• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN K3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN K3"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA

NOMOR

NOMOR :006 / PER.DIR :006 / PER.DIR / RSKIA.WK / / RSKIA.WK / XII / 20XII / 201616 Tentang

Tentang

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA

Menimbang :

Menimbang : a. a. bahwa bahwa dalam dalam kegiatan kegiatan rumah rumah sakit sakit berpotensiberpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan keselamatan dan psikososial yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan terhadap staf, pasien, pengunjung maupun kesehatan terhadap staf, pasien, pengunjung maupun masyarakat di lingkungan rumah sakit;

masyarakat di lingkungan rumah sakit; b.

b. bahwa untuk bahwa untuk mencegah mencegah dan dan mengurangi mengurangi bahayabahaya keselamatan dan kesehatan khususnya terhadap staf, keselamatan dan kesehatan khususnya terhadap staf, perlu dilakukan upaya

perlu dilakukan upaya  – –  upaya keselamatan dan  upaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan menetapkan Pedoman kesehatan kerja dengan menetapkan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

Mengingat

Mengingat : : 1. 1. Undang-undang Undang-undang RI RI Nomor Nomor 1 1 tahun tahun 1970 1970 tentangtentang Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja 2.

2. Undang-undang RI Undang-undang RI Nomor24 Nomor24 tahun tahun 2007 2007 tentangtentang Penanggulangan Bencana

Penanggulangan Bencana 3.

3. Undang - Undang - Undang Undang Republik Republik Indonesia Indonesia Nomor Nomor 36 36 tahuntahun 2009 tentang Kesehatan

2009 tentang Kesehatan 4.

4. Undang-undang RI Undang-undang RI Nomor44 Nomor44 tahun tahun 2009 2009 tentang tentang RumahRumah Sakit

Sakit 5.

5. Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan No. No. 472 472 / / Menkes Menkes / / Per Per / / VV / 1996 tentang Pengamanan Barang Berbahaya Bagi / 1996 tentang Pengamanan Barang Berbahaya Bagi Kesehatan

Kesehatan 6.

6. Peraturan Menteri Peraturan Menteri Tanaga Tanaga Kerja Kerja dan dan TransmigrTransmigrasiasi Nomor Per:01/Men/1979 tentang Keselamatan dan Nomor Per:01/Men/1979 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan

Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan 7.

(2)

 Analisis M

 Analisis Mengenai Daengenai Dampak Lingmpak Lingkungankungan 8.

8. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan RI RI Nomor Nomor 1333 1333 // Menkes / SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Menkes / SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

Rumah Sakit 9.

9. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan RI RI Nomor Nomor 432 432 // Menkes / SK / IV / 2007 tentang Pedoman Manajemen Menkes / SK / IV / 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit 10.

10. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan RI Nomor RI Nomor 129 129 // Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN : MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Menetapkan : Kesatu

Kesatu : : PERATURAN PERATURAN DIREKTUR DIREKTUR RUMAH RUMAH SAKIT SAKIT KHUSUS KHUSUS IBUIBU DANA ANAK WIJAYAKUSUMA TENTANG PEDOMAN DANA ANAK WIJAYAKUSUMA TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

Kedua

Kedua : : Pedoman Pedoman Keselamatan Keselamatan dan dan Kesehatan Kesehatan Kerja Kerja dimaksuddimaksud Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.

Peraturan ini.

Ketiga

Ketiga : : Pedoman Pedoman Keselamatan Keselamatan dan dan Kesehatan Kesehatan Kerja Kerja dimaksuddimaksud Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak lingkungan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

Wijayakusuma.

Keempat

Keempat : : Peraturan Peraturan ini ini mulai mulai berlaku berlaku pada pada tanggal tanggal ditetapkan.ditetapkan.

Ditetapkan

Ditetapkan di di : : KebumenKebumen Pada

Pada tanggal tanggal : : 08 08 Desember Desember 20162016

..

Direktur Direktur

Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma

dr. Primadiati Nickyta Sari dr. Primadiati Nickyta Sari

(3)

 Analisis M

 Analisis Mengenai Daengenai Dampak Lingmpak Lingkungankungan 8.

8. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan RI RI Nomor Nomor 1333 1333 // Menkes / SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Menkes / SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

Rumah Sakit 9.

9. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan RI RI Nomor Nomor 432 432 // Menkes / SK / IV / 2007 tentang Pedoman Manajemen Menkes / SK / IV / 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit 10.

10. Surat Keputusan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan RI Nomor RI Nomor 129 129 // Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN : MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Menetapkan : Kesatu

Kesatu : : PERATURAN PERATURAN DIREKTUR DIREKTUR RUMAH RUMAH SAKIT SAKIT KHUSUS KHUSUS IBUIBU DANA ANAK WIJAYAKUSUMA TENTANG PEDOMAN DANA ANAK WIJAYAKUSUMA TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

Kedua

Kedua : : Pedoman Pedoman Keselamatan Keselamatan dan dan Kesehatan Kesehatan Kerja Kerja dimaksuddimaksud Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.

Peraturan ini.

Ketiga

Ketiga : : Pedoman Pedoman Keselamatan Keselamatan dan dan Kesehatan Kesehatan Kerja Kerja dimaksuddimaksud Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak lingkungan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

Wijayakusuma.

Keempat

Keempat : : Peraturan Peraturan ini ini mulai mulai berlaku berlaku pada pada tanggal tanggal ditetapkan.ditetapkan.

Ditetapkan

Ditetapkan di di : : KebumenKebumen Pada

Pada tanggal tanggal : : 08 08 Desember Desember 20162016

..

Direktur Direktur

Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma

dr. Primadiati Nickyta Sari dr. Primadiati Nickyta Sari

(4)
(5)
(6)

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA

NOMOR : 006/PER.DIR/RSKIA.WK/XII/2016 TENTANG

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat

(7)

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-upaya K3 di Rumah Sakit.

Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan -persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (Pasal 17).

Bahaya  –  bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptik, reagen, gas anastesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja / atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Sakit Khusus Ibu dan  Anak Wijayakusuma Kebumen perlu dibuat standar pelayanan K3RS yang merupakan pedoman bagi Rumah Sakit dalam upaya-upaya melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja secara komprehenship sehingga

(8)

tercipta kondisi lingkungan yang sehat dilingkungan rumah sakit yang pada akhirnya terciptanya kualitas pelayanan kesehatan yang aman diberikan di lingkungan rumah sakit.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman oleh pihak manajemen untuk terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah Sakit Khusus Ibu dan  Anak Wijayakusuma.

2. Tujuan Khusus

a. Menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

b. Mengendalikan dan meminimalisasi potensi bahaya-bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit Khusus Ibu dan  Anak Wijayakusuma.

c. Meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

d. Meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang penyelenggaraan K3.

e. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada karyawan atau para medis Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma tentang penyelenggaraan K3.

C. Ruang Lingkup

RuangLingkupkegiatan K3RS RumahKhusus Ibu dan Anak Wijayakusumamencakupseluruh area rumahsakitdanberlakuterhadap:

1. Staf;

2. pengunjungrumahsakit; 3. pasien, dan

4. masyarakat di lingkungansekitarRumahKhusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

(9)

3. Keputusan Menkes Nomor1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

4. Keputusan Menkes Nomor876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

10. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan.

(10)

BAB II

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR

1. Kesehatan kerja menurut WHO / ILO (1995)

Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua  jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya, secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

3. Manajemen K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung / pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja untuk rumah sakit yang sehat, aman, nyaman baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit.

4. Prinsip Kesehatan Kerja

Prinsip kesehatan kerja dilakukan dengan melakukan penyerasian antara : a. Kapasitas kerja

Status kesehatan, sex, umur, gizi, pendidikan (keterampilan) b. Beban kerja

Beban fisik (mengangkat, mendorong dll), beban mental c. Lingkungan kerja

Bising, debu, panas dan lain  – lain 5. Upaya K3RS

Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resulfante dari tiga komponen K3 yaitu kapsitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

Yang dimaksud dengan :

a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu. b. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik

(11)

dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.

c. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

6. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan seperti dalam tabel berikut :

a. Bahaya fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.

b. Bahaya kimia   Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Etrane, Mercury.

c. Bahaya biologi   Virus ( misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), Bakteri (misal: S. Saphrophyticus, Bacillus sp, Porionibacterium sp, H. Influenzae, S. Pneumoniae, N. Meningitidis, B. Streptococcus, Pseudomonas), Jamur (misal: Candida), Parasit (misal: S. Scabies).

d. Bahaya ergonomi  Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong.

e. Bahaya psikososial  Kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatik.

f. Bahaya mekanik   Terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam.

g. Bahaya listrik  Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis.

h. Kecelakaan  Kecelakaan benda tajam.

i. Limbah RS  Limbah medis (jarum suntik, vial,obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal: droplet, liur, sputum).

7. Pembudayaan perilaku K3RS adalah upaya advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik bagi SDM rumah sakit, pasien maupun pengantar / pengunjung rumah sakit termasuk penyebaran brosur, poster, pamflet, dan lainnya termasuk promosi kesehatan.

8. Pengembangan SDM K3RS adalah upaya peningkatan kapasitas petugas di bidang K3RS melalui upaya pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui kegiatan, pelatihan lanjutan, workshop, dll.

9. Penembangan pedoman, petunjuk terknis dan Standar Prosedur Operasional (SPO) K3RS adalah menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang berhubungan dengan K3RS.

10. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja adalah upaya pemetaan daerah yang dianggap berisiko atau berbahaya yang belum melaksanakan K3RS maupun yang sudah melakukan termasuk evaluasi lingkungan melalui observasi, wawancara sumber daya manusia rumah sakit.

(12)

11. Pelayanan kesehatan kerja adalah pembinaan dan pengawasan keselamatan / keamanan sarana, prasarana,dan peralatan rumah sakit, termasuk pembinaan pengawasan perlengkapan keselamatan, maupun dalam hal pengadaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas.

12. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas adalah upaya penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair, dan gas.

13. Pengelolaan jasa, bahan beracun, berbahaya dan barang berbahaya adalah upaya inventarisasi bahan racun berbahaya, barang berbahaya. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS : Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LDP): lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik / kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi 14. Pengembangan manajemen tanggap darurat adalah menyusun rencana

tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll).

15. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3 adalah menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana dan pembuatan pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.

(13)

BAB III

METODE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk mengetahui jenis pekerjaan apa yang dilakukan dan bahan apa yang digunakan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan identifikasi bahaya.Identifikasi bahaya harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada potensi bahaya yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.

A. Tahapan Identifikasi Bahaya

1. Pengenalan kegiatan untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan tahapan kegiatan tertentu dari serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi yang menghasilkan atau mendukung satu atau lebih produk jasa; 2. Pengenalan bahaya untuk menemukan, mengenali, dan mendeskripsikan potensi bahaya yang terdapat dalam setiap tahapan kegiatan atau pekerjaan (persiapan, pelaksanaan, penyelesaian) dan akibatnya (kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja);

3. Pengukuran potensi bahaya;

4. Validasi daftar bahaya yang merupakan tahapan memasukkan setiap sumber bahaya ke dalam suatu daftar bahaya.

B. Metode Identifikasi Bahaya

1. Metode Perbandingan, yaitu metode yang membandingkan rancangan terhadap suatu standar atau desain, dan berbentuk seperti daftar periksa (checklist ). Daftar periksa menyediakan acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari pengalaman atau standard atau hasil analisis tertentu dengan mengumpulkan pengalaman masa lalu dalam suatu daftar tentang apa yang boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna saat proses perancangan untuk membantu ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang terlupakan.

2. Metode fundamental, yaitu metode yang tersusun untuk memotivasi orang yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan tujuan mengidentifikasi bahaya. Yang termasuk dalam metode kelompok ini adalah :

(14)

a. Preliminary Hazard Analysis (PHA) atau Analisis Bahaya Awal, merupakan suatu sistem atau metode yang biasanya digunakan untuk menjelaskan dengan teknik kualitatif untuk identifikasi bahaya pada tahap awal dalam proses desain. PHA ditujukan hanya pada tahap awal pengembangan pabrik/ industri/ instalasi. Informasi yang dibutuhkan untuk dilakukan penelitian adalah kriteria desain, spesifikasi bahan dan peralatan, dan lain  –  lain. Prinsip dari PHA  adalah untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan berkembang menjadi kecelakaan. Ini dilakukan dengan menimbulkan situasi atau proses yang tidak direncanakan atau dimaksud terjadi. Ini penting untuk melakukan identifikasi bahaya dari awal pada proses desain bertujuan untuk mengimplementasikan corrective measure  pada desain, yang dikenal dengan manajemen resiko atau reduksi pro aktif. Beberapa deviasi yang dapat terjadi ditandai dengan isyarat : more of ...; less of ...; nothing of ...; part of ...; both ... and ...; another than ...; opposite direction ...; later than ... .

b. Hazard Operability Study (HAZOPS), merupakan metode yang banyak digunakan oleh industri proses untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap desain rekayasa. Tujuannya untuk menganalisis sistem bagian per bagian dan menjelaskan bagaimana kondisi ideal suatu sistem bekerja. Langkah awal dilakukan dengan mendapatkan tinjauan dari sistem berupa gambar teknis atau informasi lain dari sistem tersebut. Sistem harus dibagi menjadi bagian-bagian yang dijelaskan pula kondisi ideal dari bagian-bagian tersebut. Pada sebuah sistem, semua bagian atau subsistem merupakan dependen satu sama lain, dan ketergantungan ini harus diidentifikasi. Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi deviasi untuk tiap bagian dari sistem. Untuk membantu mengidentifikasi deviasi, digunakan guideword . Ketika deviasi teridentifikasi, maka penyebabnya pun dapat teridentifikasi. c. Risk Based Inspection (RBI), adalah penilaian risiko dan manajemen

proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Fokus RBI   adalah penilaian risiko yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan. RBI dapat memberikan masukan kepada manajemen untuk merencanakan jadwal inspeksi dan pemeliharaan pada perlatan termasuk penganggaran biayanya. Pendekatan RBI  secara kualitatif menyediakan dasar analisis untuk memprioritaskan program inspeksi berdasarkan risiko.

d. What-If merupakan metode identifikasi bahaya awal untuk meninjau desain dengan menanyakan serangkaian pertanyaan awal yaitu bagaimana-jika (what-if). Analisis what-if   merupakan bagian dari cara

(15)

checklist , yang kemungkinan merupakan metode identifikasi bahaya tertua.

e. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) atau Analisis Pola Kegagalan dan Akibat, yaitu metode untuk mengidentifikasi bahaya yang melibatkan analisis modus kegagalan dari suatu entitas, penyebabnya, dampaknya, dan hubungan kritikalitas dari kegagalan. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada sistem operasi.

f. Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA)  merupakan diagram logika yang digunakan untuk mewakili masing-masing dampak dari suatu peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa. Diagram ini  juga menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian. FTA bersifat deduktif dengan memunculkan akibat untuk mencari sebab, sedangkan ETA bersifat induktif dengan menampilkan sebab (kejadian awal) untuk mencari akibat (kejadian akhir).

g. Qualitative Risk Assessment merupakan pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor secara kualitatif (iya/ tidak; baik/ buruk; tinggi/ rendah) terhadap faktor kemungkinan dan akibat kegagalan dari suatu kejadian.

h. Semi-quantitave Risk Assessment merupakan pengembangan penilain risiko dengan menggunakan suatu pemodelan untuk kejadian tertentu untuk mendapatkan rate event . Pemodelan tersebut bertujuan untuk mendapatkan akurasi data berdasarkan informasi awal yang diolah dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang ada.

i. Quantitative Risk Assessment   merupakan penilaian penuh dengan melakukan pemodelan semua kejadian sehingga kemungkinan dan akibat dari suatu kegagalan dapat diketahui secara numerik sehingga mendapatkan tingkat risiko yang cukup akurat.

C. Metode Sosialisasi Penerapan Budaya K3 Rumah Sakit 1. Pengenalan ( Awareness)

a. Sosialisasi kebijakan K3 pada setiap pertemuan atau rapat b. Spanduk dengan pesan K3

c. Poster – poster pesan keselamatan d. Buku saku yang berisi kebijakan K3

e. Safety briefing sebelum melaksanakan kegiatan 2. Pemahaman

a. Kursus / pelatihan b. Seminar

(16)

c. Studi banding

d. Pelibatan dalam organisasi K3 3. Pengembangan

a. Keterlibatan dalam Tim K3 b. Sebagai fasilitator K3

(17)

BAB IV

KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Meningkatkan sistem informasi K3 di rumah sakit.

2. Menyediakan wadah fungsional terstruktur K3 dalam organisasi rumah sakit. 3. Meningkatkan sosialisasi K3 rumah sakit di seluruh kegiatan rumah sakit. 4. Meningkatkan pengendalian sistem kerja dan perilaku selamat di rumah sakit. 5. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional di setiap unit kerja

mengenai K3 rumah sakit.

6. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga kerja dan orang lain (pengunjung dan tamu) di rumah sakit.

7. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit.

8. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3 guna meningkatkan Budaya K3 yang baik di rumah sakit.

9. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkelanjutan serta sumber daya yang relevan.

10. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait K3.

11. Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.

12. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3 Perusahaan.

(18)

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur

B. Tugas Pokok dan Fungsi 1. Ketua

a. Persyaratan

1) Dokter / dokter gigi Spesialis dan dokter umum / dokter gigi

2) Memiliki sertifikat dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS

3) Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4) Memiliki dedikasi dan loyalitas

5) Jujur dan bertanggungjawab b. Tugas

1) Merencanakan, meninjau dan merevisi program K3

2) Melakukanperencanaansosialisasidanpelatihanpadaseluruhkaryaw an di rumahsakitsesuaidenganbidangK3

3) Memegangtongkatkomandopadakeadaandarurat

 PadakeadaandaruratTim K3 diharapkanmenjadiwakil

Management dalammenentukankeputusan  – keputusan.

 PadakeadaandaruratKetua K3

dapatmengaturTimTanggapDaruratuntukmembantupenyelama tanstaf, pasiendanpengunjung yangadadalamrumahsakit.

 PadakeadaandaruratKetua K3 diharuskan standby di

RumahSakitsampaikeadaandaruratselesai. 4) Membuat program laporantentangkeadaandarurat.

Ketua K3

Sekretris K3

(19)

5) Mengawasidanmenganalisapelaksanaan Program K3 danmembuatlaporanefektifitas program tahunankepadaDirekturdan Corporate.  MembinaTim K3 yang adadengancarapelatihandanpenyuluhansecararutin.  MendorongTim K3 untukmengadakanpenyuluhandanpelatihankepentingan intern Rumahsakit.

6) MengontrolKomite K3 dalamhalevaluasidan audit

tentangkeseriusandanperhatian staff

terhadapkesehatandankeselamatankerja

7) MemastikanorganisasiTim K3 konsistendanberkesinambungan c. Fungsi

1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan K3.

2) Membantu Direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, dan pelatihan K3 di RS.

3) Pengawasan terhadap program pelaksanaan K3 di RS.

4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.

5) Koordinasi dengan unit –unit lain yang menjadi anggota K3RS. 6) Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol

bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.

7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, serta merekomendasikan sesuai kegiatannya.

8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan pembangunan gedung. d. Wewenang 1) Mengambilkeputusan yang bersifaturgent apabilaDirekturtidakadasetelahdikonfirmasimelaluitel epon. 2) Memberiteguranbaiklisanmaupuntulisankepadakaryawanrumahsaki t yang melakukankelalaiansehinggamembahayakankesehatan, keselamatankerjadirisendirimaupunrekankerjalainnya. 3) Mengumumkankondisidaruratdanmenyatakankeadaandaruratseles ai. e. Tanggung jawab 1) KetuaKomite K3 bertanggungjawabkepadaDirektur.

(20)

2) Mempertanggungjawabkanpelaksanaan program K3 di rumahsakitkepadaKementerianKesehatanmelaluipimpinanperusah aan (Direktur).

2. Sekretaris K3 a. Persyaratan

1) Pendidikan minimal D III

2) Memiliki sertifikat dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS

3) Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4) Memiliki dedikasi dan loyalitas

5) Jujur dan bertanggungjawab b. Tugas

1) Memimpindanmengkoordinasikantugas  –

tugaskesekretariatandanmelaksanakankeputusanTim K3RS. 2) Membuatundanganrapatdansebagainotulenrapat.

3) Membuatadministrasisurat-suratTim K3.

4) Mencatatdanmengumpulkan data-data yangberhubungandengan K3. 5) MembantuKetua K3 merencanakandanmenetapkanprogram tahunandalammelakukanidentifikasibahayadi lingkungankerja. 6) Mengusulkandanmenetapkantindakansertalangkahyang akandilaksanakanterhadappermasalahan K3. c. Wewenang

1) Mengambilkeputusan yang bersifat urgent apabilaKetua K3 tidakadasetelahdikonfirmasimelaluitelepon. 2) Memberiteguranbaiklisanmaupuntulisankepadakaryawanrumahsaki t yang melakukankelalaiansehinggamembahayakankesehatan, keselamatankerjadirisendirimaupunrekankerjalainnya. d. Tanggung jawab Mempertanggungjawabkanpelaksanaankegiatan K3 di rumahsakitkepadaKetua K3. 3. Staf a. Persyaratan

1) Memiliki sertifikat dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS

2) Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 3) Memiliki dedikasi dan loyalitas

4) Jujur dan bertanggungjawab b. Tugas

(21)

1) Melaksanakan tugas langsung dari Ketua Tim K3RS 2) Melaksanakan kegiatan Tim K3RS

3) Melakukan pengumpulan data berhubungan dengan K3

4) MembantuKetua K3 merencanakandanmenetapkanprogram tahunandalammelakukanidentifikasibahayadi lingkungankerja. 5) Mengusulkandanmenetapkantindakansertalangkahyang

akandilaksanakanterhadappermasalahan K3. c. Fungsi

1) Melaksanakan kegiatan – kegiatan program K3RS.

2) Membantu Ketua K3RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, dan pelatihan K3 di RS.

3) Melakukan koordinasi dengan semua anggota K3RS. d. Wewenang Memberiteguranbaiklisanmaupuntulisankepadakaryawanrumahsakit yang melakukankelalaiansehinggamembahayakankesehatan, keselamatankerjadirisendirimaupunrekankerjalainnya. e. Tanggung jawab Mempertanggungjawabkanpelaksanaankegiatan K3 di rumahsakitkepadaKetua K3.

C. Tata Hubungan Kerja

Keterangan :

1. Instalasi Rawat Jalan

K3RS Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap Instalasi Farmasi Instalasi Gizi Instalasi Gawat Darurat SATPAM Unit Laundry/CS

(22)

a. Petugas yang ada di Instalasi Rawat Jalan saat bekerja wajib mematuhi ketentuan dalam K3.

b. Semua peralatan yang ada di Instalasi Rawat Jalan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke tim K3RS (misal kecelakaan kerja atau tertusuk jarum).

2. Instalasi Gawat Darurat

a. Petugas yang ada di Instalasi Gawat Darurat saat bekerja wajib mematuhi ketentuan dalam K3 misal saat melakukan tindakan medis harus selalu menggunakan alat pelindung diri.

b. Semua peralatan baik medis maupun non medis yang ada di Instalasi Gawat Darurat harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke tim K3RS (misal kecelakaan kerja atau tertusuk jarum).

3. Instalasi Gizi

a. Petugas yang ada di Instalasi Gizi saat bekerja wajib mematuhi ketentuan dalam K3 misal saat melakukan tindakan medis harus selalu menggunakan alat pelindung diri.

b. Semua peralatan elektronik yang ada di Instalasi Gizi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke tim K3RS (misal kecelakaan kerja saat bekerja didapur,terkena pisau,jatuh saat mengantar makanan ke pasien dll)

d. Petugas Giziharus memahami penatalaksanaan B3 (Barang Berbahaya dan Beracun) yang ada di Instalasi Gizi, misal penyimpanan,pemakaian tabung gas.

4. Instalasi Farmasi

a. Petugas yang ada di Instalasi Farmasi saat bekerja wajib mematuhi ketentuan dalam K3 misal saat melakukan kegiatan peracikan obat harus selalu menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan).

b. Semua peralatan baik yang elektonik maupun yang yang bukan elektronik yang ada di Instalasi Farmasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

(23)

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke Tim K3RS (misal kecelakaan kerja atau tertusuk jarum)

d. Petugas Instalasi Farmasi harus memahami penatalaksanaan B3 (Barang Berbahaya dan Beracun) yang ada di instalasi farmasi.

5. SATPAM

a. Semua petugas SATPAM harus bisa dan mampu mengoprasikan  APAR.

b. Semua peralatan baik yang elektonik maupun yang yang bukan elektronik yang ada di area SATPAM harus selalu dilakukan pemeliharaan.

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke Tim K3RS).

6. Unit Laundry/CS

a. Petugas yang ada di bagian loundry/CS wajib mematuhi ketentuan dalam K3 misal saat melakukan pencucian linen selalu menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan,sepatu boot,masker,celemek)dan  juga pemilahan linen harus diperhatikan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Semua peralatan elektonik yang ada di bagian laundry harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkanmisal mesin cuci.

c. Setiap kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke Tim K3RS (misal kecelakaan kerja terpeleset saat mengangkat cucian basah).

7. InstalasiRawat Inap

a. Petugas yang ada di Instalasi Rawat Inapsaat bekerja wajib mematuhi ketentuan dalam K3 misal saat melakukan tindakan medis harus selalu menggunakan alat pelindung diri.

b. Semua peralatan baik medis maupun non medis yang ada di Instalasi Rawat Inap harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

c. Setiap kejadian yang berhubungandengan kesehatan dan keselamatan kerja wajib lapor ke Tim K3RS (misal kecelakaan kerja atau tertusuk  jarum).

(24)

BAB VI TATA LAKSANA

Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib melaksanakan program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM rumah sakit, pasien, pengunjung / pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sampai dengan staf pelaksana mempunyai komitmen, pemahaman, pelatihan dan kesadaran yang menjadi budaya dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak rumah sakit yang belum menerpkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Adapun standar pelayanan K3RS yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:

A. Program Pelayanan Kesehatan 1. Pemeriksaan kesehatan karyawan

Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit

a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran  jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin,

serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu

b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit sekurang-kurangnya 1 tahun yang berusia diatasa 40 tahun.

2. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit

a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM Rumah Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas laboratorium, dll.

b. Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi d. Pemberian mental rohani

3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan / pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara lain : a. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait

dengan K3

b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya

c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan kewajibannya

(25)

d. Orientasi K3 di tempat kerja

e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/ penyuluhan Kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.

4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit

a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit

b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM Rumah Sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)

c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus

5. Melakukan koordinasi dengan tim panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM rumah sakit dan pasien. a. Pertemuan koordinasi

b. Pembahasan kasus

c. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial 6. Melaksanakan kegiatan kesehatan kerja

a. Melakukan pemetaan (mapping ) tempat kerja untuk mengidentifikasi  jenis bahaya dan besarnya risiko

b. Melakukan identifikasi SDM rumah sakit berdasarkan jenis pekerjaannya, lama pajanan dan dosis pajanan

c. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus d. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan

khusus, (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat kerja)

e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM rumah sakit 7. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan

dengan kesehatan kerja. Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, psikososial dan ergonomi).

8. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada Direktur rumah sakit.

B. Program Pelayanan Keselamatan Kerja

Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang diberikan sangat erat hubungannya dengan sarana, prasarana termasuk peralatan kerja hal ini terlihat dari kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain:

1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan.

(26)

a. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit.

b. Teknis bangunan rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta pelindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara rumah sakit.

d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugas / operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan rumah sakit).

e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan

f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis, dan nonmedis dan harus memenuhi standar persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.

g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.

i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi saranan dan prasarana serta peralatan kesehatan.

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM rumah sakit

a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM rumah sakit

b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi.

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.

b. Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala.

(27)

c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitasi, yang memenuhi syarat, meliputi:

a. Penyehatan makanan dan minuman b. Penyehatan air

c. Penyehatan tempat pencucian d. Penanganan sampah dan limbah e. Pengendalian serangga dan tikus f. Sterilisasi / desinfeksi

g. Perlindungan radiasi

h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja: a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda keselamatan

b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD) c. Membuat SPO peralatan keselamatan kerja dan APD

d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan keselamatan dan APD

6. Pelatihan dan promosi / penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM rumah sakit.

C. Pelatihan Serta Pengembangan SDM K3

Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS merupakan hal pokok yang bisa dikesampingkan. Direktur dan manajemen serta tim K3RS memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi siistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.

Dalam hal ini Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma Kebumen dalam upaya pengembangan SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat unsur-unsur antaranya:

1. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 2. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.

3. Ditetapkannya program simulasi atau pelatihan praktek untuk semua SDM rumah sakit di bidang K3.

4. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.

(28)

5. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi atau perundang-undangan.

6. Pelatihan untuk sekelompok SDM rumah sakit yang menjadi sasaran. 7. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.

(29)

BAB VII

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan K3 secara tertulis dari masing -masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, ke Direktur Rumah Sakit.

Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil- hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian /kasus K3 dan menyusun, melaksanakan pelaporan kegiatan K3.

Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam:

1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2. Kejadian/ kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan tindak selanjutnya.

Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek K3. Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi kejadian/ kasus (tidak terjadwal).

Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan) dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan sesaat/ insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu - waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.

Setiap kegiatan dan atau kejadian/ kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K3 di rumah Sakit. Rumah Sakit perlu menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik pelaporan rutin/ berkala, laporan kasus/ kejadian tidak terduga.

(30)

BAB VIII

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring K3 di lingkungan adalah serangkaian kegiatan pengawasan darisemua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhanpelaksanaan peraturan perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja. Objek pengawasan lingkungan kerja meliputi faktor-faktor bahaya lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja.

Tujuan monitoring K3 :

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja 2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja

3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerjamerasa aman dalam bekerja

4. Meningkatkan image market  terhadap perusahaan

5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan

6. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuatumur alat semakin lama

Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun untuk menilai hasil kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya dan dilaporkan terhadap Direktur Rumah Sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “ PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel fluktuasi harga emas dan strategi promosi penjualan secara parsial maupun simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh signifikan

lebi bih h da dari ri )2 )2 ha hari ri da dari ri pe peng nghe hent ntia ian n 0b 0bat at da dari ri re reak aksi si k0 k0le lest stat atik ik9 9 de deng ngan

Kami berharap kedepannya akan ada kerjasama dengan para mahasiswanya, baik dalam bentuk bimbingan belajar, bisa dalam bentuk pengabdian masyarakat yang lainnya,” tutur

(Djaali, 2000: 86) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item (butir diskor dikotomi dan sebagian butir diskor politomi) dapat dihitung dengan

(1) Kepada Wajib Pajak yang telah memperoleh persetujuan Bupati Kepala Daerah untuk melakukan pembayaran pajak secara angsuran, harus dilakukan secara teratur dan

milik sendiri