• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Status Kawasan

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pertama kali diusulkan menjadi taman nasional melalui Ketetapan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/x/1982, tanggal 10 Oktober 1982 dengan luas sekitar 1.480.000 ha. TNKS ditetapkan sebagai salah satu calon taman nasional bertepatan dengan kongres taman nasional sedunia III di Bali. TNKS merupakan gabungan kelompok hutan yang ada terutama hutan lindung, cagar alam, dan suaka margasatwa.

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dinyatakan secara resmi sebagai taman nasional pada tahun 1992. Kemudian menteri kehutanan dan perkebunan menetapkan luas taman nasional ini dengan SK No. 192/Kpts-II/1996 dengan luas sebesar lebih dari 1.368.000 ha. Setelah penataan batas, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 901/Kpts-II/1999 luas TNKS menjadi 1.375.349,867 ha. Sesuai dengan UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya, alasan utama penetapan kawasan hutan sebagai Taman Nasional adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya.

Kawasan hutan TNKS sangat kaya akan biodiversity, pentingnya TNKS telah diakui di dunia internasional dengan ditetapkannya TNKS sebagai situs warisan ASEAN (ASEAN Heritage Site) pada tahun 1991. Pada awal 2004, TNKS, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sudah ditetapkan menjadi salah satu Cluster World Heritage Site. Pada tahun 2005, berdasarkan SK No.420/Menhut-II/2004, tanggal 19 Oktober 2004, tentang Perubahan Fungsi Sebagian Kawasan Hutan Produksi Tetap, dilakukan repatriasi terhadap kawasan Kelompok Hutan Sipurak Hook seluas ± 14,160 ha sehingga luas keseluruhan menjadi ± 1.389.549,867 ha yang meliputi 4 wilayah Propinsi yaitu Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan atau meliputi 12 (dua belas) wilayah Kabupaten dan Kota administratif (Kabupaten Kerinci, Merangin, Bungo,

(2)

Pesisir Selatan, Solok, Solok Selatan, Dharmasraya, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Muko-Muko Selatan, Musi Rawas dan Kotif Lubuk Linggau).

B. Letak dan Luas

Secara geografis kawasan TNKS terletak pada 100º31’18” – 102º44’1” Bujur Timur dan 1º7’13” – 3º26’14” Lintang Selatan. Luas keseluruhan TNKS menjadi ± 1.389.549,867 ha setelah dimasukkannya kelompok hutan Sipurak hook. Kawasan hutan Ipuh-seblat secara administratif terletak di Provinsi Bengkulu dengan luas ± 831,02 km². adapun luas dari TNKS terbagi ke dalam 4 Propinsi yaitu sebagai berikut:

1. Seluas 347.109 Ha terletak di Propinsi Sumatera Barat 2. Seluas 418.051 Ha terletak di Propinsi Jambi

3. Seluas 345.591 Ha terletak di Propinsi Bengkulu, dan 4. Seluas 245.126 Ha terletak di Propinsi Sumatera Selatan

C. Kondisi Fisik Kawasan C.1. Topografi

Kondisi topografi TNKS adalah bergelombang, berlereng curam dan tajam dengan ketinggian 200 sampai dengan 3.805 meter dpl. Gunung kerinci merupakan puncak tertinggi dari pegunungan yang ada di kawasan TNKS. Sedangkan topografi di kawasan Ipuh-seblat berupa dataran rendah, berbukit curam yang ketinggiannya berkisar 100-1000 mdpl dengan kelerengan sebagian besar 0-30º. Jenis tanah di kawasan ini adalah berupa Latosol dan atau gabungan antara Latosol dengan podsolik Merah Kuning, sebagian lainnya adalah campuran Podsolik Merah Kuning dengan Litosol. Komposisi lainnya berupa Aluvial, Andosol, Regosol dan Organosol (Supriyanto et al. 2000).

C.2. Iklim

Sebagai bagian dari iklim pulau Sumatera, TNKS memiliki iklim tropis basah dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata. Rata-rata curah hujan tahunan

(3)

berkisar antara 3.000 mm. musim hujan berlangsung dari bulan September - Februari dengan puncak musim hujan pada bulan Desember. Sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April – Agustus. Suhu udara rata-rata bervariasi yaitu 28º C di dataran rendah, 20º C di Lembah Kerinci dan 9º C di puncak Gunung Kerinci. Sedangkan kelembaban udara mencapai 80% - 100%.

C.3. Hidrologi

Sebelum disahkan sebagai Taman Nasional, kawasan TNKS merupakan penyatuan dari Kawasan Cagar Alam Indera Pura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan, Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, serta hutan lindung dan hutan produksi terbatas yang memiliki fungsi Hidrologis penting terhadap wilayah sekitarnya.

Kelompok hutan tersebut merupakan daerah aliran sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batang Hari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat. DAS tersebut sangat vital peranannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berukuran lebar di kawasan ini antara lain Air Ipuh, Air Seblat, Air Ikan, Air Retak, Air Teramang dan Air Berau. Kemudian juga terdapat sungai besar lainnya yaitu Air Seblat Merah, Tembulun Air Rami, Air Madu dan Air Lupu.

C.4. Aksesibilitas

Kota terdekat dengan TNKS yang memiliki pelabuhan udara adalah Padang, Jambi dan Bengkulu. Perjalanan darat dari jambi ke Sungai Penuh (Lokasi kantor TN) dapat ditempuh dengan kendaraan umum (bus) melalui bangko selama 24 jam perjalanan. Selain itu dapat pula ditempuh melalui Padang, Lubuk Linggau dan Bengkulu. Kemudian dari Sungai Penuh, lokasi yang selanjutnya akan dituju dapat dicapai dengan kendaraan sewaan dari Sungai Penuh. Waktu tempu Sungai Penuh – Ipuh ± 12 jam dengan kendaraan umum.

(4)

D. Kondisi Biologi

Secara umum, TNKS memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi karena mempunyai keanekaragaman tipe habitat yang sangat kaya dan bervariasi mulai dari tipe hutan dataran rendah sampai dengan alpin. Kawasan ini merupakan bagian terbesar dari hutan hujan tropis dari sumatera bagian selatan. Kekayaan jenisnya sangat tinggi dan telah mewakili seluruh tipe habitat yang terdapat di Sumatera bagian selatan.

Secara umum kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki karakteristik hutan yang sangat unik dan khas yang terbagi dalam tipe ekosistem hutan :

1. Hutan dataran rendah (low land forest). 2. Hutan bukit (hill forest)

3. Hutan sub-montana (sub-montane forest) 4. Hutan montana rendah (lower montane forest) 5. Hutan montana sedang (mid-montane forest) 6. Hutan montana tinggi (upper montane forest), dan 7. Padang rumput sub-alpine (sub-alpine thicket)

8. Lahan basah lain pada wilayah ber rawa, danau dan sungai sungai besar

D.1. Flora

Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki kurang lebih 4000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, termasuk juga terdapat flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia arborea), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii), dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decussilvae). Beberapa jenis tumbuhan obat yang biasa digunakan masyarakat sekitar taman nasional, antara lain paku gajah, akar tik ulat, akar kepuh, pinang, kunyit, akar sepakis, ubi itam dan lain-lain. Beberapa jenis anggrek antara lain Spathoglotis plicata, Pholodita articulata, Calanthe triplicata, C. plava, Coelogyne pandura, C. suiphorea, Dendrobium crumenatum, Dianela ensifolia, Diplocaulobium, Phaleonopsis sp dan renanthera sp.

(5)

Menurut Rizwar et al.(2001) dan Supriyanto et al. (2000), bahwa jenis flora yang ada di TNKS (kawasan Ipuh-Seblat) diantaranya adalah: Shorea sp., Macaranga gigantean, Calamus sp., Artocarpus sp., Dyera sp., Hopea sp., Mallotus sp., Bamboosa sp. Dan lain-lain.

D.2. Fauna

Mamalia; jenis mamalia yang ada di TNKS, langka dan terancam punah antara lain adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), beruang madu (Helarctos malayanus), dan kucing emas (Felis temminckii) yang misterius. Selain itu terdapat juga mamalia lain seperti siamang (Hylobathes syndactylus), babi jenggot (Sus barbatus), babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), kambing hutan (Capricornis sumatrensis), rusa (Cervus unicolor), kelinci sumatera (Nesolagus netscheri), macan dahan (Neofelis nebulosa), binturong (Arctictis binturong), dan lain-lain.

Burung; antara lain elang alap besar (Accipiter virgatus), elang kelelawar (Macheiramphus alcinus), elang gunung (Spitazatus alboniger), cekakak batu (Lacedo pulchella), belibis kembang (Dendrocygna arcuata), walet (Collocalia spp), enggang jambul (Aceros comatus), kangkareng hitam (Anthracoceros malayanus), rangkong papan (Buceros bicornis), pergam gunung (Ducula bargia), poksai mantel (Garrulax palliatus), tiong emas (Gracula religiosa), rangkong (Buceros rhinoceros), julang (Aceros undulatus), dan burung gading (Buceros vigil).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dianalisis dengan metode Regresi Linier Berganda (Model Cobb Douglas), menunjukkan bahwa hipotesis yang mengatakan produktivitas kepuasan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah di ungkapkan pada pembahasan, maka dapat di ambil kesimpulan yaitu dari keempat variable independen hanya 3 variable

Dalam rangka mencapai sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada periode Renstra 2015-2019 maka ditetapkan indikator kinerja yaitu (1) Jumlah laporan pencegahan dan

Dalam filem spongebob, peneliti menemukan ada (1) lima jenis deixis, yaitu deixis orang (orang pertama, kedua orang, dan orang ketiga), deixis tempat (proksimal dan

Dalam kasus kereta cepat Jakarta-Bandung, dari data-data terkait, keputusan Indonesia lebih memilih Tiongkok dibandingkan dengan Jepang sebagai mitra proyeknya, dapat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah bagaimanakah Pelaksanaan Malam Bainai Pada Acara Perkawinan Adat Padang Pariaman

Analisis hubungan asupan energi dan protein dengan kekuatan genggam berkorelasi positif ditunjukkan hubungan asupan energi dengan kekuatan genggam r=0,118 dan