• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 04/01/71/Th. IX, 2 Januari 2015

NTP PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2014

 Nilai NTP (Nilai Tukar Petani) Provinsi Sulawesi Utara di bulan Desember sebesar 97.35

 NTP Sulawesi Utara menurun sebesar persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.Tercatat NTP di bulan November dan Desember masing-masing sebesar 99.62 dan 97.35. Sedangkan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada bulan Desember menurun sebesar 1.48 persen, dengan nilai NTUP di bulan November dan Desember masing-masing sebesar 105.65 dan 104.08.

 Indeks yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0.47 persen dimana peningkatannya lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani yang meningkat sebesar 2.81 persen. Adapun indeks yang diterima petani (It) di bulan Desember sebesar 114.55 dan indeks yang dibayar

petani (Ib) sebesar 117.66.

 NTP gabungan tanpa sektor perikanan mengalami penurunan, sebesar 2.28 persen, dengan nilai NTP pada bulan November dan Desember masing-masing sebesar 99.19 dan 96.92. Sedangkan NTUP gabungan tanpa sektor perikanan di bulan November dan Desember masing-masing sebesar 105.26 dan 103.83 atau mengalami penurunan sebesar 1.36 persen.

 Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di Bulan Desember tercatat sebesar 95.46, Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 105.55, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 92.19, Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPPT) 98.83, Nilai Tukar Petani Perikanan (NTN) 103.24.

 Nilai Tukar Perikanan atau sering disebut dengan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dibedakan atas Nilai Tukar Nelayan Penangkapan Ikan, dengan nilai sebesar 106.66, dan Nilai Tukar Nelayan Budi Daya sebesar 96.98.  Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) untuk sub sektor tanaman pangan pada bulan Desember sebesar

100.66, sub sektor hortikultura sebesar 112.68, TPR sebesar 100.07, peternakan sebesar 105.83, perikanan sebesar 107.45. NTUP sub sektor perikanan juga dibedakan atas NTUP perikanan tangkap, yakni sebesar 109.97 dan NTUP budi daya sebesar 102.70.

 Pada bulan Desember 2014 telah terjadi Inflasi di daerah perdesaan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 3.06 persen. Hal ini berbeda di bulan Desember, yang mengalami Inflasi sebesar 3.06 persen. Inflasi di bulan ini

terjadi disebabkan karena penurunan indeks harga (inflasi) pada kelompok pengeluaran transportasi dengan besaran inflasi sebesar 6.76 persen.

(2)

ilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan

indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu

proxy indikator untuk melihat tingkat kemampuan/ daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP dapat diindikasikan bahwa secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli atau daya tukar petani.

Tabel 1.

INDEKS HARGA YANG DITERIMA DAN DIBAYAR PETANI SERTA NILAI TUKAR PETANI (GABUNGAN) PROVINSI SULAWESI UTARA

BULAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2014

(2012 = 100)

Rincian November’14 Desember’14 Perubahan

Indeks Diterima Petani 114.01 114.55 0.47

Indeks Dibayar Petani 114.45 117.66 2.81

Konsumsi Rumah Tangga 116.91 120.49 3.06

Bahan Makanan 122.23 126.90 3.82

Makanan Jadi 110.68 111.87 1.07

Perumahan 113.20 115.18 1.75

Sandang 107.09 108.89 1.68

Kesehatan 106.79 107.75 0.89

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 104.22 105.22 0.96

Transportasi dan Komunikasi 124.99 133.44 6.76

BPPBM 107.92 110.06 1.98

Bibit 107.97 109.20 1.14

Obat-obatan & Pupuk 105.56 106.83 1.20

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 105.76 106.30 0.50

Transportasi 125.28 137.55 9.79

Penambahan Barang Modal 105.77 106.53 0.72

Upah Buruh Tani 106.97 108.39 1.33

Nilai Tukar Petani 99.62 97.35 -2.27

Nilai Tukar Usaha Pertanian 105.65 104.08 -1.48

NTP GABUNGAN

Berdasarkan hasil pemantauan indeks yang diterma dan dibayarkan petani di Provinsi Sulawesi Utara, NTP di bulan Desember 2014 dengan tahun dasar 2012, tercatat sebesar 97.35 atau turun sebesar 2.27 persen dibanding dengan NTP November yang mencapai 99.62. Hal ini disebabkan perubahan indeks harga komoditi pertanian yang diterima oleh rumah tangga tani memiliki peningkatan yang lebih kecil dibandingkan dengan perubahan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertaniannya. Atau dengan kata lain, perubahan besaran masing-masing indeks

N

(3)

yang membentuk indeks NTP, yakni It relatif lebih kecil dibandingkan Ib, dengan besaran indeks pada It dan

Ib masing-masing sebesar 114.55 dan 117.66. Secara umum nilai NTP Sulawesi Utara dengan tahun dasar

2012 pada bulan Desember 2014 belum berada di atas nilai 100, artinya bahwa kesejahteraan petani di Sulawesi Utara diindikasikan masih belum lebih baik dibandingkan dengan kondisi petani pada tahun dasar 2012.

Pergerakan indeks yang diterima Petani (It ) dan indeks yang dibayarkan (Ib ) petani tidak terlepas

dari kondisi perubahan indeks harga komoditi yang dikonsumsi rumah tangga petani dan indeks harga komoditi yang digunakan petani untuk melakukan usaha pertaniannya. Dari hasil pantauan setiap bulannya terlihat bahwa indeks harga untuk komoditi konsumsi rumah tangga petani di bulan Desember mengalami peningkatan sebesar 3.06 persen, sedangkan indeks harga komoditi yang digunakan petani untuk usaha berupa Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) juga mengalami peningkatan sebesar 1.98 persen.

NTP tertinggi dengan tahun dasar 2012, didominasi oleh subsektor Hortikultura, sebesar 105.55. Sedangkan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) berada di nilai yang terendah yakni sebesar 92.19. Jika dilihat secara rinci bahwa It tertinggi berada di subsektor Hortikultura dan Ib tertinggi berada di

subsektor tanaman pangan, masing-masing sebesar 124.63 dan 118.53, It dan Ib terendah berada

masing-masing di subsektor TPR dan peternakan, yakni 108.90, dan 114.62.

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Desember NTP di sub sektor ini menunjukkan pergerakan yang menurun. NTP sub sektor ini menurun sebesar 1.20 persen. Dengan nilai NTP sebesar 96.62 di bulan November menjadi 95.46 di bulan Desember. Pergerakan ini terjadi sebagai akibat perubahan indeks It yang bergerak lebih kecil

dibandingkan perubahan indeks Ib , yakni sebesar 1.59 persen untuk perubahan indeks It dan perubahan

indeks Ib yang meningkat sebesar 2.82. Jika dilihat dari masing-masing indeksnya, sebesar 111.38 menjadi

113.15 untuk It dan dari 115.28 menjadi 118.53 untuk Ib . Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani, indeks

konsumsi rumah tangga (RT) meningkat sebesar 3.04 persen, sedangkan indeks BPPBM terlihat meningkat sebesar 2.02 persen. Sedangkan perubahan yang terbesar pada konsumsi rumah tangga terjadi pada kelompok konsumsi untuk transportasi dan komunikasi, sebesar 7.26 persen.

Sama halnya dengan NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) untuk sub sektor ini mengalami penurunan, yakni sebesar 0.43 persen, dengan nilai 101.09 di bulan November dan 100.66 di bulan Desember.

Jika dilihat dari penimbang berjalan indeks yang diterima petani diperoleh bahwa harga yang diterima petani untuk komoditi yang diusahakan, seperti Ubi Kayu, Kacang Tanah, dan Ubi Jalar bergerak meningkat, masing-masing sebesar 4.28%, 3.88% dan 2.52%. Sedangkan komoditi yang lain tidak mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai NTP pada sub sektor ini berada di bawah 100 yang mengindikasikan bahwa secara umum kemampuan daya beli petani subsektor Tanaman Pangan jauh kurang lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar 2012.

(4)

b. Subsektor Tanaman Hortikultura (NTPH)

NTP di sub sektor ini mengalami penurunan, sebesar 0.39 persen, dari 105.96 di bulan November menjadi 105.55 di bulan Desember. Berbeda halnya dengan sub sektor tanaman pangan, perubahan terjadi sebagai akibat peningkatan It yang lebih besar dibandingkan peningkatan Ib dengan nilai perubahan

masing-masing sebesar 2.42 persen untuk It dan 2.82 persen untuk Ib. Nilai masing-masing indeks sebesar 121.68

menjadi 124.63 untuk It dan 114.83 menjadi 118.07 untuk Ib. Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani terlihat

bahwa besarnya indeks harga konsumsi rumah tangga Petani mengalami peningkatan, yakni sebesar 2.98 persen, dan indeks BPPBM mengalami peningkatan sebesar 2.06 persen. Indeks konsumsi rumah tangga yang meningkat lebih disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi, sebesar 6.66 persen.

Indeks yang diterima petani yang berasal dari komoditi yang diusahakan terlihat bahwa beberapa komoditi pada sub sektor ini, Mangga, Pepaya, Cabe Merah, dan Kacang Merah yang menunjukkan perubahan indeks yang terbesar,dengan nilai masing-masing sebesar 10.67%, 10.41%, 6.56%, dan 6.36%. Sedangkan Kol/Kubis, Kacang Panjang dan Buncis memberikan persentase penurunan terbesar, dengan nilai perubahan sebesar -2.76, -0.69%, dan -0.02%.

Nilai NTP pada sub sektor ini berada di atas 100 mengindikasikan bahwa secara umum kemampuan daya beli petani subsektor bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar 2012.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPPR)

NTP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan, sebesar 4.18 persen. Dengan kata lain, NTP sub sektor ini pada bulan November sebesar 96.21 menurun menjadi 92.19 di bulan Desember. Indeks It menurun sebesar 1.51 persen, berbeda halnya dengan indeks Ib yang meningkat sebesar

2.79 persen. Pengeluaran untuk konsumsi RT meningkat sebesar 3.09 persen, dimana indeks ini dipengaruhi oleh peningkatan indeks pengeluaran untuk kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 6.88 persen. Peningkatan indeks Ib didukung dengan meningkatnya indeks pengeluaran untuk usaha (BPPBM) sebesar

0.46 persen.

Nilai Tukar Usaha Petani di bulan Desember menurun dibandingkan dengan bulan November, yakni 2.95 persen atau 103.11 di bulan November dan 100.07 di bulan Desember.

Jika dilihat dari indeks yang diterima petani untuk setiap komoditi yang diusahakan, terlihat bahwa komoditi Kemiri, dan Kelapa yang mengalami peningkatan indeks harga terbesar, yakni 9.54% dan 3.56%.

Dari hasil perbandingan kedua indeks tersebut terlihat bahwa nilai NTPnya berada di bawah nilai 100, diindikasikan bahwa secara relatif petani subsektor ini memiliki kemampuan daya beli/ tukar yang lebih baik jika dibandingkan tahun dasar 2012.

d. Subsektor Peternakan (NTPPT)

Pada bulan Desember NTP di sub sektor ini menunjukkan pergerakan yang menurun. Dengan nilai NTP sebesar 101.23 di bulan November menurun menjadi 98.83 di bulan Desember. Sedangkan NTUP sub

(5)

sektor ini sebesar 107.64 di bulan November menurun di bulan Desember yang mencapai 105.83. Pergerakan ini lebih disebabkan akibat perubahan indeks It yang meningkat sebesar 0.22 persen dan

peningkatan indeks Ib sebesar 2.65 persen. Jika dilihat dari masing-masing indeksnya, sebesar 113.04

menjadi 113.28 untuk It dan dari 111.66 menjadi 114.62 untuk Ib . Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani,

pengeluaran konsumsi rumah tangga (RT) mengalami peningkatan, sebesar 3.24 persen, sedangkan pengeluaran untuk usahanya (BPPBM) terlihat juga sedikit meningkat, sebesar 1.94 persen. Peningkatan indeks yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh peningkatan pada indeks konsumsi pada kelompok transportasi dan komunikasi yang melampaui indeks kelompok pengeluaran RT lainnya, yakni sebesar 6.10 persen.

Pergerakan indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayarkan petani mengakibatkan NTP dan NTUP berada di atas nilai 100, artinya secara umum, kemampuan daya beli rumah tangga petani pada subsektor peternakan relatif lebih baik dibandingkan tahun dasarnya 2012.

e. Subsektor Perikanan (NTPN)

NTP subsektor perikanan di bulan Oktober menunjukkan perubahan yang negatif, dengan kata lain pergerakan nilai NTP pada sub sektor ini menurun sebesar 2.12 persen, dari 105.48 di bulan November menjadi 103.24 di bulan Desember. Sedangkan jika dilihat dari NTUP, sub sektor perikanan juga mengalami penurunan indeks, sebesar 3.09 persen, dari 110.87 di bulan November menjadi 107.45 di bulan Desember.

Penurunan nilai NTP pada sub sektor ini terjadi pada indeks It yang meningkat lebih kecil, sebesar

0.98 persen, hal yang sama juga terjadi pada indeks Ib yang meningkat sebesar 3.17 persen. Besarnya indeks

It cenderung dipengaruhi oleh perubahan indeks perikanan budidaya yang meningkat, sebesar 1.23 persen

dan indeks perikanan tangkap menurun sebesar 0.47 persen. Indeks harga yang dibayarkan petani lebih didominasi oleh perubahan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok transportasi sebesar 6.27 persen. Sedangkan untuk indeks BPPBM meningkat sebesar 4.20 persen telah mengakibatkan nilai NTUP sub sektor ini juga menurun sebesar 3.09 persen.

e.1. Subsektor Perikanan (Penangkapan)

Untuk melihat kondisi petani di subsektor perikanan secara rinci, NTP sub sektor perikanan dibagi atas perikanan tangkap dan budi daya. NTP perikanan tangkap di bulan Desember mengalami penurunan sebesar 2.21 persen atau 109.07 di bulan November menjadi 106.66 di bulan Desember. Sama halnya dengan NTP, perubahan NTUP pada sub sektor ini juga mengalami penurunan, sebesar 3.86 persen, atau 114.39 di bulan November menjadi 109.97 di bulan Desember.

Indeks yang diterima petani untuk subsektor perikanan tangkap mengalami peningkatan, sebesar 1.23 persen, dari nilai 125.19 di bulan November menjadi 126.73 di bulan Desember. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat, sebesar 3.52 persen, dari 114.78 di bulan November, meningkat menjadi 118.81 di bulan Desember. Besarnya peningkatan indeks yang dibayar nelayan lebih dipengaruhi oleh perubahan konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 2.75 persen, dan konsumsi ini lebih

(6)

didominasi oleh peningkatan kelompok transportasi sebesar 6.27 persen. Sedangkan untuk indeks BPPBM yang digunakan nelayan untuk usahanya mengalami peningkatan sebesar 5.29 persen.

Dilihat dari komoditi yang memberikan kontribusi positif terbesar pada sub sektor perikanan tangkap adalah ikan Lolosi, Biji Nangka, dan Udang yang masing-masing indeksnya meningkat sebesar 7.84%, 7.76%, dan 6.74%.

e.2. Subsektor Perikanan (Budidaya)

Perubahan yang berarti terjadi pada sub sektor perikanan budidaya di bulan Desember. NTP sub sektor ini menurun berada di bawah nilai 100 , dengan perubahan yang menurun sebesar 2.01 persen. Dari nilai 98.97 di bulan November menurun menjadi 96.98 di bulan Desember. Sebaliknya nilai tukar usaha pertanian sub sektor ini berada di atas nilai 100, yakni 102.70 di bulan Desember, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sebesar 104.45 atau turun sebesar 1.68 persen.

Indeks yang diterima petani untuk subsektor budidaya perikanan mengalami peningkatan, sebesar 0.47 persen, dari nilai 112.93 di bulan November menjadi 113.47 di bulan Desember. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan, sebesar 2.53 persen, dari 114.11 di bulan November meningkat menjadi 117.00 di bulan Desember. Besarnya indeks yang dibayar petani berasal dari indeks konsumsi rumah tangga petani budi daya perikanan, yang mengalami peningkatan sebesar 2.68 persen, dan juga indeks BPPBM, sebesar 2.19 persen.

Dilihat dari komoditi yang memberikan kontribusi perubahan positif pada indeks yang diterima petani adalah Ikan Bandeng, sebesar 3.03%.

INFLASI PERDESAAN

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dapat dijadikan indikator untuk melihat kondisi suatu daerah perdesaan apakah terjadi inflasi atau deflasi. Jika terjadi kenaikan IKRT bisa di indikasikan bahwa telah terjadi inflasi dan deflasi jika terjadi penurunan. Indeks konsumsi RT di bulan Desember menunjukkan peningkatan sebesar 3.06 persen atau dengan kata lain telah terjadi inflasi perdesaan di Sulawesi Utara sebesar 3.06 persen. Artinya adalah bahwa jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang yang tersedia, dengan kata lain nilai uang menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan hal ini dapat ditelusuri melalui harga-harga komoditi yang cenderung meningkat secara umum dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dilihat dari kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga, inflasi yang terjadi lebih disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, yang mengalami peningkatan indeks harga yang terbesar dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya, yakni sebesar 6.76 persen.

(7)

Tabel 2.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT SUBSEKTOR BULAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2014

(2012 = 100)

Subsektor % Perubahan

November’14 Desember’14 Perubahan

Tanaman Pangan

It 111.38 113.15 1.59

Ib 115.28 118.53 2.82

Konsumsi RT 116.76 120.31 3.04

BPPBM 110.18 112.40 2.02

Nilai Tukar Petani 96.62 95.46 -1.20

Nilai Tukar Usaha Pertanian 101.09 100.66 -0.43

Tanaman Hortikultura

It 121.68 124.63 2.42

Ib 114.83 118.07 2.82

Konsumsi RT 116.24 119.70 2.98 BPPBM 108.37 110.60 2.06

Nilai Tukar Petani 105.96 105.55 -0.39

Nilai Tukar Usaha Pertanian 112.28 112.68 0.35

Tanaman Perkebunan Rakyat It 110.57 108.90 -1.51 Ib 114.93 118.13 2.79 Konsumsi RT 116.88 120.49 3.09 BPPBM 107.24 108.83 1.48

Nilai Tukar Petani 96.21 92.19 -4.18

Nilai Tukar Usaha Pertanian 103.11 100.07 -2.95

Peternakan

It 113.04 113.28 0.22

Ib 111.66 114.62 2.65

Konsumsi RT 117.96 121.78 3.24

BPPBM 105.01 107.05 1.94

Nilai Tukar Petani 101.23 98.83 -2.37

Nilai Tukar Usaha Pertanian 107.64 105.83 -1.69

Perikanan

It 120.82 122.00 0.98

Ib 114.54 118.17 3.17

Konsumsi RT 117.11 120.30 2.72

BPPBM 108.97 113.54 4.20

Nilai Tukar Petani 105.48 103.24 -2.12

Nilai Tukar Usaha Pertanian 110.87 107.45 -3.09

Perikanan Tangkap

It 125.19 126.73 1.23

Ib 114.78 118.81 3.52

Konsumsi RT 117.24 120.46 2.75

BPPBM 109.44 115.23 5.29

Nilai Tukar Petani 109.07 106.66 -2.21

Nilai Tukar Usaha Pertanian 114.39 109.97 -3.86

Perikanan Budidaya

It 112.93 113.47 0.47

Ib 114.11 117.00 2.53

Konsumsi RT 116.87 120.00 2.68

BPPBM 108.12 110.49 2.19

Nilai Tukar Petani 98.97 96.98 -2.01

(8)

Tabel 3.

INDEKS HARGA YANG DITERIMA DAN DIBAYAR PETANI SERTA NILAI TUKAR PETANI (TANPA SUBSEKTOR PERIKANAN) PROVINSI SULAWESI UTARA

BULAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2014

(2012 = 100)

Rincian November’14 Desember’14 Perubahan

Indeks Diterima Petani 113.51 114.00 0.43

Indeks Dibayar Petani 114.44 117.62 2.78

Konsumsi Rumah Tangga 116.90 120.50 3.08

Bahan Makanan 122.18 126.86 3.83

Makanan Jadi 110.71 111.89 1.07

Perumahan 113.25 115.31 1.82

Sandang 107.15 108.97 1.70

Kesehatan 106.70 107.64 0.88

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 104.37 105.40 0.98

Transportasi dan Komunikasi 125.23 133.74 6.80

BPPBM 107.84 109.80 1.82

Bibit 108.26 109.55 1.19

Obat-obatan & Pupuk 105.64 106.94 1.23

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 105.49 105.97 0.46

Transportasi 125.68 137.60 9.48

Penambahan Barang Modal 105.90 106.64 0.71

Upah Buruh Tani 107.09 108.55 1.37

Nilai Tukar Petani 99.19 96.92 -2.28

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Albert Nicolaas, SE

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

E-mail:

bps7100@bps.go.id

Homepage : http://sulut.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis atribut produk pada perusahaan Gemilang Lima Jaya, ternyata pada saat sebuah perusahaan alas kaki hendak menentukan kualitas dari produk yang

Hasil uji t menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan proporsi

6 Adakan CGC akan mengeluarkan invois cukai pada kadar pro-rata kepada pelanggan jika yuran jaminan yang dikenakan sebelum 1 hb April 2015 tetapi tempoh jaminan

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Berdasarkan hasil perancangan sebelumnya maka terbentuklah sistem managemen rantai pasok yang terdiri dari 8 user dan 1 admin. Masing-masing user memiliki hak akses

Penelitian Fifendy et al .(2011) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak kecambah sebagai sumber nitrogen dapat menghasilkan mutu nata yang lebih baik dibanding dengan

Untuk spesis A, haiwan tersebut memiliki bahagian abdomen yang besar, bagi spesis B, mereka memiliki perut yang bercorak, spesis C mempunyai tangan yang bercorak, spesis

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah