• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN NON PRODUCT OUTPUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN NON PRODUCT OUTPUT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK DENGAN VALUE

STREAM MAPPING DAN NON PRODUCT OUTPUT

(Studi Kasus di Griya Batik Gres Tenan Laweyan)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh

Yuvita Nur Azizawati

D 600 100 015

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

ANALISIS EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK DENGAN VALUE

STREAM MAPPING DAN NON PRODUCT OUTPUT

(Studi Kasus di Griya Batik Gres Tenan Laweyan)

Yuvita Nur Azizawati,

Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jln. Ahmad Yani, Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271717417 Email : Ayuvitanur@rocketmail.com

ABSTRAK

Batik Gres Tenan adalah UKM di Kampung Batik Laweyan dengan produk fashion batik. Proses produksi sampai order pada Batik Gres Tenan harus bisa meminimalkan product waste. Tujuan dari penelitian ini menemukan dan mengeliminasi (waste) aktivitas non value added activity dengan meningkatkan kemampuan efisiensi Batik Gres Tenan dalam perbaikan sistem produksi, rekomendasi perbaikan area kerja dan penerapan penerapan produksi bersih dari NPO sehingga berniali ekonomis. Manfaat dari penelitian ini meminimalkan aktivitas yang tidak menambah nilai, pemborosan waktu produksi, memperpendek lead time produksi dan memperlancar aliran material dan informasi, menambah nilai pemasaran, produksi bersih dengan pemanfaatan perca.

Sebuah Value Stream dapat didefinisikan sebagai seluruh tindakan (baik yang menambah nilai atau tidak) yang menjelaskan aliran material dan aliran informasi dari produk dipesan hingga siap didistribusikan, disertai dengan waktu siklusnya.

Lead time pemenuhan order 120 baju yaitu 1 minggu. Lead time waktu proses produksi dengan total waktu 9111,8 menit untuk 1 produk. Value Added Activity 48 aktivitas waktu 7494,5 menit (82,25%). Non Value Added Activity 22 aktivitas 1581,60 menit (17,36%). Necessary but Non Value Added 2 aktivitas dengan waktu inspeksi 35,7 menit (0,39%). Perbaikan dengan Process Activity Mapping dalam rangka perbaikan telah mengurangi waktu dari non value added sebesar 63,3 menit atau 4,07% sehingga waktu produksi menjadi 9074,8 menit dari yang sebelumnya 9111,8 menit. Rekomendasi dari PAM dan Efisiensi adalah memanfaatkan limbah perca menjadi tas perca. Tools Quality Filter Mapping diketahui defect terbesat yaitu motif tumpuk sebesar 35% atau 75 titik defect, dan inefisiensi yang menghasilkan NPO dengan besar 7,96%.

Kata Kunci: Value Stream Mapping, Quality Filter Mapping, Non Product Output. Pendahuluan

Batik Gres Tenan adalah salah satu UKM yang berdiri di bawah naungan Forum Pengembangan Kampoeng Batik (FPKBL). Aktivitas proses pewarnaan dasar dan pengeringan yang lama, menyebabkan pemborosan waktu tunggu dan pemborosan gerakan tidak menambah nilai. Untuk itu digunakan penerapan pendekatan lean manufacturing dengan metode VSM dan identifikasi inefisiensi pembuatan produk dengan pemanfaatan limbah padat berupa kain perca. Hasil dari penelitian ini diketahui titik-titik pemborosan, area kerja yang menimbulkan gangguan atau hambatan sehingga dapat diminimalisasi dengan melakukan perbaikan agar proses produksi berjalan lancar. Mengurangi product waste, produksi tepat waktu dan meningkatkan potensi daya saing, menambah tingkat efisiensi aktivitas kerja operator, memanfaatkan limbah padat yang bisa dimanfaatkan sebagai kerajinan.

(5)

Landasan Teori Konsep Dasar Lean

Hines dan Taylor (2000) menjelaskan Lean manufacturing merupakan metode yang ideal untuk mengoptimalkan performansi dari sistem dan proses produksi karena mampu mengidentifikasi, mengukur, menganalisa dan mencari solusi perbaikan atau peningkatan performansi secara komprehensif. Pendekatan lean berfokus pada efisiensi tanpa mengurangi efektivitas proses diantaranya peningkatan operasi yang value added, mereduksi pemborosan (waste) , dan memenuhi kebutuhan customer.

Value Stream Mapping

Value Stream Mapping merupakan sebuah diagram sederhana yang menggambarkan setiap

langkah atau tahapan yang terlibat dalam sebuah aliran material atau informasi yang dibutuhkan dari awal produk dipesan hingga produk tersebut siap didistribusikan (Sarkar, 2008).

Value Stream Mapping Tools (VALSAT)

Menurut Hines dan Rich (1997) VALSAT adalah suatu metodologi dinamis untuk membuat value

stream yang efektif. Terdapat tujuh macam detailed mapping tools diantaranya :

a. Process Activity Mapping (PAM)

b. Supply Chain Respons Matrix (SCRM)

c. Production Variety Funnel (PVF)

d. Quality Filter Mapping (QFM)

e. Demand Amplification Mapping (DAM)

f. Decission Point Analysis (DPA)

g. Physical Structure ( PS )

Big Picture Mapping

Intifada dan Witantyo (2012) menjelaskan Big Picture Mapping menggambarkan sistem produksi (mulai dari cara memesan sampai barang jadi secara keseluruhan) beserta aliran nilai (value

stream) yang terdapat pada perusahaan, sehingga nantinya diperoleh gambaran mengenai aliran

informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifiksaikan dimana terjadinya waste, serta menggambarkan lead time yang dibutuhkan berdasar dari masing-masing karakteristik proses yang terjadi.

Produksi Bersih

Menurut KLH (Kementrian Lingkungan Hidup, 2003) Produksi bersih didefisinikan sebagai starategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa.

Inefisiensi dapat diketahui dengan melakukan Identifikasi adanya inefisiensi pada setiap tahapan proses dengan cara mengukur jumlah penggunaan dan energi, air dan bahan per satuan produk ( Nurdaila, 2006).

Metodologi Penelitian Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Griya Batik Gres tenan , Kampung Batik Laweyan dengan alamat Setono RT 02 RW 2 Laweyan Solo.

Identifikasi Masalah

Dengan identifikasi masalah mempermudah penulis dalam melakuan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data :

A. Data Primer

1. Aliran informasi pemenuhan order produk batik cap berupa baju. 2. Aliran material pemenuhan order produk batik cap berupa baju.

(6)

3. Identifikasi pemborosan (waste)

4. Data waktu proses setiap stasiun kerja dari awal hingga selesai Data aliran proses :

a. Jenis dan macam bahan baku yang dipakai saat proses berlangsung. b. Alat-alat yang digunakan saat proses berlangsung

c. Jarak antar perpindahan material (material handling) d. Jumlah operator setiap stasiun kerja.

e. Dokumentasi dari proses produksi, layout kerja, inefisiensi pada proses produksi B. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari luar atau dari orang lain yang ada hubungannya dengan materi penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari jurnal.

Teknik Pengambilan Data:

1. Tahap identifikasi dan perumusan masalah

Pada tahap ini dilakukan pengenalan pada permasalahan yang dihadapi oleh Batik Gres Tenan. 2. Tahap penetapan tujuan penelitian

Penetapan tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan pada tahap identifikasi masalah.

3. Studi lapangan

Dilakukan untuk mendapatkan informasi selengkapnya mengenai keseluruhan gambaran sistem & proses produksi aktual.

4. Studi literatur

Dilakukan untuk mencari berbagai informasi dan metode-metode pemecahan masalah yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini.

5. Pengumpulan Data

A. Data Primer : Observasi, wawancara, dokumentasi, kuisioner B. Data Sekunder : mengacu pada penelitian yang telah dilakukkan 6. Pembuatan Big Picture Mapping (BPM)

BPM menggambarkan interaksi antar elemen yang terdapat pada aliran tersebut. 7. Identifikasi pemborosan (waste) dengan Waste Workshop

Metode kuantitatif dengan menggunakan kuisioner dengan tujuan mendapatkan kerangka beserta bobot pemborosan yang terjadi

8. Pemilihan mapping tool dengan VALSAT

Pemilihan dilakukan dengan menggunakan tabel VALSAT (Value Stream Mapping Tools). 9. Identifikasi Inefisiensi pada setiap tahap produksi

Mengetahui setiap tahapan proses produksi terdapat kemungkinan inefisiensi atau tidak dalam penggunaan energi, air dan bahan (bahan baku dan bahan tambahan atau bahan penolong), mengetahui besarnya jumlah NPO (Non Product Output)

10. Analisis Inefisiensi Setiap Tahap Produksi berupa NPO (Non Product Ootput) dan Analisis

Input-Output

11. Rancangan Future State Value Stream Mapping

Berikutnya akan dilakukan mapping secara detail terhadap pemborosan dengan menggunakan

tool yang telah ditentukan

12. Analisa Pemborosan dan Penyebab Pemborosan

dilakukan analisa dan evaluasi terhadap Future State Value Stream Mapiing yang telah dibuat 13. Pembuatan Alternatif Solusi

Setelah terbentuk alternatif solusi, kemudian juga dilakukan evaluasi terhadap masing-masing solusi dari rancangan perbaikan yang dilakukan dan menghitung penghematan yang terjadi 14. Penarikan kesimpulan dan saran

dilakukan penarikan kesimpulan atas keseluruhan hasil yang diperoleh dari langkah-langkah penelitian yang dilakukan.

(7)

Hasil Dan Pembahasan

a. Aliran informasi pemenuhan order batik cabut dari pemesanan hingga siap didistribusikan dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

ALIRAN INFORMASI PEMENUHAN ORDER BATIK CABUT “BATIK GRES TENAN”

Accounting Production Logistic Operator

Mulai

Costumer Owner

Pemesanan langsung ke Batik Gres Tenan

Dengan ketentuan menginformasikan mengeai : 1. Jenis batik ( jenis kain : kain katun, sutera, santung) 2. Model batik yang dipesan (bakal seragam, bakal kain, bakal sergam organisasi, atau baju yang sudah jadi 3. Jumlah yang dipesan dan waktu penyelesaian permintaan

Menerima order dari konsumen secara langsung di Batik Gres Tenan

Membuat rekapan permintaan dari setiap order yang diterima dan yang akan dibuat, dan mengatur pengeluaran untuk pembelian bahan

baku

Menginformasikan jumlah operator yang akan di minta untuk menyelesaikan

permintaan -mengontrol jalannya proses produksi dari awal-akhir

Memilih bahan baku apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permintaan yang

diorder

Menerima koordinasi dari pemilik mengenai proyek yang akan

dikerjakan

Siap

Membuat sesuai dengan apa yang diinformasikan dan

dikoordinasikan Marketing

Menginformasikan bahwa pesanan yang diorder telah selesai dibuat dan siap dipasarkan. Pesanan bisa diantarkan

atau diambil sendiri ke konsumen

Warehouse

- Menyimpan pesanan yang belum didistribusikan - Menyimpan bahan baku

Selesai 1 2 4 5 3 / 6 8 7 9 Menerima koordinasi dari pemilik mengenai proyek yang akan

dikerjakan dan menyesuaikan kebutuhan bahan baku, penempatan bahan baku Mengambil pesanan Administrasi Menyelesaikan pembayaran - Mencatat hasil pembayaran pelunasan dari setiap

order konsumen - Merekap pendapatan,

keuntungan dan kerugian dari setiap

order 10

11

Gambar 4.1 Aliran Informasi Pemenuhan Order Batik Cabut b. Aliran material pemenuhan order batik cabut

Pengamatan aliran material berguna untuk mengambarkan keseluruhan aliran proses material

handling dari supplier sampai produk jadi yang diterima oleh konsumen. Secara garis besar aliran

materialnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Kain Katun Pengukuran dan pemotongan kain Penjemuran Pengadukan obat dan printing Penjemuran Waterglass Pencucian Pembilasan Perebusan/ pelorotan Perendaman Penjemuran Penyimpanan Pewarnaan RINGKASAN JUMLAH 18 1 1 TOTAL SIMBOL WAKTU (Menit) Grounding O-1 1-1 Pencucian Penjemuran 20' 60' 720' 365' 720' 120' 30' 720' 30' 30' 720' 120' 720' 30' 20' 20 Pengangkatan dan Pemeriksaan Pemotongan kain Pembuatan Pola Penyesuaian motif sesuai pesanan Penjahitan 45' 20' 30' 40' 2880' O-10 O-18 O-12 O-19 O-17 O-11 O-16 O-15 O-14 O-13 4780' 7420' O-8 O-7 O-6 O-5 O-4 O-3 O-2 O-9

(8)

c. Identifikasi Waste

Tabel 4.1 Hasil Waste Workshop

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui tentang pemborosan terbesar yang terjadi di Batik Gres Tenan, informasi ini didapatkan dari kuisioner dengan proses wawancara. Waste terbesar adalah

inapproprite process.

d. Value Stream Analysis Tools (VALSAT)

Tabel 4.2 Value Stream Analysis Tool (VALSAT)

Dari tabel 4.2 hasil Waste workshop kemudian Data yang diperoleh dari hasil waste workshop tersebut kemudian digunakan untuk pemilihan tool yang dianggap paling representatif untuk mengidentifikasi waste yang terjadi pada proses produksi pembuatan batik cap. Yang terpilih adalah PAM dan QFM.

e. Analisis Pemborosan dengan tool Process Activity Mapping (PAM)

Analisa pemborosan berdasarkan pemetaan dengan menggunakan PAM( Process Activity

Mapping), dapat diketahui bahwa dalam proses pembuatan baju batik cap cabut memiliki beberapa

kondisi operasional yaitu: value adding activity, non value adding activity, serta necessary non

value adding activity.

Tabel 4.6 Rekapitulasi PAM

Operation Transport Inspection Storage Delay total

jumlah aktivitas 48 14 2 3 5 72

Prosentase (%) 66,67 19,44 2,78 4,17 6,94 100

Berdasarkan Rekapitulasi PAM pada tabel 4.6, untuk proses pembuatan 1 produk baju batik cap cabut yang masih berupa kain/bahan membutuhkan 72 aktivitas operator.

(9)

Tabel 4.7 Waktu masing-masing tipe kegiatan

Operation Transport Inspetion Storage Delay total

waktu (menit) 7494,5 81,6 35,7 1447,2 52,8 9111,8

Prosentase (%) 82,25 0,90 0,39 15,88 0,58 100

Dengan total waktu 9111,8 menit, berdasarkan peta tersebut dapat diketahui prosentase dari kegiatan yang termasuk value adding activity, ataupun non value adding activity. Dari 72 aktivitas terdapat 48 kegiatan yang menghasilkan nilai tambah sedangkan 24 kegiatan sisanya tidak menghasilkan nilai tambah.

f. Berkaitan dengan aktivitas dalam PAM, kemudian diidentifikasi dengan diagram Ishikawa untuk mengetahui penyebab dari waste inapproprite process.

Tabel 4.8 Usulan Perbaikan

No Faktor Penyelesaian Masalah

1

Material: Perlakuan material a. Pengelompokan seluruh material bahan baku dalam satu area b. Perbaikan layout area kerja

2 Manusia: Pengawasan 1. Keahlian 2. Kedisiplinan

a. Pembagian tugas merata b. Pengawasan material handling

c. Waktu menganggur diisi dengan membuat tas perca d. Penyediaan APD

3 Metode : Hasil tidak sesuai 1. Hasil cap cacat 2. Pengerjaan ulang 3. Mengandalkan cuaca

a. Membuat standar produksi yang baik

b. Breafing sebelum proses produksi & kerjasama team c. Ada alternatif lain selain tenaga matahari

d. Ketepatan dan ketelitia dalam Akurasi dan komposisi untuk pengukuran, pemotongan, kesesuaian, pewarnaan 4 Mesin : Manual

1. Proses lama

a. Alat bantu penunjang untuk mesin grounding b. Alat bantu untuk proses printing (jangka ukur)

Pada tabel 4.8 diatas, berdasarkan aktivitas pada PAM, diidentifikasi dengan diagram ishikawa, dan dijelaskan usulan perbaikan dari diagram ishikawa mengenai penyebab dari waste

inapproprite process.

g. Setelah diketahui waste terbesar pertama yaitu inapproprite process, kemudian diidentifikasi dengan Quality Filter Mapping (QFM).

Tabel 4.9 Data Kecacatan Produksi Baju Batik Cabut Periode Juni 2014

Data jenis kecacatan

Bulan juni 2014 Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 jumlah Presentase (%)

Motif tidak rata 12 6 9 7 34 17

Terdapat sisa malam 15 10 6 6 37 18,5

Motif bertumpuk 13 15 18 29 75 37,5

Warna tidak sesuai 12 6 30 6 54 27

total 200 100

Pada tabel 4.9 dijelaskan mengenai data kecacatan produksi baju batik cabut periode bulan Juni 2014, dan besar prosentase dari masing-masing kecacatannya, dan dsapat diketahui rekomendasi perbaikannya.

(10)

M eja P rin tin g Mesin grounding M eja P rin tin g

Tempat obat/ pewarna tekstil Tempat waterglass

SHOWROOM Ruang tamu/ guest room Tempat membatik Tempat gudang bahan jadi & Tempat packing Tempat pelorotan penjemuran plangkan plangkan plangkan plangkan plangkan Tempat pencucian Penjemuran proses grounding plangkan Gudang bahan baku Penjemuran pengeringan Tempat pencucian plangkan dan rakel

h. Setelah perhitungan diatas maka diidentifikasi kemungkinan adanya infisiensi dari setiap tahapan proes produksi dari pemotongan kain, hingga pembuatan baju selesai.

Tabel 4.12 Kehilangan biaya pertahun Batik Gres Tenan

Proses Biaya (pertahun)

a. Proses pemotongan bahan 3.528.000

b. Proses Pewarnaan 29.316.000

c. Proses Printing 15.600.000

d. Biaya penggunaan air dan pengolahan limbah 6.336.000 e. Kehilangan energi gas dan kayu bakar 23.640.000

f. Penggunaaan listrik 711.000

Total kehilangan 79.131.000

Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui kehilangan biaya produksi selama satu tahun untuk penggunaan bahan baku, bahan penolong, energi (air, listrik).

i. Setelah menghitung biaya Kehilangan, dihitung input-outputnya

Biaya produksi untuk membuat baju dari kain cap cabut yaitu sebesar Rp 59.000 didapat dari (Rp 75.000- Rp 16.000). NPO dari Kain cap cabut yang sudah dijadikan baju untuk berat sekitar 30kg atau satu karung besar adalah Rp 36.250. NPO yang berupa waste water dalam satu kali proses produksi menjadi limbah cair yang tidak bisa dimafaatkan kembali untuk mengulang proses yang sama. Oleh sebab ini maka Batik Gres Tenan mengeluarkan biaya retribusi untuk pengelolaan limbah sebesar Rp 528.000, iuran ini digunakan sebagai langkah preventif untuk menjaga kelesatarian sungai tempat pembuangan ahir limbah cair dari selutuh UKM Batik di kampung Laweyan. Persentase NPO terhadap biaya produksi dapat dihitung dari nilai NPO dibagi total biaya produksi dikalikan 100% dengan perhitungan = (804.250-744.940) : 744.940 x 100% = 7,96%. Dari hasil analisis diatas dapat diketahui alternatif untuk peluang produksi \bersih yang mungkin daoat dilakukan oleh Batik Gres Tenan.

j. Rekomendasi Perbaikan dengan PAM (Process Activity Mapping) a. Inspeksi terhadap setiap tahapan proses produksi

b. Penataan penyimpanan pewarana , dan akurasi terhadap komposisi pewarna c. Usulan Layout untuk perpindahan material handling operator

(11)

Dalam gambar 4.8 diatas masih terlihat penataan plangkan yang belum rapi, tempat penjemuran yang masih berantakan, dan belum adanya tempat penampungan untuk pewarna pekat.

steam GBB G BJ penjemuran prin tin g obat prin tin g grounding pelorotan Sh ow roo m Ja hi t waterglass pencucian M em ba tik

Gambar 4.9 Layout Usulan

Dalam perbaikan terhadap layout di Batik Gres Tenan tidak terlalu banyak perubahan yang signifikan, namun dapat dilihat perbedaan pada penataan jemuran, penataan plangkan, sehingga perpindahan material handling operator ldapat ebih baik dari sebelumnya.

k. Analisis

Berdasarkan perubahan layout, kemudian aktivitas dipetakan kembalai dalam PAM usulan. Pada PAM usulan dipetakan kembali dari 72 aktivitas bertambah menjadi 82 aktivitas

Tabel 4.16 Perbandingan Waktu Sebelum dan Sesudah Improvement

Sebelum Sesudah

Total waktu 9111,8 9074,8

Selisih 37

% perubahan 0,408%

Waktu non value adding 1617,3 1554

Selisih 63,3

% perubahan 4,07 %

Tabel 4.16 diatas adalah rekapitulasi berdasarkan PAM usulan yang telah dibuat. Kemudian dihitung selisih waktu lead time dalam penyelesaian pembuatan satu produk, dan seliih perubahan waktu value added beserta prosentasenya.

Tabel 4.17 Jumlah aktivitas Sebelum dan sesudah Improvement

Operation Transportation Inspection Storage Delay Total

Sebelum 48 14 2 3 5 72

(12)

Supplier

Waktu pemilihan material

Jumlah Material

Jenis Material Material Planning Jadwal Produksi Customer Schedule

Lead time

Jenis produk batik cap yang dipesan

Jumlah yang dipesan Customer

Material kain Grounding Grounding Variabels quantity 120 potong 3000 yard Pembilasan Pembilasan Penjemuran Penjemuran Pengecapan Pengecapan Waterglass Waterglass Penjemuran Penjemuran 2 2 4 3 1 3 2 1 4 C/T = 17' 1 Shift C/T = 55' C/T = 710' C/T = 120' C/T = 33' C/T = 705' C/T = 32' C/T = 25' 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 1 Shift 17' 55' 710' 356' 120' 33' 705' 32' 25' 10' 115' 600' 144' 600' 60' 60' 120' 45' Value Added :7761 ' Perminggu

Non Value Added : 7454' 50' Pewarnaan Pewarnaan 710' Perendaman Perendaman Pelorotan Pelorotan packing packing 2 120 potong Pencucian Pencucian 2 Penjemuran Penjemuran Pembilasan Pembilasan 4 1 C/T = 25' C/T = 105' 1 Shift 1 Shift C/T = 710' 1 Shift 105' 25' 710' Penjemuran Penjemuran 4 C/T = 15' 1 Shift 15' 710' 50' 68' 42' 200' 1450' Pemotongan kain Pemotongan kain 2 C/T = 710' 1 Shift C/T = 710' 1 Shift C/T = 356' 1 Shift Inspeksi Inspeksi 2 Potong Potong 2 Motif & Pola Motif & Pola 2 Jahit Jahit 2 C/T = 325' 1 Shift C/T = 13' 1 Shift 540' 1 2880' 1800' 600' C/T = 13' 1 Shift 13' 1 Motif & Pola Motif & Pola 2 Jahit Jahit 1 Perekatan Perekatan 1 Finishing Finishing 1440' Kegiatan pada tabel 4.17 diatas dikelompokkan dengan kategori yaitu: Value Adding Activity sebanyak 61 aktivitas dari aktivitas operation, dengan waktu selama 7520,8 menit atau 82,88%.

Non Value Adding Activity sebanyak 19 aktivitas dari aktivitas transportation, storage dan delay

dengan jumlah waktu selama 1518,3 menit atau sebesar16,73%, Necessary but Non Value Adding sebanyak 2 aktivitas dengan waktu inspeksi selama 35,7 menit atau sebesar 0,39%. Dari keseluruhan aktivitas, aktivitas delay dan storage dapat direduksi. Untuk aktivitas transportation dan inspection tidak mengalami banyak perubahan. Untuk Operation bertambah karena operator mengganti pekerjaan yang tidak menambah nilai dengan mengganti menjadi aktivitas membuat kerajinan kain perca. Transportation bertambah karena lokasi pembuatan baju dan tas berbeda dengan lokasi pembuatan kain cabut, untuk delay dari 5 aktivitas berkurang menjadi 3 karena aktivitas menunggu bisa diminimalkan dengan aktivitas yang menambah nilai. Meskipun tidak banyak perubahan pada aktivitas transportation, storage, dan inspection, namun dapat dilihat perbandingan total waktu sebelum dan sesudah action plan.

Gambar 4.10 Perbandingan Jumlah aktivitas Sebelum dan Sesudah Improvement Dalam tabel 4.16 dan gambar 4.10 terlihat perubahan antara jumlah aktivitas sebelum dan sesudah perbaikan. Waktu produksi menjadi berkurang, dari 9111,8 menit menjadi 9074,8 menit dengan pengurangan waktu per produk sebesar 0,408% tentunya bagi pihak Batik Gres Tenan mengalami penghematan untuk waktu dan biaya operasional produksi. Hal ini akan mempengaruhi lead time dalam pemenuhan order secara keseluruhan sehingga barang yang didistribusikan kepada konsumen tepat waktu.

Gambar 4.11 Future State Value Stream Mapping 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 Sebelum Sesudah

(13)

Setelah mendapatkan analisis dan rekomendasi dari PAM, QFM, dan analisis dari efisiensi mengenai aktivitas produksi di Batik Gres Tenan maka dapat digambarkan Future State Value

Stream Mapping sebagai gambaran sistem produksi berupa aliran informasi dan aliran material

yang lebih ramping dan lebih efisien dimasa mendatang. Sebelumnya telah digambarkan diawal pada gambar 4.3 berupa Big picture mapping berupa gambaran keseluruhan dari proses pemesanan, proses produksi, hingga produk siap didistribusikan. Pada Future State Value Stream

Mapping tidak jauh berbeda, namun terjadi perubahan waktu dan aktivitas produksi yang

bertambah setelah improvement, dapat dilihat pada gambar 4.11. Waktu value adding sebelumnya sebesar 7221 menit bertambah menjadi 7761 menit, sedangkan waktu non value added sebelumnya sebesar 7779 menit berubah menjadi 7454 menit.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan identifikasi mengenai waste yang terjadi di Batik Gres Tenan dari yang terbesar hingga waste terkecil adalah inapproprite processing, defect, waiting, over production,

transportation, unnecessary inventory, unnecessary motion.

2. Dalam meningkatkan efisiensi pemenuhan order baju batik cap cabut diketahui lead time yaitu 1 minggu. Lead time waktu proses produksi dengan total waktu 9111,8 menit untuk 1 produk. Dengan kategori Value Adding Activity sebanyak 48 aktivitas . Non Value Adding Activity 22 aktivitas. Dan sisanya yaitu Necessary but Non Value Adding 2 aktivitas inspeksi.

3. Perbaikan dengan layout membuat penataan area kerja menjadi lebih rapi. Perbaikan dengan

Process Activity Mapping dalam rangka perbaikan telah mengurangi waktu dari non value added sehingga waktu produksi menjadi 9074 menit yang semula 9111,8 menit.

4. Non Product Output (NPO) dari setiap tahapan produksi dari penggunaan bahan baku dan penolong, energy dan air berdasarkan pengamatan diperkirakan sebesar 7,96 %, dengan biaya asumsi selama satu tahun sebesar 79.131.000. Total biaya dengan rincian sebagai berikut: a. Akurasi pemotongan ukuran bahan yang tidak tepat, sehingga menimbulkan Non Product

Output (NPO) berupa kain perca sebesar Rp 3.528.000.

b. Inefisiensi penggunaan zat warna terjadi karena akurasi komposisi pewarna yang kurang tepat seperti pada proses grounding, printing, dan pewarna tambahan sehingga terjadi kesalahan, sehingga harus dilakukan proses ulang, sehingga penggunaan bahan pewarna tidak efisien. Besar biaya Rp 44.916.000.

c. Penggunaan air untuk pewarnaan, perendaman, pencucian, dan pelorotan kain batik serta pembilasan yang volumenya sangat banyak tetapi tidak dikontrol, menyebabkan inefisiensi air dan pemborosan listrik Rp 7.047.000.

d. Sisa pembakaran kayu bakar pada proses oven dan pelorotan dibiarkan membara, sehingga menyebabkan penggunaan kayu bakar tidak efisien, besar biaya Rp 23.640.000.

Dalam usaha untuk menjalankan produksi bersih dengan memanfaatkan limbah padat berupa kain perca, Batik Gres Tenan membuat tas perca dari sisa pemotongan dari pembuatan baju batik cap cabut yang diproduksi.

SARAN

Untuk mengembangkan industri kreatif batik yang efisien dan meningkatkan penerapan produksi bersih, hal yang perlu dilakukan sebaiknya:

1. Perbaikan secara menyeluruh untuk meminimalkan waste sebaiknya melibatkan semua pihak meliputi pemilik dan operator.

2. Penggunaan ke tujuh Value Stream Mapping Tools akan memudahkan bagi penelitian selanjutnya karena akan lebih mudah mengidentifikasi waste.

3. Dalam meningkatkan efisiensi dan meminimalkan inefisiensi yang menghasilkan Non Product

Output, serta dalam penerapan produksi bersih perlu penghematan zat pewarna yag dibutuhkan

selama proses produksi dengan menggunakan ketelitian serta akurasi komposisi agar zat warna bisa dihemat serta limbah cair yang dihasilkan tidak terlalu tinggi untuk kelestarian lingkungan sekitar. Penggunaan air menggunakan flow meter, listrik dipisahkan antara produksi dan rumah tangga, serta kayu bakar dikeluarkan seperlunya agar menekan biaya produksi.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Hines, Peter., dan Rich, Nick. 1997. “The Seven Value Stream Mapping Tools”, International Journal of Operations & production Managemen, Vol.17 N. 1,pp.46 64.

Hines, Peter., dan Taylor, David. 2000. “Going Lean”. Lean Enterprise Research Centre. Cardiff Business School. Cardiff (UK).

Intifada, Goldie Salamah., dan Witantyo. 2012. “Minimasi Waste(Pemborosan) Menggunakan

Value Stream Analysis Tool untuk Meningkatkan Efisiensi Waktu Produksi (Studi Kasus Pt. Barata Indonesia, Gresik)”. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknologi

Industri. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1No. 1. 2012. 1-6. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2003.“Kebijakan Nasional Produksi Bersih”: Jakarta.

Nurdalia , Ida. 2006. “Kajian Dan Analisis Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Kecil

Batik Cap (Studi kasus pada tiga usaha industri kecil batik cap di Pekalongan)”.

Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

Gambar

Gambar 4.1 Aliran Informasi Pemenuhan Order Batik Cabut  b.  Aliran material pemenuhan order batik cabut
Tabel 4.1 Hasil Waste Workshop
Tabel 4.9 Data Kecacatan Produksi Baju Batik Cabut Periode Juni 2014
Gambar 4.8 Layout Aktual
+3

Referensi

Dokumen terkait

An investment is expected to yield abnormal positive returns when its market price is higher than its intrinsic valueA. When market prices accurately reflect all information,

Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti

pemerintah untuk mengetahui oleh penggunaan alat kontrasepsi yang tidak cocok. sehingga tidak banyak menimbulkan masalah kesehatan yang menggangu

 Dipercayai Hukum Kanun Melaka (HKM) atau Undang-undang Melaka yang tertua, lebih tua daripada Undang-undang Laut Melaka dan Undang-undang Pahang. Acuan bagi membuat

C’est pourquoi cette œuvre est, comme l’usage critique de l’image de cinéma, un anachronisme irréductible au présent de la postmodernité : ils témoignent l’un comme

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya

Hasil uji t membuktikan bahwa komitmen, sistem bagi hasil, dan transparansi bepengaruh secara parsial terhadap kepercayaan nasabah, sedangkan keadilan,

Implementasi kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dilakukan oleh Sekretariat Direktorat