POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNGGAL DI KAMPUNG SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL
KABUPATEN PESISIR SELATAN
ARTIKEL
ICE ELFITRI NPM: 12060100
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2017
1
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNGGAL DI KAMPUNG SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL
KABUPATEN PESISIR SELATAN
Oleh:
ICE ELFITRI*
Dra. Suheni, M.Pd
**Rici Kardo, M.Pd
**** Mahasiswa
** Pembimbing I
*** Pembimbing II
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
ICE ELFITRI (NPM:12060100), Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Tunggal Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat, Padang 2017
This research is motivated by the phenomenon that the researchers found in the field where their parents' parenting of the child who does not give an opportunity to participate in social activities, and do not give freedom to act in accordance keinginanya. This study aimed to describe parenting single parents of children in terms of social skills and freedom of action.
This research was conducted with descriptive qualitative approach that describes the symptoms, facts and realities that exist in the field what it is about parenting parents to the child.
As for the key informants are two parents of an only child and then an additional informant is the second child. The instrument used to collect data in this research is interview guides. Data analysis techniques in the study of data reduction, data presentation and conclusion.
Results of the study 1) Pattern foster parent to child in his social skills are less precise, it islike not giving a chance to participate in social activities, resolve conflicts, worries are overblown 2) Pattern foster parent to child in the freedom of action is not quite right, people parents will force the child to choose the friends and ideals. Based on the results of research is recommended to parents in order to provide appropriate parenting to the child in order to respond to positive parenting parents
Keyword: Parenting Parents, of Children Single Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua adalah pemegang amanah, sehingga orang tua bertanggung jawab mendidik, memelihara, menjaga, dan meningkatkan amanah yang diberikan kepadanya.Setiaporang tua yang memiliki anak selalu memelihara membesarkan dan mendidiknya. Orang tua dan anak dalam keluargamemilikikedudukan yang berbeda.Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan di masadepanyangharusdipeliharadandididik.mem eliharanya dari segala marabahaya dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas, itulah sifat fitrah orang tua apa lagi orang tua yang memiliki satu anak atau disebut sebagai anak tunggal di dalam keluarga.
Orang tua yang mempunyai anak tunggal,kerap kali dapat memberikan perhatian serta kasih sayang yang berlebihan untuk anaknya. Perlakuan ini bisa mengganggu perkembangan emosi dan perkembangan alaminya serta kematangan jiwanya yang ideal, seperti menjadi orang yang keras kepala, sombong, kaku, sensititif, suka menyendiri, ragu-ragu, terlalu bergantung kepada orang tuanya, dan kurang mampu mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.
Menjadi harapan keluarga sehingga orang tua selalu membatasi pergaulan yang lebih banyak.
Seorang yang mendapatkan perhatian yang penuh semasa kecilnya akan merasa terlindungi, dicintai, dan dihargai dengan cara ini berkembang harga diri yang kuat. Anak tunggal yang telah tumbuh menjadi seorang
2 remaja, dituntut banyak oleh lingkungan untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang mungkin saja tidak diduga oleh anak tesebut, baik dalam keluarga, sekolah hubungan dengan teman sebaya ataupun di masyarakat
Menurut Sunjanto (1997:51) “Anak tunggal adalah tumpuan harapan kedua orang tuanya. Harapan kedua orang tuanya itu berpadu, bertumpuk menjadi satu padanya.
Harapan tentang apa saja harapan akan kehidupan yang lebih baik, harapan yang meneruskan keturunan, Harapan akan tercapai cita-cita dan harapan tentang segala- segalanya”.
Peranan orang tua dalam mendidik anak dalam rumah tangga sangatlah penting karena dalam rumah tangga lah seorang anak mula-mula memperoleh bimbingan dan pendidikan, yaitu dari orang tuanya. Pola asuh orang tua dalam keluarga dapat berbentuk otoriter, permisif dan demokratis terkait dengan pola asuh orang tua terhadap anak.
mengemukakan : Widyarini (2009:11) “Pola asuh otoriter yaitu orang tualah yang menentukan semuanya. orang tua menganggap semua yang mereka katakan adalah yang paling benar dan baik, anak dianggap tak tahu apa- apa. Orang tua tak pernah mendorong anak unuk mandiri dan mengambil keputusan- keputusan yang berhubungan dengan tindakan si anak. Orang tua hanya menyatakan apa yang harus/tidak dilakukan, dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus/tidak dilakukan. Pola asuh yang permisif cenderung menbiarkan rambu-rambu apa pun kepada anak, yang ada hanyalah rambu-rambu lingkungan. Sedangkan pola asuh demokratis mengunakan penjelasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan orang tua terbuka dan berdiskusi dengan anak”.
Menurut Gunarsa (2000:44) “Pola asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak- anaknya yang meliputi bagaimana pendidik memperlakukan anak didiknya.Orang tua melihat anak sebagai individu yang patut di dengar, dihargai dan diberikan kesempatan.
tugas ibu dan bapak menjadi guru untuk anaknya, tidak hanya memberi materi saja peran orang tua dalam keluarga
Pada perkembangan anak tunggal ini orang tua dituntut untuk memberikan perlakuan yang bijaksana, seperti menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh anak, memilih kegiatan
apa saja yang hendak diikuti oleh anak, melihat dari dua sisi apa yang dilakukan oleh anak, memberikan perlakuan tegas dalam mendidik, menyayangi membantu, membimbing, merawat, menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh remaja, mengajar anak akan hal-hal yang seharusya.
Sehubungan dengan Bousard (2006:204) menjelaskan:“Perkembangan anak tunggal adalah mengalami beberapa kendala, antara lain membutuhkan orang lain yang bisa dijadikan bermain bersamanya, memiliki sentuhan yang kuat dengan kedua orang tuanya, orang tua selalu mengkhawatirkan karena sayangnya sehingga perhatian serta kasih sayang yang berlebihan mencurahkan kepada anaknya. Perlakuan orang ini bisa mengganggu perkembangan emosi dan perkembangan alaminya serta kematangan jiwanya yang ideal, seperti menjadi orang yang keras kepala, sombong, kaku, sentitif, suka menyendiri, ragu-ragu, terlalu bergantung kepada orang tuanya, kurang mampu mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya”.
Pada dasarnya anak tunggal yang memasuki masa peralihan, merupakan masa yang tidak mengenakan bagi remaja maupun orang tuanya, tanggapan orang yang paling bijaksana adalah mendukung orang tua diharapkan orang tua
menunjukkan kesalahan dalam pemikiran anak mereka yang memasuki masa remaja. Anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk mengurus dirinya sendiri, mengurus segala keperluanya mereka. Namun tidak diharapkan orang tua memberikan segala sesuatunya kepada anak secara berlebihan, dibatas kewajaran, hal ini dilakukan agar remaja tumbuh menjadi individu yang memiliki konsep diri yang positif.
Anak tunggal memiliki kedudukan sebagai satu-satunya anak dalam keluarga, anak tunggal tidak mengalami persaingan dengan saudaranya, membagi perasaan, sehingga perlu mendapatkan pengarahan untuk berbagi perasaan dengan teman sebayanya atau pun orang tua.
Anak tunggal sama halnya dengan remaja-remaja lain, anak tunggal yang menginjak remaja yang melaksanakan tugas- tugas perkembangan serta kebutuhan- kebutuhan masa perkembangan tersebut, maka dari hal itu orang tua seharusnya tidak mengistimewakan bimbingannya terhadap remaja tunggal. Untuk itu Borba (2010:31)
3 menyatakan ada beberapa yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak tunggal diantara adalah :
1. Turunkan tahta anak tunggal
2. Bantu anak peduli terhadap orang lain 3. Berikesempatananakuntukketerampilan
sosial
4. Beri anak menyelesaikan konflik 5. Biarkan anak menempa jalannya sendiri
Sejalan dengan pendapat di atas bahwa salah satu yang penting jangan sampai terabaikan dalam melatih anak dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya, memberikan kebebasan dalam keterampilan sosial dan kebebasan dalam bertindak.
Pengembangan keterampilan sosial merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan karena pembentukan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi, dan berpartisipasi kelompok serta didasari oleh kecerdasan personal berupa kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab dapat terbentuk dari diri anak.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 2 orang anak tunggal di Kampung Sungai Kuyung Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 10 Januari 2016 diperoleh informasi bahwa: Orang tua yang menentukan sendiri aturan yang harus ditaati oleh anak tampa musyawarah dengan anak terlebih dahulu, Orang tua selalu menlindungi anak secara berlebihan dan mencemaskan keadaan anak, Orang tua selalu membatasi anak dalam pergaulan dalam berteman sehingga anak kurang bersosialisasi, Orang tua tidak memberikan kebebasan pada anak dalam pergaul dan bertindak dalam lingkungan, Orang tua kurang memperbolehkan anak bermain di luar rumah, Orang tua meminta anak sering dirumah, Orang tua tidak mengajarkan cara berkomunikasi.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut apabila tidak segera di atasi, maka anak tunggalkan mengalami masalah dalam keterampilan sosial dan kebebasan bertindak.
Berdasarkan fenomena tesebut, maka peneliti melakukan penelitian tentang “Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Tunggal di Kampung Sungai Kuyung Kabupaten Pesisir Selatan”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka identifikasi masalah yang ada sebagai berikut.
1. Adanya orang tua yang menentukan sendiri aturan yang harus ditaati oleh anak tanpa musyawarah dengan anak terlebih dahulu.
2. Adanya orang tua selalu menlindungi anak secara berlebihan dan mencemaskan keadaan anak
3. Adanya orang tua selalu membatasi anak dalam pergaulan dalam berteman sehingga anak kurang bersosialisasi.
4. Adanya orang tua tidak memberikan kebebasan pada anak dalam pergaul dan bertindak dalam lingkungan
5. .Adanya orang tua kurang memperbolehkan anak bermain di luar rumah.
6. Adanya orang tua meminta anak sering dirumah
7. Adanya orang tua tidak mengajarkan anak cara berkomunikasi.
C. Fokus Penelitian
Adapunfokusmasalahdalampenelitianiniadalah:
1. Pola asuh orang tua tehadap anak tunggal dalam keterampilan sosial.
2. Polaasuh orang
tuaterhadapanaktunggaldalamkebebasanbert indak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak tunggal di Kampung Sungai Kuyung Kabupaten Pesisir Selatan?.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Pola asuh orang tua terhadap anak tunggal dalam keterampilan sosial
2. Pola asuh orang tua terhadap anak tunggal dalam kebebasan bertindak
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Orang Tua, memperoleh pemahaman serta masukan terhadap orang tua dalam mengasuh, memperlakuan, mengarahkan, dan membimbing anak tunggal yang sedang berada pada masa perkembangan.
2. Anak Tunggal, dapat memberikan gambaran secara nyata bagaimana menanggapi pola asuh dari orang tuanya dengan baik
3. .Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling, sebagai bahan masukan agar dapat mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang matang.
4 4. Peneliti untuk memperoleh pengalaman
sewaktu melakukan penelitian dan menambah ilmu pengetahuan, baik teori maupun pratik dan peneliti dapat mengenal serta memahami lebih luas mengenai pola asuh orang tua terhadap anak tunggal.
5. Peneliti Selanjutnya, sebagai acuan terkait dengan penelitian tersebut, bahan masukkan bagi peneliti supaya hasil penelitian lebih sempurn
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Yusuf (2011:83)
“Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”.
Kemudian Mahmud (2011:8) juga berpendapat bahwa “Penelitian kualitatif merupakan sesuatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifatalami”.
Sugiyono(2009:14) mengemukan:
“Metodepenelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme ,digunakan untuk menelitip ada kondisi objek yang alamiah.(sebagai lawannya adalah eksprimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan Secara purposive, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan, analisis data bersiftatinduktifkualitatif). Dan hasilpenelitiankualitatiflebihmenekankanmakn adarigeneralisasi”.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli tanggal 29 sampai 5 Agustus dimana bertempat di Kampung Sungai Kuyung tempat peneliti berasal, maka penelitian ini telah selesai dilaksanakan pada bulan Juli 2016, di Kampung Sungai Kuyung Kabupaten Pesisir. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena masalah yang di teliti dalam penelitian ini di temukan di Kampung Sungai Kuyung
Dalam penelitian ini teknik yang di gunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel yang dilandasi t ujuan dan pertimbangan pertimbangan terlebih dahulu dalam penelitian ini adalah 2 orang tua yang akan menjadi sumber utama data utamadan 2 anak
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Teknik analisis
data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
1. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Tunggal Dilihat dari Keterampilan Sosial.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui ada beberapa pola asuh dari orang tua yang tidak tepat yang membuat anaknya tidak nyaman seperti orang tua tidak membina hubungan hangat, dan tidak bertukar pendapat, berbagi pengalaman dengan anak tunggal, orang tua hanya menjadi pendengar yang baik dan tanpa berkomentar, sehingga anak tunggal tidak mau bercerita kepada orang tuanya.
Orang tua tidak dilarang menjadi pendengar yang baik bagi anak tunggal, namun orang tua harus bisa memberikan pendapat ataupun masukan kepada anak tunggal, dikarenakan anak tunggal tidak mempunyai saudara dan hanya orang tua di rumah. Orang tua seharusnya dapat menjadi pendengar yang baik sekaligus menjadi texman bercerita yang nyaman bagi anak tunggal sebagai relasi bersosialisasi anak tunggal temukan sebelum keluar rumah, agar anak tunggal tidak menjadi anak yang lebih suka memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri.
Seperti Seperti dikatakan oleh Mind (2001 : 24) bahwa “Anak tunggal dan anak sulung yang tidak mempunyai kakak sebagai relasi bersosiliasasi cendrung menjadi diam”. Sobur (1997:39) menyebutkan “Anak unggal sukar membagi perasaannya sehingga perlu mendapatkan pengarahan untuk berbagi perasaan dengan teman sebaya ataupun dengan orang tuanya.
pMenur Menurut Sobur (1997:9) “Orang tua yang bijaksana akan membina hubungan hangat dan penuh pengertian dengan anak tunggal, menyempatkan diri untuk bertukar pikiran maupun perasaan, memberikan pengalaman- pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupan anak seandainya orang tua dapat bersikap demikian, maka tentu saja anak tunggal mereka tidak akan berkembang menjadi anak yang bermasalah.
Orang tua juga jarang berkomunikasi dengan anak, sementara itu Balson menyebutkan (1996: 34) bahwa. “Orang tua dituntut untuk melatih anaktunggal untuk berkomunikasi dengan anak-anak lain semenjak dini. Pertama kali yang harus dilakukan yaitu orang tua mengajak anak
5 tunggal berkomunikasi di rumah. dengan mengajak anak tunggal bercerita berbagai pengalaman yang dialaminya, dan selanjut anak tungal akan biasa berkomunikasi di luar rumah
Dari penelitian didapatkan bahwa orang tua tidak terlalu menganjurkan untuk mengikuti kesempatan sosial, bahkan orang tua sering melarang anak tunggal untuk mengikuti berbagai kegiatan sosial degan alasan kegiatan- kegiatan tesebut tidak penting, sementara orang tua tidak melihat dari sisi anak tunggal merasa terasingkan dengan teman-temannya apa bila tidak mengikuti kegiatan-kegiatan tesebut, namun di sini orang tua juga mempunyai alasan yang lain yaitu ekonomi yang kurang bagus sehingga apabila mengikuti berbagai kegiatan tentunya membutuhkan banyak dana yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tua, namun orang tua tidak mengutarakan alasan tersebut kepada anak, sehingga anak menganggap orang tudak bijaksana melarag tanpa alasan yang jelas.
Sementara yang seharusnya menurut. Borba (2010:31) menjelaskan Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mengikuti kegiatan sosial di sekolah dan di lingkungan masyarakat.
Orang tau juga terkesan membatasi pergaulan anak tunggal, dengan alasan khawatir akan terjadi apa-apa terhadap anak tunggal, hal yang tidak disukai oleh anak tunggal dalam hal ini adalah orang tua terlalu menilai buruk terhadap teman-teman tanpa mengenal teman-teman anak terlebih dahulu.
Sedangkan menurut Sobur (1991:9) :“Orang tua dapat memberikan keleluasaan kepada anak untuk bergaul dengan anak lain, juga di luar jam sekolah, ini dimaksud suapaya si anak tidak belajar untuk menerima, tetapi juga untuk memberi,di samping belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, serta tidak hanya mementingkan keinginan sendiri. Selain itu, hendaknya anak diberikan kesempatan memasuki perkumpulan- perkumpulan yang sesuai minat dan bakatnya”.
Seorang anak akan belajar banyak dari pergaulan orang tua jangan terlalu membatasi pergaulan anaknya sehingga anak, memiliki sedikit teman, teman hanya ada di sekolah, selepas itu anak kembali sendiri, dan anak tumbuh menjadi anak yang kurang pergaulan, sementara itu dalam hal ini orang tua dituntut untuk bijak dalam membantu anak dalam bergaul
Berpendapat Sobur (1997:11) : “Jika seorang anak tunggal mempunyai banyak anak tunggal teman dan bergaul baik dengan mereka, maka hal itu menunjukkan bahwa orang tua tidak terlalu melindunginya yang menghambat perkembangan anak. Dengan jalan membiarkan anak melakukan hal-hal yang juga dilakukan anak seusianya. Memberi kebebasan untuk menghargai norma-norma sosial yang bukan menghargai nilai pribadi untuk tingkah lakunya, karena pergaulan akan memberikan dispilin diri, memberikan kesenangan tersendiri dan kesulitan bagaimana harus membagj sesuatu dengan orang lain, maka ada baik seorang anak tunggal, sejak dini diajarkan padanya bekal untuk bergaul”..
SepertiSunjantoddk(1997:10) juga berpendapat: “Karena anak banyak mendapatkan hambatan perkembangan dalam pergaulan dengan teman-temannya, ia tidak memiliki perbuatan-buatan seperti yang dimiliki oleh teman-temannya. Sikapnya yang malu-malu, sembunyi-sembunyi menarik diri dari pergaulan. Ia merasakan ada yang kurang pada dirinya dari pada temannya. Ia makin tidak berkembang dan makin mengasingkan diri
Berdasarkan hasil peneliti dapat diketahui bahwa orang tua tidak mengajarkan anak bagaimana cara menyenyelesaikan masalah, orang tua tidak pernah menanyakan apakah anak memiliki masalah atau tidak. Orang tua hanya menjadi pendengar yang baik yang tentunya hal itu tidak diharapkan oleh anak tunggal, anak mengharapkan orang tua dapat memberikan solusi untuk pemecahan masalahnya, hal itu lah yang membuat hubungan anak dengan orang tua tidak pernah mengutarakan apa maksud dari sikap tersebut dan hal itu membuat anak tunggal berpikir buruk terhadap orang tuanya.
Sementara Borba Sementara Borba berpendapat (2010:32):
“Orang tua membantu anak belajar menyelesaikan konflik, mengatasi ganguan dan bernegosiasi atau kompromi, karena tidak memiliki kakak atau adik untuk membantu mereka mempelajari keterampilan itu dari pertengkaran-pertengkaran kecil sehari usahakan tidak membesarkan anak tunggal dengan perkelahian, usahakan orang tua menemukan cara membantunya menyelesaikan konflik. dan bernegosiasi menghadapi masalah yang memicu pertengkaran agar dia memiliki keterampilan menghadapi dunia nyata, dengan cara menyenangkan tentunya
6 Orang tua agar menyediakan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anak tunggal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalah pahaman antara orang tua dengan anaknya, untuk menghilangkan prasangka buruk anak terhadap orang tua untuk membina hubungan hangat antara anak dan orang tua, sehingga anak bisa memahami dan maksud dari pola asuh orang tua yang diberikan. Peneliti menyarankan kepada orang tua untuk lebih mendekatkan diri kepada anak tunggal dan berusaha memahami maksud dari anaknya.
Berdasarkan hasil peneliti ini peneliti disampaikan kepada orang tua agar menyediakan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anak tunggal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalahan pemahaman antara orang tua dengan anak, untuk menghilangkan prasangka anak terhadap orang tua, untuk membina hubungan hangat antara anak dan orang tua, sehingga anak bisa memahami dan maksud dari pola asuh orang tua yang diberikan. Peneliti menyarankan kepada Anak tunggal peneliti untuk lebih mendekatkan diri kepada orang tua dan berusaha memmahami maksud dari orang tuanya, supaya tidak terjadi kesalahan pahaman.
2. Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Tunggal Dilihat Kebebasan Bertindak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. didapatkan hasil bahwa orang tua memiliki kekhawatiran yang berlebihan dan harapan yang terlalu tinggi terhadap anak dan hal itu menyebebabkan anak merasa terbebani.
Kekhawatiran orang tua yang berlebihan yang menurut orang tua sangat baik untuk anak, justru bisa berbalik menjadi anak yang terkekang dan terlambat dalam melakukan tugas-tugas perkembangan sebagai remaja.
Menurut Bosuard (2006:204):
“Perkembangan anak tunggal mengalami beberapa kendala antara lain membutuhakan orang lain yang diajak bermain bersama memiliki akses sentrimental yang kuat dari kedua orangtuanya selalu mengkhawatirkan saking sayangnnya. Sehingga perhatian dan kasih sayang yang berlebihan mencurahkan untuknya. Perlakuan orang tua ini biasa menganggu perkembangan emosi danperkembangan alaminya serta kematangan jiwanya seperti menjadi anak yang keras kepala, sombong, suka menyendiri sensintif dan ragu-ragu, terlalu bergantung kepada orang
tuanya dan kurang mampu mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.”
Sunjanto juga berpendapat (1997:51) : Anak yang Anak yang dalam dirinya terdapat kekanakan-
kanakan kodrat untuk berkembang, banyak mendapatkan hambatan dari kedua orang tua hanya karena rasa takut, khawatir akan bahaya yang akan menimpa anaknya. Tetapi orang tua teralau memaksa perintah-perintah dan larangan-larangan baginya, dengan maksud agar anak selalu menuruti kehendaknya, yang menurut pendapatnya tentu akan mmeberiakn keselamatan dan kebahagiaan. Perintah dan larangan orang tua yang tidak disukai anak teralu banyak, dan diharapkan orang tua bisa menyesuaikan dengan kebutuhan anak tunggal sebagai remaja”.
Harapan-harapan orang tua terhadap anak yang dianggap anak teralu berlebihan membuat anak merasa terbebani, hal itu seharusnya tidak dilakukan oleh orang tua, seharusnya orang tua selalu mengajak anak untuk berdiskusi mengenai hal sekecil apapun karena orang tua hanya memiliki satu anak, apa hal-hal yang menyangkut diri anak seperti karirnya, orang tua seharusnya memiliki harapan yang wajar saja terhadap anak tunggal
Seperti Borba (2010:31): “Turunkan pengharapan kepada anak tunggal semua anak pasti ingin menyenangkan hati orang tuanya.
Terutama anak tunggal mereka menyadari satu- satunya harapan orang tuanya. Peran itu bisa menjadi beban. Anak tunggal biasanya lebih berorientasi pada prestasi memiliki kencendrungan lebih ingin sukses. Mereka cendrung meraih nilai yang baik dan lama mengikuti pendidiksn. Jadi orang tua perlu melihat kembali pengharapannya terhadap anak tunggal sekarang dan selanjutnya”.
Orang tua tidak terlalu memaksakan kehendak terhadap anak tunggal. Anak tunggal perlu belajar untuk tidak banyak menekan diri sendiri, jadi meraka tidak perlu merasakan tekanan yang datang dari orang tua anak tunggal mempunyai bakat dan minat tersendiri yang perlu dikembangkan, maka dari itu diharapkan kepada orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak tunggal untuk memilih sesuatu yang yang berkaitan dengan bakat dan minatnya.
Borba (2 Borba (2010:32) menyatakan.“Biarkan anak menempa hidupnya sendiri. Biarkan dia dengan bakat uniknya minatnya, gairah, kepribadian sendiri, lalu lihat dari kegiatan dan minat yang sedang ditekuninya. Apakah
7 sesuai dengan sifat alaminya, apakah melebihkan-lebihkan bakatnya dan kekuatannya, atau kegiatan itu lebih sejalan dengan harapan orang tua. Bantu anak menjadi dirinya sendiri’
Orang tua tidak memaksa kehendak kepada anak agar anak tidak memikirkan hal yang tidak baik terhadap orang tua hendaknya bisa mengerti bagaimana situasi keadan saat ini agar anak berkembang sebagimana mesti.
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pola asuh orang tua terhadap tunggal kurang tepat kerena pengharapan orang terlalu tinggi kepada anak tunggal
Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pola asuh orang tua terhadap anak tunggal dalam ketrampilan sosial belum tepat karena orang tua sedikit memberikan bahkan tidak sama sekali untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Orang tua terlalu membatasi pergaulan anak tunggal. Orang tua tidak membina hubungan hangat dengan anak tunggal. Orang tua tidak menyempatkan diri untuk bertukar pendapat dan tidak berbagi pengalaman- pengalaman yang bermanfaat untuk anak tunggal. Orang tua tidak menganjarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik, orang tua hanya menjadi pendengar yang baik.
2. Pola asuh orang tua terhadap anak tunggal dalam kebebasan dalam bertindak belum tepat karena pengharapan orang yang terlalu tinggi terhadap anak tunggal, kekhawatiran yang berlebihan terhadap anak tunggal dan memaksa kehendaknya B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai pihak yang terkait sebagai berikut.
1. Orang Tua
Diharapkan kepada orang tua mampu membina anak tunggal dengan baik sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak tunggal sebagi remaja serta mampu membimbing anak tunggal dengan bijaksana sesuai dengan bakat, minat yang dimiliki anak tunggal itu sendiri.
2 Anak Tunggal
Diharapkan anak tunggal dapat menanggapi dengan positif pola asuh orang tuanya, karena apa yang dilakukan oleh orang tua semata- mata untuk kebaikan anak tunggal.
3 Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam meningkatkan calon konselor yang profesional, dalam memahami pola asuh orang tua terhadap anak tunggal khususnya dalam keterampilan sosial dan kebebasan dalam bertindak
4 Peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pola asuh orang tua terhadap anak tunggal dan mempedomaninya sebagai bahan masukan untuk menyusun skripsi karena penelitian ini sangat menarik
Kepustakaan.
Borba, Michele. (2010). The Big Book Of Parenting Solutions. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Bousard, (2006). Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Balson, Maurice.(1996).Bagaimana Menjadi orang tua yang baik.Jakarta Bumi Aksara
Gunarsa. (2000). Pola Asuh Orang Tua . Jakarta : Rineka Cipta.
Mind. (2011), Psikologi Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Mahmud.(2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Pustaka Setia
Sobur, Alex (1997). Anak-anak Masa Depan .Bandung: Angkasa.
.
Sugiyono.(2009). Metode Penelitain Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif, dan R & D).Bandung : .Alfa beta.
Sunjanto, Agus Dkk. (1997), Psikologi Kepribadian .Jakarta : Bumi Askara.
Widyarini. (2009). Psikologi Sosial. Bandung:
PT.Refika Adinata.
Yusuf, A. Muri. (2011). Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.
Padang: UNP Press.