• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Perusahaan

Pada awal dekade 90-an, di Indonesia terdapat kebijakan tentang pertelevisian yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian dapat dilihat melalui bertambahnya Badan Pertelevisian di Indonesia, yaitu adanya beberapa stasiun televisi swasta baru. Salah satu badan pertelevisian yang baru tersebut adalah PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

4.1.1 Logo TransTV

Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan

(2)

kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.

4.1.2 Visi TransTV

Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

4.1.3 Misi TransTV

Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

4.2 Gambaran program Reportase Investigasi

Reportase Investigasi adalah program berita yang menyuguhkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi di masyarakat dengan pendekatan langsung dari sumber atau pelaku.

(3)

4.2.1 WILAYAH TEMA

Sisi lain dari sebuah praktek penyimpangan yang belum diketahui masyarakat luas.

Praktek penyimpangan yang sudah lazim di masyarakat, namun dikupas lebih lengkap dan dalam.

Contoh tema liputan yang pernah diangkat antara lain: Consumer`s food, penyimpangan dalam dunia pendidikan, pungli dishub, pungli terminal kedatangan tki, praktek prostitusi, trafficking, pornografi di kalangan anak, dll.

4.2.3 FORMAT TAYANGAN

Dibawakan oleh seorang presenter dengan mengambil lokasi yang sesuai dengan topik yang diangkat, maupun lokasi netral (yang tidak berkaitan sama sekali dengan topik yang diangkat).

Satu episode mengangkat satu tema atau lebih dengan mengutamakan gambar dan cerita yang paling kuat.

4.2.4 WAKTU TAYANG

Setiap hari Sabtu dan minggu, pukul 17.00-17.30 WIB. Ditayangkan mulai sabtu dan minggu sejak awal bulan juni tahun ini.

(4)

4.2.5 DURASI

Durasi 30 menit termasuk commercial break yang terdiri dari 3 segmen dengan pembagian sebagai berikut:

Segmen 1 & 2 full liputan Investigasi Segmen 3 liputan Investigasi plus hard news

4.2.6 TARGET AUDIENCE

Female, SES ABC, 24-55 tahun

4.2.7 ON AIR LOOK

Presenter membawakan lead in atau pengantar bagi paket investigasi dari berbagai lokasi. Bisa berhubungan dengan topik yang diangkat, maupun lokasi netral.

4.2.8 STRUKTUR TIM

Pemimpin Redaksi : Gatot Triyanto

Wakil Pemred : Shanta Curanggana

Produser Eksekutif : Ponco Wijaya

(5)

Asisten Produser : Elisa Oktaviana Teddy Boyoh

4.3 Hasil Penelitian

Objek penelitian ini adalah pada periode 12 Maret 2011. Penelitian ini mengarahkan pada pemberitaan berita ikan asin beracun di TransTV yang berdasarkan data program berita Investigasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa teks atau naskah berita dan gambar (Visual Images).

4.3.1 Konstruksi dengan judul: AWAS Ikan Asin Beracun!

Frame yang dibangun pada episode kasus Ikan Asin Beracun berjudul konstruksi realitas tayangan program berita reportase investigasi di TransTV pada kasus Ikan Asin Beracun periode 12 Maret 2011 adalah:

(6)

Judul ini dibuat bukan tanpa makna, melainkan karena ikan asin yang diperdagangkan sangat berbahaya atau beracun dan terdapat kandungan bahan yang tidak lazim untuk dikonsumsi dalam pangan karena membahayakan kesehatan jika memakannya apalagi sampai mengkonsumsinya. Bahan yang tidak lazim itu adalah bahan kimia berbahaya atau senyawa keras. AWAS! IKAN ASIN BERACUN. Itulah frame (bingkai) yang dibangun pada kasus ini.

Pada perangkat framing (Framing Devices) yang pertama adalah Methaphors. Methaphors adalah sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Methapors yang ditemui disini adalah:

“Ikan asin komunitas yang laris manis dipasaran. Makanan ini terbukti dapat membangkitkan selera makan”.

Disini dapat dijelaskan bahwa, ikan asin adalah makanan yang laku terjual dipasaran. Dari kata Komunitas memiliki arti kelompok atau kumpulan, ini berarti kelompok ikan asin yang sering dibeli atau laku terjual oleh konsumen dibanding makanan lainnya. Karena, kebanyakan orang atau masyarakat suka dengan ikan asin. Kata membangkitkan selera makan pun, memiliki arti bahwa ikan asin dengan rasa yang diciptakannya dapat membangkitkan selera makan seseorang. Dengan

(7)

rasa yang diciptakannya dapat membangkitkan selera makan yang membuat orang tertarik untuk memakannya. Kalimat tersebut juga dilengkapi dengan gambar berikut:

Gambar 4.2

Pada gambar diatas, orang memakan ikan asin dengan lahapnya. Ini membuktikan, bahwa ikan asin adalah makanan yang digemari oleh hampir setiap orang. Dengan cita rasa dari ikan asin mampu membangkitkan selera makan seseorang.

Catchphrasesnya adalah istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, catchphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan, atau semboyan. Catchphrases yang didapatkan adalah terdapat ikan asin mengandung zat kimia berbahaya, yaitu pemutih. Dan pemutih ini mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2. Terdapat pada kalimat berikut:

“Setelah penggunaan formalin dilarang, kini giliran cairan pemutih yang diincar oleh para pelaku kecurangan. zat kimia ini banyak

(8)

dimanfaatkan oknum pengrajin ikan asin agar membuat tampilan ikan terlihat lebih segar, putih, dan tahan lama”.

“Cairan yang digunakan jeki dalam pembuatan ikan asin ternyata hydrogen peroksida atau H2O2”.

Disini telah disebutkan bahwa, ada ikan asin yang terbuat dari bahan kimia berbahaya, yaitu pemutih. Ternyata setelah penggunaan formalin dilarang pemerintah, oknum pengrajin ikan asin memakai pemutih untuk menyiasati dagangannya agar terlihat lebih menarik sehingga lebih cepat diburu oleh para konsumen dan tahan lama. Pemutih ini dapat membuat ikan asin bertahan lebih lama. Kata tahan lama mengartikan awet. Ikan asin bila diberi pemutih, maka ikan asin ini masih akan tetap terlihat bagus meski sudah disimpan dalam hitungan bulan. Jeki adalah nama samaran untuk sang pelaku. Ia yang menjual ikan asin dengan menggunakan pemutih. Pemutih ini pun mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2. Hydrogen Peroksida atau H2O2 adalah senyawa keras yang berbahaya dan tidak lazim untuk dikonsumsi alias cairan ini bukanlah tambahan untuk bahan pangan. Berikut gambar yang ditemui:

(9)

Gambar 4.3

1 2

3

Gambar yang pertama adalah gambar saat menuangkan pemutih yang mengandung bahan kimia berbahayake dalam emberyang telah dibelinya di toko bahan kimia. Gambar yang kedua adalah gambar saat pelaku menuangkan pemutihyang ada didalam ember ke dalam ikan asin yang ia beli ditempat pelelangan ikan. Gambar ini membuktikan bahwa, pelaku benar-benar menaruh pemutih tersebut kedalam ikan asin buatannya. Dan gambar ini diperlihatkan secara jelas dalam tayangan ini. Dan gambar yang ketiga adalah gambar drijen pemutih yang mengandung H2O2 yang telah dituangkannya kedalam ikan asinnya.

(10)

Exemplaar yang mempertautkan bingkai dengan contoh atau uraian yang memperjelas bingkai. Posisinya sebagai pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Exemplaarnya adalah jika ikan asin mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2 itu akan menunjukkan perubahan warna bila ditambahkan larutan senyawa kimia, yaitu KI. Terdapat pada kalimat berikut:

“Ikan asin yang mengandung H2O2 itu menunjukkan perubahan warna

setelah ditambahkan KI, dari putih menjadi coklat. Itu menunjukkan ikan asin tersebut mengandung H2O2”.

Maksud dari kalimat tersebut adalah ikan asin tersebut terbukti benar menggunakan pemutih yang mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2 setelah ditambahkan KI. KI adalah singkatan dari Kalium dan Iodium. KI berwarna bening menyerupai air, ia semacam larutan yang dapat berubah warna jika dicampurkan dengan senyawa lain. Warna dari ikan asin tersebut berubah menjadi coklat. Dengan diberikannya pembuktian seperti ini, dapat menjelaskan dan menguatkan bahwa ikan asin tersebut beracun. Dari sinilah yang dapat mempertautkannya dengan bingkai. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

(11)

Gambar 4.4

1 2 3

4 4 5

Kalimat yang telah dijabarkan sebelumnya adalah petikan wawancara dengan staf peneliti pangan Universitas Pasundan, yaitu Thomas Gozali. Ia menyebutkan bahwa, larutan KI berubah saat ikan asin yang telah ditumbuk dicampur dengan larutan tersebut.

Pada gambar pertama adalah gambar saat wawancara. Dapat dilihat pada gambar kedua, larutan KI tersebut cairan yang bening seperti air. Pada gambar ketiga adalah gambar ikan asin itu ditumbuk dengan menggunakan alat penumbuk yang telah dicampurkan oleh larutan KI. Gambar keempat adalah gambar buret atau tabung pipa yang dipegang dengan tangan kiri, sedangkan ikan asin yang telah ditumbuk ditaruh pada pipet tetes. Dan hasil yang didapat bisa dilihat pada gambar kelima, warna yang didapat dari tes tersebut dengan mencampurkan larutan KI dan ikan asin yang telah ditumbuk, warnanya langsung berubah menjadi coklat. Hasil tes ini

(12)

membuktikan bahwa, ikan asin yang telah diuji positif mengandung H2O2. Gambar-gambar tersebut adalah bukti, bahwa ikan asin tersebut memang mengandung senyawa Hydrogen Peroksida atau H2O2. Exemplar juga ditemui dengan adanya tambahan senyawa keras yang ada didalam ikan asinnya, maka terjadi perbedaan antara ikan asin tanpa pemutih dengan yang menggunakan pemutih. perbandingan ikan asin menggunakan pemutih dengan ikan asin tanpa pemutih, terlihat jelas dari perbedaan warnanya. Mulai dari tekstur warna sisik, hingga tekstur dagingnya. Kalimat yang ditemui seperti berikut:

“Ikan asin menggunakan pemutih akan tampak terlihat putih mencolok dan mengkilap. Ikan asin tanpa pemutih sisiknya berwarna kemerahan, hitam kecoklatan, atau kekuningan. Jika dicuci dan direndam dalam air hangat selama beberapa menit, ikan asin berpemutih dagingnya akan menjadi lembek dan hancur, serta sisiknya luntur. Sementara ikan tanpa pemutih dagingnya tetap keras dan tidak berubah. Dan jika digoreng daging ikan berpemutih lebih mudah hancur dibandingkan ikan tanpa pemutih”.

Dapat dilihat dari kalimat diatas, sangat terlihat jelas perbedaan antara ikan asin berpemutih dengan ikan asin tanpa pemutih. Hal ini yang akan membantu kita untuk lebih berhati-hati dan cermat dalam membeli ikan asin. Walau, tidak semua pedagang ikan asin berbuat curang. Namun, keberadaan ikan asin tetap harus diwaspadai. Dari perbedaan inilah yang menyatakan bahwa, ikan asin dengan menggunakan pemutih itu memang

(13)

ada dan terlihat jelas dari perbedaan yang ditimbulkan. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat juga dengan gambar berikut ini:

Gambar 4.5

1 2 3

Pada gambar pertama, ikan asin yang direndam dalam mangkuk adalah ikan asin tanpa pemutih. Ikan asin ini tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Ikan asinnya tetap utuh, warna sisiknya pun tidak luntur dan tekstur dagingnya tidak hancur. Berbeda dengan gambar yang kedua, gambar ini adalah ikan asin yang menggunakan pemutih. Dengan adanya serpihan daging yang jatuh dalam air hangat didalam mangkuk dan jika dipegang membuat warna sisiknya luntur dan tekstur dagingnya lembek serta mudah hancur. Gambar ketiga, gambar saat ikan asin telah digoreng. Terlihat jelas pada gambar yang ketiga ini, tekstur daging pada ikan asin tanpa pemutih tetap padat dan tidak hancur. Lihat gambar pada sisi kiri atas. Berbeda dengan ikan asin menggunakan pemutih yang dagingnya hancur dan menipis. Terdapat di sisi kanan bawah pada gambar. Dari ketiga gambar tersebut jelas membuktikan perbedaan antara ikan asin menggunakan

(14)

pemutih dengan ikan asin yang tanpa pemutih, dilihat dari warna sisiknya serta tekstur dagingnya. Tentu saja, ikan asin yang menggunakan pemutih sangat berbahaya dan dapat meracuni kesehatan tubuh kita. Ikan asin ini adalah ikan asin beracun dengan kandungan bahan kimia berbahaya yang terdapat didalamnya. Gambar ini yang akan memudahkan kita dalam mengenali ikan asin yang baik untuk dikonsumsi dan yang tidak.

Depictions yang merupakan perwujudan dari penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depictions ini umumnya berupa kosakata. Leksikon untuk melabeli sesuatu. Seperti pada kalimat berikut:

“Tak semua ikan asin yang beredar dipasaran aman dikonsumsi”.

Dari penggalan kalimat diatas menunjukkan bahwa, ada ikan asin yang tidak layak konsumsi alias mengandung bahan tambahan non pangan. Pasalnya, ikan asin yang tidak layak konsumsi karena mengandung pemutih yang terdapat kandungan Hydrogen Peroksida atau H2O2. Hydrogen Peroksida atau H2O2 merupakan senyawa keras atau bahan kimia berbahaya. Ini patut kita waspadai dan juga cermati. Walau tidak semua ikan asin mengandung bahan tambahan non pangan, tetapi tetap saja keberadaan ikan asin harus diwaspadai.

Perangkat Framing yang terakhir, Visual images yang mendukung bingkai secara keseluruhan mewujud dalam:

(15)

1. Gambar ikan asin pada judul atau bingkai, yang mencitrakan bahwa ada sesuatu yang salah pada ikan asinnya dan terlihat dari warna ikan asinnya yang berwarna putih pada gambar.

2. Gambar saat pelaku memberi pemutih pada ikan asinnya, menunjukkan realitas dari bingkai. Membenarkan keberadaan ikan asin yang menggunakan pemutih.

3. Gambar saat ikan asin di uji laboratorium, memberikan pembuktian berdasarkan tes yang dilakukan.

4. Gambar perbedaan ikan asin yang diberi pemutih dan tanpa pemutih, memperjelas dalam membedakan ikan asin yang layak dikonsumsi dengan yang tidak agar tidak terjebak dalam membelinya.

5. Gambar petikan wawancara dengan para pelaku, memperjelas bahwa ikan asin beracun tersebut memang dibuat dan diperdagangkan.

6. Gambar saat cairan Hydrogen Peroksida atau H2O2 diuji sederhana ke

tanah, memperlihatkan seberapa bahayanyakah cairan tersebut untuk lebih mempengaruhi.

Berikut adalah tabel untuk memudahkan kita dalam memaknai keseluruhan gambar yang mendukung bingkai yang telah ada pada berikut ini:

(16)

Tabel 4.1

Visual Images Penjelasan

Awas! Ikan asin beracun

Inilah frame yang tepat untuk kasus ikan asin yang menggunakan pemutih. Gambar ini memberikan label atau pencitraan bahwa, ada ikan asin yang beracun. Artinya, ada bahan yang berbahaya didalam ikan asin tersebut dan membahayakan kesehatan tubuh kita bagi yang mengkonsumsinya.

Gambar ini membuktikan bahwa, ikan asin tersebut diberi sebuah cairan. Ikan asin tersebut tidak steril dan telah terkontaminasi dengan bahan lain. Cairan ini adalah pemutih. Pelaku memberinya pemutih, agar ikan asinnya tampak lebih putih, segar, dan disenangi orang. Terlihat pada gambar, pelaku menuangkan pemutih yang ada dalam ember kemudian mencampurkannya kedalam ikan asinnya yang ada dibak hitam. Namun, pemutih ini ternyata mengandung senyawa keras atau bahan kimia berbahaya. Bahan kimia berbahaya itu adalah Hydrogen Peroksida atau H2O2.

Dapat dilihat dari pada gambar, gambar ini diambil saat ikan asin yang menggunakan pemutih tersebut diuji kelayakannya di laboratorium penelitian pangan Universitas Pasundan. Gambar ini membuktikan bahwa, ikan asin tersebut benar-benar menganndung Hydrogen Peroksida atau H2O2 yang

(17)

telah diuji secara klinis untuk lebih menegaskan realitas yang ada. Bukti laboratorium ini telah membuktikan, ikan asin tersebut mengandung bahan kimia berbahaya.

Ini adalah gambar yang menggambarkan perbedaan antara ikan asin tanpa pemutih dengan ikan asin yang menggunakan pemutih. Hal inilah yang dapat membedakan antara ikan asin tanpa pemutih dengan ikan asin yang menggunakan pemutih. Gambar ini memperjelas bahwa, ikan asin yang menggunakan pemutih dapat diketahui dari tekstur warnanya dan membuat kita agar tidak terjebak dalam membeli ikan asin.

Gambar disamping ini adalah gambar petikan wawancara dengan pengrajin ikan asin, ia bernama Jeki (nama samaran). Dari gambar tersebut, terdapat teks apa yang ia katakan pada gambar itu serta identitasnya. Gambar ini diambil dengan menyamarkan wajah dan juga suara. Bisa dilihat dari bentuk hitam yang menyerupai kepala orang tersebut.

Kemudian, gambar yang kedua adalah gambar saat mewawancarai Jarwo (nama samaran) selaku pengurus kelompok produsen ikan asin. Gambar yang diambil sama dengan gambar yang diatas.

Kedua gambar ini memperjelas dan memperkuat realitas yang ada bahwa, ikan asin yang menggunakan pemutih itu memang dibuat oleh mereka sendiri dan diperdagangkan.

(18)

Gambar disamping adalah gambar saat cairan pemutih itu disiramkan ke tanah. Cairan yang seperti inilah yang terkandung dalam ikan asin yang menggunakan pemutih itu. Gambar ini dapat lebih mempengaruhi khalayak dengan uji sederhana yang dilakukan. Memperlihatkan seberapa bahayanyakah cairan tersebut, agar menimbulkan rasa kewaspadaan.

Selanjutnya, Reasoning Devices atau perangkat penalaran pertama. Perangkat penalaran yang pertama adalah Roots, yang mengindikasikan hubungan kausalitas.

“ya, itu permintaan pasar saja. Jadi kalau ikannya lebih putih, lebih bagus. Ikannya lebih disenangi orang. Lebih cepat laku”.

Kalimat tersebut adalah petikan wawancara tim liputan investigasi dengan pengrajin ikan asin yang bernama Jeki. Ia mengaku bahwa, ia melakukan kecurangan seperti ini karena permintaan pasar atau pengepul serta konsumen. Dan ternyata konsumen lebih memilih ikan yang lebih putih bersih dan mencolok tanpa tahu kandungan bahan didalamnya. Ketidaktahuan atau kurangnya informasi mengenai ikan asin berpemutih membuat konsumen lebih memilih ikan asin seperti itu, menurutnya ikan asin yang berpenampilan lebih putih bersih, lebih bagus dibanding ikan asin

(19)

yang asli, yang warnanya kemerahan, hitam kecoklatan, atau kekuningan. Hal inilah yang menyebabkan para pedagang ikan asin menggunakan pemutih dan juga sangat menguntungkan para pedagang, selain ikan asin yang lebih putih bersih cepat laku dipasaran. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 4.6

Ini adalah gambar saat Jeki atau pelaku kecurangan dalam membuat ikan asin diwawancarai oleh tim liputan investigasi. Dari gambar tersebut terdapat teks apa yang ia katakan dan juga identitasnya. Gambar tersebut dengan menyamarkan wajah, nama, dan juga suara. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang mengenalinya dan untuk menjaga privasinya sebagai seorang produsen atau pengrajin ikan asin. Terlihat ada warna hitam yang menyerupai kepala orang dari gambar tersebut. Kemudian, kalimat kedua juga terdapat pada:

(20)

“untuk membuat ikan asin memakai bahan kimia semakin dianggap biasa. Jadi tidak ada istilah rasa ketakutan. Ya sudah dianggap biasa saja di masyarakat pengolah ikan asin”.

Ini adalah petikan wawancara dari salah seorang pengurus kelompok produsen ikan asin, yaitu Jarwo. Menurutnya dan menurut pengolah ikan asin lainnya dalam membuat ikan asin dengan menggunakan pemutih adalah masalah yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Mereka hanya tahu dagangan mereka laris manis di pasaran tanpa tahu dampak dari pemutih yang mereka gunakan. Tidak ada rasa takut yang menghantui mereka, jika suatu saat ada yang mengeluh masalah ikan asinnya. Karena, selama ini tidak ada yang mengeluh mengenai ikan asinnya. Kalimat tersebut juga disertai gambar, lihat gambar dibawah ini

Gambar 4.7

Gambar diatas adalah petikan wawancara tim liputan investigasi dengan Jarwo, salah seorang pengurus kelompok produsen ikan asin. Gambar ini juga menyamarkan wajah, nama, serta suara. Terlihat juga warna hitam sebelah kiri menyerupai kepala orang. Pada gambar ini juga terdapat teks

(21)

dan identitasnya untuk menjaga privasinya maka tim liputan melakukan hal seperti ini. Kemudian kalimat terakhir yang ditemui pada Roots adalah:

“Kalau kita dilaboratorium praktek, kita harus menggunakan jastop dan sarung tangan. Kalau kena kulitpun menyebabkan iritasi, ada pengelupasan. Kalau misalkan tertelan itu pada tenggorokan akan iritasi”.

Ini adalah petikan wawancara tim liputan dengan Thomas Gozali selaku staf peneliti pangan Universitas Pasundan mengemukakan bahwa, jika kita praktek dengan bahan-bahan kimia berbahaya atau senyawa keras seperti Hydrogen Peroksida (H2O2). Kita harus memakai jastop dan pelindung kulit, seperti sarung tangan. Sarung tangan berguna untuk melindungi kulit agar tidak terjadi iritasi atau pengelupasan. Ini membuktikan Hydrogen Peroksida (H2O2) benar-benar senyawa keras berbahaya, karena kulit kita tidak bisa tersentuh sedikitpun dengan senyawa keras ini. Apalagi jika tertelan pada tenggorokan maka akan terjadi iritasi juga. Itu hanyalah dampak sebagian kecil dari bahan kimia berbahaya tersebut. Jika dikonsumsi secara berlebih, maka akan menimbulkan dampak yang lebih serius. Dibawah ini adalah gambar dari Thomas Gozali selaku staf peneliti pangan Universitas Pasundan:

(22)

Gambar 4.8

Gambar ini diambil dengan biasa, karena sebagai pembuktian dari kasus yang diangkat. Hanya pelaku saja yang gambarnya diambil dengan menyamarkan wajah, nama, dan juga suara.

Appeals to principle adalah perangkat penalaran kedua. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral. Appeals to principle yang ditemui disini adalah pada prinsipnya, Hydrogen Peroksida merupakan senyawa keras berbahaya. Ditemukan pada kalimat pertama berikut ini:

“H2O2 atau hydrogen peroksida merupakan senyawa keras dan mudah

bereaksi. Gelembung dan asap langsung terbentuk, begitu cairan H2O2 disiramkan kedalam tanah. Lazimnya H2O2 digunakan sebagai

pembuat deterjen, pemutih tekstil dan kertas, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket”.

Dalam kalimat tersebut menunjukkan bahan kimia berbahaya, yaitu Hydrogen Peroksida atau H2O2 merupakan senyawa keras berbahaya dan mudah bereaksi. Mudah bereaksi disini mengartikan bahwa Hydrogen

(23)

Peroksida atau H2O2 adalah senyawa yang panas dan akan menimbulkan reaksi secara langsung bila disiram. Dengan adanya reaksi gelembung dan asap, meyakinkan kita seberapa bahaya dan panasnya senyawa tersebut saat disiramkan kedalam tanah. Ini adalah reaksi yang ditimbulkan dari senyawa keras Hydrogen Peroksida atau H2O2. Dan juga seharusnya cairan ini tidak dilazimkan untuk tambahan pangan. Karena seharusnya cairan bahan kimia ini digunakan untuk pembuat bahan deterjen, pemutih tekstil dan kertas, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket, dan hal lainnya. Lihat gambar dibawah ini:

Gambar 4.9

1 2 3

4 5

Gambar-gambar diatas adalah pembuktian dari kalimat yang telah tertera pada halaman sebelumnya. Pada gambar pertama, cairan pemutih yang

(24)

mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2 ke tanah langsung menimbulkan reaksi gelembung saat cairan itu dituangkan dan dilanjutkan pada gambar yang kedua, setelah dituangkan dan bergelembung ternyata cairan pemutih itu juga berasap. Ini membuktikan, jika pemutih tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yaitu Hydrogen Peroksida atau H2O2. Karena, pada sesungguhnya Hydrogen Peroksida atau H2O2 seharusnya untuk pembuat deterjen, desinpektan, antiseptic, dan juga bahan bakar roket serta bahan-bahan lainnya. Dapat dilihat dari gambar ketiga sampai dengan gambar kelima.

Hal tersebut yang membuat senyawa ini begitu keras dan tidak dibenarkan untuk bahan pangan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Roy Sparringa selaku Deputi Bid. Pengawasan pangan dan bahan berbahaya

“penggunaan Hydrogen Peroksida itu biasanya sebagai desinpektan dalam obat, dalam kosmetik, itupun dalam konstransi tertentu. Jadi dipangan bukan untuk adiktif bahan-bahan pangan itu cukup jelas. Jadi kami tidak memberikan izin penggunaan Hydrogen Peroksida didalam pangan”.

Roy telah mengatakan bahwa, Hydrogen Peroksida atau H2O2 tidak sepatutnya dicampurkan kedalam bahan pangan. Karena, Hydrogen Peroksida atau H2O2 hanya untuk desinpektan, kosmetik, itupun dalam kosntransi tertentu. Kata konstransi disini memberi makna, yaitu takaran. Jadi, dalam pembuatan desinpektan, kosmetik, dan yang lainnya tetap harus menggunakan takaran agar tidak berlebihan dan tetap terjaga kesehatannya..

(25)

Hal ini perlu kita cermati bahwa, Hydrogen Peroksida atau H2O2 adalah senyawa keras berbahaya dan tidak layak untuk dijadikan bahan pangan serta masuk kedalam tubuh. Dan Roy beserta jajarannya, tidak memberikan izin kedalam bahan pangan karena memang terdapat kandungan berbahaya didalamnya. Dari pernyataannyapun terlihat bahwa, pemerintah telah lalai dan tidak tegas dalam memberlakukan larangan mengenai bahan kimia berbahaya tersebut seperti pemutih yang mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2. Berikut gambar wawancaranya:

Gambar 4.10

Gambar ini diambil saat tim liputan investigasi mewawancarai Roy Sparringa, sebagai tambahan bukti mengenai bahan kimia tersebut seharusnya digunakan untuk apa. Dan sangat tidak dibenarkan untuk bahan pangan.

Dan perangkat penalaran terakhir, Consequences adalah efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai. Consequencesnya adalah Hydrogen

(26)

Peroksida atau H2O2 merupakan senyawa keras dan akan memberikan dampak yang serius bagi kesehatan jika masuk kedalam tubuh. Dan kalimatnya ditemukan pada kalimat berikut:

“Jika H2O2 masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan rasa panas

pada kulit, iritasi tenggorokan, saluran pencernaan, hingga kanker”.

Pada kalimat ini dapat diartikan, bahwa senyawa keras seperti Hydrogen Peroksida atau H2O2 jika masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan dampak yang cukup luar biasa serius, misalnya seperti rasa panas pada kulit jika terkena kulit, iritasi tenggorokan dan gangguan saluran pencernaan jika tertelan, bahkan hingga kanker jika bahan kimia ini sudah terakumulasi dalam tubuh dan dikonsumsi secara berlebih. Inilah yang menyebabkan mengapa ikan asin dengan menggunakan pemutih adalah ikan asin beracun, karena efek yang ditimbulkan benar-benar merugikan dan membahayakan kesehatan tubuh kita.

Hal ini patut kita waspadai, karena ikan asin yang kita pikir lebih bagus karena warnanya putih bersih, ternyata mengandunng bahan kimia berbahaya yang akan merusak dan meracuni kesehatan tubuh kita. Ini sudah terbukti dari semua pernyataan yang dikumpulkan dan pengakuan dari para pelaku kecurangan dalam membuat ikan asin dengan menggunakan pemutih ini alias ikan asin beracun. Ikan asin bepemutih atau beracun ini, mungkin

(27)

tidak sering kita jumpai karena tidak semua pengrajin ikan melakukan hal seperti ini. Tapi, kewaspadaan dalam membeli sesuatu atau mengkonsumsinya itu perlu. Untuk itu, selalu berhati-hatilah dalam membeli atau mengkonsumsi sesuatu. Awas! Ikan asin beracun, sepertinya kata ini memang tepat dalam membenarkan ikan asin dengan menggunakan pemutih yang kandungannya terdapat senyawa keras Hydrogen Peroksida atau H2O2 didalamnya. Agar lebih lengkap tersusun, tabel berikut akan membantu kita dalam menjelaskannya.

Tabel 4.2

Framing Gamson dan Modigliani

Frame

AWAS! IKAN ASIN BERACUN

Framing Devices

(Perangkat Framing)

Reasoning Devices

(Perangkat Penalaran)

Methapors

Ikan asin komunitas yang laris manis dipasaran. Makanan ini terbukti dapat membangkitkan selera makan.

Roots

“ya, itu permintaan pasar saja. Jadi kalau ikannya lebih putih, lebih bagus. Ikannya lebih disenangi orang. Lebih cepat laku”.

“untuk membuat ikan asin memakai bahan kimi semakin dianggap biasa. Jadi tidak ada

(28)

istilah ketakutan. Ya sudah dianggap biasa saja di masyarakat pengolah ikan asin”.

“kalau kita di laboratorium praktek, kita harus pakai jastop dan sarung tangan. Kalau kena kulit pun menyebabkan iritasi, ada pengelupasan. Kalau misalkan tertelan itu pada tenggorokan akan iritasi.

Catchphrases

Terdapat ikan asin mengandung zat kimia berbahaya, yaitu pemutih.

Dan pemutih ini mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2.

Appeals to Principle

Pada prinsipnya, Hydrogen Peroksida merupakan senyawa keras berbahaya, lazimnya cairan ini seharusnya digunakan untuk pembuat deterjen, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket, dan yang lainnya.

Dan tidak dibenarkan sama sekali untuk bahan pangan. Karena termasuk senyawa keras berbahaya.

Exemplaar

Jika ikan asin mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2 itu akan menunjukkan perubahan warna bila ditambahkan larutan senyawa kimia, yaitu KI.

Ikan asin berpemutih dengan ikan asin tanpa pemutih, terlihat jelas dari perbedaannya. Mulai dari tekstur warna sisiknya, hingga tekstur dagingnya.

Consequences

Jika Hydrogen Peroksida atau H2O2 masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan rasa panas pada kulit, iritasi tenggorokan, saluran pencernaan, hingga kanker.

(29)

Depictions

Tak semua ikan asin yang beredar dipasaran aman dikonsumsi.

Visual Images

Gambar ikan asin pada judul atau bingkai

Gambar saat pelaku memberi pemutih pada ikan asinnya

Gambar saat ikan asin di uji laboratorium

Gambar perbedaan ikan asin yang diberi pemutih dan tanpa pemutih Gambar petikan wawancara

dengan para pelaku.

Gambar saat cairan Hydrogen Peroksida atau H2O2 diuji sederhana ke tanah.

4.4 Pembahasan

Banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan sosial saat ini membuat kita semakin resah, khawatir, dan membuat kita berpikir negatif terhadap sesuatu atau seseorang. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi membuat hidup semakin tidak aman, apalagi jika penyimpangan itu terjadi didalam makanan yang biasa kita konsumsi. Hal ini cukup ironis, karena saat ini masih ada orang atau pelaku kecurangan yang mampu menghalalkan segala cara untuk keuntungan dirinya sendiri. Ketidaktegasan dan kelalaian pemerintah dalam menangani bahan kimia berbahaya yang diberedarkan secara bebas membuat

(30)

pelaku kecurangan ini melancarkan askinya dalam berbuat curang dan menipu kalangan konsumen.

Pada kasus penyimpangan terhadap makanan ini, TransTV dalam program Reportase Investigasi tanggal 12 Maret 2011 mengangkat kasus ikan asin beracun. Ikan asin beracun merupakan ikan asin yang menggunakan pemutih dan mengandung Hydrogen Peroksida atau H2O2. Yang mana ikan asin memberikan dampak yang cukup merusak kesehatan tubuh jika kita memakannya apalagi sampai mengkonsumsinya. Media melakukan pendekatan langsung dengan narasumber atau pelaku, mengikuti pelaku dalam melakukan aksinya dalam pembuatan ikan asinnya mulai dari membeli ikan asin hingga ikan asin tersebut didistribusikan, media juga melakukan uji laboratorium dan mendapat pernyataan dari seorang ahli pangan serta uji sederhana yang dilakukannya, dan memberikan pernyataan dari seorang yang memberikan larangan cairan tersebut dimasukkan kedalam pangan.

Disini media menonjolkan gambar-gambar tersebut untuk mengangkat realitas dari bingkai yang didapatnya, agar masyarakat dapat memberikan pandangannya sendiri mengenai kasus tersebut. Dan lebih mencitrakan, jika ikan asin tersebut memang tidak layak untuk dikonsumsi sehingga dapat mengangkat jiwa emosional masyarakat dengan tayangan yang ditampilkannya dan membuat pemerintah kehilangan muka, karena ternyata pemerintah tidak tegas dalam memberlakukan larangan bahan kimia berbahaya tersebut seperti pemutih.

(31)

Dengan menampilkan tayangan yang lengkap dan tersaji seperti itu, media mencoba mempengaruhi khalayak, mendidik, menginformasikan serta mengajaknya lebih cermat dalam mengkonsumsi makanan yang layak dikonsumsi agar kesehatan tubuh lebih terjaga.

Media mengkonstruksi kasusnya berdasarkan realita yang ada. Dalam pemberitaan, media juga terlibat dalam pengkonstruksiannya. Media sudah memberikan pemahamannya pada kasus yang diangkat. Karena, fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi.

Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Media menuangkannya kedalam teks dan juga gambar (audio visual). Dari sinilah khalayak dapat mengetahui atau memahami berita ikan asin beracun tersebut. Disini media membingkai dengan caranya sendiri agar lebih mudah dipahami. Media mengangkat kasus tersebut, tentu saja untuk informasi khalayak.

Sudah seharusnya media memberikan point-point penting atau nilai berita pada beritanya. Berita adalah hasil dari konstruksionis sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nila-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana selalu melibatkan nilai-nilai tertentu.

Gambar

Gambar  disamping  ini  adalah  gambar  petikan  wawancara  dengan  pengrajin  ikan  asin,  ia  bernama  Jeki  (nama  samaran)
Gambar  disamping  adalah  gambar  saat  cairan  pemutih  itu  disiramkan  ke  tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peraturan perundang-undangan Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik

Melalui aplikasi whatsapp dengan mengamati benda, peserta didik memeragakan kembali informasi yang disampaikan paparan iklan dari media cetak atau elektronik dengan bantuan

Hasil elektroforesis SDS-PAGE pada crude protein membran spermatozoa Sapi Aberdeen-angus, Sapi Bali dan Sapi Ongole menunjukkan bahwa Sapi Aberdeen- Angus memiliki

Bahan yang telah terbukti dapat meremineralisasi email gigi sudah banyak, tetapi belum ada yang melihat pengaruh dari perendaman larutan isotonik setelah diberikan aplikasi

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal "Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank

Judul Proposal : APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA) SEBAGAI KEMOPREVENSI ALAMIAH TUMOR KULIT PADA MENCIT ALBINO SETELAH DIINDUKSI

Dengan demikian dapat diduga bahwa ekstrak bertingkat kulit buah dan biji durian juga dapat menunjukan aktivitas yang sama terhadap bakteri Gram positif lainnya yang