• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERENCANAAN EMBUNG TEGALDLIMO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PERENCANAAN EMBUNG TEGALDLIMO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN EMBUNG TEGALDLIMO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

Indah Tri Pujiastuti1, Runi Asmaranto2, Andre Primantyo Hendrawan2

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya e-mail: indah.wre@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Kecamatan Tegaldlimo di Kabupaten Banyuwangi ini memiliki daerah pertanian yang cukup luas, dengan komoditas tanaman utamanya adalah padi. Namun, petani di daerah ini belum maksimal dalam mengelola pertaniannya. Kendala utamanya adalah kurangnya suplay air untuk kebutuhan irigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan sebuah embung yang dapat menampung air ketika musim hujan dan dapat dipergunakan untuk menambah suplay air irigasi.

Tahap awal perencanaan embung ini adalah analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rancangan. Selanjutnya menganalisis terjadinya erosi dan sedimentasi yang mengendap di waduk untuk menentukan tampungan mati dan simulasi tampungan waduk untuk menentukan tampungan efektif. Dari hasil analisis debit banjir rencana selanjutnya digunakan untuk perencanaan konstruksi embung yang meliputi perencanaan dimensi embung. Selanjutnya dilakukan kontrol stabilitas tubuh embung terhadap rembesan dan longsoran. Dan tahap terakhir menganalisis ekonomi embung.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh besarnya volume tampungan mati 3.093,86 m3 dan tampungan efektif sebesar 34.125,17 m3. Area yang dapat diairi embung sebesar 15,5 ha (80%) dan 17,5 ha (50%). Data teknis mengenai dimensi embung didapatkan: tinggi embung 5,8 m; elevasi puncak +19,8; lebar puncak embung 3m; panjang embung 103,09 m; kemiringan hulu 1:3; kemiringan hilir 1:2,5; lebar pelimpah 8m; tinggi pelimpah 4,5 m; elevasi puncak pelimpah +18,5. Hasil analisis ekonomi pada keadaan tanpa biaya pembebasan lahan menghasilkan BCR sebesar 1,82, NPV sebesar Rp. 1.150.699.677dan IRR sebesar 16,41%, keadaan ada biaya pembebasan lahan menghasilkan BCR sebesar 1,06, NPV sebesar Rp. 278.099.677 dan IRR sebesar 7,18%.

Kata kunci: embung, dimensi embung, analisa ekonomi, BCR, NVP, IRR

ABSTRACT

The location of Tegaldlimo in Banyuwangi District has agricultural fields very wide, the main commodity is paddy. Furthermore, the farmers have not been maximal manage agricultural fields. The main reason is water supply problem for cover irrigation. The aim from this study is planning a reservoir that can be used to store water in the rainy season which considered to add water supply in the irrigation fields.

The first step to build reservoir is hydrological analysis. The aim is to determine design flood. After that, erosion and sedimentation are calculated to determine the dead storage of reservoir, and simulation of reservoir storage to determine useful storage of reservoir. From the result, the next stage is planning the dimension physics of a retention basin. After finish, the stabilities of retention basin must be calculated for seepage and sliding problems. The final stage is economic analysis.

The result of this study, the retention basin has volume of dead storage about 3.093,86 m3. The effective storage is 34.125,17 m3. The irrigation area from Tegaldlimo reservoir is 15,5 hectares (80%) and 17,5 hectares (50%). The data of dam physics is obtained as follows: 5,8 m for height; +19,8 for peak elevation; 3 m for width; 103,09 m for length; 1:3 for upstream slope; 1:2,5 for downstream slope; 8 m for width of spillway; 4,5 m for height of spillway; +18,5 for peak elevation of spillway. The first result of economicl analysis condition without land acquisition costs, BCR values obtained 1,82; Rp. 1.150.699.677 for NPV and 16,41% for IRR. The second condition with land acquisition costs obtained 1,06 for BCR; Rp. 278.099.677 for NPV and 7.18% for IRR.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah lumbung padi di daerah Jawa Timur. Pertumbuhan di sektor pertanian di daerah ini di harapkan hasilnya dapat meningkat dari tahun ke tahun. Namun, ketersediaan air irigasi tersebut menjadi permasalahan utama atau masih belum maksimal. Sehingga, potensi pertanian di daerah ini menjadi terhambat.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, diperlukan suatu kajian lebih lanjut dalam hal perencanaan bangunan keairan yang mempunyai fungsi sebagai tampungan atau penyedia air untuk irigasi. Perencanaan pembangunan yang dimaksudkan yaitu dengan merencanakan suatu bangunan embung di wilayah Tegaldlimo.

Maksud dari penelitian ini adalah merencanakan sebuah embung yang secara teknis layak untuk di bangun, sesuai tujuannya untuk mengairi area irigasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain embung Tegaldlimo sebagai penampung air selama musim hujan dan musim kemarau. Sehingga keberadaan embung ini diharapkan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar embung di bidang pertanian khususnya.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Analisa Hidrologi

Analisis hidrologi adalah kegiatan melakukan analisa hidroklimatologi dengan teknis analisa secara kuantitatif yang mengacu pada berbagai metode yang relevan.

a. Analisa Curah Hujan Rancangan Analisa ini digunakan untuk menghitung curah hujan rerata daerah dan maksimum tahunannya.

R R Rn

n

R1 1 2 ... (1) dimana :

R = curah hujan rerata daerah

(mm/hari)

n = jumlah titik pengamatan

R1,R2,..Rn = curah hujan di tiap titik

pengamatan (mm/hari) b. Analisa Frekuensi metode Log

Pearson III

Nilai rerata data dapat di hitung dengan persamaan :

log X = log X + G . Sd (2) dimana :

X = data

G = koefisien Log Pearson III Sd = Standar deviasi data

c. Uji Kesesuaian Distribusi

Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah uji frekuensi Log Perason III dapat deterima secara statistika data atau tidak.

d. Debit Banjir Rancangan Nakayasu Rumus dasar hidrograf satuan Nakayasu adalah : p Q = ) 3 , 0 ( 6 , 3 T T0,3 R A p o  (3) dimana :

Qp = debit puncak banjir (m3/det)

Ro = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu dari permulaan

hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3= waktu yang diperlukan oleh

penurunan debit, dari puncak sampai 30% dari debit puncak A = luas daerah pengaliran sampai

outlet (km2)

e. Debit Banjir Rancangan Rasional Rumus dasar debit rancangan Rasional adalah:

Q = 0,278.C.I.A (4)

Dimana:

Q = Debit banjir rencana (m3/dt) C = Koefisien run off

I = Intensitas maksimum selama waktu kosentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah aliran (km2)

2.2. Analisa Ketersediaan Air Sungai Mengingat pada daerah kajian tidak terdapat data debit aliran untuk melakukan analisa potensi air (debit andalan), maka debit aliran sungai akan

(3)

dihitung menggunakan data hujan dan karakteristik DPS dengan model hujan – limpasan. Model yang akan digunakan, yaitu MOCK.

2.3. Analisa Erosi dan Sedimentasi Analisis erosi dan sedimentasi untuk perencanaan sebuah embung adalah untuk mengetahui besarnya degradasi tanah lereng akibat air hujan yang jatuh di sepanjang daerah pengaliran sampai daerah genangan waduk.

a. Erosi Potensial dan Aktual

Pendugaan besarnya erosi potensial dilakukan dengan menggunakan metode USLE.

Ep = R . K . LS (5)

Sedangan, untuk erosi aktual rumusnya sebagai berikut.

Ea = R . K . LS . CP (6)

dimana :

Ep = erosi potensial (ton/ha)

Ea = erosi aktual (ton/ha)

R = indeks erosivitas limpasan permukaan

K = indeks erodibilitas tanah LS = faktor panjang dan kemiringan

lereng

CP = faktor tanaman / faktor vegetasi penutup tanah

b. Sedimentasi Potensial

Sedimentasi potensial adalah proses pengangkutan sedimen hasil dari proses erosi potensial untuk diendapkan di jaringan irigasi dan lahan persawahan atau tempat-tempat tertentu. Tidak semua sedimen yang dihasilkan erosi aktual menjadi sedimen, dan ini tergantung dari nisbah antara volume sedimen hasil erosi aktual yang mampu mencapai aliran sungai dengan volume sedimen yang bisa diendapkan dari lahan di atasnya (SDR =

Sediment Delivery Ratio). Nilai SDR ini

tergantung dari luas DAS, yang erat hubungannya dengan pola penggunaan lahan dan dapat dirumuskan dalam suatu hubungan fungsional. 2018 , 0 2018 , 0 08683 , 0 ) 50 ( 2 ) 8683 , 0 1 (       A n S A S SDR (7) dimana :

SDR = nisbah pelepasan sedimen, nilainya 0 < SDR < 1

A = luas daerah aliran sungai (ha) S = kemiringan lereng rata-rata

permukaan DAS (%)

n = koefisien kekasaran Manning Pendugaan laju sedimen potensial dihitung dengan persamaan Weischmeier dan Smith, 1958 sebagai berikut :

Spot = Ea x SDR (8)

dimana :

SDR = Sediment Delivery Ratio Spot = sedimentasi potensial

Ea = erosi aktual

2.4. Analisa Neraca Air

Analisis neraca air dalam perencanaan sebuah waduk kali ini di hitung dengan menggunakan metode simulasi waduk. Persamaan yang digunakan adalah kontinuitas tampungan yang memberi hubungan antara masukan, keluaran dan perubahan tampungan. St + 1 = St + Qt – Dt – Et – Lt (9)

I = O ± ΔS (10)

Dengan kendala 0  St + 1  C

dimna :

t = interval waktu yang digunakan St =tampungan waduk pada awal

interval waktu

St+1=tampungan waktu pada akhir

interval waktu

Qt = aliran masuk selama interval waktu

Dt = lepasan air selama interval waktu

Et = evaporasi selama interval waktu

Lt = kehilangan-kehilangan air lain dari

waduk selama interval waktu t, mempunyai harga yang kecil dan dapat diabaikan

C = tampungan aktif (tampungan efektif)

Kapasitas tampungan harus dapat menjamin pasokan air irigasi dengan keandalan pemenuhan 80 %.

2.5. Perencanaan Tubuh embung Dalam hal ini, embung Tegaldlimo direncanakan dengan metode timbunan dengan menggunakan inti atau zonal tegak kedap air.

(4)

a. Tinggi Embung

Tinggi embung adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu embung. Untuk menentukan tinggi embung secara optimal harus memperhatikan tinggi ruang bebas dan tinggi air untuk operasi waduk (Soedibyo, 1993).

Hd = Hk + Hb + Hf + 0,25 (11)

dimana :

Hd = tinggi tubuh embung desain (m)

Hk = tinggi muka air kondisi penuh (m)

Hb = tinggi tampungan banjir (m)

Hf = tinggi jagaan (m)

b. Lebar Mercu Embung

Guna memperoleh lebar minimum mercu embung, biasanya dihitung dengan rumus sebagai berikut (Thomas, 1976) : B = 3,6 . H1/3 – 3 (12) dimana :

B = lebar mercu embung (m) H = tinggi embung (m)

c. Kemiringan Tubuh Embung

Pada tubuh embung urugan mampunyai kemiringan lereng tertentu, untuk merencanakannya, kemiringan tersebuut dapat ditentukan melalui persamaan: hulu FS = . 1,1 . . 1 .     tg m k k m (13) hilir FS = . 1,1 . 1   tg n k k n (14) dimana : hulu

FS = faktor keamanan lereng hulu

hilir

FS = faktor keamanan lereng hilir

m = kemiringan lereng hulu

n = kemiringan lereng hilir

k = koefisien gempa

= sudut geser dalam 2.6. Stabilitas Embung

a. Stabilitas Lereng Metode Fellenius Perhitungan stabilitas lereng metode Fellenius adalah dengan menggunakan pendekatan irisan pada tubuh embung. Dalam perhitungan, digunakan dua perhitungan. Kondisi lereng tanpa gempa dan kondisi gempa. Rumus dasar metode ini sebagai berikut.

SF =

T N l C. .tan (15) SF =

    ) ( tan . ) ( . e e T T U N N l C  (16) dimana : SF = angka keamanan C = nilai kohesi (t/m2) l = lebar per cosinus α N = beban vertikal (t/m)

α = Sudut yang dibentuk pias (o) T = beban tangensial (t/m) Ne = beban vertikal seismis (t/m)

U = tekanan uplift (t/m)

Te = beban tangensial seismis (t/m)

b. Stabilitas Rembesan Casagrande Tubuh embung beserta pondasinya diharuskan mampu menahan gaya-gaya yang ditimbulkan oleh adanya air fitrasi yang mengalir melalui celah-celah butiran tanah pembentuk embung dan pondasi tersebut (Sosrodarsono,1989).

Besarnya debit rembesan dihitung dengan rumus berikut.

Qf = k h L N N p f . . . (17) dimana :

Qf = kapasitas aliran filtrasi

Nf = angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi

Np = angka pembagi dari garis equipotensial K = koefisien filtrasi

H = tinggi tekanan air total (m)

L = panjang melintang tubuh embung (m)

2.7. Analisa Ekonomi

Dalam perencanaan sebuah embung, diperlukan analisa ekonomi yang digunakan untuk menentukan nilai kelayakan dari kegiatan tersebut. Adapun analisa ekonomi meliputi :

1. Benefit Cost Ratio (BCR) 2. Net Present Value (NPV) 3. Internal Rate of Return (IRR) 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Perhitungan hidrologi untuk menentukan besarnya debit banjir rancangan kala ulang 1000 (Q1000). Data

curah hujan yang digunakan diambil dari dua stasiun yaitu stasiun Tegaldlimo dan

(5)

stasiun Grajagan. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan perhitungan parameter statistik dari data tersebut.

Tabel 1.Curah Hujan Maksimum Tahun Curah Hujan

Max (mm) 2005 57,00 2006 67,00 2007 37,50 2008 57,00 2009 63,00 2010 71,00 2011 68,50 2012 63,50 2013 36,00 2014 27,00

Sumber: hasil perhitungan, 2016

3.1. Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan

Dibawah ini adalah rekapitulasi perhitungan debit rancangan metode Nakayasu dan Metode Rasional sesuai dengan kala Ulang yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan dua metode. Hal itu dikarenakan untuk membandingkan keabsahan dari kedua metode tersebut. Namun, akhirnya untuk perhitungan selanjutnya ditetapkan menggunakan metode Nakayasu. Alasan utama nya adalah, metode tersebut lebih komplek dalam memasukkan parameter-parameter DAS Tegaldlimo.

Tabel 2. Debit Banjir Rancangan

Tr Q (m 3 /detik) Nakayasu Rasional 2 5,084 5,041 5 5,600 5,546 10 5,830 5,771 25 6,037 5,973 50 6,147 6,081 100 6,231 6,164 200 6,296 6,227 1000 6,442 6,370

Sumber: hasil perhitungan, 2016

3.2. Ketersediaan Air F.J Mock

Data debit bulanan yang akan dianalisa dari tahun 2005-2014 dengan periode 10 harian. Debit ini nantinya akan dijadikan input untuk simulasi waduk untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Adapun hasil dari perhitungan F.J

Mock disajikan dalam Gambar 1.

Sedangkan untuk nilai kebutuhan irigasi, digunakan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi. Data tersut dianggap mewakili dan dapat menggambarkan kondisi sebenarnya daerah studi.

3.3. Analisa Erosi dan Sedimentasi a. Erosi Aktual (Ea)

Untuk menentukan besarnya erosi aktual pada lahan sekitar DAS diperlukan data penunjang yakni topografi dan kemiringan lahan serta kondisi DAS. Perhitungannya melalui tahap seperti berikut :

Besarnya nilai Ea daerah sawah (0 –

4%) dapat dihitung menggunakan persamaan (6):

Ea = R . K . LS . CP

= 1052,43 . 0,40 . 0,40 . 0,43 = 72,407 ton / ha / th

Dengan luas lahan sebesar 24,89 ha (data), didapatkan :

Ea = 24,89 . 72,407

= 1802,215 ton / th

b. Analisa Sedimen Potensial (Spot) Analisis ini untuk menduga besarnya sedimen yang mengendap pada waduk tiap tahunnya. Untuk itu, harus diketahui terlebih dahulu nilai SDR dengan menggunakan persamaan (7) sebagai berikut : 2018 , 0 2018 , 0 08683 , 0 ) 50 ( 2 ) 8683 , 0 1 (      A n S A S SDR 2018 , 0 2018 , 0 89 , 24 . 08683 , 0 ) 03 , 0 . 50 1 ( 2 ) 89 , 24 . 8683 , 0 1 ( . 1      = 0,155

Berdasarkan persamaan (8) maka nilai sedimentasi potensial, dihitung seperti dibawah ini:

Spot = Ea x SDR

= 1802,215 . 0,155 = 278,642 ton / tahun

(6)

Gambar 1. Hubungan Debit F.J Mock dengan Curah Hujan Dalam Periode 10 Tahun Sumber : hasil perhitungan, 2016

Untuk hasil keseluruhan atau total pada DAS Tegaldlimo (79,8 ha) dapat dilihat pada Tabel 3. Perhitungan Sedimen Potensial Embung Tegaldlimo dibawah ini.

Tabel 3. (Spot) Embung Tegaldlimo

Keterangan Unit Lahan Luas Sedimentasi (ha) Potensial (ton/thn) A Spot Sawah 0 - 4 % 24,89 278,642 Sawah 4 - 8 % 54,25 47,755 Pemukiman 4 - 8 % 0,66 0,255 Total 79,8 326,652

Sumber : hasil perhitungan, 2016 3.4. Kapasitas Tampungan Waduk

Analisis ini menghasilkan suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara elevasi, volume waduk, serta luas genangan pada sekitar daerah perencanaan. Perhitungan selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4. serta digambarkan pada Gambar 2. Lengkung kapasitas dan letak pelimpah embung Tegaldlimo.

Di dalam Gambar 2. juga dapat diketahui besarnya tampungan mati serta tampungan efektif dari embung Tegaldlimo. Selain itu, tinggi dari pelimpah (spillway) juga telah digambarkan.

Tabel 4. Tampungan dan luas genangan Elevasi (m) Luas Genangan (m2) ∆ V (m3) Volume (m3) 14,0 0 0 0 15,0 1.984,95 992,48 992,48 16,0 4.850,53 3.417,74 4.410,22 17,0 9.389,16 7.119,85 11.530,06 18,0 18.588,90 13.989,03 25.519,09 19,0 28.210,88 23.399,89 48.918,98 20,0 35.986,54 32.098,71 81.017,69 Sumber : hasil perhitungan, 2016

3.5. Dimensi Tubuh Embung a. Tinggi embung

Tinggi total embung dihitung dengan menggunakan persamaan (11) sebagai berikut.

Tinggi embung (hd) = hk + hb + hf + 0,25

= 4,5 + 0,55 + 0,5 + 0,25 = 5,8 m

Jadi, tinggi tubuh embung Tegaldlimo adalah 5,8 m dengan elevasi dasar +19,8. b. Lebar embung B = 3,6 . H1/3 – 3 = 3,6 . 5,81/3 – 3 = 3,96 m  4 m c. Kemiringan Lereng sat  = 1,46 ton / m3 sub  = 0,835 ton / m3 k = 0,1  = 30o '  = sub sat

= 835 , 0 46 , 1 = 1,75 ton / m3

(7)

Gambar 2. Lengkung Kapasitas dan Letak Pelimpah Embung Tegaldlimo Sumber : hasil perhitungan, 2016

hulu FS = . 1,1 . . 1 .     tg m k k m 1,1 = tg o m m 30 . . 75 , 1 . 1 , 0 1 75 , 1 . 1 , 0   m = 3 1,1 = tg o n n 30 . . 1 , 0 1 1 , 0   n = 2,5

3.6. Simulasi Waduk Tegaldlimo

Dalam penelitian ini, besarnya tampungan efektif waduk adalah sebesar 34.125,17 m3. Nilai tersebut akan disimulasikan sesuai rumus (10). Sehingga akan didapatkan besarnya luas lahan irigasi dengan keandalan 80% dan 50%.

Dari hasil simulasi, kemampuan embung Tegaldlimo dalam memenuhi kebutuhan irigasi dengan kendalan 80% adalah seluas 15,5 ha (kesuksesan 80,57%). Sedangkan untuk keandalan 50% didapatkan luasan irigasi sebesar 17,5 ha (kesuksesan 80,57%). Kesuksesan disini adalah nilai keberhasilan dari simulasi. Kesuksesan simulasi yang baik berada diatas nilai 80% tingkat keberhasilan.

3.7. Stabilitas Lereng Metode Fellenius Analisis dilakukan dengan menggunakan metode irisan bidang luncur bundar Fellenius, atau dengan menggunakan rumus (15) dan (16) sebagai berikut :

Sebagai contoh kondisi kosong (normal) : A = 3,625 m2 W = A . γ = 3,625 . 1,78 = 6,457 ton / m T = W. sin α = 6,475 . sin -19,15 = -2,118 ton / m N’ = N . tan θ N = W. cos α = 6,457 . cos -19,.15 = 6,100 ton / m N’ = 6,100. tan 36 = 4,432 ton / m C’ = C . l = C .  cos b = 1,059 ton / m2 SF =

T N l C. .tan = 478 , 214 809 , 18 110 , 368  = 1,804 Sehingga, didapat nilai > 1,5; maka dapat dikatakan Aman. Puncak Bendung + 19,80 Q1000 th FWL + 19,05 Puncak Spillway NWL + 18,50 MOL + 16,30 Dead Storage 4.792,77 m3 Effective Storage 29.179,05 m3 Flood Control 7.502,09 m3 Ti n g g i Peli m p a h = 4 ,5 m

(8)

Selanjutnya kondisi kosong (gempa). Wtot = Aw . γsat + Ad . γ = 3,625 . 2,28 + 0,00 . 1,78 = 8,265 ton / m U =Aw. h . l = 1 . 0,463 . 1,059 = 0,490 ton / m Ne = e . W. sin α = 0,1 . 8,265 . sin -19,15 = -0,271 ton / m Te = e . W. cos α = 0,1 . 8,265 . cos -19,15 = 0,781 ton / m SF =

    ) ( tan . ) ( . e e T T U N N l C  = 063 , 257 ) 809 , 18 ( 001 , 480  = 1,940 Sehingga, didapat nilai > 1,5; maka dapat dikatakan Aman untuk kondisi gempa. Tabel 5. Hasil stabilitas lereng

Kondisi Normal > 1,5 Gempa > 1,2 Kosong Hulu 1,804 1,830 FWL Hulu 1,917 1,940 Drawdown Hulu 1,755 1,808 Kosong Hilir 2,326 2,399 FWL Hilir 2,466 2,546

Sumber : hasil perhitungan, 2016

3.8. Stabilitas Terhadap Rembesan (Filtrasi)

Kapasitas aliran filtrasi adalah kapsitas rembesan air yang mengalir ke hilir melauli tubuh dan pondasi embung. Memperkirakan besarnya kapasitas filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi embung yang didasarkan pada jaringan trayektori aliran filtrasi, dapat dihitung dengan rumus (17) :

Nf = 7 , Np = 13 Data lain yang terkait,

H = 5,050 m L = 103,09 m k = 7,0 . 10-6cm/det = 7,0 . 10-8 m/det Qf = k h L N N p f . . . = 13 7 x 7,0.10-8 x 5,050 x 103,09 = 1,0 . 10-6 m3/det = 0,105 m3/hari Gs = 2,59 l = 3,82 m e = 0,905 h = 5,050 – a . sin 21,80 = 4,726 – 4,189 . 0,371 = 3,494 m Maka, i = l h = 82 , 3 494 , 3 = 0,915 ic = e Gs   1 1 = 905 , 0 1 1 59 , 2   = 2,495 Oleh karena i = 0,915 < ic,= 2,495 maka

bendungan aman terhadap bahaya piping.

3.9. Analisa Ekonomi

Adapun analisa ekonomi seperti yang dijelaskan pada landasan teori, serta terdapat dua kondisi yaitu tanpa pembebasan lahan serta adanya pembebasan lahan untuk area embung. Hasil perhitungannya sebagai berikut. 1. Benefit Cost Ratio (BCR)

Metode Benefit Cost Ratio (BCR) pada studi ini menggunakan perbandingan terhadap nilai tahunan pada aspek manfaat yang akan diperoleh dengan nilai tahunan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung dengan adanya investasi tersebut.

2. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan

selisih antara present value dari manfaat dan present value dari biaya. 3. Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat Pengembalian Bunga merupakan tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya bernilai yang sama B-C = 0 atau tingkat suku bunga yang membuat B/C = 1 (Kodoatie,1995:112).

Seluruh hasil analisa ekonomi disajikan dalam Gambar 3. dan 4.

(9)

Gambar 3. Grafik Hubungan Suku Bunga dengan BCR

(tanpa biaya pembebasan lahan) Sumber : hasil perhitungan, 2016

Gambar 4. Grafik Hubungan Suku Bunga dengan BCR (ada biaya pembebasan lahan) Sumber : hasil perhitungan, 2016 4. KESIMPULAN

Dari analisa yang telah dilakukan, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Volume efektif embung Tegaldlimo adalah 34.125,17 m3, dengan luas area layanan irigasi embung Tegaldlimo melalui simulasi keandalan 80% sebesar 15,5 ha, sedangkan untuk keandalan 50% dapat mengairi seluas 17,5 ha.

2. Data teknis mengenai dimensi embung Tegaldlimo adalah sebagai berikut:

Tinggi embung : 5,8 m

Elevasi puncak embung : +19,8

Elevasi dasar embung : +14,0

Lebar puncak embung : 3 m

Kemiringan hulu : 1 : 3

Kemiringan hilir : 1 : 2,5

Panjang embung : 103,09 m

Tinggi pelimpah : 4,5 m

Lebar pelimpah : 8 m

Elevasi puncak pelimpah : +18,5 3. Hasil analisis stabilitas menghasilkan

nilai sebagai berikut:

a) Keamanan terhadap rembesan dan piping

Kapasitas aliran filtrasi : 0,105 m3/hari

Kecepatan rembesan :6,41.10-8 m/det

Kecepatan kritis:

0,0102 m/dt (v<vc aman)

Gradien hyraulic (i) : 0,915

Gradien hyraulic (ic) : 2,495 ( i < ic aman)

b) Keamanan terhadap keruntuhan lereng atau sliding

Hulu (Kondisi Kosong) : Normal (1,804) Aman; Gempa (1,830) Aman

Hulu (Kondisi FWL) : Normal (1,917) Aman; Gempa (1,940) Aman

Hulu (Rapid Drawdown) : Normal (1,755) Aman; Gempa (1,808) Aman

Hilir (Kondisi Kosong) : Normal (2,326) Aman; Gempa (2,399) Aman

Hilir (Kondisi FWL) : Normal (2,466) Aman; Gempa (2,546) Aman

4. Hasil analisis ekonomi embung Tegaldlimo ditinjau dari parameter-parameter kelayakan investasi dengan suku bunga 6,75% adalah sebagai berikut:

Keadaan Tanpa Biaya Pembebasan lahan menghasilkan BCR sebesar 1,82;NPV sebesar Rp. 1.150.699.677,- dan IRR sebesar 16,41%.

Keadaan Ada Biaya Pembebasan lahan menghasilkan BCR sebesar 1,06; NPV sebesar Rp. 278.099.677,- dan IRR sebesar 7,18%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 1994 . Pedoman Kriteria

Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia . SNI.

Anonim.2000. Panduan Penulisan Skripsi. Malang: UPT. Penerbit Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

(10)

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Christady, Hari . 1992 . Mekanika Tanah

I . Erlangga. Jakarta.

Limantara. L.M. 2010 . Hidrologi Praktis . Bandung : Lubuk Agung.

Kasiro, dkk. Pedoman Kriteria Desain

Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia. Bandung: Pusat

Litbang Pengairan Badan Litbang Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum.

Kementerian Pekerjaan Umum, 2012.

Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum.

Bandung

:http://balitbang.pu.go.id/w/wp content/uploads/2012/12/Indeks.pdf (diakses 30 Agustus 2015).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013, 2013. Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta: http://litbang.pu.go.id/sni/index.php/ sni/detail_sni_dl/002392 (diakses 15 September 2015)

Soemarto, CD . 1994 . Hidrologi Teknik . Erlangga. Jakarta.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003 .

Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta:

Paradnya Paramita.

Sosrodarsono, S . 1977 . Bendungan Type

Urugan . PT. Pradnya Paramita .

Jakarta.

Suyanto, Adhie, Trie M. Sunaryo, dan Roestam Sjarief. 2001.

Ekonomi Teknik Proyek Sumber Daya Air. Jakarta: MHI.

Gambar

Tabel 1.Curah Hujan Maksimum   Tahun  Curah Hujan
Gambar 1. Hubungan Debit F.J Mock dengan Curah Hujan Dalam Periode 10 Tahun  Sumber : hasil perhitungan, 2016
Gambar 2. Lengkung Kapasitas dan Letak Pelimpah Embung Tegaldlimo  Sumber : hasil perhitungan, 2016
Gambar 3. Grafik Hubungan Suku      Bunga dengan BCR

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peneliti senam lansia sangat penting sekali di lakukan oleh lansia agar terhindar dari resiko jatuh karena senam lansia ditujukan untuk penguatan daya

(2011) yang menggunakan limbah kulit pisang sebagai salah satu sumber pectin dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan edible film / edible coating yang merupakan

dengan setelah tindakan siklus I mengalami peningkatan sebesar 22,22 % dengan kategori”Rendah” dan antara setelah tindakan siklus I dengan tindakan siklus II

Besarnya tingkat self regulated learning dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penetapan hasil belajar matematika, menyusun strategi yang efektif dalam belajar matematika,

8 Penelitian lain yang dilakukan oleh Diana Aulya tahun 2013, pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jaya Pusat terdapat 24,6% Polisi Lalu Lintas mengalami stres kerja

partisipan, melakukan analisa pada catatan lapangan yang telah. diperoleh dan kemudian menuliskan

Pada SMKN 4 Banda Aceh, Metode yang ditentukan dalam proses pembelajaran adalah metode koperatif dengan model Jigsaw dan pembelajaran berbasis masalah.. Evaluasi

[r]