• Tidak ada hasil yang ditemukan

JESUS CHRIST: THE NEXUS OF HEAVEN AND EARTH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JESUS CHRIST: THE NEXUS OF HEAVEN AND EARTH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JESUS CHRIST: THE NEXUS OF HEAVEN AND EARTH

Edwin Jeffry George Karwur

Sekolah Tinggi Theologi Indonesia

ehkarwur@gmail.com,

Abstrack

The journal that is called Jesus Christ: The Nexus of Heaven and Earth is designed to anster the questions who Jesus Christ really really is, how does Jesus Christ relates to the concept of Israel’s God, to the Christian faith and to the world? These questions are answered through the an indept exegesis of John 1:51 based on a descriptive approach of the whole Gospel.

The statement that Jesus expresses to Nathanael is quoted from the story of Jacub and his dream at Bethel, in order to declare that He is the meeting point of heaven and earth. This statement relates to what John says about Jesus in verse 14, where Jesus is stated as God who incarnated Himself on earth, and to what Jesus Himslef says in chapter 2:19 that He is the true Temple of God. The Creator has become a man. The glory of God is manifested on earth through His presence.

As the meeting point or the bridge of heaven and earth, for John, Jesus is the way out for humanity to reconnect with God, as their heavenly Father in order for them to inherite the life in its truest sense, which is the life with a high quality of meaning. The life that is free from punishment and the life that is everlasting produced by the Holy Spirit, the very presence of God in the lives of His children. This kind of life is manifested in the morality of the believers and in their missions to the world.

Keywords: Jesus, The Meeting Point, Heaven, Earth, Life.

PENDAHULUAN

Merriam-Webster Online Dictionary memberikan definisi istilah ‘nexus’ sebagai, koneksi atau alat/garis yang menghubungkan antara dua hal, atau lebih. ‘nexus’ juga berarti, pengikat antara dua hal atau lebih. Selain itu, ‘nexus’ dapat berarti pusat dari atau tingkat yang tertinggi dari suatu tempat. Istilah ini berasal dari latin ‘nectere,’ dengan arti “diikat bersama.”

Makna yang dibawa oleh ‘nexus’ ini adalah yang dimaksudkan oleh penulis Injil Yohanes tentang Mesias Yesus, dalam Yohanes 1:51. Dalam perkembangan percakapan-Nya dengan Natanael, Yesus

1Barclay Newman & Eugene A. Nida, A Handbook on the Gospel of John (New York: United Bible Societies, 1993), 52.

akhirnya menyatakan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia. Dalam versi NLT ayat tersebut

ditulis, Then He said, “I tell you the truth,

you will all see heaven open and the angels of God going up and down on the Son of Man, the one who is the stairway between heaven and earth. Kata-kata Yesus disini

adalah jelas menunjuk kepada Kej. 28:12, tentang mimpi Yakub. Hanya saja tangga Yakub digantikan dengan Anak Manusia.1

George R. Beasley-Murray dalam hal ini berpendapat bahwa pernyataan Yesus ini menujukkan bahwa Dia adalah point of

(2)

contact, dan jalan lintas yang membawa

berkat-berkat surgawi kepada umat manusia.2 Menurut F. F. Bruce, bukan saja

episode percakapan antara Yesus dan Natanael merupakan konfrontasi awal dimana Natanael akan menyaksikan keindahan identitas sejati Yesus, tetapi juga aplikasi pernyataan dalam ayat 51 tersebut menunjuk kepada realitas tentang Yesus sebagai The Union antara surga dan bumi, atau sebagai Mediator antara Allah dan umat manusia.3 Hal yang tidak dapat

diabaikan disini adalah pernyataan Yesus didahului dengan ciri-ciri khas Yohanes yaitu penggunaan empatik ganda, “amin, amin,” (truly, truly) yang digunakan 25 kali dalam Injil Yohanes. Secara literal ‘amin’ adalah istilah Ibrani yang menunjuk kepada iman (emeth), artinya “menjadi pasti.” Istilah ini digunakan sebagai metafora untuk stabilitas atau entitas yang dapat dipercaya sepenuhnya.4 Ketika penulis

menggunakan ekspresi ini, hal yang dia maksudkan adalah untuk menegaskan bahwa apa yang Yesus akan katakan adalah sangat penting dan pembaca harus memperhatikan-nya dengan seksama.5

Bruce menekankan bahwa empatik ganda yang ditulis dalam Bahasa Ibrani ini adalah konfirmasi kepastian dan kebenaran akan apa yang Yesus katakan. Menulis istilah Ibrani tanpa diterjemahkan kepada jemaat yang berbahasa Yunani adalah ipsissima

vox atau proklamasi Yesus tentang otoritas

unikNya.6

Pertanyaan utamanya adalah, jika The

Nexus antara surga dan bumi menunjuk

kepada identitas sejati Yesus, apakah arti 2George R. Beasley-Murray, John, vol. 36 dari Word Biblical Commentary (Waco: Word Books, 1987), 62.

3F. F. Bruce, The Gospel of John (Basingstoke: Pickering & Inglis, 1983), 62.

4Robert J. Utley, The Beloved Disciple’s Memoirs and Letters: The Gospel of John, I, II, and III John (Marshall, Texas: Bible Lessons International, 1999), 21.

5Gerald L. Borchert, John 1–11

(Nashville: Broadman & Holman Publishers, 1996), 149.

sesungguhnya pernyataan tersebut? Pertanyaan utama ini dapat dibagi ke dalam beberapa pertanyaan spesifik: 1) Latar belakang apakah yang mendasari pernyataan Yesus ini? 2) Bagaimana memahaminya dalam konteks keseluruhan penulisan Injil Yohanes? Implikasi apakah yang dapat ditarik dalam hubungan dengan kekristenan dan kemanusiaan secara umum?

PERJANJIAN LAMA SEBAGAI

LATAR BELAKANG Betel

Yohanes 1:51, hampir secara pasti adalah gema dari Kejadian 28:12,7 Ketika

Yakub melarikan diri dari Esau, tanpa uang dan pakaian ekstra, dia tertidur dan bermimpi (Kej. 25-28). Dia melihat tangga yang menghubungkan surga dan bumi. Malaikat-malaikat Tuhan sedang turun dan naik. Yahweh, berdiri disampingnya dan berjanji untuk membawa dia kembali ke tempat asalnya dalam kedamaian dan kesejahteraan.8 Arti pernyataan Allah bagi

Yakub adalah, Allah sendiri hadir bersamanya, di tempat itu. Itulah sebabnya Yakub menamakan tempat itu sebagai ‘Betel’ (Rumah Allah). Pada masa depan, lama sesudah Yakub kembali di tanah tersebut, keturunan-nya telah mengambil kepemilikkan daerah tersebut, mereka terus menggunakan Betel sebagai salah satu tempat penyembahan yang suci dari Israel. Tradisi dari mimpi Yakub, mengenai malaikat-malaikat yang naik turun tangga yang menghubungkan antara surga dan

6Bruce, The Gospel of John, 62. 7Charles H. Talbert, Reading John: A Literary and Theological Commentary on the Fourth Gospel and the Johannine Epistles (Macon, GA: Smyth & Helwys Publishing, 2005), 88.

8N. T. Wright, John for Everyone, Part 1: Chapters 1-10 (London: Society for Promoting Christian Knowledge, 2004), 17.

(3)

bumi kemudian akan menjadi hal yang berhubungan dengan keyakinan, bahwa ketika mereka menyembah Allah di tempat kudusNya, Allah benar-benar hadir bersama mereka.9

Pernyataan Yesus kepada Natanael diberikan sebagai tanggapan terhadap pengakuan tentang Yesus yang baru saja disampaikan dalam ayat 49, "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Kedua gelar yang disampaikan memilikki implikasi mesianik nasionalistik. Hal ini merupakan pemahaman murid-murid pertama tentang Yesus. Mereka tidak sepenuhnya mengerti tentang pribadi dan karya Kristus sebagai Hamba yang menderita (Yes. 53) sampai masa sesudah kebangkitan.10 Kesadaran Natanael bahwa

dia sedang berhadapan dengan Mesias dalam bentuk pribadi memimpin kepada pengakuan selanjutnya bahwa Yesusadalah klimaks dari pengharapan Israel. Guru yang sedang berdiri dihadapan-nya adalah sesungguhnya “Anak Allah” dan “Raja Israel” (band., Maz. 2:1-6). Prospek tentang raja yang akan datang adalah pusat pengharapan Yahudi, tetapi evaluasi Natanael tentang Yesus bukanlah sesuatu yang sudah pasti dari pihaknya. Dia dan murid-murid yang lain akan belajar dari banyak pelajaran untuk mengerti sepenuhnya siapakah sesungguhnya guru mereka. Dalam ayat 51, Yesus sedang berbicara kepada atau mengenai semua murid-murid (jamak) akan melihat surga terbuka. Yesus telah mempersiapkan diri untuk membuka pengertian mereka. Proses pengenalan tersebut akan dimulai melalui mengingatkan mereka kepada pengalaman agung dari Yakub di Betel.11 Di

tengah-tengah krisis yang dihadapinya, Yahweh (Dia yang menyebut diriNya sebagai “Akulah Tuhan” dalam Kej. 28:13) harus mengajarkan kepada Yakub bahwa Allah

9Ibid., 18.

10Utley, The Beloved Disciple’s Memoirs, 21.

11Borchert, John 1–11, 148.

tersebut sesungguhnya memilikki hadiratNya di dunia ini.12

Yesus menggunakan gelar Anak Manusia dalam penyampaian penting tentang identitas sejatiNya kepada murid-murid. Gelar yang dipilih Yesus untuk dirinya sendiri ini, pada mulanya adalah gelar yang menunjuk kepada manusia biasa (Bnd. Maz. 8:4; Yeh. 2:1). Tetapi penggunaan dalam Dan. 7:13, gelar Anak Manusia juga menunjuk kepada kualitas ilahi. Jadi, nampaknya Yesus memilih gelar ini untuk menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang menjadi manusia (bnd. 1 Yoh. 4:1–6).13 Sebelumnya, pernyataan Yesus

tentang diriNya sebagai Anak Manusia didahului dengan frasa “langit terbuka.” Partisipel ini penting untuk diperhatikan karena ditulis dalam bentuk perfect active. Istilah jamak surga bagi orang-orang Yahudi dapat menunjuk kepada, pertama, atmosfir di atas bumi, atau langit seperti dalam Kej. 1; kedua, kehadiran atau hadirat Allah.14 Tentu saja, partisipel itu menunjuk

kepada Anak Manusia. Jadi, hal yang Yesus maksudkan adalah, kehadiran Allah di dalam dunia ini terus-menerus nyata melalui Yesus.

Kemah Suci

Dalam prolog Injilnya, sebagai dasar keseluruhan Injilnya, Yohanes telah menegaskan realitas tentang Yesus sebagai Allah yang telah menjadi manusia. N. T. Wright menyatakan bahwa Yoh. 1:1-18 adalah the gateway15 untuk mengerti Injil Yohanes. Sejak frasa pertamanya, “pada mulanya” yang merupakan gema dari Kej. 1:1, Injil ini telah menyatakan mengenai Allah Pencipta, sekarang bertindak dalam cara yang baru di dalam dunia ciptaan yang Dia kasihi; mengenai cara dimana kisah yang panjang dimulai dari kitab Kejadian

12Ibid., 148.

13Utley, The Beloved Disciple’s Memoirs, 21.

14Ibid., 21.

(4)

mencapai klimaks yang telah direncanakan oleh Pencipta tersebut.16 Dalam Yoh. 1:14,

klimaks tersebut diumumkan: Firman itu

telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Allah

melakukan klimaks ini melalui ‘The Word.’ Dalam Kej. 1, klimaks dari penciptaan Allah adalah penciptaan manusia. Dalam ayat dari Injil Yohanes tadi, klimaks tersebut terjadi melalui kehadiran seseorang. Firman telah menjadi ‘daging.’17

Dalam inkarnasiNya, Firman dikatakan

memasang tendanya dibumi ini

(’εσκηνωσεν – dari σκην, “kemah.”). Melalui perintah Allah kepada Musa dalam Kel. 25:8, Kemah Allah didirikan supaya Allah bisa tinggal bersama umat Allah di padang gurun: Mereka harus membuat

tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Kata

“shekinah” (tempat tinggal tetapi digunakan secara khusus untuk menyatakan kehadiran dari kemuliaan Allah) berasal dari kata ini. Kemudian, dalam Kel. 40:34, ketika pembangunan Kemah Suci selesai, kemuliaan Allah memenuhi kemah tersebut: Lalu awan itu menutupi Kemah

Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. Jadi, ketika Firman

itu menjadi manusia, kehadiran dari kemuliaan Allah dinyatakan melalui pribadi Yesus, karena Dia adalah “Kemah Suci” yang sejati. Dia adalah kehadiran Allah yang mulia tersebut di dunia ini. Itulah sebabnya Yohanes, dalam ayat 18 menyatakan, Tidak seorang pun yang

pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Bagi orang-orang

Yahudi seperti Yohanes, Allah adalah Roh, dan tidak dapat dilihat secara fisik (Kel. 34:18-20). Abraham sebagai “teman baik

16Ibid., 3. 17Ibid., 3.

18Lihat juga Bruce, The Gospel of John, 40-41; Beasley-Murray, John, 13-14.

Allah,” kemudian Musa yang dikenal Allah dengan dekat (Ul. 34:10) tidak dapat melihat kemuliaan ilahi dalam kepenuhan-Nya (Kel. 33:20-22). Dalam Bil.12:8, dikatakan yang mana Musa melihat bentuk dari rupa Tuhan, tetapi itu bukan kemuliaan yang penuh, tetapi sekarang dalam inkarnasi, kemuliaan Yahweh itu dinyatakan secara penuh. Jadi siapa yang telah melihat Yesus, sudah melihat Allah. Pemahaman ini ditegaskan dengan penggunaan istilah Yunani ’εξηγησατο, yang berarti eksegesis.18 Jadi, Yesus adalah

eksegesisnya Allah. Untuk bertemu dan mengenal Allah adalah melalui bertemu dan mengenal Yesus.

Bait Allah

Dalam Injil Yohanes, ide tentang Yesus sebagai The Gateway antara surga dan bumi disampaikan juga dalam motif Yesus sebagai Bait Allah yang sejati. Ketika Yohanes berkata bahwa Allah telah menjadi daging dan “diam di antara kita,” pernyataan ini mengirimkan pikiran orang-orang Yahudi kepada masa ketika Allah memerintah Musa untuk mendirikan Tabernakel (Kemah Suci) di padang gurun pada masa Keluaran, dan dari sana berpindah kepada Bait Allah di Yerusalem, dimana hadirat Allah dijanjikan akan menjadi realitas.19 Jadi, dalam pemikiran

Yahudi, ide tentang tempat tinggal ilahi di tengah-tengah umat manusia adalah penting. Kemah Suci dan Bait Allah adalah lokasi-lokasi dimana peristiwa itu terjadi.20

Ketika Allah mengurapi Daud sebagai raja Israel dan memberkati usahanya untuk membawa Tabut Allah di Yerusalem, implikasinya adalah Allah sedang mengadopsi Yerusalem sebagai pusat yang baru dari kehidupan dan penyembahan Israel (2 Sam. 6).

Seperti Kemah Suci, Bait Allah adalah untuk mewakili pemerintahan Allah atas

19Wright, John for Everyone, 18. 20Andrew T. Lincoln, The Gospel

According to Saint John (London: Continuum, 2005), 104.

(5)

Israel, dan sebagai pengingat tentang hadirat Allah yang khusus ditengah-tengah mereka, dan untuk memberkati mereka dan menjadikan mereka sumber berkat bagi bangsa-bangsa lain. Bait Allah memberi arti bahwa ada masa depan untuk Israel sebagai umat Allah, karena gedung itu sendiri menyatakan kelanjutan dari janji-janji Allah untuk tinggal dengan mereka dan memberkati mereka (1 Raja-raja 8:56-61). Walaupun dosa-dosa bangsa mencapai klimaks di pembuangan, doa ditujukan pada tempat di mana Allah telah mengukir namaNya akan membawa pembaharuan dan pengampunan (1 Raja-raja 8:46-51). Ketika Israel kembali dari pembuangan di Babilonia (sekitar tahun 538 SM), pembangunan Bait Allah yang dianggap akan menjadi waktu dimana Allah Israel akan kembali memerintah sebagai Raja, dan membebaskan Israel dari penjajajahan, tidak terjadi. Konsekwensinya, tidaklah mengejutkan jika ada berbagai ekpresi pengharapan untuk sebuah Bait Allah yang baru pada masa yang akan datang. Dengan janji bahwa Allah akan tinggal selamanya ditengah-tengah umatNya, dalam cara yang baru, yang tidak ada bandingan-nya. Yohanes menjelaskan penggenapan dari semua harapan-harapan ini. Dalam pasal 2:19-21, sekarang, Yesus sendiri menegaskan bahwa Dia adalah Bait Allah yang sejati. Dalam Yoh. 2:14-15, istilah Yunani yang diterjemahkan “Bait Suci”

adalah ἱερόν, menunjuk kepada

keseluruhan bangunan dan tempat pertemuan. Istilah Yunani yang digunakan untuk Bait Allah dalam ayat 19-21 adalah ναός, yang menunjuk kepada tempat kudus atau tempat maha kudus. Inilah tempat yang dimaksudkan sebagai tempat tinggal Allah.21

Bagi Yohanes, Yesus sedang menunjuk kepada tubuhNya, Allah yang hidup berhabitasi di muka bumi, yang dalam kenyatan-nya dibangkitkan tiga hari

21Bruce, The Gospel of John, 76. 22Ibid., 76.

23Beasley-Murray, John, 41.

sesudah kematian dan penguburan-Nya.22

Jadi, nubuatan Yesus tentang kehancuran Bait Allah dipenuhi melalui kehancuran tubuhNya. Sedangkan pembangunan Bait Allah yang baru diselesaikan melalui kebangkitan Yesus. Tuhan yang bangkit adalah “tempat” dimana kemuliaan Allah dinyatakan; dimana pengampunan dan pembaharuan dialami; dan dimana persekutuan dengan Allah didasarkan dan dilindungi selama-lamanya.23

Sebagai Bait Allah yang baru, Yesus tempat dimana semua bangsa berdoa, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Bait Allah berdiri sebagai tempat pernyataan wahyu Allah atau tempat dimana surga dan bumi bertemu, dan penyucian dari dosa terjadi. Yesus sebagai Bait Allah yang sejati menegaskan mengenai realitas kesatuan antara surga dan bumi; satu kosmos dimana hadirat Allah dan manusia bersatu.

IMPLIKASI

Bagi Komunitas Umum Injil Yohanes dimulai dengan suatu pernyataan bahwa sejarah telah bergerak maju menuju tujuan-nya, yaitu, Yesus Kristus. Dia adalah manifestasi puncak dan menentukan kehadiran Allah ditengah-tengah umatNya. Memiliki Yesus berarti memiliki segalanya: Pengampunan dosa, kemenangan dari maut dan kuasa kegelapan, penyertaan dalam suka dan duka dan pengharapan kehidupan kekal. Pencipta dan Penebus adalah Allah yang sama.24

Kemungkinan besar, hal yang paling menarik dalam prolog adalah ayat 12, dimana setiap orang termasuk di dalamnya:

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Hal ini termasuk setiap

orang, pada waktu penulisan sampai sekarang. Allah menghendaki setiap orang

(6)

untuk percaya kepada Yesus. Menurut Talbert, ayat 12 adalah the masterpiece dari prolog, dimana setiap orang yang memberi tanggapan dengan iman kepada Firman yang berinkarnasi, menerima kelahiran baru dari Allah.25 Kepercayaan yang benar

seperti ini membawa pengharapan kehidupan.26

Istilah πιστεύω mengindikasikan lebih dari sekedar menerima kebenaran dari sebuah pernyataan, tetapi menyatakan kepastian dan keyakinan penuh di dalam Kristus, bergantung dan bersandar kepada Firman yang menjadi manusia.27 Menurut

Utley, istilah ‘percaya’ bukanlah tanggapan intelektual atau emosional, melainkan volisional.28 Jadi, percaya disini menuntut

penyerahan diri penuh. “Percaya dalam NamaNya” juga adalah frasa yang penting. Dalam pemikiran alkitabiah, “nama” adalah sejajar dengan pribadi yang membawa nama tersebut.29 Jadi kepercayaan yang

benar kepada Yesus sebagai The Nexus surga dan bumi, menjamin pengharapan kehidupan kekal (Yoh. 3:16).

Hal yang lain adalah, pernyataan Yesus kepada Natanael, terjadi dalam konteks pemanggilan murid-murid pertama. Kata ganti orang ‘kepadamu’ dan kata kerja ‘engkau akan melihat’ dalam ayat 51, ditulis dalam bentuk jamak. Artinya Yesus sedang berbicara sekarang kepada semua murid-muridNya. dalam Yoh. 1:37-39 dikatakan, Tetapi Yesus menoleh ke

belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?“ Pertanyaan

mereka mengenai tempat tinggal Yesus merupakan satu pertanyaan eksistensial bagi siapa saja yang bertemu Yesus. Pertanyaan seperti itu bukanlah sesuatu

25Ibid., 75.

26Borchert, John 1–11, 118.

27Newman & Nida, A handbook on the Gospel of John, 19.

yang tidak biasa bagi manusia. Setiap insan membutuhkan tempat dan status karena keduanya memberikan arti stabilitas dan keamanan. Jawaban Yesus adalah, “Marilah dan kamu akan melihat.” Apakah Yesus mempunyai tempat? (Luk. 9:58; bnd. Mat. 8:20). Dalam Lukas 9:58, Lukas melaporkan bahwa Yesus tidak memilikki tempat: Yesus berkata kepadanya: Serigala

mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Jadi, bagi Yesus, perspektif

tentang tempat sebagai sumber keamanan dan stabilitas tidaklah begitu penting, tetapi hubungan seseorang dengan Allah sesungguhnya adalah sepenuhnya mutlak bagi setiap orang. Fakta ini harus diingat ketika kita memikirkan Yoh. 14:1-2, mengenai tempat yang disediakan Yesus:

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.

Implikasinya adalah, bagi setiap orang, kegagalan menemukan terus menerus rasa aman dan stabilitas dalam kehidupan, Yesus adalah sumber semua keamanan, ketakutan dan stabilitas hidup yang saudara butuhkan. Ketika seseorang bersama Yesus, dia seperti berada di rumah Allah, Bait Allah sendiri, dikelilingi oleh malaikat-malaikat Tuhan, turun dan naik, dan hadirat Allah yang mulia berada disampingnya terus-menerus.30

Bagi Komunitas Orang-orang Percaya Sejak ayat 14 dan 16 dalam prolog, penulis memperkenalkan penggunaan kata

ganti orang pertama jamak,

28Utley, The Beloved Disciple’s Memoirs, 11.

29Ibid., 19.

(7)

mengikutsertakan dirinya di antara mereka yang terwakili sebagai orang-orang yang telah menjadi anak-anak Allah, dan sebagai komunitas orang-orang percaya yang telah mengambil keputusan iman mereka kepada Firman yang telah menjadi Manusia. Isi dari pengakuan iman mereka dimulai dengan pernyataan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.”31

Jadi, pengakuan iman dari komunitas iman adalah di dalam Yesus, ekspresi pribadi Allah memasukki entitas fisik, komunikasi pribadi Allah menjadi pribadi. Pengakuan ini tidak memberikan ruangan apapun untuk dosetisme, yaitu, pemahaman bahwa Yesus hanya kelihatan manusia atau hanya secara sederhana mengambil penampilan di luar sebagai manusia.32

Dasar dari doktrin Kristen tentang inkarnasi ditemukan dalam beberapa bagian dalam Perjanjian Baru, tetapi dalam prolog Injil Yohanes, penjelasan tentang inkarnasi ditemukan secara jelas dan spesifik. Adalah penting untuk dimengerti bahwa kristologi dalam pengertian ini, kemudian telah menjadi sebagai ungkapan pengakuan iman dalam Surat-surat Yohanes (1 Yoh. 4:2; 2 Yoh. 7). Selain itu, adalah penting untuk dimengerti bahwa episode dalam Yoh. 1:19-2:11, yang berfokus kepada pemanggilan murid-murid dan penciptaan komunitas baru, diakhiri dengan penggenapan dari nubuatan Yesus bahwa murid-murid akan melihat jalan lintas antara surga dan bumi yang berlokasi di dalam satu pribadi, yaitu diriNya sendiri (1:51).33

Hal lain yang perlu diperhatikan Pernyataan Yesus kepada Natanael, terjadi dalam konteks pemanggilan murid-murid pertama Kata ganti orang ‘kepadamu’ dan kata kerja ‘engkau akan melihat’ dalam ayat 51, ditulis dalam bentuk jamak. Artinya Yesus sedang berbicara sekarang kepada semua murid-muridNya.

31Lincoln, The Gospel According to Saint John, 103.

32Ibid., 103.

Andrew T. Lincoln, dalam bukunya tentang tafsiran Injil Yohanes memberikan penjelasan secara spesifik tentang komunitas iman yang menjadi tujuan penulisan Injil Yohanes.34 Bagi Lincoln,

narasi dalam keseluruhan Injil Yohanes berfokus kepada pemuridan, yang dapat dibagi dalam dua bagian khusus, yaitu pemuridan sebelum Paskah (1:19-2:11) dan pemuridan sesudah Paskah (pasal 12, 13-17, dan 20-21):

1. Sebelum Paskah, sebaghaimana dalam pasal 1:19-2:11, paling kurang melibatkan tiga komponen:

a. Bagaimana seseorang datang kepada Yesus, biasanya melalui kesaksian seseorang (1:36-37). b. Hal-hal apa yang berhubungan

dengan menjalin hubungan dengan Yesus (tinggal bersamaNya, bnd.. 1:38).

c. Efek-efek apakah yang dibawa oleh pemuridan dalam hisup seseorang (pengakuan iman publik, 1:41, 45, 49.

d. Memperkenalkan orang lain kepada Yesus (1:42, 45-46). 2. Sesudah Paskah, sebagaimana

digambarkan dalam nubuatan dalam (12); khotbah perpisahan (13–17); dan narasi sesudah kebangkitan (20–21). Tiga komponen yang sama terlibat di dalamnya:

a. Bagaimana seseorang datang kepada Yesus melalui kesaksian orang lain (12:32).

b. Hal-hal apakah yang akan terlibat dalam hubungan dengan Yesus (tinggal dan mengenal: 14: 23, 25-26; Roh Kudus akan membawa kesaksian (5:26; 16:13–15)

c. Efek-efek pemuridan dalam hidup seseorang (pengakuan iman: 21:24; terlibat dalam misi kepada dunia (17:18; 20:21).

d. Mengasihi satu dengan lain (13:34; 15:12; 15:17).

33Talbert, Reading John, 90.

34Lincoln, The Gospel According to Saint John, 103-04.

(8)

e. Kesatuan Kristen (17:21–23).35

KESIMPULAN

Betel, Kemah Suci dan Bait Allah adalah tempat pertemuan atau Nexus antara surga dan bumi bagi bangsa Israel. Jika Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Betel, Tabernakel dan Bait Allah yang sejati, hal itu berarti Yesus adalah tempat pertemuan atau Nexus antara surga dan bumi bagi semua manusia. Injil Yohanes menyatakan bahwa, semua pengertian Perjanjian Lama tentang Betel, Kemah Suci dan Bait Allah digenapi dan ditentukan oleh Yesus. Dengan ini Yohanes menegaskan bahwa, kehadiran Allah tidak lagi dibatasi di suatu tempat, tetapi Firman yang bersama Allah sejak permulaan dan bahkan adalah Allah telah menjadi manusia dan mengambil tempat di dunia.

Karena Yesus adalah Nexus antara surga dan bumi, hal ini berarti hanya melalui Yesuslah hubungan sejati antara Allah dan manusia dapat terjadi. Yesus adalah penentu kehidupan kekal dan kehidupan yang sejati bagi setiap orang (3:16-18; 10:10b). Memilikki Yesus, berarti memilikki kehidupan kekal dan sejati, tidak memilikki Yesus, tidak memilikki kehidupan kekal dan sejati. Yohanes 11:25, Jawab Yesus: Akulah kebangkitan dan

hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.

Kenyataan bahwa Yesus mengalahkan kematian melalui kebangkitan-Nya, kesatuan setiap orang percaya dengan Kristus, adalah kepastian kebangkitan dan kehidupan kekal mereka.

Karena Yesus adalah satu-satunya

Nexus antara surga dan bumi, Yesus berarti

adalah satu-satunya mengharapan kehidupan kekal dan sejati bagi semua manusia. Dalam realitas itulah nampaknya Yesus mengutus murid-muridNya untuk melanjutkan pelayanan misi BapaNya ke seluruh dunia (Yoh. 20:21). Gereja telah

diutus untuk melanjutkan pelayanan misi Yesus Kristus.

Melalui karunia Roh Kudus, Yesus terus menerus tinggal dalam hati murid-muridNya (14:15-20). Penolong yang Bapa kirimkan atas nama Yesus, mengajar dan membimbing umat Allah melalui firman-Nya, mengingatkan murid-murid segala sesuatu yang Yesus sudah ajarkan (16:26; 16:13-15). Kemudian, melalui kesaksian murid-murid, Roh Kudus meyakinkan dan membaharui orang-orang yang tidak percaya (16:8-11), dan akan memampukan mereka untuk melaksanakan tugas penginjilan (20:21-23).

KEPUSTAKAAN

Murray, B.G.R. 1987. Word Biblical

Commentary.

Borchert, G.L. 1996 John 1–11. Nashville: Broadman & Holman Publishers. Bruce, F.F. 1983. The Gospel of John.

Basingstoke: Pickering & Inglis. Lincoln, A.T. 2005. The Gospel According

to Saint John. Continuum. London.

Newman, Barclay M. & Eugene A. Nida. A

Handbook on the Gospel of John. New

York:United Bible Societies, 1993. Talbert, C.H. 2005. Reading John: A

Literary and Theological Commentary on the Fourth Gospel and the Johannine Epistles. Macon, GA:

Smyth & Helwys Publishing,.

Utley, R.J. 1999. The Beloved Disciple’s

Memoirs and Letters: The Gospel of John, I, II, and III John. Bible Lessons

International. Texas.

Wright, N. T. 2004. John for Everyone,

Part 1. Society for Promoting. Christian

Knowledge. London

Referensi

Dokumen terkait

Bukan karena saya lupa dan bukan juga karena malu; tetapi mungkin karena saya ikut terjebak dalam sindrom sebagian umat-Nya, yang sering mengganggap bahwa “ini hanya kebetulan,

Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Jl Danau Asri Timur Blok C3 No 3C Sunter Danau Indah, Jakarta 14350 Indonesia http //tjc org/id © 2021 Gereja Yesus Sejati Seluruh kutipan

Umat Tuhan yang terkasih, dengan penuh sukacita Majelis Jemaat GKI Nurdin menginformasikan, bahwa kita sudah dapat beribadah online bersama secara live

Ganyong putih yang ditanam pada lahan ternaungi sengon (intensitas naungan 42%) lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan dengan ganyong putih yang tidak ternaungi

Setelah itu, program akan mengoutputkan semua data yang telah disimpan pada masing-masing identifier tersebut ke layar dengan perintah cout yang telah kita pelajari

Catatan: Peserta dalam daftar harus datang ke Panitia Sertifikasi Guru Rayon 1 02 - Universitas Negeri Medan, untuk klarifikasi berkas dengan membawa seluruh Dokumen Asli: Ijazah,

Mereka berharap agar melalui pembatasan yang ketat seperti ini, sebagian dari populasi, yaitu kaum perempuan, akan bisa ‘diselamatkan’ dari pengaruh budaya Yunani yang

Sama halnya dengan diri kita pada hari ini: Meskipun kita tahu bahwa bekerja bagi Tuhan itu kadangkala melelahkan, membuat kita merasa jemu atau bahkan tertekan—selain itu kita