• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Nilai-Nilai Nasionalisme dalam al-qur an dan Hadis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Nilai-Nilai Nasionalisme dalam al-qur an dan Hadis"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 16

Kajian Nilai-Nilai Nasionalisme dalam al-Qur’an dan Hadis

A. Komarudin

Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal E-mail: ahmadkomar244@yahoo.com

Abstract : Nationalism is a feeling of love and pride for the motherland. This feeling is manifested in a willingness to sacrifice body and soul to protect the nation from various protections protected by the country's sovereignty. Therefore, this trait must exist for every citizen and continue to be implemented in daily life. But what is currently being debated is the argument that nationalism opposes Islam and is without foundation. The study of this subject presents an opinion about the values of nationalism contained in the Koran and Hadith. This is important to understand because nationalism is increasingly eroded because it involves understanding radicalism and extremism. This research reveals the values of nationalism contained in the Koran and the traditions that cover love for land, patriotism, unity, togetherness, pluralism, equality, and liberation. This study uses library research or library research. This type of research is one of the studies that discuss the development of theory and research on solving problems that support it. It is hoped that by examining this topic, it can be opened with the community regarding the concept of nationalism in the Qur‟an and Hadith. Keywords: Nationalism, values, Qur’an and Hadith

Pendahuluan

Sikap mencintai dan bangga terhadap bangsa dan negrinya ada disetiap individu seseorang dan tidak bisa dibantah oleh siapapun. Setiap orang mengangumi dan merasa bangga dengan negrinya sendiri, sehingga ia menginginkan tanah kelahiranya menjadi yang terbaik dari bangsa lain. Sikap demikian itu, menurut sejarawan barat, Hans Kohn adalah sikap nasionalisme. Dalam bukunya yang berjudul nasionalisme arti dan sejarahnya, ia mengartikan nasionalisme merupakan suatu sikap atau faham yang mengajarkan untuk mencintai bangsa sendiri. (Judul : Nasionalisme Arti dan Sejarahnya Penulis : Hans Kohn Tahun : 1984 Penerbit : Erlangga).

Pendapat di atas merupakan cerminan pengabdian seorang individu terhadap bangsanya. Jalaludin melengkapi dengan mengatakan bahwa suatu bangsa terbentuk karenan adanya unsur-unsur dan akar-akar sejarah yang membentuknya. Oleh karenanya menurut jalaluddin pengabdian tertinggi seorang manusia untuk bangsa dan

(2)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 17 negara disebut dengan nasionalisme atau cinta tanah air1.

Nasionalisme dimaknai beragam oleh berbagai golongan di tanah air. Dan jika kita menengok sejarah bangsa Indonesia. Bahwa bangsa Indonesia lahir atas dasar kesadaran dan kemauan yang sangat kuat untuk berusaha lepas dari tangan para penjajah saat itu, yang sudah puluhan tahun bercokol, memeras dan mengeksplor kekayaan alam bumi nusantara. Maka sudah saatnya bangsa yang terjajah harus bangkit dan mempertahankan dari jajahan bangsa lain, dengan landasan cinta tanah. Atas dasar itu sudah sepatutnya setiap anak bangsa harus sekuat tenaga memperjuangkan dan membela tanah airnya sebagai bentuk pengabdian kepada tempat kelahirannya. Namun yang terjadi akhir-akhir ini banyak golongan yang luntur rasa nasionalismenya bahkan menentang.

Sebenarnya cinta tanah air adalah salah satu dari hal alamiah bagi setiap insan manusia. Cinta tanah air mempunyai korelasi langsung antara agama dan iman. Agama telah mengajarkan kepada manusia untuk mencintai negara di mana Ia dilahirkan dan dibesarkan. Jika kita membaca sejarah maka kita akan ingat betapa rasulullah sangat mencintai mekkah, ketika itu rasulullah hijrah ke madinah dikarenakan tindakan repressive kaum musyrikin dan kafir Qurays. Rasulullah SAW bersabda “betapa indahnya engkau wahai Makkah, betapa cintanya aku kepadamu. Jika bukan karena aku dikeluarkan oleh kaumku darimu, aku tidak akan meninggalkanmu selamnya, dan aku tidak akan meninggali negera selainmu”. Ucapan rasulullah itulah yang bisa menjadi dalil bahwa mencintai tanah air merupakan ajaran islam.

Hasil tatanan politik yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. di Madinah adalah suatu tatanan politik yang sangat modern, bahkan terlalu modern untuk zaman dan tempatnya. Lebih lanjut Bellah mengatakan: ―Segi-segi modernitas Madinah itu ialah tingkat yang tinggi dalam komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang diharapkan dari seluruh jajaran anggota masyarakat, dan keterbukaan posisi kepemimpinannya terhadap ukuran kecakapan pribadi yang dinilai atas dasar pertimbangan yang bersifat universal dan dilambangkan dalam percobaan untuk

melembagakan puncak kepemimpinan yang tidak bersifat keturunan.2

Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw telah diyakini oleh dunia dalam mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera secara lahir dan batin. Dali-dalil yang ditunjukkan oleh Islam dalam al-Qur‟an tampak ideal dan mulia. Islam mengajarkan kehidupan yang santun, bersih, indah, damai dan toleran terhadap semua agama di dunia. Ini merupakan wujud kepedulian sosial Islam yang disebutkan

1 Jalaludin, M. Nasionalisme Islam nusantara : Nasionalisme santri, (Jakarta: Kompas Media Pustaka, 2015) hal.

16

2 Itmam Aulia Rakhman, ‘Islam Dan Egalitarianisme: Ruang Terbuka Kesetaraan Gender’, At-Ta’wil, 1.01

(3)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 18

dalam al-Qur‟an.3

Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Mukjizat yang diterima oleh nabi-nabi sebelumnya hanya bersifat material, temporal dan terbatas hanya untuk

bangsa tertentu saja.4 Tidak sampai disitu, al-Qur‟an juga mengakomodir semua

kepentingan dan keperluan manusia secara komprehensif salahsatunya cinta tanah air. Sebagai agama yang sempurna islam telah memberikan intisari-intisari berkenaan dengan sikap nasionalisme. Memang secara eksplisit Al-Qur‟an tidak menyebutkan pentingnya mencintai tanah air. Namun secara implisit para ulama dengan interpretasinya menyebutkan bahwa ayat-ayat al-Quran menganjurkan untuk mencintai tanah airnya sebagai pengejawantahan sikap nasionalisme. Secara eksplisit ayat-ayat al-Quran mengandung beberapa intisari yang mencerminkan sikap nasionalisme, mulai dari patriotisme, persatuan, pembebasan, pluralisme dan lain sebagainya.

Namun banyak kalangan yang tidak sependapat dan anti nasionalisme. Mereka berdalil bahwa nasionalis telah yang menyebabkan runtuhnya khilafah Islam (Utsmaniyah). Akibat dari nasionalisme, khilafah islam yang dulu Berjaya sekarang menjadi terpecah belah dan menyebabkan islam mengalami kemunduran disegala lini. Kemudian golongan lain berpendapat bahwa nasionalisme adalah ideologi bikinan bangsa barat. Mereka anti dan menolak demokrasi. Anggapan mereka nasionalisme merupakan alat untuk memecah belah umat islam, sehingga dengan mudah bangsa barat menjajah kembali bangsa islam. Kemudian masyarakat golongan Ashobiyah juga berpendapat bahwa nasionalisme merupakan prodak barat, haram dan tidak boleh dilakukan oleh orang Islam. Meurutnya hal itu karena tidak ada satupun nash al-Quran maupun hadis yang memerintahkan cinta tanah air.

Untuk menjawab anggapan di atas, sebagai negara muslim terbesar dan menerapkan sistem pemerintahan dengan demokrasai, Indonesia harus mempunyai landasan hukum yang kuat untuk membentengi masyarakatnya yang anti nasionalisme dan menolak demokrasi. Terutama menggali intisari ayat-ayat al-Qur‟an tentang nasionalisme, kemudian digunakan untuk pedoman dan landasan hukum anjuran untuk menjunjung tinggi sikap nasionalisme di Indonesia.

Memang al-Qur‟an secara tekstual tidak menjelaskan tentang nasionalisme, namun nilai-nilai yang terkandung didalamnya mampu menjawab segala macam

3 Mokhamad Miptakhul Ulum, ‘Integrasi Sains, Sosial Dan Agama Sebagai Ruang Lingkup Kajian Studi

Islam Dalam Al-Qur’an’, At-Tawil Jurnal Pengkajian Al-Qur’an & At-Taurats, 01 (2019), 84–94.

4

A Komarudin, ‘Hermeneutika Dalam Tafsir Al-Qur’an: Sinergitas Instrumen Penafsiran Al-Qur’an Dunia Islam Dan Barat’, At-Ta’wil, 01.April (2019), 28–39

(4)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 19 perntanyaan tentang cinta tanah air atau negaranyaf5. Diantara nilai-nilai tersebut adalah kecintaan terhadap tanah airnya sendiri, persatuan, kesamaan golongan, patriotisme dan lain sebagainya, Begitu juga dalam hadis, banyak hadis rasulullah yang menggambarkan nilai akan nasionalimsme, terutama kecintaan rasulullah akan kota makkah pada peristiwa hijrahnya. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan dan tafsir ulama-ulama luar maupun dalam negeri dalam mendukung rasa nasionalisme.

Metode

Kajian ini menggunakan pendekatan kepustakaan atau library research. Penelitian ini bertujuan pada pengumpulan data-data yang tersedia di berbagai sumber yang ada. Berbagai bahan kepustakaan dan data informasi yang dipergunakan berasal dari buku, jurnal ilmiah skripsi, tesis, disertasi, artikel, majalah, media massa baik cetak maupun elektronik dan lain sebagainya. Jenis penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang berkonsentrasi pada pengembangan teori dan pencarian solusi dalam memecahkan persoalan yang sifatnya gagasan.

Dalam penelitian kepustakaan, setidaknya ada empat ciri utama dalam penelitian ini. Pertama, penelitian harus berhadapan langsung dengan teks atau data angka dan bukan dengan pengetahuan secara langsung dari lapangan, baik berupaka kejadian, orang ataupun yang lainnya. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai, peneliti hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustkaan, tidak kemana-mana. Ketiga, data perpustakaan umumnya sumber sekunder, artinya peneliti mendapatkan bahan dari tangan kedua, bukan didapatkan dari data orisinil dari tangan pertama yang didapatkan dari lapangan langsung. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu6.

Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode dokumentasi merupakan salah satu kegiatan untuk mencari dan mendapatkan data yang berkaitan dengan tema. Data tersebut bisa didapatkan melalui artikel, karya ilmiah, majalah, buku dan lainnya yang bisa diterima kebenarannya berdasarkan kajian ilmiah yang sudah ada. Berdasarkan acuan di atas, peneliti dapat menggunakan dua model untuk menganalisis terhadap kajian yang dilakukan. Analisis deduktif dilakukan berdasarkan teori-teori yang umum dan mempunyai relevansi, kemudian analisis induktif yang dilakukan berdasarkan sintesis penelitian-penelitan yang sudah dilakuakan sebelumnya. Dari konteks inilah penelitian ini dapat dikemabangkan untuk mengkaji dan menggali nilai-nilai nasionalisme dalam al-Qur‟an.

5 Wahid, Nasionalisme Islam Nusantara: Keislaman dan Keindonesiaaan, (Jakarta: Kompas Media, 2015) hal 20 6 Mestika Zed, metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008), hal. 4-5

(5)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 20

Pembahasan

Pengertian Nasionalisme dalam Islam

Membaca sejarah nasionalisme, dalam perkembangan peradaban manusia. Interaksi sesama manusia seiring berjalan semakin berubah menjadi rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran akan menentukan nasib sendiri di kalangan bangsa-bangsa yang sedang tertindas dan dijajah oleh negara lain, termasuk Indonesia. Dari latarbelakang tersebut lahirlah semangat untuk berdikari dan keinginan untuk bebas menentukan arah masa depan bangsa sendiri.

Nasionalisme berasal dari kata nation, yang mempunyai padanan dengan bangsa. Bangsa sendiri memiliki dua pengertian, yaitu pengertian secara antropologis, sosiologis dan politis. Dalam tataran pengertian bangsa secara antropologis dan sosiologis bangsa ialah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing dari anggota persekutuan tersebut merasa mempunyai satu kesatuan baik ras, bahasa, agama, sejarah, dan adat istiadat7. Sedangkan bangsa dalam pandangan politik adalah masyarakat dalam suatu komunitas atau daerah tertentu yang sama, dan mereka sama-sama tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi8.

Sedangkan beberapa pandangan ilmuan barat, seperti Rupert Emerson beranggapan bahwa nasionalisme merupakan sebagai komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu atas dasar elemen-elemen signifikan yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan. Sedangkan pendapat lain, Ernest Renan menganggap bahwa nasionalisme merupakan unsru terpenting dalam kehidupan sosial-politik sekelompok manusia dan telah mendorong terbentuknya suatu bangsa guna menyatukan persepsi untuk bersatu. Anggapa ini sejalan dengan pandangan Islam sebagaimana yang tertulis dalam al-Quran surat al-Hujarat, 49: 139.

Di Indonesia sendiri, kecintaan akan tanah air dan rela berkorban jiwa raga terwujud melalui sebuah uangkapan ”hubbul wathan minal iman”. Peristiwa tersebut termanivestasikan dalam wujud resolusi jihad yang dipopulerkan oleh KH. Hasyim asyari sebagai tokoh Nahdlotul Ulama. Bukan tanpa alasan, hal demikian memang diajarkan dalam islam. sebagaimana Islam mempunyai korelasi dengan kebangsaan. Setidaknya ada dua perspektif yang bisa dijabarkan di sini. Pertama, ditinjau dari perspektif pluralisme dalam persatuan. Islam dan nasionalisme mempunyai hubungan positif. Islam memiliki pengalaman panjang dan bahkan menjadi pioner terbentuknya nasionalisme yang melahirkan bangsa dan negara. Kedua, ditinjau dari perspektif

7 Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, (Jakarta: Logos Waacana Ilmu, 1999), hal. 57-58 8 Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme.. hal, 67

(6)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 21 universalisme, sebagai agama universal, Islam tidak membatasi peruntukan bagi wilayah geografis dan etnis tertentu. Namun juga, islam tidak menafikan kenyataan

bahwa setiap manusia mempunyai afiliasi terhadap tanah air tertentu10.

Lebih jauh, Islam melalui pedoman utamanya al-Qur‟an dan al-Hadis, Memandang bahwa di dalam Islam tidak ada larangan untuk mencintai bangsa dan negaranya. Hal ini tergambarkan dalam al-Quran, dalam kitab tersebut nasionalisme tergambarkan dalam bentuk persatuan untuk mempertahankan kokohnya suatu negara dari ancaman negara lain yang akan menjajahnya. Karena memang nasionalisme merupakan salah satu pendorong yang sangat urgent untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa sebagai jalan cinta tanah airnya. Lebih dari itu persatuan adalah faktor yang bisa menumbuhkan potensi kekuatan fisik dan mental yang tangguh serta nasionalisme bisa membangkitkan kasih sayang sebagai wujud senasib seperjuangan untuk melawan imperialisme11. Begitu juga dalam hadis, dalam beberapa hadis dan sirah nabawiyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat mencintai kota makkah sebagai kota kelahirannya. Ini menunjukan bukti rasulullah mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi.

Masih banyak lagi ayat dan hadis yang menjelaskan berkaitan dengan manifestasi dari nasionalisme, sehingga bisa disimpulkan bahwa nasionalisme dalam islam tidak ada larangan. Bahkan menjadi keharusan bagi setiap warga negara yang menempati tanah airnya agar menjaga, merawat dan memperjuangkan kemerdekaannya melalui nilai-nilai nasionalisme dalam al-Quran dan al-Hadis.

Unsur-Unsur Dan Bentuk Nasionalisme

Dalam penelitian kali ini penulis dapat mengklasifikasikan unsur nasionalisme menjadi enam hal, ialah cinta tanah air, patriotisme, persatuan, pembebasan, pluralisme dan persamaan keturunan.

Secara umum unsur nasionalisme menurut Hatauruk12, sebagai berikut hal:

1. Kesetiaan mutlak, kesetiaan tertinggi individu itu adalah pada nusa dan bangsa 2. Kesadaran akan suatu panggilan

3. Keyakinan akan suatu tugas dan tujuan yang harus dikejar 4. Harapan akan tercapainya sesuatu yang membahagiakan

5. Hak hidup, hak merdeka, dan hak atas harta benda yang berhasil dikumpulkan dengan halal

6. Kepribadian kolektif yang mengandung perasaan mesra sekeluarga, senasib serta tanggungjawab yang sama, persaudaraan dan kesetiaan diantara manusia itu.

10 Dwi Purwoko dkk. Negara Islam, Percikan Pemikiran Agus Salim, KH. Mas Mansur, Mohammad Nasir, KH.

Hasyim Asyari, (Depok: Permata Atrika Kreasi, 2001) hal 37-38

11 Dwi Purwoko dkk. Negara Islam, Percikan Pemikiran… Hal 36

(7)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 22 7. Jiwa rakyat yang bisa diselami dalam tradisi, bahasa, cerita dan nyanyian rakyat. 8. Toleransi yang sebesar-besarnya terhadapa satu sama lain.

Sedangkan bentuk nasionalisme, menurut Retno Lestyari dalam bukunya Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:

1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) ialah nasionalise dimana negara mendapatkan kebenaraan politik dari partisipai aktif oleh rakyatnya. 2. Nasionalisme etnis ialah suatu negara memperoleh kebenaran politik dari budaya

asal dari etnis sebuah masyarakat.

3. Nasionalisme budaya ialah nasionalisme sebuah negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun temurun seperti warna kulit. 4. Nasionalisme romantik ialah bentuk nasionalisme etnis bahwa negara

mendapatkan kebenaran politik sebagai suatu alamiah dan merupakan ekspresi dari bangsa dan ras.

5. Nasionalisme kenegaraan ialah merupakan variasi nasionalisme kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis.

6. Nasionalisme agama adalah nasionalisme suatu negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama13.

Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Al-Quran

Memang dalam al Qur‟an tidak menyebutkan secara khusus term yang berkaitan semangat nasionalisme, namun nilai-nilai nasionalisme secara tersirat dapat ditemukan dalam al-Qur‟an. Ada yang mengatakan bahwa nasionalisme itu tidak ada dasarnya dalam Islam. sebelum membahas nilai-nilai nasionalisme dalam al-Qur‟an, peneliti ingin mengurai definisi ulama terkait makna nasionalisme dalam Islam.

Pertama, menurut pandangan Jalaludin al-Suyuti yang diutip oleh Yeni Hafidzhah, menurut jalaludin al-Suyuti dalam kitab Husn al-Muhadoroh Fii Akhbar Misr wa al-Qohiroh, nasionalisme menggunakan istilah al-Qaumu al-wattan yang berarti rakyat yang mencintai tanah airnya (nasionalisme). Lebih lanjut Menurutnya nasionalisme mempunyai rasa cinta akan bangsanya. Bisa mempengaruhi dan mangembangkan rasa sosialis antar masyarakat. Sehingga akan mendorong dan membangkitkan semangat masyarakat dalam menyelesaikan problem-problem yang sedang dihadapi

Kedua, pendapat Sayyid Muhammad, ia menggunakan istilah watan sebagai nasionalisme. Kata watan dalam bahasa arab bermakna negara. Beliau Sayyid Muhammad menjelaskan tentang negara dengan ungkapan “tanah air adalah negara tempat engkau dilahirkan dibesarkan dan tempat engkau mengambil manfaat dari tumbuh-tumbuhan, binatang ternak, udara serta air. tempat tinggalmu juga berada di

(8)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 23 atas tanah dan di bawah langitnya, dan hal-hal istimewa lainnya yang sangat potensial, yang mengharuskan setiap orang mengorbankan jiwa dan hartanya dalam mengadikan diri pada tanah air dengan melakukan berbagai upaya, yang bisa meningkatkan

perdagangan dan kesejahteraan”14. Pandangan sayyid Muhammad terkait semangat

nasionalisme lebih menekankan pada sektor pendidikan dan perdagangan. Begitu juga menurut ulama-ulama di Indonesia, seperti Syaikh Nawai Albantani dalam kitab marah labib. Kitab tafsir al-Qur‟an tersebut sudah banyak di kaji oleh akademisi terkait sikap nasionalisme yang ditunjukan dan diperjuangakan oleh Syaikh Nawawi al Bantani. Walaupun beliau menghabiskan waktu di kota makkah, namun perhatian akan tanah airnya sangat tinggi. Begitu juga ulama tafsir dari kota Rembang, yaitu KH. Bisri Mustofa, beliau banyak menafsirkan ayat-ayat al-Quran berkenaan dengan sikap nasionalismenya. Seperti cinta tanah air, dalam QS. Al Baqarah ayat 144, QS. al Taubah ayat 41 dan lain sebagainya.

Memang secara sederhana sebenarnya nasionalisme sama dengan cinta tanah air, patriotisme, persatuan dan lain sebagainya. Maka akan banyak ditemukan dalil-dalil berkenaan dengan nasionalisme di atas. Berikut peneliti uraikan nilai-nilai nasionalisme dalam al-Qur‟an lengkap denga penafsiran para ulama.

a. Cinta tanah air

QS. al-Baqarah ayat 144 sebagai salah satu ayat yang merepresentasikan makna cinta tanah air sebagai berikut:

ِدِجْسَمْلٱ َرْطَش َكَهْجَو ِّلَوَ ف اَهٰ ىَضْرَ ت ًةَلْ بِق َكَّنَ يِّلَوُ نَلَ ف ِءاَمَّسلٱ ىِف َكِهْجَو َبُّلَقَ ت ٰىَرَ ن ْدَق

ُ َرْطَش ْ ُ َووُجُو ووُّلَوَ ف ْ ُننُ اَ ُ ْيَ َو ِموَرَ ْلٱ

ۥ

ُّقَ ْلٱ ُهَّنَأ َنوُمَلْعَ يَل َبَٰنِ ْلٱ ووُتوُأ َنيِذَّلٱ َّنِإَو

َنوُلَمْعَ ي اَّمَ ٍ ِ َٰ ِ ُهَّللٱ اَ َو ْ ِهِّ َّر نِ

Artinya; Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan15.

Ayat tersebut merupakan bukti anjuran untuk cinta tanah air, karenan rasa bangga (nasionalisme) tidak dapat dinyatakan eksistensinya, jika tanpa dibuktikan dengan cinta tanah air. Sebagaiamana ungkapan yang populer sebagai bukti

14 Sayyid Muhammad, Al-Tahliyah wa al-Targhib fi al-Tarbiyah wa al-Tahdzib (Semarang: PT. Karya

TohaPutra) hal 16

(9)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 24 kecintaan terhadap tanah airnya, yaitu Hubbul wathon minal Iman (cinta tanah air adalah sebagian dari iman). Dalam hal ini juga Rasulullah buktikan dalam kehidupan baik pribadi maupun dalam bermasyarakat. Hadis yang menjelaskan tentang kecintaan rasul terhadap tanah kelahiraanya kota makkah, adalah ketika Rasulullah hijrah dari makkah ke madinah, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

b. Patriotisme

QS. at-Taubah ayat 41 penulis anggap cukup mewakili isyarat al-Qur‟an yang membincang perilah patriotisme.

ْ ُننُ نِإ ْ ُ َّل ٌرْ يَخ ْ ُ ِلَٰذ ِهَّللٱ ِ يِبَس ىِف ْ ُ ِسُ نَأَو ْ ُ ِلَٰوْ َأِ ووُدِهَٰجَو ًلًاَقِثَو اًفاَ ِخ ووُرِ نٱ

َنوُمَلْعَ ت

Artinya : Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui16.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam keadaan sulit maupun berat, kita diperintahkan untuk berjihad, melawan musuh yang telah memerangi kita, baik dengan jiwa maupun harta. Hal ini cerminan patriotisme karena berusaha mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.

KH. Bisri Musthofa menegaskan nilai patriotisme dalam ayat tersebut, dengan tafsirnya yang menyebutkan „‟ayo berangkat, entheng abot berangkat ayo podo jihato siro kabeh kanthi bondho-bondho iro lan jiwo rogo iro kabeh ingdalem ngegungake

agamane Allah, mengkono iku bagus. Yen siro kabeh podo weruh, ojo podo kabotan”17.

c. Persatuan

QS. al-Mu‟minun ayat 52

ِ ِذَٰو َّنِإَو

ٓۦ

ِنوُقَّ ت َف ْ ُ ُّ َر اَنَأَو ً َدِ َٰو ًةَّ ُأ ْ ُ ُنَّ ُأ

Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama

yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku18.

Lebih jelas, dalam tafsir al Ibris, KH. Bisri musthofa menafsirkan ayat tersebut “lan temenan agomo Islam iki, iku agomo iro kabeh (dadi siro kabeh podo dadiyo) golongan kang tunggal, lan ingsun (Allah) iku pangeran irokabeh, mulo siro

podo wediyo marang Pangeran ingsun”19. Ayat tersebut didukung oleh surat Ali Imran,

ayat 103.

16 Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya . hal. 285 17 Bisyri Musthofa, Tafsir al-Ibris, juz 10 hal 540 18 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal 532 19 Bisyri Musthofa, Tafsir al-Ibris, juz 18 hal1110-1111

(10)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 25

َفَّلَأَف ًءوَدْ َأ ْ ُننُ ْذِإ ْ ُ ْيَلَ ِهَّللٱ َتَمْعِن ووُرُ ْذٱَو ووُقَّرَ َ ت َلًَو اًعيِمَج ِهَّللٱ ِ ْبَ ِ ووُمِصَنْ ٱَو

ِهِنَمْعِنِ ُنْ َبْ َأَف ْ ُ ِ وُلُ ق َنْيَ

ٓۦ

َكِلَٰذَ اَهْ نِّ ُ َذَقنَأَف ِراَّنلٱ َنِّ ٍ َرْ ُ اَ َش ٰىَلَ ْ ُننُ َو اًنَٰوْخِإ

ِهِنَٰيوَء ْ ُ َل ُهَّللٱ ُنِّيَ بُ ي

ۦ

َنوُدَنْهَ ت ْ ُ َّلَعَل

Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk20.

Dari ayat-ayat tersebut kita dapati kesimpulan bahwa al-Qur‟an memerintahkan umatnya untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam konteks nasionalisme persatuan dan kesatuan ini sangat dibutuhkan karenan tercapainya tujuan tertentu dibutuhkan sikap ini.

d. Pembebasan

QS. an-Nisa ayat 75

َنيِذَّلٱ ِنَٰدْلِوْلٱَو ِءاَسِّنلٱَو ِلاَجِّرلٱ َنِ َنيِ َعْضَنْسُمْلٱَو ِهَّللٱ ِ يِبَس ىِف َنوُلِنَٰقُ ت َلً ْ ُ َل اَ َو

نِ اَنَّل َعْجٱَو اِّيِلَو َكنُدَّل نِ اَنَّل َعْجٱَو اَهُلْوَأ ِ ِلاَّظلٱ ِةَيْرَقْلٱ ِ ِذَٰو ْنِ اَنْجِرْخَأ اَنَّ َر َنوُلوُقَ ي

وًريِصَن َكنُدَّل

Artinya : Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!"21.

Ayat ini memberi penegasan kepada manusia, terutma orang yang beriman untuk berjuang sekuat tenaga untuk membebaskan golongan masyarakat yang lemah dan tertindas oleh kedzholiman orang-orang kafir. Ayat ini jelas mempunyai semangat dalam meraih tujuan dari nasionalisme yaitu dengan mengusir penjajah yang telah mendzholimi orang-orang lemah.

Sebagaiamana tafsir KH. Bisri Musthofa, beliau menafsirkan ayat ini dengan bahasa jawa “kene opo siro kabeh teko ora podo wani perang kanggo ngegungake

20 Depag. RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..hal, 93 21 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.. hal 131

(11)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 26 agomone Allah. Lan kanggo nyelametake wong-wong kang pada apes, wong lanang-lanang, wong wadon-wadon lan bocah-bocah kang pada sengsoro sebab digenjot wong-wong kafir. Kang deweke kabeh mau, podo tansah dungo marang pangeran: duh gusti mugi kawulo sedoyo penjenngan wedalaken sangkin negeri ingkang pendudukipun sami dzholim meniko, Gusti. Lan mugi panjenengan dadosaken sangking ngerso panjenengan. Tiyang ingkang ngurus kawulo sedoyo. Lan ingkang saget nulung kawulo sedoyo gusti22”

e. Persamaan Keturunan

Ayat pertama, QS. al-A‟raf ayat 160

ُهُ ْوَ ق ُهٰىَقْسَنْسٱ ِذِإ ٰىَسوُ ٰىَلِإ اَنْ يَ ْوَأَو اًمَ ُأ اًااَبْسَأ َ َرْ َ ْىَنَنْ ثٱ ُ ُهَٰنْعَّطَقَو

ٓۥ

بِرْضٱ ِنَأ

ُ ِهْيَلَ اَنْلَّلَظَو ْ ُهَ َرْ َّ ٍساَنُأ ُّ ُ َ ِلَ ْدَق اًنْ يَ َ َرْ َ اَنَنْ ثٱ ُهْنِ ْتَسَجَبن َف َرَجَ ْلٱ َكاَصَعِّ

ووُناَ نِ َٰلَو اَنوُمَلَظ اَ َو ْ ُ َٰنْ قَزَر اَ ِتَٰبِّيَا نِ ووُلُ ٰىَوْلَّسلٱَو َّنَمْلٱ ُ ِهْيَلَ اَنْلَزنَأَو َ َٰمَ ْلٱ

َنوُمِلْظَي ْ ُهَسُ نَأ

Artinya; Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". Mereka tidak Menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu Menganiaya dirinya sendiri23.

Ayat kedua, QS. Ar-Rum ayat 22:

ِهِنَٰيوَء ْنِ َو

ۦ

ٍتَٰيوَءَل َكِلَٰذ ىِف َّنِإ ْ ُ ِنَٰوْلَأَو ْ ُ ِنَنِسْلَأ ُفَٰلِنْخٱَو ِضْرَْلْٱَو ِتَٰوَٰمَّسلٱ ُقْلَخ

َنيِمِلَٰعْلِّل

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang

demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui24.

Dalam ayat tersebut KH. Bisri Musthofa menafsirkan sebagai berikut. “setengah saking ayat tondo kekuasaane Allah taala maneh, yaiku Allah taala nitahaken langit-langit dan bumi. Lan ugo bedo-bedone bahasa siro kabeh. Lan rupa niro kabeh,

22 Bisyri Musthofa, Tafir al Ibris, juz 5.. hal 225. 23 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal.. 247 24 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal 644

(12)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 27 temenan sa‟ jane jerone iku mau kabeh. Ono ayatayat tumprap sekabehane wong kang podo ngerti”25

Dari kedua ayat tersebut bisa diaambil kesimpulan bahwa al-Qur‟an sangat menghargai bahasa dan keragammnya, bahkan mengakui penggunaan bahasa lisan yang berbeda-beda. Dalam konteks nasionalisme mengharagi bahasa merupakan unsur yang sangat penting karena hal tersebut akan mewujudkan adanya kesatuan bahasa untuk mendukung kesatuan pikiran. Memelihara identitas sekaligus menjadi bukti keragamannya. Itulah mengapa para penjajah biasanya ingin menganti bahasa daerah atau bahasa lokal kemudian diganti dengan bahasa sang negara penjajah.

f. Pluralisme

QS. al-Hujurat ayat 13.

َدنِ ْ ُ َ َرْ َأ َّنِإ ووُفَراَعَ نِل َ ِئاَبَ قَو اً وُعُش ْ ُ َٰنْلَعَجَو ٰىَثنُأَو ٍرَ َذ نِّ ُ َٰنْقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلٱ اَهُّ يَأَٰي

ٌريِبَخ ٌ يِلَ َهَّللٱ َّنِإ ْ ُ ٰىَقْ تَأ ِهَّللٱ

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal26.

Pada ayat di atas, Al-Baidawi dalam tafsirnya menjelaskan ayat, yang isinya bahwa Allah telah menjadikan manusia berbeda-beda satu sama lain, yaitu dari asal kelahiran baik ayah atau ibu, yang berbeda asalnya. Selain dari itu manusia juga telah diciptakan dalam berbangsa-bangsa dengan tujuan untuk saling saling mengenal. Menurut al-Baidawi kehiduoan berbangsa tidak sedikitpun benar jika diorientasikan untuk menyombongkan asal keturunannya. Karenan sejatinya yang mulia di sisi Allah SWT bukanlah dari bangsa-bangsa tertentu, namun mereka adalah orang-orang yang bertaqwa dan berakhlak mulia27.

Selanjutnya ulama asal Indonesia KH. Bisri Musthofa dalam kitab al Ibrisnya, menafsirkan ayat di atas dengana bahasa jawanya “Hai para menungso kabeh! Temenan ingsun Allah nitahake siro kabeh saking siji wong lanang (iyo iku nabi adam) lan siji wong wadon (iyo iku hawa) lan ingsung dadeake siro kabeh dadi pirang-pirang cabang. Lan dadi pirang-pirang pepantan supoyo siro kabeh pada kenal menegnal (ojo unggul-unggulan nasab). Sejatinya kang luwih mulyo sanget siro kabeh mungguhe Allah taala iku wing kang luwih taqwa, temenan Allah taala iku tansah

25 Bisri Musthofa, juz 21 hal. 1385

26 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 847

(13)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 28 mirsani lan tansah waspodo”28.

Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Hadis

Dalam beberapa hadis dan sirah nabawiyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat mencintai kota makkah sebagai kota kelahirannya. Rasulullah di besarkan di mekkah, menghabiskan masa kecil di mekah, ayah dan ibundannya asli orang mekah, dan semua ahli baitnya tinggal di mekah.

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa Agama telah mengajarkan kepada manusia untuk mencintai negara di mana Ia dilahirkan dan dibesarkan. Rasulullah sangat mencintai mekkah, ketika itu rasulullah hijrah ke madinah dikarenakan tindakan repressive kaum musyrikin dan kafir Qurays. Rasulullah SAW bersabda “betapa indahnya engkau wahai Makkah, betapa cintanya aku kepadamu. Jika bukan karena aku dikeluarkan oleh kaumku darimu, aku tidak akan meninggalkanmu selamnya, dan aku tidak akan meninggali negera selainmu”. Ucapan rasulullah itulah yang bisa menjadi dalil bahwa mencintai tanah air dan salah satu manifestasi dari nilai-nilai nasionalisme dalam hadis.

Akibat tindakan repressive kaum musyrikin dan kafir Qurays, maka rasulullah pun hijrah ke kota Madinah. Di kota madinah pun Rasulullah menujukan kecintaannya dengan melantunkan doa.

دشووو ة انيلو تبب ام ةنيدملو انيلو بب هللو

Artinya :“Ya Allah jadikan kami mencintai Madinah sebagaimana kami

mencintai Mekah bahkan lebih darinya”29.

Lebih jauh bahwa, cinta tanah air menjadi bagian dari pada iman, manakala didasari dan diekspresikan dengan sikap patriotisme. Kemudian berbuat kebaikan untuk tanah airnya sesuai bidangnya masing-masing. Sebagaimana ungkapan Imam Ibnu Allan Muhammad bin Ali as-Shodiqi, ia mengatakan bahwa “inilah yang dimaksud dari hadis cinta tanah air adalah sebagian dari iman, yaitu hanya bagi orang yang

sempurna imannya untuk meramaikan negaranya dengan kebaikan dan amal sholeh”30

Selanjutnya, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori, Ibnu Hibban dan Tirmidzi. Berikut teksnya.

دملو توردج ىلإ رظنف ر س ن مدق وذإ نا لسو هيل للهو ىل يبّنلو ّنو سنو ن

ةني

اهّب ن اه ّر ةّ ود ىل نا نإو هنقان عض وو

28 Bisri Musthofa, al-Ibris li Matifati Tafsiri al Qur’ani al-Azizi bi al-Lughoti al-Jawiyah (Kudus: Menara Kudus),

jus 2

29 An-Nasa‟i, as-Sunanul Kubro, Maktabah Syamilah, Jilid II hal, 484

(14)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 29 Artinya: “diriwayatkan dari sahabat anas, bahwa Nabi Muahmmad SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkan (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada madinah” (HR. Bukhori, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

Al hafidz Ibnu Hajar al-asqalani (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul bari syarh shahih bukhori, menegaskan bahwa dalam hadis di atas terdapat beberapa dalil, pertama dalil atas keutamaan kota makkah, kedua dalil disyariatkannya cinta tanah air dan rindu padanya31.

Senada dengan pendapat al-Hafidz, Jalaluddin al-Suyuti (wafat 911 H) dalam kitabnya tausyih Syarh jami al-Shahih mengatakan “bercerita kepadaku Sai‟id Ibn Arabi Maryam bercerita kepadaku Muhammad bin Ja‟far, Ia berkata : Mengabarkan padaku Humaid, bahwasanya ia mendengar Anas RA berkata: Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat tanjakan-tanjakan Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakannya. Berkata Abu Abdillah: Harits bin Umair, dari Humaid: Beliau menggerakannnya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada madinah. Bercerita kepadaku Qutaibah, bercerita padaku Ismail

dari Humaid dari Anas, ia berkata: dinding-dinding. Harits bin Umair mengikutinya”32.

Hal ini menunjukan kecintaan rasulullah terhadap tanah airnya, Abdurrahman bin Husain al-iraqi (wafat 806 H) didalam kitabnya Tatsrib fi Syarh Asanid wa Tratibil Masanid, mengutip pendapatnya al-Suhaily: “al-Suhaily berkata: di sinilah terdapat dalil atas cinta tanah air dan beratnya memisahkannya dari hati”33

Pemaparan di atas, menunjukan bahwa cinta tanah air merupakan bagian dari nasionalisme, yang mempunyai dalil dari al-Hadis, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama di atas. Sehingga vonis cinta tanah air tidak berdalilnya, jelas tidak bisa di benarkan, karena nilai-nilai nasionalisme jelas ada dalam hadis. Dalam tataran aplikasinya, semangat nasionalisme ini bisa menciptakan dialog kehidupan yang rukun dan damai. Bahkan diera kontemporer saat ini, sangat dibutuhkan untuk memperkuat sendi-sendi kenegaraan dari berbagai paham yang menentang nasionalisme, seperti ekstrimisme, radikalisme, dan semacamanya yang bisa mengikis kebinekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu nasionalisme merupakan prinsip yang harus terus di tanamkan kepada generasi penerus, dengan terus berupaya memberikan dalil-dalil yang kuat baik dalam al-Quran maupun hadis.

31 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Bari Syarh Bukhori (Beirut: Dar al-Ma‟rifat, 1379 H, Juz 3) hal

621

32 Jalaludiin al-Suyuti, Al-Tausyih Syarh Jami al-Shahih,( Riyad, Maktabah al-Rusyd, 1998, Jus III) Hal 1360 33 Abdurrahman al-Iraqi, Tatsrib fi Syarh Taqribil Asanid wa Tartibil Masanid, (Beirut, Dar al-Ihya‟I Al-Turats

(15)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 30

Kesimpulan

Dari beberapa ayat al-quran beserta penafsiran ulama dan hadis beserta pendapat ulama di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa:

Nasionalisme merupakan sikap yang wajib ada pada setiap insan dan sikap tersebut tidak boleh dipertentangkan. Karena nasionalisme ada dalil dalam al-Qur‟an maupun hadis.sebagaimana penjelasan ayat-ayat di atas beserta tafsir ulama. Jelas didalam al-Quran tergambarkan nilai-nilai nasionalisme diantaranya adalah meluputi cinta tanah air, patriotisme, persatuan, kebersamaan, pluralisme, persamaana keturunan, dan pembebasan.

Begitujuga dalam hadis sebagaimana contoh Rasulullah Rasulullah SAW yang sangat mencintai kota makkah sebagai kota kelahirannya. Lebih jauh bahwa, cinta tanah air menjadi bagian dari pada iman, manakala didasari dan diekspresikan dengan sikap patriotisme. Hal senada di perkuat oleh beberapa hadis lain ketika Rasulullah hijrah ke madinahpun Rasulullah berdoa supaya dapat mencintai Madinah sebagaimana mencintai Mekah.

Hal senada juga dipertegas lagi oleh beberapa ulama, diantaranya Al hafidz Ibnu Hajar al-asqalani (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul bari syarh shahih bukhori dan Jalaluddin al-Suyuti (wafat 911 H) dalam kitabnya tausyih Syarh jami al-Shahih. Ketika mensyarahi hadis yang diriwayatkan oleh al- Bukhori, Ibnu Hibban dan Tirmidzi. Kedua ulama tersebut sama-sama mensyarahi hadis tersebut sebagai dalil untuk mencintai tanah airnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, baik dalam al-Quran maupun hadis, keduanya mengandung nilai-nilai nasionalisme yang dapat dijadikan pedoman hidup dan setiap individu berkewajiban untuk mencintai tanah airnya sehingga dapat terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.

(16)

At-Ta’wil: Jurnal Pengkajian al-Qur’an dan at-Turats 31

BIBLIOGRAFI

Komarudin, A, „Hermeneutika Dalam Tafsir Al-Qur‟an: Sinergitas Instrumen Penafsiran Al-Qur‟an Dunia Islam Dan Barat‟, At-Ta’wil, 01.April (2019), 28–39 <https://ejournal.ibntegal.ac.id/index.php/takwil/article/view/31>

Rakhman, Itmam Aulia, „Islam Dan Egalitarianisme: Ruang Terbuka Kesetaraan

Gender‟, At-Ta’wil, 1.01 (2019), 62–73

<https://ejournal.ibntegal.ac.id/index.php/takwil/article/view/28>

Ulum, Mokhamad Miptakhul, „Integrasi Sains, Sosial Dan Agama Sebagai Ruang Lingkup Kajian Studi Islam Dalam Al-Qur‟an‟, At-Tawil Jurnal Pengkajian Al-Qur’an & At-Taurats, 01 (2019), 84–94

Iraqi, Abdurrahman, Tatsrib fi Syarh Taqribil Asanid wa Tartibil Masanid, (Beirut, Dar al-Ihya‟I Al-Turats al-Arabi, Jus IV)

Allan, Ibnu, Dalilul Falihin Syarah Riyadhus Sholihin, Maktabah Syamilah Jilid I,

Ibnu Hajar al-Asqalany ,Al-Hafidz, Fathul Bari Syarh Bukhori (Beirut: Dar al-Ma‟rifat, 1379 H

An-Nasa‟i, as-Sunanul Kubro, Maktabah Syamilah, Jilid II

Dault, Anhiyaksa, Islam dan Nasionalisme, (Jakarta: Yadaulu, 2003) Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Ibn „umar, Al-BaidawI A. Anwar at tanzil wa asraf at-ta’wil. Beirut: Dar Ihya at-Taurath al-„Arabi, 1418

Jalaludin, M. Nasionalisme Islam nusantara : Nasionalisme santri, (Jakarta: Kompas Media Pustaka, 2015)

Lystyati, Retno, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Esis, 2007)

Muhammad, Sayyid, Al-Tahliyah wa al-Targhib fi al-Tarbiyah wa al-Tahdzib (Semarang: PT. Karya TohaPutra)

Musthofa, Bisri, al-Ibris li Matifati Tafsiri al Qur’ani al-Azizi bi al-Lughoti al-Jawiyah (Kudus: Menara Kudus), jus 2

Purwoko, Dwi, dkk. Negara Islam, Percikan Pemikiran Agus Salim, KH. Mas Mansur, Mohammad Nasir, KH. Hasyim Asyari (Depok: Permata Atrika Kreasi, 2001)

Wahid, Nasionalisme Islam Nusantara: Keislaman dan Keindonesiaaan, (Jakarta: Kompas Media, 2015)

Yatim, Badri, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, (Jakarta: Logos Waacana Ilmu, 1999) Suyuti , Jalaludiin, Al-Tausyih Syarh Jami al-Shahih,( Riyad, Maktabah al-Rusyd, 1998, Jus

III)

Referensi

Dokumen terkait

125 informasi ngeunaan tugasna nu geus dilaksanakeun sarta jadi bahan obsérvasi pikeun mikanyaho kahontal henteuna tujuan atikan katut pangajaran anu geus

a) Penerimaan apa jua jenis Hadiah Peribadi oleh Kakitangan SESB daripada pihak luar semasa menjalankan tugas mereka dengan SESB juga dilarang sama sekali. b) Semua bentuk Hadiah

Keuntungan mengetahui pola sekuens, tidak hanya membantu proses identifikasi forensik tetapi juga dalam bidang antropologi dan arkeologi oleh karena perbedaan posisi

Topologi jaringan penyiaran televisi digital pada umumnya dijelaskan pada gambar 3, sinyal televisi yang dipancarkan dari antena pemancar akan diterima oleh antena

Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi terhadap Manajemen sumber daya manusia dan dapat memberikan manfaat sebagai pertambahan literature tentang Pengaruh

(1) Kreditur pemegang hipotek atau pemegang gadai dimaksud dalam pasal yang latu, wajib melaksanakan tuntutannya sebelum lewat waktu dua bulan, terhitung dari

Pemerintah telah memprogamkan gerakan literasi bangsa yang bertujuan menumbuhkan budaya literasi ( membaca menulis). Budaya literasi yang tertanam dalam diri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode peramalan yang lebih baik, berdasarkan perhitungan total ramalan produksi produk Bateeq per bulan dengan