• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2012 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan kondisi yang cenderung stagnan dengan pertumbuhan sebesar minus 0,01 persen dibandingkan triwulan IV/2011 (q to q). Dari sisi lapangan usaha, kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh penurunan yang terjadi di sektor-sektor dominan seperti sektor-sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor-sektor konstruksi (masing-masing minus 1,0 persen), serta sektor industri pengolahan (minus 0,5 persen). Dari sisi pengeluaran, kondisi tersebut disebabkan oleh penurunan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB (minus 4,5 persen), dan pengeluaran konsumsi pemerintah (minus 35,9 persen).

Sementara itu jika PDRB triwulan I/2012 dibandingkan dengan PDRB triwulan I/2011 (y on y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen. Dari sisi lapangan usaha semua sektor mengalami pertumbuhan positif, kecuali sektor pertambangan-penggalian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi yakni 13,7 persen, kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,8 persen, dan sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 7,0 persen. Dari sisi komponen pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor yaitu sebesar 8,7 persen, dan komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,0 persen.

Besaran PDRB DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada triwulan I/2012 mencapai Rp 260,72 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 108,81 triliun. Dari sisi lapangan usaha, peranan tiga sektor utama yakni sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan terhadap struktur perekonomian DKI Jakarta sekitar 64 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pada triwulan I/2012 sebagian besar PDRB Provinsi DKI Jakarta digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga, yakni sebesar 57,5 persen dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 37,1 persen.

No.21/05/31/Th. XIV, 7 Mei 2012

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

DKI J

AKARTA

(2)

I. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2012

Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2012 bila dibandingkan dengan triwulan IV/2011 (q to q) menunjukkan kondisi yang relatif stagnan pada posisi minus 0,0 persen. Dilihat dari siklus kegiatan ekonomi, kondisi tersebut mencerminkan kondisi yang cukup baik mengingat pada kuartal pertama kegiatan ekonomi cenderung berjalan lebih lambat dari quartal sebelumnya.

Pada triwulan pertama 2012 sejumlah peristiwa turut mewarnai perekonomian Jakarta. Selain pola perekonomian yang cenderung lebih lambat dari triwulan lainnya wacana kemungkinan diterapkannya kebijakan baru mengenai harga dan subsidi BBM turut menahan laju pertumbuhan ekonomi Jakarta. Namun demikian, di lain sisi sejumlah event berskala internasional dan momen pergantian tahun masih mampu mendorong pertumbuhan di sektor jasa.

Pada triwulan I/2012, pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebesar 0,9 persen. Kemudian disusul oleh sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 0,6 persen, dan sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan 0,5 persen. Pada sektor keuangan dan jasa pertumbuhan ekonomi utamanya masih didorong oleh kinerja sektor keuangan, baik perbankan maupun kegiatan keuangan non bank, jasa perusahaan dan jasa hiburan. Salah satu hal yang turut memberikan andil pada pertumbuhan sektor keuangan adalah peningkatan pada surplus usaha Bank Umum. Selain peningkatan kinerja sub sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor real estat dan jasa perusahaan. Relatif rendahnya suku bunga perbankan mendorong peningkatan penjualan properti di Jakarta. Di lain sisi, Booming kegiatan industri kreatif di Jakarta, terutama kuliner, musik, fashion, dan seni pertunjukan yang membutuhkan tempat untuk pemasaran (showroom maupun workshop) selain mendorong kinerja sektor jasa hiburan dan jasa perusahaan juga menjadi salah satu pendorong peningkatan kegiatan di sub sektor real estat.

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha (Persentase)

Lapangan Usaha Triw IV/2011 terhadap TriwIII/2011 Triw I/2012 terhadap Triw IV/2011 Triw I/2012 terhadap triw I/2011 Sumber Pertumbuhan y on y (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian -0,7 - 0,3 0,5 0,0

Pertambangan dan Penggalian 0,0 - 0,0 -1,1 0,0

Industri Pengolahan 0,8 - 0,5 1,5 0,2

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,9 0,1 3,8 0,0

Konstruksi 1,0 - 1,0 6,2 0,6

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,0 - 1,0 7,0 1,5

Pengangkutan dan Komunikasi 4,4 0,6 13,7 1,7

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 1,1 0,9 5,1 1,4

Jasa-jasa 2,6 0,5 7,8 0,9

PDRB 1,8 -0,0 6,4 6,4

(3)

Sementara itu sektor lainnya menunjukkan penurunan kinerja. Sektor industri pengolahan turun tipis ke level minus 0,5 persen. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan kinerja industri tekstil, industri mesin dan perlengkapannya, serta industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer. Derasnya impor barang-barang cina yang harganya relatif lebih murah menjadi salah satu penyebab menurunnya permintaan produk tekstil dalam negeri selain karena kapasitas industri tekstil yang mulai menunjukkan penurunan akibat mesin-mesin yang mulai usang. Sementara industri mesin dan kendaraan bermotor lebih karena penurunan permintaan.

Sektor konstruksi dan sektor perdagangan-hotel-restoran juga mengalami kontraksi sebesar minus 1 persen. Penurunan nilai impor dan kinerja sektor industri menjadi salah satu penyebab turunnya sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara penurunan kinerja sektor konstruksi lebih disebabkan oleh belum maksimalnya penyerapan belanja pemerintah, terutama yang berkenaan dengan pembangunan fisik dan perbaikan besar.

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha

-3 0 3 6 9 12 15 P er tum buha n (% )

Triw IV/2011 terhadap TriwIII/2011 Triw I/2012 terhadap Triw IV/2011 Triw I/2012 terhadap triw I/2011

PDRB triwulanan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. PDRB DKI Jakarta triwulan I/2012 jika dibandingkan dengan triwulan I/2011 (y on y) secara total tumbuh 6,4 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi, yakni sebesar 13,7 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,8 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar 7,0 persen, sektor konstruksi sebesar 6,2 persen, keuangan-real estate-jasa perusahaan sebesar 5,1 persen, sektor listrik–gas-air bersih sebesar 3,8 persen, sektor industri pengolahan sebesar 1,5 persen, dan sektor pertanian sebesar 0,5 persen.

Kajian lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektor-sektor ekonomi dengan nilai nominal besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi meskipun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya. Ini semua tentunya tercipta jika iklim perekonomian dan politik relatif stabil.

(4)

Pada triwulan I/2012, sumber pertumbuhan terbesar diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan. Sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor estate-jasa-estate-jasa menyumbang pertumbuhan dibawah satu persen. Sedangkan sektor listrik-gas-air bersih, sektor pertambangan-penggalian dan sektor pertanian peranannya sangat kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan I.

II. Nilai PDRB menurut Lapangan Usaha Triwulan IV/2011 dan Triwulan I/2012

PDRB DKI Jakarta mencerminkan kemampuan produksi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Jakarta tanpa memperhitungkan dari mana asal faktor produksi yang digunakan dalam proses produksinya. Nilai tambah yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi kemudian diperhitungkan menurut harga tahun dasar untuk dapat melihat pertumbuhan produksi secara riil. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh harga pada besaran yang tercipta.

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada triwulan I/2012 adalah sebesar Rp 260,72 triliun, sedangkan pada triwulan IV/2011 sebesar Rp 258,30 triliun, atau terjadi peningkatan Rp 2,4 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, PDRB triwulan I/2012 mencapai Rp 108,81 triliun dan triwulan IV/2011 adalah Rp 108,82 triliun.

Tabel 2.

PDRB Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

LAPANGAN USAHA

Berlaku Konstan 2000

Triw IV/2011 Triw I/2012 Triw IV/2011 Triw I/2012

(1) (2) (3) (4) (5)

Pertanian 232,53 233,54 76,75 76,48

Pertambangan dan Penggalian 1.265,66 1.313,10 256,67 256,54 Industri Pengolahan 40.331,96 40.855,91 15.702,69 15.618,75 Listrik Gas dan Air Bersih 2.474,79 2.493,55 683,39 684,38

Konstruksi 29.612,58 29.530,25 11.409,86 11.291,19

Perdagangan, Hotel dan Restoran 53.887,83 53.908,30 23.931,16 23.699,92 Pengangkutan dan Komunikasi 26.970,68 27.166,40 14.191,13 14.273,64 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 70.682,75 71.976,13 29.803,96 30.080,51

Jasa-jasa 32.842,59 33.240,00 12.766,81 12.825,69

PDRB 258.301,36 260.717,17 108.822,42 108.807,10

PDRB Tanpa Migas 257.035,70 259.404,07 108.565,75 108.550,56 Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta

(5)

Selama triwulan I/2012, berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebesar Rp. 71,98 triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan-hotel-restoran sebesar Rp. 53,91 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp 40,86 triliun. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan 2000, ketiganya menghasilkan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 30,08 triliun untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, Rp 23,7 triliun untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan Rp 15,62 triliun untuk sektor industri pengolahan.

III. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2011 dan

Triwulan I Tahun 2011 - 2012

Selama tahun 2010 dan 2011 perekonomian DKI Jakarta masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2010 ketiganya memberi kontribusi sebesar 64,2 persen dan pada tahun 2011 kontribusi ketiganya sedikit menurun menjadi 64 persen. Pada triwulan I/2012 nilainya relatif stabil pada kisaran 64 persen. Secara umum, peranan ketiganya berkisar antara 28 persen untuk sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, 21 persen untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sekitar 16 persen untuk sektor industri pengolahan.

Tabel 3.

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2011 dan Triwulan I Tahun 2011-2012

(Persentase)

Lapangan Usaha 2010 2011 Triwulan I

2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5)

Pertanian 0,1 0,1 0,1 0,1

Pertambangan dan Penggalian 0,4 0,5 0,5 0,5

Industri Pengolahan 15,7 15,5 15,7 15,6

Listrik, Gas dan Air Bersih 1,0 1,0 1,0 1,0

Konstruksi 11,4 11,5 11,4 11,3

Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,7 20,9 20,7 20,9

Pengangkutan dan Komunikasi 10,2 10,3 10,2 10,4

Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 27,7 27,5 27,9 27,6

Jasa-jasa 12,7 12,6 12,6 12,7

PDRB DKI Jakarta 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2012 juga masih didominasi oleh sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan dengan kontribusi masing-masing sebesar 27,6 persen,

(6)

sebesar 20,9 persen dan sebesar 15,9 persen. Bila dibandingkan triwulan I/2011, pada triwulan I/2012 hampir semua sektor memberikan kontribusi yang relatif stabil, kecuali sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pengangkutan-komunikasi, dan sektor jasa-jasa yang mengalami kenaikan.

IV. PDRB menurut Pengeluaran Triwulan I Tahun 2012

Dari sisi pengeluaran, PDRB DKI Jakarta dipengaruhi oleh berbagai komponen permintaan, yaitu pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, dan ekspor-impor. Tinjauan struktur PDRB menurut komponen pengeluaran menunjukkan alokasi penggunaan PDRB yang tercipta di suatu daerah pada satu kurun waktu tertentu.

Tabel 4.

PDRB Menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku

No Komponen Pengeluaran Nilai (Miliar Rp) Struktur (Persen) Triw IV/2011 Triw I/2012 Triw IV/2011 Triw I/2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Konsumsi Rumahtangga 147.177,70 149.858,89 57,0 57,5 2 Konsumsi Pemerintah 32.509,61 21.432,77 12,6 8,2 3 PMTB 98.453,82 96.728,40 38,1 37,1 4 Ekspor 143.326,66 149.213,57 55,5 57,2 5 Dikurangi Impor 163.166,42 156.516,47 63,2 60,0 PDRB 258.301,36 260.717,16 100,0 100,0

Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta

Selama triwulan I/2012 komponen konsumsi rumahtangga masih mendominasi pengeluaran dengan memberikan kontribusi sebesar 57,5 persen (Rp 149,86 triliun), kemudian diikuti komponen ekspor dan PMTB masing-masing sebesar 57,2 persen (Rp 149,2 triliun) dan 37,1 persen (Rp. 96,73 triliun). Komponen konsumsi pemerintah sebesar 8,2 persen, atau sebesar Rp 21,43 triliun. Selanjutnya, kontribusi yang berasal dari komponen komponen impor (sebagai pengurang) mencapai 60 persen, atau menyerap sekitar Rp 156,52 triliun dari total PDRB.

Gambar 2. Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran

0 20 40 60 80

Triw IV/2011 Triw I 2012

(7)

Tinjauan terhadap laju pertumbuhan secara komponen triwulan I/2012 terhadap triwulan IV/2011 (q to q), komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, PMTB, dan Impor adalah komponen dengan pertumbuhan dibawah nol persen, yaitu masing-masing sebesar, minus 35,9 persen untuk konsumsi pemerintah dan minus 4,5 persen untuk PMTB dan minus 4,5 untuk impor. Sementara itu, komponen yang tumbuh diatas nol persen adalah konsumsi rumahtangga dan ekspor yaitu sebesar 1 persen dan 0,4 persen. Tingkat penyerapan konsumsi pemerintah pada triwulan I selalu lebih rendah dari penyerapan triwulan IV, demikian juga untuk PMTB yang melemah lebih dikarenakan kinerja ekonomi di triwulan pertama yang masih rendah atau kapasitas produksi yang belum optimal.

Pertumbuhan triwulan I/2012 dibandingkan dengan triwulan I/2011 (y on y) menurut komponen pengeluaran menunjukkan bahwa komponen ekspor dan PMTB mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu masing-masing sebesar 8,7 persen dan 8,0 persen. Setelah itu diikuti oleh komponen konsumsi rumah tangga (6,1 persen), dan konsumsi pemerintah (5,1 persen).

Tabel 5.

PDRB menurut Komponen Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2000

No Komponen Pengeluaran

Nilai (Milliar Rp) Pertumbuhan (%)

Sumber Pertumbuhan

y on y Triw IV/2011 Triw I/2012

Triw I/2012 terhadap Triw IV/2011 (q to q) Triw I/2012 terhadap triw I/2011 (y on y) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Konsumsi Rumahtangga 57.106,7 57.687,1 1,0 6,1 3,2 2 Konsumsi Pemerintah 6.714,1 4.301,4 - 35,9 5,1 0,2 3 PMTB 40.739,7 38.909,1 - 4,5 8,0 2,8 4 Ekspor 77.127,5 77.461,7 0,4 8,7 6,1 5 Dikurangi Impor 72.865,5 69.552,2 - 4,5 9,5 5,9 PDRB 108.822,4 108.807,1 - 0,0 6,4 6,4

(8)

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Dwi Paramita Dewi, ME

Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Telepon

: 021-42877301

Fax

: 021-42877350

e-mail

:

bps3100@bps.go.id

Gambar

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha
Gambar 2. Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran

Referensi

Dokumen terkait

nya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja seorang aparatur (Notoatmodjo, 2003:38). Tuntutan yang terasa kuat untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

Fungsi untuk mencari nilai rata-rata dari suatu nilai yang berisi data angka, teks dan nilai logika. adalah nilai yang akan dicari

Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku baja, pasak, atau sekrup satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu alat pengencang dan

a) Spesifikasi isu-isu strategis yang diperoleh dari penelitian tahun I untuk menentukan materi yang akan diangkat, didefinisikan dan diidentifikasikan secara

Berdasarkan uraian tersebut, maka hubungan aspek kekuasaan dengan aspek fisik kota dan sosial ekonomi, serta interaksi antara kedua aspek yang disebut terakhir, merupakan pola

upaya membebaskan Irian Barat melalui jalan dplomasi telah dimulai oleh pemerintah RIsejak tahun 1950 pada masa kabinet Natsir, kemudian tahun 1951 di adakan

Skripsi berjudul : “ Pengaruh Perlakuan Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Berbagai Kondisi Lengas Tanah ” telah diuji dan disahkan

Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas yang dihasilkan dari Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) tanpa serat ijuk dengan umur curing 0 hari telah memenuhi syarat