• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membina Pendidikan Agama Anak Di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membina Pendidikan Agama Anak Di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DESA MEDAN SENEMBAH

KECAMATAN TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SITTI ISNI AZZAAH NIM: 0301161040

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DESA MEDAN SENEMBAH

KECAMATAN TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SITTI ISNI AZZAAH NIM: 0301161040

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hadis Purba, MA Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I NIP. 19620404 199303 1 002 NIP. 19890510 201801 1 002

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Jl. Williem Iskandar Pasar V telp. 6615683-662292, Fax. 6615683 Medan Estate 20731

SURAT PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul: “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama

Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”, yang disusun oleh Sitti Isni Azzaah yang telah dimunaqasyahkan dalam sidang munaqasyah Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan pada tanggal:

20 Juli 2020 M

28 Dzulkaidah 1441 H

Skripsi ini diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Medan.

Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan

Ketua Sekretaris

Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA Mahariah, M.Ag

NIP. 19701024 199603 2 002 NIP. 19750411 200501 2 004 Anggota Penguji

1. Ihsan Satrya Azhar, MA 3. Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I NIP. 19710510 200604 1 001 NIP. 19890510201801 1 002

2. Prof. Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag 4. Drs. Hadis Purba, MA NIP. 19700427199503 1 002 NIP. 19620404 199303 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd NIP. 19601006 199403 1 002

(4)

Nomor : Istimewah Medan, 03 Juli 2020

Lampiran : -

Prihal : Skripsi

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sumatera Utara Di

Tempat

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Setelah membaca, meneliti, mongoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi saudari:

Nama : Sitti Isni Azzaah

NIM : 0301161040

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan

Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa

Dengan ini kami telah menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk diajukan dalam Sidang Munaqasah Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 03 Juli 2020

Dosen Pembimbing Skripsi

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sitti Isni Azzaah

NIM : 0301161040

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina

Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya

serahkan ini benar-benar hasil karya ilmiah sendiri, kecuali kutipan-kutipanyang

telah di sebutkan sumbernya.Apabila skripsi ini di dalamnya terdapat kesalahan

dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

(6)

ABSTRAK

Nama : Sitti Isni Azzaah

NIM : 0301161040

Jurusan : PendidikanAgama Islam

Pembimbing I : Drs. Hadis Purba, MA Pembimbing II : Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I

Judul : Pola Asuh Orang Tua Tunggal

dalam Membina Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa

Email : sittiisniazzaah05@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama Anak dari mulai faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal, cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri, persepsi orang tua tunggal terhadap anak, serta peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama.

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripsi. Penelitian ini dilakukan di Desa Medan Medan Sinembah, Dusun V, Gang Ridho, tepatnya berada di Jalan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu Teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data. Dan penjaminan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu uji kredibilitas data, transferabilitas (keteralihan), dependebilitas (ketergantungan), konfirmabilitas (kepastian).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal yaitu faktor kematian (meninggal dunia). (2) cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri yaitu yang diperoleh di lapangan berbeda dari cara orang tua lainnya dalam mendidik anaknya ada yang mendidik anaknya menjadi anak yang mandiri dalam ibadah dan tanggung jawabanya terhadap pendidikan dan agama, ada juga sebagaian orang tuanya yang gagal dan belum bisa mengajarkan anaknya untuk mandiri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (3) persepsi orang tua tunggal terhadap anak, hasil yang diperoleh dilapangan bahwa ada beberapa orang tua tunggal memiliki pandangan yang berbeda terhadap anaknya. (4) peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama anak bahwa orang tua tunggal mampu memberikan pendidikan agama dengan baik bahkan sebagian dari orang tua tunggal menjadikan anaknya sebagai seorang pengahafal Alquran.

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha kuasa. yang telah

memberikan nikmat kesehatan dan keselamatan serta petunjuk bagi penulis.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama Anak di Desa Medan

Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.” Untuk itu sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi

seluruh umat manusia dengan mengharapkan syafaatnya di akhirat kelak.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Selama menyusun skripsi ini

penulis banyak mendapatkan bantuan serta dorongan dan bimbingan, baik itu

bersifat moril maupun material.

Untuk itu pada kesempatan kali ini Peneliti ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik itu secara langsung

maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi

ini. Secara khusus dalam kesempatan kali ini Peneliti menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Yang teristimewa dihati Peneliti yaitu Ayah tercinta Jasri S.Pd.I dan ibunda tersayang Mariani, S.Pd.I, yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, memberi semangat serta menyekolahkan Peneliti sampai perguruan tinggi hingga selesai, yang selalu memberika cinta dan kasih sayang begitu besar, doa dan restunya, tanpa mengenal lelah dan letih untuk memenuhi kebutuhan

(8)

peneliti, sehingga karya kecil ini Peneliti jadikan sebagai persembahan dan untuk menjadi kebanggaan keduanya. Tanpa ridho keduanya mungkin perjalanan pendidikan ini tak sampai pada masa gelar Sarjana.

2. Abang tercinta Dakwan Khoirunsyah, S.Pd yang telah memberikan

semangat, mengingatkan dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi

ini dan saudara kembar tersayang Sitti Isnani Azzaah yang selalu

membantu menyelesaikan skripsi ini yang lagi berjuang sama sama untuk

mendapatkan gelar sarjana.

3. Bapak rektor yaitu Prof. Dr. Saidurrahman, M. Ag selaku pimpinan

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara beserta para Wakil Rektor.

4. Bapak dekan yaitu Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera

Utara.

5. Ibunda Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA selaku Ketua Prodi Pendidikan

Agama Islam yang telah memberikan nasihat dan arahan dalam

menjalankan proses perkuliahan.

6. Bapak Drs. Hadis Purba, MA selaku pembimbing pertama yang telah sabar dalam membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk bagi

penulis sehingga kripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I selaku Pembimbing kedua yang telah sabar dalam membimbing Peneliti dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

8. Bapak Azrai Sulaiman selaku Kepala Desa Medan Senembah yang telah

(9)

9. Sahabat sahabat tercinta yang lagi berjuang sama agar bisa wisuda dan

foto bersama dengan memakai toga terkhusus sahabatku “Pejuang Skripsi”: yang selalu memberikan bantuan serta semangat dan motivasinya, Cut Fadhilah, Tiara Jerni, Khairunnisa, Rina Wahyuni,

Kurnia Khairiyah Damanik, Nurul Anggraini, Sonia Tuulpa yang

senantiasa menjadi sahabat terbaik dan selalu memberi motivasi kepada

Peneliti. dan Derhana Faujiah Hasibuan yang sedang berjuang juga untuk

memperoleh gelar Sarjana

10. Sahabat tercinta di MAN 3 Medan Nurhamidah, Ratu Pramaisuri

Am.Keb, Dhea Atika terima kasih selalu memberikan motivasi dan

semnagatnya kepada peneliti.

11. Kakak kelas tersayang Erika Septiani S.Pd, Rahma Itsna Hayati S.Pd yang

selalu memberikan motivasi serta dukungannya kepada peneliti

12. Keluarga besar PAI-6 Stambuk 2016 yang telah memberikan rasa

kekeluargaan, motivasi dan dukungannya kepada Peneliti.

13. Semua teman-teman, kakak, adik yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti

Untuk itu dengan hati yang tulus, dengan ini penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, terutama kepada kedua

orang tua yang selalu memberikan semangatnya kepada penulis semoga Allah

SWT membalas kebaikan dengan balasan yang lebih baik. Penulis juga meminta

maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih ditemukan berbagai kekurangan

(10)

Oleh karena itu, sumbangan saran, kritik dan pendapat yang sehat dan

membangun sangatlah penulis harapkan agar skripsi ini mampu menjadi karya

ilmiah yang baik.

Medan,17 Maret 2020

(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORITIS ... 10

1. TINJAUAN POLA ASUH ... 10

a. Pengertian Pola Asuh ... 10

b. Macam-macam Pola Asuh ... 12

c. Pola Asuh dalam Islam ... 14

d. Orang Tua Tunggal ... 20

2. PENDIDIKAN AGAMA ... 24

a. Pengertian Pendidikan Agama ... 24

b. Dasar-dasar Pendidikan Agama ... 26

c. Tujuan Pendidikan Agama ... 30

d. Pendidikan Agama dalam Keluarga ... 32

B. PENELITIAN RELEVAN ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 38

(12)

vii

C. Subjek Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisa Data ... 43

F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. TEMUAN UMUM ... 49

1. Sejarah Desa Medan Senembah ... 49

2. Profil Desa Medan Senembah ... 50

3. Visi dan Misi Desa Medan Senembah ... 53

4. Profil Orang Tua Tunggal Desa Medan Senembah ... 54

B. TEMUAN KHUSUS 1. Faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 57

2. cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 61

3. Persepsi Orang Tua Tunggal terhadap anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 69

4. Peran Orang Tua Tunggal dalam Pendidikan Agama anak di Desa Medan Senembah ... 71

C. PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Temuan Pertama... 76

2. Temuan Kedua ... 77

3. Temuan Ketiga ... 79

4. Temuan Keempat ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 83

2. Saran ... 85

(13)

viii

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Data Jumlah Kartu Keluarga (Kk) ... 50

TABEL 4.2 Data Jumlah Penduduk Dimasing-Masing Dusun ... 51

TABEL 4.3 Data Sarana Pendidikan ... 52

TABEL 4.4 Data Sarana Ibadah ... 53

(14)

ix DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV LAMPIRAN V LAMPIRAN IV : Pedoman wawancara : Hasil wawancara

: Observasi blanko ceklis

: Dokumentasi blanko ceklis

: Dokumentasi wawancara

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Zuhairani ada beberapa jenis pusat pendidikan, yaitu

keluarga, sekolah, dan masyarakat yang satu sama lainnya saling

memberikan stimulus untuk tercapainya keberlangsungan pendidikan

secara utuh.1 Proses pendidikan yang dilangsungkan di sekolah sangatlah

terbatas, sehingga hanya dapat diperoleh wawasan sekitar 20% dan

sisanya kita dapatkan diluar untuk pengembangan pengetahuan yang kita

peroleh secara formal. Pendidikan keluarga memiliki peran utama terkait

pendidikan seorang anak, baik pendidikan jasmani, maupun pendidikan

rohani. Maka dari itu, pendidikan keluarga perlu ditanamkan sejak dini

oleh orang tua kepada anaknya, bukan hanya pendidikan formal di

sekolah namun juga pendidikan informal dan non formal.

Faktor penting untuk meninggikan derajat manusia adalah

Pendidikan. Kedua Orang tua tentunya dapat memberikan bimbingan

pendidikan untuk anggota keluarganya. Terutama bagi seorang ibu yang

memiliki peran penting. Karena ibu merupakan madrasah utama bagi

anak-anaknya dengan dibekali ilmu pengetahuan agama seorang ibu akan

mewariskan pengetahuan agamanya kepada anaknya.

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak. Di antara mereka ayah dan ibu mengemban amanah dari

yang maha kuasa untuk memelihara, mengasuh, anak dan menyababkan

(16)

anak terlahir ke dunia, serta dapat memberikan kesempatan kepada anak

untuk memperoleh pendidikan.2

Menjadi orang tua tidaklah cukup hanya dengan melahirkan

seorang anak, tetapi sebagai orang tua juga harus mampu secara utuh

dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Islam mengajarkan

bahwa pendidikan sebagai suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi anak

dan itu bisa dikatakan hak anak yang harus diperoleh, jika kedua orang

tua mengabaikannya itu artinya mereka telah menzholimi anak dengan

tidak memberikan pendidikan khususnya dalam memberikan pendidikan

agama.

Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh yang maha

kuasa, oleh sebab itu sudah menjadi keharusan orang tua untuk

memberikan bimbingan, nasehat, pengajaran, pelatihan, mengasuh serta

memberikan pendidikan kepada mereka dengan sungguh-sungguh tetap

dengan koridor syariat Islam. Sifat kepedulian orang tua terhadap anak

dalam segi pendidikan baik jasmani maupun rohani akan berdampak posti

terhadap perilaku anak yang mencerminkan suri tauladan perilaku

Rasulullah Saw.

Di antara rintangan yang dihadapi oleh para orang tua adalah

bagaimana mengajarkan etika, perbaikan perilaku dan akhlak anak, serta

cara orang tua dalam memberikan sanksi dan penghargaan atas tindakan

yang mereka lakukan.jika anak belum dapat memahami makna kebaikan

dan keburukan maka anak perlu dipahamkan adanya perbuatan yang akan

2 Ibrahim Armini, 2016, Agar Tidak Salah Mendidik Anak (Ta’lim va Tarbiyat), Jakarta: Al-Huda, hal. 107.

(17)

menyebabkan orang lain menjadi susah dan kesulitan, serta menimbulkan

mudharat atau bahaya.3

Ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi kemandirian

individu yaitu dengan memberikan pola asuh. Pola asuh dapat

memberikan interaksi antara orang tua dan si anak yang meliputi konsep

pengajaran dalam Islam ta’dib, muta’addib, ta’lim dan muta’alli, serta senantiasa memberikan bimbingan berupa nasehat dan aturan dalam

setiap perilakunya. Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk

putra dan putrinya, berbagai upaya dilakukan agar anaknya dapat meraih

keberhasilan, dan kesuksesan. Salah satunya dengan mengusahakan

pendidikan yang baik bagi si anak yaitu dengan cara memasukkan anak

di sekolah yang berbasis pendidikan agama, mengikutsertakan anak

untuk belajar mengaji,dan lain sebagainya.

Keberhasilan dalam mendidik anak merupakan salah satu kunci

terciptanya keharmonisan di dalam sebuah keluarga, untuk menjadi

keluarga yang rukun dan bahagia. Setiap anak menginginkan sebuah

keluarga yang utuh yang jauh dari kata “broken home”, karena

keberhasilan seseorang anak secara psikologis dapat berpengaruh sesuai

keadaan dan keharmonisan rumah tangga orang tuanya. Cinta dan kasih

sayang kedua nya sangat dibutuhkan sebagai motivasi anak dalam

menempuh pendidikan dan menjadi anak yang berbudi pekerti luhur.

Semua keluarga mengidamkan sebuah keluarga yang utuh dan

harmonis, namun terkadang hal yang menjadi espektasi berbanding

(18)

terbalik dengan realita, keluarga yang diharapkan penuh keharmonisan,

justru menjadi keluarga yang penuh keretakan dan kehancuran. Berbagai

macam problematika dalam keluarga kerap sekali menjadikan keadaan

keluarga tidak harmonis lagi, yang dampaknya dirasakan oleh si anak

sehingga hanya memiliki orang tua tunggal.

Setiap anak tentu menginginkan kepedulian, kebahagiaan yang

senantiasa diberikan oleh orang tuanya, namun di dalam keluarga tunggal,

hanya seorang ibu yang berperan sebagai pemimpin keluarga dan

pemimpin rumah tangga untuk memikirkan tumbuh kembang

anak-anaknya.

Menjadi ibu yang berstatus single parent, dalam merawat dan

membesarkan anak sendirian itu bukanlah hal yang mudah. Dengan

kondisi seperti itu single parent harus mampu memberikan makan

anak-anaknya dengan bekerja, dengan seorang diri juga dia harus mampu

menyekolahkan anaknya agar tetap memiliki pendidikan, dan seorang diri

pula dia berupaya untuk menjadikan manusia yang bermanfaat bagi orang

lain dan Allah SWT. Ibu memiliki peran yang sangat urgent bagi anak- anaknya, dan dari sisi psikologis seorang anak biasanya lebih dekat

dengan seorang ibu, karena di satu sisi dari rahim seorang ibu lah anak

dilahirkan. Ibu dapat menjadi tempat curhat untuknya, bercerita

kesedihannya, kebahagiaannya dan selalu bisa memotivasi anak-

anaknya, bahkan ibu selalu bisa menjadi komplit dalam menyelesaikan

(19)

Fenomena yang terjadi di sini seorang ibu (janda) yang mengasuh

anak- anaknya serta berjuang untuk memenuhi kehidupan keluarganya

dari pengaruh lingkungan yang tidak baik, ini merupakan salah satu

proses kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Masih cukup

sering dijumpai fenomena tersebut dalam kehidupan sehari-hari,

meskipun jumlah keluarga tunggal tidak sebanyak keluarga yang

lengkap.

Penelitian yang dipilih oleh peneliti memfokuskan pada pola

asuh penanaman ilmu agama dari orang tua tunggal, karena di Desa

Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari 9 dusun.

Jika dijumlahkan dari setiap dusun yang ada di Desa Medan Senembah,

orang tua yang berstatus janda ini cukup banyak, ada 17 kasus janda. Di

antaranya ada yang berstatus janda karena di tinggal suami, perceraian,

ataupun meninggal dunia. Dari semua ibu yang berstatus janda banyak

problematika yang ada di Desa Medan Senembah, yaitu gagalnya orang

tua dalam mendiidk anaknya sehingga anaknya mudah stres dan

terjerumus dalam hal yang negatif seperti4:

1. Adanya anak yang suka tawuran dari keluarga orang tua tunggal

(janda)

2. Adanya anak dari seroang single parent yang hamil di luar nikah. (seks bebas)

3. Adanya anak dari seorang single parent yang ska

mabuk-mabukan.

(20)

4. Adanya anak dari single parent yang memakai narkoba, dan

perbuatan lainnya yang menyimpang.

Jika diperhatikan di lingkungan Desa Medan Senembah peran

orang tua memang sangat dibutuhkan karena banyak penyimpangan yang

terjadi di desa ini, karena kurangnya peran orangtua untuk mendidik

anaknya.

Apabila disimpulkan dari berbagai permasalahan yang terdapat

di desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa tepatnya di dusun

VI dan dan di dusun V. Pola asuh yang diberikan oleh seorang single parent terlihat memiliki perbedaan dari pola pengasuhan orang tua lainnya, karena melihat banyaknya permasalahan yang terjadi di

lingkungan sehingga tidak mudah bagi single parent dalam hal memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga tidak sesuai espektasi

yang diharapkan.

Banyak kita lihat bahwa keluarganya yang masih lengkap saja

belum tentu bisa mendidik anaknya dengan baik, akan tetapi indikasi

yang terlihat saat observasi awal, peneliti melihat berdasarkan fenomena

yang terjadi di lapangan bahwa ibu yang bertasatus janda ini mampu

memberikan pendidikan agama kepada anaknya dengan baik yang tidak

biasa dan tidak seperti fenomena kasus orang tua tunggal lainnya yang

gagal dalam mendidik anaknya dengan nilai-nilai pendidikan agama.

Penelitian melihat bahwa ibu yang berstatus janda ini

mengajarkan pendidikan agama seperti mengajarkan anak dalam

(21)

sejak masih di dalam kandungan. Sehingga dari jumlah anaknya yang

cukup banyak ibu ini mampu mendidik dan mengajarkan anaknya hingga

anaknya semua menjadi orang yang berhasil bahkan menjadi seorang

pengahafal Alquran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan tersebut

peneliti melakukan penelitian karya ilmiah berbentuk skripsi yang

berjudul “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina

Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”

B. Fokus Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam menulis proposal skripsi

ini, maka perlu adanya pembatas masalah, maka fokus masalah yang

diteliti oleh penulis adalah cara orang tua tunggal atau single parent

membiasakan anaknya agar anak dapat terampil dan mandiri terutama

dalam Pendidikan Agama nya di Desa Medan Senembah Kecamatan

Tanjung Morawa.

C. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

peneliti di atas, maka yang menjadi peerumusan masalahnya yaitu:

1. Apa faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tinggak di Desa

Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?

2. Bagaimana cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan

(22)

3. Bagaimana persepsi orang tua tunggal terhadap anak di Desa Medan

Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?

4. Bagaimana peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama anak

di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

dari penelitian yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab seseorang menjadi orang

tua tunggal di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.

2. Untuk mendeskripsikan cara orang tua tunggal melatih anak supaya

terampil dan mandiri di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung

Morawa?

3. Untuk mendeskripsikan persepsi orang tua tunggal terhadap

pendidikan agama anak di Desa Medan Senembah Kecamatan

Tanjung Morawa.

4. Untuk mendeskripsikan peran orang tua tunggal terhadap pendidikan

agama anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi efek positif

yang bermanfaat bagi para pembaca dan para pendidik khususnya, baik

secara teoritis dan praktis.

(23)

a. Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya

penelitian ilmiah mengenai pola pengasuhan orang tua

khususnya dalam Pendidikan agama.

b. Sebagai sumbangan pemikiran atau landasan perspektif untuk

keluarga orang tua tunggal dalam mendidik anak-anaknya.

c. Dapat memberikan motivasi yang positif serta inspirasi bagi

mahasiswa khusunya, dalam melakukan penelitian serupa yang

berhubungan dengan Pendidikan agama mengenai pola asuh

orang tua.

2. Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman

selama melakukan penelitian,

b. Sebagai syarat untuk memperoleh atau mendapatkan gelar

sarjana Pendidikan.

c. Untuk menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis 1. Tinjauan Pola Asuh

a) Pengertian Pola Asuh

Pada awal penulisan penulis akan terlebih dahulu menguraikan

definisi pola asuh itu sendiri. Kata pola asuh terdiri dari dua suku kata

yaitu pola dan asuh. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata pola memiliki

pengertian gambaran yang dipakai untuk memberikan contoh atau

sistem cara kerja. kemudian kata asuh diartikan sebagai merawat dan

mendidik, membimbing, membantu dan melatih.5

Kata Pola asuh yaitu cerminan perwujudan dari interaksi orang

tua kepada anak. Perwujudan tersebut terdiri dari berbagai sikap serta

cara yang dilakukan orang tua dalam memperlakukan anaknya antara

lain dalam penerapan disiplin, kasih sayang, pemberian reward, ataupun

punishment, kebiasaan orang tua membiasakan pola hidup sederhana atau bermewah-mewahan, memberikan kasih sayang dan sikap

kepedulian, responsif, memberikan keamanan dan kenyamanan serta

dalam hal menuruti kemauan anak.

Pola asuh dapat didefenisikan sebagai bentuk interaksi anak

dengan orang tua bisa komunikasi langsung maupun tidak langsung

meliputi kebutuhan fisik maupun psikis manusia dalam menjalani

5 Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2019, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 54.

(25)

proses kehidupan.6 Menurut Baumrind sebagaimana dikutip Surbakti

EB, pola asuh pada dasarnya merupakan parental control yang artinya orang tua dapat mengontrol dan mengarahkan anak dalam melaksanakan

segala tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses

pendewasaan.7

Jika pemberian pola asuh terjadi kekeliruan, maka akan

berdampak pada mental psikis anak tersebut, sedangkan pola asuh dalam

research ini tentang teknis orang tua dalam mengupayakan pendidikan agama kepada anaknya untuk memenuhi kebutuhan ruhaniyah anak.

Setiap orang tua memiliki teknik sendiri dalam mendidik dan mengasuh

anaknya, setiap teknik yang digunakan memiliki espektasi tinggi untuk

menjadikan anak berbudi pekerti luhur dan memiliki wawasan ilmu

pengetahuan yang luas, hal ini bertujuan untuk menghadapi zaman yang

semakin berkembang dengan segala macam pemikiran baik yang

bersifat logis maupun teoritis.

Sebagian orang tua ada yang melakukan cara yang sederhana

dalam mendidik anaknya, salah satunya pemberian reward berupa pujian dan bahkan memberikan hadiah untuk anaknya, salah satunya ketika

anak melakukan hal yang bermnfaat dan positif seperti rajin membaca

Alquran, shalat lima waktu, dan juara kelas. Namun juga tidak dapat

dipungkiri, bahwa masih ada juga sebagian dari orang tua yang justru

bertolak belakang dalam memperlakukan anaknya, seperti tidak pernah

6 Dessy, 2015, mengenai Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Mendidik Agama islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam hal. 78.

(26)

memuji anaknya walaupun anak-anak mereka melakukan hal yang

benar, justru malah terus memberikan punishment. Ada juga sebagian orang tua yang suka memukul, membentak, dan mencubit anaknya jika

anaknya telah melakukan kesalahan, maka hal tersebutlah yang

termasuk ke dalam pola asuh.

Bentuk pengasuhan dalam keluarga, dilakukan sesuai dengan

kebiasaan yang pernah dilihat dialami serta argument dari segelintir argument yang bersifat logis, spekulatif maupun teoritis yang

menjadikan perbedaan dalam teknik pola asuh masing-masing orang tua

dalam melakukan Pendidikan kepada anaknya. Pola asuh diterapkan

sejak anak lahir dan disesuaikan dengan usia serta tahap perkembangan

anak. Sehingga pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anaknya

tersebut dapat mempengaruhi kemandirian si anak.

b). Macam-Macam Pola Asuh

Mendidik anak dalam keluarga diharapkan anak mereka dapat

tumbuh dan berkembang kepribadiannya dan menjadi manusia yang taat

dalam agamanya, berkepribadian yang kuat dan mandiri, bersikap ihsan,

memiliki potensi fisik yang kuat jasmani dan rohaninya. Dalam

mewujudkan hal tersebut ada berbagai cara yang dilakukan oleh orang

tua dalam memberikan pola pengasuhan, sebagaimana yang di

diungkapkan oleh Diana Baumrind mengenai macam-macam pola

pengasuhan terhadap anak diantaranya yaitu;8

1) Pola suh otoriter (authoritarian)

8 Diana Baumrind, 1994, Psikologi Perkembangan Anak, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 65.

(27)

Artinya orang tua memiliki kedudukan tertinggi untuk mengasuh

anaknya, sehingga setiap wujud perilaku merupakan usaha

maupun implementasi orang tua yang semata-mata dilakukan

untuk anak-anaknya. Pola asuh ini memiliki paham kepatuhan

mutlak, dan orang tua lah yang benar dalam segala argument yeng

berusaha mendoktrin anak. Dalam sistem ini orang tua urgent dan

central, karena mereka lah yang bertugas mengarahkan dan membimbing serta mengajarkan anak secara mutlak tanpa campur

tangan orang lain, karena mereka merasa diri mereka paling benar

dan paling berkuasa atas anaknya.

2) Pola asuh serba boleh (Indulgent)

Dalam pola asuh ini orang tua menekankan pada kebaikan,

keramahan, kemurahan, serta kesabaran pada anak. Artinya pola

asuh ini berpemahaman bahwa orang tua secara serta merta

memberikan kebebasan dan keluwesan kepada anak untuk dapat

melakukan apa saja yang mereka inginkan selagi tidak berbentuk

pelanggaran dan hal tersebut positif.

3) Pola asuh memerintah tanpa paksaan (authoritative)

Orang tua melakukan atau menggunakan pengawasan yang tegas,

kuat dan kokoh terhadap perilaku anak, namun tetap terarah

artinya menghormati kebebasan dan kepribadian anak. Sehingga

anak memiliki panduannya dalam menjalan kehidupannya

sehari-hari, tanpa adanya paksaan dari kedua orang tuanya.

(28)

Pola pengasuhan sembrono ini yaitu tidak memiliki aturan yang

jelas, dalam hal ini orang tidak kunjung pernah memperdulikan

anak-anaknya baik akhlak, pendidikan dan lain sebagainya. Pola

asuh ini sering berdampak buruk terhadap pola pikir dan perilaku

yang tidak mendapatkan pendidikan dari ayah dan ibunya,

sehingga anak lebih sering berhadapan dengan lingkungannya

yang bisa jadi positif bahkan negative. Contohnya seperti anak

bebas mengekspresikan setiap aktivitasnya, pulang larut malam,

terlalu dekat dengan lingkungan tetapi tidak dekat dengan orang

tuanya, dari segi mental dan psikis anak yang seperti ini sangat

mudah terpengaruh oleh kehidupan diluar karena tidak ada yang

membatasi setiap keinginan dan perilakunya, bahkan orang tua

tidak pernah memarahi anaknya kalau anaknya melakukan

kesalahan.

C) Pola Asuh dalam Islam

Membahas mengenai Pola asuh, peneliti juga akan membahas pola

asuh yang di ajarkan dalam Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Drajat

yaitu pola asuh secara Islam merupakan merupakan perwujudan baik teoritis

maupun praktis berupa perlakuan orang tua dalam membimbing, mendidik,

melatih anak dari segi pendidikan akhlak baik jasmani maupun rohani,

pendidikan mental maupun pisikis anak yang yang dilakukan berdasarkan

landasan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW.

Islam mengajarkan bahwa adanya eksitensi anak yang berhubungan

(29)

tuhannya melalui tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya seperti

mengazankan anak yang baru dilahirkan kedunia. Mendidik anak menjadi

manusia yang berkepribadian Islami pada hakikatnya yaitu membuka jalan

fitrah atau potensi yang terdapat dalam diri setiap individu.

Mengasuh dan mendidik anak tidak mengambil refrensi dari

pendidikan Rasulullah Saw, hal itu dipengaruhi karena kurangnya

pengetahuan orang tua yang tidak memahami bagaimana pendidikan

Rasulullah. Akibatnya mereka sering mengabaikan tanggung jawab sebagai

orang tua yang berperan dalam pendidikan jasmani dan rohani anak.

Perhatian Islam terhadap anak sangatlah besar dengan asumsi bahwa

anak adalah buah kehidupan rumah tangga serta harapan umat manusia. Islam

pun menganjurkan kepada seluruh orang tua agar dapat menjalankan amanah

yang diberikan-Nya berupa seorang anak dengan mendidik dan mengasuh

lewat cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai suri tauladan

umat manusia. Sebagaimana dalam hadis nabi ia bersabda bahwa:

للها لوسر لاق لاق هنع للها يض ر بياحصلا يمشلجا به و بيا نع

لجر ءاج م ص

اعضوم هعضو هبدا و هسما نستح :لاق اذه بيا قح ام للها لوسر اي :لاقف م ص بينلا ليا

يصوت لاا هاو ر انسح

Artinya: “Seorang bertanya kepada Nabi Saw dan bertanya, “Ya Rasulallah, apa hak anakku ini? “Nabi menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu),” (HR. Ath-Thusi).9

Semua anak dilahirkan dengan memiliki fitrah atau potensi

masing-masing, dalam hal ini orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam

membentuknya. Bagaimana cara orang tua mendidik, menentukan potensi

9Muhammad Faiz Almath, (2017), 1100 Hadis Terpilih terj. Dari Qobasun min Nuri

(30)

baik anak tergali dengan baik atau tidak. Menurut Ramayulis, ada beberapa

kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain:10

a) Memilih nama yang baik bagi anaknya.

b) Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya serta menolong

mereka membina aqidah yang benar dan agama yang kokoh.

c) Memuliakan anak-anaknya, berbuat adil dan berbuat kebaikan diantara

mereka

d) Memberi contoh yang baik dan teladan yang saleh atas segala yang

dilakukannya.

Mengingat anak merupakan asset terbesar bagi kedua orang tua yang

bisa menjadi penolong keduanya kelak di akhirat Ketika mereka telah tiada,

serta bisa menjadikan tabungan amal kebaikan mereka dari doa anak yang saleh

dan saleha. Untuk itu ada beberapa kewajiban yang harus di pikul oleh orang

tua tua didalam keluarga yaitu memberi nafkah, kemudian memperlakukan

anak degan seadil-adilnya, sampai memberikan mereka dengan Pendidikan dan

pengajaran yang baik.11

a) Manafkahi Anak

Nafkah seorang anak, baik itu laki-laki maupun perempuan menjadi

tanggungan kewajiban bagi kedua orang tua, dan tanggungan orang tua

terhadap anak laki-laki sampai anak laki-lakinya bisa mandiri dan

menghidupi dirinya sendiri, sementara bagi anak perempuan tanggungan

orang taunya sampai ia menikah. Jika seorang ayah melalaikan nafkah

10 Ramayulis, 2011, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, hal. 60.

11 Mahmud Muhammad Al-jauhari, 2005, Membangun Keluarga Qur’ani, Jakarta: Amzah, hal. 203.

(31)

anak-anaknya maka ia telah berdosa, sebab dengan demikian ia telah

membuat mereka hidup telantar dan mengelandang.

b) Pilih kasih

Pilih kasih diantara anak akan membuahkan dampak negatif bagi orang

tua sendiri, sebab hal itu akan melahirkan rasa dengki dan iri hati

mereka, dan mencabut akar cinta kasih diantara mereka. Selain itu,

perlakuan diskriminatif yang dilakukan kepada seorang anak dengan

cara pilih kasih akan berakibat pada psikologis mental anak sehingga

membawa merkea kepada perilaku yang kriminal, menyimpang dan

berbuat yang bersifat pelanggaran. Oleh karena itu, tidak ada seorang

pun yang menyangsikan bahwa perlakuan pilih kasih terhadap satu

diantara sekian anak jka sampai memicu keterputusan hubungan

diantara mereka atau durhaka terhadap orang tua, atau hal-hal sejenisnya

maka ia sudah dianggap haram, zholim, dan keluar dari prinsip-prinsip kewajiban terhadap satu keluarga, baik dalam pemberian materi maupun

pemberian kasih sayang.

c) Memberikan mereka pendidikan dan pengajaran.

Dalam Islam menegaskan bahwa pendidikan yang baik adalah hak anak

atas orang tua. Dan pendidikan baik yang dimaksud adalah pendidikan

yang sesuai dengan manhaj Alquran dan tujuan-tujuannya dalam

membentuk kepribadian muslim yang berserah diri secara total kepada

Tuhannya. Dengan kata lain, pendidikan yang baik adalah amanah yang

dikalungkan dileher orang tua. Jika ia mengabaikannya dan anak-anak

(32)

kelalaian pembelajaran yang baik ini orang tuanya pun akan disiksa di

hari kiamat. Orang tua juga harus menanamkan di dalam diri mereka

terhadap ke Agungan Allah, melaksanakan ibadah dengan penuh

keikhlasan hati, menjaga hubungan terhadap sesama berupa muamalah,

dan melaksanakan melaksanakan aturan yang telah dianjurkan oleh

Allah SWT. Mereka harus memberikan pengetahuan kepada anak

tentang bagaimana cara thaharah (bersuci), wudhu, dan sholat. Mereka

boleh membentak agar melakukan sholat, bahkan memukul anaknya

jika sudah berusia sepuluh tahun tidak melaksanakan sholat sesuai

dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Dari yang telah dijelaskan penulis akan menambahkan bahwa

kewajiban orang tua juga harus mengarahkan dan membimbing anak-anak

mereka dalam bergaul (memilih teman), dan tidak membiarkan mereka

berteman dengan orang-orang yang nakal, berandalan ataupun yang mengajak

mereka kepada kemaksiatan. Sebab lingkungan masyarakat sangat

berpengaruh bagi anak terutama dalam pergaulan teman sebayanya.

Terdapat beberapa fenomena yang terjadi mengenai pola asuh anak

yang salah, yang mengabaikan pola asuh yang dicontohkan Rasulullah, seperti

merusak fisik dan pisikis anak, kemudian anak terlalu, dan sebagainya. Perlu

diketahui bahwa pola asuh orang tua merupakan prasyarat untuk membenahi

kepribadian dan karakter anak. Memperhatikan pola asupan makanan yang

diperoleh dengan cara yang halal dan mengkonsumsi makanan yang baik dan

halal serta didikan yang benar maka akan berpengaruh terhadap kepribadian

(33)

untuk menjadikan anak yang baik bisa bertolak belakang apabila orang tua

mendidik anaknya dengan cara kekerasan, sehingga berdampak kepada

psikologis anak yang tertekan. Hal tersebut jelas bahwa perilaku tersebut tidak

mencerminkan cara asuh Rasulullah Saw. terhadap anak-anaknya.

Alquran telah mengajarkan bahwa manusia diciptakan melaluai

perantara seorang ibu yaitu melalui proses 9 (Sembilan) bulan dalam perut

ibunya. Sehingga sebagai seorang anak harus menghormati orang taunya yang

telah merawat dan membesarkannya. Sebagaimana Allah telah berfirman

dalam QS. Luqman 31 ayat 14 yang berbunyi:

أ ُهْتَلَمَح ِهْيَدِلاَوِب َناَسْنلإا اَنْيََّصَوَو

يِل ْر كْشا ِنَأ ِنْيَماَع يِف ُه لاَصِفَو ٍنْهَو ىَلَع اًنْهَو ُهَُّم

ُيرِصَمْلا ََّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman 31:14)12

Dalam buku tafsir tarbawi yang dikutip oleh Kadar Muhammad Yusuf

bahwa ayat di atas menjelaskan materi pembelajaran luqman terhadap

anaknya. Yang mana materi tersebut berkaitan dengan menghormati kedua

orang tua, setiap anak harus menghormati kedua orang tuanya, karena ibunya

yang telah mengandungnya, menyapihnya selama dua tahun penuh, ini

merupakan suatu bentuk pengajaran di dalam Islam, maka materi pelajaran

atau pendidikan yang mesti diberikan kepada anak dalam keluarga adalah

meliputi semua kajian keislaman yang menjadi suatu kewajiban, orang tua

(34)

harus bisa memberikan pengajaran tentang akidah, akhlak dan hukum fiqih

yang berkaitan dengan kewajiban sehari-hari.13

Dapat disimpulkan bahwa anak tidak lain adalah anugerah yang

terindah sebagai orang tua harus menerima kehadiran anaknya dengan rasa

syukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT, kemudian berilah anak

dengan nama-nama yang baik yang bisa dijadikan doa, diharapkan anak dapat

memiliki kepribadian yang berkarakter yaitu dengan pengetahuan intelektual,

akhlakul karimah, berpikir sehat dan berjiwa sehat baik jasmani dan

rohaninya.

d) Orang Tua Tunggal

1) Pengertian Orang Tua Tunggal

Orang tua tunggal ialah keluarga yang hanya ada satu orang tua,

hanya ayah atau ibu saja atau single parent yang kemudian merawat satu anak atau lebih tanpa didampingi oleh pasangan. Banyak sebab

terjadinya orang tua tunggal, seperti perceraian, kematian, hamil diluar

nikah dan ditinggal oleh pasanganya.14

Hurlock juga menyatakan bahwa single parent adalah orang tua tunggal yang memiliki hak atas anak setelah kematian pasangannya,

perceraian, dan hal lain yang menyebabkan berpisahnya orang tua.

Menjadi single parent tentu tidak akan mudah dan menjadikan masalah dalam kehidupan, seperti kesulitan ekonomi yang biasaya seorang suami

13Kadar Muhammad Yusuf, 2013, Tafsir Tarbawi (pesan-pesan Alquran tentang

Pendidikan), Jakarta: Amzah, hal. 165.

14 Satria Agus Prayoga, 2013, PolaPengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Tunggal, Skripsi.

(35)

yang menjadi tulang punggung keluarga, kemudian kesulitan dalam

mendidik anak.

Orang tua tunggal biasanya memiliki beberapa problem

daripada orang tua yang masih utuh. Seorang single parent tidak mempunyai pasangan sebagaimana pasangan lainnyam, sehingga beban

dan tanggung jawab dalam mendidik dan memperhatikan tumbuh

kembang anak sangat berat.

Berperan sebagai orang tua adalah tugas mulia yang diberikan

Allah untuk menjaga Amanah yang diberikan-Nya berupa anak, melalui

orang tua dapat terbentuk masa depan anak dan masyarakat bangsa yang

dicita-citakan sesuai anjuran agama. Seorang anak merupakan tumpuan

harapan orang tua dalam kehidupan keluarga. Ketika seorang anak

kehilangan sosok ayahnya yang begitu dekat dengannya ia akan merasa

sedih dan putus asa, dan bahkan dapat melakukan tindakan kasar dengan

melawan orang tuanya. sehingga disinilah perlunya sebagai sosok orang

tua tunggal tentu tidak mudah dalam mengarahkan, membimbing, dan

mendidik anaknya, butuh perjuangan bagi seorang yang single parent

dalam membentuk karakter anak untuk menjadi anak yang saleh dan

saleha serta berbakti kepada orang tua.

Proses interaksi yang baik antara orang tua dan anak akan

menghasilkan keluraga yang baik pula, baik melalui sikap, perilaku,

ketaatan agama dan lain sebagainya. Namun keseluruhan hal itu sangat

minim terlihat di kehidupan keluarga pada masa kini, hal ini bisa

(36)

secara tidak langsung mempengaruhi pendidikan anak dan karakter

anak. Perlunya di masa sekarang ini untuk terus menjalin quality time

antara keluaraga, baik suami istri dan anak, untuk menghindari terjadi

perpecahan yang berujung kepada perceraian yang berdampak kepada

mental dan kepercayaan diri anak dalam menempuh proses kehidupan.

Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani anak

karena ini menyangkut kesehatan dan kekuatan badan serta

keterampilan otot, yang dilakukan oleh orang tua ialah memberikan

Pendidikan agama tujuan pendidikan ini berfungsi menanamkan

nilai-nilai pengetahuan pada diri anak, tentu semua kewajiban itu dapat

dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena pada dasarnya orang tua

memang mencintai anaknya, sehingga dalam mengajarkan dan

mendidik anaknya sudah menjadi kewajiban bagi orang tua.15

2) Pandangan orang tua terhadap anak

Adapun pandangan terhadap anak sering ditentukan oleh cara

seseorang dalam mengajarkan dan mengasuh anak mereka. Dalam

kaitannya dengan pola pengasuhan anak, maka menurut Mansur ada

beberapa pandangan mengenai hakikat anak diantara yaitu:16

a. Anak sebagai dewasa mini

Anak dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk mini, yang

membedakan anak dengan orang dewasa hanya ukuran dan

usianya saja, justru anak diharapkan bertingkah laku sebagai

15 Ahmad Tafsir,1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 156.

16 Mansur, 2014, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Jakarta Pustaka Pelajar, hal. 1-11.

(37)

orang yang dewasa. Mendorong anak untuk bertingkah laku

seperti orang dewasa dapat menimbulkan konflik antara harapan

dan kemampuan.

b. Anak sebagai orang yang berdosa

Tingkah laku anak yang menyimpang merupakan dosa keturunan.

Bila anak bersalah, maka orang tua menganggap perbuatan anak

adalah dosa. Pandangan it uterus menerus menetap dan muncul

dalam belief orang tua, untuk itu anak harus selalu dikontrol dengan keras, melalui pengawasan yang ketat.

c. Anak sebagai tanaman yang tumbuh

Anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik atau

orang tua yaitu sebagai tukang kebunnya, dan sekola merupakan

rumah kaca di aman anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola

pertumbuhannya yang wajar.

d. Anak sebagai makhluk independent

Walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakikatnya

anak merupakan individu yang berbeda dengan siapa pun,

termasuk dnegan kedua orang tuanya. Bahkan anak juga memiliki

takdir tersendiri yang belum tentu sama dengan kedua orang

tuanya.

e. Anak sebagai nikmat, amanah Allah, dan fitrah orang tua

Anak merupakan nikmat Allah yang begitu tinggi nilainya, maka

haruslah disyukuri dengan membina dan mendidik anak dengan

(38)

jika tidak mampu menjaganya, bahkan anak juga bisa menjadi

fitnah manakala anak memiliki kekurangan dan kelemahan

mengakibatkan fitnah bagi orang tuanya jika tidak dilandasi

dengan iman dan takwa. Kemudian anak juga merupakan sebuah

amanah Allah SWT yang dipercayakan kepada orang tua, maka

bagi setiap muslim pantang mengkhianati amanah yang telah

diberikan oleh Allah SWT berupa karunianya anak kepada

mereka.

f. Anak sebagai milik orang tua dan investasi masa depan

Anak sebagai investasi masa depan sangat dekat hubungannya

anak sebagai milik orang tua yang berkaitan dengan kehidupan

masa depan keluarga dan bangsa.

g. Anak sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa

Sebagai orang tua, haruslah mempunyai tujuan dan berikhtiar agar

anak mereka dimasa depan mempunyai kualitas yang lebih tinggi

dari orang tuanya, minimal sejajar atau sama dengan orang tuanya.

Dengan demikian dia perlu mempersiapkan anak itu sejak dini

agar menjadi manusia yang unggul.

2. Pendidikan Agama

a. Pengertian Pendidikan Agama

Pendidikan diartikan sebagai proses pengembangan dan

pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat dalam

(39)

memberikan perlindungan rasa aman, kenyamanan, ketenangan batin

dan ketentraman diri dalam mengisi kehidupan dengan baik.17

Menurut Tafsir, yang dikutip dari buku karya Neliwati

membedakan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan Islam.

Pendidikan agama Islam (PAI) diartikan sebagai nama kegiatan

mendidikan agama Islam. Sedangkan kata PAI sebagai mata pelajaran

yang dinamakan agama Islam, karena yang diajarkan adalah agama

Islam, bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau

usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan

agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata

pelajaran. Dalam hal ini, PAI sejajar dengan pendidikan matematika

(nama pelajarannya adalah matematika), dan seterusnya.18

Sedangkan menurut Neliwati dalam buku

PengembanganKurikulum Pendidikan Agama Islam, pendidikan adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki

komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya

sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam merupakan pendidikan

yang teori-teorinya disusun berdasarkan Alquran dan Hadis.19

Selanjutnya, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha

untukmembina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian

manusia ke titik paling optimal. Aspek kepribadian manusia itu meliputi

17 Abdul Kahar, 2019, Pendidikan Ibadah Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Taawuz: Jurnal Pendidikan Islam, hal. 21.

18 Neliwati, 2019, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Medan: Widya Puspita, hal. 20.

(40)

religi, sosial dan emosi. Proses pendidikannya menuju insan yang

berkarakter melalui penanaman tentang nilai-nilai agama yang nantinya

menjadi insan yang humanis.20

Pendidikan agama lebih mengarah pada ranah afektif atau

fokus pada suatu bentuk sikap manusia dalam mengamalkan ajaran

Islam. Oleh karena itu sasaran pendidikan agama didalam keluarga

bersifat afektif, seperti kasih sayang, perhatian, toleransi, dan

penghargaan. Orang tua dalam mendidik anaknya tentu atas dasar kasih

sayang dan perhatian. Sebaliknya anak akan mengikuti orang tua,

mematuhi dan mencotoh perilaku orang tua mereka karena ingin

memperoleh kasih sayang dari orang tua. Dalam hal ini tinggal

bagaimana kualitas keagamaan orang tua, semakin tinggi kualitas

keagamaan yang dimiliki oleh orang tua, anak juga akan berusaha

meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya.

b. Dasar-Dasar Pendidikan Agama

Menurut Moh. Athiyah al-Abrasyi dalam Bukunya Dasar-Dasar

Pokok Pendidikan Islam ialah untuk menanamkan keyakinan, mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutaman),

membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur”.21

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan

pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam (agama)

20Afiyah, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, hal. 5.

21 Moh. Athiyah Al-Abrasyi, 1980, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 90.

(41)

memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya.

Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua

peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksaan

dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.

Bagi umat Islam dasar agama Islam merupakan fondasi utama

dari keharusan berlangsungnya Pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat

universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia dalam hubungannya dengan khaliqnya, juga dalam

hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah

berpakaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.

Prioritas pendidikan agama dalam upaya pembentukan

kepribadian muslim, yaitu:

1. Pendidikan keimanan

Dalam Pendidikan keimanan ini banyak yang bisa diajarkan kepada

anak melalui contoh yang telah diajarkan oleh luqman terhadap

anaknya dalam mengimani Allah SWT, sebagaimana Allah telah

berfirman dalam QS. Luqman 31 ayat 13 berikut ini:

ْكِرْشُت لا ََّيَنُب اَي ُه ظِعَي َوُهَو ِهِنْبلا ناَمْق ل َلاَق ْذِإَو

ٌميِظَع ٌمْل ظَل َكْرَِّشلا ََّنِإ ِهََّللاِب

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".22

Pendidikan dalam menanamkan keimanan pada diri anak bisa

di contoh dari kisah luqman yang mengajarkan pendidikan keimanan

(42)

kepada anak-anaknya. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama

yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya ialah pembentukan

keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap,

tingkah laku dan kepribadian anak.

2. Pendidikan Akhlak

Menanamkan keimanan pada diri anak bisa di contoh dari

kisah luqman yang mengajarkan pendidikan keimanan kepada

anak-anaknya. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama yang

dilakukan orang tua kepada anak-anaknya ialah pembentukan

keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap,

tingkah laku dan kepribadian anak dan sesama makhluk.23

Pendidikan akhlak menempati posisi yang sangat penting

dalam Islam. Pentingnya kedudukan akhlak ini dapat dilihat dari

berbagai sunnah qauliyah (dalam bentuk perkataan) Rasulullah Saw diantaranya yaitu:

ِهْيَلَع ُهََّللا ىََّلَص ِهََّللا لوُسَر يِل َلاَق َلاَق ٍَّرَذ يِبَأ ْنَع

َتْن ك اَم ثْيَح ِهََّللا ِقََّتا َمََّلَسَو

ٍنَسَح ٍق لُخِب َساََّنلا ِقِلاَخَو اَهُحْمَت َةَنَسَحْلا َةَئَِّيََّسلا ْعِبْتَأَو

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi was sallam pernah bersabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At Tirmidzi)24

23 Muhammad Daud Ali, 2001, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 135-136.

24 Hasan,1987, diriwayatkan oleh Imam At-Tarmidzi dan dihasankan oleh syeikh Albany dalam kitab Shahih Al Jaami’ nomor 97.

(43)

Kemudian antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan

yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari

keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman,

semakin sempurna akhlak seorang muslim berarti semakin kuat

imannya. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada

penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya,

tetapi melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala

yang terdapat dalam wujud kehidupan ini.25

3. Pendidikan Ibadah

Ibadah secara etimologi berasal dari kata abda’ ya’budu, abdan yang berarti taat, budak, patuh, merendahkan diri dan hina.

Pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang

tunduk, patuh merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut

abid (beribadah

Ibadah yang secara diartikan sesembahan, pengabdian, secara

istilah yang paling luas tidak hanya penyembahan, tetapi juga

berhubungan dengan perilaku manusia dalam kehidupan.26

Selanjutnya ada beberapa hadist yang berkaitan tentang mendidik

anak dalam melaksanakan ibadah yang diriwayatkan oleh abu daud

sebagimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

25 Oman Muhammad Al-Tumy Al-Syaibany, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 312.

(44)

َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها لْوُسَر َلاَق : َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهْيِبَا ْنَع ِبْيَعُش ُنْبوُرَمُع ْنَع

ْبَا ْمُهُبِرْضاَو َنْيِنِس ُءاَنْبَا مُهَو ِةاَلَّصلاِب ْم كَداَلْوَا اْوُرُم :

ْيِف ْمُهَنْيَب اْو قِّرَف َو َرَشَع َءاَن

) َدُواَد ْوُبَا ُهاَوَر ( ِعِجاَضَمْلا

“Suruhlah anak-ankmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalu sudah berumur sepuluh tahun fan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan). 27

kemudian Ustadz Abdul sholat di dalam bukunya dalam

mendidik anak jangan terlalu keras dan asal main pukul, karena

perintah Nabi Saw “suruh anakmu salat saat umur 7 tahun” kenapa harus di umur 7 tahun, karena diumurnya yang segitu seharusnya

dia sudah hafal surah Al-fatihah dan surah-surah pendek.28

Dapat disimpulkan bahwa mendidik anak dalam

menanamkan Pendidikan ibadah seperti sholat ini ketika anak masih

usia balita sangat penting, sebagai dasar mereka untuk disipilin

dalam menjalankan sholat lima waktu.

c. Tujuan Pendidikan Agama

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek

tujuan. Tujuan adalah dunia cita, yakni suasan ideal yang ingin diwujudkan.

Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir. Tujuan

akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim.29

27Abu Daud Sulaiman bin Asy’ad al-Sijistani, 1990, Sunan Abu Daud, Beirut: Darul Fikr, jilid 1 hal. 119

28Abdul Somad, 2018, Ustadz Abdul Somad Menjawab (Mendidik Anak), Yogyakarta: Mutiara Media, hal. 383.

29 Ahmad D. Marimba, 1962, Pengantar Filsafat Pendidikan islam, Bandung: Al-Ma’arif, hal. 43.

(45)

Tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefenisikan

pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar

mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip- prinsip

dasarnya. Karena itu, tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan

rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia.30

Al-Ghazali dalam buku karya Azizah, menyatakan bahwa tujuan

pendidikan agama dan akhlak merupakan sasaran yang paling utama. Ia

melihat bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi segala-

galanya. Oleh karena itu menguasai ilmu menurutnya juga merupakan tujuan

dari pendidikan. Selain itu al-Ghazali juga menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.31

Menurtu Mohammad Athiyah Al-Abrosyi dalam kajiannya tentang

pendidikan Islam menyimpulkan 5 (lima) tujuan bagi pendidikan Islam,

diantaranya yaitu:

a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan

bahwa akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai akhlak yang

sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dapat

diringkaskan tujuan pendidikan Islam itu dalam suatu kata yaitu

“keutamaan” (al-fadilah). Menurut tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan diatas

segala-galanya.

30 Azizah Hanum OK, 2017, Filsafat Pendidikan Islam, Medan: Rayyan Perss, hal. 40. 31Ibid, hal. 41.

(46)

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan

Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan

tidak hanya segi dunia saja. Tetapi juga menaruh perhatian pada

kedua-duanya sekalipun dan ia mamandang persiapan untuk kedua kehidupan

itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.

c. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan

hati untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar

sebagai ilmu. Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada

pendidikan agama dan akhlak dan mempersiapkan diri untuk kehidupan

dunia dan akhirat dan mempersiapkan dalam mencari rezeki.

d. Menyiapkan anak (pelajar) dari segi profesional, teknis, dan

perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu. Pendidikan

Islam, sekalipun menekankan segi kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa

menyiapkan seseorang untuk hidup dan mencari rezeki. Begitu juga ia

tak lupa melatih badan, akal, hati, perasaan, kemauan dan pribadi.

e. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi

kemanfaatan. Pendidikan Islam tidak semuanya bersifat agama atau

akhlak, atau spiritual semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi

kemanfaatan pada tujuan-tujuan dan aktivitasnya. Kesempurnaan

manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama

dan ilmu pengetahuan atau menaruh perhatian pada segi-segi spiritual,

dan akhlak.32

d. Pendidikan agama dalam keluarga

(47)

Menjadikan anak yang cerdas, terampil dan sopan santun memang

merupakan tugas besar bagi orang tua, sehingga keluarga sadar bahwa anak-

anak mereka tidak akan menikmati perkembangan akal yang sempurna dari

pemberian Tuhan, kecuali jika mereka mendapatkan pendidikan akal dan jiwa

mereka di rumah, keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya untuk

mengembangkan, menumbuhkan dan menggarap kesedian-kesedian, bakat,

minat, dan kecakapan intelektual anak.33

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam

pembentukan kepribadian anak, keluarga adalah sebuah institusi pendidikan

yang utama dan bersifat kodrati, oleh karena itu didalam kehidupan keluarga

yang harmonis perlu dibangun diatas dasar sistem interaksi yang kondusif

sehingga penidikan dapat berlangsung dengan baik, untuk itu dalam

memberikan pendidikan dalam keluarga yaitu dengan

menumbuhkembangkan potensi anak, sebagai wahana untuk mentransfer

nilai-nilai yang baik yang ditanamkan dalam diri anak.34

Ada dua model utama yang mendukung pelaksanaan pendidikan

dalam keluarga, yaitu pertama kewajiban melaksanakan pendidikan dalam

keluarga itu hampir disadari semua oleh semua orang tua, dan kedua,

kewajiban yang bersifat wajar, kerena Allah menciptakan pera orang tua

memang mencintai anaknya. Orang tua senang mendidik anak-anaknya,

mencintai anak memang sifat yang dibawa setiap orang sejak lahir.35

33 Mardianto, 2016, Psikologi Pendidikan Landasan untuk Pengembangan Strategi

Pembelajaran, Medan: Perdana Publishing, hal. 31-32.

34 Syaiful Bahri Djamarah, 2014, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 24.

Gambar

Gambar Kantor Kepala Desa Medan Senembah
Gambar Wawancara dengan Bapak Kepala Desa Medan Senembah
Gambar Rumah Ibu Nur’ainun
Gambar Bersama anak-anak Ibu Nur’ainun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ada korelasi positif yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh ibu sebagai orang tua tunggal dengan

Cara mendidik/pola asuh yang diberikan kepada anak dengan kreativitas yang beragam tersebut adalah sebagai berikut : ada orang tua yang memberikan perhatian penuh kepada

Setelah dilakukan wawancara dengan 10 orang tua anak tersebut, 6 dari orang tua yang anaknya tampak aktif dan lebih mandiri mengatakan bahwa mereka membiasakan anak

Dari hasil pembahasan tersebut peneliti menyimbulkan bahwa cara-cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak tuna grahita di Nanga Bulik sudah mencakup

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dijelaskan bahwa adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pola asuh orang tua

Dari berbagai pandangan tersebut orang tua dapat melaksanakan perannya mendidik anak di era digital dengan cara menerapkan pola asuh yang tidak otoriter karena anak tidak senang

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan pola asuh yang di lakukan oleh orang tua tunggal

Oleh karena itu orang tua selalu memberikan masukan dan dorongan kepada anaknya untuk selalu berbuat baik, dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.. Perhatian