• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK DI ERA DIGITAL Dosen Pengampu : Uswatun Hasanah, M.Pd.I

Ika Lutfiana (1701030007)

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi PIAUD

Institut Agama Islam Negri (IAIN) METRO

Email : [email protected]

ABSTRAK

(2)

I. PENDAHULUAN

Melihat dari perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan perangkat digital bagi kehidupan anak telah berpengaruh terhadap kehidupan anak.1 Pengawasan terhadap anak sangat penting untuk diwujudkan karena banyak informasi yang masuk dan anak harus bisa memilih informasi yang cocok dan sesuai tahap perkembangannya. Dalam proses pendidikan era digital peran orang tua harus mencermati cara-cara mengetahui kemampuan anak untuk menyikapi dan memandang dirinya secara positif agar menggunakan perangkat digital dengan baik.

Berdasarkan perkembangan teknologi yang ada saat ini, menjadikan kendala terberat bagi orang tua dalam mendidik anakanaknya. Dapat dilihat dari berbagai kondisi saat ini seperti anak remaja sekarang ini lebih memilih menghabiskan waktu dengan MedSos dibandingkan dengan membaca Al-Qur’an serta pola perilaku anak remaja saat ini lebih kebarat-baratan dan bahkan tradisi ataupun hal-hal yang menjadi budaya didaerah semakin lama semakin terkikis serta buadaya dalam kehidupan sehariharinya lebih mengikut ke barat-baratan tanpa memperhatikan norma-norma yang ada baik norma sosial maupun agama.

Peran orang tua dalam mendidik anak dimulai dari buaian sampai liang lahad dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk mendidik anaknya ke arah yang lebih baik. Orang tua seharusnya memiliki ilmu karena alangkah ironisnya jika anak berasal dari keluarga yang tidak berpendidikan atau tidak mempunyai ilmu sama sekali dalam mendidik anaknya, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya.

Fuad Ihsan mengatakan bahwa anak yang lahir dalam perkawinan adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuannya

(3)

untuk memelihara dan mendidik dengan sebaik-baiknya sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri.2

Pendidikan sebagai hak asasi setiap individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (2)-nya menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa baik orang tua, masyarakat, maupun pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan bangsa melalui pendidikan. Hal ini adalah salah satu tujuan bangsa Indonesia yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

II. PEMBAHASAN

A. Pola Asuh Orang Tua Dalam Keluarga

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut KBBI Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, dan bentuk (struktur) yang tepat. dan Asuh berarti menjaga ( merawat dan mendidik ) anak kecil, membimbing ( membantu, melatih dan sebagainya ), dan memimpin satu badan atau lembaga. Namun pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata lain. Pola asuh dalam pandangan Singgih D Gunarsa (1991) sebagai gambaran yang dipakai orang tua untuk mengasuh ( merawat, menjaga, mendidik ) anak. Sedangkan Chabib Thoha (1996), pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat di tempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab kepada anak. Tetapi ahli lain memberikan pandangan lain, seperti Sam Vaknin (2009), mengutarakan bahwa pola asuh sebagai “ Parenting is interaction between parents and children during their care”3

Pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut yang sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh dalam masyarakat umumnya bernuansa dari yang sangat permisif sampai yang otoriter.4 Secara umum pola asuh anak di bagi menjadi 3 kategori yaitu :

1. Otoriter

2 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Hlm 62.

(4)

2. Demokratis 3. Permisif 5

Otoriter menggunakan pengaturan yang keras pada prilaku anak. Pola asuh tersebut mempunyai ciri-ciri antara lain:

1. Pemaksaan terhadap perilaku. 2. Memberikan hukuman badan.

3. Anak tidak di dorong mandiri dalam mengambil keputusan. 4. Tidak ada penjelasan terhadap larangan.

5. Keputusan tergantung pada orang tua.6

Orang tua yang otoriter cenderung memaksakan anak nya untuk mengikuti aturan mereka secara kaku tanpa di sertai dengan penjelasan yang terperinci. Mereka keras dan suka menghukum dalam menerapkan disiplin, mereka mudah marah dan tidak senang apabila anak-anak menantangnya. Orang tua yang otoriter pada dasar nya membentuk prilaku anak yang bingung, mudah tersinggung, dengan ciri-ciri antara lain takut, gelisah, agresif, dan suka menyendiri, murung dan sedih.

Anak yang berada dalam pola asuh otoriter bersikap tidak simpatik, tidak puas dan mudah curiga kepada orang lain. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mengakibatkan anak menjadi kurang inisiatif, mudah gugup, ragu-ragu, suka membangkang, suka menentang kewibawaan orang tua, kemungkinan menjadi penakut atau terlalu penurut.

Pola asuh demokratis menurut Baurmind & Blackdalam Hanna Widjaya (1986) ciri-ciri pola asuh demokratis meliputi :

1. Menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dengan menuntut agar anak dapat mengendalikan diri, maupun dengan mendorong tindakan-tindakan mandiri.

2. Membuat keputusan sendiri.

3. Mendorong timbulnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. 4. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak sama.

4 Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D & Dr. Hardywinoto, SKM., Anak Unggul Berotak Prima, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, Hlm 212.

5 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga, 2000 , Hlm 205.

(5)

5. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anak nya.

6. Saling memberi dan menerima.

7. Saling mendengar keluhan-keluhan dan pendapatnya.

8. Orang tua dalam bertindak selalu memberikan alasan kepada anaknya. 9. Mendorong anak saling membantu dan bertindak secara obyektif. 10. Tegas tapi hangat dan penuh pengertian.

Orang yang menggunakan pola asuh demokratis bersifat hangat dan dekat dengan anak, menyebutkan standar yang jelas dengan anak-anaknya, menerapakan dan mengkomunikasikan aturan dengan ketat dan jelas, tidak menyukai anaknya nakal, tidak segan menerapkan hukuman fisik dalam batas tertentu secara konsisten, apabila anak melakukan kesalahan berulang-ulang dan memberikan hadiah apabila anak mendapatkan prestasi dan memberikan dukungan apabila anak melakukan melakukan kegiatan yang konstruktif. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis pada umumnya membentuk perilaku anak energik dan bersahabat dengan ciri-ciri sebagai berikut : mandiri, memiliki energi yang tinggi, mampu mengendalikan diri, ceria, ramah, mudah bekerja sama dengan orang lain, dan mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggulangi kemungkinan adanya tekanan-tekanan. 7

pola asuh permisif mempunyai ciri-ciri, yaitu: 1. Dominasi pada anak.

2. Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua.

3. Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua. 4. Kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang.

Orang tau yang menerapkan pola asuh permisif biasanya berusaha berprilaku menerima dan bersikap positif terhadap implus ( dorongan emosi ), keinginan-keinginan, dan prilaku anaknya, hanya sedikit

7 Dr. Ahmad Susanto, M.Pd., Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2015, Hlm 27-29.

(6)

Melalu pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak akan belajar belajar tentang banyak hal, termasuk kepribadian.

Pola Asuh Orang Tua dalam Mendidik Anak Tentu saja pola asuh otoriter cenderung menutut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua dan pola asuh permisif yang cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat, sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokratis yang cenderung memdorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri. Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya menentukan keberhaslan pendidikan anak olah keluarga.

Hasil penelitian Rohner menunjkkan bahwa pengalaman masa kecil seseorang sangat mempengaruhi perkambagan kepribadiannya (karekter atau kecerdasan emosinya). Penelitan tersebut menunjukkan bahwa pola asuh orang tua, baik yang menerima atapun yang menolak anaknya, akan mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan kesehat dan fungsi psikologisnya ketika dewasa. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan anak yang diterima adalah anak yang dibarikan kasih sayang, baik secara verbal (diberikan kata-kata cinta dan kasih sayangkata-kata membesrkan kata hati,dorongan, dan pujian), ataupun secara fisik ( diberikan ciuman, elusan, di kepala, pelukan, dan kontak mata yang mesrah). Hasil penelitian Rehner menjukkan bahwa pola asuh orang tua yang menerima dan membuat anak merasa di sayang, dilindungi, dianggap barharga, dan diberi dukungan dari orang tuanya. Pola asuh ini sangat kondusif mendukung membentuk kepribadian yang pro-sosial, percaya diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkungannya. Sementara itu, pola asuh yang menolak dapat membuat merasa tidak diterima, tidak disayang, dikecilkan, bahkan dibenci oleh orang tuanya. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orang tuanya akan menjadi pribadi yang tidak mandiri.

(7)

yang dapat tumbuh menjadi pribadi, serta mampu hidup di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus dapat menerima dan mewarisi nilai-nilai kehidupan dan kebudayaan. Dalam keluarga, anak dipersiapkan untuk menjalani tingkatan-tingkatan perkembangannya sebagai bekal ketika memasuki dunia orang dewasa, bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan, seharusnya menjadi tugas yang dikerjakan keluarga dan masyarakat di dalam mempertahankan kehidupan oleh keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama di mana individu berada dan akan mempelajari banyak hal penting dan mendasar melalui pola asuh dan binaan orangtua atau anggota keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peran penting bagi pertumbuhan jiwa anak agar seorang anak tersebut dapat sukses di dunia dan di akhirat. Namun disisi lain, keluarga juga bisa menjadi killing field (ladang pembunuh) bagi perkembangan jiwa anak jika orangtua salah mengasuhnya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keluarga memegang tanggungjawab dan peran penting dalam perjalanan hidup seseorang di masa yang akan datang. Keluarga juga menjadi pusat pendidikan pertama dan utama yang mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak bagi kehidupannya di masa depan. Hal itu dikarenakan dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak dimulai sejak lingkungan keluarga. Oleh karena itu harus ada pola asuh yang baik yang diberikan orang tua untuk membimbing anak ke jalan yang benar agar anak sukses di dunia dan akhirat. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah cara orang tua mendidik anak.

B. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Era Digital

(8)

menggunakan perangkat digital. Perangkat-perangkat digital itu, antara lain TV, komputer, ponsel cerdas, komputer tablet dan lain-lain. karena dapat mengakibatkan dampak yang buruk dan baik bagi anak.9

Tak dapat dipungkiri, kehadiran tablet bisa membawa manfaat yang sangat melimpah, namun juga bisa memberikan dampak negatif bagi anak-anak. Bagaimana pun peran orang tua sangatlah penting dalam hal ini. Banyak orang tua membatasi anaknya untuk bermain gadget karena berbagai macam alasan, misalnya banyak anak-anak yang mengalami sakit mata, sakit kepala, gangguan perkembangan motorik, dan lainnya. Hal ini biasanya disebabkan karena penggunaan gadget secara berlebihan. Anak-anak yang terbiasa memainkan tablet dalam jangka waktu yang lama juga bisa mengalami kecanduan. Biasanya anak yang sudah mengalami kecanduan gadget akan merasa sangat kesepian bila ia tidak memainkan tablet sebentar saja. Bila anak-anak sudah merasa terlalu nyaman dengan “dunia maya” semangat belajar anak pun bisa menurun dan malas untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sosialisasi. Selain itu, banyak pula konten-konten di dunia maya yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak, misalnya hal-hal yang berhubungan dengan adegan kekerasan, pornografi, dan kata-kata kasar. Dampak negatif yang sudah terlihat adalah maraknya pemberitaan tentang kekerasan, pemerkosaan, dan kejahatan-kejahatan lain yang banyak dilakukan oleh anak-anak.

Lembaga pendidikan keluarga Mempuyai peranan penting dalam mendidik anak di era digital sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dan utama. Pada masa ini pula anak mudah sekali menerima pengaruh dari lingkungan sekitarnya, terutama pada orang-orang terdekatnya. Ini merupakan masa paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun pertama dalam kehidupanma sebelum masuk sekolah. Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat berbekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah dalam ingatannya. Keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangaunn masyarakat. Pasalnya, keluarg merupakan fondasi bangunan masyarakat dan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personelpersonelnya.

Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, anak-anak lebih banyak bermain dengan permainan berteknologi tinggi, seperti komputer, play station. Derasnya arus teknologi komputer “disadari atau tidak” telah membentuk sebuah generasi yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Kini anak-anak lebih terbiasa dengan komputer. Permainan

(9)

semacam furby, game-boy, play station, sega-dreamcast atau nintendo 64 langsung menyerbu kamar anak-anak. Bahkan telepon selular dan komputer pribadi bukan lagi barang aneh bagi anak sekarang. Sebenarnya, kecanggihan teknologi komputer berbasis internet ini juga banyak mendatangkan manfaat bagi keluarga. Apalagi jika diperkenalkan sejak usia dini. Oleh karena itu, peran orang tua masih sangat penting untuk mendampingi anaknya ketika menggunakan internet. Orang tua harus mempertimbangkan untuk memperhatikan batasan-batasan situs yang boleh dikunjungi. Untuk mempermudah hal tersebut, maka orang tua bisa menyarankan kepada anaknya untuk menjadikan sebuah ditektori atau search engine (mesin pencari) khusus anak-anak, sebagai situs yang wajib dibuka saat pertama kali terhubung dengan internet. Selain itu, tempatkan komputer di ruang yang mudah diawasi. Dengan begitu, sang anak bebas melakukan eksplorasi di internet, tetapi, dia tidak sendirian. Pertingan pula untuk menggunakan software filter, memasang search engine khusus anak-anak sebagai situs yang boleh dikunjungi ataupun menggunakan browser yang dirancang khusus bagi anak-anak. Orang tua juga perlu membatasi waktu penggunaan internet. Pastikan bahwa waktu yang digunakan untuk menggunakan internet tidak menyerap waktu yang seharusnya digunakan untuk aktivitas lainnya. Berikanlah pra-syarat tertentu untuk menggunakan internet. Misalnya, anak-anak baru boleh menggunakan internet jika telah menegrjakan rumah atau tugas sekolah. Tidak ada salahnya pula menetapkan jam berapa anakanak boleh menggunakan internet dan memberikan batasan jumlah waktu. Kalau perlu, gunakan software yang dapat membatasi waktu online mereka. Orang tua juga perlu memperkenalkan kepada anak-anak, situs education-entertaiment (edutainment) atau search engine khusus anak-anak. Yang penting untuk diingat, jika kita memiliki situs pribadi atau keluarga, jangan memasang foto diri maupun foto anggota keluarga yang lain, khususnya anak-anak. Jangan sertakan pula informasi tentang alamat rumah, alamat sekolah, nomor telepon atau data pribadi lainnya. Ini dimaksudkan untuk melindungi privasi si anak maupun keluarga pada umumnya. 10

(10)

Seiring perkembangan zaman, pemikiran orang tua pada saat ini pun sudah mengalami perbedaan yang tergolong jauh dengan pemikiran orang tua pada zaman terdahulu. Kemudian akses dalam mendapatkan gadget seperti tablet yang ada di era globalisasi saat ini, membuat para orang tua modern tidak perlu lagi membelikan beraneka ragam mainan untuk anaknya. Cukup membelikan satu buah tablet, dimana pada saat ini harganya semakin tergolong terjangkau oleh masyarakat luas. Segala macam permainan sudah bisa didapatkan secara mudah jika dibandingkan masa lalu yang penuh dengan permainan tradisional. Keadaan seperti ini membuat anak semakin dimanjakan dengan segala kecanggihan gadget tersebut, dimana sekali klik dapat mengakses beraneka ragam permainan dan informasi yang teraktual pada saat ini. Dengan demikian, sosialisasi anak tersebut dapat dikatakan kurang atau tidak optimal dengan teman – teman sebayanya dan juga kurang melakukan aktivitas fisik yang baik untuk perkembangan mental maupun jasmani anak tersebut. Ketika diperumpamakan seperti dua sisi uang logam, gadget ini memiliki dampak positif dan juga dampak negatif untuk perkembangan anak. Dampak positif dari penggunaan media informasi dan tekhnologi ini adalah antara lain untuk memudahkan seorang anak dalam mengasah kreativitas dan kecerdasan anak. Adanya beragam aplikasi digital seperti mewarnai, belajar membaca, dan menulis huruf tentunya memberikan dampak positif bagai perkembangan otak anak. Mereka tidak memerlukan waktu dan tenaga yang lebih untuk belajar membaca dan menulis di buku atau kertas, cukup menggunakan tablet sebagai sarana belajar yang tergolong lebih menyenangkan.

Dari berbagai pandangan tersebut orang tua dapat melaksanakan perannya mendidik anak di era digital dengan cara menerapkan pola asuh yang tidak otoriter karena anak tidak senang dipaksa melainkan dibujuk dan cenderung dibiarkan namun juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Selain itu orang tua juga harus mampu memahami ragam aplikasi yang mendidik anak dan memandu anak untuk memainkannya dengan baik serta mengawasi penggunaan media informasi tersebut agar tidak menyimpan dari nilai-nilai pendidikan islam.

III. PENUTUP

(11)

1. Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut KBBI Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, dan bentuk (struktur) yang tepat. dan Asuh berarti menjaga ( merawat dan mendidik ) anak kecil, membimbing ( membantu, melatih dan sebagainya ), dan memimpin satu badan atau lembaga. Secara umum pola asuh anak terbagi dalam tiga kategori, yaitu: Pola asuh otoriter, Pola asuh demokrsi, dan Pola asuh permisif.

2. Mendidik anak di era digital dengan cara menerapkan pola asuh yang tidak otoriter karena anak tidak senang dipaksa melainkan dibujuk dan cenderung dibiarkan namun juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Selain itu orang tua juga harus mampu memahami ragam aplikasi yang mendidik anak dan memandu anak untuk memainkannya dengan baik serta mengawasi penggunaan media informasi tersebut agar tidak menyimpang dari nilai-nilai pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012.

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.

Al. Tridonnato & Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.

Tony Setiabudhi, Ph.D & Dr. Hardywinoto, SKM., Anak Unggul Berotak Prima, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.

(12)

Djoko Adi Waluyo & Anies Listyowati, Kompedium PAUD Memahami PAUD Secara Singkat, Depok : PT Prenadamedia Group, 2017.

Ahmad Susanto, M.Pd., Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2015.

M.M. Nilam Widyarini, M.Si., Relasi Orang Tua & Anak, Jakarta : PT Elex Media, 2009.

Yee-jin Shin, Mendidik Anak Di Era digital, Bandung : PT Mizan Publik, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga hipotesis yang diajukan adalah “tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter orang tua dengan perkembangan bahasa anak di TK Bustanul Athfal 5 Sragen Tahun

Pola asuh merupakan cara orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak

Pola asuh orang tua adalah cara yang ditempuh atau yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya, dengan harapan anak dapat tumbuh kembang sesuai apa yang diharapkan

Authoritative atau demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas dalam mendidik anak agar anak tetap belajar dan berkembang dalam pendidikannya sehingga

Penelitian Ismaniar 2019 memberikan hasil bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter adalah orang tua yang lebih berkuasa terhadap segala aktivitas anak seperti memilih permainan harus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap perilaku temper tantrum karena orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda saat anak mengalami temper

Pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua, menyusul pola asuh otoriter dan permisif.4 orang tua dengan pola asuh demokratis, 1 orang tua dengan pola asuh otoriter dan

Hal tersebut senada dengan penuturan ketidak sepakatan dalam penggunaan pola asuh otoriter oleh bapak Edi Nelson dalam wawancara yang dilakukan, beliau menuturkan bahwasnya penggunaan