• Tidak ada hasil yang ditemukan

92979080-KOEFISIEN-DISTRIBUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "92979080-KOEFISIEN-DISTRIBUSI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN ANALITIK 

PEMISAHAN ANALITIK 

KOEFISIEN DISTRIBUSI

KOEFISIEN DISTRIBUSI

OLEH:

OLEH:

NILH GEDE DITA RIASTIGIRI

NILH GEDE DITA RIASTIGIRI

G1C 009 032

G1C 009 032

PROGRAM STUDI KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

UNIVERSITAS MATARAM

2011

2011

(2)

KOEFISIEN DISTRIBUSI

A. PELAKSANNA PRAKTIKUM

1. Tujuan praktikum : a. Mengestark iod kedalam pelarut.  b. Menghitung harga K D.

2. Hari, tanggal : Sabtu, 7 Mei 2011

3. Tempat : Laboratorium Kimia fakultas MIPA Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Ekstraksi  pelarut menyangkut distribusi zat terlarurt diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Tehnik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan cepat dan  bersih, baik untuk zat organic maupun zat anorganik. Secara umum ekstraksi adalah  proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya didalam air olah sutu pelarut lain yamg tidak dapat percampur dengan air. Tujuan ekstraksi adalah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Pebandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut disebut tetepan distribusi atau koefisien distribusi (Saptoraharjo, 2003 : 135 ).

Bila suatu zat terlarut membagi di antara dua cairan yang tidak bercampur, ada hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Hukum distribusi kadang kadang disebut hokum Nernst. Bila substansi ekstraksi pelarut mengambil bagian dan kesetimbangan-kesetimbangan lain dalam salah satu (atau kedua) fasa itu, suatu angka banding D dapat dimanfaatkan, dimana konsentrasi dijumlahkan untuk semua spesies yang relafan dalam kedua fasa itu ( Underwood, 2002 : 481-482 ).

Pada persamaan diatas, kita tidak menuliskan koefisian aktifitas zat pada fase organik maupun pada fase air. Kita menggunakan istilah perbandingan distribusi (D) keduan fasa. Perbandingan distribusi dinyatakan sebagai berikut.

D =

     

     

Jika tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase tersebut dan keadaan yang kita punyai adalah ideal, maka harga K D sama dengan D. untuk tujuan praktis

(3)

sebagai harga K D atau D, lebih sering digunakan persen ektraksi (E). Ini berhubungan

dengan perbandingan distribusi dalam persamaan sebagai berikut : D =

(

 

) 



, dimana Va, volume fase air, Vo, volum fase organik. Bila volume

fase organik dan air sama, yaitu Vo = Va , D diubah menjadi D =



. Ektraksi

dianggap kuantitaif bila E = 100 berarti : D =





=



= ~ , tidak terhingga (jika

Vo = Va) (Khopkar, 2007 : 86).

Proses ekstraksi cair-cair adalah salah satu alternative yang dapat digunakan untuk   pengambilan kembali asan nitrat dan asam oksalat, baik pada proses pemisahan produk  yang keluar dari fermentor maupun pada proses pengolahan limbah cairnya. Untuk  mengetahui apakah proses ekstraksi dapat diterapkan secara teknis, maka perlu di lakukan  pengkajian lebih mendalam parameter-parameter ekstraksi.Pada penelitian ini telah di lakukan penggkajian tentang ekstraksi asam sitrat dan asam oksalat dengan menggunakan trioctylamine sebagai extrachting power pada bermacam solven campuran an dan pada  berbagai per bandingan,hubungannya dengan koefisien distribusinya.

Ekstraksi pada berbaga kondisi rancangan percobaan di lakukan pada corong pisah,yang  penggojokannya di lakukan dengan bantuan automatic shaker yang di set pada kecepatan

tertentu selama 2,5 jam.Rafinat dan ekstrak di pisahkan selanjutnya di analisis kadar asam sitrat maupun asam oksalat dengan menggunakan HPLC.Hasil penelitian menunjukan  bahwa solven campuran(yang terdiri dari 15% trioctylamine,70% dodecane dan 15% heksanol)Menghasilkan koofisien distribudi dan persentase pemisahan solute berturut –  turut untuk asam sitrat 1,15 dan 74,22% pada perbandingan solven dan diluen 2,5 : 1 ,sedankan untuk ekstrasi asam oksalat sebesar 3,78 dan 88,31% pada perbandingan solven dan diluen 2 : 1 (syusi ,2004).

C. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

 Gelas ukur 100 mL  Labu takar 250 mL  Pipet tetes

(4)

 Corong pisah  Erlenmey 100 mL  Statif   Klem  Buret  Corong kaca  Pipet volum 5 mL  Rubber bulb  Gelas kimia 250 mL  Spatula 2. BAHAN  Larutan iodine 0,01 M  Larutan kloroform  Larutan Na2S2O3 0,01 M  Larutan H2SO4 12 M  Larutan kanji 2 %  Aquades

D. SKEMA KERJA

25 mL larutan iod 0,01 M

 + aquades hingga volume 250 mL

 Diambil 50 mL larutan tersebut dipindahkan

ke corong pisah

 + 10 mL Kloroform

 Dikocok dan didiamkan hingga larutan

(5)

Hasil

 Pisahkan lapisan organik dan simpan dalam

wadah lain

 Lapisan air dituangkan dalam Erlenmeyer 

Lapisan Air 

 Diasamkan dengan 0,6 mL asam sulfat 2 M  + 1 mL larutan kanji 2 %

 Titrasi dengan larutan (Natrium tiosulfat)

 Na2S2O3 0,01 M (sampai warna biru hilang)

Hasil (ulangi hingga 3x)

E. HASIL PENGAMATAN

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Larutan Iod 25 ml diencerkan

sampai 250 ml

Warna larutan menjadi orange lebih muda seperti coklat the.

Ditambah 10 ml kloroform Terbentuk dua fase, dimana fase organik berada dibawah (warna merah muda) dan fase air berada diatas (warna coklat teh).

Dikocok atau diekstraksi Terdapat gumpalan berwarna pink keunguan seperti minyak dan larutan berwarna pink muda (kalem). Setelah ekstraksi terbentuk 2 fase. Fase organic  berwarna ungu (pink tua) diatas dan fase air   berwarna keruh (agak coklat muda) dibawah.

ekstraksi kedua fase airnya lebih jernih dari yang  pertama coklat jernih.

(6)

Fase air + 4ml asam sulfat + 1 ml larutan kanji

 Setelah fase air didiamkan dengan asam sulfat

larutan terasa panas/hangat + kanji 2 % larutan awalnya agak kebiruan setelah di kocok  warnanya abu agak biru.

 Setelah ditambahkan asam sulfat tidak terasa

 panas seperti sbelumnya + kanji 2% warna laruta menjadi abu.

 Sama seperti yang kedua.

Dititrasi dengan larutan Na2S2O3

0,01M sampai warna biru hilang

Warna larutan kembali menjadi warna putih keruh atau crem.

Fase air Volume Na2S2O30,01M

1 2,2 mL

2 1,6 mL

3 1,6 mL

F. ANALISIS DATA

1. Persamaan reaksi

Prosese pengenceran larutan iod 0,01 M

o I2 (aq) + H2O(l)→ 2I

-(aq)+ H+(aq)+ OH-(aq)

o Proses Pengenceran Larutan iod 0,01 M 25 ml

I2 (s)+ H2O(l) 2I-(aq)+ H+(aq)+ OH-(aq)

H+ (aq) + OH- (aq) H2O (l) 2I-(aq) I2 (aq)

o Proses penambahan 10 ml kloroform ( CHCl3) dalam larutan iod encer 

I2 (org) I2 (air)

o Proses titrasi fase air 

Kanji + H2O(l) amilopektin + amilosa

(7)

I2 (aq)+ I-(aq) I3-(aq)

I3-(aq)+ amilosa kompleks iodin – amilosa

2Na2S2O3 + I2 2NaI + Na2S4O6

2. Perhitungan

a) Pengenceran Larutan Iod



Diketahui : M1 = 0,01 M V1 = 25 mL V2 = 250 mL Ditanya : M2 = …? Jawab :



 







= 0,001 M

 b) Konsentrasi I2 fase air dan fase organik setelah diekstraksi

1. Titrasi pertama

Diketahui : [ I2]mula-mula = 0,001 M

V I2 = 25 mL

V CHCl3 = 10 mL

(8)

[ Na2S2O3] = 0,01 M

Jawab :

 [ I2 ]air setelah diekstrak 

2 Na2S2O3 + I2→ 2 NaI + Na2S4O6

  

  

     



= 0,011 mmol

[ 

] 

 

 





= 4,4 × 10-4 M

 [ I2 ]organik setelah diekstrak 

n I2 mula-mula = V I2 × M I2

= 25 × 0,001 = 0,025 mmol

n I2 organik = n I2 mula-mula – n I2 air 

= 0,025 – 4,4 × 10-4

= 0,025 mmol

[ 

] 

  

 

(9)





= 2,5 ×10-3 M  K Ddan % E

  [  ]

[  ]

  





= 5.68

   

  

 

   

 

 







= 69,4 % 2. Titrasi kedua Diketahui : [ I2]mula-mula = 0,001 M V I2 = 25 mL V CHCl3 = 10 mL V Na2S2O3 = 2,3 mL [ Na2S2O3] = 0,01 M Jawab :

(10)

 [ I2 ]air setelah diekstrak  2 Na2S2O3 + I2→ 2 NaI + Na2S4O6

  

  

     



= 8 × 10

³ mmol

[ 

] 

 

 





= 3,2 × 10-4 M

 [ I2 ]organik setelah diekstrak 

n I2 mula-mula = V I2 × M I2

= 25 × 0,001 = 0,025 mmol

n I2 organik = n I2 mula-mula – n I2 air 

= 0,025 – 3,2 × 10-4 = 0.0247mmol

[ 

] 

  

 





= 2,47 ×

³ M

(11)

 K Ddan % E

  [  ]

[  ]

 





= 7.72

   

  

 

   

 

 







= 75,54 % 3. Titrasi ketiga Diketahui : [ I2]mula-mula = 0,001 M V I2 = 25 mL V CHCl3 = 10 mL V Na2S2O3 = 1,3 mL [ Na2S2O3] = 0,01 M Jawab :

 [ I2 ]air setelah diekstrak 

(12)

  

  

     



= 8 × 10

³ mmol

[ 

] 

 

 





= 3,2 × 10-4 M

 [ I2 ]organik setelah diekstrak 

n I2 mula-mula = V I2 × M I2

= 25 × 0,001 = 0,025 mmol

n I2 organik = n I2 mula-mula – n I2 air 

= 0,025 – 3,2 × 10-4 = 0.0247mmol

[ 

] 

  

 





= 2,47 ×

³ M  K Ddan % E

(13)

  [  ]

[  ]

 





= 7.72

   

  

 

   

 

 







= 75,54 %

G. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini adalah koefisien distribusi dimana tujuan dari percobaan ini adalah mengekstrak iod ke dalam pelarut organic dan menghitung harga koefisien distribusi (K D).Percobaan ini menggunakan metode ekstraksi dimana pemisahan

campuran dengan ekstraksi berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Dalam percobaan kali ini digunakan metode ekstraksi, dimana metode ini  bertujuan untuk memisahkan suatu komponen dari suatu campurannya dengan menggunakan dua buah pelarut yang tidak saling bercampur. Dan dalam hal ini yaitu  proses menarik suatu zat terlarut dan larutannya di dalam air dalam praktikum digunakan larutan iod yang diencerkan dengan aquadest, oleh suatu pelarut lain (kloroform) yang tidak dapat bercampur dengan pelarut lain, seperti air. Untuk memisahkan iod dari campurannya dengan kloroform yang kemudian dilakukan ekstraksi. Ketika kloroform ditambahkan ke larutan iod, terlihat terjadi pemisahan, dimana terbentuk dua fase yaitu fase berwarna kuning diatas dan berwarna merah muda di bagian bawah, setelah dilakukan pengocokan atau ekstraksi terlihat perubahan warna pada larutan yang tadinya  berwarna kuning menjadi dua fase yaitu fase organik yang pada bagian bawah terbentuk 

(14)

organiknya, sedangkan fase yang berwarna bening yaitu fase air. Berarti fase air berada diatas sedangkan fase organiknya berada dibawah.

Tahapan selanjutnya adalah proses pentitrasian larutan aquades yang mengandung iod. Akan tetapi sebelum di titrasi terleih dahulu ditambahkan asam sulfat yang bertujuan untuk mereduksi I2 menjadi 2I-. Larutan iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat,

warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan  berubah menjadi coklat kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan

tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari iodat berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut (Anissah,2011).

Kemudian I2 pada fase iar ditambahkan dengan larutan kanji dan asam. Suatu

larutan kanji bila ditambahkan pada suatu pelarut akan memberikan perubahan warna  biru. Sedangkan pada larutan kanji kita gunakan sebagai indikator iodida pada konsentrasi

< 10-5 dapat mudah ditekan oleh amilum sehingga pada saat titrasi dapat dilihat perubahan warna pada larutan oleh adanya larutan indikator yang memberikan perubahan warna  pada saat titik akhir titrasi. Namun konsentrasi I2 dalam hal ini digunakan konsentrasi I2

 pada fase airnya yaitu 6 x 10-5 dengan konsentrasi ini amilosa tidak terlalu menekan iodin, sehingga terbentuk kompleks iodin-amilosa. Kompleks iodin amilosa mempunyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada akhir reaksi. Iodin cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya, pada fase organik terbentuk warna pink keunguan, untuk zat-zat terlrut seperti kloroform. Namun demikian pada titrasi iodin fase airnya digunakan larutan kanji sebagai indikator. Suatu larutan koloidal (penyebar) dan kanji lebih umum digunakan karena warna biru gelap dari kompleks iodin kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun ada  perkiraan bahwa molekul-molekul iodin tertahan di permukaan ß-amylosa, suatu konstituen dari kanji. Larutan-larutan kanji dengan mudah didekomposisi oleh bakteri, dan basanya sebagai substansi seperti asam dalam hal ini digunakan asam sulfat ditambahkan sebagai pengawet(Day, 2002).

(15)

Sementara larutan yang digunakan sebagai pentitrasi adalah Na2S2O3 (Natrium

tiosulfat). Penambahan asam sulfat pekat dimana larutan tetap berwarna putih keruh akan tetapi setelah ditambah jkan dengan larutan kanji terjadi perubahan warna pada larutan yaitu menjadi berwarna ungu muda kebiruan. Dimana warna biru yang di hasilkan merupakan kompleks iodine-kanji. Hal ini merupakan suatu pengujian yang sangat sulit untuk iodin sehingga kesalahan dalam titrasi dapat diperkecil. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan kompleks ini terjadi karena molekul-molekul iodine tertahan di permukaan B.amilosa (khopkar.1990). setelah itu di lakukan penitrasian dengan larutan Na2S2O3 (Natrium tiosulfat). Iodine mengoksidasi tiosulfat menjadi ion

tetrationat sesuai reaksi berikut:

I2 (aq)+ 2 S2O32-(aq) 2I-(aq)+ S4O62-(aq)

Apabila warna biru pada kmplek iodin-kanji hilang, hal tersebut menunjukkan bahwa telah tercapainya titik akhir titrasi atau telah tercapainya titik ekivalen pada larutan yang dititrasi. Sehingga dari hasil percobaan yang di lakukan di peroleh volume Na2S2O3

(Natrium tiosulfat) yang di gunakan untuk mentitrasi sebanyak 2,2 mL, 1,6 mL dan 1,6 mL. Sehingga harga koefisien distribusinya diperoleh sebesar K D1 =5.68, K D2 =7.72, K D3

= 7,72 dan dalam hal ini harga koefisien distribusi sama dengan angka banding distribusi, karena tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase tersebut dan keadaan yang kita punya adalah ideal sehingga harga K D sama dengan D. Dengan

 begitu diperoleh nilai %E1 =69,4 %, dan %E2 dan E3 =75,54 %. Dari hasil perhitungan

didapat nilai K D besar, maka solut secara kuantiitatif akan cenderung terdistribusi lebih

 banyak kedalam pelarut organik.

H. KESIMPULAN

 Tujuan ekstraksi yaitu memisahkan suatu komponen dari campurannya menggunak dua plearut yang tidak saling bercampur.

 Ekstraksi dilakukan untuk menarik iodin dalam air menggunakan kloroform.  Fase organiknya berwarna keunguan dan fase airnya berwarna bening.

 I2 tereduksi menjadi 2I-karena akibat dari penambahan asam sulfat.

 Pada proses penitrasi menggunakan Na2S2O3 yang menggunakan indicator amilum

(16)

 Dalam percobaan ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu Tahap pengenceran iod , Tahap ekstraksi dan tahap titrasi serta tahap penentuan harga K D.

 Harga K D besar, maka solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anissah. 2011. Penentuan Koefi sien D istribusi I odin . Diakses situs: http://www.chem_is_try.org.com.pada tanggal 8 mei 2011 pukul 20.00 WITA. Day, Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta : Erlangga.

Khopkar, S.M. 2008.Konsep-Konsep Dasar K imi a Anal iti k . Jakarta: UI Press. Saptorahardjo . 2003.Kimia Analitik . Jakarta : UI Press.

Syusi, annariya. 2004. Penentuan Kandungan Fenol Yang Di Uji Secara Ekstraksi . http://kimia.upi.ed/utama/bahanajar/kuliah/benzena/html. diakses tanggal 20 april  pukul 10.00 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

Lain halnya di sekolah dengan model school feeding anak TK tidak bisa jajan makanan sampai jam pulang sekolah (15.30) karena tidak diperbolehkan dari pihak

Tujuan pengabdian pada ma- syarakat dalam bentuk workshop pe- nulisan karya ilmiah bagi guru SMK adalah: (1) meningkatkan pengem- bangan profesionalisme guru SMK dalam

kanker yang tidak stabil seperti terlihat pada Gambar 2.3 selanjutnya bahan Radiotherapy glasses tersebut akan mentreatment sel kanker dengan bahan radioaktif yang

3URVHV SHPLOLKDQ PHGLD GLVHVXDLNDQ GHQJDQ DQDOLVLV PDWHUL DQDOLVLV WXJDV GDQ NDUDNWHULVWLN VLVZD 'DUL KDVLO SHPLOLKDQ PHGLD LQL GLWHQWXNDQ EDKZD PHGLD SHPEHODMDUDQ \DQJ GLSHUOXNDQ

Melalui pemikiran tersebut, adalah kurang tepat untuk mengatakan bahwa Realisme merefleksikan cara pandang laki-laki, namun lebih kepada bahwa kategori dan konsep Realisme

Semakin besar ukuran saham dan semakin banyak jumlah dari korelasi saham tersebut maka semakin tinggi nilai ukuran sentralitas vector eigennya dan saham yang berada di posisi

The result of this research are the sentences of simple present tense percentage of the highest error is shown in misordering error is 70% and the lowest