POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DESA MEDAN SENEMBAH
KECAMATAN TANJUNG MORAWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
SITTI ISNI AZZAAH NIM: 0301161040
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DESA MEDAN SENEMBAH
KECAMATAN TANJUNG MORAWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
SITTI ISNI AZZAAH NIM: 0301161040
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Hadis Purba, MA Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I NIP. 19620404 199303 1 002 NIP. 19890510 201801 1 002
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Williem Iskandar Pasar V telp. 6615683-662292, Fax. 6615683 Medan Estate 20731
SURAT PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul: “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama
Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”, yang disusun oleh Sitti Isni Azzaah yang telah dimunaqasyahkan dalam sidang munaqasyah Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan pada tanggal:
20 Juli 2020 M
28 Dzulkaidah 1441 H
Skripsi ini diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Medan.
Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan
Ketua Sekretaris
Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA Mahariah, M.Ag
NIP. 19701024 199603 2 002 NIP. 19750411 200501 2 004 Anggota Penguji
1. Ihsan Satrya Azhar, MA 3. Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I NIP. 19710510 200604 1 001 NIP. 19890510201801 1 002
2. Prof. Dr. Wahyudin Nur Nasution, M.Ag 4. Drs. Hadis Purba, MA NIP. 19700427199503 1 002 NIP. 19620404 199303 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd NIP. 19601006 199403 1 002
Nomor : Istimewah Medan, 03 Juli 2020
Lampiran : -
Prihal : Skripsi
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara Di
Tempat
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Setelah membaca, meneliti, mongoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi saudari:
Nama : Sitti Isni Azzaah
NIM : 0301161040
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan
Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa
Dengan ini kami telah menilai skripsi tersebut dapat disetujui untuk diajukan dalam Sidang Munaqasah Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, 03 Juli 2020
Dosen Pembimbing Skripsi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sitti Isni Azzaah
NIM : 0301161040
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina
Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”.
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya
serahkan ini benar-benar hasil karya ilmiah sendiri, kecuali kutipan-kutipanyang
telah di sebutkan sumbernya.Apabila skripsi ini di dalamnya terdapat kesalahan
dan kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
ABSTRAK
Nama : Sitti Isni Azzaah
NIM : 0301161040
Jurusan : PendidikanAgama Islam
Pembimbing I : Drs. Hadis Purba, MA Pembimbing II : Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I
Judul : Pola Asuh Orang Tua Tunggal
dalam Membina Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa
Email : sittiisniazzaah05@gmail.com
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama Anak dari mulai faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal, cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri, persepsi orang tua tunggal terhadap anak, serta peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskripsi. Penelitian ini dilakukan di Desa Medan Medan Sinembah, Dusun V, Gang Ridho, tepatnya berada di Jalan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu Teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data. Dan penjaminan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu uji kredibilitas data, transferabilitas (keteralihan), dependebilitas (ketergantungan), konfirmabilitas (kepastian).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal yaitu faktor kematian (meninggal dunia). (2) cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri yaitu yang diperoleh di lapangan berbeda dari cara orang tua lainnya dalam mendidik anaknya ada yang mendidik anaknya menjadi anak yang mandiri dalam ibadah dan tanggung jawabanya terhadap pendidikan dan agama, ada juga sebagaian orang tuanya yang gagal dan belum bisa mengajarkan anaknya untuk mandiri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (3) persepsi orang tua tunggal terhadap anak, hasil yang diperoleh dilapangan bahwa ada beberapa orang tua tunggal memiliki pandangan yang berbeda terhadap anaknya. (4) peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama anak bahwa orang tua tunggal mampu memberikan pendidikan agama dengan baik bahkan sebagian dari orang tua tunggal menjadikan anaknya sebagai seorang pengahafal Alquran.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha kuasa. yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan keselamatan serta petunjuk bagi penulis.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina Pendidikan Agama Anak di Desa Medan
Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.” Untuk itu sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi
seluruh umat manusia dengan mengharapkan syafaatnya di akhirat kelak.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Selama menyusun skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan serta dorongan dan bimbingan, baik itu
bersifat moril maupun material.
Untuk itu pada kesempatan kali ini Peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik itu secara langsung
maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan skripsi
ini. Secara khusus dalam kesempatan kali ini Peneliti menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Yang teristimewa dihati Peneliti yaitu Ayah tercinta Jasri S.Pd.I dan ibunda tersayang Mariani, S.Pd.I, yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, memberi semangat serta menyekolahkan Peneliti sampai perguruan tinggi hingga selesai, yang selalu memberika cinta dan kasih sayang begitu besar, doa dan restunya, tanpa mengenal lelah dan letih untuk memenuhi kebutuhan
peneliti, sehingga karya kecil ini Peneliti jadikan sebagai persembahan dan untuk menjadi kebanggaan keduanya. Tanpa ridho keduanya mungkin perjalanan pendidikan ini tak sampai pada masa gelar Sarjana.
2. Abang tercinta Dakwan Khoirunsyah, S.Pd yang telah memberikan
semangat, mengingatkan dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi
ini dan saudara kembar tersayang Sitti Isnani Azzaah yang selalu
membantu menyelesaikan skripsi ini yang lagi berjuang sama sama untuk
mendapatkan gelar sarjana.
3. Bapak rektor yaitu Prof. Dr. Saidurrahman, M. Ag selaku pimpinan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara beserta para Wakil Rektor.
4. Bapak dekan yaitu Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
5. Ibunda Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA selaku Ketua Prodi Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan nasihat dan arahan dalam
menjalankan proses perkuliahan.
6. Bapak Drs. Hadis Purba, MA selaku pembimbing pertama yang telah sabar dalam membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk bagi
penulis sehingga kripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak Dr. Zaini Dahlan, M.Pd.I selaku Pembimbing kedua yang telah sabar dalam membimbing Peneliti dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
8. Bapak Azrai Sulaiman selaku Kepala Desa Medan Senembah yang telah
9. Sahabat sahabat tercinta yang lagi berjuang sama agar bisa wisuda dan
foto bersama dengan memakai toga terkhusus sahabatku “Pejuang Skripsi”: yang selalu memberikan bantuan serta semangat dan motivasinya, Cut Fadhilah, Tiara Jerni, Khairunnisa, Rina Wahyuni,
Kurnia Khairiyah Damanik, Nurul Anggraini, Sonia Tuulpa yang
senantiasa menjadi sahabat terbaik dan selalu memberi motivasi kepada
Peneliti. dan Derhana Faujiah Hasibuan yang sedang berjuang juga untuk
memperoleh gelar Sarjana
10. Sahabat tercinta di MAN 3 Medan Nurhamidah, Ratu Pramaisuri
Am.Keb, Dhea Atika terima kasih selalu memberikan motivasi dan
semnagatnya kepada peneliti.
11. Kakak kelas tersayang Erika Septiani S.Pd, Rahma Itsna Hayati S.Pd yang
selalu memberikan motivasi serta dukungannya kepada peneliti
12. Keluarga besar PAI-6 Stambuk 2016 yang telah memberikan rasa
kekeluargaan, motivasi dan dukungannya kepada Peneliti.
13. Semua teman-teman, kakak, adik yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti
Untuk itu dengan hati yang tulus, dengan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, terutama kepada kedua
orang tua yang selalu memberikan semangatnya kepada penulis semoga Allah
SWT membalas kebaikan dengan balasan yang lebih baik. Penulis juga meminta
maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih ditemukan berbagai kekurangan
Oleh karena itu, sumbangan saran, kritik dan pendapat yang sehat dan
membangun sangatlah penulis harapkan agar skripsi ini mampu menjadi karya
ilmiah yang baik.
Medan,17 Maret 2020
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORITIS ... 10
1. TINJAUAN POLA ASUH ... 10
a. Pengertian Pola Asuh ... 10
b. Macam-macam Pola Asuh ... 12
c. Pola Asuh dalam Islam ... 14
d. Orang Tua Tunggal ... 20
2. PENDIDIKAN AGAMA ... 24
a. Pengertian Pendidikan Agama ... 24
b. Dasar-dasar Pendidikan Agama ... 26
c. Tujuan Pendidikan Agama ... 30
d. Pendidikan Agama dalam Keluarga ... 32
B. PENELITIAN RELEVAN ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 38
vii
C. Subjek Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Teknik Analisa Data ... 43
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. TEMUAN UMUM ... 49
1. Sejarah Desa Medan Senembah ... 49
2. Profil Desa Medan Senembah ... 50
3. Visi dan Misi Desa Medan Senembah ... 53
4. Profil Orang Tua Tunggal Desa Medan Senembah ... 54
B. TEMUAN KHUSUS 1. Faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tunggal di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 57
2. cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan mandiri di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 61
3. Persepsi Orang Tua Tunggal terhadap anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa ... 69
4. Peran Orang Tua Tunggal dalam Pendidikan Agama anak di Desa Medan Senembah ... 71
C. PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Temuan Pertama... 76
2. Temuan Kedua ... 77
3. Temuan Ketiga ... 79
4. Temuan Keempat ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 83
2. Saran ... 85
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 Data Jumlah Kartu Keluarga (Kk) ... 50
TABEL 4.2 Data Jumlah Penduduk Dimasing-Masing Dusun ... 51
TABEL 4.3 Data Sarana Pendidikan ... 52
TABEL 4.4 Data Sarana Ibadah ... 53
ix DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV LAMPIRAN V LAMPIRAN IV : Pedoman wawancara : Hasil wawancara
: Observasi blanko ceklis
: Dokumentasi blanko ceklis
: Dokumentasi wawancara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Menurut Zuhairani ada beberapa jenis pusat pendidikan, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat yang satu sama lainnya saling
memberikan stimulus untuk tercapainya keberlangsungan pendidikan
secara utuh.1 Proses pendidikan yang dilangsungkan di sekolah sangatlah
terbatas, sehingga hanya dapat diperoleh wawasan sekitar 20% dan
sisanya kita dapatkan diluar untuk pengembangan pengetahuan yang kita
peroleh secara formal. Pendidikan keluarga memiliki peran utama terkait
pendidikan seorang anak, baik pendidikan jasmani, maupun pendidikan
rohani. Maka dari itu, pendidikan keluarga perlu ditanamkan sejak dini
oleh orang tua kepada anaknya, bukan hanya pendidikan formal di
sekolah namun juga pendidikan informal dan non formal.
Faktor penting untuk meninggikan derajat manusia adalah
Pendidikan. Kedua Orang tua tentunya dapat memberikan bimbingan
pendidikan untuk anggota keluarganya. Terutama bagi seorang ibu yang
memiliki peran penting. Karena ibu merupakan madrasah utama bagi
anak-anaknya dengan dibekali ilmu pengetahuan agama seorang ibu akan
mewariskan pengetahuan agamanya kepada anaknya.
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Di antara mereka ayah dan ibu mengemban amanah dari
yang maha kuasa untuk memelihara, mengasuh, anak dan menyababkan
anak terlahir ke dunia, serta dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk memperoleh pendidikan.2
Menjadi orang tua tidaklah cukup hanya dengan melahirkan
seorang anak, tetapi sebagai orang tua juga harus mampu secara utuh
dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Islam mengajarkan
bahwa pendidikan sebagai suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi anak
dan itu bisa dikatakan hak anak yang harus diperoleh, jika kedua orang
tua mengabaikannya itu artinya mereka telah menzholimi anak dengan
tidak memberikan pendidikan khususnya dalam memberikan pendidikan
agama.
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh yang maha
kuasa, oleh sebab itu sudah menjadi keharusan orang tua untuk
memberikan bimbingan, nasehat, pengajaran, pelatihan, mengasuh serta
memberikan pendidikan kepada mereka dengan sungguh-sungguh tetap
dengan koridor syariat Islam. Sifat kepedulian orang tua terhadap anak
dalam segi pendidikan baik jasmani maupun rohani akan berdampak posti
terhadap perilaku anak yang mencerminkan suri tauladan perilaku
Rasulullah Saw.
Di antara rintangan yang dihadapi oleh para orang tua adalah
bagaimana mengajarkan etika, perbaikan perilaku dan akhlak anak, serta
cara orang tua dalam memberikan sanksi dan penghargaan atas tindakan
yang mereka lakukan.jika anak belum dapat memahami makna kebaikan
dan keburukan maka anak perlu dipahamkan adanya perbuatan yang akan
2 Ibrahim Armini, 2016, Agar Tidak Salah Mendidik Anak (Ta’lim va Tarbiyat), Jakarta: Al-Huda, hal. 107.
menyebabkan orang lain menjadi susah dan kesulitan, serta menimbulkan
mudharat atau bahaya.3
Ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi kemandirian
individu yaitu dengan memberikan pola asuh. Pola asuh dapat
memberikan interaksi antara orang tua dan si anak yang meliputi konsep
pengajaran dalam Islam ta’dib, muta’addib, ta’lim dan muta’alli, serta senantiasa memberikan bimbingan berupa nasehat dan aturan dalam
setiap perilakunya. Orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk
putra dan putrinya, berbagai upaya dilakukan agar anaknya dapat meraih
keberhasilan, dan kesuksesan. Salah satunya dengan mengusahakan
pendidikan yang baik bagi si anak yaitu dengan cara memasukkan anak
di sekolah yang berbasis pendidikan agama, mengikutsertakan anak
untuk belajar mengaji,dan lain sebagainya.
Keberhasilan dalam mendidik anak merupakan salah satu kunci
terciptanya keharmonisan di dalam sebuah keluarga, untuk menjadi
keluarga yang rukun dan bahagia. Setiap anak menginginkan sebuah
keluarga yang utuh yang jauh dari kata “broken home”, karena
keberhasilan seseorang anak secara psikologis dapat berpengaruh sesuai
keadaan dan keharmonisan rumah tangga orang tuanya. Cinta dan kasih
sayang kedua nya sangat dibutuhkan sebagai motivasi anak dalam
menempuh pendidikan dan menjadi anak yang berbudi pekerti luhur.
Semua keluarga mengidamkan sebuah keluarga yang utuh dan
harmonis, namun terkadang hal yang menjadi espektasi berbanding
terbalik dengan realita, keluarga yang diharapkan penuh keharmonisan,
justru menjadi keluarga yang penuh keretakan dan kehancuran. Berbagai
macam problematika dalam keluarga kerap sekali menjadikan keadaan
keluarga tidak harmonis lagi, yang dampaknya dirasakan oleh si anak
sehingga hanya memiliki orang tua tunggal.
Setiap anak tentu menginginkan kepedulian, kebahagiaan yang
senantiasa diberikan oleh orang tuanya, namun di dalam keluarga tunggal,
hanya seorang ibu yang berperan sebagai pemimpin keluarga dan
pemimpin rumah tangga untuk memikirkan tumbuh kembang
anak-anaknya.
Menjadi ibu yang berstatus single parent, dalam merawat dan
membesarkan anak sendirian itu bukanlah hal yang mudah. Dengan
kondisi seperti itu single parent harus mampu memberikan makan
anak-anaknya dengan bekerja, dengan seorang diri juga dia harus mampu
menyekolahkan anaknya agar tetap memiliki pendidikan, dan seorang diri
pula dia berupaya untuk menjadikan manusia yang bermanfaat bagi orang
lain dan Allah SWT. Ibu memiliki peran yang sangat urgent bagi anak- anaknya, dan dari sisi psikologis seorang anak biasanya lebih dekat
dengan seorang ibu, karena di satu sisi dari rahim seorang ibu lah anak
dilahirkan. Ibu dapat menjadi tempat curhat untuknya, bercerita
kesedihannya, kebahagiaannya dan selalu bisa memotivasi anak-
anaknya, bahkan ibu selalu bisa menjadi komplit dalam menyelesaikan
Fenomena yang terjadi di sini seorang ibu (janda) yang mengasuh
anak- anaknya serta berjuang untuk memenuhi kehidupan keluarganya
dari pengaruh lingkungan yang tidak baik, ini merupakan salah satu
proses kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Masih cukup
sering dijumpai fenomena tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
meskipun jumlah keluarga tunggal tidak sebanyak keluarga yang
lengkap.
Penelitian yang dipilih oleh peneliti memfokuskan pada pola
asuh penanaman ilmu agama dari orang tua tunggal, karena di Desa
Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari 9 dusun.
Jika dijumlahkan dari setiap dusun yang ada di Desa Medan Senembah,
orang tua yang berstatus janda ini cukup banyak, ada 17 kasus janda. Di
antaranya ada yang berstatus janda karena di tinggal suami, perceraian,
ataupun meninggal dunia. Dari semua ibu yang berstatus janda banyak
problematika yang ada di Desa Medan Senembah, yaitu gagalnya orang
tua dalam mendiidk anaknya sehingga anaknya mudah stres dan
terjerumus dalam hal yang negatif seperti4:
1. Adanya anak yang suka tawuran dari keluarga orang tua tunggal
(janda)
2. Adanya anak dari seroang single parent yang hamil di luar nikah. (seks bebas)
3. Adanya anak dari seorang single parent yang ska
mabuk-mabukan.
4. Adanya anak dari single parent yang memakai narkoba, dan
perbuatan lainnya yang menyimpang.
Jika diperhatikan di lingkungan Desa Medan Senembah peran
orang tua memang sangat dibutuhkan karena banyak penyimpangan yang
terjadi di desa ini, karena kurangnya peran orangtua untuk mendidik
anaknya.
Apabila disimpulkan dari berbagai permasalahan yang terdapat
di desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa tepatnya di dusun
VI dan dan di dusun V. Pola asuh yang diberikan oleh seorang single parent terlihat memiliki perbedaan dari pola pengasuhan orang tua lainnya, karena melihat banyaknya permasalahan yang terjadi di
lingkungan sehingga tidak mudah bagi single parent dalam hal memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga tidak sesuai espektasi
yang diharapkan.
Banyak kita lihat bahwa keluarganya yang masih lengkap saja
belum tentu bisa mendidik anaknya dengan baik, akan tetapi indikasi
yang terlihat saat observasi awal, peneliti melihat berdasarkan fenomena
yang terjadi di lapangan bahwa ibu yang bertasatus janda ini mampu
memberikan pendidikan agama kepada anaknya dengan baik yang tidak
biasa dan tidak seperti fenomena kasus orang tua tunggal lainnya yang
gagal dalam mendidik anaknya dengan nilai-nilai pendidikan agama.
Penelitian melihat bahwa ibu yang berstatus janda ini
mengajarkan pendidikan agama seperti mengajarkan anak dalam
sejak masih di dalam kandungan. Sehingga dari jumlah anaknya yang
cukup banyak ibu ini mampu mendidik dan mengajarkan anaknya hingga
anaknya semua menjadi orang yang berhasil bahkan menjadi seorang
pengahafal Alquran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan tersebut
peneliti melakukan penelitian karya ilmiah berbentuk skripsi yang
berjudul “Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Membina
Pendidikan Agama Anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa”
B. Fokus Masalah
Untuk mempermudah peneliti dalam menulis proposal skripsi
ini, maka perlu adanya pembatas masalah, maka fokus masalah yang
diteliti oleh penulis adalah cara orang tua tunggal atau single parent
membiasakan anaknya agar anak dapat terampil dan mandiri terutama
dalam Pendidikan Agama nya di Desa Medan Senembah Kecamatan
Tanjung Morawa.
C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
peneliti di atas, maka yang menjadi peerumusan masalahnya yaitu:
1. Apa faktor penyebab seseorang menjadi orang tua tinggak di Desa
Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?
2. Bagaimana cara orang tua tunggal melatih anak supaya terampil dan
3. Bagaimana persepsi orang tua tunggal terhadap anak di Desa Medan
Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?
4. Bagaimana peran orang tua tunggal terhadap Pendidikan agama anak
di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dari penelitian yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab seseorang menjadi orang
tua tunggal di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.
2. Untuk mendeskripsikan cara orang tua tunggal melatih anak supaya
terampil dan mandiri di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung
Morawa?
3. Untuk mendeskripsikan persepsi orang tua tunggal terhadap
pendidikan agama anak di Desa Medan Senembah Kecamatan
Tanjung Morawa.
4. Untuk mendeskripsikan peran orang tua tunggal terhadap pendidikan
agama anak di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi efek positif
yang bermanfaat bagi para pembaca dan para pendidik khususnya, baik
secara teoritis dan praktis.
a. Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, khususnya
penelitian ilmiah mengenai pola pengasuhan orang tua
khususnya dalam Pendidikan agama.
b. Sebagai sumbangan pemikiran atau landasan perspektif untuk
keluarga orang tua tunggal dalam mendidik anak-anaknya.
c. Dapat memberikan motivasi yang positif serta inspirasi bagi
mahasiswa khusunya, dalam melakukan penelitian serupa yang
berhubungan dengan Pendidikan agama mengenai pola asuh
orang tua.
2. Secara Praktis
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman
selama melakukan penelitian,
b. Sebagai syarat untuk memperoleh atau mendapatkan gelar
sarjana Pendidikan.
c. Untuk menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritis 1. Tinjauan Pola Asuh
a) Pengertian Pola Asuh
Pada awal penulisan penulis akan terlebih dahulu menguraikan
definisi pola asuh itu sendiri. Kata pola asuh terdiri dari dua suku kata
yaitu pola dan asuh. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata pola memiliki
pengertian gambaran yang dipakai untuk memberikan contoh atau
sistem cara kerja. kemudian kata asuh diartikan sebagai merawat dan
mendidik, membimbing, membantu dan melatih.5
Kata Pola asuh yaitu cerminan perwujudan dari interaksi orang
tua kepada anak. Perwujudan tersebut terdiri dari berbagai sikap serta
cara yang dilakukan orang tua dalam memperlakukan anaknya antara
lain dalam penerapan disiplin, kasih sayang, pemberian reward, ataupun
punishment, kebiasaan orang tua membiasakan pola hidup sederhana atau bermewah-mewahan, memberikan kasih sayang dan sikap
kepedulian, responsif, memberikan keamanan dan kenyamanan serta
dalam hal menuruti kemauan anak.
Pola asuh dapat didefenisikan sebagai bentuk interaksi anak
dengan orang tua bisa komunikasi langsung maupun tidak langsung
meliputi kebutuhan fisik maupun psikis manusia dalam menjalani
5 Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2019, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 54.
proses kehidupan.6 Menurut Baumrind sebagaimana dikutip Surbakti
EB, pola asuh pada dasarnya merupakan parental control yang artinya orang tua dapat mengontrol dan mengarahkan anak dalam melaksanakan
segala tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses
pendewasaan.7
Jika pemberian pola asuh terjadi kekeliruan, maka akan
berdampak pada mental psikis anak tersebut, sedangkan pola asuh dalam
research ini tentang teknis orang tua dalam mengupayakan pendidikan agama kepada anaknya untuk memenuhi kebutuhan ruhaniyah anak.
Setiap orang tua memiliki teknik sendiri dalam mendidik dan mengasuh
anaknya, setiap teknik yang digunakan memiliki espektasi tinggi untuk
menjadikan anak berbudi pekerti luhur dan memiliki wawasan ilmu
pengetahuan yang luas, hal ini bertujuan untuk menghadapi zaman yang
semakin berkembang dengan segala macam pemikiran baik yang
bersifat logis maupun teoritis.
Sebagian orang tua ada yang melakukan cara yang sederhana
dalam mendidik anaknya, salah satunya pemberian reward berupa pujian dan bahkan memberikan hadiah untuk anaknya, salah satunya ketika
anak melakukan hal yang bermnfaat dan positif seperti rajin membaca
Alquran, shalat lima waktu, dan juara kelas. Namun juga tidak dapat
dipungkiri, bahwa masih ada juga sebagian dari orang tua yang justru
bertolak belakang dalam memperlakukan anaknya, seperti tidak pernah
6 Dessy, 2015, mengenai Pola Asuh Orang Tua Tunggal dalam Mendidik Agama islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam hal. 78.
memuji anaknya walaupun anak-anak mereka melakukan hal yang
benar, justru malah terus memberikan punishment. Ada juga sebagian orang tua yang suka memukul, membentak, dan mencubit anaknya jika
anaknya telah melakukan kesalahan, maka hal tersebutlah yang
termasuk ke dalam pola asuh.
Bentuk pengasuhan dalam keluarga, dilakukan sesuai dengan
kebiasaan yang pernah dilihat dialami serta argument dari segelintir argument yang bersifat logis, spekulatif maupun teoritis yang
menjadikan perbedaan dalam teknik pola asuh masing-masing orang tua
dalam melakukan Pendidikan kepada anaknya. Pola asuh diterapkan
sejak anak lahir dan disesuaikan dengan usia serta tahap perkembangan
anak. Sehingga pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anaknya
tersebut dapat mempengaruhi kemandirian si anak.
b). Macam-Macam Pola Asuh
Mendidik anak dalam keluarga diharapkan anak mereka dapat
tumbuh dan berkembang kepribadiannya dan menjadi manusia yang taat
dalam agamanya, berkepribadian yang kuat dan mandiri, bersikap ihsan,
memiliki potensi fisik yang kuat jasmani dan rohaninya. Dalam
mewujudkan hal tersebut ada berbagai cara yang dilakukan oleh orang
tua dalam memberikan pola pengasuhan, sebagaimana yang di
diungkapkan oleh Diana Baumrind mengenai macam-macam pola
pengasuhan terhadap anak diantaranya yaitu;8
1) Pola suh otoriter (authoritarian)
8 Diana Baumrind, 1994, Psikologi Perkembangan Anak, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 65.
Artinya orang tua memiliki kedudukan tertinggi untuk mengasuh
anaknya, sehingga setiap wujud perilaku merupakan usaha
maupun implementasi orang tua yang semata-mata dilakukan
untuk anak-anaknya. Pola asuh ini memiliki paham kepatuhan
mutlak, dan orang tua lah yang benar dalam segala argument yeng
berusaha mendoktrin anak. Dalam sistem ini orang tua urgent dan
central, karena mereka lah yang bertugas mengarahkan dan membimbing serta mengajarkan anak secara mutlak tanpa campur
tangan orang lain, karena mereka merasa diri mereka paling benar
dan paling berkuasa atas anaknya.
2) Pola asuh serba boleh (Indulgent)
Dalam pola asuh ini orang tua menekankan pada kebaikan,
keramahan, kemurahan, serta kesabaran pada anak. Artinya pola
asuh ini berpemahaman bahwa orang tua secara serta merta
memberikan kebebasan dan keluwesan kepada anak untuk dapat
melakukan apa saja yang mereka inginkan selagi tidak berbentuk
pelanggaran dan hal tersebut positif.
3) Pola asuh memerintah tanpa paksaan (authoritative)
Orang tua melakukan atau menggunakan pengawasan yang tegas,
kuat dan kokoh terhadap perilaku anak, namun tetap terarah
artinya menghormati kebebasan dan kepribadian anak. Sehingga
anak memiliki panduannya dalam menjalan kehidupannya
sehari-hari, tanpa adanya paksaan dari kedua orang tuanya.
Pola pengasuhan sembrono ini yaitu tidak memiliki aturan yang
jelas, dalam hal ini orang tidak kunjung pernah memperdulikan
anak-anaknya baik akhlak, pendidikan dan lain sebagainya. Pola
asuh ini sering berdampak buruk terhadap pola pikir dan perilaku
yang tidak mendapatkan pendidikan dari ayah dan ibunya,
sehingga anak lebih sering berhadapan dengan lingkungannya
yang bisa jadi positif bahkan negative. Contohnya seperti anak
bebas mengekspresikan setiap aktivitasnya, pulang larut malam,
terlalu dekat dengan lingkungan tetapi tidak dekat dengan orang
tuanya, dari segi mental dan psikis anak yang seperti ini sangat
mudah terpengaruh oleh kehidupan diluar karena tidak ada yang
membatasi setiap keinginan dan perilakunya, bahkan orang tua
tidak pernah memarahi anaknya kalau anaknya melakukan
kesalahan.
C) Pola Asuh dalam Islam
Membahas mengenai Pola asuh, peneliti juga akan membahas pola
asuh yang di ajarkan dalam Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Drajat
yaitu pola asuh secara Islam merupakan merupakan perwujudan baik teoritis
maupun praktis berupa perlakuan orang tua dalam membimbing, mendidik,
melatih anak dari segi pendidikan akhlak baik jasmani maupun rohani,
pendidikan mental maupun pisikis anak yang yang dilakukan berdasarkan
landasan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Islam mengajarkan bahwa adanya eksitensi anak yang berhubungan
tuhannya melalui tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya seperti
mengazankan anak yang baru dilahirkan kedunia. Mendidik anak menjadi
manusia yang berkepribadian Islami pada hakikatnya yaitu membuka jalan
fitrah atau potensi yang terdapat dalam diri setiap individu.
Mengasuh dan mendidik anak tidak mengambil refrensi dari
pendidikan Rasulullah Saw, hal itu dipengaruhi karena kurangnya
pengetahuan orang tua yang tidak memahami bagaimana pendidikan
Rasulullah. Akibatnya mereka sering mengabaikan tanggung jawab sebagai
orang tua yang berperan dalam pendidikan jasmani dan rohani anak.
Perhatian Islam terhadap anak sangatlah besar dengan asumsi bahwa
anak adalah buah kehidupan rumah tangga serta harapan umat manusia. Islam
pun menganjurkan kepada seluruh orang tua agar dapat menjalankan amanah
yang diberikan-Nya berupa seorang anak dengan mendidik dan mengasuh
lewat cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai suri tauladan
umat manusia. Sebagaimana dalam hadis nabi ia bersabda bahwa:
للها لوسر لاق لاق هنع للها يض ر بياحصلا يمشلجا به و بيا نع
لجر ءاج م ص
اعضوم هعضو هبدا و هسما نستح :لاق اذه بيا قح ام للها لوسر اي :لاقف م ص بينلا ليا
يصوت لاا هاو ر انسح
Artinya: “Seorang bertanya kepada Nabi Saw dan bertanya, “Ya Rasulallah, apa hak anakku ini? “Nabi menjawab, “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu),” (HR. Ath-Thusi).9Semua anak dilahirkan dengan memiliki fitrah atau potensi
masing-masing, dalam hal ini orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam
membentuknya. Bagaimana cara orang tua mendidik, menentukan potensi
9Muhammad Faiz Almath, (2017), 1100 Hadis Terpilih terj. Dari Qobasun min Nuri
baik anak tergali dengan baik atau tidak. Menurut Ramayulis, ada beberapa
kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain:10
a) Memilih nama yang baik bagi anaknya.
b) Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya serta menolong
mereka membina aqidah yang benar dan agama yang kokoh.
c) Memuliakan anak-anaknya, berbuat adil dan berbuat kebaikan diantara
mereka
d) Memberi contoh yang baik dan teladan yang saleh atas segala yang
dilakukannya.
Mengingat anak merupakan asset terbesar bagi kedua orang tua yang
bisa menjadi penolong keduanya kelak di akhirat Ketika mereka telah tiada,
serta bisa menjadikan tabungan amal kebaikan mereka dari doa anak yang saleh
dan saleha. Untuk itu ada beberapa kewajiban yang harus di pikul oleh orang
tua tua didalam keluarga yaitu memberi nafkah, kemudian memperlakukan
anak degan seadil-adilnya, sampai memberikan mereka dengan Pendidikan dan
pengajaran yang baik.11
a) Manafkahi Anak
Nafkah seorang anak, baik itu laki-laki maupun perempuan menjadi
tanggungan kewajiban bagi kedua orang tua, dan tanggungan orang tua
terhadap anak laki-laki sampai anak laki-lakinya bisa mandiri dan
menghidupi dirinya sendiri, sementara bagi anak perempuan tanggungan
orang taunya sampai ia menikah. Jika seorang ayah melalaikan nafkah
10 Ramayulis, 2011, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, hal. 60.
11 Mahmud Muhammad Al-jauhari, 2005, Membangun Keluarga Qur’ani, Jakarta: Amzah, hal. 203.
anak-anaknya maka ia telah berdosa, sebab dengan demikian ia telah
membuat mereka hidup telantar dan mengelandang.
b) Pilih kasih
Pilih kasih diantara anak akan membuahkan dampak negatif bagi orang
tua sendiri, sebab hal itu akan melahirkan rasa dengki dan iri hati
mereka, dan mencabut akar cinta kasih diantara mereka. Selain itu,
perlakuan diskriminatif yang dilakukan kepada seorang anak dengan
cara pilih kasih akan berakibat pada psikologis mental anak sehingga
membawa merkea kepada perilaku yang kriminal, menyimpang dan
berbuat yang bersifat pelanggaran. Oleh karena itu, tidak ada seorang
pun yang menyangsikan bahwa perlakuan pilih kasih terhadap satu
diantara sekian anak jka sampai memicu keterputusan hubungan
diantara mereka atau durhaka terhadap orang tua, atau hal-hal sejenisnya
maka ia sudah dianggap haram, zholim, dan keluar dari prinsip-prinsip kewajiban terhadap satu keluarga, baik dalam pemberian materi maupun
pemberian kasih sayang.
c) Memberikan mereka pendidikan dan pengajaran.
Dalam Islam menegaskan bahwa pendidikan yang baik adalah hak anak
atas orang tua. Dan pendidikan baik yang dimaksud adalah pendidikan
yang sesuai dengan manhaj Alquran dan tujuan-tujuannya dalam
membentuk kepribadian muslim yang berserah diri secara total kepada
Tuhannya. Dengan kata lain, pendidikan yang baik adalah amanah yang
dikalungkan dileher orang tua. Jika ia mengabaikannya dan anak-anak
kelalaian pembelajaran yang baik ini orang tuanya pun akan disiksa di
hari kiamat. Orang tua juga harus menanamkan di dalam diri mereka
terhadap ke Agungan Allah, melaksanakan ibadah dengan penuh
keikhlasan hati, menjaga hubungan terhadap sesama berupa muamalah,
dan melaksanakan melaksanakan aturan yang telah dianjurkan oleh
Allah SWT. Mereka harus memberikan pengetahuan kepada anak
tentang bagaimana cara thaharah (bersuci), wudhu, dan sholat. Mereka
boleh membentak agar melakukan sholat, bahkan memukul anaknya
jika sudah berusia sepuluh tahun tidak melaksanakan sholat sesuai
dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Dari yang telah dijelaskan penulis akan menambahkan bahwa
kewajiban orang tua juga harus mengarahkan dan membimbing anak-anak
mereka dalam bergaul (memilih teman), dan tidak membiarkan mereka
berteman dengan orang-orang yang nakal, berandalan ataupun yang mengajak
mereka kepada kemaksiatan. Sebab lingkungan masyarakat sangat
berpengaruh bagi anak terutama dalam pergaulan teman sebayanya.
Terdapat beberapa fenomena yang terjadi mengenai pola asuh anak
yang salah, yang mengabaikan pola asuh yang dicontohkan Rasulullah, seperti
merusak fisik dan pisikis anak, kemudian anak terlalu, dan sebagainya. Perlu
diketahui bahwa pola asuh orang tua merupakan prasyarat untuk membenahi
kepribadian dan karakter anak. Memperhatikan pola asupan makanan yang
diperoleh dengan cara yang halal dan mengkonsumsi makanan yang baik dan
halal serta didikan yang benar maka akan berpengaruh terhadap kepribadian
untuk menjadikan anak yang baik bisa bertolak belakang apabila orang tua
mendidik anaknya dengan cara kekerasan, sehingga berdampak kepada
psikologis anak yang tertekan. Hal tersebut jelas bahwa perilaku tersebut tidak
mencerminkan cara asuh Rasulullah Saw. terhadap anak-anaknya.
Alquran telah mengajarkan bahwa manusia diciptakan melaluai
perantara seorang ibu yaitu melalui proses 9 (Sembilan) bulan dalam perut
ibunya. Sehingga sebagai seorang anak harus menghormati orang taunya yang
telah merawat dan membesarkannya. Sebagaimana Allah telah berfirman
dalam QS. Luqman 31 ayat 14 yang berbunyi:
أ ُهْتَلَمَح ِهْيَدِلاَوِب َناَسْنلإا اَنْيََّصَوَو
يِل ْر كْشا ِنَأ ِنْيَماَع يِف ُه لاَصِفَو ٍنْهَو ىَلَع اًنْهَو ُهَُّم
ُيرِصَمْلا ََّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman 31:14)12Dalam buku tafsir tarbawi yang dikutip oleh Kadar Muhammad Yusuf
bahwa ayat di atas menjelaskan materi pembelajaran luqman terhadap
anaknya. Yang mana materi tersebut berkaitan dengan menghormati kedua
orang tua, setiap anak harus menghormati kedua orang tuanya, karena ibunya
yang telah mengandungnya, menyapihnya selama dua tahun penuh, ini
merupakan suatu bentuk pengajaran di dalam Islam, maka materi pelajaran
atau pendidikan yang mesti diberikan kepada anak dalam keluarga adalah
meliputi semua kajian keislaman yang menjadi suatu kewajiban, orang tua
harus bisa memberikan pengajaran tentang akidah, akhlak dan hukum fiqih
yang berkaitan dengan kewajiban sehari-hari.13
Dapat disimpulkan bahwa anak tidak lain adalah anugerah yang
terindah sebagai orang tua harus menerima kehadiran anaknya dengan rasa
syukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT, kemudian berilah anak
dengan nama-nama yang baik yang bisa dijadikan doa, diharapkan anak dapat
memiliki kepribadian yang berkarakter yaitu dengan pengetahuan intelektual,
akhlakul karimah, berpikir sehat dan berjiwa sehat baik jasmani dan
rohaninya.
d) Orang Tua Tunggal
1) Pengertian Orang Tua Tunggal
Orang tua tunggal ialah keluarga yang hanya ada satu orang tua,
hanya ayah atau ibu saja atau single parent yang kemudian merawat satu anak atau lebih tanpa didampingi oleh pasangan. Banyak sebab
terjadinya orang tua tunggal, seperti perceraian, kematian, hamil diluar
nikah dan ditinggal oleh pasanganya.14
Hurlock juga menyatakan bahwa single parent adalah orang tua tunggal yang memiliki hak atas anak setelah kematian pasangannya,
perceraian, dan hal lain yang menyebabkan berpisahnya orang tua.
Menjadi single parent tentu tidak akan mudah dan menjadikan masalah dalam kehidupan, seperti kesulitan ekonomi yang biasaya seorang suami
13Kadar Muhammad Yusuf, 2013, Tafsir Tarbawi (pesan-pesan Alquran tentang
Pendidikan), Jakarta: Amzah, hal. 165.
14 Satria Agus Prayoga, 2013, PolaPengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Tunggal, Skripsi.
yang menjadi tulang punggung keluarga, kemudian kesulitan dalam
mendidik anak.
Orang tua tunggal biasanya memiliki beberapa problem
daripada orang tua yang masih utuh. Seorang single parent tidak mempunyai pasangan sebagaimana pasangan lainnyam, sehingga beban
dan tanggung jawab dalam mendidik dan memperhatikan tumbuh
kembang anak sangat berat.
Berperan sebagai orang tua adalah tugas mulia yang diberikan
Allah untuk menjaga Amanah yang diberikan-Nya berupa anak, melalui
orang tua dapat terbentuk masa depan anak dan masyarakat bangsa yang
dicita-citakan sesuai anjuran agama. Seorang anak merupakan tumpuan
harapan orang tua dalam kehidupan keluarga. Ketika seorang anak
kehilangan sosok ayahnya yang begitu dekat dengannya ia akan merasa
sedih dan putus asa, dan bahkan dapat melakukan tindakan kasar dengan
melawan orang tuanya. sehingga disinilah perlunya sebagai sosok orang
tua tunggal tentu tidak mudah dalam mengarahkan, membimbing, dan
mendidik anaknya, butuh perjuangan bagi seorang yang single parent
dalam membentuk karakter anak untuk menjadi anak yang saleh dan
saleha serta berbakti kepada orang tua.
Proses interaksi yang baik antara orang tua dan anak akan
menghasilkan keluraga yang baik pula, baik melalui sikap, perilaku,
ketaatan agama dan lain sebagainya. Namun keseluruhan hal itu sangat
minim terlihat di kehidupan keluarga pada masa kini, hal ini bisa
secara tidak langsung mempengaruhi pendidikan anak dan karakter
anak. Perlunya di masa sekarang ini untuk terus menjalin quality time
antara keluaraga, baik suami istri dan anak, untuk menghindari terjadi
perpecahan yang berujung kepada perceraian yang berdampak kepada
mental dan kepercayaan diri anak dalam menempuh proses kehidupan.
Orang tua harus memperhatikan perkembangan jasmani anak
karena ini menyangkut kesehatan dan kekuatan badan serta
keterampilan otot, yang dilakukan oleh orang tua ialah memberikan
Pendidikan agama tujuan pendidikan ini berfungsi menanamkan
nilai-nilai pengetahuan pada diri anak, tentu semua kewajiban itu dapat
dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena pada dasarnya orang tua
memang mencintai anaknya, sehingga dalam mengajarkan dan
mendidik anaknya sudah menjadi kewajiban bagi orang tua.15
2) Pandangan orang tua terhadap anak
Adapun pandangan terhadap anak sering ditentukan oleh cara
seseorang dalam mengajarkan dan mengasuh anak mereka. Dalam
kaitannya dengan pola pengasuhan anak, maka menurut Mansur ada
beberapa pandangan mengenai hakikat anak diantara yaitu:16
a. Anak sebagai dewasa mini
Anak dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk mini, yang
membedakan anak dengan orang dewasa hanya ukuran dan
usianya saja, justru anak diharapkan bertingkah laku sebagai
15 Ahmad Tafsir,1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 156.
16 Mansur, 2014, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Jakarta Pustaka Pelajar, hal. 1-11.
orang yang dewasa. Mendorong anak untuk bertingkah laku
seperti orang dewasa dapat menimbulkan konflik antara harapan
dan kemampuan.
b. Anak sebagai orang yang berdosa
Tingkah laku anak yang menyimpang merupakan dosa keturunan.
Bila anak bersalah, maka orang tua menganggap perbuatan anak
adalah dosa. Pandangan it uterus menerus menetap dan muncul
dalam belief orang tua, untuk itu anak harus selalu dikontrol dengan keras, melalui pengawasan yang ketat.
c. Anak sebagai tanaman yang tumbuh
Anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik atau
orang tua yaitu sebagai tukang kebunnya, dan sekola merupakan
rumah kaca di aman anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola
pertumbuhannya yang wajar.
d. Anak sebagai makhluk independent
Walaupun anak dilahirkan oleh orang tua, namun pada hakikatnya
anak merupakan individu yang berbeda dengan siapa pun,
termasuk dnegan kedua orang tuanya. Bahkan anak juga memiliki
takdir tersendiri yang belum tentu sama dengan kedua orang
tuanya.
e. Anak sebagai nikmat, amanah Allah, dan fitrah orang tua
Anak merupakan nikmat Allah yang begitu tinggi nilainya, maka
haruslah disyukuri dengan membina dan mendidik anak dengan
jika tidak mampu menjaganya, bahkan anak juga bisa menjadi
fitnah manakala anak memiliki kekurangan dan kelemahan
mengakibatkan fitnah bagi orang tuanya jika tidak dilandasi
dengan iman dan takwa. Kemudian anak juga merupakan sebuah
amanah Allah SWT yang dipercayakan kepada orang tua, maka
bagi setiap muslim pantang mengkhianati amanah yang telah
diberikan oleh Allah SWT berupa karunianya anak kepada
mereka.
f. Anak sebagai milik orang tua dan investasi masa depan
Anak sebagai investasi masa depan sangat dekat hubungannya
anak sebagai milik orang tua yang berkaitan dengan kehidupan
masa depan keluarga dan bangsa.
g. Anak sebagai generasi penerus orang tua dan bangsa
Sebagai orang tua, haruslah mempunyai tujuan dan berikhtiar agar
anak mereka dimasa depan mempunyai kualitas yang lebih tinggi
dari orang tuanya, minimal sejajar atau sama dengan orang tuanya.
Dengan demikian dia perlu mempersiapkan anak itu sejak dini
agar menjadi manusia yang unggul.
2. Pendidikan Agama
a. Pengertian Pendidikan Agama
Pendidikan diartikan sebagai proses pengembangan dan
pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat dalam
memberikan perlindungan rasa aman, kenyamanan, ketenangan batin
dan ketentraman diri dalam mengisi kehidupan dengan baik.17
Menurut Tafsir, yang dikutip dari buku karya Neliwati
membedakan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan Islam.
Pendidikan agama Islam (PAI) diartikan sebagai nama kegiatan
mendidikan agama Islam. Sedangkan kata PAI sebagai mata pelajaran
yang dinamakan agama Islam, karena yang diajarkan adalah agama
Islam, bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau
usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan
agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata
pelajaran. Dalam hal ini, PAI sejajar dengan pendidikan matematika
(nama pelajarannya adalah matematika), dan seterusnya.18
Sedangkan menurut Neliwati dalam buku
PengembanganKurikulum Pendidikan Agama Islam, pendidikan adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki
komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya
sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam merupakan pendidikan
yang teori-teorinya disusun berdasarkan Alquran dan Hadis.19
Selanjutnya, pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha
untukmembina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian
manusia ke titik paling optimal. Aspek kepribadian manusia itu meliputi
17 Abdul Kahar, 2019, Pendidikan Ibadah Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Taawuz: Jurnal Pendidikan Islam, hal. 21.
18 Neliwati, 2019, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Medan: Widya Puspita, hal. 20.
religi, sosial dan emosi. Proses pendidikannya menuju insan yang
berkarakter melalui penanaman tentang nilai-nilai agama yang nantinya
menjadi insan yang humanis.20
Pendidikan agama lebih mengarah pada ranah afektif atau
fokus pada suatu bentuk sikap manusia dalam mengamalkan ajaran
Islam. Oleh karena itu sasaran pendidikan agama didalam keluarga
bersifat afektif, seperti kasih sayang, perhatian, toleransi, dan
penghargaan. Orang tua dalam mendidik anaknya tentu atas dasar kasih
sayang dan perhatian. Sebaliknya anak akan mengikuti orang tua,
mematuhi dan mencotoh perilaku orang tua mereka karena ingin
memperoleh kasih sayang dari orang tua. Dalam hal ini tinggal
bagaimana kualitas keagamaan orang tua, semakin tinggi kualitas
keagamaan yang dimiliki oleh orang tua, anak juga akan berusaha
meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya.
b. Dasar-Dasar Pendidikan Agama
Menurut Moh. Athiyah al-Abrasyi dalam Bukunya Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Islam ialah untuk menanamkan keyakinan, mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutaman),
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan
mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur”.21
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam (agama)
20Afiyah, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, hal. 5.
21 Moh. Athiyah Al-Abrasyi, 1980, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 90.
memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya.
Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua
peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksaan
dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Bagi umat Islam dasar agama Islam merupakan fondasi utama
dari keharusan berlangsungnya Pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat
universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan khaliqnya, juga dalam
hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah
berpakaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Prioritas pendidikan agama dalam upaya pembentukan
kepribadian muslim, yaitu:
1. Pendidikan keimanan
Dalam Pendidikan keimanan ini banyak yang bisa diajarkan kepada
anak melalui contoh yang telah diajarkan oleh luqman terhadap
anaknya dalam mengimani Allah SWT, sebagaimana Allah telah
berfirman dalam QS. Luqman 31 ayat 13 berikut ini:
ْكِرْشُت لا ََّيَنُب اَي ُه ظِعَي َوُهَو ِهِنْبلا ناَمْق ل َلاَق ْذِإَو
ٌميِظَع ٌمْل ظَل َكْرَِّشلا ََّنِإ ِهََّللاِب
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".22
Pendidikan dalam menanamkan keimanan pada diri anak bisa
di contoh dari kisah luqman yang mengajarkan pendidikan keimanan
kepada anak-anaknya. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama
yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya ialah pembentukan
keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap,
tingkah laku dan kepribadian anak.
2. Pendidikan Akhlak
Menanamkan keimanan pada diri anak bisa di contoh dari
kisah luqman yang mengajarkan pendidikan keimanan kepada
anak-anaknya. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama yang
dilakukan orang tua kepada anak-anaknya ialah pembentukan
keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap,
tingkah laku dan kepribadian anak dan sesama makhluk.23
Pendidikan akhlak menempati posisi yang sangat penting
dalam Islam. Pentingnya kedudukan akhlak ini dapat dilihat dari
berbagai sunnah qauliyah (dalam bentuk perkataan) Rasulullah Saw diantaranya yaitu:
ِهْيَلَع ُهََّللا ىََّلَص ِهََّللا لوُسَر يِل َلاَق َلاَق ٍَّرَذ يِبَأ ْنَع
َتْن ك اَم ثْيَح ِهََّللا ِقََّتا َمََّلَسَو
ٍنَسَح ٍق لُخِب َساََّنلا ِقِلاَخَو اَهُحْمَت َةَنَسَحْلا َةَئَِّيََّسلا ْعِبْتَأَو
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi was sallam pernah bersabda kepadaku, “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. At Tirmidzi)2423 Muhammad Daud Ali, 2001, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 135-136.
24 Hasan,1987, diriwayatkan oleh Imam At-Tarmidzi dan dihasankan oleh syeikh Albany dalam kitab Shahih Al Jaami’ nomor 97.
Kemudian antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan
yang sangat kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari
keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman,
semakin sempurna akhlak seorang muslim berarti semakin kuat
imannya. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada
penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya,
tetapi melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala
yang terdapat dalam wujud kehidupan ini.25
3. Pendidikan Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata abda’ ya’budu, abdan yang berarti taat, budak, patuh, merendahkan diri dan hina.
Pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang
tunduk, patuh merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut
abid (beribadah
Ibadah yang secara diartikan sesembahan, pengabdian, secara
istilah yang paling luas tidak hanya penyembahan, tetapi juga
berhubungan dengan perilaku manusia dalam kehidupan.26
Selanjutnya ada beberapa hadist yang berkaitan tentang mendidik
anak dalam melaksanakan ibadah yang diriwayatkan oleh abu daud
sebagimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
25 Oman Muhammad Al-Tumy Al-Syaibany, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 312.
َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها لْوُسَر َلاَق : َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهْيِبَا ْنَع ِبْيَعُش ُنْبوُرَمُع ْنَع
ْبَا ْمُهُبِرْضاَو َنْيِنِس ُءاَنْبَا مُهَو ِةاَلَّصلاِب ْم كَداَلْوَا اْوُرُم :
ْيِف ْمُهَنْيَب اْو قِّرَف َو َرَشَع َءاَن
) َدُواَد ْوُبَا ُهاَوَر ( ِعِجاَضَمْلا
“Suruhlah anak-ankmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalu sudah berumur sepuluh tahun fan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan). 27kemudian Ustadz Abdul sholat di dalam bukunya dalam
mendidik anak jangan terlalu keras dan asal main pukul, karena
perintah Nabi Saw “suruh anakmu salat saat umur 7 tahun” kenapa harus di umur 7 tahun, karena diumurnya yang segitu seharusnya
dia sudah hafal surah Al-fatihah dan surah-surah pendek.28
Dapat disimpulkan bahwa mendidik anak dalam
menanamkan Pendidikan ibadah seperti sholat ini ketika anak masih
usia balita sangat penting, sebagai dasar mereka untuk disipilin
dalam menjalankan sholat lima waktu.
c. Tujuan Pendidikan Agama
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek
tujuan. Tujuan adalah dunia cita, yakni suasan ideal yang ingin diwujudkan.
Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir. Tujuan
akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya kepribadian muslim.29
27Abu Daud Sulaiman bin Asy’ad al-Sijistani, 1990, Sunan Abu Daud, Beirut: Darul Fikr, jilid 1 hal. 119
28Abdul Somad, 2018, Ustadz Abdul Somad Menjawab (Mendidik Anak), Yogyakarta: Mutiara Media, hal. 383.
29 Ahmad D. Marimba, 1962, Pengantar Filsafat Pendidikan islam, Bandung: Al-Ma’arif, hal. 43.
Tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefenisikan
pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar
mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip- prinsip
dasarnya. Karena itu, tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan
rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia.30
Al-Ghazali dalam buku karya Azizah, menyatakan bahwa tujuan
pendidikan agama dan akhlak merupakan sasaran yang paling utama. Ia
melihat bahwa ilmu itu sendiri adalah keutamaan dan melebihi segala-
galanya. Oleh karena itu menguasai ilmu menurutnya juga merupakan tujuan
dari pendidikan. Selain itu al-Ghazali juga menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.31
Menurtu Mohammad Athiyah Al-Abrosyi dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam menyimpulkan 5 (lima) tujuan bagi pendidikan Islam,
diantaranya yaitu:
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dapat
diringkaskan tujuan pendidikan Islam itu dalam suatu kata yaitu
“keutamaan” (al-fadilah). Menurut tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan diatas
segala-galanya.
30 Azizah Hanum OK, 2017, Filsafat Pendidikan Islam, Medan: Rayyan Perss, hal. 40. 31Ibid, hal. 41.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan
Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan
tidak hanya segi dunia saja. Tetapi juga menaruh perhatian pada
kedua-duanya sekalipun dan ia mamandang persiapan untuk kedua kehidupan
itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.
c. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan
hati untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar
sebagai ilmu. Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada
pendidikan agama dan akhlak dan mempersiapkan diri untuk kehidupan
dunia dan akhirat dan mempersiapkan dalam mencari rezeki.
d. Menyiapkan anak (pelajar) dari segi profesional, teknis, dan
perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu. Pendidikan
Islam, sekalipun menekankan segi kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa
menyiapkan seseorang untuk hidup dan mencari rezeki. Begitu juga ia
tak lupa melatih badan, akal, hati, perasaan, kemauan dan pribadi.
e. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
kemanfaatan. Pendidikan Islam tidak semuanya bersifat agama atau
akhlak, atau spiritual semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi
kemanfaatan pada tujuan-tujuan dan aktivitasnya. Kesempurnaan
manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama
dan ilmu pengetahuan atau menaruh perhatian pada segi-segi spiritual,
dan akhlak.32
d. Pendidikan agama dalam keluarga
Menjadikan anak yang cerdas, terampil dan sopan santun memang
merupakan tugas besar bagi orang tua, sehingga keluarga sadar bahwa anak-
anak mereka tidak akan menikmati perkembangan akal yang sempurna dari
pemberian Tuhan, kecuali jika mereka mendapatkan pendidikan akal dan jiwa
mereka di rumah, keluarga, sekolah dan masyarakat pada umumnya untuk
mengembangkan, menumbuhkan dan menggarap kesedian-kesedian, bakat,
minat, dan kecakapan intelektual anak.33
Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam
pembentukan kepribadian anak, keluarga adalah sebuah institusi pendidikan
yang utama dan bersifat kodrati, oleh karena itu didalam kehidupan keluarga
yang harmonis perlu dibangun diatas dasar sistem interaksi yang kondusif
sehingga penidikan dapat berlangsung dengan baik, untuk itu dalam
memberikan pendidikan dalam keluarga yaitu dengan
menumbuhkembangkan potensi anak, sebagai wahana untuk mentransfer
nilai-nilai yang baik yang ditanamkan dalam diri anak.34
Ada dua model utama yang mendukung pelaksanaan pendidikan
dalam keluarga, yaitu pertama kewajiban melaksanakan pendidikan dalam
keluarga itu hampir disadari semua oleh semua orang tua, dan kedua,
kewajiban yang bersifat wajar, kerena Allah menciptakan pera orang tua
memang mencintai anaknya. Orang tua senang mendidik anak-anaknya,
mencintai anak memang sifat yang dibawa setiap orang sejak lahir.35
33 Mardianto, 2016, Psikologi Pendidikan Landasan untuk Pengembangan Strategi
Pembelajaran, Medan: Perdana Publishing, hal. 31-32.
34 Syaiful Bahri Djamarah, 2014, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 24.