• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah yang semakin meluas di Indonesia memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan. Otonomi daerah merupakan proses pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus serta mengelola daerahnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Keterkaitan antara otonomi dengan kondisi lingkungan adalah karena otonomi berkaitan dengan pembangunan infrastruktur daerah sehingga mengakibatkan banyak sekali penggunaan lahan. Saat ini seluruh dunia sedang dihadapkan dengan masalah degradasi lingkungan seiring berkembangnya teknologi dan pertumbuhan penduduk. Permasalahan ini tentunya juga dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU Nomor 22 Tahun 1999. Otonomi daerah merupakan peluang sekaligus tantangan bagi masing-masing pemerintah daerah untuk bersaing menyejahterahkan masyarakatnya dengan cara meningkatkan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia guna mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang telah menerapkan pola otonomi pada wilayahnya semenjak dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 1999. Dalam perubahan kebijakan pemerintah dari sentralisasi

(2)

2 (terpusat) menjadi desentralisasi melalui kegiatan otonomi diharapkan akan terjadi peningkatan pembangunan secara merata di setiap daerah.

Kota Blitar merupakan kota terkecil kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Kota Mojokerto. Kota Blitar sangat identik dengan wisata sejarahnya karena sering dikaitkan dengan nama besar Bung Karno yang merupakan Presiden pertama Republik Indonesia. Kota Blitar merupakan tempat Bung Karno dimakamkan dan pernah pula tinggal disebuah rumah yang sekarang dikenal oleh masyarakat khususnya Blitar sebagai Istana Gebang, selain dari pariwisata sejarahnya sesungguhnya Kota Blitar memiliki cukup banyak daya tarik wisata non-sejarah diantaranya, Water Park Sumber Udel, Herlingga Jaya, Taman Rekreasi Kebon Rojo dan Kampung Wisata Kota Blitar.

Dilihat dari lokasi administratifnya, Kota Blitar memiliki keuntungan cukup strategis, hal ini karena Kota Blitar berbatasan dengan wilayah Kabupaten Blitar, Tulungagung dan Kediri sehingga memiliki kontribusi dan pergerakan yang tinggi pada pola trasnportasi dan perdagangan yang dapat mendukung dalam upaya peningkatan sektor perekonomian. Guna membangun iklim yang kondusif sebagai Kota Patria (Blitar Pembela Tanah Air yang Tertib, Rapi, Indah dan Aman) yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, saat ini Pemkot Blitar sedang membenahi serta memilih sektor pariwisata sebagai primadona guna meningkatkan perekonomian daerah

(3)

3 Sumber: Bappeda Kota Blitar Tahun 2011

(4)

4 Secara geografis wilayah Kota Blitar terletak pada 112º14’ - 112º28’ Bujur Timur dan 8º2’ - 8º10’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,57 Km2

. Kota Blitar mempunyai tipe iklim agak basah dengan suhu udara cukup sejuk rata-rata 24ºC - 34ºC karena letaknya yang berada di kaki Gunung Kelud dan berjarak 160 Km arah tenggara dari Ibukota Provinsi yaitu Surabaya. Kota Blitar memiliki curah hujan rata-rata pertahun sekitar 102 hari dan besarnya curah hujan rata-rata-rata-rata mencapai 122,857 mm/tahun. Memiliki tekstur tanah terbesar berupa tekstur halus (85,3 persen) yang berarti, bahwa tanah yang ada di wilayah ini memiliki kemampuan menahan atau mengikat air yang cukup besar, sisanya sebesar 14,75 persen adalah tekstur tanah yang kurang dapat menahan air. Namun dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman yang relatif lebih baik daripada tanah yang bertekstur halus.

Dalam perwujudtan pelaksanaan otonomi daerah Kota Blitar terus berupaya memperbaiki dan membangun infrastruktur serta sarana publik yang akan membantu jalannya pemerintahan dan menyejahterakan kehidupan masyarakatnya. Dalam proses pembangunan perkotaan tentunya banyak sekali lahan yang dibutuhkan, sehingga tidak jarang terjadi pengalih-fungsian lahan terbuka hijau untuk pembangunan tersebut. Pembangunan dan pertumbuhan kota selalu identik dengan perkembangan dan perubahan fisik kota, akibatnya kerusakan ekosistem dan degradasi lingkungan terjadi, selain itu kita juga dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan perkotaan seperti kemacetan, permukiman kumuh, serta banjir, di mana permasalahan tersebut timbul karena kurangnya ruang terbuka hijau di tengah kota.

(5)

5 Agar tidak memperburuk hal tersebut maka Pemerintah Kota Blitar melakukan upaya penghijauan kota dengan cara penyediaan ruang terbuka hijau dengan konsep Green City berupa taman kota. Konsep Green City dilakukan guna mempercepat pemenuhan penetapan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2001 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau yaitu tersedianya ruang terbuka hijau sebesar 30 persen guna mengurangi dampak perubahan iklim di Indonesia.

Program yang dipilih dalam rangka penciptaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau). Program P2KH ini selain untuk menciptakan RTH, tetapi juga untuk mewujudkan wilayah kota agar aman dan nyaman untuk ditinggali. Dalam pelaksanaan program P2KH Pemerintahan Kota Blitar telah melakukan pembenahan tata ruang kota salah satunya adalah merevitalisasi atau pembangunan kembali taman kota. Revitalisasi merupakan upaya peningkatan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang akan dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Proses revitalisasi juga dilakukan salah satunya yaitu pada Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) berperan sebagai leading sector dalam upaya pengkoordinasian seluruh pekerjaan fisik dengan sektor-sektor yang lainnya demi terlaksananya program revitalisasi tersebut.

Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo dulunya bernama Kebun Ratu Wilhelmina yang merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda. Taman ini merupakan tempat yang cukup difavoritkan oleh masyarakat Blitar, biasanya masyarakat menggunakannya untuk tempat berkumpul, belajar, berekreasi, berdebat,

(6)

6 dan berlibur untuk sekedar mencari udara segar setelah melakukan banyak rutinitas yang melelahkan. Di samping itu, taman kota tersebut juga difungsikan sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota. Pada kenyataannya keberadaan ruang publik seperti taman sangat bermanfaat bagi masyarakat, banyak sekali kegiatan yang akan dapat dilakukan selain memberikan nilai manfaat hiburan juga memberikan nilai edukasi.

Ruang terbuka hijau (RTH) atau dapat diartikan juga sebagai hutan kota merupakan bagian terpenting pada wilayah perkotaan. Hal ini telah diatur dalam PP No 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, di mana yang dimaksud hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemkot Blitar dengan DPRD Kota Blitar Nomor 27 Tahun 2007 pada tanggal 12 September 2007 tentang kebijakan umum APBD tahun anggaran 2008 bidang lingkungan hidup, dalam rangka memantapkan penerapan Sistem Manajemen Pengelolaan Hidup perlu melakukan upaya peningkatan kegiatan konservasi alam. Kegiatan tersebut meliputi pelestarian serta perlindungan sumber-sumber air, penghijauan kota dan perlindungan Ruang Terbuka Hijau (RTH), kawasan resapan air, dan kawasan hutan lindung. Untuk mendukung kegiatan tersebut perlu adanya pengembangan hutan kota serta taman kota sebagai prasyarat pemenuhan standar baku lingkungan yang telah ditetapkan oleh UU Tata Ruang dan RTH diseluruh wilayah Kota Blitar. Bentuk realisasi

(7)

7 program penghijauan dan pelestarian Ruang Terbuka Hijau (RTH) dibangunlah Taman Kebon Rojo yang terletak di Jalan Diponegoro atau lebih tepatnya dibelakang rumah dinas Kantor Walikota Blitar.

(8)

8 Sumber: https://www.google.co.id/maps/@-8.0966587,112.1728583,17z

Gambar 1.2 Peta Lokasi Taman Rekreasi Kebon Rojo

Gambar 1.3 Taman Rekreasi Kebon Rojo

Taman Kebon Rojo disediakan secara gratis bagi masyarakat yang berkunjung. Di dalam taman ini terdapat ratusan jenis pohon dengan berbagai spesiesnya yang dipelihara dengan baik, selain itu pihak pengelola juga sengaja menempatkan beberapa jenis hewan seperti monyet, rusa, burung merak di bagian tertentu dengan pemberian kandang yang bagus. Selain hewan, disediakan pula

(9)

9 sarana bermain anak, beberapa patung hewan serta gazebo, dan kursi taman tempat bersantai bagi keluarga.

Pengunjung Taman Kebon Rojo selain anak-anak dan orang tua yang sekedar mencari hiburan juga dikunjungi oleh para seniman-seniman Kota Blitar yang terkadang membuat pertunjukkan di sana. Pemkot Blitar mengerti akan hal tersebut, sehingga untuk mengapresiasi para seniman dibangunlah juga area panggung apresiasi yang berlatar belakang tugu peringatan Satu Abad Bung Karno dan di tengah kawasan Kebon Rojo terdapat air mancur yang menambah keasrian, kesejukan dan kenyamanan bagi pengunjung Taman Rekreasi Kebon Rojo tersebut.

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan ke Taman Rekreasi Kebon Rojo Blitar Tahun 2010 – 2015 per 6 Bulan

Tahun Domestik Mancanegara

2010 109.080 7 2011 109.905 7 2012 111.005 9 2013 115.645 6 2014 123.315 3 2015 142.250 9

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Blitar (2015)

Pengelola Taman Rekreasi Kebon Rojo adalah Badan Lingkungan Hidup, namun semenjak tahun 2015 berganti di bawah lingkup Dinas Pariwisata Kota Blitar. Perbaikan demi perbaikan secara berkala terus dilakukan pada Taman Rekreasi Kebon Rojo hingga sebaik dan senyaman sekarang. Proses Perbaikan ini merupakan salah satu bentuk optimalisasi terhadap aset.

Kebon Rojo merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Blitar yang berpotensi untuk mendukung sektor pariwisata unggulan di Kota Blitar sehingga

(10)

10 bentuk optimalisai melalui perbaikan fisik dirasa sangat penting. Menurut Siregar (2004: 59) optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, jumlah/volume, aspek hukum dan nilai ekonomi yang dimiliki oleh aset tersebut. Namun dalam proses optimalisasi Taman Kebon Rojo melalui revitalisasi tentunya membutuhkan biaya perawatan yang cukup besar dan menggunakan anggaran pemerintah kota, mengingat tidak ada pengenaan biaya masuk bagi masyarakat yang datang berkunjung.

Revitalisasi berfungsi untuk menghidupkan dan memperbaiki kembali melalui peningkatan kualitas dari kawasan objek wisata yang telah mengalami penurunan nilai-nilai estetika dan ekonominya, sehingga akan menghasilkan kualitas lingkungan yang lebih baik. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan nilai ekonomi dengan menggunakan metode valuasi ekonomi nilai lingkungan khususnya untuk mengukur nilai ekonomi kawasan hutan wisata yang paling sering digunakan adalah metode

travel cost.

Mempertimbangkan fakta yang terjadi di lapangan penting untuk mengetahui nilai ekonomi dari Taman Rekreasi Kebon Rojo setelah proses revitalisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola agar dapat diketahui juga potensinya apakah sudah optimal pengelolaan Taman Rekreasi Kebon Rojo. Dengan demikian diperlukan kembali penelitian valuasi ekonomi untuk mengestimasi nilai ekonomi dari Taman Rekreasi Kebon Rojo dengan menggunakan metode Travel Cost Method.

(11)

11

1.2 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai penelitian yang menggunakan

Travel Cost Method (TCM) guna mencari valuasi nilai ekonomi dari hutan kota

cukup banyak dilakukan termasuk mengenai Taman Rekreasi Kebon Rojo yang dilakukan ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini merupakan bentuk revaluasi terhadap penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang menerapkan metode Travel Cost

Method dapat di lihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Beberapa Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti Objek

Penelitian Metode Variabel Hasil

1 Adi (2008) Hutan Wisata Kebon Rojo Kota Blitar Travel Cost Method Biaya perjalanan, pendapatan, kualitas responden terhadap tempat wisata, subtitusi tempat wisata sejenis.

Variabel biaya perjalanan, pendapatan, kualitas tempat wisata dan subtitusi tempat wisata mempengaruhi jumlah kunjungan individu. Nilai ekonomi dari Kebon Rojo diestimasikan dalam interval Rp6.983.297.635 – Rp9.346.906.217. 2 Djijono (2002) Taman Wisata Hutan Wan Abdul Rahman Lampung Travel Cost Method Biaya perjalanan, jumlah penduduk asal kecamatan pengunjung, pendidikan, waktu kerja per minggu.

Nilai total kesediaan berkorban adalah Rp25.545.227 per tahun, nilai yang dikorbankan adalah Rp16.187.714 per tahun, sedangkan nilai total surplus konsumen adalah Rp9.357.513 per tahun. 3 Bamban g (2009) Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Travel Cost Method Biaya perjalanan, permintaan rekreasi.

Nilai ekonomi berdasarkan rata-rata kesediaan berkorban, nilai yang dikorbankan, dan surplus konsumen per 1000 penduduk masing-masing

(12)

12 adalah Rp365.932.215, Rp165.485.907, Rp200.446.218. 4 Mutiara (2009) Taman Hutan Raya Ir. Djuanda Travel Cost Method Biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, jumlah kunjungan, jenis kelamin, dan waktu dilokasi. Surplus konsumen berdasarkan metode TCM sebesar Rp24.926 per-kunjungan dan diperoleh nilai ekonomi lokasi sebesar Rp3.193.579.412. 5 Tiantian Tang (2009) Yuelu Mountain Park Changsha Travel Cost Method (menggabun gkan nilai-nilai akses dari pengunjung lokal dan non-lokal) Total biaya perjalanan, biaya akomodasi, biaya akses, pengeluaran lain, dan biaya waktu.

Nilai akses rata-rata per perjalanan untuk lokal adalah €0.75 dan €64.52 untuk individu non-lokal sehingga total nilai akses tahunan adalah €20.43 juta. Berdasarkan TCM penambahan biaya masuk sebesar €5.43 akan memaksimalkan

pendapatan yang didapat dari pengunjung. 6 Bulov dan Lundgre n (2007) Taman Nasional Periyar di India Travel Cost Method Travel cost, pendapatan, umur, jenis kelamin, kebangsaan dan ada tidaknya subtitusi.

Nilai ekonomi yang merupakan surplus konsumen agregat adalah US$15.145.633.766. 7 Nandagi ri (2015) Danau Pilikula, Mangalore India Travel Cost Method dan Contingent Valuation WTP, jarak, usia kepala rumah tangga, jenis kelamin, status rumah, pendidikan. Penambahan fasilitas, WTP wisatawan dari hasil TCM adalah Rs238 yang dipengaruhi oleh variabel pribadi dan demografi seperti usia, pendapatan setiap bulan, pendidikan dan status rumah. Untuk WTP hasil rata-rata individu dari CVM adalah Rs36.75. sedangkan untuk WTP peningkatan kualitas air danau tidak berpengaruh 8 Wang, Nunes, Chunbo Ma (2014) Pantai Gold Coast, Australia Travel Cost Method Biaya perjalanan, umur, jenis kelamin, pendapatan mingguan, tingkat

Nilai dari kunjungan pantai diperkirakan $19.47 per orang, dan untuk nilai dari Pantai Gold Coast ini ditransfer dari penelitian yang relevan yang dilakukan pada pantai di

(13)

13 pendidikan,

kualitas lingkungan wisata.

Australia lainnya yang kemudian dibandingkan dengan penelitian ini.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan, baik untuk menilai taman publik, hutan wisata serta taman nasional, yaitu dengan menggunakan travel cost, namun ada beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Jenis Objek penelitian

Taman Rekreasi Kebon Rojo Kota Blitar yang merupakan unit pelaksana teknis di bawah Badan Lingkungan Hidup (BLH), yang merupakan kawasan taman rekreasi keluarga dan difungsikan juga sebagai hutan paru-paru kota. Sesuai dengan Nota Kesepakatan antara Pemkot Blitar dengan DPRD Kota Blitar Nomor 27 Tahun 2007 pada tanggal 12 September 2007 tentang kebijakan umum APBD tahun anggaran 2008 bidang lingkungan hidup dalam rangka memantapkan penerapan Sistem Manajemen Pengelolaan Hidup perlu melakukan upaya peningkatan kegiatan konservasi alam.

2. Variabel independen

Variabel independen yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah pendapatan, usia, pendidikan, status, jarak tempat tinggal, biaya perjalanan, dan

dummy kualitas lingkungan taman.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan jika Travel Cost

(14)

14 nasional, taman publik, area rekreasi terbuka, taman laut, dan wisata sejarah (heritage). Metode travel cost pada dasarnya adalah untuk mengkaji biaya yang dikeluarkan oleh individu untuk mendatangi tempat atau objek rekreasi (pola

expenditure konsumen) sehingga peneliti dapat mengetahui berapakah nilai (value)

yang diberikan oleh konsumen terhadap sumber daya alam dan lingkungan.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk menghitung nilai ekonomi atas barang dan jasa yang diberikan oleh sumberdaya alam dapat digunakan teknik penilaian tertentu seperti menggunakan

travel cost method, contingent valuation method dan willingness to pay. Barang dan

jasa yang dimaksudkan di sini adalah nilai keindahan suatu sumber daya alam, nilai rekreasi yang memang sulit untuk dikonversi menjadi satuan uang serta tidak dapat diperdagangkan. Dengan adanya objek wisata Taman Rekreasi Kebon Rojo yang berada di Kota Blitar yang telah mengalami proses revitalisasi, akan berdampak pada potensi kenaikan jumlah kunjungan yang akan meningkatkan resiko terhadap kerusakan lingkungan taman.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan bahwa belum diketahuinya nilai ekonomi Taman Rekreasi Kebon Rojo Kota Blitar setelah revitalisasi. Dengan demikian diperlukan penelitian tentang penilaian yang bertujuan untuk menentukan nilai ekonomi dari Taman Rekreasi Kebon Rojo ini. Penilaian ekonomi ini, sangat penting dilakukan karena dengan adanya penilaian ekonomi ini maka kesalahan dalam pembuatan kebijakan pengelolaan atas taman ini kedepannya

(15)

15 dapat dihindari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Travel Cost

Method (biaya perjalanan).

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo Kota Blitar?

2. Berapa estimasi nilai ekonomi Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo setelah proses revitalisasi?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian dalam penelitian ini maka tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan pada Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo Kota Blitar.

2. Mengestimasi nilai ekonomi dari Taman Rekreasi Keluarga Kebon Rojo Kota Blitar dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM).

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap beberapa hal sebagai berikut.

(16)

16 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan gambaran bagi pengelola Taman Rekreasi Kebon Rojo dalam pengambilan kebijakan untuk proses pengelolaan Taman Rekreasi Kebon Rojo di masa depan.

2. Menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang tertarik meneliti tentang valuasi nilai ekonomi hutan kota tipe rekreasi.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini terdiri dari 5 Bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, yang memuat uraian latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Landasan teori, yang memuat teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis dan model penelitian. Bab III Metode Penelitian, yang memuat desain penelitian dan metode analisis penelitian. Bab IV Analisis, yang memuat deskripsi data, uji hipotesis, dan pembahasan dan Bab V Simpulan dan Saran, yang memuat simpulan, keterbatasan dan saran.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Kota Blitar
Gambar 1.2 Peta Lokasi Taman Rekreasi Kebon Rojo
Tabel 1.2 Beberapa Penelitian Sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya efisiensi penyisihan kekeruhan pada variasi debit udara 4 L/menit dapat disebabkan karena pada variasi debit udara ini memiliki kenaikan nilai pH yang paling tinggi

Untuk membuat objek pada WebGL, yang pertama kali dilakukan adalah dengan menentukan vertex dari objek dan disimpan pada sebuah array. Lalu dengan menggunakan

dan menulis, berapa waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan pada garis waktu. 2) Menulis: Membantu peserta didik menulis informasi tentang waktu, kegiatan, dan

Orang perseorangan warga Indonesia dan/ atau Badan Hukum Indonesia yang telah memiliki sertifikat operasi pelayanan jasa terkait untuk menunjang kegiatan pelayanan

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

Dengan demikian program dan proses bimbingan KKS pada setiap kelayan dapat berbeda baik waktu yang dibutuhkan, jenis program, maupun cara dan strategi yang

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

Pemberian pupuk organik cair urin sapi untuk pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L) sebanyak 10% dan setara dengan urea.. Saran- saran yang dapat digunakan sebagai