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
(e) Impact
Dengan terlatihnya tenaga kesehatan di Puskesmas terkait
pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja dapat
menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status
kesehatan anak usia sekolah dan remaja.
11. Orientasi Bayi Baru Lahir
(a) Masukan (input):
• Meningkatnya keterampilan dan kapasitas tenaga kesehatan sebagai fasilitator pelatihan Skrining Bayi Baru lahir
• Pengelola Program Kesehatan Anak yang terlatih mampu menjadi Skrining Bayi Baru Lahir
• Tersedianya Fasilitator Skrining Bayi Baru Lahir Pelaksanaan kegiatan:
Kegiatan ini dilakukan dalam 2 angkatan yang rangkaian kegiatannya dimulai dengan rapat persiapan tanggal 1 Maret 2016 di RR. 713 Direktorat Kesehatan Keluarga yang dihadiri oleh internal panitia (subdit Kesehatan maternal dan neonatal dan internal dit kesga) yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
Orientasi Skrining Bayi Baru Lahir Angkatan I di Hotel Aryaduta Bandung tanggal 2-5 Maret 2016 yang di hadiri oleh
34 peserta daerah dari 17 provinsi (Pabar, Jambi, Riau, Bengkulu, Maluku, NTT, NTB, Gorontalo, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kaltara, Kalbar, Lampung, Sumsel, Banten, Maluku Utara dan kepulauan Riau) dan dilanjutkan dengan Angkatan II di Hotel Holiday Inn, Bandung tanggal 12-15 April 2016 yang dihadiri oleh 38 peserta dari 17 provinsi (Aceh, Sumatera Barat, DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Kalimantan timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan)
Kegiatan orientasi Skrining BBL dilaksanakan melalui metode penyajian, tanya jawab dan diskusi kelompok dan praktek lapangan.
Diakhir rangkaian kegiatan terkait Skrining Bayi Baru Lahir dilakukan Rapat Evaluasi Pelaksanaan SHK pada tanggal 6 Oktober 2016 dengan mengundang 40 orang yang berasal dari
Lintas Program (Hukormas, BBLK Jakarta, Dit. Oblik,
Balitbangkes, Dit. Fasyankes, RSCM, RSHS, Dinkes Jabar, Organisasi profesi (IDAI, Patklin, PPNI/IPANI, Patelki)dan internal Dit. Kesga
(b) Luaran
Terlaksananya Orientasi Skrining BBL 2 angkatan dan dihasilkannya 72 fasilitator Skrining BBL yang berasal dari 34 Provinsi
Realisasi Fisik :
Terlaksananya orientasi Skrining Bayi Baru Lahir (2 angkatan) dan dihasilkannya 72 fasilitator skrining BBl dari 17 provinsi. Hambatan dalam realisasi anggaran : harga tiket peserta dibawah pagu
Dihasilkannya 72 fasilitator Skrining BBl yang berasal dari 17 provinsi
(d) Manfaat
Peningkatan kapasitas nakes di dalam skrining bayi baru lahir khususnya SHK
(e) Dampak:
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan neonatal
12. Orientasi Tenaga Kesehatan dalam Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis RS di Jakarta
(a) Masukan (input):
Meningkatnya keterampilan dan kemampuan tenaga kesehatan dalam surveilans kelainan bawaan berbasis Rumah Sakit sehingga nantinya Indonesia mempunyai data kondisi kelainan bawaan berbasis RS
Pelaksanaan kegiatan:
Rangkaian kegiatan Orientasi Tenaga Kesehatan dalam Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Rumah Sakit diawali dengan melakukan rapat persiapan pada tanggal 15 Juli 2016 di RR 713 Kantor Kementerian Kesehatan yang mengundang 25 orang yang berasal dari FKMUI, FKUI RSCM, RSAB Harapan kita, Pormiki, Badan Litbangkes, WHO indonesia serta internal subdit Kesehatan maternal dan neonatal serta internal Direktorat Kesehatan Keluarga.
Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yakni
Orientasi Tenaga Kesehatan dalam Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Rumah Sakit dilaksanakan pada 25-28 Juli
2016 di Hotel Ciputra jakarta dengan mengundang 46 orang peserta daerah dan 10 orang peserta lokal yang terdiri dari para perekam medis dan dokter spesialis anak dari 13 Rumah Sakit pelaksanaan surveilans kelainan bawaan di Tahun 2014 (RSUP H. Adam Malik, medan, RSIA Budi kemuliaan Jakarta, RS Bunda Jakarta, RSUP dr. kariadi, RSUP. Dr. M. Djamil, Padang, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP dr. Sardjito, RSUP dr. Soetomo, RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo, RS. Hermina Jakarta dan RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung), para dokter spesialis anak, obgyn, Penanggung-jawab ruang bersalin, perawat ruang perinatologi dan perekam medis dari 6 RS pengembangan surveilans kelainan bawaan 2016 (RSUP. H. Mohammad Hoesin, RSUD Pariaman, RSUD Pringadi, RSUD Kandou, RSUD NTB dan RSUD Wates)
(b) Luaran
Terlaksananya Orientasi Tenaga Kesehatan dalam Surveilans Kelainan bawaan Berbasis RS dan peserta yang berasal dari