• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dan dipertegas lagi oleh (Nawawi dalam K. Brahim 2007:39) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Sudjana (2011:31) menyatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil oleh siswa dari kegiatan atau proses belajar yang telah dilakukan.

Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dengan demikian hasil belajar IPA harus dikatikan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak mengabaikan hakikat belajar IPA. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasar hakikat sains, meliputi IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah

Dari segi produk siswa dihadapkan dapat memahami konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses siswa dapat

(2)

mengembangkan pengetahuan dan dapat menerapkan konsep untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi sikap ilmiah siswa diharapkan untuk mempunyai minat dalam mempelajari benda-benda disekitarnya, sikap ingin tahu, tekun, kritis, tanggung jawab dan mandiri serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Perolehan hasil belajar setiap siswa tidak sama, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yaitu keadaan fisikologis dan psikologis:

1. Keadaan fisikologis meliputi panca indera dan kondisi jasmani yang melatar belakangi aktivitas belajar sepert gizi yang cukup dan lain-lain. Menurut Syah (2005: 146) panca indera yang dominan adalah indera pendengaran dan indera penglihatan. Daya pendengaran dan penglihatan yang rendah akan menyulitkan dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echonic dan iconic (gema dan citra).

2. Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa meliputi: 1) kecerdasan/ bakat, 2) motivasi, 3)perhatian, 4) berfikir, 5) ingatan/ lupa dan sebagainya (Mappa, 1994: 36)

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial

1. Lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah seperti guru, para satf administrasi, teman sekelas dan lingkungan sosial seperti masyarakat, tetangga, teman sepermainan termasuk keluarga

(3)

2. Lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga siswa dan letaknya, alat belajar siswa, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.

Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti keadaan fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan sosial dan nonsosial. Dan faktor pendekatan belajar adalah faktor yang didalamnya terdapat strategi dalam pembelajaran.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation (GI) dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai tahap pertama sampai akhir pembelajaran.

Group Investigation (GI) adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skill). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari setiap anggota kelompok serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

(4)

Dalam model Group Investigation (GI) terdapat tiga konsep utama yaitu penelitian atau enquiry, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winataputra, 2001:75). Penelitian disini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses argumentasi.

2.1.2.1 Langkah Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Slavin (1995) mengatakan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) memiliki enam langkah:

1. Tahap pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi seerta membentuk kelompok, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini 1) Siswa mengamati sumber, memilih topik dan menetukan katagori-katagori topik permasalahan. 2) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasar topik yang mereka pilih. 3) Guru membatasi jumlah anggota setiap kelompok berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

2. Tahap perencanaan (planning)

Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : 1) Apa yang mereka pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa? 4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

3. Tahap penyelidikan (investigation)

Yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan sebagai berikut : 1) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki. 2) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada

(5)

setiap anggota kelompok. 3) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

4. Tahap pengorganisasian (organizing)

Yaitu tahap laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut : 1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing. 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya. 3) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

5. Tahap presentasi (presenting)

Yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran dikelas pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. 2) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar. 3) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

6. Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap ini penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut : 1) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya. 2) Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Dalam pembelajaran model ini, prinsip yang dikembangkan adalah peran guru sebagai konselor, konsultan dan sumber kritik yang konstruktif (peran guru sebagai fasilitator). Peran guru tersebut ditampilakan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah dengan kemampuan meneliti hakikat dan fokus maslah. Pengelolaan ditampilkan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.

(6)

Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar siswa dan guru, peralatan peneltian yang sesuai meja dan kursi yang sudah ditata untuk kegiatan tersebut.

Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran Group Investigation (GI) sebagai berikut:

1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.

3. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk membagi materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya.

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. 6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. 7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi

kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan. 8. Evaluasi.

2.1.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Tujuan model pembelajaran Group Investigation (GI) memiliki tiga tujuan yakni:

1. Membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membantu mencapai tujuan 2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melalui

investigasi

3. Melatih siswa untuik bekerjasama secara kooperatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut siswa dibekali keterampilan hidup yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.2.3.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation Dalam setiap model pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangan

masing-masing, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)

(7)

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

a. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar

b. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih efektif

c. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat

d. Membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas (Nur, 1998:9) e. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam

menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan massalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya

f. Dapat menumbuhkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

a. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation hanya cocok untuk digunakan dikelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkat kognitif yang lebih tinggi

b. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan c. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai lebih rendah dan

kelompok yang memiliki nilai lebih tinggi

d. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran tipe GI akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran konvensional, bahakan menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman

e. Guru membutuhkan persiapan yang matang untuk dapat menerapakan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI

(8)

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA yang mempelajari tentang alam dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata “Natural science” disingkat “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam sedangkan science artinya ilmu pengetahuan jadi secara harafiah IPA adalah ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Pengertian IPA menurut Hendro Darmojo (1992:3) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Menurut Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3) dalam bukunya The Nature Of Science, menyatakan bahwa

IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkannya anatara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya.

Menurut Sumaji (1988:31) IPA berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran sang pencipta (Depdikbud 1993/ 1994 : 97)

Dari pendapat dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan salah satu kumpulan-kumpulan yang mempelajari tentang fenomena alam, gejala alam yang tertata secara sistematik dan dari kumpulan yang mempelajari alam tersebut diharapkan siswa dapat mempelajarinya dengan baik yaitu menjaga, melindungi dan mengembangkan alam agar tidak terjadi suatu bencana menguingat kehidupan di bumi ini terdapat banyak sekali unsur salah satunya adalah alam dan manusia

(9)

yang saling bergantung satu sama lainnya. Maka harus melindungi alam sebagai ciptaan-Nya.

2.1.3.1 Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Jacobson dan bergman (1980), meliputi: 1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori

2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, seerta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya

3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam

4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja

5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif Dari uraian diatas maka dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasar pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA sehingga IPA bersifat subjektif bukan kebenaran yang bersifat objektif

2.1.3.2 Ruang lingkup bahan kajian IPA

Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya

2.1.3.3 Tujuan pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006), sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

(10)

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamn konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, tekhnologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pembelajaran ke SMP

Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis peran serta alam dalam kehidupan manusia. Siswa melalui fenomena alam yang terjadi diharapkan dapat menghargai alam dan menjaga alam agar alam tetap terjaga

2.1.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 5 semester 2 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas 5 semester 2 berdasarkan kurikulum tingkat satuan dasar yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5 Semester 2 Srandar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya model

(11)

2.1.4 Hubungan antara Hasil Belajar, Model Pembelajaran Group Investigation dan Pembelajaran IPA

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa terdapat faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan gaya belajar siswa. Proses dimana siswa memahami materi pelajaran tergantung bagaimana guru menggunakan model pembelajaran dalam menyampaikan materi. Salah satunya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 siswa secara heterogen. Didalam kelompok investigasi terdapat kegiatan yang harus dilakukan dalam kelompok diantaranya tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi dimana kelompok lain memberikan pertanyaan, sanggahan kepada kelompok penyaji dan peran guru dalam kegiatan pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator. Dari aktivitas siswa seperti ini secara tidak langsung memberikan pengalaman bagi siswa dalam belajar untuk membantu siswa dalam pemahaman materi seperti dalam pembelajaran IPA yang mengutamakan pencapaian produk, proses dan sikap ilmiah.

IPA sebagai proses yaitu siswa memahami konsep dalam memecahkan suatu masalah, IPA sebagai produk yaitu siswa mengembangkan konsep dalam memecahkan masalah dan sikap ilmiah yaitu siswa mempunyai tanggungjawab, rasa ingintahu dalam mempelajari gejala-gejala alam secara sitematis, sama halnya tahap yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menggunakan model Group Investigation yang dilakukan tahap demi tahap dari investigasi masalah sampai penyajian hasil diskusi.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka peneliti lampirkan tiga contoh penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa

(12)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1. Penelitian yang dilakukan oleh sutanto (292010081) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalaui model Pembelajaran Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SD N Gejayan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang Tahun Ajran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model Group Investigation (GI) Pada Materi Gaya, Gerak, dan Energi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek yang diteliti adalah siswa Kelas V Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012. Model PTK yang digunakan dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan observasi, sampai dengan refleksi. Tehnik analisis yang digunakan yakni distribusi frekuensi, mean, skor minimal-maksimal, dan persentase. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation (GI) adapun hasilnya yaitu pada pra siklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58. Sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66 % dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33 %. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66% ,pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Pembelajaran menggunakan model Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V Semester II SD Negeri Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2011/2012.

(13)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Arumsari Dina, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Bunyi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas 4 SD N 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Ajaran 2012/2013”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang bunyi melalui model pembelajaran group investigation siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus yang masing-masing siklusnya diawali dengan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel terpengaruh dan variabel tindakan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik non tes (observasi) dan tes atau evaluasi akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Hal ini nampak pada pembelajaran yang tidak menggunakan model group investigation ketuntasan belajar mencapai 36% yakni 8 dari 22 siswa saja. Setelah pembelajaran menggunakan model group investigation ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 72,73% atau 16 siswa dan siklus II sebesar 100% atau 22 siswa. Persentase ketuntasan belajar yaitu dari prasiklus 8 siswa, siklus I menjadi 16 siswa dan siklus II menjadi 22 siswa dengan presentase 36%, 72,73%, dan menjadi 100%. Pada nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan model group investigation sebesar 62,86, setelah menggunakan model group investigation pada siklus I menjadi 78,40 dan siklus II 85,22. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD N 02 Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Ajaran 2012/ 2013.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto (292009205) Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA

(14)

dengan Menggunakan Model GI pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas 4 Semester 2 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah teknik tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek yang akan digunakan sebagai penelitian adalah seluruh siswa kelas kelas 4 Semester 2 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten Grobogan yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80% dari seluruh siswa kelas 4 telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 60 dan siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai KKM 60. Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM 60 terdapat 15 siswa (53,5%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 13 siswa (46,5%). Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran group investigation terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu terdapat 20 siswa (71%) memenuhi KKM dan 8 siswa (29%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 27 siswa (96%) yang sudah memenuhi KKM dan hanya ada 1 siswa (4%) yang belum memenuhi KKM. Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan indikator pencapaian yang diharapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 80% siswa telah mencapai KKM 60. Disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan pada siswa kelas kelas 4 Semester 2 SD Negeri 03 Karanganyar Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2012/ 2013

(15)

Berdasarkan uraian mengenai tiga contoh kajian penelitian yang relevan diatas terdapat persamaan yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam kenaikan nilai rata-rata kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto menunjukkan pada pra siklus nilai ketuntatasan 33%, siklus 1 nilai ketuntasan 66% dan pada siklus 3 nilai ketuntasan 95%. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Arumsari Dina menunjukkan ketuntasan nilai pra siklus 36%, siklus 1 nilai ketuntasan 72,73%, siklus 2 nilai ketuntasan 100% dan penelitian yang dilakukan oleh sugiyanto menunjukkan nilai ketuntasan pra siklus 53,5%, siklus 1 nilai ketuntasan 71%, siklus 2 nilai ketuntasan 96%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPA

.

2.3.Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diperoleh kerangka pikir bahwa pada kondisi awal pembelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Getasan 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 didominasi oleh guru, guru lebih banyak berceramah dan siswa hanya sebagai pendengar (tidak ada aktivitas siswa). Kondisi ini mengakibatkan siswa merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran IPA dan akibatnya hasil belajar siswa tidak maksimal. Ini terbukti dengan nilaia IPA siswa yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 70. Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Getasan 01 dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan harapan ada peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Getasan 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan siswa merasakan kesenangan dalam proses pembelajaran. Dalam tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terdapat langkah-langkah yang digunakan diantaranya siswa

(16)

dibentuk kelompok secara heterogen yaitu setiap kelompok maksimal beranggotakan 4 sampai 5 siswa kemudian guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus diberikan selanjutnya guru memanggil ketua kelompok untuk membagi materi tugas secara kooperatif dan masing-masing kelompok membahas materi tugas dalam kelompoknya. Setelah selesai masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggota kelompok menyampaikan hasil pembahasannya dan kelompok lain menanggapinya. Untuk meluruskan terjadinya kesalahan konsep pada siswa maka guru mengklarifikasikan hasil kerja kelompok bersama siswa, agar hasil belajar siswa dapat diketahui oleh guru maka dilakukan evaluasi pengambilan nilai siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan kerangka pikir yang disajikan pada gambar berikut ini:

(17)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.4 HipotesisTindakan

Berdasarkan landasan teori serta kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Jika dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA digunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dan berpusat pada guru

Tidak ada aktivitas siswa dan siswa

hanya sebagai pendengar

Hasil belajar siswa tidak maksimal yaitu dibawah KKM < 70

Siswa merasa jenuh dan bosan dalam

pembelajaran

Melakukan tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation 1. Pembentukan kelompok secara heterogen

2. Menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan

3. Memanggil ketua kelompok untuk membagikan tugas secara kooperatif dalam kelompok

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya.

5. Masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.

6. Kelompok memberikan tanggapan

7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.

8. Evaluasi. Evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa

Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenagkan Hasil belajar siswa diatas KKM > 70

Siswa Lebih aktif dalam kegiatan

(18)

Group Investigation, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Getasan 01, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajran 2013/2014”.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

• Pertumbuhan kredit perbankan per September 2018 masih melanjutkan percepatan dari akhir tahun 2017 yaitu sebesar 13,09% yoy. Rasio penyaluran kredit terhadap PDB juga

Sejauh ini program tersebut telah menggunakan banyak indikator kinerja berbasis pada output (hasil) untuk mengevaluasi program, tetapi tidak pernah menggunakan sebuah indeks

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

Sebagai seorang pelajar atau admin aplikasi yang telah terautentikasi, saya ingin mencari komponen yang saya inginkan dalam proses perakitan komputer Mencari Komponen Komputer

[r]

Shari’ah Governance in Islamic Financial Institutions and the Effect of the Central Bank of Malaysia Act 2009, Journal of International Banking Law and Regulation,

Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) Penerapan sistem pembelajaran moving class di SMP Negeri 34 Bandung berdasarkan hasil pengolahan data