• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Hibridisasi Kerapu Macan Dan Kerapu Kertang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK HIBRIDISASI

IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN IKAN KERAPU KERTANG (Epinephelus lanceolatus)

ABSTRAK

Untuk mendukung target produksi budidaya yang diharapkan sampai tahun 2014 adalah sebesar 16,8 juta ton, Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Seiring dengan hal tersebut maka tim perekayasa (divisi induk) Balai Budidaya Laut Batam (BBL Batam) juga melakukan kegiatan serupa. Didukung dengan perairan Kepulauan Riau yang sering ditemukan indukan ikan Kerapu Kertang dan koleksi induk ikan Kerapu Kertang yang sudah mencapai berat 30-70 kg, sehingga memudahkan dalam penyediaan sperma sebagai sumber daya genetik.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mempelajari dan mengetahui perkembang biakan dan teknik kawin silang (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang.

Dalam kegiatan ini teknik pemijahan ikan yang digunakan adalah teknik pemijahan intensif, yaitu pemijahan ikan yang dilakukan dengan diberikan rangsangan hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik pengurutan (stripping).

Induk betina dinyatakan siap memijah ditunjukkan saat pengecekan dengan cara kanulasi terdapat telur yang sudah memisah dan cepat kering apabila diletakkan pada punggung tangan. Tahap berikutnya adalah dilakukan penyuntikan menggunakan hormon HCG dengan dosis 250 IU/kg. Penyuntikan pertama dilakukan pada bagian punggung sebelah kanan. Selang penyuntikan kedua 10-12 jam dilakukan pada bagian punggung sebelah kiri dengan dosis 500 IU/kg. Kemudian induk dimasukkan ke dalam bak fiber 10m³ yang dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur.

Selanjutnya adalah seleksi induk jantan ikan Kerapu Kertang. Minimal berat induk ikan Kerapu Kertang yang diseleksi untuk mendapatkan jantan adalah 40 kg. Setelah seleksi induk jantan, kemudian induk diberikan obat bius (anesthesia) agar induk tenang dan tidak berontak pada saat pengambilan cairan sperma dengan cara pengurutan (stripping). Cairan sperma ikan Kerapu Kertang ditampung dalam suatu wadah, dan tidak boleh bercampur dengan air laut maupun air kencing (urine) dari induk ikan Kerapu Kertang tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin (kulkas).

Pengecekan induk betina ikan Kerapu Macan dimulai pada jam 22.00. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian genitalnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk dilakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750µ-800µ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang. Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom semprotkan sperma ikan Kerapu Kertang dengan dosis satu miiliter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel telur untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau tidak dilakukan pengecekan di bawah mikroskop. Setelah ada kepastian telur dibuahi, maka telur di masukkan ke dalam bak inkubasi yang dilengkapi dengan air mengalir dan aerasi.

Dari satu ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan 3.500.000 butir telur. Pada saat pelaksanaan kegiatan telur benar-benar matang gonad terjadi pada jam 00.00. Kata Kunci : Hibridisasi, Kerapu Macan, Kerapu Kertang

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2011 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan target budidaya sebesar 6.847 juta ton, dan sampai 2014 diharapkan target produksi ikan budidaya berada di posisi 16,8 juta ton, sebagaimana tertulis dalam Rencana Strategis (Renstra KKP 2010-2014).

Sejalan dengan target budidaya tersebut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP memprioritaskan jenis ikan laut, tawar dan payau. Setidaknya ada lima komoditas perikanan budidaya yang dapat didorong dan dipacu pengembangannya yaitu rumput laut, ikan lele, ikan patin, ikan kakap dan ikan kerapu.

Untuk mendukung target tersebut Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dirjen Perikanan Budidaya KKP terus melakukan inovasi teknologi, salah satunya adalah dengan keberhasilan tim perekayasa Balai Budidaya Air Payau Situbondo (BBAP Situbondo) dalam mengkawinsilangkan (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang. Seiring dengan hal tersebut maka tim perekayasa (divisi induk) Balai Budidaya Laut Batam (BBL Batam) juga melakukan kegiatan serupa. Didukung dengan perairan Kepulauan Riau yang sering ditemukan indukan ikan Kerapu Kertang dan koleksi induk ikan Kerapu Kertang yang sudah mencapai berat 30-70 kg, sehingga memudahkan dalam penyediaan sperma sebagai sumber daya genetik.

Berdasarkan informasi yang didapat persilangan antara dua ikan Kerapu ini menghasilkan benih (hibrid) dengan morfologi berupa kombinasi antara ikan Kerapu Kertang dengan ikan Kerapu Macan. Corak warna mirip dengan ikan Kerapu Macan, tetapi loreng atau batikannya lebih tegas dan morfologinya lebih cenderung kearah ikan Kerapu Kertang. Sedangkan pengamatan pertumbuhan sementara, di awal pemeliharaan larva pertumbuhannya hampir sama dengan larva Kerapu Macan, tetapi setelah memasuki pemeliharan tahap pendederan (di atas umur 60 hari) mulai percepatan pertumbuhannya melebihi ikan Kerapu Macan. Selama pemeliharaan di Karamba Jaring Apung (KJA) percepatan pertumbuhan ikan hibrid ini sangat cepat bahkan melebihi kecepatan pertumbuhan ikan Kerapu Macan itu sendiri, dimana selama masa pemeliharaan enam bulan di KJA sudah mencapai berat 800-900 gram.

(3)

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah :

Untuk mempelajari dan mengetahui perkembangbiakan dan teknik kawin silang (hibridisasi) ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang.

C. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari 2011, bertempat di Balai Budidaya Laut Batam, Jembatan III Pulau Setoko Batam.

II. METODOLOGI

A. Bahan Dan Peralatan

Bahan yang diperlukan adalah :

- Induk ikan Kerapu Kertang dengan berat >40kg (koleksi induk BBL Batam). - Induk ikan Kerapu Macan dengan berat > 4kg.

- Hormon HCG.

- Obat bius (anesthesia)

Peralatan yang diperlukan meliputi:

- Bak induk dari bahan fiber (volume 10m³) dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur.

- Bulu Angsa/ayam

- Serok kain dan screen net (serok telur). - Kanulasi/kateter

- Baskom kecil.

- Suntikan 5 ml (injeksi). - Mikroskop.

- Bak inkubasi telur (volume 1m³). - Seperangkat Peralatan Kerja lainnya B. Metode Kerja

1. Persiapan Induk Betina Ikan Kerapu Macan

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan gelap (dark moon), pada saat musim pemijahan ikan Kerapu Macan (di perairan Kepri siklus pemijahan Ikan Kerapu Macan dimulai tanggal 2-4 bulan Hijriah atau penanggalan Jawa). Seleksi induk ikan Kerapu Macan betina yang siap memijah atau matang gonad dengan berat minimal 4 kg. Induk yang siap memijah atau

(4)

matang gonad di cirikan dengan bagian perut yang membuncit, lubang genital (kloaka) bengkak dan memerah. Untuk lebih pasti perlu dilakukan pengecekan dengan menggunakan kanula yang dimasukkan ke dalam lubang genital. Induk betina dinyatakan siap memijah ditunjukkan saat pengecekan dengan cara kanulasi terdapat telur yang sudah memisah atau tidak menggumpal dan relatif besar. Untuk lebih menyakinkan telur diperiksa di bawah mikroskop untuk mengetahui besaran diameternya. Apabila diameter telur 450µ-500µ, maka induk betina tersebut siap untuk dilakukan penyuntikan hormon.

Penyuntikkan dan penggunaan hormon tergantung kebiasaan pemakaian. Ada sebagian praktisi lapangan yang terbiasa menggunakan hormon LHR-Ha, ada yang terbiasa menggunakan merk Ovaprim dan dalam kegiatan ini menggunakan hormon HCG. Induk ikan Kerapu Macan betina yang sudah diseleksi disuntik dengan menggunakan hormon HCG dengan dosis 250 IU/kg. Penyuntikan pertama dilakukan pada bagian punggung sebelah kanan. Selang penyuntikan kedua 10-12 jam dilakukan pada bagian punggung sebelah kiri dengan dosis 500 IU/kg. Kemudian induk dimasukkan ke dalam bak fiber 10m³ yang dilengkapi dengan aerasi dan bak kolektor telur.

A. Seleksi Induk Betina Ikan Kerapu Macan B. Pengecekan Telur Menggunakan Kanula

(5)

2. Persiapan Induk Ikan Kerapu Kertang

Pada saat hari kedua penyuntikan hormon induk ikan Kerapu Macan betina, sore harinya dilakukan seleksi induk ikan Kerapu Kertang jantan. Minimal berat induk ikan Kerapu Kertang yang diseleksi untuk mendapatkan jantan adalah 40 kg. Setelah seleksi induk jantan, kemudian induk diberikan obat bius (anesthesia) agar induk tenang dan tidak berontak pada saat pengambilan cairan sperma dengan cara pengurutan (stripping). Cairan sperma ikan Kerapu Kertang ditampung dalam suatu wadah, dan tidak boleh bercampur dengan air laut maupun air kencing (urine) dari induk ikan Kerapu Kertang tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pendingin (kulkas).

A. Seleksi Induk Jantan Ikan Kerapu Kertang B. Proses Pembiusan (Anesthesia)

C. Proses Pengurutan Sperma (Stripping) D. Pengambilan Sperma

3. Kawin Silang (Hibridisasi)

Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda dan diharapkan menghasilkan individu-individu yang unggul atau menghasilkan strain baru.

(6)

Hibridisasi pada ikan Kerapu Macan X ikan Kerapu Kertang dengan cara kawin buatan (pemijahan intensif), dimana pemijahan ikan yang terjadi diberikan rangsangan hormon untuk mempercepat pematangan gonad, serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan yaitu dengan teknik pengurutan (stripping).

Pengecekan induk betina ikan Kerapu Macan dimulai pada jam 22.00. Pada saat pengecekan air bak diturunkan sampai setinggi 30cm. Tanda-tanda induk betina sudah siap atau matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar, pergerakkan lambat dan cenderung miring, lubang genitial semakin membengkak dan memerah, warna tubuh terutama pada bagian insang putih memucat. Kemudian induk betina dikanulasi pada bagian genitialnya untuk melihat kondisi telurnya. Telur yang sudah siap untuk dilakukan kawin buatan dicirikan dengan ukuran diameter telur yang semakin membesar (750µ-800µ), warnanya bening dan apabila dimasukkan ke dalam air laut terapung atau minimal melayang.

Proses kawin buatan dimulai dengan cara mengurut bagian perut induk betina ikan Kerapu Macan secara perlahan-lahan, setelah telur keluar dan ditampung dalam baskom semprotkan sperma ikan Kerapu Kertang dengan dosis satu miiliter sperma untuk satu juta butir telur ikan Kerapu Macan. Kemudian diaduk dengan menggunakan bulu ayam agar sperma tercampur merata. Proses pengadukan sperma dengan telur berlangsung sekitar 10-15 menit, setelah itu biarkan atau diamkan telur sekitar 5-10 menit agar proses pembuahan berlangsung dengan sempurna. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel telur untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau tidak dilakukan pengecekan di bawah mikroskop. Setelah ada kepastian telur dibuahi, maka telur di masukkan ke dalam bak inkubasi yang dilengkapi dengan air mengalir dan aerasi.

Apabila induk ikan Kerapu Macan betina pada saat itu belum matang gonad, maka induk ikan dikembalikan ke dalam bak dan air ditinggikan kembali. Selang waktu pengecekan sebaiknya dilakukan 2 jam sekali, agar induk ikan Kerapu Macan tidak mengeluarkan telurnya dalam bak, sehingga proses kawin buatan tidak bisa dilakukan.

(7)

A. Kondisi Ikan Siap Matang Gonad B. Proses Pengurutan Telur

C

. Proses Pengadukan Sperma dengan Telur D. Proses Telur dimasukkan Bak Inkubasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan informasi dari data sekunder satu induk betina ikan Kerapu Macan dengan berat 4-6 kg akan menghasilkan telur 3.000.000 - 4.000.000 butir. Dari hasil kegiatan tiga ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang terseleksi dengan berat rata-rata 6 kg, kemudian dirangsang dengan cara disuntik hormon HCG sebanyak 2 kali secara bertahap. Setelah beberapa kali pengecekan telur, induk ikan Kerapu Macan yang matang gonad hanya satu ekor saja. Dari satu ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan 3.500.000 butir telur. Waktu pengecekan telur matang gonad pada saat pelaksanaan kegiataan dimulai jam 22.00, apabila telur belum matang gonad induk ikan betina Kerapu Macan dikembalikan ke dalam bak dan air ditinggikan kembali. Selang pengecekan telur sebaiknya dilakukan 2 jam sekali agar induk ikan Kerapu Macan tidak mengeluarkan sendiri telurnya dalam bak, sehingga proses kawin buatan tidak dapat dilaksanakan. Pada saat pelaksanaan kegiatan telur benar-benar matang gonad terjadi pada jam 00.00.

(8)

Setelah selesai kegiatan kawin buatan, induk betina ikan Kerapu Macan sebelum dikembalikan ke dalam jaring atau ke dalam bak asal, sebaiknya sisa telur yang ada dalam perut induk ikan dikeluarkan semuanya sampai benar-benar habis atau kosong, karena dikhawatirkan sisa telur yang tidak dikeluarkan akan membusuk dalam perut dan menyebabkan induk ikan mati.

Sperma ikan Kerapu Kertang dapat disimpan dalam lemari pendingin (kulkas). Daya tahan sperma disimpan dalam kulkas dapat bertahan selama 4 hari. Pada saat kegiatan sperma yang digunakan adalah dari induk ikan Kerapu Kertang jantan yang dirangsang dengan hormon implant (Ovaplant) dengan dosis 250 IU. Sehingga sperma lebih encer dan tingkat telur yang dibuahi (fertil) berkisar 70%. Berdasarkan pengalaman dan informasi dari data sekunder mengatakan sperma induk jantan ikan Kerapu Kertang yang alami akan lebih kental dan digunakan pada saat hari pertama pengambilan akan menghasilkan telur yang fertil diatas 90%. Sedangkan sperma yang disimpan dalam lemari pendingin selama 3 hari masih dapat membuahi berkisar 50-65%.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

- Hasil seleksi induk ikan Kerapu Macan betina didapat 3 ekor yang memenuhi kriteria dengan berat rata-rata 6 kg. Dari 3 ekor tersebut setelah dilakukan penyuntikan hormon HCG sebanyak 2 kali hanya satu ekor yang matang gonad.

- Dari 1 ekor induk betina ikan Kerapu Macan yang matang gonad menghasilkan telur sekitar 3.500.000 butir dengan tingkat pembuahan (fertil) 70%.

B. Saran

- Perlu dicoba penggunaan hormon lainnya untuk merangsang tingkat kematangan gonad induk betina ikan Kerapu Macan, sehingga jumlah induk ikan Kerapu Macan yang matang gonad lebih banyak.

- Penggunaan sperma ikan Kerapu Kertang sebaiknya yang alami (tanpa dirangsang dengan hormon), sehingga diharapkan tingkat pembuahan (fertil) diatas 90%.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2011.http://bbapsitubondo.com/index.php?option=com_content&view=article &

d=66:inovasi-budidaya-kerapu&catid=40:produksi&Itemid=2. Disunting

bulan Januari 2011.

Anonim, 2009.http://giantgrouper-cent.blogspot.com/Kerapu Kertang. Disunting bulan April 2009.

Gusrina,2008.Buku Ajar SMK_ Budidaya Ikan Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sudrajat. A. dkk. 2001. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan Bekerjasama dengan Japan International Coorperation Agency 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para sasaran, sehingga diharapkan terjadi perubahan

Hal tersebut terbukti dengan lebih baiknya pen- capaian hasil postes kemampuan ber- pikir orisinil siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan ke- las kontrol,

Siswa diharapkan belajar mandiri dengan menggunakan dan memanfaatkan bahan ajar yang telah disediakan, salah satunya yaitu LKS yang merupakan panduan kerja siswa untuk

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa inokulasi bakteri endofit diikuti dengan 75% dan 100% aplikasi pupuk urea memiliki berat kering total bibit yang lebih tinggi dibandingkan

Itulah yang di- sebut dengan jaringan patronase baru yang dicirikan oleh koalisi di antara para tokoh yang saling memanfaatkan lembaga politik lokal untuk mendapatkan akses

This paper attempts to reconstruct paleo-riv- erbeds and paleo-river mouths of the cetina and Neretva Rivers, as well as the paleo-coastline, by applying DEM method on the

Adapun alasan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu karena dalam mengungkapkan kejadian atau peristiwa interaksi sosial

Analisis untuk menentukan elemen-elemen penting pembentuk lanskap permukiman tradisional Lampung di Tiyuh Gedung Batin dilakukan dengan membandingkan hasil studi