• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 150

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)

DI UNIT HEMODIALISA RUMAH SAKIT PKU

MUHAMMADIYAH GAMPING

Laras Rima Dhani*, Maria Ulfa, Winny Setyonugroho *Hospital Management Program, Postgraduate Program,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien yang menjalani hemodialisis sangat rentan terhadap infeksi. Tahun 2011 sebanyak 722.000 HAIs terjadi di United States dan 75.000 diantaranya meninggal ketika masa perawatan. Pentingnya suatu sistem pengendalian infeksi di unit hemodialisa. Tujuan: Menganalisis kesesuaian instrumen Infection Control Risk

Assessment yang diterbitkan Centers for Disease Control and Prevention untuk menilai

pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping. Metode: Penelitian menggunakan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif (eksplorasi) dan merupakan penelitian lapangan. Instrumen diadaptasi dari Infection Control Risk Assessment CDC untuk Hemodialisa. Data didapat dengan melakukan telusur dokumen dan pengamatan. Penelitian dilakukan selama Bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping. Hasil: Kesesuaian instrumen dengan RS yaitu Demografi Fasilitas 77.78%, Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur 83.33%, serta unsur yang lain 100%. Risiko infeksi di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping sebesar 71.42%. Kesimpulan: Instrumen ICRA for

Haemodialysis dari CDC dapat digunakan di rumah sakit Indonesia. Risiko infeksi di

Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping adalah rendah/low risk. Penelitian selanjutnya diharapkan melalukan pengujian instrument tidak hanya diujikan pada satu rumah sakit. Agar hasil yang didapatkan lebih baik. Penelitian ini melakukan pengujian validat instrument hanya pada satu rumah sakit.

Kata Kunci— Infection Control Risk Assessment; HAIs; Infeksi; Unit Hemodialisa

©2017 Proceeding Health Architecture. All rights reserved PENDAHULUAN

Latar Belakang

Healthcare Associated Infections

(HAIs) adalah infeksi yang di dapat di rumah sakit baik yang terjadi pada pasien ketika menerima perawatan, petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit maupun pengunjung rumah sakit1. Berdasarkan data yang

dikeluarkan oleh CDC, pada tahun 2011 terdapat sebanyak 722.000 HAIs yang terjadi di United States dan 75.000 diantaranya meninggal ketika masa perawatan1. Saat ini angka kejadian

infeksi nosokomial telah dijadikan salah

satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit 2.

Pasien yang menjalani hemodialisis sangat rentan terhadap infeksi staphylococcus, dengan akses vascular (VA) menjadi porte d'entre'e-utama untuk ini kuman ini3. PGK (Penyakit Ginjal

Kronik) dengan hemodialysis sangat rentan terhadap perkembangan infeksi kesehatan terkait karena beberapa factor termasuk paparan perangkat invasif, imunosupresi, komorbiditas pasien, kurangnya hambatan fisik antara pasien dalam lingkungan hemodialysis rawat jalan, dan sering kontak dengan petugas layanan kesehatan dalam prosedur dan

(2)

Page | 151 perawatan4. Hal ini menunjukkan

pentingnya pengendalian dan pencegahan infeksi pada Instalasi hemodialisa. Dalam pengendalian infeksi CDC mengeluarkan 4 instrumen yang digunakan untuk menilai risiko infeksi, salah satu instrument yang dikeluarkan adalah untuk fasilitas hemodialisa. ICRA adalah suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif dalam peningkatan mutu pelayanan5. Instrumen ICRA yang dikeluarkan CDC harus

disesuaikan dengan standar yang ada di Indonesia agar bisa digunakan. Instrument yang tidak terstandarisasi tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang sebanding dan tidak dapat dipercaya hasilnya6.

Berdasarkan fakta dan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian tentang Infection Control Risk

Assesment di Unit Hemodialisa Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Rumusan Masalah

Bagaimana penilaian pengendalian risiko infeksi di Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping sesuai dengan metode instrument Infection Control Risk

Assessment ICRA yang dikeluarkan dari

CDC?

Bahan dan Cara

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif (eksplorasi). Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) di mana data yang diambil dikumpulkan secara telusur dokumen, wawancara, dan pengamatan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

Subjek penelitian ini adalah Bagian Manajemen Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Kepala beserta para staf di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Objek penelitian ini adalah dokumen dan sarana serta prasarana Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga bulan Oktober 2016.

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini (1) Penetuan Instrumen ICRA yaitu dengan memilih instrumen ICRA for Hemodyalis dari Centers for

Disease Control and Prevention (CDC),

(2) Penerjemahan isntrumen ICRA ke dalam Bahasa Indonesia, (3) Kesesuaian instrumen yaitu melakukan diskusi panel bersama pembimbing dan peneliti ICRA pada unit lain yang berjumlah minimal lima orang untuk mengevaluasi instrumen ICRA yang telah dialih bahasakan, (4) Identifikasi unit sesuai unit (5) Proses penelitian yaitu dengan melakukan telusur dokumen, wawancara, dan pengamatan lapangan. Seluruh proses penelitian menggunakan panduan instrumen ICRA yang terdiri atas penilaian Demografi Fasilitas Infrastruktur dan Program Pengendalian Infeksi, Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi, Keamaan Tenaga Kesehatan, Surveilans dan Pelaporan Penyakit, Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk, Alat Pelindung Diri, Kebersihan Lingkungan, Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Alat Dialisis, Kebersihan Tangan, Kateter dan Peralatan Vaskuler lain, Keamanan Injeksi

(6) Analisis data dengan melakukan

diskusi panel mengenai hasil penelitian yang telah didapat. Diskusi panel dilakukan bersama pemimbing dan peneliti ICRA pada unit lain yang berjumlah minimal lima orang.

(3)

Page | 152 Kategori penilaian hasilnya

dikonversikan dalam bentuk presentase, dimana 76 – 100 % menunjukan resiko rendah (low risk), 51 – 75% menunjukan

resiko sedang (moderate risk), dan presentase ≤50% menunjukkan bahwa resiko tinggi (high risk)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Demografi fasilitas unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping

Nama fasilitas unit hemodialisa. Nama rumah sakit pada penelitian ini adalah RS PKU Muhammadiyah Gamping. Tanggal penilaian 19 Juli sampai 29 Oktober 2016. Jenis penelitian dilakukan secara onsite. Alasan dilakukan penilaian untuk dilakukakan penelitian. Fasilitas kesehatan ini berafiliasi langsung pada rumash sakit. Seluruh kebutuhan unit didapat dari rumah sakit. Fasilitas kesehatan tidak mengacu pada rantai dialisis. Layanan fasilitas kesehatan diberikan pada psien rata-rata usia 26-50 tahun.

Pada penilaian 12 penilaian ICRA for Hemodyalisa di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan data seperti pada tabel berikut :

(4)

Page | 153

Tabel 1 Kesesuaian Instrumen ICRA CDC di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Pada tabel 1 unsur yang dapat dinilai pada instrumen ini sejumlah 74 unsur dengan presentase sebesar 94.6% dapat digunakan untuk menilai unit hemodialisa di unit hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Dari 12 bagian penilaian 2 bagian yang tidak dapat menilai 100%, yaitu pada bagian Demografi Fasilitas dan Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur. Pada bagian Demografi Fasilitas terdapat 9 penilaian dimana 1 penilaian dapat dinilai dengan catatan. Penilaian tersebut terdapat pada penilaian kedua. Pada bagian ID organisasi fasilitas NHSN tidak dapat dinilai karena NHSN (National Healthcare Safety Network)

merupakan jaringan keamanan kesehatan nasional yang ada di Amerika Serikat. Pada pertanyaan nomor 2 ini dapat di ganti dengan pertanyaan nama rumah sakit yang berafiliasi tanpa melihat ID organisasi NHSN.

Pada bagian program pengendalian infeksi dan infrastruktur terdapat 12 penialian.

Terdapat 2 penilaian yang tidak dapat digunakan, yaitu pertanyaan ke 2 dan ke 3. Pertanyaan ke 2 adalah “apakah fasilitas kesehatan berpartisipasi dalam ESRD (End

Stage Renal Disease) Network Healthcare-Associated Infection (HAIs) Quality Improvement Activity (QIA)?” dapat dinilai ya

atau tidak. Di Indonesia organisasi yang dibidang gagal ginjal merupakan organisasi di bidang profesi, dimana terdapat profesi dokter dan perawat. Dibidang dokter terdapat PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) dan dibidang perawat terdapat IPDI (Ikatan Perawat Dialysis). Organisasi tersebut tidak mengatur mengenai HAIs secara nasional di Indonesia. Pada bagian pertanyaan ke 3 mengenai “Apakah fasilitas kesehatan berpartisipasi dalam CDC Dialysis BSI

(Bloodstream Infections) Prevention

Collaborative?”, pertanyaan ini dapat dinilai

namun di rumah sakit tidak menggunakan karena hal ini terkait dengan NHSN.

No. Unsur Penilaian Dapat dinilai Dapat dinilai dengan catatan Tidak Dapat dinilai Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Demografi Fasilitas 8 88.89% 1 11.11% 0 0% 9

2. Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur 10 83.33% 0 0% 2 16.67% 12

3. Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian

Infeksi 4 100% 0 0% 0 0% 4

4. Keamanan Tenaga Kesehatan 7 100% 0 0% 0 0% 7

5. Surveilans dan Pelaporan Penyakit 5 100% 0 0% 0 0% 5

6. Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk 6 100% 0 0% 0 0% 6

7. Alat Pelindung Diri/APD 4 100% 0 0% 0 0% 4

8. Kebersihan Lingkungan 7 100% 0 0% 0 0% 7

9. Penggunaan dan Pemrosesan Ulang

Dializer 7 100% 0 0% 0 0% 7

10. Kebersihan Tangan 2 100% 0 0% 0 0% 2

11. Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya 6 100% 0 0% 0 0% 6

12. Keamanan Injeksi 5 100% 0 0% 0 0% 5

(5)

Page | 154 Tabel 2 Hasil Penilaian Risiko Infeksi Bagian 2 Berupa Progran Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur

No. Unsur Penilaian Jumlah Unsur Penilaian Hasil Penilaian Persentase

1. Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur 10 7 70%

2. Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi 4 4 100%

3. Keamanan Tenaga Kesehatan 7 5 71,43%

4. Surveilans dan Pelaporan Penyakit 5 4 80%

5. Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk 6 5 83,33%

6. Alat Pelindung Diri/APD 4 4 100%

7. Kebersihan Lingkungan 7 5 71.43%

8. Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer 7 6 85,71%

9. Kebersihan Tangan 2 2 100%

10. Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya 6 4 83.33%

11. Keamanan Injeksi 5 4 80%

Total / Persentase 63 50 79.36%

Pada tabel 2 dari 11 penilaian yang tergolong dalam low risk terdapat 6 bagian yaitu bagian Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi, bagian enyakit, bagian Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk, bagian Alat Pelindung Diri/APD, bagian Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer, bagian Kebersihan Tangan, bagian Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya, dan Keamanan Injeksi. Penilaian yang tergolong dalam

moderate risk yaitu bagian Program

Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur, bagian Keamanan Tenaga Kesehatan dan bagian Kebersihan Lingkungan. Secara keseluruhan penilaian didapatkan presentase sebesar 79.36% dengan kategori

low risk.

Bagian 1 Program Pengendalian Infeksi dan Infrastruktur

RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki TIM PPI, yaitu: IPCO, IPCN dan IPCLN yang terlatih dalam pencegahan infeksi yang tersedia secara teratur dalam mengelola program pengendalian. Pelatihan dibidang infeksi yang diberikan fasilitas kesehatan untuk staf adalah pelatihan PPI. Pelatihan PPI dilakukan terutama pada pegawai baru sebelum menangani pasien langsung.

Bagian 2 Pelatihan, Kompetensi dan Audit Pengendalian Infeksi

Fasilitas kesehatan melakukan penilaian kompetensi terhadap kebijakan dan prosedur pencegahan infeksi secara spesifik mencatat/ mendokumentasikan. Namun dilakukan secara tidak berkala. Fasilitas kesehatan melakukan audit secara rutin mengenai pengendalian infeksi dari para tenaga kesehatan, dilakukakan secara berkala kurang lebih dalam kurun waktu 2 minggu.

Bagian 3 Keamanan Tenaga Kesehatan Fasilitas menfasilitasi vaksin hepatitis B pada penerimaan pegawai, namun tidak melakukan vaksin influenza. Vaksin influenza di Indonesia belum banyak dilakukan hal ini sering dikaitkan dengan cost. Pada pedoman merekomendasikan pasien HD untuk vaksin influenza setiap 5 tahun sekali7.

Bagian 4 Surveilans dan Pelaporan Penyakit

Pada bagian ini hal yang menjadi catatan dalah fasilitas kesehatan tidak membagikan hasil surveilans dan pelaporan penyakit pada pelayaan kesehatan pada garis depan. Surveilans harus dilakukan pada setiap pelayanan rumah sakit. Surveilans juga dilakukan setelah pulang dari rumah

(6)

Page | 155 sakit. Selama surveilans data Hais, data yang

perlu dikumpulkan untuk setiap pasien, yaitu data demografi dan klinis, tanggal masuk, riwayat medis, diagnosis utama, tanggal infeksi, dan jenis infeksi8.

Bagian 5 Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk

Pada bian ini hal yang didapat adalah fasilitas kesehatan tidak menyediakan ruang dan serta mendorong orang dengan gejala infeksi pernapasan untuk duduk jauh dari orang lain sejauh mungkin. Penerapan etika batuk sangat diperlukan mengingat masih banyak penderita yang belum menerapkan etika batuk yang baik dan benar, hal ini untuk meminimalkan penularan penyakit TB Paru9.

Bagian 6 Alat Pelindung Diri/APD

Fasilitas kesehatan menyediakan pelatihan pekerjaan tertentu pada nakes untuk memilih dan menggunakan APD sebelum perawatan serta dilakukan secara berkala. Fasilitas kesehatan menyediakan sarung tangan steril maupun tidak steril, baju kerja, pelindung mata, masker wajah.

Bagian 7 Kebersihan Lingkungan

Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk kebersihan dan disinfektan secara rutin pada lingkungan termasuk staf yang bertanggung jawab dengan jelas. Fasilitas menyediakan pelatihan spesifik kepada orang yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan disinfeksi baik sebelum, secara berkala maupun ketika kebijakan/prosedur diganti. Dianjurkan untuk membersihkan dan mendisinfeksi permukaan eksternal dari mesin HD setelah selesai dialisis10.

Bagian 8 Penggunaan dan Pemrosesan Ulang Dializer

Fasilitas kesehatan memiliki kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa dializer dibersihkan dan pemrosesan ulang yang tepat untuk dapat digunakan kembali. Pembersihan mesin hemodialisa dlakukan setiap 1 minggu sekali. Dializer setelah digunakan dalam proses hemodialysis dibersihkan dan

dilakukakn sterilisasi baik menggunakan mesin maupun manual11.

Bagian 9 Kebersihan Tangan

Pemenuhan kebutuhan untuk kepatuhan kebersihan tangan yang direkomendasikan tersedia dan dekat dengan lokasi penggunaan, berupa: gel antiseptik alcohol, bak cuci tangan, sabun, handuk. Fasilitas kesehatan menunjukkan observasi kegiatan kebersihan tangan staf setiap bulan (atau lebih sering). Fasilitas menyediakan umpan balik atas kepatuhan staf klinis berupa apakah proses cuci tangan sudah benar atau belum. Pada pengamatan dilakukan 30 kali mommen cuci tangan, 11 kali tidak melakukan cuci tangan 5 momment. Terdapat penurunan tingkat Hais bila kepatuhan cuci tangan dilakukan12.

Bagian 10 Kateter dan Perawatan Vaskuler Lainnya

Unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping dari 10 perawat 9 perawat memiliki sertifikat pelatihan hemodialisa. Sehingga dalam perawatan kateter dan vaskuler lainnya sudah terlatih. Bagian 11 Kemanan Injeksi

Tidak tersedianya ruang khusus yang dapat digunakan untuk penyimpanan dan persiapan injeksi meskipun area yang digunakan untuk persiapan area bersih namun area tersebut bukan area untuk mempersiapkan injeksi. Pada salah satu rekomendasi yang dikeluarkan CDC dan APC pada pasien HD adalah Persiapan obat harus dilakukan dalam area bersih serta terpisah dengan pasien10.

I.

Kesimpulan

Instrumen Infection Control Risk

Assesment Tools for Hemodialysis yang

dikeluarkan oleh CDC dapat digunakan di Unit Hemodialisa di Rumah Sakit RS PKU Muhammadiyah. Risiko infeksi di Unit Hemodialisa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping adalah resiko rendah (low risk).

(7)

Page | 156 SARAN

1. Instrumen ICRA untuk HD dari CDC dapat diterapkan untuk menilai PPI di unit HD sehingga untuk pengembangan selanjutnya diharapkan untuk diteliti kembali untuk melihat apakah penilaian instrumen ICRA HD dari CDC dapat diterapkan di rumah sakit ditempat lain. 2. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping diharapkan dapat menambah fasilitas yang bertujuan untuk mencegah kejadian infeksi dengan beberapa hal sebagai berikut:

a) Membuat SPO-SPO yang belum ada yang terkait dengan pencegahan infeksi

b) Memberikan edukasi dan pelatihan secara berkala terhadap petugas kesehatan mengenai PPI terutama kebersihan tangan.

c) Mengadakan program yang lebih ketat dalam evaluasi kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri.

KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini hanya menilai realibitasnya pada satu rumah sakit, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat diteliti secara validitas dan tidak tidak diteliti hanya pada satu rumah sakit , sehingga hasil yang didapat dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC C for DC and P. HAI Data and Statistics [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention. 2016 [cited 2006 Jun 20]. Available from: https://www.cdc.gov/hai/surveillance/index. html

2. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika Dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 3. Stefaan J. V., Johan. R. B, & De Vriese.

A.S.(2009) Staphylococcus aureus Infections in Hemodialysis: What a Nephrologist Should Know. Clin J Am Soc Nephrol 4: 1388–1400

4. Guide, A.A., 2010. Guide to the Elimination of Infections in Hemodialysis 5. Lardo, Soroy, Bebet Prasetyo, Dis Bima

Purwaamidjaja, Perkembangan Infeksi, and Rumah Sakit. 2016. “35-64-1-Sm” 43 (3): 215–19.

6. Setyonugroho W, Kennedy KM, Kropmans TJB. Patient Education and Counseling Reliability and validity of OSCE checklists used to assess the communication skills of undergraduate medical students : A systematic review §. Patient Educ Couns [Internet]. 2015; Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.pec.2015.06.004 7. Eleftheriadis, T, V Liakopoulos, K Leivaditis, G Antoniadi, and I Stefanidis. 2011. “Infections in Hemodialysis : A Concise Review - Part 1 : Bacteremia and Respiratory Infections,” 12–17.

8. Flevari, P., Zorou, I., Tsakris, A. and

Saroglou, G., 2013. Surveillance System and Prevalence of Healthcare-Associated Infections in a Maternity Hospital. ISRN Infectious Diseases, 2013.

9. Ema Wardani, Yeni., 2016. Penerapan Etika Batuk Penderita Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Lembeyan Kecamatan Lembeyan dan di Wilayah Kerja

Puskesmas Ngariboyo Kecamatan

Ngariboyo Kabupaten Magetan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammdiyah ponorogo).

10. Karkar, Ayman, Betty Mandin Bouhaha, and Mienalyn Lim Dammang. 2014. “Of Kidney Diseases and Transplantation Review Article Infection Control in Hemodialysis Units : A Quick Access to Essential Elements” 25 (3): 496–519. 11. Dharmeizer. (2012). Naskah Lengkap

Simposium Nasional Peningkatan Pelayanan Penyakit Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Registry. Yogyakarta: Pernefri Wilayah Yogyakarta.

12. Salama, M.F., Jamal, W.Y., Al Mousa, H., Al-AbdulGhani, K.A. and Rotimi, V.O., 2013. The effect of hand hygiene compliance on hospital-acquired infections in an ICU setting in a Kuwaiti teaching hospital. Journal of infection and public health, 6(1), pp.27-34.

Referensi

Dokumen terkait

Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala – gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut.Setelah tanda – tanda itu

Hal tersebut dikarenakan pembelajaran seni tari sangat sarat dengan nilai-nilai moral yang memungkinkan anak untuk mengembangkan kepribadian mereka sesuai dengan nilai dan norma

Di dalam Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Semarang Nomor: 188/Pid.B/2011/PN.Ung, Majelis Hakim telah membuktikan berdasarkan fakta-fakta di persidangan dari alat

Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom semprotkan sperma

Kinerja pegawai dapat ditingkatkan dengan kepemimpinan yang baik dari atasan, motivasi dalam hal ini dalam bentuk penghargaan, instif dan kesempatan karir yang

Kompetensi mahasiswa dalam praktikum kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar sebagian besar baik sejumlah 41 responden (82%). Hasil penelitian ini menunjukkan

Berdasarkan pada permasalahan yang sudah disebutkan di atas, maka dapat dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu: mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa,

Profesi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja di Instansi Pemerintah pada masa sekarang ini diberi nama Aparatur Sipil Negara