• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek tumbuh kembang pada anak, dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang sangat berpengaruh pada proses pembentukan seseorang dimasa mendatang hingga dewasa baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005, p.31). Sedangkan pada realitanya anak yang sehat juga dapat mengalami keterlambatan ataupun gangguan dalam perkembangannya.

Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Ini berarti tumbuh kembang anak merupakan suatu tahapan proses yang harus dilalui oleh setiap anak (Maryunani, 2010, p.35). Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang optimal merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan dan perilaku, serta rangsangan atau stimulasi yang berguna (Kusnandi, 2008).

(2)

Pada penelitian Agus Widodo dan Isnaini Herawati (2008) mendapatkan hasil bahwa rerata nilai gross motoric kemampuan merangkak pada kelompok intervensi adalah 80,34 dengan SD 3,12, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 40,13 dengan SD 3,22. Kemampuan pull to sit pada kelompok intervensi diperoleh hasil rerata adalah 50,26 dengan SD 6,12, sedangkan pada kelompok kontrol nilai rerata adalah 40,26 dengan SD 3,12. Kemampuan rolling pada kelompok intervensi diperoleh nilai rerata 50,26 dengan SD 6,12, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rerata 25,04 dengan SD 7,12. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan perkembangan gross motoric berupa merangkak, poll to sit dan rolling pada kelompok intervensi serta kelompok kontrol setelah diberikan treatment massage efflurage, maka adanya makna

massage efflurage yang bisa mempengaruhi perkembangan gross motoric.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suko Asri, Dewi Purnama, dan Fachrudi Hanafi (2011) mendapatkan hasil bahwa rerata nilai perkembangan motorik kasar pada bayi kelompok intervensi sebelum dilatih senam adalah 43,05 dengan SD 17,316, sedangkan nilai rerata setelah dilatih senam bayi adalah 66,37 dengan SD 16,627. Perkembangan motorik halus sebelum dilakukan olahraga bayi diperoleh rerata adalah 35,26 dengan SD 18,183, sedangkan setelah dilakukan olahraga bayi diperoleh rerata 63,42 dengan SD 12,362. Pada kelompok kontrol hasil pretest diperoleh rerata perkembangan motorik kasar 25,26 dengan SD 15,853, sedangkan nilai rerata posttest adalah 28,42 dengan SD 18,261. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan

(3)

bahwa adanya perbedaan motorik kasar serta motorik halus pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum atau sesudah diberikan olahraga bayi, maka adanya makna senam bayi yang bisa mempengaruhi perkembangan motorik halus juga motorik kasar.

Ada banyak stimulus yang mempengaruhi perkembangan bayi, antara lain visual, verbal, emosional, fisik, sentuhan, bau dan rasa (Aliza, 2007). Bayi pada usia 3-6 bulan mulai senang mengamati dan menyentuh benda-benda baru yang ada di sekitarnya. Dia mulai belajar untuk mengkoordinasi kemampuan motoriknya yang sedang meningkat untuk mengembangkan ketrampilan seperti menggenggam, berguling, duduk dan bahkan mungkin merangkak. Reflek-reflek yang ada pada bulan-bulan pertama seperti reflek moro, tonicneck, walking serta reflek grasph sudah mulai menghilang dan berganti dengan gerakan yang sudah mulai terarah serta terkoordinasi. Salah satu cara agar bayi tumbuh dan berkembang dengan maksimal yaitu dengan mengikutkan spa untuk bayi (baby spa). Spa pada bayi juga bermanfaat dalam mendeteksi dini adanya kelainan tumbuh kembang pada bayi.

Menurut Permenkes No. 1205/Menkes/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Spa, upaya tradisional yang menggunakan pendekatan holistik, melalui perawatan menyeluruh dengan menggunakan metode kombinasi antara hidroterapi (terapi air) dan massage (pijat) yang dilakukan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta perasaan disebut dengan spa. Upaya pelayanan spa merupakan upaya dalam

(4)

bidang preventif dan promotif, yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Terselenggaranya pelayanan spa sebagai upaya meningkatkan kesehatan tradisional (alternatif) yang aman, bermanfaat, bermutu, yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menjaga/memelihara, meningkatkan kesehatan masyarakat pemakai jasa serta melestarikan warisan budaya bangsa dengan cara pengobatan/perawatan tradisional (alternatif). Menurut Yahya (2011, p.4) air juga dapat digunakan sebagai media relaksasi, mempertahankan dan memperbaiki gerakan sendi, melatih otot yang lemah, dan meningkatkan kemampuan berjalan. Bayi yang sering diterapi spa otot-ototnya akan lebih terlatih. Bayi tersebut juga akan lebih cepat berjalan.

Baby spa merupakan kegiatan perawatan bayi yang didalamnya

terdapat baby massage, baby swim, serta baby gym. Salah satu tempat yang memberikan pelayan baby spa di Semarang adalah mom’me organic baby

and kids spa. Berdasarkan survey ke mom’me organic baby and kids spa

melalui wawancara dengan pemilik baby spa bahwa baby spa tersebut berdiri sejak tahun 2011 dan merupakan baby spa ke dua yang berdiri di Semarang.

Mom’me organic baby and kids spa telah memiliki sertifikat berbasis

international dan memiliki karyawan yang lebih terampil karena pada dasarnya mempunyai basic kesehatan yaitu kebidanan, sehingga telah mengerti mengenai kesehatan dan tumbuh kembang bayi agar tercapai perkembangan yang maksimal.

Berdasarkan studi pendahuluan di lingkup Mom’me Organic Baby

(5)

menemukan 6 dari 10 bayi dicurigai mengalami keterlambatan perkembangan dengan skrining menggunakan Denver Developmental Skrinning Test II (DDST II). Serta 7 dari 10 ibu yang memiliki bayi tidak mengetahui mengenai tumbuh kembang bayi. Salah satu faktor adanya keterlambatan perkembangan bayi diakibatkan karena kurangnya pemberian stimulus. Pemberian stimulus dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan melakukan perawatan pada bayi yaitu baby spa. Selain itu belum ada yang melakukan penelitian mengenai pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi.

Berdasarkan fakta ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan di Mom’me Organic Baby and Kids Spa di Kota Semarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Pengaruh Baby Spa terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada Bayi Usia 3-6 Bulan di Mom’me Organic Baby and Kids Spa Kota Semarang ”.

(6)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan baby spa pada bayi usia 3-6 bulan..

b. Mendiskripsikan perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan. c. Menganalisis pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar

pada bayi usia 3-6 bulan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai masukan dan kebijakan dalam mendukung program tumbuh kembang anak yang optimal.

2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan para orang tua termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku dalam memaksimalkan tumbuh kembang buah hatinya melalui metode baby spa.

3. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar bayi.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian tentang Stimulasi terhadap Perkembangan Motorik Bayi No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Metode Hasil 1 Efektifitas massage efflurage terhadap perkembangan

gross motoric pada

bayi usia 3-4 bulan di RB Annur

Agus Widodo dan Isnaini Herawati 2008 Kemampuan gross motoric bayi usia 3-4 bulan yang diberi perlakuan massage dan yang tidak diberi perlakuan massage dengan jumlah sampel sebanyak 35 bayi. Variabel dependent : perkembangan gross motoric

pada bayi usia 3-4 bulan. Variabel independent : efektifitas massage efflurage Jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian two group post test design with control. Pemberian massage bayi usia 3-4 bulan dapat mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan gross motorik pada kemampuan merangkak,

poll to sit dan rolling. 2 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi dengan Perkembangan Anak Usia 1 tahun di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang Tahun 2010 Sari Agustia 2010 Ibu yang mempunyai anak usia 1 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 10 ibu Variabel dependent: Perkembangan Anak usia 1 tahun. Variabel independent : Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi. Jenis penelitian dengan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan anak usia 1 tahun di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang. 3 Pengaruh pijat bayi terhadap perkembangan Bayi di Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Anindita Ratna Pratiwi 2013 Perkembangan bayi berusia 3-10 bulan yang diberi perlakuan pijat bayi dan yang tidak diberi perlakuan pijat bayi dengan jumlah sampel sebanyak 19 bayi. Variabel dependent : perkembangan bayi usia 3-10 bulan. Variabel independent : pijat bayi. Desain penelitian quasi experiment, pretest posttet with control group design dan total sampling Tidak ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap perkembangan.

(8)

4 Pengaruh olah raga bayi untuk perkembangan motorik kasar dan motorik halus di Kelurahan Mataram Timur Kecamatan Mataram Kodya Mataram Suko Asri, Dewi Purnama, dan Fachrudi Hanafi, 2011 Perkembangan motorik kasar dan motorik halus bayi usia 4-12 bulan dengan jumlah sampel 38 bayi yaitu 19 bayi diberi perlakuan dan 19 bayi yang lain untuk kelompok kontrol Variabel dependent : perkembangan motorik kasar dan motorik bayi usia 4-12 bulan. Variabel independent :

olah raga bayi

Desain penelitian quasi experiment dengan pendekatan pretest posttet with control group Design. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampel. Ada pengaruh olahraga bayi terhadap perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

5 Pengaruh baby spa terhadap

perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan di Mom’me

Organic Baby And Kids Spa Kota

Semarang Unggul Budi P. 2014 Perkembangan motorik kasar bayi usia 3-6 bulan dengan jumlah sampel 27 bayi. Variabel dependent: perkembangan motorik kasar bayi usia 3-6 bulan. Variabel independent : baby spa Desain penenlitian pre-experiment dengan pendekatan posttest only design. Ada pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 3-6 bulan di

Mom’me Organic Baby And Kids Spa

Kota Semarang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian berada di Mom’me Organic Baby and Kids Spa Semarang, penelitian dilakukan pada tahun 2014, jenis penelitian menggunakan pre experimental

design dengan pendekatan posttest only design serta variabel penelitian pada

variabel dependent yaitu motorik kasar bayi usia 3-6 bulan sedangkan variabel independent yaitu baby spa.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk

(2) cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri yaitu yang diperoleh di lapangan berbeda dari cara orang tua lainnya dalam mendidik anaknya

5 Dari hasil perhitungan volume timbulan sampah (1,27L/orang.hari) di masing-masing pondok yang dikalikan dengan jumlah penghuni dan faktor keamanan (1,5) kemudian dibagi

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Yashinta Asteria Norhermaya, menyatakan bahwa skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KEPERCAYAAN DAN

Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan SPSS 16.0 dengan nilai signifikansi pengujian dependensi antara variable berat badan dengan kekuatan maksimum

Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Pemerintah.” Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah rasio yang terdiri dari LDR, IPR, NPL, IRR, PDN,

This critical analysis of the "cultivation" literature reveals 3 conceptions of the term: (a) George Gerbner’s macrosystem explanation of mass media processes and effects, (b)

Permasalahan membentuk pohon merentang minimum dari sebuah graf dapat diselesaikan dengan menggunakan algoritma greedy (algoritma Prim dan algoritma kruskal) yang