SIMPOSIUM NASIONAL II KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015
DEWAN REDAKSI
Pengarah:
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Penanggung jawab:
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Penyunting (Editor):
Dr. Ir. Nadiarti, M.Sc.
Moh. Tauhid Umar, S.Pi., MP.
Yayu Anugrah La Nafie, ST., M.Sc
Dwi Fajriani Inaku, S.Kel., M.Si.
Nadiarti et al. (editor). 2015. Prosiding Simposium Nasional II Kelautan dan
Perikanan 2015. Makassar, 5 Oktober 2015.
Simposium Nasional II Kelautan dan Perikanan 2015 (9 Mei 2015: Makassar)
Prosiding Simposium Nasional II Kelautan dan Perikanan, 5 Oktober 2015
Penyunting:
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, 2015
ISBN: 978-602-71759-1-4
Penyunting
@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All rights reserved
Penyunting: Nadiarti, Moh. Tauhid Umar, Yayu Anugrah La Nafie dan
Dwi Fajriani Inaku
Diterbitkan oleh:
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas
Hasanuddin, Makassar, 5 Oktober 2015
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari
penyunting.
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat
rakhmat dan hidayahNya sehingga Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II (SimNas-KP
II) UNHAS 2015, yang bertema “Keberlanjutan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dalam
Rangka Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional” dapat terlaksana. Adapun tujuan dari
SimNas-KP II UNHAS 2015 ini adalah untuk bertukar informasi, pengetahuan, pengalaman, diskusi, dan
koordinasi dalam kegiatan penelitian bidang perikanan dan kelautan antara para pakar/peneliti dari
perguruan tinggi, lembaga penelitian, praktisi, pemerhati, dan pengambil kebijakan demi
meningkatkan potensi, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan
secara berkelanjutan.
Dalam kesempatan ini, tak luput kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rektor UNHAS, atas
kesediaan memberikan sambutan dan membuka simposium serta kepada para narasumber, dan
para pendukung kegiatan ini, yaitu: Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Ambon; Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Maros; Indonesian Coral Reef Society (INCRES); Balai
Penelitian dan Pengembagan Budidaya Air Payau (BPPBAP) – KKP; Konsorsium Mitra Bahari
Sulawesi Selatan;
Shrimp Club Indonesia (SCI);
Asosiasi Rumput Laut
Indonesia
Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia; Universitas Muslim Indonesia; Pusat Penelitian Oseanografi
- (P2O LIPI); Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia; dan Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia.
Kami juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas partisipasi rekan-rekan akademisi dan
peneliti Kelautan dan Perikanan dari seluruh Nusantara yang telah bersedia melalui proses seleksi
oleh Tim Seleksi kami untuk dapat mempresentasikan hasil penelitiannya dalam SimNas-KP II
Unhas 2015 ini. Penghargaan serupa terhadap antusiasme para peserta yang telah menyemarakkan
dan mensukseskan kegiatan ini dengan jumlah peserta yang meningkat dari tahun sebelumnya.
Sebagai output dari acara Simnas KP II UNHAS 2015, prosiding ini telah melalui proses
penyuntingan oleh tim penyunting tanpa mengubah substansi tulisan.
Akhirul kata, semoga Simnas KP ini dapat menjadi kegiatan tahunan, sejak pertama kali diadakan
pada tahun 2014, serta menjadi media komunikasi dan saling tukar informasi terkini antara
peneliti, pengajar dan pengguna riset dalam bidang terkait di seluruh wilayah Nusantara. Atas
nama panitia, kami memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan baik sebelum,
selama maupun setelah pelaksanaan SimNas-KP II UNHAS 2015.
Wassalamu Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.
Makassar, 5 Oktober 2015.
Prof. Dr. Akbar Tahir, M.Sc.
KATA SAMBUTAN
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan izinNYA, Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan-II, 2015, UNHAS
(SimNas-KP II, 2015) dengan tema “Keberlanjutan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional” ini dapat kami terbitkan. Tema
tersebut dipilih, mengingat di berbagai tempat terjadi peningkatan pemanfaatan sumberdaya
hayati perairan umum dan laut, baik untuk kepentingan bahan pangan,maupun industri, tanpa
memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Agar terwujud keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan bahan pangan dan pengembangan ekonomi secara berkelanjutan,
maka selain optimasi kultivasi organisme budidaya perairan ramah lingkungan yang harus
semakin digalakkan, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan juga harus diterapkan.
Berbagai informasi terkait aspek budidaya, penangkapan, bioteknologi, ekosistem,
sosial ekonomi dan kebijakan tersebar luas di berbagai institusi di Tanah Air. Melalui ajang
pertukaran informasi tentang praktik-praktik cerdas (Good practices) diyakini dapat
memperbaiki pemanfaatan sumberdaya perairan sekaligus meningkatkan hasil budidaya
organisme-organisme perairan bernilai ekonomi yang ramah lingkungan dan aman untuk
dikonsumsi. Hal ini secara nyata mendukung maksud dan tujuan pelaksanaan Simposium
Nasional Kelautan dan Perikanan II yang hasil akhirnya dapat melahirkan konsepsi sebagai
masukan bagi pengambil kebijakan untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya kelautan dan
perikanan yang dapat memperkuat ketahanan pangan nasional.
Simposium ini diikuti oleh para peneliti dari bidang Ilmu-ilmu Kelautan dan Perikanan
dari berbagai penjuru Nusantara. Prosiding SimNas-II KP 2015 ini, terbagi atas 2 bagian, yaitu
1) Bidang kajian Ekosistem Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan; Pengelolaan Sumberdaya Perikanan; serta Hasil Presentasi Poter, dan 2) Prosiding
2, Bidang kajian Budidaya Perairan; Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; Sosial Ekonomi
Perikanan serta Teknologi Hasil Perikanan.
Kami ucapkan terima kasih atas kesediaan Ibu Rektor UNHAS (Prof. Dr. Dwia Aries
Tina Pulubuhu, MA) memberikan sambutan serta membuka Simposium ini. Terima kasih juga
kami haturkan kepada tiga narasumber (Dr. M. Iqbal Djawad, M.Sc. atase Pendidikan dan
Kebudayaan Jepang; Prof. Dr. Amran Razak, SE., MSc yang mewakili Menko Maritim, Prof.
Dr. Ir. Nani Hendiarti, M.Sc yang mewakili Kementrian Kelautan dan Perikanan), para tamu
undangan, dan para peserta SimNas-KP II 2015, yang telah berpartisipasi pada simposium
nasional ini. Tak luput ucapan terima kasih tercurah kepada seluruh panitia pengarah dan
panitia pelaksana, yang telah bekerja keras serta kepada para sponsor dengan fasilitas yang
telah disediakan, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan tetapi yang telah
banyak membantu terselenggaranya simposium ini serta terwujudnya prosiding ini. Semoga
semua kerja keras kita mendapat Ridho dan berkah Allah SWT dan senantiasa memotivasi kita
untuk terus berkarya dalam upaya pengembangan sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Makassar, 6 October 2015
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN
MAKALAH BIDANG BUDIDAYA PERAIRAN
Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Usus Ikan Lele (Clarias batrachus) untuk Pengendalian Bakteri Streptococcus pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) 1
Rika Wulandari, Alexander Rantetondok, dan Hilal Anshary Analisis Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus
alvarezii) di Kabupaten Bantaeng 11
Andi Asni
Kualitas Juvenil Hasil Breeding Induk Kima Sisik (Tridacna squamosa)
dari Kepulauan Spermonde, Makassar 21
Andi Niartiningsih, M. Natsir Nessa, Syafyudin Yusuf
Dinamika Kualitas Air dan Komposisi Pakan Alami di Tambak Idle 28 Andi Sahrijanna dan Brata Pantjara
Efek Penggunaan Serbuk Biji Asam Jawa Terhadap Kualitas Media
Pemeliharaan Udang Vanamei 36
Buana Basir dan Hasriyani Hafid
Pengaruh penggunaan beberapa probiotik RICA powder pada
pemeliharaan larva udang windu Penaeus monodon 42
B.R. Tampangallo, Ike Trismawanti dan Markus Mangampa
Pertumbuhan Rumput Laut Gracillaria Verrucosa Menggunakan Bibit
Berbeda di Tambak 48
Burhanuddin dan Markus Mangampa
Kajian Infeksi Bakteri pada Ikan Banggai Cardinal (Pterapogon kauderni)
di Perairan Kepulauan Banggai 54
Devita Tetra Adriany, M. Hanafi dan Achmad Afif Bakri
Optimasi Pemberian Probiotik Dengan Dosis yang Berbeda dalam Media
Udang Vannamei (Littopenaus Vannamaei) 61
Early Septiningsih dan A. Sahrijannah
Studi Pemanfaatan Pakan Gel pada Usaha Pembenihan Udang Windu,
Penaneus monodon Fab. 69
Edison Saade dan Agus Nawang
Penentuan Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Produksi Tambak di
Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur 80
Erna Ratnawati, Ruzkiah Asaf dan Hasnawi
Padat Tebar, Jenis Pakan dan Waktu Pemberian Pakan terhadap
Pertumbuhan dan Sintasan Udang Kaki Putih (Penaeus vannamei) 90 Farida, A. Masyahoro, dan Rusaini
ISBN: 978-602-71759-1-4
2 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar, 9 Mei 2015 Uji Fitokimia dan Analisis Kadar Flavonoid Total Batang dan Daun
Tanaman Kopasanda (Cromolaena odorata L.) 97
Harlina
Pengaruh Pergantian Pakan Alami dengan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Glikogen Larva Ikan Bawal Bintang
(Trachionus blochii, Lacepede) 106
Haryati, Dwi Septiani Putri, Siti Aslamyah
Diagnosis Penyakit Bakterial pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus) pada Keramba Jaring Apung Boneatiro di Kabupaten
Buton 113
Herfiani
Penerapan Teknologi Penggelondongan Tanah untuk Meningkatkan
Kualitas Benur Udang Windu (Penaeus Monodon) 124
Hilal Anshary, Yushinta Fujaya, Budaya dan Rustam
Prevalensi Vibriosis pada Budidaya Udang Vaname Sistem Intensif dan
Superintensif 133
Ince Ayu Khairana Kadriah dan Muharijadi Atmomarsono
Pembesaran Calon Induk Ikan Bandeng Chanos chanos Terseleksi di
Tambak 140
Irwan Setyadi, Tony Setiadharma dan Gigih Setia Wibawa
Pengaruh Perbedaan Lokasi Tanam Terhadap Laju Pertumbuhan
Rumput Laut (Caulerpa lentillifera) 147
Juliana
Potensi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Pulau Lingayan 153 Kasim Mansyur
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Satelit untuk Evaluasi Pemanfaatan Ruang Budidaya Rumput Laut di Pantai Amal,
Kota Tarakan, Kalimantan Utara 164
Muhammad Banda Selamat, Muhammad Farid Samawi, Zainuddin, Arniati Massinai
Pembesaran Udang Windu (Penaeus Monodon) Sebagai Persiapan Calon Induk pada Kegiatan Domestikasi di Instalasi Tambak
Percobaan Punaga - Takalar 174
M.N. Syafaat dan Syarifuddin Tonnek
Pertumbuhan Plankton pada Tambak Polikultur Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) dan Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) 181 Machluddin Amin dan Erfan A. Hendrajat
Potensi Tunikata Polycarpa aurata Sebagai Sumber Inokulum Bakteri
Endosimbion; Karakterisasi Isolat 188
Grace Christine, Magdalena Litaay, Risco G. Budji, Zaraswati Dwyana Distribusi Fosfat dan Amonia Perairan Sekitar Tambak Udang Intensif pada Musim Hujan di Perairan Teluk Punduh Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung 198
Mudian Paena, Muhammad Chaidir Undu,Rezki Antoni Suhaimi
Penapisan Herbal Mangrove Sebagai Sumber Antioksidan pada Budidaya
Perikanan 205
Laju Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii yang
Dibudidayakan pada Lokasi Berbeda di Perairan Kabupaten Boalemo,
Gorontalo 215
Muslimin dan Petrus Rani Pong-Masak
Kesesuaian Perairan Pulau di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara
Kabupaten Pangkep untuk Budidaya Rumput Laut Gracilaria Gigas 223 Nursidi, Heriansah, Fathuddin
Studi Performansi Pertumbuhan, Kandungan Agar dan Kekuatan Gel Rumput Laut Gracilaria Verrucosa yang Dibudidayakan dengan Panjang
Stek Berbeda di Tambak 229
Petrus Rani Pong-Masak, Andi Parenrengi, Elmiwia R. Baturante, dan Radjuddin Syamsuddin
Penggunaan Ekstrak Tanaman Tembelekan dan Ekstrak Akar Alang-alang Untuk Meningkatkan Laju Pertumbuhan Kappaphicus alvarezii yang dibudidayakan pada Berbagai Lokasi dan Metode Penanaman yang
Berbeda di Perairan Sulawesi Tenggara 238
Rahmad Sofyan Patadjai dan Syamsul Kamri
Strategi Peningkatan Produksi Benih Ikan Nila Melalui Hibridisasi di
Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan 248
Rasidi, Estu Nugroho, Deni Radona dan Joni Haryadi
Pengaruh Penambahan Sumber Lemak Berbeda dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Beronang, Siganus guttatus
Generasi Kedua 257
Samuel Lante dan Muslimin
Kandungan Hormon Pertumbuhan pada Dua Fenotipe Rumput Laut
Kappaphycus alvarezii 266
Siti Fadilah dan Petrus Rani Pong-Masak
Pengaruh Penambahan Tepung WortelDaucus carotadalam Pakan Terhadap Komposisi Nutrisi dan Pertumbuhan Ikan Mas Koi Cyprinus
carpio pada Dosis yang Berbeda 271
Sutia Budi, Mardiana, M. Nurike, M. N. Hotman dan A. G. Tantu Pemanfaatan Ampas Tahu dalam Pakan Pembesaran Ikan Beronang,
Siganus guttatus 278
Usman, Kamaruddin, Asda Laining, dan Muslimin
Perbandingan Pakan Berkarbohidrat Tinggi dengan Pakan Udang Komersil Terhadap Kadar Glikogen dan Komposisi Kimia Tubuh Udang
Vannamei Litopeneus vannamei yang Dipelihara di Tambak 285
Zainuddin, Haryati, Riswan
MAKALAH BIDANG PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN
Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Destructive Fishing Daerah Ekosistem Terumbu Karang pada Perairan Kepulauan Selayar Sulawesi
Selatan 292
Abdullah B, Sahabuddin
Kajian Kondisi Stok Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan
Laut Flores, Sulawesi Selatan 299
ISBN: 978-602-71759-1-4
4 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar, 9 Mei 2015 Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan
Kepiting Bakau (Scylla sp.) Menggunakan “Bubu Rakkang” di Perairan
Estuaria Pulau Selayar 308
Andi Assir dan Mahfud Palo
Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Melalui Penilaian Multi
Dimension Scalling di Sulawesi Selatan 312
Andi Zainal
Studi Kesesuaian Pukat Hela Dasar Berpapan (Bottom Otter Trawls)
Menurut Permen-KP Nomor 18 Tahun 2013 di Kabupaten Barru 320
Harlisa, Achmar Mallawa, Assir Marimba
Pengaruh Tipe Bahan dan Selektifitas Bottom Gillnet pada Hasil
Tangkapan Ikan Kuwe (Caranx sexfasciatus) di Perairan Teluk Ambon
Baguala 333
Indra Cahya dan Haruna
Beberapa Jenis Moluska yang Tertangkap Jaring Pukat Dasar (Trawl) di
Perairan Natuna 343
Mudjiono
Tipologi Hubungan SPL dan Klorofil-a dengan Produksi dan
Produktivitas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Teluk Bone 350 Muhammad Jamal
Pendekatan Hidroakustik untuk Mengkaji Pola Kedatangan Ikan pada
Bagan Tancap di Perairan Teluk Parepare 360
Muhammad. Kurnia, Mahfud. Palo, and Sudirman
Karakterisasi Habitat Ikan Cakalang di Teluk Bone dan Laut Flores Pada Musim Barat Menggunakan Data Satelit dan Teknik Sistem Informasi Geografis: Sebuah Pengantar Menuju Pengembangan Sistem Informasi
Perikanan 367
Mukti Zainuddin, Safruddin, M. Banda Selamat, Achmar Mallawa
Analisis Alat dan Kapal Penangkap Ikan dalam Menunjang Keberlanjutan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Kab. Barru, Sulawesi Selatan 372
Najamuddin, Mahfud Palo, Mukti Zainuddin dan M. Abduh Ibnu Hajar Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal di Laut
Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi 382
Safruddin, Mukti Zainuddin, Achmar Mallawa
Pertumbuhan, Mortalitas, dan Kebiasaan Makan Ikan Betutu (Oxyeleotris
Marmorata) di Waduk Kedung Ombo 391
Siti Nurul Aida, Emy Dharyati dan Agus Djoko Utomo
Rekayasa Teknologi Penangkapan dalam Meningkatkan Produksi Tuna
pada Perikanan Handline di Selat Makassar 399
Wayan Kantun dan Fadli Anggriawan
Analisis Model Suhu, Klorofil-A dan Net Primary Productivity (NPP) Kaitannya terhadap Jumlah Tangkapan Lemuru (Sardinella Lemuru) di
Perairan Selat Bali 407
Wingking E. Rintaka, dan Eko Susilo
Hubungan Dimensi Utama Small Purse Seiner (Pajeko) di Sulawesi Utara 417 ZC. Fachrussyah dan Alfi Sahri Remi Baruadi
MAKALAH BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
Model Pembinaan Tenaga Kerja Wanita Produktif pada Rumah Tangga Nelayan sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Ekonomi Masyarakat
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 422
Asti Sugiarti , Erna, Andi Baso Adil Natsir
Model Ganti Rugi Nelayan Terumbu dengan Pendekatan Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Perairan Karang 429
Hamzah, Sutinah Made, Fahrul
Penguatan Ketahanan Pangan Melalui Keberlanjutan Sumberdaya
Perikanan Khas Lokal Siput Gonggong (Strombus canarium) 438
Khodijah Ismail, Suryani Fitri Anggraini dan Hendrik
Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Alkali Treated Cottonii
pada Industri Skala Rumah Tangga 450
Sitti Nurmiah, Irfani Baga, La Paturusi La Sennung, Rahmawati Saleh Prioritas Kebijakan dalam Pengembangan Budidaya Tambak di
Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur 459
Ruzkiah Asaf, Erna Ratnawati dan Rezki Antoni Suhaimi
Valuasi Ekonomi Sumberdaya Terumbu Karang di Perairan Pulau Saugi,
Kabupaten Pangkep 467
Wahyudin, ArisBaso, Sri SuroAdhawati
Aktivitas Antibakteri Kitosan Kulit Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) terhadap Bakteri Kontaminan Bakso Ikan Tuna (Thunnus Sp.) 476 Rieny Sulistijowati, Lukman Mile, Kartika Wulandari
POSTER
Pengaruh Beberapa Isolat Probiotik terhadap Sintasan Larva Udang
Windu Penaeus monodon di Hatchery 482
B.R. Tampangallo dan Muharijadi Atmomarsono
Distribusi Klorofil a Perairan sekitar Tambak Udang Intensif pada Musim Kemarau di Perairan Teluk Punduh Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung 490
Mudian Paena, Mat Fahrur, Andi Indra Jaya Asaad
Strategi Pengelolaan Lingkungan Estuaria Berdasarkan Permodelan
Kualitas Air di Estuaria Tallo, Sulawesi Selatan 496
ISBN: 978-602-71759-1-4
164 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar 2015
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh
Satelit untuk Evaluasi Pemanfaatan Ruang Budidaya Rumput
Laut di Pantai Amal, Kota Tarakan, Kalimantan Utara
Muhammad Banda Selamat*, Muhammad Farid Samawi, Zainuddin, ArniatiMassinai
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10 Tamalanrea, Makassar 90241
*E-mail: mbandas2006@yahoo.com ABSTRAK
Budidaya rumput laut di sepanjang pantai timur Kota Tarakan berkembang pesat dalam empat tahun terakhir. Kawasan budidaya ini awalnya berada di sekitar pantai, namun sekarang meluas ke arah laut hingga berjarak 5-7 km. Masalah yang telah teridentifikasi oleh pemerintah daerah adalah potensi konflik dalam perebutan lahan budidaya, dan terhalangnya akses transportasi laut untuk keluar masuk pantai. Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi status kesesuaian, luas perairan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut di Tarakan dan kemungkinan mengatur pemanfaatan ruang untuk budidaya tersebut. Sistem informasi geografis telah digunakan untuk mengintegrasi data lapangan, analisis spasial, dan meng-evaluasi status kesesuaian lokasi. Penginderaan jauh satelit telah digunakan untuk pemetaan lokasi eksisting kawasan budidaya. Pengukuran lapangan dilakukan di 25 lokasi, mencakup parameter: kedalaman, padatan tersuspensi, oksigen terlarut, nitrat, phosphat, salinitas, pH dan arus. Data pengukuran tersebut digeorefensi dan diinterpolasi agar dapat dilakukan analisis spasial. Analisis spasial untuk kesesuaian lokasi dilakukan dengan metode matching. Hasilnya berupa luasan potensial perairan untuk budidaya rumput laut yang di validasi dengan luasan budidaya eksisting dari citra satelit Landsat 8 OLI. Hasil analisis citra satelit Landsat 8, memperlihatkan bahwa usaha budidaya rumput laut dilokasi studi saat ini menempati wilayah perairan sekitar 6.203,5 hektar, namun sekitar 16,5% tidak berada di lokasi yang sesuai. Hasil operasi matching pada sistem informasi geografis menunjukkan bahwa budidaya rumput laut di lokasi studi saat ini hanya memanfaatkan 58,9% dari luas potensial dalam wilayah kewenangan daerah 4 mil. Fakta ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi pihak-pihak terkait untuk mengoptimasi usaha budidaya rumput laut di Tarakan.
Kata kunci: analisis spasial, rumput laut, sistem informasi geografis, penginderaan jauh Pendahuluan
Budidaya rumput laut di sepanjang pantai timur Kota Tarakan berkembang pesat dalam empat tahun terakhir. Kawasan budidaya ini awalnya hanya menempati wilayah di sekitarpantai, namun sekarang mulai meluas ke arah laut hingga jarak 5-7 km. Kedalaman perairan diwilayah ini relatif dangkal yaitu antara 2 hingga 5 meter. Masalah yang telah teridentifikasi oleh pemerintah daerah adalah adanya potensi konflik dalam perebutan lahan budidaya, dan terhalangnya akses transportasi laut untuk keluar masuk pantai (Bappeda, 2013).
Indonesia memiliki perairan laut seluas 1,1 juta hektar yang potensial untuk budidaya rumput laut. Bila produksi rata-rata 10 ton/hektar/tahun, maka total produksi dapat mencapai 11 juta ton per tahun (Sumantadinata, 2011) Pemilihan lokasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan budidaya rumput laut. Hal ini dapat dimaklumi oleh karena budidaya rumput laut merupakan sistem budidaya terbuka, dimana selalu terjadi interaksi dinamis dengan perairan laut sehingga hampir sulit melakukan kontrol terhadap berbagai parameter lingkungannya.
Kajian ini menggunakan teknologi penginderaan jauh satelit, sistem informasi geografi (SIG) dan survei lapangan untuk memetakan dan mengevaluasi
lokasi eksisting budidaya rumput laut di Kota Tarakan. Citra landsat 8 OLI, digunakan untuk mendapatkan gambaran sinoptik kawasan budidaya eksisting. Citra satelit ini dan data kualitas air yang diperoleh dari survei lapangan, kemudian di integrasikan ke dalam basisdata spasial pada sistem informasi geografis. Tujuan studi ini adalah mengevaluasi status kesesuaian, luas potensialdan pola penggunaan ruang budidaya rumput laut di perairan Pantai Amal, Kota Tarakan.
Bahan dan Metode
Alat dan Bahan. Parameter kualitas air yang dikumpulkan selama survei dan alat yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Lokasi titik sampling disajikan pada Gambar 1. Selain menggunakan citra satelit landsat 8, kajian ini juga menggunakan data sekunder yaitu peta laut dishidros no lembar 259 dan data pasang surut rill time dari BIG (Badan Informasi Geospasial).
Pengambilan sampel air laut (permukaan) dilakukan dengan menggunakan botolsampel plastik volume 250 mL. Sampel ini kemudian dimasukkan kedalam
coolbox dan diawetkan dengan suhu rendah <4oC, untuk kemudian di analisa di
laboratorium oseanografi kimia Universitas Hasanuddin. Tabel 1. Parameter hidro oseanografi yang dikumpulkan selama survei
No Parameter Peralatan
1 Posisi stasiun sampling GPS e 10
2 Kedalaman Mapsonder 420
3 Arah dan kecepatan arus Geo drifter L 2.0
4 Salinitas handrefractometer
5 DO DO meter
6 pH pH meter
7 suhu Thermometer
8 kekeruhan Turbiditymeter
9 NO3 Botol sampel / analisis lab
10 PO4 Botol sampel / analisis lab
11 TSS Botol sampel / analisis lab
12 Logam Botol sampel / analisis lab
Lokasi Penelitian. Lokasi studi di identifikasi berdasarkan karakter geometrik bentangan rumput laut pada citra satelit landsat 8. Tanggal akuisisi citra adalah 11 maret 2014 pada posisi path/row 116/58 (Gambar 1). Kawasan pantai Amal terletak di sebelah Timur Kota Tarakan berjarak sekitar 8 km bila ditempuh dengan jalan darat dan sekitar 17 km bila diakses dari laut.
Survei kualitas air dilakukan dengan bantuan speed boat bermesin 40 pk, dan dilakukan selama dua hari yaitu dari tanggal 22 hingga 23 Oktober 2014.
Sejumlah 25 posisi titik sampling telah di survei pada daerah seluas 110 km2,
membentang dari Selatan ke Utara sejauh 17 km dan dari pantai ke arah Timur hingga jarak 6.5 km dimana masih ditemukan bentangan rumput laut.
Analisis Data
Interpolasi spasial.Interpolasi spasial dilakukan untuk memperoleh nilai estimasi kualitas air pada lokasi yang tidak disampling. Studi ini menggunakan interpolator Kriging pada ukuran grid 100 m.
ISBN: 978-602-71759-1-4
166 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar 2015 Gambar 1. lokasi studi dan distribusi titik sampling di pantai timur, Tarakan Zonasi kesesuaian dan analisis spasial. Zonasi kesesuaian lahan budidaya rumput laut ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, biologi maupun fisik. Beberapa parameter penting dalam pemetaan zona kesesuaian ini menurut Corneliaet al. (2005) adalah: kedalaman perairan, bebas dari bahan pencemar (seperti limbah industri dan rumah tangga), tipe substrat, kecerahan air laut, suhu, arus, salinitas, derajat keasaman, kandungan Fe, Na, Pb dan Cd.
Parameter kesesuaian yang diacu dalam studi ini disajikan pada Tabel 2. Nilai setiap parameter diukur di lapangan, kemudian disusunkedalam matriks untuk mendapatkan kisaran nilai kesesuaian: Sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Cara sederhana untuk mendapatkan zona-zona kesesuaian adalah dengan metode matching. Dalam metode matching, kesesuaian merupakan fungsi interaksi semua parameter penting dan terukur, tanpa ada pembobotan. Hasil tingkat kesesuaian (Km) mengacu pada nilai kesesuaian terendah dari suatu kumpulan parameter (Kpar). Bila salah satu parameter diketahui memiliki nilai kesesuaian N, maka kesesuaian matching akan menghasilkan N. Kesesuaian S hanya bisa diperoleh bila semua parameter bernilai S.
Metode matching ini lebih aman dalam menentukan kesesuaian karena dikontrol oleh parameter yang bernilai minimum. Kelemahannya adalah tidak semua parameter memiliki kontribusi yang sama dalam penentuan kesesuaian. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa parameter dapat saja ditolerir dan tidak menghambat pertumbuhan komoditi yang dibudidaya (Wiradisastra, 2004). Gambar 2 menunjukkan aliran data sebelum dilakukan analisis spasial.
Gambar 2. Data flow kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut
Analisis spasial dilakukan dengan cara menumpukkan dua atau lebih layer secara sekuensial sehingga dihasilkan layer-layer baru yang merupakan gabungan
data spasial dan atribut dari layer-layer input. Zonasi kesesuaian merupakan fungsi minimum dari parameter kesesuaian yang menyusunnya:
Km = f min (Kpar-1, Kpar-2,… Kpar-n)
Km = matching kesesuaian
Kpar = parameter kesesuaian
Dengan demikian dalam studi ini, fungsi matching kesesuaian pada studi ini adalah
Km = f min (kekeruhan, Salinitas, Suhu, NO3, PO4, DO, pH)
Tabel 2. Parameter Kesesuaian Budidaya Rumput Laut dan Acuan Nilai Kesesuaian yang digunakan dalam studi ini
Parameter Kisaran Angka Sumber Studi ini
Kedalaman 15 – 25
Perairan 5 -15 dan 26 – 35 Radiarta et al (2003) 1-10 (meter) < 5 dan > 35 MPT < 25 SK. Meneg. LH, No. (Mg/l) 26 - 50 51 Tahun 2004 0-50 >50 Suhu Perairan 28 – 30 DKP (2002) ; (° C) 25 – 27 dan 31 – 32 25-32 <25 dan >32 Romimohtarto (2003) Kecepatan 20-50 Arus 10 – 19 dan 51- 75 DKP (2002) 10-75 (cm/detik) < 10 dan >75 Salinitas 30 - 35 Radiarta et al (2003) ; Perairan 20 – 29 SNI : 01 – 6487.3-2000 20-35 (ppt) < 20 dan > 35 6.5 – 8,5 Bakosurtanal (1996) ; pH 4 – 6.4 dan 8.5 – 9 Romimohtarto (2003) 4-9 <4 dan >9.5 Fosfat 0, 2 – 0,5 (mg/l) 0, 6 – 0,7 Romimohtarto (2003) 0.2-0.7 < 0,2 dan > 0,8 Nitrat 0.9 - 3.2 DKP (2002) ; (mg/l) 0,7 - 0,8 & 3.3 -3,4 SK Meneg LH No 51 0.7-3.4 <0,7 ; > 3,4 Tahun 2004 Oksigen > 6 Terlarut 4 – 6 Bakosurtanal (1996) >4 (mg/l) < 4
Pengolahan Citra Landsat 8 OLI. Studi ini menggunakan citra landsat 8 OLI untuk memetakan sebaran eksisting budidaya rumput laut di pantai timur Kota Tarakan. Pengenalan objek pada citra dilakukan dengan membandingkan sidik spektral (Lillesand dan Kiefer, 1990) dan tekstur permukaan yang terlihat pada citra.
Tekstur objek adalah penampakan kasar atau halusnya suatu objek yang terlihat pada citra (Campbell dan Wynne, 2011). Tekstur merupakan pola cahaya atau bayangan yang terbentuk pada suatu daerah manakala permukaan yang tidak teratur terkena cahaya dari sudut tertentu. Tekstur pada citra tidak saja bergantung pada kondisi permukaan tetapi juga pada sudut pencahayaan, sehingga akan berbeda pada setiap kondisi pencahayaan. Menurut Mather dan Koch (2011), tekstur dapat dikatakan sebagai variabilitas tone dalam suatu lingkungan bertetangga, atau pola dari hubungan spasial diantara tingkat keabuan piksel yang
ISBN: 978-602-71759-1-4
168 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar 2015 untuk pengelompokan piksel. Operasi pengelompokan tekstur dilakukan dalam tiga tahap:
1. Penggunaan variabilitas dalam jendela bergerak untuk mengukur sejumlah parameter, diantaranya entropi
2. Estimasi dimensi fraktal dari permukaan citra tersebut. 3. Penggunaan filter penajaman tepi pada arah tertentu Hasil dan Pembahasan
Pengamatan Lapangan. Hasil sampling sejumlah parameter kualitas air yang dijadikan penyusun data set untuk kesesuaian lokasi budidaya rumput laut disajikan pada Tabel 3. Kedalaman perairan tergolong sesuai karena masih berada dalam kisaran 1 hingga 10 meter. Demikian pula dengan parameter lain seperti suhu, arus, salinitas, pH, PO4, NO3 dan DO. Nilai padatan tersuspensi di kawasan ini cukup tinggi yaitu antara 28.9 hingga 243.7 mg/L dan berada diatas ambang batas KLH (1988) yaitu antara 5 hingga 25 mg/L.
Pasokan padatan tersuspensi ini berasal dari muara-muara sungai yang tersebar di sebelah Barat hingga Utara pulau Tarakan dan sangat mempengaruhi warna air di bagian Utara kawasan budidaya. Nilai nitrat perairan ini masih sesuai untuk kehidupan rumput laut yang membutuhkan nilai 0,1-3,5 mg/L. Demikian juga dengan kisaran fosfat masih berada dalam syarat kisaran yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut berdasarkan Indriani dan Sumiarsih (1991) yaitu antara 0.051 ppm – 1.00 ppm.
Tabel 3. Hasil pengukuran lapangan parameter kualitas air, Pantai Amal, Tarakan Parameter Rata-rata Tertinggi Terendah Kisaran Sesuai
Kedalaman (m) 4.3 10.5 1.6 1-10 TSS (mg/L) 77.9 243.7 28.9 0-50 Suhu (oC) 29.5 31.5 27.6 25-32 Arus (m/det) 0.0 0.2 0.1 0.1-0.75 Salinitas (ppt) 26 30 19 20-35 pH 7.8 7.9 7.7 4-9 PO4 (mg/l) 0.07 0.12 0.02 0.2-0.7 NO3 (mg/l) 0.12 0.22 0.07 0.7-3.4 DO (ppm) 7.2 7.8 6.3 >4
Prediksi Spasial Kualitas Air. Berdasarkan prediksi spasial sebaran kualitas air (Gambar 3) terlihat bahwa profil batimetri kawasan ini memang
G a m b a r 3 . P re d ik si s p a si a ls e b a ra n k u a li ta s a ir d i lo k a si b u d id a y a r u m p u t la u t e k si st in g G a m b a r 4 . S ta tu s k e se su a ia n b e r d a sa r k a n p a r a m e te r k u a li ta s a ir
ISBN: 978-602-71759-1-4
170 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar 2015 dangkal dan landai dengan perkecualian di sebelah Tenggara dimana ditemukan
daerah yang kedalamannya lebih dari 10 meter. Arus permukaan bergerak
menyusur pantai dari arah Selatan ke Utara padasaat pasang dan sebaliknya pada saat surut. Pengaruh muara sungai dari arah Barat Laut terlihat pada tingginya konsentrasi padatan tersuspensi di sebelah utara kawasan. Suhu permukaan laut cenderung lebih tinggi di bagian tengah kawasan yang dangkal dibandingkan dengan bagian Tenggara yang lebih dalam.
Status kesesuaian untuk setiap parameter kualitas air diperlihatkan pada Gambar 4. Berdasarkan gambaran itu terlihat bahwa sedimen tersuspensi, sangat mempengaruhi status kesesuaian di bagian Utara kawasan. Selain itu nilai salinitas yang rendah di sekitar pesisir pantai juga ikut mempengaruhi tingkat kesesuaian di bagian tengah kawasan budidaya. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pengukuran kualitas air yang dilakukan hanya sesaat sehingga sebaran eksisting lokasi budidaya lebih bisa mewakili aktifitas budidaya.
Sebaran Budidaya Rumput Laut Eksisting. Analisis spektral piksel-piksel yang mewakili lokasi budidaya rumput laut pada citra Landsat 8 OLI, memperlihatkan bahwa nilai pantulan spektralnya lebih tinggi daripada air laut yang relatif jernih namun lebih rendah daripada air laut yang memiliki padatan tersuspensi yang tinggi (Gambar 5). Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan kasus air 1 dan 2 menurut penjelasan Robinson (1985). Pada kasus perairan pantai Amal ini, kondisi air nya dapat dikategorikan sebagai air kasus 2, dimana konsentrasi padatan tersuspensi cukup tinggi dan mendominasi pantulan spektral badan air. Untuk setiap lokasi dimana terdapat bentangan rumput laut, kondisi air menjadi lebih tenang karena arus terhalang oleh keberadaan rumput laut dan material lain seperti pelampung dan tali. Hal ini membuat keadaan air menjadi sedikit lebih jernih, sehingga pantulan spektralnya juga menjadi lebih rendah dibanding sekitarnya. Karakter spektral inilah yang kemudian dijadikan dasar guna melakukan analisa tekstur sehingga dihasilkan data vektor sebaran lokasi budidaya rumput laut eksisting.
(a) (b)
Gambar 5. Pengenalan lokasi budidaya rumput laut berdasarkan sidik spektral. (a) sampling piksel untuk analisa spektral (b) sidik spektral rumput laut, air keruh dan air laut yang relatif jernih (laut lebih dalam)
G a m b a r 6 . S ta tu s P e m a n fa a ta n R u a n g B u d id a y a R u m p u t L a u t d i P a n ta i A M a l, d a m ( k ir i) U su la n B lo k P e n g e lo la a n K a w a sa n B u d id a y a d a n A lu r T ra n sp o r ta si u n tu k a k se s k e p a n ta i d a n l o k a si b u d id a y a ( k a n a n )
ISBN: 978-602-71759-1-4
172 Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II Universitas Hasanuddin, Makassar 2015 Status Pemanfaatan Ruang untuk Budidaya Rumput Laut. Spot-spot budidaya rumput laut eksisting berdasarkan analisa tekstur citra landsat berjumlah kurang lebih 1.982 petak, memanfaatkan ruang seluas 6.203 hektar atau 58,9% dari total potensi. Analisis spasial dengan metode matching memperlihatkan bahwa eari ruang perairan yang termanfaatkan itu, terdapat sekitar 5.177 hektar (atau 59%) lokasi budidaya yang masuk ke dalam kawasan dengan kategori sesuai dan 1.026 hektar berada di kawasan yang tidak sesuai (Gambar 6).
Kabupaten atau kota memiliki kewenangan dalam mengelola kawasan perairan pesisir hingga batas 4 mil laut dari garis pantai (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Mengacu pada batasan ini, mata total luasan potensial perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut di pantai Timur Kota Tarakan ini dapatmencapai luas sekitar 8.796 hektar. Dengan kata lain, luas perairan potensial yang masih bisa di manfaatkan adalah sekitar 41% atau sekitar 3.615 hektar.
Produksi rumput laut kering Kota Tarakan diketahui meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan 50% terjadi di tahun 2013 yaitu dari total produksi sekitar 3.719 ton di tahun 2012 menjadi 5.567 ton. Dalam tahun 2014, hingga agustus terjadi peningkatan produksi sekitar 44% dari tahun sebelumnya atau sekitar 8.003 ton dengan nilai produksi sekitar 96 Milyar Rupiah (Dinas Perikanan Kelautan, 2014).
Mengacu dengan angka-angka produksi dan angka-angka luasan sebelumnya, dan bila diasumsikan 100% produksi rumput laut kering Kota Tarakan berasal dari pantai Amal, maka pemanfaatan 100% luas perairan yang tersedia akan dapat meningkatkan lebih dari 50% nilai produksi rumput laut kering di tahun-tahun mendatang. Besarnya volume produksi ini dapat menjadi nilai tambah daerah untuk membangun kawasan industri berbasis rumput laut. Bila industri olahan ini dapat diwujudkan, maka peningkatan nilai tambah bagi produksi rumput laut dengan sendirinya akan mendongkrak pendapatan daerah Kota Tarakan.
Dalam upaya mengoptimalkan potensi luas perairan laut untuk budidaya rumput laut ini, Pemerintah Kota Tarakan sebaiknya mempertimbangkan aspek aksesibilitas dan transportasi laut di sekitar kawasan. Pemerintah Kota dapat menetapkan zona-zona alur diantara zona budidaya ini, untuk memudahkan akses ke pantai dan ke lokasi budidaya (Gambar 6). Selain itu, guna memudahkan pembinaan pembudidaya, pengelolaan data produksi dan lainnya, Pemerintah Kota sebaiknya mempertimbangkan penerapan sistem blok yang diintegrasikan dengan pengadaan sistem informasi spasial spesifik. Adanya sistem informasi ini bisa dimanfaatkan untuk memonitor antara lain, produksi, kualitas air, masalah-masalah teknis budidaya, sarana dan prasarana terkait dengan produksi dan juga bila memungkinkan dapat dikembangkan untuk mekanisme informasi harga serta pendapatan daerah dari produksi rumput laut.
Kesimpulan
Total luasan potensial perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut di pantai Timur Kota Tarakan diestimasi mencapai 8.796 hektar. Luas perairan yang masih bisa di manfaatkan adalah sekitar 41%. Piksel-piksel budidaya rumput laut pada citra Landsat 8, memiliki nilai pantulan spektral yang lebih tinggi daripada air laut jernih namun lebih rendah daripada air laut keruh. Berdasarkan analisa citra ruang budidaya saat ini adalah 6.203 hektar atau 58,9% dari total potensi. Pemerintah Kota sebaiknya menetapkan zona-zona alur di dalam zona budidaya ini, untuk memudahkan aksesibilitas sebagai upaya optimalisasi luas perairan laut yang tersedia.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada BAPPEDA Kota Tarakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin atas terlaksananya studi ini.
Daftar Referensi
Bakosurtanal. 1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine Kupang Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan SIG, Jakarta
Cornelia, M.I, Suryanto, H., Dartoyo, AA. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya Rumput Laut. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut-Bakosurtanal Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang, Laut,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.
Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 1991. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal.
James B. Campbell, Randolph H. Wynne. 2011. Introduction to remote sensing. The Guilford Press, New York. 130-150
KEPMEN LH. Nomor : KEP- 51/MENLH/10/1995. Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
KEPMEN LH. Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Paul M. Mather and Magaly Koch. 2011. Computer processing of remotely-sensed images : an introduction. John Wiley & Sons, Ltd.
Radiarta, I. Ny., S. E. Wardoyo., B. Priyono dan O. Praseno. 2003. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut di Teluk Ekas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta. Vol 9 No 1, hal 67 – 71.
Robinson, I. S. 1985. Satellite oceanography: An introductionfor oceanographers and remote-sensingscientists. John Wiley and Sons, Inc., Somerset,N.J. 455 p.
Romimohtarto, K., 2003. Kualitas Air dalam Budidaya Laut. Jakarta. 62hal.
SNI : 01 – 6487.3-2000. Produksi benih ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis,Valenciences) kelas benih sebar.
Wiradisastra, U.S. 2004. Laporan Akhir – Analisis Tingkat Kesesuaian MarineCulture Wilayah ALKI II, Buku I (Teknis – analisis). Bogor: Lembaga Penelitian danPemberdayaan Masyarakat, IPB.