BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim
Yang dimaksud dengan ”mitigasi perubahan iklim” adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan iklim.
Sedangkan ”adaptasi perubahan iklim” adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi
.
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dilaksanakan di 2 (dua) Wilayah Adat, yakni Lapago dan Saereri antara lain:
Tabel 2. Matrik kegiatan Mitigasi dan Adaptasi pada 2 (dua) Wilayah Adat :
No Nama Kegiatan Kab/Kota, Distrik Kampung Titik Koordinat LuasanLahan Nama Kelompok/Ketua Jumlah Bantuan(Rp.)
1 Tanaman Buah MerahPengembangan Distrik KembuKab. Tolikara dan KaboriWulinaga E = 138S = 03035’. 706”023’.979” 2 Ha Kembu Enik EruwokPdt. Naftaly Weya 25.000.000,00
2 PengembanganTanaman Buah Merah Kab. YahukimoDistrik Dekai Tomon II E = 139 30’. 27”S = 04 49’. 29” 1 Ha Walhuck
Yanus Asso 25.000.000,00
3 PengembanganTanaman Mangrove
Kab. Biak Numfor
Distrik Biak Timur Yenusi S = 01 10’. 47”
E = 136 12.’09” 35 Ha Yohanes RumpaidusKorpamber 25.000.000,00
4 PengembanganTanaman Mangrove
Kab. Supiori
Supiori Selatan Biniki E = 135 38’. 07”S = 00 52’. 24” 5 Ha Benard WanmaSarwom 25.000.000,00
5 PengembanganTanaman Kopi
Kab. Peg. Bintang Distrik Seram
Bakom Yapimakot -- 1 Ha
Alut Bakon
Petrus Singleki 25.000.000,00
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan Mitigasi dan Adaptasi perubahan iklim C diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 288.550.000,00 (dua ratus delapan puluh delapan juta lima ratus lima puluh ribu rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 269.814.500,00 (dua ratus enam puluh sembilan juta delapan ratus empat belas ribu lima ratus rupiah) atau 93,51%, sementara realisasi fisik sebesar 100%.
Hasil kegiatan pada Matrik tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1.1. Budidaya Buah Merah a. Kabupaten Tolikara
Kabupaten Tolikara meliputi Distrik Kembu 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan buah merah Pandanus conoideus, Lam adalah:
1. Melakukan sosialisasi kepada kelompok masyarakat adat untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00; 2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok;
5. Pelaksana lapangan: Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Steveson Ronald Kayoi,S.Si.
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Kembu kabupaten Tolikara pada gambar 1 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 2
Dokumentasi Lapangan di Distrik Kembu Kabupaten Tolikara.
Penyerahan Bantuan melalui BLH Tolikara Penyerahan bantuan kepada masyarakat
Lokasi penanaman buah merah (Lokasi 1 di
Kampung Wulinaga) Papan informasi kelompok (Lokasi 2di Kampung Kabori)
b. Kabupaten Yahukimo
Kabupaten Yahukimo meliputi Distrik Dekai 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan buah merah Pandanus conoideus, Lam adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengar tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok;
5. Pelaksana lapangan : Yopi Amos Bonay, ST. dan Yulius Tiranda.
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Dekai kabupaten Yahukimo pada gambar 3 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 4
Dokumentasi lapangan di Distrik Dekai Kabupaten Yahukimo
Sosialisasi ke masyarakat Bibit buah merah
Lokasi penanaman buah merah Papan informasi kelompok
c. Kabupaten Pegunungan Bintang
Kabupaten Pegunungan Bintang meliputi Distrik Serambakon 2 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengembangan kopi Coffea arabica adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan lokasi penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok;
5. Pelaksana lapangan : Robert Junaidi, Amd dan Yafeth G.A. Watori,SP.
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Seram Bakon kabupaten Pegunungan Bintang pada gambar 1 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 2
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Seram Bakon kabupaten Pegunungan Bintang pada gambar 5 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 6
Gambar 5. Peta Lokasi Penanaman Kopi di Distrik Seram Bakon
Nama Kampung : Kabiding Luas : ± 2 ha Nama Kelompok : Atem Abol Nama Kampung : Yapimakot
Luas : ± 1 ha
Nama Kelompok : Alut Bakon Ketua Kelompok : Petrus Singleki
Dokumentasi Lapangan di Distrik Seram Bakom Kabupaten Pegunungan Bintang
Sosialisasi ke masyarakat Tanaman kopi muda
Lokasi penanaman Papan informasi kelompok
Kegiatan di Kampung Kabiding
Kelompok Atem Abol Pemeliharaan tanaman kopi Gambar 6. Dokumentasi Penanaman Kopi di Distrik Serambakon
3.1.2. Kelompok Mangrove a. Kabupaten Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Biak Timur 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam konservasi mangrove adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok;
5. Pelaksana lapangan : Elvis Franklin Suebu, ST dan Mariana Pattinama, S.Sos.
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Biak Timur kabupaten Biak Numfor pada gambar 7 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 8
Dokumentasi lapangan di Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor
Sosialisasi ke masyarakat Bibit mangrove (alami)
Lokasi penanaman Papan informasi kelompok
b. Kabupaten Supiori
Kabupaten Supiori meliputi Distrik Supiori Selatan 1 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam konservasi mangrove adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan
maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4. Pemasangan papan nama kelompok;
5. Pelaksana lapangan : Riwan Triono S.Hut. M.Si dan
Indah Dwi Setyowati, ST
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Supiori Selatan kabupaten Supiori pada gambar 7 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 10.
Gambar 9. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Supiori Selatan
Dokumentasi lapangan di Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori
Sosialisasi ke masyarakat Bibit mangrove
Lokasi penanaman Papan informasi kelompok
3.1.3 Pembahasan
Kampung Wulinaga/Kabori Distrik Kembu dan Kampung Tomon Distrik Dekai sebagai salah satu daerah budidaya buah merah Pandanus conoideus, Lam memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai pilot project Proklim. Hal ini tidak terlepas dari asal muasal cerita rakyat akan penemuan buah merah sebagai makanan rakyat yang bergizi, yang diperoleh dari sebuah hasil tanaman hutan yang sejak semula orang takut untuk menyentuh apalagi memakannya.
Buah merah merupakan salah satu kekayaan endemik masyarakat, yang mulai diarahkan untuk dibudidayakan di daerah lembah, bukit dan lereng pegunungan papua. Buah merah merupakan buah yang sangat istimewa dan terbukti berkhasiat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat serta menjadi makanan tradisional rakyat. Buah merah dikategorikan sebagai buah super (super fruit) karena memiliki kandungan nutrisi yang bersifat antioksidan, yang mampu menangkal radikal bebas dan sekaligus berfungsi sebagai sumber provitamin A dan vitamin E, serta mengandung omega 3, 6 dan 9 belum ada tanaman lain tidak seistimewa buah merah.
Sebagai buah super, buah merah telah dikembangkan oleh beberapa peneliti untuk menjadi obat dalam bentuk minyak ekstrak maupun kapsul, serta dalam bentuk produk olahan inovatif seperti juice minuman kesehatan, sabun, permen, shampoo, wine dan prosuk lainnya.
Mengingat buah merah merupakan buah dengan khasiat ampuh yang juga merupakan produk kearifan lokal yang memiliki potensi bisnis menjanjikan, maka perlu dilakukan upaya-upaya mendasar untuk melakukan suatu konservasi budidaya dan sekaligus menangkap pasar baru, khususnya peningkatan ekonomi pendapatan masyarakat keratif papua.
Pengembangan budidaya buah merah yang disatukan dengan konsep agrowisata Proklim memiliki manfaat yang sangat besar
bagi kelestarian lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat lokal. Budidaya dan konservasi buah merah bermanfaat bagi dunia untuk mengurangi efek gas rumah kaca ( global warming ). Untuk kepentingan local, budidaya ini bermanfaat untuk mencegah erosi di lembah-lembah pegunungan. Budidaya buah merah juga dapat mempertahankan kesejukan dan menambah kesegaran udara di kampung. Dalam perspektif ekonomi, buah merah memiliki potensi meningkatkan ekonomi masyarakat local. Adanya suatu pola tanam tradisional untuk budidaya dan pengolahan minyak yang terstandar sangat diperlukan untuk mejamin mutu kualitas minyak yang dihasilkan. Penggabungan konsep budidaya melalui agrowisata proklim terintegrasi dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat yang dapat menjadi pemersatu masyarakat, dan meningkatkan interaksi sosial antara masyarakat lokal dengan para pengunjung wisatawan.
Pengembangan agrowisata proklim terintegrasi ini akan dapat memunculkan berbagai usaha mikro kecil menengah ( UMKM ) baru yang akan menggerakkan roda perekonomian masyarakat Papua, mulai dari kampung dimana tanaman tersebut tumbuh. Hal ini akan mendorong tumbuhnya UMKM baru baik yang sejenis maupun yang lain. Teknik budidaya buah merah dapat mengarah pada terbentuknya Agrowisata Proklim sehingga pada akhirnya bisa diarahkan pada pengembangan Infrastruktur yang lebih memadai dan juga diarahkan pada pengembangan Ekowisata yang berbasis budaya.
Konversi hutan mangrove secara besar - besaran yang dijadikan sebagai areal tambak, pemukiman, industri, pelabuhan, dan penebangan secara berlebihan untuk diambil kayunya telah menimbulkan dampat negatif yang sangat besar, khususnya pada wilayah pesisir dan pantai. Dampak negatif yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kerusakan lahan yang ada di wilayah pesisir, melainkan juga terhadap kerusakan ekosistem mangrove dan hutan pantai. Secara umum distribusi ekosistem mangrove banyak tersebar di wilayah pantai yang relatif landai dan banyak
bermuara sungai-sungai sehingga menciptakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mangrove.
Oleh sebab itu sabuk hijau ( green belt ) berupa hutan mangrove di daerah pesisir perlu direhabilitasi kembali sehingga fungsi ekologisnya dapat dikembalikan seperti sediakala atau menjadi lebih baik. Rehabilitasi mangrove adalah suatu kegiatan yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak sejak bertahun-tahun yang lalu, salah satunya adalah keikutsertaan masyarakat dalam rehabilitasi hutan mangrove sebagai salah satu program kampung iklim dalam memperbaiki ekosistem pesisir dan pantai.
Distrik Biak Timur Kampung Yenusi dan Distrik Supiori Selatan Kampung Biniki sebagai tempat konservasi mengrove. Secara ekologi kehadiran dari ekosistem mangrove memberikan manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan di wilayah pesisir. Beberapa manfaat besar yang ditimbulkannnya seperti:
1. Menciptakan iklim mikro yang baik; 2. Mengendalikan abrasi pantai; 3. Mencegah instrusi air laut; 4. Memperbaiki kualitas air;
5. Meningkatkan produktivitas perairan pantai;
6. Sebagai habitat vital bagi pembesaran dan perlindungan ikan-ikan yang bernilai ekonomis penting di perairan pantai.
Konservasi mangrove di Kampung Yenusi dengan luas ± 35 ha merupakan kelompok binaan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Biak Numfor. Nama Kelompok ini adalah Korpamber yang diketuai oleh Yohanes Rumpaidus beranggotakan ± 25 orang dengan aktifitas menjaga ekosistem mangrove dari kerusakan seperti menebang mangrove untuk bahan baku kayu arang dan bahan tiang rumah. Kelompok ini juga dibina oleh kepala kampung Yenusi sehingga dengan cara swadaya masyarakat lebih sadar untuk menjaga keberadaan ekosistem mangrove disekitar Kampung Yenusi. Berdasarkan pengamatan lapangan jenis - jenis mangrove yang tumbuh di sekitar Kampung Yenusi adalah
Bruguiera sp dan Xylocarpus sp. Dalam kelompok ini masyarakat mengambil bibit dari anakan alam.
Sedangkan konservasi mangrove di Kampung Biniki luas ± 5 ha dengan nama kelompok Sorwam yang diketuai oleh Benard Wanma beranggotakan ± 15 orang merupakan kader konservasi binaan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Supiori. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan jenis mangrove yang tumbuh disekitar Kampung Biniki adalah jenis Bruguiera sp, Xylocarpus sp, Rhizophora sp dan Nypa. Pengamatan ini berdasarkan akar Rhizophora sp adalah akar mangrove yang paling sering dilihat di wilayah pesisir, karena semenjak umur kurang lebih satu tahun, Rhizophora sp sudah bisa memperlihatkan akar tunjangnya yang bagaikan lengan gurita atau cakar ayam sehingga kita mudah sekali mengenalinya.
Untuk kedua jenis mangrove lainnya, yaitu Bruguiera sp dan Xylocarpus sp, juga ditemukan di daerah ini dengan melihat akarnya yang sudah terdeteksi sebagai akar lutut dan akar papan, kedua jenis mangrove ini tumbuh beberapa tahun hingga telah menjadi pohon dewasa.
Masyarakat mengambil buah dari jenis Bruguiera sp dan Rhizophora sp digunakan untuk bibit karena lebih tahan dan cepat tumbuh. Kelompok Sorwam melaksanakan pembibitan dengan menggunakan polibag dengan budidaya buah yang dikumpulkan dari alam. Jumlah ± 2.500 bibit ditanam di pantai kampung lama yang rusak akibat bencana tsunami beberapa tahun yang lalu. Penanaman dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
Pada saat ini masyarakat Kampung Biniki telah direlokasi ke arah utara atau lebih ke arah lereng bukit yang merupakan daerah aman dari tsunami. Namun beberapa masyarakat masih tinggal di kampung lama karena aktifitas ibadah gereja masih dilaksanakan di kampung lama. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan
ekosistem mangrove untuk mencari ikan dan jenis kerang untuk dikonsumsi.
Mangrove sebagai bagian ekosistem dari keseluruhan ekosistem pesisir tidak pernah berdiri sendiri, sebagaimana hakekatnya keberadaan seluruh alam ini. Sering terlupakan bahwa manusia merupakan bagian dari kehadiran suatu bentukan alam, yang justru memiliki pengaruh paling besar. Pada saat berbagai permasalahan lingkungan muncul dalam beberapa tahun terakhir ini, awalnya manusia lupa bahwa sumber permasalahan adalah manusia.
3.2. Pemberdayaan Institusi Kemasyarakatan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pemberdayaan Institusi kemasyarakatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dilakukan di 10 Kabupaten dan 1 Kota. Kegiatan tersebut meliputi pemberian dana pembinaan secara tunai kepada 11 kelompok masyarakat masing - masing sebesar Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah), survey lapangan, pengambilan titik koordinatan lokasi kegiatan pemberdayaan dan pemasangan papan nama kelompok. Hasil capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada matrik kegiatan dibawah ini:
Tabel 3. Matrik Kegiatan Institusi Kemasyarakatan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
No Nama Kegiatan Kab/Kota, Distrik Kampung Titik Koordinat Luasan Lahan Nama Kelompok/Ketua Bantuan (Rp)Jumlah
1
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Pantai dengan Penanaman Mangrove
Waropen
Distrik Risei Sayati Segha S = 2
014’15,8”
E = 136035’161” 1 Ha Karolis WairaraSomiri
25.000.000,00 Mimika
Distrik Mimika Timur
Pigapu S = 04050’065”
E = 136045’769” 2 Ha Sebastian MapareyauwMapurumane 25.000.000,00
Nabire
Distrik Teluk Kimi Waharia S = 03
015’939”
E = 132033’903” 1 Ha Karang Taruna HuhiaCharles Raige 25.000.000,00
Biak Numfor
Distrik Oridek Tanjung Barari S = 01 05’859”E = 136 21’502” 20 Ha Rudolf OrboyFaduru 25.000.000,00 Supiori
Distrik Kep. Aruri Ineki S = 00 51’558”E = 135 31’941” 1 Ha Efradus KorwaWaisira 25.000.000,00 Kota Jayapura
Jayapura Utara Kayu Batu S = 02 31.847'E = 140 44.290' 1 Ha Mangrove Kayu BatuKelompok Peduli
Salmon Makanuay 25.000.000,00 2
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Pohon Sagu
Waropen
Waropen Bawah Sawara Jaya S = 02
014’361”
E = 136022’523” 2 Ha Arnold KaibaiSabeta
25.000.000,00 Kabupaten
Jayapura Sentani Timur
Asei Besar S = 02035.0660’
Sumber: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2014 3
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Gaharu)
Biak Numfor
Warsa Amoi/Imbari S = 00 47’296”E = 135 55’273” 9 Ha Kelompok Tani HutanSadar Sendiri
John Wompere 25.000.000,00
4
Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Buah Merah)
Jayawijaya
Usilimo Wosiana S = 03
055’021”
E = 138053’266” 3 Ha Kuntarias WalelaElagaima
8.350.000,00 Odulumo S = 03055’330”
E = 138053’755” 2 Ha Sumanus MabeOdulumo 8.350.000,00
Odulumo S = 03055’421”
E = 138054’510” 2 Ha Walikius WalelaWalalimo 8.350.000,00
Memberamo Tengah
Kelila
Kinrok S = 03 43’080
E = 138 42’554” 5 Ha Kelompok Tani TawiYumbunik Pdt. Fredrik Jikwa
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan pemberdayaan institusi kemasyarakatan dalam pengelolaan lingkungan hidup diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 506.915.200,00 (lima ratus enam juta sembilan ratus lima belas ribu dua ratus rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 501.315.200,00 (lima ratus satu juta tiga ratus lima belas ribu dua ratus rupiah) atau 98.90 %, sementara realisasi fisik sebesar 100%.
Hasil kegiatan pada matrik tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Penyelamatan Pantai dengan Penanaman Mangrove
1. Kabupaten Waropen
Kabupaten Waropen meliputi Distrik Risei Sayati 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Irian Andarias Prawar, ST dan Johanis Dominggus Imbiri, SE
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Risei Sayati kabupaten Waropen pada gambar 11 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 12.
Gambar 11. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Risei Sayati
Kampung : Segha Luas : ± 1 Ha Koordinat : S = 2 14'15.8'' E = 136 35.161 Nama Kelompok : Somiri Ketua Kelompok : Karolis Wairara
Dokumentasi lapangan di Distrik Risei Sayati Kabupaten Waropen
Gambar 12. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Risei Sayati
Pemasangan Papan Nama Kelompok Penanaman Bibit dengan kelompok
2. Kabupaten Mimika
Kabupaten Mimika meliputi Distrik Mimika Timur 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Rafles Haruway, S.Sos, M.Si
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Mimika Timur kabupaten Mimika pada gambar 13 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 14.
Dokumentasi lapangan di Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika
Gambar 14. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Mimika Timur
Diskusi dengan kelompok masyarakat Penanaman Bibit dengan kelompok
3. Kabupaten Nabire
Kabupaten Nabire meliputi Distrik Teluk Kimi 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan
maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Sri Hendrika Renyaan dan Stenly. O. Leatemia.
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Teluk Kimi kabupaten Nabire pada gambar 15 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 16.
Dokumentasi lapangan di Distrik Teluk Kimi Kabupaten Nabire
Gambar 16. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Teluk Kimi
Lokasi penenaman kelompok Pemasangan papan Nama Kelompok
4. Kabupaten Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Oridek 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat dalam adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk
menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Margaretha sermumes,
S.Hut dan Indah Dwi Setyowati, ST
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Oridek kabupaten Biak Numfor pada gambar 17 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 18.
Gambar 17. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Oridek
Kampung; Tanjung Barari Luas : ± 20 Ha Koordinat : S = 01 05 859' E = 136 21 502' Nama Kelompok : Faduru Ketua Kelompok : Rudolf Orboy
Dokumentasi lapangan di Distrik Oridek Kabupaten Biak Numfor
Gambar 18. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Oridek
Papan Nama kelompok masyarakat Penanaman Bibit dengan kelompok
5. Kabupaten Supiori
Kabupaten Supiori meliputi Distrik Kepulauan Aruri 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Nurdian Wahyuni, ST dan Rimba Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Kepulauan Aruri kabupaten Supiori pada gambar 17 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 18.
Dokumentasi lapangan di Distrik Kepulauan Aruri Kabupaten Supiori
Gambar 18. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Kepulauan Aruri
Papan Nama kelompok masyarakat Bibit tanaman yang akan ditanam
6. Kota Jayapura
Kota Jayapura meliputi Distrik Jayapura Utara 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si, Yanne Frida Worabay, SE, M.Si
Peta lokasi penanaman mangrove di Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura pada gambar 19 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 20.
Gambar 19. Peta Lokasi Penanaman Mangrove di Distrik Jayapura Utara
Kampung : Kayu Batu Luas : ± 1 Ha Koordinat : S = 02 31. 847 E = 140 44.290 Nama Kelompok : Peduli Mangrove Kayu Batu Ketua Kelompok : Salmon Makanuay
Dokumentasi lapangan di Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura
Gambar 20. Dokumentasi Penanaman Mangrove di Distrik Jayapura Utara
Papan Nama kelompok masyarakat Lokasi penanaman kelompok masyarakat
Penanaman bersama kelompok
B. Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Pohon Sagu
1. Kabupaten Waropen
Kabupaten Waropen meliputi Distrik Waropen Bawah 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana Lapangan : Melkisedek Wamea, SH dan Ferry Adrian Majid
Peta lokasi penanaman pohon sagu di Distrik Waropen Bawah Kabupaten Waropen pada gambar 23 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 24.
Dokumentasi lapangan di Distrik Waropen Bawah Kabupaten Waropen
Gambar 24. Dokumentasi Penanaman Sagu di Distrik Waropen Bawah
Papan Nama kelompok masyarakat Bibit tanaman yang akan ditanam
1. Kabupaten Jayapura
Kabupaten Jayapura meliputi Distrik Sentani Timur 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan
maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si, dan Lina Amamehi, SE
Peta lokasi penanaman pohon sagu di Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura pada gambar 23 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 24.
Gambar 23. Peta Lokasi Penanaman Sagu di Distrik Sentani Timur
Kampung : Asei Besar Luas : ± 20 Ha Koordinat : S = 2 35 0660' E = 140 34 782' Nama Kelompok : Grapeling Ketua Kelompok : Clief Ohee
Dokumentasi lapangan di Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura
Gambar 24. Dokumentasi Penanaman Sagu di Distrik Sentani Timur
Diskusi dengan Kelompok masyarakat Bibit tanaman yang akan ditanam
C.Pembinaan Kelompok Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan KEHATI (Gaharu dan Buah Merah)
a. Gaharu
1. Kabupaten Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor meliputi Distrik Warsa 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapngan : Margaretha Sermumes, S.Hut, M.Eng dan Robert A.Djunaidi, Amd
Peta lokasi penanaman pohon gaharu di Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor pada gambar 25 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 26.
Gambar 25. Peta Lokasi Penanaman Gaharu di Distrik Warsa
Kampung; Amoi Luas : ± 9 Ha Koordinat : S = 00 47. 296' E = 135 55. 273' Nama Kelompok : Kel. tani Hutan Sadar Sendiri Ketua Kelompok : John Wompere
Dokumentasi lapangan di Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor
Gambar 26. Peta Lokasi Penanaman Gaharu di Distrik Warsa
Koordinasi dengan BLH Kabupaten Biak Numfor Pemasangan Papan Nama Kelompok
Area Pembibitan Gaharu Penanaman Bibit gaharu
Penyerahan Dana Pembinaan oleh Plt. Bupati Biak
Penandatangan Berita Acara Oleh Ketua Kelompok
b. Buah Merah
1. Kabupaten Jayawijaya
Kabupaten Jayawijaya meliputi Distrik Usilimo 3 kelompok; adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk
menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan;
3. Pengamatan pembibitan dan penanaman;
4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana lapngan : Jainal Maruapey, ST, M.Si; Ir. Frans Linthin; Robert A. Djunaidi, Amd; Rafles Haruway, S.Sos, M.Si
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Usilimo Kabupaten Jayawijaya pada gambar 27 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 28.
Dokumentasi lapangan di Distrik Usilimo Kabupaten Jayawijaya
Papan nama Kelompok Elagaima Penanaman Bibit buah merah
Penyerahan Bantuan kepada Kelompok Elagaima
Penandatanganan Berita Acara
Gambar 28. Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Usilimo
Penanaman Bibit Buah Merah Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan Pemasangan Papan Nama Kelompok
3. Kabupaten Mamberamo Tengah
Kabupaten Mamberamo Tengah meliputi Distrik Kelila 1 kelompok, adapun kegiatan yang dilakukan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat adalah:
1. Melakukan sosialisasi kelompok untuk menjelaskan maksud, tujuan dan mendengarkan tanggapan kelompok serta penyerahan bantuan uang pembinaan sebesar Rp. 25.000.000,00;
2. Melakukan ground chek lapangan; 3. Pengamatan pembibitan dan penanaman; 4. Pemasangan papan nama kelompok.
5. Pelaksana Lapangan : Jainal Maruapey, ST, M.Si dan Emmy Apreditha Wenda, ST
Peta lokasi penanaman buah merah di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah pada gambar 29 dan dokumentasi kegiatan penanaman buah merah pada gambar 30.
Gambar 29. Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kelila
Kampung : Kinrok Luas : ± 5 Ha Koordinat : S = 03 43. 080' E = 138 42. 554' Nama Kelompok : Kel. Tani Tawi Yumbunik Ketua Kelompok : Pdt. Fredik Jikwa
Dokumentasi lapangan di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah
Gambar 30. Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kelila Pemasangan Papan Nama Kelompok Tani
Tawi Yumbunik Area penanaman Kelompok
3.3. Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Ekowisata
Maksud kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang Pengelolaan Ekowisata yang dilaksanakan oleh Masyarakat Adat di Kabupaten Intan Jaya, dan bertujuan :
1. Mendapatkan data dasar dan informasi bagi pemerintah daerah dalam upaya pengelolaan potensi ekowisata di Kabupaten/ kota Provinsi Papua;
2. Menigkatkan pemahaman masyarakat asli Papua terhadap potensi Ekowisata;
3. Mendorong dan meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan Ekowisata yang berkelanjutuan. Sasaran Kegiatan ini meliputi :
Tersedianya data dan informasi potensi Ekowisata di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua:
1. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas khususnya masyarakat asli Papua dalam pengelolaan Ekowisata di Papua (Wisata Petualang, Wisata Religi, Wisata Budaya, Pekan Wisata, serta sarana dan prasarana pendukungnya);
2. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat asli Papua dalam pengelolaan Ekowisata di Provinsi Papua sebanyak 2 kelompok yaitu Kelompok Perempuan dan kelompok Pengembangan Pariwisata setempat.
Sehingga memberi manfaat sebagai :
1. Acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam;
2. Media penyebaran informasi potensi Ekowisata bagi masyarakat dan dunia usaha;
3. Motivasi masyarakat adat dalam pengelolaan Ekowisata yang tangguh untuk peningkatan perekonomian masyarakat.
Keluaran yang akan dihasilkan dari Kegiatan adalah: 1. Laporan akhir sebanyak 5 Buku;
2. Pemberdayaan Kelompok Ekowisata di Kabupaten Intan Jaya Provinsi Papua sebanyak 2 kelompok. Dokumentasi kegiatan lapangan di kabupaten Intan Jaya dapat dilihat pada gambar 31.
Dokumentasi lapangan di Kabupaten Intan Jaya
Diskusi dengan masyarakat di Kampung SUGAPA Kabupaten Intan Jaya
Tim melakukan audensi dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Intan Jaya didamping oleh Kepala Bagian Pemerintahan dan Kepala Bagian Umum Kabupaten Intan Jaya
Gambar 31. Dokumentasi Kegiatan Lapangan di kabupaten Intan Jaya
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah perubahan kondisi alam. hal ini menyebabkan tim tidak dapat mengambil gambar secar baik untuk kondisi pucak cartenz yang telah disepakati. hal lain yaitu perjalanan menuju kampung wisata ugimba memerlukan waktu kira-kira 12 jam dengan berjalan karena tidak ada kendaraan, selain itu, belum diselesaikannya rute jalan dari ibukota Sugapa menuju Kampung Ugimba serta tingginya harga transportasi dalam kota
Tim berpose bersama dengan Bapak Petrus Tipagau dan Bapak Wilim Kobagau perwakilan masyarakat dari kampung Ugimba.
3.4. Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Danau
Hasil yang diperoleh dari kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau pada tahun 2014 adalah:
a) Pelaksanaan perjalanan dinas di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deyai dan Kabupaten Jajawijaya telah dilaksanakan;
b) Pemberian dana pembinaan Rp. 25.000.000,00 hanya dapat terlaksana kepada kelompok masyarakat penyelamat Danau Sentani di Kabupaten Jayapura.
Kegiatan yang dilakukan kelompok tersebut adalah pembersihan enceng gondok yang dilakukan oleh tim di beberapa titik lokasi khususnya sentani bagian barat tempat yang di maksudkan adalah kampung Kwadeware, Dondai dan Sosiri, Sentani tengah terdiri dari Kampung Yahim (pantai) kampung Sere dan pinggiran menuju kampung Yoboi, serta di Sentani timur yaitu Yoka Pinggiran khalkote dan Nendali atau Netar.
Total personil tim kerja berjumlah 18 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 3 orang perempuan termasuk tenaga komsumsi lihat lampiran jumlah tenaga kerja. Oleh karena pekerjaan ini di danau, maka tim telah memperlengkapi sejumlah Peralatan kerja yaitu : parang, arit, perahu motor dua buah, mantel hujan, bantal renang dan sejumlah peralatan lainya.
Hasil yang dicapai dalam kegiatan yang dilakukan kelompok adalah pembersihan eceng gondok dan sampah di Sentani timur dengan lokasi yang padat dengan enceng gondok adalah Pantai Yoka sampai dengan khalkote kearah barat terus memanjang 400 meter di pingiran danau,
beberapa tempat seperti di pingiran Kampung Nendali dan terus maju kearah yabaso sentani. Di sentani tengah kegiatan di pusatkan di Pantai Yahim yang merupakan pusat kiriman terbesar enceng gondok baik yang terbawa oleh angin timur juga oleh angin barat. Kawasan ini memang padat karena enceng gondok mulai memanjang dari kampung Yahim sampai ke Kampung Yoboi. Tingkat kesulitan yang paling hebat dirasakan oleh Tim yang Kerja karena di wilayah ini adalah bahwa wilayah ini sangat dalam dan tidak mempunyai tempat tumpuan untuk para pekerja. Namunpekerja menggunakan perahu - perahu kecil sebagai sarana untuk menahan kaki dan tangan ketika terasa cape dan lelah. Wilayah ini sangat padat karena bobot enceng gondok memanjang dengan panjang 7 kilo meter yang memanjang 2 kampung dengan lebar sekitar 45 - 70 meter. Kegiatan di Sentani barat juga kami konsentrasikan di tepian pante/ pelabuhan pathauw dengan volume kerja yang relatif ringan karena bobot enceng gondok di wilayah ini tidak terlalu seberat di wilayah Sentani timur dan sentani tengah, di wilayah ini secara khusus enceng gondok tersebar dengan ketebalan 4 - 6 meter namun hanya di 4 ( empat ) titik yang relatif terpisah. Hasil capaian kegiatan dapat dilihat dari matrik dibawah ini :
Tabel 4. Hasil Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat dalam Penyelamatan Danau
Sumber. Hasil kegiatan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua, 2014 No Nama Kegiatan Kab/Kota,Distrik Kampung Area Kegiatan Luasan
Lahan Nama Kelompok/Ketua Jumlah Bantuan 1 Pemberdayaan masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau Jayapura
Distrik Sentani Yahim - Sentani Barat:Kampung Kwadeware, Dondai dan Sosiri, - Sentani Tengah:
Kampung Yahim ( pantai ) kampung Sere dan pinggiran menuju kampung Yoboi - Sentani Timur: Yoka Pinggiran khalkote dan Nendali atau Netar 44-70 km Tim Peduli Lingkungan Danau Sentani
Piet Delson Felle
Sebagaimana apa yang diuraikan pada matrik kegiatan pemberdayaan masyarakat adat dalam penyelamatan Danau diatas, jumlah pagu dana untuk menunjang kegiatan ini besar Rp. 185.800.000,00 (seratus delapan puluh lima juta rupiah). Dari jumlah pagu dana tersebut, realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp. 101.346.000,00 (seratus satu juta tiga ratus empat puluh enam ribu rupiah) atau 54,55%, sementara realisasi fisik sebesar 54,75 %. Realisasi keuangan sebesar 54,55% dikarenakan ada 3 (tiga) danau yakni Danau Habema, Paniai dan Tigi yang tidak diserahkan dananya, karena faktor keamanan.
Dokumentasi kegiatan lapangan di kabupaten Jayapura dapat dilihat pada gambar 32.
Diskusi dengan masyarakat serta penyampaian maksud dan tujuan
Penyerahan bantuan Penandatanganan Berita Acara
Pembersihan Lokasi Yoka Pembersihan lokasi Yahim
Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Penyelamatan Danau pada tahun 2014 adalah:
1. Kondisi jalan yang rusak parah serta kondisi alam yang tidak bersahabat dari Nabire - Enarotali membuat perjalanan menjadi sering terhambat dan lama;
2. Faktor keamanan selama perjalanan ke Kabupaten
Paniai dan Kabupaten Deyai yang tidak terjamin, membuat Tim merasa tidak nyaman dan takut dalam bekerja;
3. Dana Pembinaan untuk Kabupaten Paniai,
Kabupaten Deyai dan Kabupaten Jayawijaya tidak dapat diserahkan, karena dana tersebut tidak diberikan kepada pelaksana kegiatan;
4. Kurang adanya koordinasi yang baik antara
bendahara dengan pelaksana kegiatan sehingga dana pembinaan untuk 3 kabupaten tidak terlaksana.
3.5. Pemberdayaan Pengusaha Asli Papua Pengadaan Barang dan Jasa
Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut didapatkan 3 perusahaan milik pengusaha asli Papua yaitu :
Tabel 5. Daftar nama Pemberdayaan Pengusaha Asli Papua
NO No/TGL/KONTRAK URAIAN PEKERJAAN NILAI NAMA REKANAN/PIMPINAN
1. 027/05/SPMK/2014 25 April 2014
Pengadaan Perlengkapan Kantor
Rp. 276.750.000,00 CV. Honai Multi Dimensi Janny Q.A Krey 2. 027/10/SPMK/2014
16 Mei 2014
Pengadaan Peralatan Gedung Kantor
Rp. 135.000.000,00 CV.Karawing Papua Membangun Winda Maay
3. 027/06/SPMK/2014 25 April 2014
Pemeliharaan Jaringan Rp. 77.000.000,00 CV. Beauty Papua Ruth Imbiri
BAB IV P E N U T U P 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk
pengembangan buah merah, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 1 (satu) wilayah adat yakni Lapago dengan jumlah luasan 15 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Tolikara Distrik Kembu seluas 2 Ha; Kabupaten Mamberamo Tengah Distrik Kelila seluas 5 Ha; Kabupaten Jayawijaya Distrik Usilimo seluas 7 Ha; dan Kabupaten Yahukimo Distrik Dekay seluas 1 Ha. Masing-masing Kelompok masyarakat adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
2. Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk
pengembangan mangrove, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 3 (tiga) wilayah adat yakni Mamta, Saereri dan Meepago dengan jumlah luasan 66 Ha, dengan rincian adalah Kota Jayapura seluas 1 Ha; Kabupaten Mimika seluas 2 Ha; Kabupaten Biak Numfor seluas 45 Ha; kabupaten Supiori seluas 6 Ha; Kabupaten Waropen seluas 1 Ha, dan Kabupaten Nabire seluas 1 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
3. Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk
pengembangan Sagu, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 2 (dua) wilayah adat yakni Mamta dan Saereri dengan jumlah
luasan 22 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Jayapura seluas 20 Ha; dan Kabupaten Waropen seluas 2 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
4. Pemberdayaan kelompok Masyarakat Adat untuk
Pengembangan Kopi, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 1 (satu) Wilayah Adat yakni Laapago dengan jumlah luasan 3 Ha, dengan rincian adalah Kabupaten Pegunungan Bintang seluas 3 Ha. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
5. Pemberdayaan Kelompok masyarakat adat untuk
pengelolaan Ekowisata Pegunungan Cartenz Kabupaten Intan Jaya, yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi. Kelompok masyarakat adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 ( dua puluh lima juta rupiah );
6. Pemberdayaan kelompok masyarakat adat untuk
pengelolaan kawasan Danau ( Danau Sentani, Habema, Tigi dan Paniai ), yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi. Masing-masing Kelompok Masyarakat Adat diberikan bantuan uang pembinaan senilai Rp. 25.000.000,00 ( dua puluh lima juta rupiah ). Setiap Danau memiliki permasalahan, karakteristik, potensi, dan sosial budaya yang berbeda–beda. Banyak program/kegiatan Kementerian/Lembaga, Daerah dan masyarakat masih dilaksanakan sendiri – sendiri dan belum terintegrasi serta bersinergi satu sama lain sehingga perlindungan dan pengelolaan ekosistem Danau belum optimal.
4.2. Rekomendasi
1. Untuk mancapai hasil pengembangan buah merah secara
optimal perlu didukung oleh Pemerintah Provinsi Papua, dalam bentuk pendataan luasan tanaman buah merah di 5 (lima) Wilayah Adat Provinsi Papua, pembangunan gudang sebagai tempat penampungan buah merah dan pembangunan industri pengolah buah merah untuk menjadi bahan baku setengah jadi, pada wilayah sentra penghasil buah merah seperti di Distrik Kelila Kabupaten Mamberamo Tengah dan Distrik Kembu Kabupaten Tolikara;
2. Pengelolaan kawasan konservasi mangrove pada Wilayah
Adat seperti Kabupaten Mimika, Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Waropen perlu dikembangkan sebagai daerah destinasi ekowisata. Karena 3 (tiga) Kabupaten ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan masyarakat lokal. Disisi lain pengelolaan kawasan mangrove pun untuk menjaga kelestarian lingkungan;
3. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor kepariwisataan khususnya ekowisata, kiranya Pemerintah Provinsi Papua perlu menyediakan pembiayaan untuk kegiatan Studi Potensi Ekowisata yang akan dilaksanakan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Papua pada 5 (lima) wilayah adat di Provinsi Papua;
4. Peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan Danau
dapat dilaksanakan secara optimal, perlu ditunjang dengan pendanaan yang berkelanjutan baik pendanaan yang bersumber dari APBN, APBD maupun investasi swasta. Pendanaan dimaksud untuk pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar danau untuk menjaga kelestariannya dan pemanfaatan Danau secara berkelanjutan.