• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari strategi pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta, diawali dengan terbitnya Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Tehnis Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Sebelum terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007, proses perijinan penanaman modal memakan waktu yang relatif lama, proses perijinan dimasing-masing instansi teknis yang berwenang menangani perijinan, serta biaya yang tidak jelas. Terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 telah memberikan perubahan dalam pemprosesan perijinan penanaman modal, yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada para investor. Waktu perijinan relatif lebih cepat, proses perijinan melalui satu pintu (BPM dan PKUD) Propinsi DKI Jakarta dan biaya jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Investasi mempunyai peranan yang penting dalam menunjang perekonomian, karena dampaknya antara lain terjadinya penyerapan tenaga kerja, sektor investasi/penanaman modal diharapkan berperan lebih aktif untuk menunjang target pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2008 sebesar 6 %. BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta sebagai Badan yang mengelola kegiatan Penanaman Modal baik Penanaman Modal Asing (PMA), maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terus berupaya untuk mencapai target tersebut diatas, dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif diantaranya melalui peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan .

Kemampuan terhadap pelayanan dapat dilakukan dengan beberapa macam cara diantaranya yaitu melalui analisis ServQual. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menghasilkan data kuantitatif yang akan dideskripsikan dalam bentuk kepuasan / ketidakpuasan investor terhadap penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta, sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Hasil dari analisis ServQual akan menunjukan kepuasan/ketidakpuasan investor terhadap pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Kepuasan/ketidakpuasan para investor banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari faktor-faktor

(2)

internal dan eksternal tersebut dapat diketahui strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Pemilihan dan penetapan strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal ini dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT. Hal ini dilakukan dengan kerangka pemikiran seperti pada Gambar 2.

(3)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian Analisis Faktor Internal (Matriks IFE)

Kepuasan / Ketidakpuasan Investor

Survey Lapangan (Analisis ServQual) berdasarkan Dimensi ServQual) : * Tangible * Credibility

* Reliability * Security * Responsiveness * Accsess

* Competence * Comunication * Courtesy * Understanding the Customer

Pembentukan PTSP (th 2007) KepGub No. 112/2007 dan 53/2008: * Waktu relatif lebih singkat

* Proses perijinan melalui BPM dan PKUD * Biaya jelas

BPM & PKUD (sebelum th 2007) Proses Perijinan Penanaman Modal * Waktu relatif lama

* Proses masing-masing Instansi teknis * Biaya tidak jelas

Analisis Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Tahap Pencocokan Matriks SWOT Alternatif Startegi Tahap Keputusan QSPM Startegi Pengembangan PTSP PM Rancangan Program

(4)

Kajian dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta. Dasar pertimbangan dipilihnya Propinsi DKI Jakarta sebagai tempat kajian ini bersifat makro sehingga satuan unit kajian diambil tingkat Propinsi. Kajian ini dilaksanakan selama empat bulan dengan mendatangi Badan/Dinas yang terkait dengan perijinan Penanaman Modal yaitu : Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaaan dan Usaha Daerah (BPM&PKUD), yang merupakan instansi yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pelaksanaannya sejak tahun 2007 berdasarkan Surat Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Instansi teknis terkait perijinan penanaman modal adalah Dinas Tata Kota, Dinas Ketentraman dan Ketertiban, Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, dan Dinas Pendapatan Daerah. Disamping terhadap instansi penyelenggara dan instansi teknis, penulis juga telah menyampaikan daftar kuisener terhadap 100 investor baik PMA maupun PMDN di Propinsi DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2008.

3.3 Sasaran Kajian dan Teknik Sampling

Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyelenggaraan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta yang konkrit, valid dan objektif, sasaran kajian diarahkan kepada responden (investor) dan juga aparatur/petugas PTSP yang berkaitan langsung terhadap penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal. Disamping itu juga sasaran kajian diarahkan kepada stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan) baik langsung maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan perijinan penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta yaitu : Kepala BPM dan PKUD, Kepala Dinas Tata Kota, Kepala Dinas P2B, Kepala Dinas Perindag, Kepala BPLHD, Kepala Dispenda, Kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Dinas Tramtib.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, artinya responden diambil secara sengaja berdasarkan keahlian dan keterkaitannya baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Jumlah sampel sebanyak ..., terdiri dari dari kalangan investor dan birokrat. Penentuan responden ini didasari dari kewenangan yang dimiliknya yang berkaitan dengan pengambil kebijakan, penentu kebijakan dan pelaku investasi.

Tabel 2. Rincian Jumlah Responden

(5)

1. Kepala BPM dan PKUD 1

2. Kepala Dinas Tata Kota 1

3. Kepala Dinas Ketentraman dan Ketertiban 1

4. Kepala Dinas Perindag 1

5. Kepala BPLHD 1

6. Kepala Dispenda 1

7. Kepala Dinas Pariwisata 1

8. Kepala Dinas Tramtib 1

9. Petugas PTSP 12

10. Investor 100

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari BKPM RI, BPM dan PKUD, Bappeda, BPS dan instansi lainnya. Guna melengkapi dan menyempurnakan bahan kajian ditambahkan dengan data kualitatif (data primer) yang diperoleh dengan metode survey atau wawancara dengan responden berdasarkan purposive sampling (Kasto, 1995). Pengumpulan informasi dari responden sebagai identifikasi menggunakan daftar kuisener terdiri dari kepuasan investor dengan metode ServQual, kemudian identifikasi faktor internal dan eksternal. Dengan metode tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan pelaksanaan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data.

Setelah data yang terkait dengan kajian diperoleh maka data tersebut diolah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan strategi pengembangan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta. Data sekunder yang terdiri dari jumlah dan nilai investasi, jumlah perijinan dan waktu pemprosesan perijinan, data ekonomi makro Propinsi DKI Jakarta dilakukan dengan cara tabulasi. Data hasil quesioner dilakukan identifikasi kepuasan investor dengan metode Service Quality (ServQual). Dari hasil ServQual dilakukan tahapan identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal dengan menggunakan analisis SWOT.

(6)

Analisis data terhadap data sekunder dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan pengolahan sederhana menggunakan tabulasi silang. Sedangkan terhadap data primer dari hasil wawancara responden dilakukan dengan Analisis ServQual yaitu yang terbagi dalam Ten Dimension ServQual dan metode perancangan strategik dengan menggunalan Analisis SWOT, yang dibagi menjadi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

3.5.1 Analisis Service Quality (ServQual)

Menurut Parasuraman (2008) Kualitas suatu pelayanan umumnya berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan dan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan demikian terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu pelayanan yang diharapkan (Expected Service) dan pelayanan yang diterima (perceived service).

Penilaian kualitas pelayanan model servqual ini mencakup perhitungan perbedaan diantara nilai yang diberikan para responden untuk setiap pasang berkaitan dengan harapan dan kinerja. Skor ServQual untuk setiap pasang pernyataan bagi masing–masing responden dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

Skor ServQual = Skor Kinerja – Skor Harapan

Metode ServQual (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman dan Zeithaml adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Pengukuran–pengukuran dalam metode ini menggunakan elemen-elemen dalam jasa. Mutu jasa diukur secara kuantitatif dalam bentuk kuisioner yang item-item pertanyaaannya berasal dari dimensi-dimensi mutu jasa. Menggunakan atribut-atribut berdasarkan dimensi-dimensi kualitas jasa (ServQual), yaitu :

1. Tangibles atau bukti fisik yaitu pelayanan yang berupa penyediaan sarana dan fasilitas fisik, peralatan, tenaga kerja (personil) dan materi komunikasi. Pada penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal atribut-atribut pada dimensi ini bisa juga digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, antara lain :

a. Lokasi kantor : lokasi kantor penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal sebaiknya yang strategis, tidak macet, karena selain memberikan akses kemudahan untuk dijangkau, juga memudahkan para investor apabila para investor harus meneruskan kepentingan ke tempat lain. Lokasi kantor dianggap penting karena di

(7)

DKI Jakarta lokasi kantor memegang peranan, dengan lokasi kantor yang strategis, mudah dijangkau dan juga tidak terkena jalur Three In One maka akan meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Lokasi parkir : BPM dan PKUD selaku penyelenggara PTSP Penanaman Modal harus dapat menyediakan sarana parkir yang memadai bagi para investor, sehingga ada kenyamanan tersendiri bagi para investor, sebagian besar investor yang mengurus perijinanan membawa kendaraan sendiri.

c. Kenyamanan ruang tunggu : ruang tunggu adalah tempat yang harus mendapatkan perhatian bagi unit pelayanan, karena ruangan ini sebagai tempat menunggu para bagi para investor, sehingga harus dibuat senyaman mungkin.

d. Kebersihan ruang tunggu : ruang tunggu harus bersih agar tidak terkesan kumuh, bebas dari asap rokok untuk itu ruang tunggu sebaiknya setiap saat ada petugas kebersihan yang siap selalu membersihkan ruangan untuk menunggu.

e. Penampilan petugas : petugas PTSP sebaiknya berpenampilan menarik yang dapat menyenangkan dan enak untuk dilihat, untuk itu sebaiknya harus berpenampilan rapih dan bersih, sebagai salah satu identitas bagi PTSP Penanaman Modal itu sendiri.

f. Kelengkapan peralatan kantor : PTSP Penanaman Modal sebaiknya memiliki alat penunjang kantor yang memadai, karena dapat memudahkan bagi operasional PTSP sehingga lebih efektif dan efisien.

g. Kelengkapan administrasi kantor : PTSP harus dapat menyediakan sarana administrasi yang lengkap, harus dapat menjalankan administrasi kearsipan yang dinamis, dimana kalau hal ini dapat dilaksanakan maka semua urusan yang ada akan lebih mudah.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan menunjukan jasa yang diandalkan dan akurat seperti yang dijanjikan. Yang meliputi ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk setiap pelanggan, sikap yang simpatik dan lain sebagainya. Pada PTSP Penanaman Modal atribut-atribut pada dimensi ini antara lain :

a. Penyampaian informasi : Sebagai lembaga pelayanan publik harusnya dapat memberikan informasi yang cepat dan jelas kepada para investor, jika informasi itu dapat nyampe dengan cepat ke investor maka hal tersebut merupakan bentuk dari kehandalan PTSP

(8)

b. Waktu yang dijanjikan : jadwal waktu penyelesaian merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan, jika jadwal waktu yang dijanjikan sesuai dengan kenyataan dalam penyelesaian perijinan, maka hal ini juga merupakan prestasi bagi PTSP dalam hal kedisiplinan waktu.

c. Ketepatan waktu penyelesaian : ketepatan ini diperlukan untuk memberikan jaminan kepada para investor dalam menyelesaikan perijinan-perijanan yang dilakukan PTSP Penanaman Modal.

d. Pencatatan yang akurat dan benar : Pencatatan ini diperlukan agar tidak terjadi salah nama atau alamat, karena akan mempersulit dalam hubungan koresponden antara pembina dan pihak investor/perusahaan, dan dapat terjadi nama perusahaan yang double dan ini dapat menimbulkan masalah dikemudian hari.

3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, transparan serta tanggap terhadap keinginan konsumen (investor). Atribut-atribut dalam dimensi ini adalah :

a. Kepastian waktu pelayanan dengan adanya aturan tentang waktu yang pasti bahwa suatu perijinan dapat diselesaikan akan sangat membantu para investor untuk dapat menyiapkan jauh hari sebelumnya sesuai dengan time scedul penyelesaian proyek

b. Kecepatan pelayanan merupakan gerakan yang sigap dan cepat dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan para investor, sebagai salah satu wujud bentuk loyalitas yang diberikan petugas terhadap para investor.

c. Kesediaan untuk membantu dengan adanya kesediaan para petugas PTSP Penanaman Modal untuk membantu para investor yang memerlukan bimbingan dan arahan merupakan salah satu wujud tanggung jawab moril para petugas kepada investor.

d. Tanggap untuk melayani dengan menanggapi keluhan-keluhan para investor dengan cepat, maka hal itu merupakan bentuk ketanggapan PTSP Penanaman Modal dalam mempertanggungjawabkan tugas untuk melayani kebutuhan dan keluhan investor.

4. Competence (Ketrampilan) yaitu kesanggupan yang didukung keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan di bidang penanaman modal. Atribut yang termasuk dalam dimensi ini adalah :

(9)

a. Keahlian yang dimiliki : seharusnya setiap petugas PTSP harus memiliki keahlian masing–masing sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga akan memudahkan dalam merampungkan pekerjaan dan dengan mudah pula membantu para investor dengan keahlian yang dimiliki.

b. Pengetahuan yang dimiliki : idealnya setiap petugas PTSP dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai Penanaman Modal sehingga apabila ada pertanyaan dari investor, petugas dapat menjawab dengan cepat karena luasnya pengetahuan yang dimiliki.

5. Courtesy (keramahan) yaitu menunjukan sikap sopan santun, penghargaan,perhatian, dan bersahabat dari petugas saat memberikan pelayanan pada konsumen (investor), pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atribut pada dimensi ini adalah :

a. Sikap ramah tamah/sopan santun : jika petugas PTSP mampu melayani kebutuhan para investor dengan sikap yang ramah dan sopan, maka secara tidak langsung menimbulkan sikap empaty para investor terhadap petugas PTSP.

b. Sikap persahabatan : sikap persahabatan yang ditampilkan para petugas PTSP akan membuat para investor betah untuk melakukan usahanya di DKI Jakarta karena sudah terjalin hubungan yang baik antara petugas dan investor.

6. Credibility (kredibilitas) yaitu kesanggupan memberikan kepercayaan, kejujuran, dan sikap tegas tetapi penuh perhatian dari petugas PTSP terhadap investor, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atribut ini adalah :

a. Dapat dipercaya : apabila para petugas PTSP dapat dipercaya untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan benar ini merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan pimpinan kepada petugas untuk dapat melayani para investor dengan baik.

b. Sikap jujur dan terbuka : seharusnya setiap unit pelayanan harus memiliki kejujuran dalam hal apapun, agar investor percaya. Untuk itu semua petugas PTSP harus jujur dan transparan dalam hal apapun terutama dalam hal menentukan biaya yang sebenarnya.

7. Security (keamanan) yaitu kesanggupan memberi kemudahan dan sikap konsistennya petugas bagi investor dalam menerima kemudahan, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :

(10)

a. Rasa aman : rasa aman sangat diperlukan oleh investor dalam menjalankan usahanya sehingga ada ketenangan dalam melakukan investasi, untuk itu Pemerintah wajib menjamin rasa aman para investornya.

b. Yakin atas perbuatan petugas, sikap meyakinkan petugas terhadap investor agar mereka mau menanamkan modalnya di DKI Jakarta sangat diperlukan, mengingat kepercayaan investor sudah menurun akibat tidak adanya kepastian hukum.

8. Access (kemudahan) Kesanggupan memberikan kemudahan dan sikap konsistennya petugas bagi investor dalam menerima kemudahan pelayanan, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :

a. Kemudahan dalam pelayanan, idealnya setiap unit ataupun perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan harus memberikan kemudahan-kemudahan, sehingga pelanggan/konsumen akan mendapatkan kemudahan.

b. Sikap tegas dan konsisten, setiap petugas PTSP dituntut untuk memiliki ketegasan sehingga tidak membingaungkan investor, serta konsisten menjalankan terhadap apa-apa yang sudah ditetapkan sebagai kebijakan.

9. Communication (Komunikasi) Kemampuan melakukan hubungan timbal balik, pengertian, memberikan pemahaman yang jelas dan kemauan mendengarkan konsumen dalam bagian pelayanan, dalam PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :

a. Siap menerima saran dan kritik, idealnya bagi suatu unit / perusahaan jasa pelayanan harus menyediakan kotak saran dan kritik, hal ini diperlukan buat peningkatan kinerja dimasa yang akan datang

b. Siap memberikan informasi , dengan menginformasikan hal apapun kepada investor terutama yang berhubungan dengan kebijakan penanaman modal, maka hal tersebut merupakan bentuk keseriusan petugas PTSP untuk membantu para investor mendapatkan informasi secara jelas dan transparan agar tidak terjadi kekeliruan.

10. Understanding the Customer (pengertian terhadap pelanggan) kemampuan untuk mengenal investor, mengerti akan kebutuhan dan keinginan investor, dalam PTSP yang menjadi atributnya adalah :

(11)

a. Memahami terhadap kebutuhan, dengan memahami terhadap kebutuhan/ tuntutan yang diinginkan investor ini merupakan bentuk keseriusan PTSP Penanaman Modal dalam upaya meningkatkan pelayanan investasi.

b. Memberikan solusi permasalahan : dengan menanggapi permasalahan-permasalahan yang dikeluhkan investor merupakan upaya petugas untuk membantu mencarikan solusi yang terbaik bagi para investor.

c. Kebutuhan yang fleksibel untuk diakomodasi : dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para investor maka petugas PTSP harus dituntut untuk menetapkan kebutuhan mana yang sifatnya fleksibel atau yang luwes untuk ditempatkan dalam skala prioritas pemenuhannya.

Langkah-langkah untuk menganalisis tingkat kepuasan invertor terhadap penyelenggaraan PTSP adalah :

1. Mengidentifikasi atribut-atribut pelayanan berdasarkan dimensi ServQual yaitu Tangible, Realiability, Responsiveness, Competence, Courtesy, Credibility, Security, Access, Communication dan Understanding the Customer. Hal ini berguna bagi sebagai bahan kuisioner untuk responden.

2. Kemudian kuisioner untuk para investor, mengukur tingkat kinerja aktual (X) terhadap pelayanan yang diterima investor dari petugas PTSP saat ini, dan harapan

(Z) investor terhadap kinerja PTSP

3. Untuk penilaian harapan investor, ditetapkan angka rata-rata 4 yang berarti puas, hal ini dimaksudkan mengingat PTSP penanaman modal baru pertama kali maka untuk pengukuran harapan ditetapkan terlebih dahulu angka 4 yang berarti puas. Kedepan baru ditingkatkan agar harapan bisa pada angka 5 yang berarti sangat puas.

4. Setelah kuisioner terisi oleh responden, maka penulis harus menghitung jawaban responden berdasarkan atribut-atribut perdimensi. Setelah data-data diolah kedalam Microsof Excel 2003 (dengan bantuan komputer) maka secara otomatis akan didapat rata-rata tingkat kinerja. Kemudian nilai rata-rata harapan (4) dikurangi dengan skor rata–rata persepsi/kinerja aktual, sehingga diperoleh kesenjangan (gap). Atau dihitung dengan menggunkan rumus :

NK = X – Z

(12)

NK = Nilai Kesenjangan

X = Nilai Rata-rata Persepsi/Kinerja Aktual Z = Nilai Rata-rata Harapan

Jika NK = 0 maka tingkat pelayanan sama persis dengan yang diharapkan, jika NK < 0 maka tingkat pelayanan kurang dari yang diharapkan, jika NK > 0 maka tingkat pelayanan sangat memuaskan pelanggan.

5. Setelah mendapatkan gap dari pengukuran berdasarkan atribut setiap dimensi, kemudian penulis juga menghitung kesenjangan tiap dimensi

6. Interprestasikan hasil perhitungan gap per atribut dan perhitungan gap per dimensi. Sehingga dapat diketahui dimensi mana saja yang pelayanannya harus diprioritaskan oleh PTSP Penanaman Modal Provinsi DKI Jakarta.

3.5.2 Metode Perancangan Strategik (Analisis SWOT)

Perancangan strategik dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT. SWOT terdiri dari faktor strategis yakni faktor Internal yang berisi kekuatan dan kelemahan serta faktor Eksternal yang berisi peluang dan ancaman. Analisis dengan menggunakan matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif dirasakan layak dan sesuai untuk dilaksanakan.

SWOT terdiri dari dua faktor strategis yakni internal berisi kekuatan dan

kelemahan serta eksternal berisi peluang dan ancaman. Sebagai bagian dari analis SWOT dan sebagai bahan dari langkah pengembangan strategi maka digunakan teknik Snow Card atau Snow Ball (Nutt dan Backoff, 1987) dimana teknik ini akan digunakan empat kali untuk fokus kepada pertanyaan sebagai berikut :

1. Peluang eksternal terpenting apakah yang dimiliki oleh organisasi ? 2. Ancaman eksternal terpenting apakah yang dimiliki oleh organisasi ? 3. Apa kekuatan internal terpanting organisasi ?

4. Apa kelemahan internal terpenting organisasi ?

Kemudian keempat daftar dibahas, diperbandingkan dan diperhadapkan baik untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan segera maupun untuk mempersiapkan

(13)

Analysis System (IFAS) merupakan analisis internal (Strenght and Weakness). Bobot dari berbagai komponen faktor strenght dan weakness memiliki nilai satu. Sedangkan External Strategi Faktor Analisysis System (EFAS) merupakan analisis eksternal (Opportunity and Threat) memiliki dua elemen pertama lingkungan sosial menurut PEST (politik, ekonomi, sosial dan teknologi). Kedua lingkungan tugas yang terkait dengan misi organisasi. Bobot dari berbagai komponen faktor opportunity dan faktor threat memiliki nilai satu, bobot suatu faktor akan lebih tinggi jika ia memiliki urgensi (Syaukat Y, 2005)

a. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE).

Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal (Internal Faktor Evaluation-IFE Matrix dan Ekternal Faktor Evaluation- EFE Matrix) merupakan alat bantu dalam merangkum dan mengevaluasi informasi eksternal yang meliputi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan).

Tahapan pencocokan dan pemanduan penting dilakukan untuk melengkapi nilai bobot dan nilai rating kedua faktor strategis. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan rating ditempatkan pada kolom ketiga matriks IFE dan matriks EFE. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan metode Paired

Comparison (Tripomo dan Udan,2005). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Berikut Tabel 4 adalah bentuk penilaian bobot faktor strategis internal wilayah dengan menggunakan skala 1, 2 dan 3 total dan bobot.

Tabel 3. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal PTSP

Faktor strategis Internal A B C ... Total Bobot

A B C .... Total

(14)

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3, skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus :

Xi ai = Bobot Variabel ke-i

ai = ΣXi X

i = Nilai Variabel ke-i

i=1 i = 1,2,3,… n

n = jumlah variabel

Tabel 4 berikut adalah bentuk penilaian bobot faktor strategis internal wilayah dengan menggunakan skala 1, 2 dan 3, total dan bobot.

Tabel 4. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah

Faktor strategis Internal A B C ... Total Bobot

A B C .... Total

Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

Setelah melakukan tahapan pencocokan dan pemanduan yakni dengan menentukan nilai bobot dan nilai rating, maka kolom 2 dan kolom 3 matriks IFE dan EFE telah dapat memasuki tahap IFE matriks pada Tabel 5, dan EFE matriks pada Tabel 6

Tabel 5. Bentuk Matriks IFE

Key Internal Factors Weight (Bobot) Rating

Weight Score ( Nilai Terbobot) Strengths :

(15)

Total 1.00 Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

Langkah-langkah membentuk matriks IFE pada Tabel 7, adalah sebagai berikut.

1. Menuliskan faktor internal utama yang diidentifikasi dari audit internal, termasuk faktor kekuatan dan kelemahan organisasi.

2. Memberikan bobot untuk setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ini menunjukan seberapa penting keberhasilan faktor tersebut dalam pemetaan kebutuhan yang bersangkutan. Jumlah seluruh bobot untuk setiap faktor harus sama dengan 1,0.

3. Memberikan rating untuk setiap faktor. Nilai empat menunjukan bahwa kondisi organisasi pada suatu faktor sangat kuat, sedangkan nilai satu menunjukan bahwa kondisi organisasi pada suatu faktor sangat lemah.

4. Melakukan perkalian bobot dengan rating setiap faktor untuk menentukan nilai terbobot.

5. Melakukan penjumlahan seluruh nilai terbobot untuk menentukan nilai terbobot bagi organisasi. Jumlah total nilai terbobot dapat bervariasi dari yang terendah (1,0) sampai dengan yang tertinggi (4,0) dengan nilai rata-rata 2,5. Nilai dibawah 2,5 menunjukan bahwa organisasi lemah secara internal, sedangkan nilai diatas 2,5 menunjukan bahwa organisasi memiliki posisi yang kuat secara internal.

Tahapan-tahapan untuk membentuk suatu matriks EFE adalah :

1. Membuat daftar faktor eksternal yang diperoleh dari proses identifikasi situasi organisasi, yaitu berupa faktor peluang dan ancaman yang diduga akan muncul dan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi-organisasi tersebut.

2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ini menunjukan tingkat penting relatif dari faktor eksternal tersebut. Peluang sering diberi bobot lebih tinggi

3. Memberikan rating setiap faktor untuk menunjukan seberapa efektif strategi organisasi saat ini untuk merespon faktor tersebut. Nilai empat menunjukan bahwa kondisi organisasi saat ini sangat sesuai dengan mengantisipasi peluang/ancaman pada setiap faktor. Nilai satu menunjukan bahwa kondisi organisasi saat ini diperkirakan tidak mampu menangani peluang/ancaman pada faktor tersebut. Pemberian rating mengacu pada kondisi organisasi sedangkan pemberian bobot mengacu kepada pentingnya suatu faktora pada pemetaan kebutuhan.

(16)

4. Melakukan perkalian bobot dengan rating setiap faktor untuk menentukan nilai terbobot (weighted score).

5. Melakukan penjumlahan seluruh nilai terbobot untuk menentukan nilai terbobot bagi organisasi.

6. Kemungkinan total jumlah nilai terbobot tertinggi adalah 4,0 dan kemungkinan terendah adalah 1,0. Rata-rata total jumlah nilai terbobot adalah 2,5. Total nilai sama dengan 4,0 menunjukan bahwa organisasi merespon sangat baik untuk setiap peluang dan ancaman, yaitu memaksimalkan peluang dan meminimumkan ancaman yang ada. Tabel 6. Bentuk Matriks EFE

Key Internal Factors Weight (Bobot) Rating

Weight Score ( Nilai Terbobot) Opportunities :

Threats :

Total 1.00

Sumber : Tripomo dan Udan, 2005

b. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Ancaman-Peluang (SWOT)

Analisis dengan menggunakan matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif dirasakan layak dan sesuai untuk dilaksanakan. Salah satu alasan perlunya dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE adalah penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.

Unsur-unsur SWOT meliputi Strength (S) yang berarti mengacu pada keunggulan kompetitif dan kompetisi lainnya; Weakness (W) merupakan hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi; Opportunities (O) menggambarkan kondisis yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang ; dan Threats (T) berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks SWOT ini mengembangkan empat tipe strategi yaitu : SO (strength-opportunities atau kekuatan-peluang), WO (weakness-opportunities atau kelemahan-peluang), ST (strength-threat atau kekuatan-ancaman), dan WT (weakness-threats atau kelemahan-ancaman). Berikut adalah tabel 7 Matriks SWOT

(17)

Tabel 7 Matriks SWOT Internal Eksternal (S)trength (kekuatan) (W)eakness (kelemahan) (O)pportunities (peluang) Strategi S - O Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi W – O Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (T)hreats (ancaman) Strategi S – T Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi W – T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Tripomo dan Udan, 2005.

c. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Tahap selanjutnya adalah menyusun daftar ranking/urutan strategis yang harus diprioritaskan dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan good intuitive judgement (Iskandarini, 2002). QSPM merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan pada faktor-faktor kunci eksternal dan internal. Data yang ada dimasukan dalam tabel yang telah dipersiapkan dan selanjutnya dianalisa. Selanjutnya untuk menentukan strategi yang paling sesuai maka dilanjutkan dengan analisa menggunakan Tabel Analisis Strategi (Tabel 8) dengan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Daftarkan peluang/ancaman kunci eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dalam kolom kiri QSPM.

Langkah 2: Berikan nilai/bobot untuk setiap faktor (identik dengan nilai yang diberikan pada matrik IFE dan EFE)

Langkah 3: Memeriksa (pencocokan) matrik dan mengidentifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk ditetapkan.

(18)

Langkah 4 : Menetapkan nilai daya tarik, yaitu 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = amat menarik.

Langkah 5 : Menghitung total nilai daya tarik, yang merupakan hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik dalam setiap baris. Semakin tinggi total nilai daya tarik semakin menarik strategi tersebut.

Langkah 6 : Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Menunjukan total nilai daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM, jumlah ini menunjukan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilai daya tarik menunjukan strategi itu semakin menarik.

Tabel 8 Penentuan Pilihan Strategi dengan Matriks QSPM

Faktir-faktor

Kunci Sukse Bobot

Alternatif Strategis

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

NDT TNDT NDT TNDT NDT TNDT

PELUANG

ANCAMAN

KEKUATAN

KELEMAHAN

JUMLAH TOTAL NILAI DAYA TARIK Keterangan : NDT (Nilai Daya Tarik)

TNDT (Total Nilai Daya Tarik)

Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dapat dirangkum seperti pada Tabel 9.

(19)

Tabel 9. Tujuan kajian, Jenis Data yang diperlukan, Sumber Data dan Metode Analisis. Tujuan Data yang Dibutuhkan Sumber Data Metode Analisis Data Menganalisis kepuasan investor terhadap investasi penyelenggaraan PTSP PM - Hasil kuesioner Ten Dimension ServQual - Investor dan BPM PKUD Provinsi DKI Jakarta -Analisis ServQual Menganalisa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan PTSP PM - Identifikasi faktor strategi internal

- Responden - Analisis IFE

Menganalisa faktor eksternal dalam oengembangan PTSP PM - Identifikasi faktor strategis eksternal

- Responden - Analisis IFE

Merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan - Hasil analisis

IFE dan EFE - Responden

- Analisis IE - Analisis SWOT - Analisis QSPM

3.6 Metode Perancangan Program.

Tahapan rancangan program secara garis besar dilakukan sebagai berikut : (1) identifikasi lingkungan strategis yang terdiri faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal; (2) analisis IFE dan EFE; (3) analisis Internal-Eksternal; (4) Analisis SWOT; dan menyusun daftar prioritas alternatif strategi dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Setelah ditetapkan prioritas alternatif strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta, selanjutnya disusun rancangan program untuk direkomendasikan kepada pihak terkait. Prosedur yang dilakukan yaitu :

1. Melakukan “pendekatan” dan komunikasi kepada pimpinan instansi/lembaga informasi terkait dan stakeholder lain (legislatif, investor) hasil kajian.

(20)

2. Menganalisis informasi yang didapat dari stakeholder tersebut, kemudian disusun suatu draft rancangan program yang bisa didukung oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

3. Mensosialisasikan melalui forum Rapat Koordinasi (FGD) PTSP penanaman modal agar rancangan program dapat dilaksanakan.

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 4 berikut adalah bentuk penilaian bobot faktor strategis internal wilayah dengan  menggunakan skala 1, 2 dan 3,  total dan bobot
Tabel 7 Matriks SWOT                                Internal  Eksternal  (S)trength          (kekuatan)  (W)eakness    (kelemahan)  (O)pportunities   (peluang)  Strategi S - O  Mengatasi kelemahan  dengan memanfaatkan  peluang  Strategi W – O  Menggunakan
Tabel  9. Tujuan kajian, Jenis Data yang diperlukan, Sumber Data dan Metode Analisis.  Tujuan  Data yang  Dibutuhkan  Sumber Data  Metode Analisis Data  Menganalisis  kepuasan investor  terhadap investasi  penyelenggaraan  PTSP PM  -  Hasil kuesioner  Ten

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya serta hidayahnya yang tiada batas, dengan ridhonya penulis

- Peserta merupakan siswa/siswi SMP &amp; SMA sederajat tingkat Provinsi Riau - Terdiri dari 2 orang peserta. - Tema : -Rendahnya minat penggunaan bahasa indonesia -Penyebab

Penerapan metode penemuan terbimbing yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi keliling dan luas daerah layang-layang di kelas VII A SMP Negeri 1 Toribulu

 Deskripsi Modul : Membuat laporan hasil pemeriksaan merupakan salah satu modul untuk membekali seorang Ahli Pengawas Konstruksi Bangunan Gedung (Construction

Batas tegangan maksimum komponen yang penulis gunakan pada alat ini sebagian besar 5 Volt, jika tegangan yang mengalir didalam rangkaian lebih besar dari tegangan

Pemilihan lokasi kajian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada 5 (lima) pertimbangan, yaitu (1) Indramayu merupakan salah satu daerah sentra garam yang memasok

Mata kuliah dalam lingkup Ujian Lokal, yang nilainya kelak tercantum dalam Transkrip Nilai Ujian Negara/Unas, meliputi:5. Teologi PL dan PB

Analisis data sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang di dituangkan dalam desain penelitian adalah dilakukan dengan (1) analisis deskriptif dan