• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Pengertian, Tata Cara Pendirian, dan Fungsi Organ-organ Perseroan Terbatas

Pernyataan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum ditemukan dalam rumusan pengertian Perseroan Terbatas pada pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan dan ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya.”

Berdasarkan defenisi Perseroan Terbatas di atas, terdapat beberapa unsur dari Perseroan Terbatas, sebagai berikut:

1. Perseroan Terbatas merupakan badan hukum. 2. Perseroan Terbatas merupakan persekutuan modal. 3. Didirikan berdasarkan perjanjian.

4. Melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi dalam saham-saham11

Akan tetapi, dalam membuat suatu perseroan terbatas, juga dapat

11

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm 82.

(2)

dilakukan dengan membentuk joint venture. Joint venture dianggap sebagai strategi bisnis, yakni strategi suatu perusahaan asing untuk masuk ke dalam pasar dari mitra dagangnya melalui kerja sama dengan perusahaan lokal. Selain itu, pembentukan joint venture juga bertujuan untuk menggabungkan sumber daya yang dimiliki dengan sumber daya yang dimiliki pihak lain sehingga akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik bagai suatu deret ukur. Pengaturan bentuk perusahaan join venture selanjutnya diatur dalam undang-undang tentang perseroan terbatas. Dalam salah satu pasal, yaitu pasal 1 ayat 9 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, tentang penggabungan antara dua belah pihak atau lebih untuk membentuk sebuah perseroan terbatas.

Secara harfiah, istilah joint venture berarti usaha bersama atau bekerja sama dalam suatu kegiatan usaha. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai kerja sama atas dasar persetujuan bersama para mitra. Secara khusus, joint venture melibatkan kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal lokal dan bentuk kerja samanya dibuat dalam bentuk sebuah badan hukum dan tunduk kepada hukum Indonesia. Tidak seperti suatu hubungan perusahaan induk, dimana kontrolnya berada dibawah suatu perusahaan yang mayoritas atau dominan, joint venture biasanya melibatkan kontrol yang terbagi-bagi diantara para pihak yang melakukan usaha bersama tersebut.

Perseroan Terbatas adalah badan hukum, dan sebagai badan hukum Perseroan Terbatas layaknya tubuh manusia secara biologis, memiliki organ untuk melakukan metabolism. Bayangkan jika tubuh manusia tak memiliki jantung dan

(3)

otak, tidak akan bisa mengarungi hidup. Sebuah badan hukum yang tidak memiliki organ semacam Direksi atau Dewan komisaris, hanya akan menjadi setumpuk barang rongsokan. Badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum, dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut dengan legal

entity. Oleh karena itu maka disebut artificial person atau manusia buatan, atau person in law atau legal person/rechtpersoon.12

Badan hukum menurut Meijers adalah sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Menurutnya, badan hukum itu merupakan suatu realitas atau kenyataan yuridis (yuridische realiteit), konkret, dan riil, walaupun tidak bisa diraba. Sedangkan Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa badan hukum sebagai badan di samping manusia perseorangan yang dianggap dapat bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.13

Menurut Pasal 7 ayat (4) jo Pasal 9 (1) Undang-undang Perseroan Terbatas 40 Tahun 2007, menyatakan bahwa Perseroan memperoleh status badan hukum Perseroan (Menteri Kehakiman bagi Undang-undang Perseroan Terbatas 1995 dan Menteri Hukum dan HAM bagi Undang-undang Perseroan Terbatas 2007). Ketentuan yang sama (tetapi tidak memiliki makna yang sama) ditemukan dalam Pasal 36 ayat (2) KUHD yang menyatakan: Sebelum suatu perseroan terbatas bisa berdiri dengan sah (sebagai badan hukum), maka akta pendiriannya atau naskah dari akta tersebut harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Kehakiman untuk mendapat pengesahannya.

12

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Undang-undang dan Peraturan Pelaksana di

Bidang Usaha, (Jakarta, Kesaint Blanc, 2006), hlm 127.

13

(4)

Berdasarkan bunyi Pasal 36 ayat (2) KUHD di atas, jelas bahwa pengesahan itu diperlukan agar Perseroan Terbatas dinyatakan sah berdiri, bukan dinyatakan sah sebagai badan hukum. Sebagian besar penulis berpendapat bahwa ketentuan tentang pengesahan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum ditafsirkan dari bunyi Pasal 38 ayat (2) dan Pasal 39 KUHD, bahwa sebuah Perseroan Terbatas dinyatakan sah sebagai badan hukum apabila telah diumumkan dalam Berita Negara. Selama pengumuman (demikian juga pendaftaran) belum dilakukan, maka seluruh pengurusnya bertanggungjawab untuk seluruhnya atas tindakan mereka terhadap pihak ketiga. Kalaupun memang harus demikian tafsirannya, tetap saja ada perbedaan antara ketentuan KUHD dan ketentuan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas. Ketentuan KUHD menentukan bahwa status badan hukum perseroan diperoleh sejak diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Sedangkan menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, status badan hukum Perseroan Terbatas diperoleh sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri tentang pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KUHD lebih menekankan pada asas publisitas, sedangkan Undang-Undang Perseroan Terbatas menekankan pada asas pengesahan.14

Perseroan sebagai sebuah badan hukum mempunyai persyaratan-persyaratan dan mekanisme pendirian yang berbeda dengan bentuk-bentuk usaha lainnya, yaitu firma dan CV. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah perseroan, yaitu didirikan oleh dua orang atau lebih dan setiap

14

(5)

pendiri perseroan wajib mengambil bagian pada saat saham perseroan didirikan. Berikut ini adalah beberapa prosedur dalam mendirikan sebuah Perseroan Terbatas:

1. Pembuatan akta pendirian oleh Notaris

Para pendiri menghadap notaris untuk dibuatkan akta autentik mengenai perjanjian mereka untuk mendirikan sebuah Perseroan Terbatas.

2. Pengesahaan oleh Menteri dalam bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Akta pendirian yang dibuat oleh Notaris tersebut selanjutnya diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk mendapatkan pengesahan dari pemerintah. Permohononan untuk memperoleh keputusan dari Menteri Hukum dan HAM harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani. Dengan keluarnya keputusan Menteri Hukum dan HAM maka perseroan tersebut telah memperoleh status sebagai sebuah badan hukum.

Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum hanya boleh dilakukan oleh semua anggota direksi bersama dengan semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris perseroan. Mereka bertanggung jawab secara penuh atas perbuatan hukum tersebut. Sementara itu, perbuatan hukum atas nama perseroan yang dilakukan oleh pendiri atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat perseroan.

3. Pendaftaran Perseroan

Pendaftaran Perseroan memuat data perseroan yang meliputi nama dan tempat kedudukan dan alamat lengkap, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, permodalan, dan sebagainya. Lebih lanjut, pendaftaran perseroan diselenggarakan oleh Menteri Hukum dan HAM. 4. Pengumuman di dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia

Pengumuman dilakukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan sebagai badan hukum.15

Adapun mengenai pengaturan tata cara pendirian Perseroan Terbatas diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan

15

Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, 2011, hlm 44.

(6)

Data Perseroan (Permenkumham No. 4/2014). Peraturan ini diterbitkan pada tanggal Pada 26 Maret 2014 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pada dasarnya, Permenkumham No. 4/2014 mengatur tata cara yang cenderung lebih efektif bila dibandingkan dengan tata cara sebelumnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menkumham No. M.HH-01.AH.01.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan (Permenkumham No. 01/2011).

Permenkumham Nomor 4 tahun 2014 mengatur bahwa persetujuan maupun penolakan oleh Menkumham disampaikan secara elektronik kepada pemohon. Untuk itu, notaris dapat mencetak sendiri keputusan dari Menkumham tersebut. Dalam hal pemohon berkewajiban untuk menyampaikan dokumen pendukung dalam mengajukan suatu permohonan, maka si pemohon diwajibkan untuk menyampaikan surat pernyataan secara elektronik yang menyatakan bahwa dokumen pendukung telah lengkap. Namun demikian, dokumen-dokumen pendukung tersebut dalam bentuk fisik akan disimpan oleh notaris. Hal ini berbeda dengan Permenkumham No. 01/2011, yang mewajibkan pemohon untuk menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dengan dokumen pendukung.16

Perseroan Terbatas adalah badan hukum dan sebagai badan hukum Perseroan Terbatas layaknya tubuh manusia secara biologis, memiliki organ untuk

16

http://www.legalakses.com/mendirikan-perseroan-terbatas/, diakses pada tanggal 26 September 2015.

(7)

Perseroan Terbatas layaknya tubuh manusia secara biologis, memiliki organ untuk melakukan metabolism. Bayangkan jika tubuh manusia tak memiliki jantung dan otak, tidak akan bisa mengarungi hidup. Sebuah badan hukum yang tidak memiliki organ semacam Direksi atau Dewan komisaris, hanya akan menjadi setumpuk barang rongsokan.

Organ Perseroan Terbatas, menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini melakukan metabolisme tubuh di dalam badan hukum Perseroan Terbatas, menjalankan roda kegiatan kemana arah visi-misi Perseroan Terbatas, Kegiatan organ-organ ini meliputi fungsi pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan. Adapun penjelasan serta fungsi organ-organ Perseroan Terbatas yang lebih jelas lagi.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Pasal 1 angka (4) memberikan pengertian apa yang disebut sebagai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yaitu organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau Anggaran Dasar. Berangkat dari pengertian tersebut dapat disimpulkan beberapa hal:

a. Organ ini berupa rapat berbeda dengan individu pemegang saham. Jadi, sekalipun seorang misalnya, menjadi pemegang saham mayoritas, secara individual tidak memegang kekuasaan (tertinggi) dalam Perseroan. Kekuasaan tertinggi baru muncul apabila diselenggrakan rapat dan rapat tersebut harus memenuhi persyaratan formalitas tertentu yang telah diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas. b. Kewenangan atau autoritas yang dimiliki oleh forum rapat ini adalah

(8)

pada dasarnya lahir dari status kepemilikan Perseroan yang ada ditangan pemegang saham. Pemegang saham adalah bagian dari Perseroan Terbatas. Secara teoritis, sebagai pemilik ia memegang hak untuk melakukannya tindakan apa saja17

c. Kewenangan yang ada dalam pada forum ini (sebagian) dapat didelegasikan kepada organ yang lain, yaitu Direksi atau Dewan Komisaris. Keleluasaan kewenangan yang didelegasikan dapat diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar Perseroan Terbatas atau melalui keputusan RUPS. Kewenangan yang didelegasikan sejatinya ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat tetap. Kewenangan yang didelegasikan, yang bersifat tetap misalnya, kepengurusan perusahaan (secara umum) dan fungsi representasi (mewakili Perseroan baik di depan pengadilan maupun di luar pengadilan). Sedangkan pendelegasian kewenangan yang bersifat sementara sewaktu-waktu dapat dicabut. Eksistensi RUPS dalam Undang-undang Perseroan Terbatas diatur dalam pasal 75 sampai dengan pasal 91.

terhadap benda yang dimiliknya. Dalam hal kepemilikan tersebut berupa Perseroan Terbatas, maka pemiliki secara bersama-sama (dalam forum rapat) memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan apa saja terhadap Perseroan Terbatas. Dari sinilah sebenarnya kewenangan tersebut lahir.

18

2. Direksi

Undang-undang Perseroan Terbatas memberikan pengertian mengenai Direksi. Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.19

Berdasarkan pengertian diatas, Direksi memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi pengelolaan (manajemen) dan fungsi representasi

17

Pengertian “apa saja” dalam konteks ini harus dibaca kewenangan yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas atau kesepakatan yang telah dibuat oleh para pemegang saham dalam format Anggaran Dasar Perseroan.

18

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Griya Media, Salatiga, 2011, hlm 148.

19

(9)

(perwakilan). Fungsi pertama dan fungsi ke dua pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Fungsi pertama menempatkan Direksi sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap maju mundurnya perusahaan, khususnya dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Agar Direksi dapat melakukan pengelolaan perusahaan, maka pada dirinya harus dilengkapi otoritas untuk dapat melakukan tindakan-tindakan (perbuatan hukum). Dengan kata lain, ia harus dapat bertindak sebagai subjek hukum. Fungsi kedua, yaitu fungsi representasi sejatinya menjadi perwujudan subjek hukum yang melekat pada Perseroan sebagai subjek hukum (legal entity atau

rechtspersoon). Dengan fungsi representasi ini, Direksi yang melakukan

perbuatan hukum tidak dalam kapasitas pribadi tetapi bemertamofosepada Perseroan. Dalam fungsinya yang demikian sering kali dikatakan bahwa direksi menjadi personifikasi dari Perseroan Terbatas. Hal ini untuk mempertegas bahwa perseroan sebagai subjek hukum sejatinya (hanya) merupakan konstruksi hukum. Ia hanya dapat dipahami secara virtual melalui konstruksi berfikir yang kemudian dikukuhkan dan diakui eksistensinya secara yuridis. Yang menjadi pedoman (guidance) bagi Direksi dalam menjalankan pengelolaan Perseroan adalah kepentingan Perseroan, maksud (visi) Perseroan dan tujuan Perseroan (Pasal 92 ayat 1).20

Pasal 97 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur, Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan

20

(10)

kepengurusan Perseroan. Tanggung jawab tersebut wajib dilaksanakan dengan beritikad baik dan penuh tanggung jawab.21 Sedangkan Pasal 98 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur fungsi representative direksi. Direksi mewakili Perseroan baik di depan maupun di luar pengadilan sebagai personastandi in judicio.22

3. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau secara khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberikan nasehat kepada Direksi.23 Penggunanaan istilah Dewan pada organ Komisaris adalah untuk menegaskan bahwa pelaksanaan fungsi dan kewenangan Komisaris hanya dapat dijalankan atas dasar putusan anggota Komisaris secara bersama-sama (kolektif). Dengan demikian, anggota Komisaris pada dasarnya tidak dapat melakukan tugasnya sendiri-sendiri. Hal ini berbeda dengan Direksi yang mempunyai fungsi melakukan pengurusan dan fungsi representasi terhadap Perseroan.24

Dewan Komisaris mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan pengarahan atau pengawasan terhadap kinerja Perseroan. Eksistensi fungsi dari Dewan Komisaris ini di atur dalam Pasal 116 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

B. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas 21 Ibid., hlm 172. 22 Ibid., hlm 173. 23

Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

24

(11)

Pada pembahasan sebelumnya telah di paparkan apa saja kewenangan atau fungsi dari organ Perseroan Terbatas, maka dari itu kita masuk dalam pembahasan tanggung jawab Perseroan Terbatas dimana yang dimaksud tanggung jawab disini tanggung jawab Perseroan baik kepada shareholder maupun stakeholder. Adapun tanggung jawab Perseroan Terbatas, yaitu:

1. Tanggung Jawab Direksi

Menurut Pasal 97 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.25

Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang

25 Ibid., hlm 187.

(12)

Perseroan Terbatas mengatur bahwa setiap anggota Direksi secara tanggung-renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab yang dimaksud diatas, berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan (iv) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 yaitu dalam hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara

(13)

pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 apabila dapat membuktikan:

a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

c. Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.26

Kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, Pasal 114 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 mengatur bahwa setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana

dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan bahwa:

26 Ibid., hlm 187.

(14)

1) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2) telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

3) tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan;

4) Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.27

3. Laporan Tahunan pada Perseroan Terbatas

Laporan Tahunan merupakan kewajiban bagi seorang Direksi yang pengaturannya baik diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas 1995 maupun Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007. Kewajiban ini diatur dalam Pasal 66 sampai dengan Pasal 69 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007. Hal-hal penting dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut.

a. Direksi wajib membuat dan menyampaikan laporan tahunan pada RUPS setelah ditelaah oleh dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir.

b. Laporan tahunan tersebut disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan, yaitu standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui oleh pemerintah.

c. Laporan tahunan tersebut wajib ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua anggota dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan. Apabila ada anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang tidak menandatangani lapran tahunan tersebut atau anggota dewan komisaris

27

http://www.hukumperseroanterbatas.com/2012/01/03/tanggung-jawab-direksi-dan-dewan-komisaris-dalam-perseroan-terbatas/, diakses pada tanggal 27 September 2015.

(15)

yang tidak menanda tangani laporan tahunan tersebut maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis atau alasan tersebut dinyatakan oleh direksi dalam surat tersendiri yang dicantumkan dalam laporan tahunan. Penandatanganan laporan tahunan merupakan bentuk pertanggungjawaban anggota direksi dan anggota dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Dalam hal laporan keuangan perseroan diwajibkan untuk diaudit oleh akuntan publik, laporan tahunan yang dimaksud adalah laporan tahunan yang memuat laporan keuangan yang telah diaudit.

d. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntansi publik apabila:

1) Kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat;

2) Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat; 3) Perseroan merupakan perseroan terbuka;

4) Perseroan merupakan persero;

5) Perseroan memiliki aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau 6) Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.28

e. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau menyesatkan, anggota direksi dan anggota dewan komisaris dibebaskan dari tanggung jawab tersebut apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya. Namun apabila telah terjadi kejahatan koorporasi dan terbukti melakukan penyelewengan dalam bentuk apapun maka tanggung jawabnya disini bisa tanggung jawab perdata yang bersifat tanggung renteng dan tanggung jawab pidana.29

28 Tri Budiyono, Op. cit., hlm 173

(16)

4. Tanggung Jawab Sosial dalam Lingkungan oleh Perseroan Terbatas

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang pelaksanannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban ini dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Defenisi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.30

C. Permodalan dan Saham Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas sebagai bentuk usaha yang menjalankan perusahaan pastilah membutuhkan modal. Pasal 31 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur struktur permodalan terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Modal Dasar (authorized capital / statute capital)

Modal Dasar adalah jumlah modal dasar yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas jumlah modal ini terbagi dalam nominal saham yang dikeluarkan oleh Perseroan. Dengan demikian, modal dasar sejatinya terdiri atas akumulasi dari seluruh saham perseroan

2. Modal ditempatkan (subscribed capital / issued capital)

Modal ditempatkan adalah jumlah modal (saham) yang telah diambil baik oleh pendiri maupun orang lain dan karenanya telah terjual tetapi harga saham tersebut belum dibayar secara penuh. Oleh karenanya, orang yang

29Arus Akbar Silondae, Op.Cit., hlm 53-54.

30

Suyud Margono, Hukum Perusahaan Indonesia : catatan atas UU Perseroan Terbatas, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2007,hlm 110.

(17)

telah mengambil saham ini mempunyai kewajiban untuk menyetor ke Perseroan sejumlah harga saham yang diambilnya tersebut.

3. Modal disetor (paid in capital)

Modal disetor adalah modal yang telah diambil (baik oleh pendiri maupun orang lain) dan harga saham tersebut telah disetorkan ke kas perseroan.31 Modal dasar Perseroan seluruhnya terbagi dalam saham yaitu terdiri atas seluruh nilai nominal saham dan saham dimaksud dapat dikeluarkan atas nama atau atas tunjuk (aan toonder).32 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur jumlah minimal modal dasar dan komposisi modal minimal yang harus dipenuhi pada saat pendirian Perseroan Terbatas. Menurut Pasal 32 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, modal dasar untuk mendirikan Perseroan Terbatas adalah Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Untuk bidang-bidang usaha tertentu, jumlah modal dasar tersebut dapat ditentukan berbeda dari ketentuan umum ini. Dengan demikian batas minimal modal dasar yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 merupakan lex generalis melalui lex specialis dapat ditentukan batasan minimal modal dasar yang berbeda dari angka tersebut.33

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dikatakan bahwa paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) harus ditempatkan (issued capital) dan seluruhnya (100% dari modal yang ditempatkan tersebut) harus disetorkan ke dalam kas Perseroan sebagai paid capital.34

Nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan harus disetor penuh pada

31 Ibid., hlm 112

32

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Undang-undang dan Peraturan Pelaksana di

Bidang Usaha, Kesaint Blanc, Jakarta, 2006, hlm 180.

33

Tri Budiyono, Op. Cit., hlm77-78.

34

(18)

saat pengesahan Perseroan dengan bukti penyetoran bukti yang sah. Pengeluaran saham lebih lanjut setiap kali harus disetor penuh. Ketentuan ini menegaskan bahwa sejak tanggal pengesahan, tidak memungkinkan penyetoran atas saham secara mengangsur. Kemungkinan mengangsur saham hanya dilakukan sebelum pengesahan diberikan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.35

Suatu Perseroan Terbatas dapat meningkatkan modalnya dengan cara melakukan penambahan modal, dimana prosesnya dilakukan berdasarkan atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menurut Pasal 41 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), RUPS dapat menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS tersebut dalam rangka peningkatan modal Perseroan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun, dengan catatan bahwa penyerahan kewenangan tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh RUPS.

Keputusan RUPS untuk melakukan penambahan modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar. Sedangkan keputusan RUPS untuk penambahan modal ditempatkan dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih dari ½ (satu perdua) bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara, dan disetujui oleh lebih dari ½ (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh

35

(19)

suara yang dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar. Seluruh saham yang dikeluarkan dalam rangka penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama. Apabila saham yang dikeluarkan tersebut merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, maka yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya. Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan, penawaran terlebih dahulu itu tidak berlaku dalam hal pengeluaran saham yang ditujukan kepada:

1. Karyawan Perseroan;

2. Pemegang obligasi atau efek lain yang dapat dikonversikan menjadi saham, yang telah dikeluarkan dengan persetujuan RUPS; atau

3. Dilakukan dalam rangka reorganisasi dan/atau restrukturisasi (penggabungan, peleburan, pengambilalihan, kompensasi piutang, atau pemisahan) yang telah disetujui RUPS.

Apabila para pemegang saham yang telah ditawarkan terlebih dahulu tidak menggunakan haknya untuk membeli dan membayar lunas saham yang dibeli dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal penawaran, maka Perseroan dapat menawarkan sisa saham yang tidak diambil itu kepada pihak ketiga.36

Bila ada penambahan modal terhadap Perseroan maka terdapat pula pengurangan modal pada perseroan. Pengurangan modal Perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS, yang dilaksanakan sesuai dengan

36

Sofie Widyana P, “Penambahan Modal Perseroan”,

http://www.hukumperseroanterbatas.com/2012/02/10/penambahan-modal-perseroan/#more-102, diakses pada tanggal 27 September 2015.

(20)

keputusan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan jumlah suara untuk perubahan Anggraan Dasar sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Yang dimaksud dengan pengurangan modal adalah pengurangan modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Untuk pengurangan modal tersebut, Direksi wajib memberitahukan secara tertulis keputusan tersebut kepada semua kreditor dan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia serta 2 (dua) surat kabar hatian paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal keputusan. Pengurangan modal berlaku setelah perubahan Anggraan Dasar mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar disertai persetujuan Menteri Kehakiman tentang pengurangan modal harus didaftarkan dalam Daftar Perusahaan, dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan dal Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.37 Pengurangan modal harus dilakukan atas setiap saham atau atas semua saham dari klarifikasi saham yang sama secara seimbang, dengan maksud untuk mencapai keseimbangan di antara pemegang saham, sebagai akibat pengurangan modal.38

Modal dan saham adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan di dalam hukum perusahaan khususnya apabila kita membahas mengenai Perseroan Terbatas. Saham adalah bagian dari modal Perseroan. Karena telah dikatakan sebelumnya bahwa modal Perseroan seluruhnya terdiri dari saham-saham.39

Saham adalah bagian pemegang saham di dalam perusahaan, yang

37

I.G. Rai Widjaya, Op. cit., hlm 190.

38

Ibid., hlm 191.

39

(21)

dinyatakan dengan angka dan bilangan tertulis pada surat saham yang dikeluarkan oleh Perseroan.40

Bukti bahwa seseorang memiliki saham adalah sertifikat saham yang diterbitkan oleh perseroan. Dengan menjadi pemegang saham (shareholder atau

stakeholder) maka yang bersangkutan menjadi bagian milik perusahaan. Namun

demikian, memiliki saham tidak serta merta memberikan hak mengklaim aset-aset tertentu yang dimiliki Perseroan (misalnya: tanah, gedung, dan sebagainya) sebagai miliknya. Selain itu, kepemilikan saham juga tidak secara langsung memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi sehari-hari dan kebijakan perseroan secara menyeluruh. Selain itu, kepemilikan saham juga tidak memberikan hak kepada pemegangnya untuk ikut campur tangan dalam pengelolaan Perseroan.

Dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 ditentukan bahwa setiap saham yang dikeluaran oleh Perseroan harus memiliki nominal (Pasal 49 ayat 1, 2). Pencantuman nominal ini memiliki arti penting sebab saham merupakan pecahan dari modal dasar . tanpa mencantunkan nominal, saham tidak bisa dipergunakan untuk menjadi faktor pembagi modal dasar. Dengan demikian akumulasi saham tidak akan menghasilkan angka yang sesuai dengan modal dasar. Jumlah yang tertulis pada tiap-tiap saham disebut nominal saham. Namun demikian untuk mengakomodir perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, pembentuk Undang-undang membuka “kran” untuk menerbitkan saham tanpa nominal sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan Pasar Modal.

Namun demikian, kepemilikan saham secara umum memberikan hak

40

(22)

kepada pemiliknya atas bagian keuntungan Perseroan (deviden), memberikan suara dalam pengambilan keputusan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan mendapatkan bagian sisa hasil kekayaan pada saat likuidasi Perseroan. Dengan demikian status pemilik saham sebagai pemilik Perseroan hanya memberikan hak untuk melakukan pengawasan dan pengambilan semua kebijakan Perseroan melalui RUPS. Semakin besar kepemilikan saham seseorang, semakin besar pula peluang untuk ikut serta melakukan pengawasan dan pengambilan kebijakan Perseroan. Demikian juga sebaliknya. Keberadaan saham dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 62.41

Perseroan dapat mengeluarkan satu atau lebih klasifikasi saham. Dalam hal perseroan hanya mengeluarkan satu klasifikasi saham, maka saham perseroan tersebut disebut dengan saham biasa. Klasifikasi saham diatur secara umum di dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Maka klasifikasi saham yang dimaksud antara lain:

1. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

2. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

3. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;

4. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen

41

(23)

secara kumulatif atau non kumulatif;

5. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.42

Undang-Undang Perseroan Terbatas menganut azas non diskriminatif atas hak yang lahir dari kepemilikan saham. Maksudnya, setiap saham dengan kalsifikasi yang sama memberikan hak dan kewajjiban yang sama pula terhadap pemegangnya.43

42Pasal 53 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 43 Tri Budiyono, Op.Cit., hlm 93.

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini membahas pengendalian penyakit blas berdasarkan pemahaman terhadap gejala penyakit, sebaran ras blas, dan epidemiologi penyakit blas yang digabungkan

h. Ketidaksesuaian antara perasaan dan resiko sebenarnya. Pengemudi hanya menggunakan perasaan ketika melakukan suatu tugas, padahal apabila terjadi error dapat

Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Insttut Pertanian Bogor.. Patogenesis

Dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa penonton memersepsi apa pun yang disajikan televisi sebagai kenyataan yang sebenarnya, namun teori ini tidak

Penelitian ini mendiskripsikan pendidikan akhlak melalui 5 (lima) metode guru dalam pendidikan akhlak menurut Jauhari Muchtar yaitu uswatun khasanah (keteladanan),

yang dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dilapangan dengan menggunakan teori belajar sosial dari Albert Bandura, Programming dan Identifikasi, selain hal

Teknis analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu analisis data yang digunakan adalah

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan dan diikuti oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang