• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh SRI EKA MUGI AFRIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh SRI EKA MUGI AFRIANI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA MURID KELAS IV SD INPRES BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE KOTA

MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian proposal Guna Melanjutkan Penelitian Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

SRI EKA MUGI AFRIANI 10540953314

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SURAT PERNYATAAN

Nama : SRI EKA MUGI AFRIANI NIM : 10540 9533 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI MURID KELAS IV SD INPRES BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juni 2018

Yang Membuat Pernyataan

SRI EKA MUGI AFRIANI

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SRI EKA MUGI AFRIANI

NIM : 10540 9533 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi :PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NARASI MURID KELAS IV SD INPRES BONTOMANAI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusun sendiri skripsi ini ( tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juni 2018

Yang Membuat Perjanjian

SRI EKA MUGI AFRIANI 10540 9533 14

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada Kemudahan.(Q.S. Alam Nasyroh:6)

Aku percaya bahwa apapun yang Aku terima saat ini adalah

yang terbaik dari Allah

Dan Aku percaya dia akan selalu memberikan yang terbaik

untukku pada waktu yang telah Dia tetapkan

Kupersembahkan coretan teristimewa sepanjang waktu dalam pendidikan ini, Saya bingkiskan sebagai salah satu wujud bakti Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Atas segala tetesan keringat, doa, dan pengorbanannya, perhatian, semangat, dan dorongannya Serta sahabat Yang telah hadir mengisi perjalanan hidup penulis.

(7)

ABSTRAK

Sri Eka Mugi Afriani 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah, dan pembimbing II Aliem Bahri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk One Group Pre Test Post Test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis Narasi Kelas IV SD SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar. tahun ajaran 2018. Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah murid Kelas IV sebanyak 25 orang. Penelitian dilaksanakan selama 3 kali pertemuan.

Keberhasilan proses pembelajaran ditinjau dari aspek, yaitu: ketercapaian ketuntasan hasil keterampilan menulis narasi murid secara klasikal, aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran dikatakan berhasil jika aspek di atas terpenuhi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data skor perolehan hasil keterampilan menulis narasi murid yang dikumpulkan dengan menggunakan tes pengamatan (observasi), dan data tentang aktivitas murid dalam pembelajaran Bahasa Indonesia juga dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar murid.

Hasil analisis statistik deskriptif penggunaan model pembelajaran berbasis proyek murid positif, keterampilan menulis siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek menunjukkkan keterampilan menulis narasi yang lebih baik dari pada sebelum diterapkan model pembelajaran berbasis proyek.

Hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t, diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 13,79 dengan frekuensi db = 25–1 = 24,

pada taraf signifikansi 50% diperoleh tTabel = 2,09 .Jadi, t Hitung> ttabel atau

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (H1) diterima. Hal ini

membuktikan bahwa ada Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis pada Murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam. Allah yang paling Agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud, Allah yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan hamba. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar. Beragam kendala dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat usaha yang optimal dan dukungan berbagai pihak hingga akhirnya penulis dapat melewati rintangan tersebut.

Penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Munirah , M.Pd., Pembimbing I dan Aliem Bahri,S.Pd. M.Pd.,Pembimbing II,

(9)

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Penulis pun menghanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Dr. H.Abd Rahman Rahim,SE,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, MA., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih pula kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatku yang setia dan tulus mengorbankan waktu, tenaga, materi, doa, dukungan dan masukan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Makassar, Juni 2018

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

(11)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka ... 8

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40 B. Pembahasan ... 52 BAB V.PENUTUP A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1 Standar Ketentuan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 37

4.1. Skor Nilai Pre-Tes ... 40

4.2. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai Pretest ... 42

4.3. Tingkat Hasil Belajar Pretes ... 43

4.4 Deskrepsi Ketentuan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 44

4.5 Skor nilai Post- Test ... 45

4.6 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata)nilai Post- test ... 46

4.7 Tingkat hasil belajar Post-test ... 47

4.8 Deskripsi Ketentuan Hasil Menulis Narasi ... 48

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kunci semua kesuksesan dan kemajuaan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Namun individu yang berpendidikan tanpa moral, manusia sangatlah sulit untuk berkembang sebagaimana layaknya.

Keberhasilan pendidikan sangat bergantung kepada manusianya, salah satunya adalah pelaksana pendidikan yaitu guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan karena secara langsung membina, mendidik, dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh murid agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Guru harus mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkannya dan terampil dalam mengajarkannya.

Pembelajaran Berbasis Proyek adalah proses dan produk. Pembelajaran berbasis proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya, student centered, dan menghasilkan produk nyata. Proses yang dilakukan siswa berbentuk kegiatan-kegiatan seperti (1) menetapkan tema proyek, (2) konteks belajar, (3) merencanakan aktivitas, (4) memproses aktivitas, dan (5) penerapan aktivitas untuk menyelesaikan proyek (Santyasa, 2006).

(15)

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Paragraf narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi, (Munirah, 2012: 110).

Menulis merupakan kegiatan untuk melatih kegiatan berpikir menjadi lebih kreatif, produktif dan ekspresif. Menulis membutuhkan ketekunan agar dapat mengembangkan suatu kerangka karangan yang baik. Keterampilan menulis harus dilatih secara terus menerus karena menulis tidaklah mudah, harus ada latihan dan praktik yang berkelanjutan. Kegiatan menulis memiliki hubungan yang erat dengan berpikir. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan berbahasa, namun juga dapat digunakan sebagai wadah menuangkan hasil pemikiran. Semakin banyak menulis maka siswa akan terlatih untuk berpikir kritis,

(16)

mempunyai daya nalar yang tinggi dan aktif dalam mengembangkan prestasi akademik.

Namun kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan harapan, dikarenakan hasil belajar siswa dalam kegiatan menulis tergolong rendah.Pengakuan dari siswa sendiri menyatakan bahwa pembelajaran menulis merupakan kegiatan yang membosankan. Ketika diberi tugas untuk menulis, siswa sengaja mengulur waktu agar tugas menulis tersebut menjadi tugas rumah. Hal ini diperbuat agar tugas tersebut dapat disalin secara utuh dari internet atau media cetak bukan hasil pemikiran siswa itu sendiri. Hal ini dibuktikkan dari penelitian Purba (Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2012) dengan judul “Pengaruh Model Kreatif Treffinger Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Sugestif“ dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menulis rendah. Hal tersebut disebabkan karena siswa hanya diajarkan untuk terampil menguasai teori menulis daripada terampil menerapkannya.Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan Wardani ( Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 9, Nomor 13, Oktober 2012) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Siklus(Learning Cycle) Terhadap Kemampuan Menulis Artikel” juga mengatakan bahwa pembelajaran menulis hanya berfokus pada materi tanpa disesuaikan dengan model yang cocok terhadap materi yang diajarkan.

Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula

(17)

yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit.

Meskipun keterampilan menulis itu sulit, tetapi peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis narasi, menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis. Bahkan, Tarigan (1992:44) menyatakan bahwa “Indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu”.

Dalam kurikulum Sekolah Dasar, standar kompetensi menulis yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk narasi. Pengajaran menulis narasi menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi lebih besar dari pada keterampilan berbahasa lainnya. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis narasi, siswa masih rendah karena model pengajaran menulis narasi kurang efektif.

Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pengajaran menulis narasi, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis narasi. Namun, diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis narasi, terutama menyangkut model yang digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka guru harus kreatif dalam memilih model pembelajaran menulis narasi, tidak terpaku dengan media pembelajaran yang

(18)

terbatas dan tuntutan target kurikulum. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan pembelajaran menulis narasi, yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya membutuhkan suatu proses latihan yang memadai dan kontinyu. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan siswa dalam menulis narasi.

Banyak model untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi, namun peneliti lebih cenderung memilih model Berbasis Proyek karena memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa. Mengapa demikian? Pertama siswa terlebih dulu menyusun sebuah narasi, mereka secara sadar belajar menyusun kalimat menurut tata bahasa Indonesia yang benar. Andaikan kalimat yang mereka hasilkan tidak sesuai dengan tatabahasa yang benar, maka akan mempersulit pemahaman bagi pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Apakah model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi pada murid kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar?”

(19)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan menulis narasi pada murid kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis, hasil penelitian ini diharapakan akan bermanfaat sebagai berikut:

a. penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori tentang keterampilan menulis narasi dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek.

b. Dapat dijadikan acuan pengembangan teori pembelajaran Bahasa Indonesia.

c. Dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapakan akan bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan dan mengatasi kesulitan mereka dalam keterampilan menulis narasi.

(20)

b. Bagi guru bahasa Indonesia kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar, hasil penelitian ini diharapakan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan dalam pembelajaran di kelas terutama permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan peningkatan keterampilan menulis narasi siswa. Selain itu, diharapkan guru lebih kreatif dalam menggunakan model - model pembelajaran yang menarik.

c. Bagi peneliti, sebagai model belajar dan bahan acuan bagi peneliti mengenai pendekatan mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

d. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran bahasa Indonesia dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada keterampilan menulis narasi.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan penulis, terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan di bahas oleh penulis, diantaranya:

Kamal. 2013. “Penggunaan Model Berbasis Proyek Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Kelas IVB SDN Gisikdrono 03 Semarang”. Skripsi. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek berbantuan media audiovisual pada siklus satu 75% meningkat pada siklus dua menjadi 83%. Hasil tersebut sudah memenui indikator keberhasilan yang direncanakan. Selain itu keterampilan menulis siswa secara klasikal pada siklus satu 72,85% meningkat pada siklus dua menjadi 77,14%. Dan sudah mencapai indikator ketuntasan minimal secara klasikal yaitu ≥ 75%, sehingga penelitian dicukupkan pada siklus dua.

Mujianto. 2013. “Peningkatkan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV MI Miftahul Huda Kecamatan Marakurak Kabupaten Tuban dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi. Sarjana Pendididkan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

(22)

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada Hasil belajar peningkatkan kemampuan menulis berbahasa Indonesia siswa kelas IV MI Miftahul Huda Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Proyek Tahun Pelajaran 2013/2014 pada siklus I diperoleh data bahwa hasil tes evaluasi siswa yang mencapai KKM 70 (tuntas) sejumlah 7 siswa dan yang belum mencapai KKM 70 (tidak tuntas) sejumlah 10 siswa dan ketuntasan klasikalnya adalah 47%. Pada siklus II diperoleh data bahwa hasil tes evaluasi siswa yang mencapai KKM 70 (tuntas) sejumlah 15 siswa dan yang belum mencapai KKM 70 (tidak tuntas) sejumlah 2 siswa dan ketuntasan klasikal menjadi 88%.

Haryani. 2013. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dan Motivasi Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peninggkatan terhadap keterampilan menulis siswa baik pada siklus I maupun siklus II. Persentase keterampilan menulis siswa pra tindakan adalah sebesar 55,13%, pada siklus I meningkat menjadi 58,97% dan pada siklus II meningkat menjadi 80,77%. Sedangkan persentase pada motivasi belajar siswa selalu mengalami peningkatan yaitu 58,06% pada pra tindakan, dan meningkat menjadi 80,97% pada siklus I dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 83,72%.

(23)

Dari tiga hasil penelitian diatas yang membedakan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian yang berfokus pada model pembelajran berbasis proyek terhadap kemampuan menulis narasi. Dalam dunia pendidikan banyak sekali model - model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar siswa dapat menguasai bahan pelajaran. Model – model tersebut digunakan dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan tersebut, maka standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Perumusan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu menjadikan: a. Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa;

(24)

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya;

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah;

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia;

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (BSNP:2006).

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat ucap yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, bahasa juga merupakan percakapan atau alat komunikasi dengan sesama manusia. Sedangkan bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini yang merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus diajarkan pada semua jenjang pendidikan, terutama di sekolah dasar karena merupakan dasar dari semua pembelajaran.

3. Keterampilan Menulis a. Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

(25)

menulis pada dasarnya merupakan sutu kegiatan yang produktif dan eksprestif. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:22)

Pada prinsipnya, fungsi utama dari tulisan ialah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. menulis tidak langsung. menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. menulis dapat membantu dalam proses pembelajaran berpikir kritis, memperdalam daya tanggap atau persepsi, membantu menjelaskan pikiran, dan sebagainya.

Selain itu, menulis juga merupakan aktivitas komunitasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermmakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.

Sebagai suatu aktivitas, setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat dalam kegiatan menulis, yaitu (1) menulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi, (3) saluran tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan. penulis sebagai penyampai pesan mengandung makna bahwa sebelum menulis, seorang penulis telah memikirkan maksud dan ide yang hendak di smpaikan kepada pembaca. Ide yang ditulis kemungkinan mempunyai manfaat yang besar bagi orang lain yang membutuhan. melalui tulisan pesan atau isi tulisan (ide atau gagasan) penulis

(26)

tersampaikan kepada pembaca. dengan demikian, sebelum menulis seorang penulis sebaiknya memperhatikan apa yang hendak ditulis, saluran, dan bentuk tulisan apa yang hendak digunakan, dan di tujukan kepada siapa tulisan itu.

Menulis juga dilaksanakan dengan melalui suatu proses.Jabrohim, dkk., (Munirah, 2012: 5) mengemukakan bahwa proses menulis dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah (1) persiapan menulis, (2) menulis, (3) revisi dan, (4) membaca ulang naskah tulisan. Tahap persiapan menulis meliputi: pengumpulan ide dan informasi, mencari topik, mempersempit permasalahan atau topik, menentukan tujuan penulisan, menganalisis materi atau mengelola informasi yang terkumpul. Tahap menulis meliputi kebiasaan menulis yang baik yaitu: mencari situasi atau waktu yang tepat dan melaksanakan rencana yang telah ditentukan, mengecek kembali apakah rencana tersebut sudah sesuai dengan pesiapan menulis dan menggunakan metode yang tepat, membiarkan ide itu mengalir, mengabaikan teknik menulis (sementara), tulisan sesuai dengan topik yang sudah di tentukan, menulis draft kasar, mengikuti teknik penulisan yang baik,. tahap revisi meliputi: mengecek struktur paragraf, struktur kalimat, konsentrasi tulisan. tahap membaca ulang tulisan meliputi: kegiatan mengecek tanda baca dan tata bahasa. keseluruhan menulis itu sebaiknya dilaksanakan agar diperoleh tujuan menulis yang baik.

Dalam pembelajaran menulis, beban mental siswa harus di hilangkan karena akan menghambat kreatifitas. Siswa yang merasa takut dan terbebani dalam menghadapi pelajaran atau merasa takut salah dalam mengerjakan tugas

(27)

belajarnya, merasa rendah diri sehingga kebebasan dan keberanian untuk mngekspresikan kesempurnaannya akan hilang.

b. Tujuan Menulis

Hugo Hartig (Tarigan, 1984) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut:

1) Tujuan penugasan. Pada tujuan ini, sebenarnya penulis menulis sesuatu karena ditugasi. Misalnya tugas merangkum, membuat laporan dan sebagainya.

2) Tujuan altruistik. Penulis bertujuan menyenangkan, menghindarkan kedukaan, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan.

3) Tujuan persuasif. Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran yang diutarakan.

4) Tujuan penerangan. Penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan penerangan pada pembaca.

5) Tujuan pernyataan diri. Penulis bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat memahami sang penulis.

6) Tujuan kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistik atau nilai kesenian. Penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi pembaca terharu tentang hal yang di bacanya.

7) Tujuan pemecahan masalah. Dalam tulisan ini, penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Penulis berusaha memberikan kejelasan kepada para pembaca tentang cara pemecahan suatu masalah.

(28)

Berdasarkan tujuan penulisan, sangat jelas bahwa menulis adalah hal yang sangat komplek karena selain harus mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapan kaidah bahasa tulis dengan tepat. kaidah bahasa tulis yang dimaksudkan adalah dapat menata organisasi karangan menggunakan ejaan. semua aspek tersebut di perlukan di dalam kegiatan tulis menulis dengan berbagai tujuan.

c. Bentuk – Bentuk Menulis

Berdasarkan sifat dari teknik penyajiannya, dikenal empat menulis yaitu sebagai berikut:

1) Eksposisi (Paparan)

Syafi’ie (Munirah 2012: 10) menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. wacana ini bertujuan menyampaikan fakta – fakta secara teratur. Logis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur – unsur sesuatu, hubungan sebab akibat, dan sebagainya. Wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan, serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mengerti.

2) Deskripsi atau lukisan

Menurut Syafi’ie (Munirah, 2012: 12), deskripsi ialah tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) yang dilukiskan itu sesuai dengan itra penulisnya. Wacana deskripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi yang khayali (imajinatif) dan wacana deskripsi yang faktawi (abjektif)

(29)

3) Argumentasi atau dalihan

Supriyadi (Munirah, 2012: 13) menyatakan bahwa argumentasi adalah jenis wacana atau tuisan yang memberikan alasan dengan contoh dan bukti yang kuat serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan penssdapat, gagasan, sikapa dan keyakinan penulis, sehingga mau berbut sesuai dengan kemauan penulis. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam imu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan argumentasi berwujud usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat penulis mengenai hal yang di bahas.

4) Narasi atau kisahan

Supriyadi (Munirah, 2012: 13) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau pembaca. wacana narasi berisi fakta, dapat pula berisi sesuatu yang khayali. wacana narasi yang berupa fakta misalnya otobiografi atau biografi seorang tokoh terkenal, sedangkan wacana narasi yang khayali seperti cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain.

d. Tahap – Tahap Menulis

Tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draft kasar, b) berbagi,c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, dan f) evaluasi

Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan mengenai tahap – tahap dalam menulis yaitu:

(30)

1) Tahap Pratulis

Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Didalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Menulis mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.

2) Tahap Pembuatan

Draft – draft yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.

3) Tahap Revisi

Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok – pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. Penulis berusaha untuk menyempurnakan draft yang telah selesai agar tulisan tetap fokus pada tujuan.

4) Tahap Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draft. Tulisan pada draft kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan

(31)

pada draft kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan.

5) Tahap Publikasi

Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah memublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya.

4. Konsep Menulis Paragraf Narasi a. Pengertian Menulis Paragraf Narasi

Paragraf narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Keraf (Munirah, 2012: 110).Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah dari waktu ke waktu. Semi (Munirah, 2012: 110). Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Parera (Munira, 2012: 110). Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang di reka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, dan kisah-kisah sejati. Paragraf narasi adalah salah satu pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu di jabarkan dengan urutan

(32)

awal, tengah dan akhir. Selanjutnya, menurut Finoza (Munirah, 2012: 111). Paragraf narasi ialah paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita.

b. Jenis-jenis Paragraf Narasi 1) Narasi Informatif

Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan. Keraf (Munirah, 2012: 111).

2) Narasi ekspositorik

Menurut Keraf (Munirah, 2012: 111),narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai terakhir dalam kehidupannya.

3) Narasi sugestif

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanah terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat, (Munirah, 2012: 112).

5. Ciri-ciri Paragraf Narasi

Menurut Keraf (Munirah, 2012: 112), ada sembilan ciri-ciri paragraf narasi, yaitu:

a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan; b. Dirangkai dalam ukuran waktu;

(33)

c. Berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”;

d. Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronologis;

e. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis;

f. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya;

g. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik; h. Memiliki nilai estetika; dan

i. Menekankan susunan secara kronologis.

Lebih lanjut, Suherli (Munirah, 2012: 113) mengatakan bahwa ciri-ciri paragraf narasi, yaitu menggunakan penokohan dan latar. Penyajian wacana narasi dimaksudkan untuk mengisahkan suatu rangkaian atau tahapan secara kronologis dengan memperhatikan latar peristiwa itu. Selain itu, apabila terdapat rangkaian beberapa paragraf dalam wacana narasi, maka dari paragraf itu terbentuk alur (plot) narasi. Keraf (Munirah, 2012: 113).

6. Tujuan Paragraf Narasi

Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental menurut Keraf (Munirah, 2012: 113) yaitu:

a. Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan; dan

(34)

7. Langkah-langkah menulis karangan narasi

Langkah-langkah menulis karangan narasi menurut Keraf (Munirah, 2012: 113) yaitu:

a. Tentukan amanah yang akan disampaikan b. Tetapkan sasaran pembaca;

c. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan disampaikan dalam bentuk skema alur;

d. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal perkembangan, dan akhir cerita; e. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai

pendukung cerita;

f. Susunan tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandangan; dan g. Mengerti aturan tanda baca dalam kalimat tersebut.

8. Jenis-jenis Karangan Narasi

Jenis-jenis karangan narasi adalah: a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknik)

Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini

(35)

berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukkan unsur sugestif atau bersifat objektif.

b. Narasi Sugesti

Narasi sugesti adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

9. Model Pembelajaran Berbasis Proyek a. Pengertian Model

Arends (Ngalimun, 2015: 185) menyatakan “The term teaching model refers to a particular approachto instruction thst includes its goals, syntacx,environment, and management system” istilah model pelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode, dan prosedur. Menurut Joyce (Ngalimun, 2015: 186) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajran tercapai.

Soekamto, dkk (Ngalimun, 2015: 186) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yng melukiskan prosedur yang

(36)

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam mrencanakan aktivitas belajar mengajar.” hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Enggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajara tujuan

pembelajaran yang akan dicapai;

3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kardi dan Nur (Ngalimun, 2015: 159).

Dalam dunia pendidikan banyak sekali model - model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar siswa dapat menguasai bahan pelajaran. Model – model tersebut digunakan dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model berbasis proyek untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.

b. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan

(37)

tugas-tugas bermakna lainnya, student centered, dan menghasilkan produk nyata. “Ada empat karakteristik pembelajaran berbasis proyek, yaitu isi, kondisi, aktivitas dan hasil” Santyasa, (Ngalimun, 2015:169). Fokus dari Model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah proses dan produk. Proses yang dilakukan siswa berbentuk kegiatan-kegiatan seperti (1) menetapkan tema proyek, (2) konteks belajar, (3) merencanakan aktivitas, (4) memproses aktivitas, dan (5) penerapan aktivitas untuk menyelesaikan proyek (Santyasa, 2006). Situasi dalam proses tersebut dapat memancing kreativitas siswa dalam berpikir yang nantinya akan menghasilkan out-put yang berupa (1) produk nyata, (2) peningkatan respon siswa terhadap segala perubahan dan akibat dari suatu situasi, (3) peningkatan kemampuan dalam memenejemen diri, (4) peningkatan kemampuan mendemontrasikan suatu proses kejadian dan, (5) kebiasaan melakukan evaluasi diri Rasana (dalam Ngalimun 2015:170). Suatu proyek yang ideal adalah merupakan sesuatu yang baru dan asli, namun hal ini tidaklah mutlak bagi siswa. Dapat pula siswa bekerja dalam suatu proyek yang bertolak dari ide orang lain, tetapi kemudian mengadakan modifikasi dari dasar pemikiran tersebut. Siswa yang kreatif biasanya menghasilkan karya yang baru dan asli. Karya yang dihasilkan tersebut tentunya membutuhkan kemampuan berpikir kreatif, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, dan berpikir elaborasi.

Pembelajaran berbasis proyek adalah proyek perseorangan atau kelompok yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Pembelajaran berbasis proyek memiliki ciri khas, yaitu melibatkan para siswa dalam desain proyek, penyelidikan pemecahan masalah, atau pengalaman yang memberi perluasan

(38)

waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonom. Pembelajaran berbasis proyek mempunyai nilai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing siswa membuat rencana, melaksanakan penelitian, dan menyajikan hasil dari proyek yang dilakukan. Pembelajaran berbasis proyek diterapkan untuk memotivasi siswa lebih aktif dan berinisiatif untuk memperoleh hal-hal yang mereka inginkan baik pada sisi pengetahuan, pemahaman, dan keterampilannya. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga mengkondisikan dan memaksa siswa mencari solusi pemecahan masalah dalam menyelesaikan proyeknya.

Dengan model pembelajaran seperti ini, siswa akan terbantu dan lebih mudah menulis karya ilmiah. Siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mendaftar hal-hal yang perlu ditulis berdasarkan topik yang dipilih, menentukan gagasan yang akan dikembangkan dalam makalah (berdasarkan pengamatan atau penelitian), menyusun kerangka makalah, dan mengembangkan kerangka menjadi makalah utuh. Dalam pembelajaran berbasis proyek dihasilkan sebuah produk yang hasilnya ditampilkan atau dipresentasikan. Proses pengerjaan proyek memerlukan berbagai macam bahan Purnawan, (Ngalimun, 2015: 170). Produk yang dihasilkan siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ini adalah berupa makalah yang kemudian akan dipresentasikan secara individu atau kelompok. Pembelajaran berbasis proyek ini sangatlah berbeda dengan pembelajaran berbasis masalah. Kalau pembelajaran berbasis proyek, guru memberikan proyek kepada siswa baik itu berupa makalah dan tugas akhir agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan, sedangkan pada pembelajaran berbasis masalah, permasalahanlah yang menjadi starting point dalam belajar. Guru tidak

(39)

memberikan proyek yang berupa tugas kepada siswa, tetapi siswa dihadapkan langsung dengan masalah untuk dipecahkan sendiri masalah tersebut.

c. Keuntungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Moursound (Ngalimun, 2016: 200) mengemukakan bahwa keuntungan dari belajar berbasis proyek adalah sebagai berikut:

1) meningkatkan motivasi.

2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 3) meningkatkan kolaborasi.

4) meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Memperhatikan karakteristik pembelajaran Berbasis Proyek, didukung teoretik, dan review testimonial, maka model ini bisa menjadi komponen yang well-established dalam sistem pendidikan kita. Model pembelajaran berbasis proyek adalah penggerak yang unggul dalam membantu siswa belajar melakukan tugas – tugas otentik dan multidisipliner, mengelola buget, menggunakan sumber – sumber yang terbatas secara efektif, dan bekerja dengan orang lain.

B. Kerangka Pikir

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat aspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai

(40)

konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap, makna, peran daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut, hal yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Penggunaan model berbasis proyek dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan Menulis. Melalui penggunaan model ini, baik guru maupun siswa dapat mengekspresikan dirinya dalam berbahasa. Hal ini juga dapat melatih keterampilan menulis narasi siswa.

Jika dibandingkan dengan penggunaan model berbasis pertemuan di dalam kelas dan bersifat pasif yang terkesan monoton dan hanya melibatkan beberapa siswa yang aktif, model pembelajaran berbasis proyek, lebih membangkitkan gairah belajar siswa. Dimana melalui model ini, semua siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu melatih dan mengembangkan keterampilan menulis siswa. Dengan adanya menggunakan model ini, siswa lebih imajinatif dan memberikan respon belajar yang lebih baik.

Melalui penggunaan model berbasis proyek dalam keterampilan menulis narasi, para siswa akan lebih mudah dan berani dalam mengasah keterampilan menulisnya. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran keterampilan menulis ini akan menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan, interaktif, dan tidak membosankan bagi siswa serta menambah rasa percaya diri siswa dalam menulis. Hal ini tentunya berdampak besar, terutama dalam hal meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis.

(41)

Dapat diformulasikan bahwa penggunaan model berbasis proyek untuk Keterampilan Menulis yang diterapkan di SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar, yaitu skenario keterampilan Menulis yang menggunakan model berbasis proyek berimplikasi pada perbaikan hasil belajar siswa pada aspek keterampilan berbahasa siswa, khususnya untuk keterampilan menulis.

(42)

Berikut adalah gambar bagan dari kerangka pikir di atas:

Gambar 1. Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menulis Narasi

Model Berbasis Proyek

Analisis Temuan KTSP 2006 Pretest Menulis Mendengarkan kan Menyimak Membaca Postest

111.Menentukan Pertanyaan mendasar 222.Mendesain perencanaan proyek 333.Menyusun jadwal

444.Memonitor kemajuan proyek 555.Menguji proses dan hasil belajar 666.Evaluasi Pengalaman

2

(43)

C. Hipotesis

Berdasarkan dari uraian kajian teoritis dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut

 H1= Ada pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap

kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia murid kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate kota Makassar.

 H0= Tidak ada pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap

kemapuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia murid kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2006: 72) menyatakan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan Menurut Gay (Emzir, 2007: 63) Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental designs jenis One-Group Pretes-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (treatment). Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Emzir, 2014 O1X O2

(45)

Keterangan:

O1 = Tes awal (pretest)

O2 = Tes akhir (posttest)

X = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:

a) Memberikan pre test untuk mengukur variabel terikat (Hasil belajar) sebelum perlakuan dilakukan.

b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Berbasis Proyek

c) Memberikan post test untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan dilakukan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Tiro (2000:3) mengemukakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri, fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian. Populasi tidak dibatasi menurut banyaknya orang, hewan atau objek saja.

Populasi adalah keseluruhan atau sejumlah individu yang menjadi subyek penelitian.

(46)

Tabel 3.1 Jumlah Kelas dan Besarnya Populasi Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan IA 13 17 30 IB 11 13 24 IIA 10 14 24 IIB 11 15 26 IIIA 10 14 24 IIIB 10 14 24 IVA 10 15 25 IVB 11 9 20 VA 11 10 21 VB 9 14 23 VIA 14 13 27 VIB 13 15 28

Tabel 3.1. Jumlah seluruh siswa SD Inpres Bontomanai Tahun Ajar 2018-2019

2. Sampel

Menurut Tiro (2000:3) sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih/diambil dari suatu populasi. Besarnya sampel ditentukan oleh banyaknya data atau obsevasi dalam sampel itu. Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk memperoleh sampel adalah menggunakan teknik penyampelan kelompok. Menurut Tiro (2011: 41) teknik penyampelan

(47)

kelompok adalah teknik penentuan sampel dilakukan dengan tidak memilih individu melainkan kelompok. Teknik penentuan sampel yang akan dijadikan subjek penelitian dilakukan secara langsung.

Berdasarkan jumlah populasi di atas, maka peneliti akan mengambil sampel pada kelas IVA yang terdiri dari 25 siswa. Jadi jumlah sampel pada

penelitian pada SD Inpres Bontomanai, berjumlah 25 siswa.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

a. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelincahan, ketepatan dan kesesuaian ketika murid menyelesaikan tugas pada tes awal (pretest) dan menyelesaikan tugas pada tes akhir (posttest).

b. Model pembelajaran Berbasis Proyek yang diterapkan dalam penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran yaitu pembelajaran Berbasis Proyek.

D. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes dengan jenis pretest dan posttest. pretest dilaksanakan sebelum model pembelajaran Berbasis Proyek diterapkan, sedangkan posttest dilaksanakan setelah murid mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.

(48)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir, adapun langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Tes awal (pretest)

Tes awal dilakukan sebelum treatment, pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum diterapkannya Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Adapun bentuk pre-test yang diberikan yaitu berupa tugas kegiatan menulis narasi tentang pengalaman siswa selama libur ramadhan.

2. Treatment (pemberian perlakuan)

Dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran Berbasis Proyek pada Keterampilan Menulis narasi.

3. Tes akhir (posttest)

Setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah posttest untuk mengetahui pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap hasil belajar siswa kelas IV A. Bentuk posttest yang di berikan sama dengan bentuk pretest yaitu memberikan tugas kepada murid menulis karangan narasi mengenai pengalaman selama libur semester.

F. Teknik Analisis Data

a. Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial.

(49)

b. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata (Mean) ̅ = ∑

b) Persentase (%) nilai rata-rata = x 100%

Dimana:

P = Angka persentase

f = frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel responden.

(50)

Dalam analisis ini peneliti menetapkan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis narasi sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh Depdikbud (2003) yaitu:

Tabel 3.1. Standar Ketuntasan Hasil Belajar

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar 0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t).Dengan tahapan sebagai berikut:

t =

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek ∑ = Jumlah kuadrat deviasi

(51)

N = subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md = ∑ Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest = Jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus: ∑ = ∑ ∑

Keterangan :

∑ = Jumlah kuadrat deviasi

= Jumlah dari gain (post test – pre test) N = Subjek pada sampel.

c) Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

t =

√∑

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

(52)

D = Deviasi masing-masing subjek ∑ = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan Kaidah pengujian signifikan :

Jika t Hitung> t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti penerapan

Model Pembelajaran Berbasis Proyek berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar

e) Jika t Hitung< t Tabel maka Hoditerima dan H1ditolak, berarti penerapan

Model Pembelajaran Berbasis Proyek tidak berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar

f) Menentukan harga t Tabel

Mencari t Tabel dengan menggunakan table distribusi t dengan taraf

signifikan

g) Membuat kesimpulan apakah Model pembelajaran Berbasis Proyek berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Pretes keterampilan menulis narasi mata pelajaran Bahasa indonesia Murid Kelas IV SD Negeri Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran Berbasis Proyek

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia murid berupa nilai dari Kelas IV SD Negeri Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar Data perolehan skor keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia murid Kelas IV SD Negeri Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.1. Skor Nilai Pre-Test

No Nama Murid Nilai

Ingga Anly. A 85

2 Aswan. H 35

(54)

No Nama Murid Nilai

4 Muh. Iksan Nur 20

5 Nur fadila 20

6 Andini Dwi Alysa 35

7 Purwalianingsih 35 8 Syahdanul 30 9 Mikel 50 10 Amira Aristawati 40 11 Salsabila. D 30 12 Masitah 30 13 Risky Ramadhani 45 14 Umar Paruq 45 15 Hikma Shakila. H 40

16 Nur Annisa Amir 20

17 Magfira Syakila 35

18 Asrawati 60

19 Muh. Aidil Saputra 20

20 Kartika 40

21 Muh. Aswar Ahmad 40

22 Silfina. Z 35

23 Sarina Saparuddin 20

24 Saldi 35

(55)

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pre-test dari murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Perhitungan untuk mencari mean ( rata – rata ) nilai pretest X F F.X 20 6 120 30 4 120 35 6 210 40 4 160 42 2 106 50 1 50 60 1 60 85 1 85 Jumlah 25 911

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 911, sedangkan nilai dari N sendiri adalah 25. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:

̅

=

(56)

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia murid Kelas IV SD Negeri Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar Gowa sebelum penerapan model pembelajaran Berbasis Proyek yaitu 36,44.Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Tingkat hasil belajar Pretest

No Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori Hasil Belajar 1 2 3 4 5 0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100 10 13 1 - 1 40,00 52,00 4,00 0,00 4,00 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Jumlah 25 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia murid pada tahap pretest dengan menggunakan instrumen test dikategorikan sangat rendah yaitu 40,00%, rendah 52,00%, sedang 4,00%, tinggi 00,00% dan sangat tingggi berada pada presentase 4,00%. Melihat dari hasil presentase yang ada dapat dikatakan bahwa

(57)

tingkat keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia sebelum diterapkan Model pembelajaran Berbasis Proyek tergolong rendah.

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Skor Kategorisasi Frekuensi %

0 ≤ × < 65 Tidak tuntas 24 96

65 ≤ × ≤ 100 Tuntas 1 4

Jumlah 25 100

Apabila Tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (65) 96%, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis narasi pada mata pelajaran bahasa indonesia murid Kelas IV SD Negeri Inpres Bontomanai belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena murid yang tuntas hanya 4% 75%.

1. Deskripsi Hasil Belajar (Posttest) Murid Kelas IV SD setelah diterapkan model pembelajaran berbasis proyek

Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya diperoleh setelah diberikan post- test. Perubahan tersebut dapat dilihat dari data berikut ini :

(58)

Data perolehan skor hasil belajar Kelas IV SD Inpres Bontomanai setelah penerapan model pembelajaran berbasis proyek

Tabel 4.5. Skor Nilai Post-Test

No Nama Murid Nilai

1 Ingga Anly. A 80

2 Aswan. H 75

3 Muh. Zulkifli 85

4 Muh. Iksan Nur 70

5 Nur fadila 75

6 Andini Dwi Alysa 80

7 Purwalianingsih 80 8 Syahdanul 75 9 Mikel 70 10 Amira Aristawati 75 11 Salsabila. D 75 12 Masitah 60 13 Risky Ramadhani 85 14 Umar Paruq 85 15 Hikma Shakila. H 80

16 Nur Annisa Amir 70

17 Magfira Syakila 85

18 Asrawati 90

(59)

No Nama Murid Nilai

20 Kartika 75

21 Muh. Aswar Ahmad 60

22 Silfina. Z 90

23 Sarina Saparuddin 90

24 Saldi 75

25 Muh. Arif Hailyr 75

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid Kelas IV SD Inpres Bontomanai Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Tabel 4.6. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-tes X F F.X 60 2 120 70 3 210 75 8 600 80 4 320 85 5 425 90 3 270 Jumlah 25 1945

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir     Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 3.1 Jumlah Kelas dan Besarnya Populasi  Kelas  Jenis Kelamin  Jumlah  Laki-laki  Perempuan  I A 13  17  30  I B 11  13  24  II A 10  14  24  II B 11  15  26  III A 10  14  24  III B 10  14  24  IV A 10  15  25  IV B 11  9  20  V A 11  10  21  V B 9
Tabel 3.1. Standar Ketuntasan Hasil Belajar
Tabel 4.1. Skor Nilai Pre-Test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Digital Kompetensi dikonvergensi dari beberapa bidang sehingga kompetensi digital ini menyiratkan kemampuan untuk memahami media (seperti sebagian besar media atau

Untuk mengetahui efisiensi penyerapan anggaran Pendidikan dan Kesehatan di Kabupaten Aceh Besar yaitu teknik analisis rasio efisiensi untuk setiap rincian item pos

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: penggunaan LKS materi pokok sistem regulasi manusia bermuatan keislaman

pada saat ini Bangka Belitung, khususnya Kabupaten Bangka Barat, sudah termasuk dalam zona hijau, namun masyarakat tetap diminta waspada akan munculnya gelombang susulan

[r]

Dolayısıyladır ki, Vatikan’ın bu dünya ile ilgili tüm işleri, başta da siyasi, diplomatik ve ekonomik kararlarla, uluslararası ilişkileri “Dinsel” değil, “Dünyevi”

Jadi dengan penerapan Konsep SCP dan pembuatan jadwal kerja serta rute kunjungan yang melingkar seperti bola akan dapat memaksimalkan wilayah penjualan yang ada pada

Jenis tanaman nenas ini memiliki ciri-ciri berdaun panjang, lebar, tidak berduri, berwarna hijau tua kemerahan dengan jumlah daun pada tiap tanaman antara 40--60 lembar,