SALINAN
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
53
TAHUN
2O2I TENTANGTRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN TUBUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa
untuk
melaksanakan ketentuan Pasal65
ayat (3)Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2OO9
tentangKesehatan,
perlu
menetapkan
Peraturan
Pemerintah tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh;Menimbang
Mengingat
Menetapkan 1
2
Pasal
5
ayat
(21 Undang-Undang
Dasar
NegaraRepublik Indonesia
Tahun
1945;Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2OO9 tentangKesehatan (Lembaran Negara
Republik
IndonesiaTahun
2OO9
Nomor
144,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);MEMUTUSI(AN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN TUBUH.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.
Transplantasi
adalah
pemindahan
organ
danjaringan dari pendonor ke resipien
gunapenyembuhan
penyakit Can pemulihan
kesehatanresipien.
SK
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESTA
-2-2.
Organ adalah
kelompok
beberapajaringan
yangbekerja sama
untuk
melakukan
fungsi
tertentudalam tubuh.
3.
Jaringan adalah kumpulan
sel yang
mempunyaibentuk
dan
faal/fungsi yang
sama
dan
tertentu, yang berdasarkan kemampuan regeneratifnyaterdiri
atas
jaringan
yang dapatpulih
kembali dan jaringanyang
tidak
dapatpulih
kembali.4.
Pendonor adalah orang yang menlrumbangkan Organdan/atau
Jaringantubuhnya
kepada resipienuntuk
tujuan
penyembuhan
penyakit
dan
pemulihankesehatan resipien.
5.
Resipien
adalah orang
yang
menerima
Organdan/atau
Jaringan
tubuh
Pendonoruntuk
tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
6.
Pemerintah
Pusat adalah
Presiden
RepublikIndonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu
oleh Wakil Presidendan
menteri sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang
Dasar
NegaraRepublik
IndonesiaTahun
1945.7.
Menteri adalah menteri
yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kesehatan.
8.
Pemerintah Daerah
adalah kepala daerah
sebagaiunsur
penyelenggarapemerintahan
daerah
yangmemimpin
pelaksanaanurusan
pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah otonom.
Pasal 2
Pengaturan Transplantasi Organ
dan
Jaringan
tubuh
bertujuanuntuk:
a.
menjamin keamanan, keselamatan,
kesukarelaan,kemanfaatan,
dan keadilan dalam
pelayananTransplantasi
Organ
dan
Jaringan
tubuh
bagi Pendonor maupun Resipien;b.meningkatkan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-b.
meningkatkan donasi
dan
ketersediaanOrgan
danJaringan tubuh
sebagai
upaya
penyembuhanpenyakit, pemulihan kesehatan,
dan
peningkatankualitas hidup;
c.
memberikan perlindungan
atas
martabat,
privasi, dan kesehatan manusia; dand.
melindungi martabat dan kehormatan Pendonor dan Resipien.Pasal 3
(1)
Transplantasi
Organ dan/atau Jaringan
tubuh
dilakukan
hanya
untuk
tujuan
kemanusiaan
dandilarang
untuk
dikomersialkan.(2)
Organ
dan/atau Jaringan
tubuh
sebagaimanadimaksud
pada
ayat (1)
diperoleh
dari
Pendonor dengan sukarela.(3)
Organ
dan/atau Jaringan
tubuh
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
dilarang
diperjualbelikandengan dalih apapun.
Pasal 4
(1) Pemerintah Pusat a.ri
Pemerintah
Daerahbertanggung jawab
atas
penyelenggaraanTransplantasi Organ dan Jaringan tubuh.
(2)
Tanggungjawab
Pemerintah Pusatdan
PemerintahDaerah
sebagaimana
dimaksud
pada ayat
(1)diwujudkan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkandonasi dan ketersediaan Organ dan Jaringan.
(3)
Fasilitas pelayanan kesehatan
harus
mendukung upaya meningkatkan donasi dan ketersediaan Organdan Jaringan melalui kegiatan
pengerahan Pendonor.SK
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA
-4-(4)
Pengerahan Pendonor sebagaimanadimaksud
padaayat (3) berupa fasilitasi
pembuatanwasiat
medik dan kegiatan pengerahan Pendonor lain.BAB II
TRANSPLANTASI ORGAN
Bagian Kesatu
Rumah Sakit Penyelenggara Transplantasi Organ Pasal 5
(1)
Transplantasi Organ hanya dapat diselenggarakan di rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri.(21
Untuk dapat
ditetapkan
sebagai
rumah
sakit penyelenggaraTransplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1), rumah sakit
harusmemenuhi persyaratan paling sedikit
terdiri
atas:a.
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan;
b.
memiliki tim
Transplantasi, yang beranggotakandokter,
dokter
spesialis,dan
tenaga kesehatanlain
yangmemiliki
kompetensi dan kewenangandi bidang Transplantasi Organ; dan
c. memiliki sarana dan prasarana
yangmendukung pelaksanaan
penyelenggaraanTransplantasi Organ.
(3)
Persyaratan sebagaimanadimaksud pada
ayat
(2)huruf b
danhuruf
c dilaksanakan berdasarkan jenismasing-masing Transplantasi Organ.
(4)
Ketentuan
lebih lanjut
mengenai
rumah
sakit penyelenggaraTransplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
diatur
dengan
PeraturanMenteri.
SK
PRESIDEN
EEPUBLIK INDONESIA
-5-Bagian Kedua Pendonor dan Resipien
Pasal 6
(1)
Pendonor pada Transplantasi Organterdiri
atas:a.
Pendonor hidup; danb.
Pendonor mati batangotak/mati
otak.(2)
Pendonorhidup
sebagaimanadimaksud pada
ayat(1)
huruf
a
merupakan
Pendonor
yang
Organtubuhnya
diambil pada saat yang
bersangkutanmasih hidup.
(3)
Pendonormati batang otaklmati otak
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1) huruf b
merupakan Pendonoryang Organ tubuhnya diambil pada
saatyang
bersangkutan
telah
dinyatakan
mati
batangotak/mati
otak di
rumah sakit, yang
prosespenentuannya
harus
memenuhi
standar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 7
(1)
Pendonor sebagaimana dimaksud dalam Pasal6
ayat(1) berasal dari:
a.
Pendonoryang memiliki hubungan darah
atausuami/istri;
ataub.
Pendonor yang tidak memiliki hubungan darah,dengan Resipien.
(2)
Pendonor
yang memiliki
hubungan
darah
atausuami/istri
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)huruf a
dapat mendonorkan Organtubuhnya
untuk
Resipien
yang memiliki
hubungan
darah
atausuami/istri
dengan Pendonor.SK
PRESIDEN
REPUtsLIK INDONESIA
-6-(3)
Hubungandarah
sebagaimanadimaksud
pada ayat(2)
berupa
ayah
kandung,
ibu
kandung,
anakkandung, dan saudara kandung Pendonor.
(4)
Pendonor
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)mendonorkan Organ tubuhnya kepada Resipien hasil
seleksi sesuai
urutan
daftar
tunggu, kecuali
bagiPendonor
yang memiliki
hubungan
darah
atau suami/istri
dengan Resipien.(5)
Urutan daftar tunggu
sebagaimanadimaksud
padaayat (41
disusun
dengan memperhatikan kebutuhanmedis Resipien.
Pasal 8
(1)
Setiap pasien
yang
membutuhkan
Transplantasi Organ dapat menjadi calon Resipien.(2)
Calon Resipien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan pasien dengan:
a.
indikasi medis; danb.
tidak
memiiiki kontraindikasi medis,untuk
dilakukan Transplantasi Organ.Bagian Ketiga
Tata Cara Pelaksanaan
Transplantasi
kegiatan:
Pasal 9
Organ
dilaksanakan
melalui
tahapana.
pendaftaran;b.
pemeriksaan kecocokan
antara
Resipien
dan Pendonor; danc.
operasiTransplantasi Organ
dan
penatalaksanaanpascaoperasi Transplantasi Organ.
SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7
-Pasal 10
Pendaftaran sebagaimana
dimaksudhuruf a
dilakukan
terhadap
setiap setelah memenuhi persyaratan:a.
administratif; danb.
medis. dalam calonPasal
9 Pendonor Pasal 1 1Persyaratan
administratif calon
Pendonor sebagaimanadimaksud dalam Pasal
10 huruf
a meliputi:a.
berbadan sehatdibuktikan
dengansurat
keterangansehat;
b.
berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun;c.
membuat
pernyataan
tertulis
tentang
kesediaanmenyumbangkan
Organ tubuhnya
secara sukarela tanpa meminta imbalan;d.
mendapat persetujuan keluarga terdekat;e.
memahamiindikasi, kontraindikasi, risiko,
prosedurTransplantasi Organ, panduan
hidup
pascaoperasiTransplantasi Organ, dan
pernyataan persetujuannya; danf.
membuat pernyataan
tidak
melakukan
penjualanOrgan maupun
melakukan
perjanjian
denganResipien
yang
bermaknajual
beli atau
pemberian imbalan.Pasal 12
(1)
Keluarga
terdekat
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
11
huruf
d
meliputi suami/istri,
anak
yangsudah
dewasa,
orang tua
kandung,
dan/atau
saudara kandung Pendonor.
SK
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-(2)
Dalam
hal
suami/istri,
anak yang sudah
dewasa,orang tua kandung, atau saudara kandung Pendonor
tidak
dapat
memberikanpersetujuan karena
tidakdiketahui
keberadaannya,
tidak
cakap
secarahukum,
meninggal
dunia, atau tidak
ada,persetujuan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal '11huruf
dtidak
diperlukan.Pasal 13
Dalam
hal
Pendonorhanya
akan
mendonorkan Organtubuhnya
kepada
Resipien
hubungan
darah
atausuami/istri
dengan Pendonor, persyaratanadministratif
calon
Pendonor sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 11harus disertai
dengan keteranganhubungan darah
atausuami/istri
dengan Resipiendari
perangkat daerah yangmenyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang kependudukan dan catatan sipil.Pasal 14
Persyaratan
medis
calon
Pendonor
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 10huruf
b
berupa
pemeriksaan medis awaldan skrining
di
rumah
sakit yang ditetapkansebagai penyelenggara Transplantasi Organ dalam rangka
memastikan kelayakan sebagai Pendonor
dilihat dari
segikesehatan Pendonor.
Pasal 15
(1)
Persyaratanuntuk
terdaftar
sebagaicalon
Resipienpaling sedikit
terdiri
atas:a.
memiliki
keterangan
dari
dokter
penanggungjawab pelayanan
di rumah
sakit tentang adanyaindikasi
medis
untuk
dilakukan
TransplantasiOrgan;
SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-b.
bersedia membayarpaket biaya
TransplantasiOrgan
baik
secara
mandiri
atau
melaluiasuransi penjaminnya;
c.
memahamiindikasi, kontraindikasi,
risiko,
danprosedur
Transplantasi
Organ,
sertamemberikan persetujuan
dilakukannyaTransplantasi Organ; dan
d.
bersedia
tidak
melakukan
pembelian
Organmaupun
melakukan perjanjian dengan
calonPendonor
yang
bermakna
jual beli
atau pemberian imbalan.(2)
Paket
biaya
Transplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
bterdiri
atas:a.
biaya
pemeriksaan kelayakan
dan
kecocokanantara Resipien dan Pendonor;
b. biaya operasi
Transplantasi
Organ
bagi Pendonor dan Resipien;c. biaya
perawatan pascaoperasi
TransplantasiOrgan bagi Pendonor dan Resipien; dan
d. iuran atau dana jaminan
kesehatan
danjaminan
kematian bagi Pendonor.(3)
Dalamhal
Resipientidak
mampu maka paket biayaTransplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud
padaayat (1)
huruf
b
diberikan
bantuan
sesuai denganmekanisme
jaminan
kesehatan nasional
penerimabantuan iuran.
Pasal 16
(1)
Orang
yang belum pernah
mendaftar
sebagaiPendonor,
dapat
menjadi
Pendonor
mati
batangotak/mati otak
saat yang bersangkutan dinyatakanmeninggal
dunia dan jika keluarga
terdekat memberikan persetuj uan.SK
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-(2)
Ketentuan mengenai
keluarga terdekat
danmekanisme
persetujuan
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal
12
berlaku
secaramutatis
mutandis terhadap keluarga terdekat memberikan persetujuansebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 17
(1)
Pendaftaran terhadap setiap
calon
Pendonor
dancalon Resipien yang memenuhi
persyaratansebagaimana
dimaksud
dalam Pasal
10
sampaidengan
Pasal
16
dilakukan melalui
sistem
yangdibentuk oleh
kementerianyang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(2)
Kementerian
yang
menyelenggarakan
urusan pemerintahandi
bidang kesehatan harus melakukanverifikasi
dokumen persyaratan calon Pendonor dancalon Resipien yang telah terdaftar.
(3)
Calon Pendonor yang telah terverifikasi sebagaimanadimaksud pada
ayat (2)dan dinyatakan
memenuhipersyaratan
berhak
mendapatkanidentitas
sebagaicalon Pendonor.
Pasal 18
(1)
Berdasarkanhasil verifikasi
sebagaimana dimaksuddalam Pasal
17
dilakukan
pengelolaandata
calon Resipien dan calon Pendonor.(21
Pengelolaan data calon Resipien dan calon Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupaurutan
daftar tunggu calon
Resipienuntuk
dipasangkandengan calon Pendonor.
SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
11-Pasal 19
(1)
Pemeriksaan
kecocokan
antara
Resipien
danPendonor
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
ghuruf
bdilakukan
terhadap pasangan calon Resipiendan calon Pendonor yang telah disusun berdasarkan
urutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat(2).
(2)
Pemeriksaan
kecocokan
antara
Resipien
danPendonor
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)dilaksanakan
oleh
tim
Transplantasi
pada
rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ.(3)
Dalamrangka
pelaksanaan pemeriksaan kecocokanantara
Resipien
dan
Pendonor
sebagaimanadimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan
verifikasilapangan.
(4)
Verifikasi
lapangan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)
dilakukan
untuk
memastikan
hubungancalon
Resipiendan calon
Pendonor,latar
belakang penyumbangan Organ,dan tidak
adanyaunsur jual
beli Organ.
(5)
Verifikasi
lapangan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)dapat dilakukan melalui
koordinasi denganPemerintah
Daerah
dan/atau instansi
lain
yangdibutuhkan
untuk
memastikantidak
adanyaunsur
jual
beli Organ.Pasal 20
Berdasarkan
tahapan kegiatan pendaftaran
danpemeriksaan kecocokan
antara
Resipiendan
Pendonorsebagaimana
dimaksud dalam
Pasal10
sampai denganPasal 19,
kementerianyang
menyelenggarakan urusanpemerintahan
di
bidang kesehatan menerbitkan
suratketerangan mengenai:
SK
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-12-a.
kelayakan pasanganantara
Resipiendan
Pendonor; danb. tidak
ditemukan
indikasi jual beli
atau komersialisasi.Pasal 21
(1)
OperasiTransplantasi Organ
dan
penatalaksanaanpascaoperasi
Transplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
t
huruf
cdilakukan
olehtim
Transplantasi
rumah sakit
penyelenggaraTransplantasi Organ.
(2)
Dalamhal
Organ berasaldari
calon
Pendonor mati batangotak/mati otak,
operasi Transplantasi Organsebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
harusdidahului dengan
penandatanganan
surat persetujuan oleh keluarga terdekat.(3)
Ketentuan mengenai keluarga
terdekat
danmekanisme
persetujuan
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal
12 berlaku
secaramutatis
mutandisterhadap
persetujuan
oleh
keluarga
terdekatsebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)
Penatalaksanaan pascaoperasiTransplantasi
Organsebagaimana
dimaksud
pada
ayat (1)
harusdilakukan terhadap
Pendonordan
Resipien dalambentuk monitoring dan evaluasi.
Pasal22
(1)
Transplantasi
Organ
dapat dilakukan pada
calon Resipien warga negara asing.(2)
Calon
Resipien warga negara
asing
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) harus memiliki
calonPendonor
yang
berasaldari
negara yang sama danmemiliki hubungan darah.
SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-13-Pasal 23
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaitata cara
pelaksanaanTransplantasi Organ sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9
sampai dengan Pasal
22
diatur
dengan
Peraturan Menteri.Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Pendonor dan Resipien
Pasal24
(1)
Setiap Pendonor pada Transplantasi Organ berhak:a.
mengetahuiidentitas
Resipien atas persetujuanResipien;
b.
dibebaskan
dari
seluruh
biaya
pelayanankesehatan
selama
perawatan
TransplantasiOrgan;
c.
memperolehprioritas
sebagai Resipien apabila memerlukan Transplantasi Organ; dand.
mencabut pendaftarandirinya
dalam data calonPendonor
sampai
sebelumtindakan
persiapanoperasi Transplantasi Organ dimulai.
(2) Setiap
Pendonor
pada
Transplantasi
Organberkewajiban:
a.
menjaga kerahasiaan Resipien sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan;
b.
tidak
melakukan perjanjian
khusus
denganResipien
terkait
dengan Transplantasi
Organ;dan
c.
mematuhi
petunjuk
pemeliharaan
kesehatan bagi Pendonor.SK
PRES !DEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-Pasal 25
(1)
Setiap Resipien pada Transplantasi Organ berhak:a.
mengetahui identitas
Pendonordan
informasimedis yang
terkait
dengan Transplantasi Organatas persetujuan Pendonor; dan
b.
mengetahuiurutan
daftar tunggu calon Resipienuntuk
memperoleh Pendonor.(2)
Setiap
Resipien
pada
Transplantasi
Organberkewajiban:
a.
menjaga kerahasiaan informasi medis Pendonorsesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan;b.
membayar
paket
biaya
Transplantasi
Organ,baik
secara
mandiri
atau
melalui
asurahsi penjaminnya;c.
mematuhi
petunjuk
pemeliharaan
kesehatan bagi Resipien;d.
melakukan
uji
kesehatan
sesuai
petunjuk
dokter; dane.
tidak
melakukan perjanjian
khusus
dengan Pendonor terkait dengan Transplantasi Organ.(3)
Paket biaya
Transplantasi
Organ
sebagaimanadimaksud pada ayat
(2)huruf
b
merupakan
paketbiaya Transplantasi Organ
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 ayat (2).
Pasal 26
(1)
Setiap
Pendonorpada Transplantasi Organ
dapatmemperoleh
penghargaan
karena tidak
dapatmelakukan
kegiatanatau
pekerjaan secara optimalselama proses
Transplantasi
dan
pemulihankesehatan.
SK
PRES tDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
15-(2)
Penghargaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)bukan imbalan, bukan
jual
beli, dan hanya untuk
tujuan
kemanusiaan, sertatidak
dikomersialkan.(3)
Penghargaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(21diberikan oleh Resipien.
(4)
Dalam
hal
Resipien
tidak
mampu,
penghargaan sebagaimana dimaksudpada
ayat (2)diberikan
olehPemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
(5)
Resipientidak mampu
sebagaimanadimaksud
padaayat (4) merupakan Resipien yang memenuhi
kriteria
sebagai peserta jaminan
kesehatan
nasional penerima bantuan iuran.(6)
Penghargaan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)sampai
dengan
alrat (41,bentuk
dan/atau
nilainyaditetapkan
oleh Menteri setelah
berkoordinasidengan menteri
yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan.
Bagian Kelima
Pendanaan Pasal 27
(1)
Pendanaan
penyelenggaraanTransplantasi
Organ berasal dari sumber:a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;b.
anggaran
pendapatan
dan
belanja
daerah;dan/atau
c.
sumberlain
yangtidak
mengikat sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
SK
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t6-(2)
Pendanaan
yang bersumber dari
AnggaranPendapatan
dan Belanja
Negara
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
a dipergunakanuntuk
kegiatan:
a.
sosialisasi
dan
peningkatan
peran
sertamasyarakat;
b. pembinaan rumah sakit
penyelenggaraTransplantasi Organ; dan
c.
pemeriksaan awal dan skrining calon Pendonor.(3)
Pendanaan
yang bersumber dari
anggaranpendapatan
dan belanja daerah
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
b dipergunakanuntuk
kegiatan:
a.
sosialisasi
dan
peningkatan
peran
sertamasyarakat;
b.
pembinaan
rumah sakit milik
PemerintahDaerah
dalam
menunjang
penyelenggaraanTransplantasi Organ; dan
c.
pemeriksaan awaldan skrining
calon Pendonoryang
tidak
didanai oleh
Anggaran Pendapatandan Belanja Negara.
(4)
Selain dipergunakan
untuk
kegiatan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(2)
dan
ayat (3),
AnggaranPendapatan
dan
Belanja
Negara
dan
anggaranpendapatan
dan
belanja daerah
dapat
digunakanuntuk
penghargaan
bagi
Pendonor
dalam
halResipien
tidak mampu
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 26.
(5)
Penggunaan
anggaran
pendapatan
dan
belanjadaerah
sebagaimana
dimaksud
pada ayat
(4)dilakukan
jika
penghargaan bagi Pendonor dalam hal Resipientidak mampu tidak didanai
oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.SK
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-t7-(6)
Pemberian penghargaanbagi
Pendonordalam
hal Resipientidak
mampu sebagaimanadimaksud
padaayat (4) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Negara
dan
anggaran pendapatan
danbelanja daerah sesuai dengan kemampuan keuangan
negara atau keuangan daerah.
BAB III TRANSPLANTASI JARINGAN Bagian Kesatu Sumber Jaringan Paragraf 1 Umum Pasal 28
(1)
Transplantasi
Jaringan
meliputi
TransplantasiJaringan
mata dan
Transplantasi Jaringan tubuh
lain.
(2)
Jaringan pada
Transplantasi
Jaringan
mata
danTransplantasi
Jaringan
tubuh
lain
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)
diperolehdari
berbagai jenisJaringan sesuai
dengan
wasiat
dan/atau
persetujuan
Pendonor,sisa Jaringan
hasil
operasi,dan Jaringan
lain
yang sudahtidak dibutuhkan
lagioleh Pendonor.
(3)
Transplantasi
Jaringan
mata
dan
TransplantasiJaringan
tubuh
lain
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) dilakukan
dengan menggunakan Jaringanyang bersumber dari bank mata dan bank Jaringan.
Pasal 29
(1)
Dalamhal
Pendonortidak
berwasiat,Jaringan
padaTransplantasi
Jaringan
mata dan
TransplantasiJaringan
tubuh
lain
diperoleh setelah
mendapatpersetujuan dari keluarga terdekat Pendonor.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-(2)
Ketentuan mengenai keluarga
terdekat
danmekanisme
persetujuan
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal
12 berlaku
secaramutatis
mutandisterhadap
persetujuan
dari
keluarga
terdekatsebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Paragraf 2
Bank Mata dan Bank Jaringan
Pasal 30
(1)
Bank
mata
dan bank
Jaringan merupakan
badanatau
lembaga
yang
bertujuan
untuk
merekrutPendonor, menyaring, mengambil,
memproses,menyimpan,
dan
mendistribusikan Jaringan
untuk
keperluan
pelayanan kesehatan
yang
bersifat nirlaba.(21
Bank mata dan bank Jaringan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) dapat diselenggarakan olehPemerintah
Pusat,
Pemerintah
Daerah, dan/atau
masyarakat sesuai kebutuhan
dan/atau
kemampuan daerah.
(3) Bank mata dan bank Jaringan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan rzin
dari
Menteri.
Pasal 31
(1)
Bank mata
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 3Obertugas
menyediakan
Jaringan mata
berupakornea, sklera,
dan
Jaringan
lain
dari
mata
yangbermutu
untuk
pelayanan Transplantasi Jaringan.PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-19-(2)
Dalam menjalankan tugas
sebagaimana dimaksudpada ayat (1), bank mata paling
sedikitmenyelenggarakan fungsi :
a.
pengerahan Pendonor;b.
pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien;c. seleksi Pendonor melalui
pemeriksaan kesehatan yangmeliputi
pemeriksaanfisik
danlaboratorium;
d.
pengambilanJaringan kornea
dan/atau
skleradan
penyimpanan sementata serta
pemulihanestetik Pendonor;
e. pengolahan, penyimpanan,
pengemasan,pelabelan,
dan sterilisasi Jaringan,
sertapemeliharaan;
f.
pengendalianmutu
Jaringan dari Organ mata;g.
pendistribusian Jaringan;h.
pencatatan dan pendokumentasian;i.
pendidikan dan pelatihan; danj.
penelitian dan pengembangan.(3)
Dalam rangka melaksanakan
fungsi
sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
huruf a, huruf b,
danhuruf
c,
bank mata dapat
membentukjejaring
pelayananbank mata.
Pasal 32
(1)
Untuk
memenuhi penyediaanJaringan
mata berupakornea,
sklera,
dan
Jaringan
mata
lain
secaranasional, Menteri
membentuk
bank mata
pusatsebagai bank mata
rujukan
nasional.SK
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA
-20-(2)
Selainmemiliki
tugas sebagaimana dimaksud dalamPasal 31 ayat (1), bank mata pusat bertugas:
a.
mendatangkan dan mengirimkanJaringan
matadari
dan keluar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;b.
melakukan koordinasi pengumpulan
Jaringanmata tingkat nasional; dan
c.
menyediakanJaringan
mata
Pendonor secaranasional.
(3)
Tugas mendatangkan Jaringan matadari luar
negerisebagaimana
dimaksud
pada ayat (2) huruf
adilakukan melalui jejaring bank mata internasional.
(4)
Tugas mengirimkan Jaringan mata
ke luar
negerisebagaimana
dimaksud
pada ayat (2) huruf
adilakukan dalam
hal
kebutuhan Jaringan
mata dalam negeri telah terpenuhi.Pasal 33
Ketentuan lebih
lanjut
mengenai bank mata sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 32
diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 34
(1)
Bank Jaringan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal30 dapat terintegrasi dengan rumah
sakitpenyelenggara Transplantasi
Jaringan
atau
mandiridi luar
rumah
sakit
penyelenggara Transplantasi Jaringan.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-(2) Bank Jaringan mandiri di luar rumah
sakitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
perjanjian kerja sama dengan rumah
sakitpenyelen ggar a Transplantasi Jaringan.
(3)
BankJaringan
sebagaimana dimaksud pada ayat {1)bertugas
menyediakan
Jaringan
yang
bermutuuntuk
pelayanan Transplantasi Jaringan.(4)
Dalam menjalankan tugas
sebagaimana dimaksudpada
ayat (3),
bank
Jaringan
menyeienggarakanfungsi:
a.
pengerahanPendonor;b.
pendaftaran calon Pendonor dan calon Resipien;c. seleksi Pendonor melalui
pemeriksaan kesehatan yangmeliputi
pemeriksaanfisik
danlaboratorium;
d.
pengambilan
Jaringan dan
penyimpanansementara
serta pemulihan kondisi
fisik
Pendonor;
e. pengolahan, penyimpanan,
pengemasan,pelabelan,
dan sterilisasi Jaringan,
sertapemeliharaan;
f.
pengendalianmutu
Jaringan;g.
pendistribusian Jaringan;h.
pencatatan dan pendokumentasian;i.
pendidikan dan pelatihan; danj.
penelitian dan pengembangan.(5) Selain bertugas
menyediakan
Jaringan
yangbermutu
untuk
Transplantasi .Iaringan sebagaimanadimaksud
pada ayat (3), bank
Jaringan
dapat menyediakan sel.SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-(6)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
bank
Jaringandiatur
dengan Peraturan Menteri.Bagian Kedua
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penyelenggara Transplantasi Jaringan
Pasal 35
(1)
Transplantasi
Jaringan hanya
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan berupa:a. rumah sakit atau klinik utama
untuk
Transplantasi Jaringan mata; dan
b. rumah sakit untuk
Transplantasi
Jaringantubuh
lain.(2) Fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan dan standar.(3)
Persyaratan sebagaimanadimaksud pada
ayat
(2)berupa memiliki tenaga kesehatan
dengankompetensi dan kewenangan
di
bidang TransplantasiJaringan.
(4)
Persyaratan sebagaimanadimaksud pada
ayat
(3)dilaksanakan berdasarkan penyelenggaraan masing-masing Transplantasi Jaringan.
(5)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaipersyaratan
danstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (21 sampai dengan ayat (4)
diatur
dengan Peraturan Menteri.PRESIDEN
REPUBLTK INDONESTA
-23-Bagian Ketiga
Transplantasi Jaringan Mata
Paragraf 1
Umum
Pasal 36
Transplantasi
Jaringan
mata meliputi
Transplantasi kornea dan Jaringan mata lainnya.Paragraf 2
Pendonor dan Resipien Pasal 37
(1)
Pendonor pada TransplantasiJaringan
mata berupaPendonor mati
klinis/
konvensional.(2)
Pendonor
mati
klinis/konvensional
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) merupakan Pendonor yangJaringan tubuhnya diambil pada saat
yangbersangkutan telah dinyatakan meninggal dunia.
(3)
Pernyataanmeninggal
dunia
pada
Pendonor matiklinis/konvensional
sebagaimanadimaksud
padaayat
(2) didasarkan padakondisi telah
berhentinyafungsi sistem jantung-sirkulasi dan
sistempernafasan
terbukti
secara permanen,yang
prosespenentuannya
harus
memenuhi
standar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.SK
PRES IDEN
REPUBUK INDONESIA
-24-Pasal 38
Ketentuan mengenai calon Resipien Transplantasi Organ
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal8
berlaku
mutatismutandis terhadap calon Resipien
TransplantasiJaringan mata.
Paragraf 3
Tata Cara Pelaksanaan Pasal 39
Transplantasi
Jaringan mata
dilaksanakan
melaluitahapan kegiatan:
a.
pendaftaran;b.
penyiapan Jaringan mata dari Pendonor; danc. operasi Transplantasi Jaringan mata
danpenatalaksanaan pascaoperasi
TransplantasiJaringan mata.
Pasal 4O
(1)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39huruf
a
harus dilakukan oleh calon
Pendonor dancalon
Resipien
di bank
mata
setelah
memenuhi persyaratan.(2)
Bank mata
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)harus
menjaga kerahasiaan Pendonor sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan sebagaimana
meliputi:
Pasal 4 1
untuk
terdaftar
sebagai
calondimaksud
dalam Pasal
40Pendonor
ayat
(1)SK
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-25-a.
persyaratan administratif; danb.
persyaratan medis.Pasal 42
(1) Persyaratan
administratif calon
Pendonorsebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
4l
huruf
apaling sedikit
terdiri
atas:a.
membuat pernyataantertulis
tentang kesediaanPendonor menyumbangkan
Jaringan
matanyasecara sukarela tanpa meminta imbalan;
b.
mendapat persetujuan keluarga terdekat;c.
memahami
indikasi,
kontraindikasi,
risiko,prosedur Transplantasi Jaringan mata, panduan
hidup
pasca-TransplantasiJaringan mata,
dan bersedia membuat surat persetujuannya; dand.
bersediatidak
melakukan penjualan
Jaringanmata ataupun
perja.njian dengan Resipien yangbermakna
jual
beli atau pemberian imbalan.(2)
Ketentuan mengenai keluarga
terdekat
danmekanisme persetujuan
sebagaimana
dimaksuddalam Pasal
12
berlaku
secaramutatis
mutandisterhadap persetujuan keluarga terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
huruf
b.Pasal 43
Persyaratan
medis
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal4l huruf b
merupakan
pemeriksaan
medis
yangditujukan untuk
memastikan
kelayakan
sebagai Pendonordilihat
dari segi kesehatan Pendonor.SK
b
PRES IDEN
REPUtsLIK INDONESIA
-26-Pasal 44
Persyaratan
untuk
terdaftar
sebagai
calon
Resipiensebagaimana
dimaksud dalam
Pasal40
ayat (1)
palingsedikit
terdiri
atas:a.
memiliki
keterangandari
dokter
penanggung jawab pelayanandi
rumah sakit
tentang
adanya indikasimedis untuk
dilakukan
Transplantasi
Jaringanmata;
bersedia membayar biaya penggantian pengambilan
dan
pemrosesanJaringan
mata
atau
memberikansurat
penjaminan
biaya
penggantian pengambilandan
pemrosesan
Jaringan mata, untuk
calonResipien
yang dijamin
asuransi
atau
lembagapenjamin lain;
memahami
indikasi, kontraindikasi,
risiko, dan
tatacara Transplantasi Jaringan mata, serta memberikan
persetujuan dilakukannya Transplantasi
Jaringanmata; dan
bersedia
tidak
melakukan pembelianJaringan
matamaupun melakukan perjanjian dengan
calonPendonor
yang
bermaknajual
beli atau
pemberian imbalan.Pasal 45
(1)
Bank mata setelah menerima pendaftarandari
calonPendonor dan calon Resipien
harus
membuat daftartunggu
dan
melaporkannya
ke
bank
mata
pusatsecara berkala setiap bulan.
(2)
Daftar tunggu
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)merupakan
urutan
Resipien
untuk
memperolehJaringan mata.
C
d
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-27
-Pasal 46
(i)
Penyiapan
Jaringan mata dari
Pendonorsebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
39
huruf
bdilaksanakan oleh bank mata sesuai standar.
(21
Pengambilan Jaringan mata dalam rangka penyiapanJaringan mata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat
dilaksanakan
oleh rumah
sakit atau
klinik
utama
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal35
ayat (1)huruf
a yang bekerja sama dengan bank mata.Pasal4T
Operasi
Transplantasi
Jaringan mata
danpenatalaksanaan
pascaoperasiTransplantasi
Jaringanmata
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal39 huruf
cdilakukan oleh dokter
penanggungjawab
pelayanan dirumah
sakit
atau
klinik
utama
sebagaimana dimaksuddalam Pasal
35
aydt (1)
huruf
a
yang
bekerja
sama dengan bank mata.Bagian Keempat
Transplantasi Jaringan Tubuh Lain
Paragraf 1
Pendonor dan Resipien Pasal 48
(1)
Pendonorpada Transplantasi Jaringan
tubuh
lainterdiri
atas:a.
Pendonor hidup; danb.
Pendonor mati klinis/konvensional.PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-28-(2)
Pendonorhidup
sebagaimanadimaksud pada
ayat(1)
huruf a
merupakan
Pendonoryang
Jaringantubuhnya
diambil pada saat yang
bersangkutan masih hidup.(3) Ketentuan
mengenai
Pendonor
matiklinis/konvensional
sebagaimanadimaksud
dalamPasal
37
ayat (21 dan ayat (3) berlaku secara mutatismutandis
terhadap
Pendonor
matiklinis/konvensional
sebagaimanadimaksud
padaayat (1)
huruf
b.Pasal 49
Ketentuan mengenai calon Resipien Transplantasi Organ
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal8
berlaku
mutatismutandis terhadap
calon
Resipien
TransplantasiJaringan
tubuh
lain.Paragraf 2
Tata Cara Pelaksanaan Pasal 50
(1)
Transplantasi
Jaringan
tubuh lain
dilaksanakanmelalui tahapan:
a.
pendaftaran;b.
penyiapanJaringan
tubuh
lain
dari
Pendonor; danc.
operasi TransplantasiJaringan
tubuh
lain
danpenatalaksanaan pascaoperasi
Transplantasi Jaringantubuh
lain.SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-(2)
Kegiatan pendaftaran dan penyiapan Jaringantubuh
lain dari
Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a dan huruf b
dilakukan
oleh
bankJaringan.
Pasal 51
(1)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50ayat
(1)huruf
a dilakukan
oleh calon Pendonor dancalon Resipien
di
bank Jaringan,
setelah memenuhi persyaratan.(2)
Dalam
hal
calon
Pendonor sebagaimana dimaksudpada
ayat (1)
merupakan
calon
Pendonor hidup, pendaftaran dilaksanakandi
bank Jaringan
melalui rumah sakit penyelenggara.(3) Hasil
pendaftaran
calon
Pendonor
sebagaimanadimaksud
pada
ayat (1)
harus
dilaporkan
kepadaMenteri setelah
dilakukan
pengambilan Jaringan.Pasal 52
(1)
Persyaratanuntuk
terdaftar
sebagai calon Pendonorsebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
51 ayat
(1)meliputi:
a.
persyaratan administratif; danb.
persyaratan medis.(2) Persyaratan administratif calon
Pendonor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
a
palingsedikit
terdiri
atas:a.
membuat pernyataantertulis
tentang kesediaanPendonor menJrumbangkan
Jaringan tubuh
lainsecara sukarela tanpa meminta imbalan;
SK
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-b.
bersediatidak
melakukan penjualan
Jaringantubuh lain ataupun perjanjian
dengan Resipienyang
bermakna
jual beli atau
pemberian imbalan;c.
mendapat persetujuan keluarga terdekat,untuk
Pendonor mati; dan
d.
memahami
indikasi,
kontraindikasi,
risiko,prosedur Transplantasi
Jaringan
tubuh
lain,panduan
hidup
pasca-Transplantasi Jaringantubuh
lain, dan
bersedia
membuat
suratpersetujuannya.
Pasal 53
Persyaratan
medis
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal52
ayat
(1)huruf b,
berupa
pemeriksaanmedis untuk
memastikan kelayakan sebagai Pendonordilihat dari
segikesehatan Pendonor.
Pasal 54
Persyaratan
untuk
terdaftar
sebagai
calon
Resipiensebagaimana
dimaksud dalam
Pasal51
ayat (1)
palingsedikit meliputi:
a.
memiliki
keterangandari dokter
penanggung jawab pelayanandi
rumah
sakit
tentang
adanya indikasimedis
untuk
dilakukan
transplantasi
Jaringantubuh
lain;b.
bersedia membayar biaya penggantian pengambilandan
pemrosesan
Jaringan
tubuh lain
ataumemberikan
surat
penjaminan
biaya
penggantianpengambilan
dan
pemrosesanJaringan
tubuh
lain,untuk
calon
Resipienyang
dijamin
asuransi
ataulembaga penjamin lain;
c
d
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
- 31
-memahami
indikasi,
kontraindikasi,
risiko,
da.nprosedur Transplantasi Jaringan
tubuh lain,
sertapernyataan persetujuannya; dan
bersedia
tidak
melakukan pembelian Jaringantubuh
lain
atau
melakukan
perjanjian
dengan
calonPendonor
yang
bermaknajual
beli atau
pemberian imbalan.Pasal 55
(1)
Bank Jaringan membuat daftar tunggu Resipien danmelaporkan kepada Menteri
secaraberkala
setiapbulan.
(21
Daftar tunggu
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)merupakan
urutan
Resipien
untuk
memperolehJaringan.
Pasal 56
(1)
Penyiapan
Jaringan
tubuh
lain dari
Pendonorsebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
50
ayat
(1)huruf
b
dilakukan
oleh
bank
Jaringan
sesuaistandar.
(2)
PengambilanJaringan
tubuh
lain
dari
Pendonorhidup
hanya dapatdilakukan
olehrumah
sakit yangmemiliki
bank
Jaringan
atau
rumah
sakit
yangbekerjasama dengan bank Jaringan.
Pasal 57
(1)
Operasi Transplantasi
Jaringan
tubuh lain
danpenatalaksanaan pascaoperasi
TransplantasiJaringan
tubuh
lain
sebagaimanadimaksud
dalhmPasal
50
ayat
(1)
huruf c
dilakukan oieh
dokterpenanggung
jawab pasien di rumah
sakitpenyelenggara sesuai standar.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-(2) Penatalaksanaan pascaoperasi
TransplantasiJaringan
tubuh
lain
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)harus dilakukan
terhadap Resipien melalui monitoring dan evaluasi.Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Pendonor dan Resipien Pasal 58
(1) Setiap
Pendonor
pada
Transplantasi
Jaringanberhak dijaga
kerahasiaan
identitas
dan
hdsil pemeriksaan kesehatannya.(2) Dalam hal hasil
pemeriksaan
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1) ditemukan kelainan
ataupenyakit tertentu,
Pendonor
dapat
memintapemberitahuan hasil pemeriksaan kesehatan dengan
tetap terjaga kerahasiaannya.
(3) Setiap
Pendonor
pada
Transplantasi
Jaringanberkewajiban memberikan
informasi
yang
jujur,
lengkap, dan
akurat
sesuai dengan kemampuan danpengetahuannya tentang masalah kesehatannya'
Pasal 59
(1)
Setiap Resipien pada TransplantasiJaringan
berhakmengetahui
urutan
daftar tunggu calon
Resipienuntuk
memperoleh Jaringan.(2) Setiap
Resipien
pada
Transplantasi
Jaringanberkewajiban:
a.
mengikuti
prosedur pelaksanaan TransplantasiJaringant
o.
membayar .PRES IDEN
REPUtsUK INDONESIA
-33-membayar
seluruh biaya
penyelenggaraanTransplantasi
Jaringan,
baik
secara
mandiriatau melalui asuransi penjaminnya; dan
mengganti
biaya
pemrosesan
dan
biayapengembangan Jaringan.
Bagian Keenam Pendanaan
Pasal 60
(1)
Pemerintah Pusat
dan
Pemerintah Daerah
dapatmemberikan
bantuan
pendanaan
pengembanganbank mata dan bank Jaringan.
(2)
Pendanaan sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)berasal dari sumber:
a.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;b.
anggaran pendapatan
dan
belanja
daerah;danlatau
c.
sumberlain
yangtidak
mengikat sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)
Pendanaan
yang bersumber dari
AnggaranPendapatan
dan Belanja
Negara
sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
huruf
a dipergunakanuntuk
bank mata, bank Jaringan, dan fasilitas
pelayanankesehatan penyelenggara
milik
Pemerintah Pusat.(41
Pendanaan
yang bersumber dari
anggaranpendapatan
dan belanja daerah
sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
huruf
b dipergunakanuntuk
bank mata, bank Jaringan, dan fasilitas
pelayanankesehatan penyelenggara
milik
Pemerintah Daerah. bC
SK
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-34-Pasal 61
(1)
Bank mata
dan
bank Jaringan dapat
menetapkanbiaya
pemrosesan
dan biaya
pengembanganJaringan
dari
Resipien
sesuai dengan
nilai
keekonomian,
dengan
mengacu
pola
biayapemrosesan.
(21
Ketentuan
lebih lanjut
mengenai
pola
biayapemrosesan sebagaimana
dimaksud pada
ayat
(1)dan
biaya
pengembanganJaringan
diatur
denganPeraturan Menteri.
BAB IV
SISTEM INFORMASI TRANSPLANTASI Pasal 62
(1) Dalam rangka
mendukung
penyelenggaraanTransplantasi Organ
dan Jaringan tubuh,
dibentuksistem informasi Transplantasi.
(21
Sistem
informasi
Transplantasi
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)terintegrasi
dengan sisteminformasi kesehatan.
(3)
Sistem
informasi
Transplantasi
sebagaimanadimaksud pada
ayat (1)
menyediakan
data
daninformasi
terkait
penyelenggaraan TransplantasiOrgan
dan
Jaringan
tubuh,
wadah
dan
saranakomunikasi
bagi
masyarakat,
bank
mata,
bankJaringan,
dan
fasilitas
pelayanan
kesehatanpenyelenggara
Transplantasi Organ
dan
Jaringan tubuh.PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-35-Pasal 63
Setiap fasilitas
pelayanan kesehatan
penyelenggaraTransplantasi
Organ
dan
Jaringan
tubuh
harusmelakukan pencatatan
dan
pelaporan penyelenggaraanTransplantasi Organ dan
Jaringan tubuh melalui
sisteminformasi Tran splantasi.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 64
(1)
Masyarakat
dapat
berperan
serta
dalam penyelenggaraan Transplantasi Organdan
Jaringantubuh
melalui kegiatan:a.
promosi
dan
sosialisasi Transplantasi
Organdan Jaringan tubuh;
b.
melakukan komunikasi, informasi, dan edukasimengenai
Transplantasi Organ
dan
Jaringantubuh;
danc.
mencegah
terjadinya
jual beli
Organ
danJaringan tubuh.
(2)
Kegiatan
promosi
dan
sosialisasi
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
a,dilakukan
bersamadengan
tokoh
agama,tokoh
masyarakat, pendidik,pekerja sosial, penggiat pembela konsumen,
dan penggiat promosi kesehatan.(3)
Mencegah terjadinyajual
beli
Organ dan
Jaringantubuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
cdilakukan
melalui pengaduan dan pelaporan.PRESIDEN REPUtsUK INDONESIA
-36-BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 65(1)
Orangyang dinyatakan
meninggaldunia dan
tidak diketahui identitasnya, dapat menjadi Pendonor matibatang
otaklrnati otak
sehinggapemerintah
dapatmelakukan
tindakan tertentu
untuk
memanfaatkan Organ tubuhnyauntuk
kepentingan Transplantasi.(2)
PemanfaatanOrgan
tubuh
orang yang
dinyatakan meninggaldunia dan
tidak
diketahui
identitasnyasebagaimana
dimaksud
pada
ayat (1)
harusdilakukan
upaya identifikasi terlebih dahulu.(3)
Ketentuan lebihlanjut
mengenai pemanfaatan Organorang
yang dinyatakan
meninggaldunia dan tidak
diketahui
identitasnya sebagaimanadimaksud
padaayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan
Peraturan Menteri.BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 66
(1) Rumah sakit yang telah
menyelenggarakan,
Transplantasi Organ sebelum Peraturan Pemerintahini
diundangkan
harus
menyesuaikan
denganketentuan Peraturan
Pemerintahini
dalam jangkawaktu paling
lama
1
(satu)tahun
sejak
Peraturan Pemerintahini
diundangkan.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-37
-(21
Bank mata, bank Jaringan, dan fasilitas
pelayanankesehatan yang telah
menyelenggarakanTransplantasi
Jaringan sebelum
PeraturanPemerintah
ini
diundangkan
harus
menyesuaikandengan
ketentuan
Peraturan Pemerintahini
dalamjangka
waktu
paling
lama
1
(satu)
tahun
sejakPeraturan Pemerintah
ini
diundangkan.BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Pada
saat
Peraturan Pemerintah
ini
mulai
berlaku,Peraturan
PemerintahNomor
18
Tahun
1981
tentangBedah Mayat
Klinis
dan
Bedah Mayat Anatomis
sertaTransplantasi
Alat
atau
Jaringan
T\rbuh
Manusia(Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1981Nomor
23,
Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 3195), dicabut
dan
dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 68
Peraturan
Pelaksanaandari
Peraturan Pemerintah ini
harus ditetapkan paling
lama
1
(satu)tahun
terhitungsejak Peraturan Pemerintah
ini
diundangkan.Pasal 69
Peraturan
Pemerintahini
mulai
berlaku pada
tanggaldiundangkan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-38-Agar
setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkanpengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
denganpenempatannya
dalam
Lembaran
Negara
RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Maret 2O2L
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Maret 2O2l
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2O2L NOMOR 75
Salinan sesuai dengan aslinYa KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Depu Perundang-undangan dan
strasi Hukum,
ttd
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
53
TAHUN
2027TENTANG
TRANSPLANTASI ORGAN DAN JARINGAN TUBUH
I.
UMUMTransplantasi
telah diakui
merupakan salahsatu temuan
hebatdi
dunia
kedokteran
yang
berhasil
memperpanjangdan
memperbaikikualitas
hidup ribuan
pasien
di
seluruh
dunia.
Transplantasi
padaprinsipnya merupakan
tindakan
kedokteran berupa kegiatan pemindahansebagian
atau
seluruh
Organ
dan/atau
Jaringan
tertentu
dari
tubuh
pendonor
ke tubuh
Resipien.
Dewasaini,
Transplantasi Organ
telahmemberikan
harapan
kehidupan
dan risiko
mortalitas
lebih
rendah dibandingkan dengan terapi konservatif lainnya bagi pasien gagal terminalOrgan.
Sedangkandengan Transplantasi Jaringan,
bukan
saja
dapatmenyelamatkan nyawa pasien, namun
juga untuk
meningkatkan kualitashidup
melalui intervensi yangkonstruktif
maupun intervensi kosmetik.Tindakan
Transplantasi memerlukan
partisipasi
masyarakatsebagai Pendonor dengan cara menyumbangkan
organ
danJaringan
dariindividu yang masih hidup ataupun yang telah
meninggaldunia
secarasukarela.
Pemberian Organdan Jaringan
secarasukarela
ini
membuatpraktik
Transplantasi
bukan hanya
sebagai
terapi
yang
dapatmenyelamatkan nyawa, tetapi
juga
simboldari
solidaritas kemanusiaan'Namun, pencapaian
ini
tidak
lepas
dari
banyaknya masalah,
sepertiperdagangan
organ
(organ
traffickingl,
komersialisasi
organ,
ataupembelian
organ
oiehnegarakaya
ke negaramiskin
(transplanttouisml'
Di...
PRES IDEN
REPUtsUK INDONESIA
-2-Di
negaramaju
sumber Organ yangutama
adalahdari
mayatbaik
dariPendonor
mati
batang otakf rnatiotak,
sedangkandi
negara berkembangOrgan lebih banyak berasal dari Pendonor hidup.
Pasal
64
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2OO9
tentangKesehatan
telah
menetapkan
bahwa
penyembuhan
penyakit
danpemulihan
kesehatan
dapat
dilakukan
salah
satunya
denganTransplantasi Organ
dan
Jaringan
tubuh.
Transplantasi
Organ
danJaringan
tubuh dilakukan
hanyauntuk tujuan
kemanusiaan dan dilaranguntuk
dikomersialkan.
Organ
dan
Jaringan
tubuh
dilarangdiperjualbelikan dengan dalih apapun.
Transplantasi
Organ
di
Indonesia
masih
jauh
tertinggaldibandingkan negara
lain. Jumlah
pasien Warga Negara Indonesia yangmelakukan
Transplantasi,khususnya ginjal
di
luar
negeri diperkirakanlebih banyak
dibandingkan dengandi
dalam
negeri. Rendahnyajumlah
Transplantasi
di
dalam
negerikarena sumber
Pendonormasih
banyakberasal
dari
Pendonorhidup
dan
belum
adanya
aturan yang
dapatmemberikan kepastian
hukum
untuk
Transplantasi yang berasal
dariPendonor
mati
batangotak/mati
otak, faktor biaya dan faktor
budaya,serta
kesadaran masyarakat
yang masih
rendah tentang
pentingnya upaya Transplantasi Organ.Penyelenggaraan
Transplantasi Organ
dan
Jaringan
dilakukansesuai dengan prinsip:
1.
Autonomy;
seseorang
mempunyai
hak penuh
untuk
rnengizinkan / tidak mengizinkan suatu tindakan atas dirinya;
2.
Beneficence;tindakan
yang
dilakukan
untuk
kebaikan
seseorangatau masyarakat;
3.
Norumalificence;tindakan yang dilakukan
tidak
boleh
merugikan seseorang/ masyarakat;PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
-3-Justice;
tindakan
dilaksanakan
secaraadil
dan
transparan
sertatidak
membedakan seseorang/masyarakat berdasarkanstatus
sosialekonomi tetapi hanya berdasarkan status kesehatan; dan
Moralitas; pengakuan atas norma agama dan budaya yang berlaku.
Penyelenggaraan
Transplantasi
Organ
dan
Jaringan
yang menggunakan Pendonor hidupjuga tak
lepasdari
adanyarisiko
terhadapfisik,
psikologis,dan
sosial
Pendonormaupun pasien
sebagai Resipiensetelah
Transplantasi,
sehingga sangatdiperlukan suatu kebijakan
danrekomendasi
yang
menjamin
bahwa
keputusan
untuk
melakukanTransplantasi
terhadap
Pendonor
maupun
Resipien
tidak
mengesampingkan prinsip etik dan kemanusiaan.
Pemerintah
dan
PemerintahDaerah
bertanggungjawab
dalampeningkatan ketersediaan
fasilitas yang
dibutuhkan
untuk
penyelenggaraan
Transplantasi
Organ dan
Jaringan,
promosiTransplantasi
Organ
dan
Jaringan,
pembinaan
dan
pengawasankepatuhan
penyelenggaraanTransplantasi
Organ
dan
Jaringan,
danmenyediakan pendanaan terutama penyelenggaraan Transplantasi Organ.
Dalam rangka
memberikan kepastian
hukum,
perlindunganhukum,
serta menata konsep yang berhubungan dengan penyelenggaraanTransplantasi Organ dan Jaringan
tubuh
agar berjalan sesuai
dengannorma-norma yang ada dalam masvarakat Indonesia yang berketuhanan
Yang Maha Esa
baik
dari
segi agama,moral, etika,
serta perkembanganilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
perlu
mengatur
penyelenggaraanTransplantasi Organ dan Jaringan Tubuh dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah
ini
mengatur:1.
TransplantasiOrgan;2.
Transplantasi Jaringan, meliputi
TransplantasiJaringan mata
dan Transplantasi Jaringantubuh
lain;3.
sistem informasi Transplantasi; dan4.
peran serta masyarakat.4
5