• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGENDALIAN MUTU

TERHADAP KEMASAN BOTOL PRODUK

OXYWATER

DI PT TIRTA ALAM SEMESTA

YUNIA AFRIANI RACHMAN

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta adalah benar karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Yunia Afriani Rachman

(4)
(5)

ABSTRAK

YUNIA AFRIANI RACHMAN. Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO.

Proses peningkatan mutu suatu produk tidak lepas dari terjadinya kegagalan produksi yang relatif tinggi, sehingga perlu adanya pengendalian mutu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada kemasan botol produk Oxywater, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan kemasan botol produk Oxywater, dan menganalisis sistem pengendalian mutu terhadap kemasan botol produk Oxywater. Metode analisis yang digunakan adalah metode Six Sigma yang membahas dengan konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobabilty sampling dengan metode

purposive sampling. Sample yang digunakan adalah produk Oxywater.

Berdasarkan hasil analisis PT Tirta Alam Semesta saat proses produksi Oxywater

dinilai memiliki kapabilitas kinerja cukup baik yaitu dengan nilai sigma 4.35 dan nilai DPMO 2 203.21 per sejuta produk. Hal ini berarti dari sejuta peluang produksi Oxywater terdapat kemungkinan 2 203.21 botol produk Oxywater yang gagal produksi akibat kerusakan botol.

Kata kunci : Pengendalian mutu, Oxywater, kemasan botol

ABSTRACT

YUNIA AFRIANI RACHMAN. Quality Control Systems in Oxywater Bottle Packaging Production of PT Tirta Alam Semesta. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO.

The quality development process of the product can not be separated with the failure in production, therefore the quality control is necessary. The objectives of this research are first to analyze the damage factors in the production of Oxywater bottle packaging, second to identify the causes of those damages, and third to analyze the quality control system in Oxywater bottle packaging production. The method that used in this research is six sigma method with DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control). Sampling techniques used in this research is nonprobabilty sampling with the methods purposive sampling. Sample used is Oxywater products. Based on the analysis result, PT Tirta Alam Semesta has good performance compability during production process with the sigma score 4.35 and DPMO score 2 203.21 per million products. This is showed that from one million production of Oxywater, there is 2 203.21 failure possibilities of Oxywater bottle packaging because of the damages in the bottle.

(6)
(7)

SISTEM PENGENDALIAN MUTU

TERHADAP KEMASAN BOTOL PRODUK

OXYWATER

DI PT TIRTA ALAM SEMESTA

YUNIA AFRIANI RACHMAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk

Oxywater di PT Tirta Alam Semesta.

Nama : Yunia Afriani Rachman NIM : H24114055

Disetujui Oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Mukhamad Najib, STP MM Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan tepat waktu. Tugas akhir ini berjudul Sistem Pengendalian Mutu Terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta. Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak David Putranegoro sebagai Direktur dan Bapak J. Philips Latumahina sebagai Factory Manager di PT Tirta Alam Semesta beserta seluruh karyawan PT Tirta Alam Semesta yang telah membantu selama pengumpulan data dan memberikan informasi sebagai bahan penulisan. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibuku, Kakak Tia serta seluruh keluarga, dan semua teman-teman atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas akhir ini, namun demikian tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, guna menyempurnakan penulisan ini diperlukan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, April 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Mutu 4

Manajemen Mutu 5

Six Sigma 5

Hasil Penelitian Terdahulu 6

METODOLOGI PENELITIAN 7

Kerangka Pikir Penelitian 7

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Pengumpulan Data 8

Pengolahan Data 9

1. Analisis Data Kuantitatif 10

2. Analisis Data Kualitatif 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan 11

Struktur Organisasi Perusahaan 11

Deskripsi Produk Oxywater 12

Proses Produksi Oxywater 13

Standar Mutu Produk 15

Analisis Hasil Penelitian 16

Tahap Pendefinisian 16

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1 Standar mutu produk Oxywater 15

2 Pengawasan mutu produk Oxywater 16

3 Jenis-jenis kerusakan botol produk Oxywater 17 4 Ciri-ciri kerusakan botol produk Oxywater 18 5 Frekuensi kerusakan botol produk Oxywater PT Tirta Alam Semesta

periode Juni 2011–September 2013 18

6 Nilai DPMO dan nilai sigmadari proses produksi Oxywater

7 Langkah-langkah perbaikan di bagian produksi 24 8 Biaya kerugian per kwartal sebelum perbaikan 27 9 Biaya kerugian per kwartal sesudah perbaikan 27

DAFTAR GAMBAR

1 Analisis trend untuk persentase kerusakan botol produk Oxywater

(PT Tirta Alam Semesta, 2013) 2

2 Kerangka pikir penelitian 8

3 Diagram alir proses pengemasan produk Oxywater 13 4 Standar botol dan botol rusak produk Oxywater 17 5 Diagram Pareto untuk jenis kerusakan botol produk Oxywater 19 6 Grafik DPMO produksi Oxywater PT Tirta Alam Semesta periode

Juni 2011-September 2013 21

7 Grafik nilai sigma produksi Oxywater PT Tirta Alam Semesta periode

Juni 2011-September 2013 21

8 Diagram sebab akibat kerusakan botol Oxywater 22 9 Analisis trend untuk persentase kerusakan botol produk Oxywater secara

aktual Juni 2011-Februari 2014 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis produk yang di produksi PT Tirta Alam Semesta 32 2 Data analisis trend kerusakan botol produk Oxywater 33

3 Daftar pertanyaan wawancara 34

4 Struktur organisasi PT Tirta Alam Semesta 35

5 Proses pengolahan air 42

6 Persyaratan mutu air minum dalam kemasan 43

7 Konversi DPMO ke nilai sigma berdasarkan motorola’s 6-sigma process 44

8 Data aktual analisis trend untuk kerusakan botol produk Oxywater

Juni 2011-Februari 2014 47

(15)
(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri air minum dalam kemasan semakin berkembang, sehingga tercipta persaingan yang ketat terhadap mutu suatu produk. Perusahaan yang menjadikan mutu sebagai alat strategi akan mempunyai keunggulan bersaing terhadap kompetitornya dalam menguasai pasar. Proses produksi yang memperhatikan mutu akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Hal ini dapat menghindarkan adanya pemborosan dan inefisiensi, sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan dan harga produk dapat menjadi lebih kompetitif.

Proses peningkatan mutu suatu produk tersebut tidak lepas dari terjadinya kegagalan produksi yang relatif tinggi, sehingga hasil produksi tersebut tidak optimal. Suatu produk yang dihasilkan akan menghasilkan produk yang sempurna dan kemungkinan menghasilkan produk rusak. Produk rusak bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu pemilihan bahan baku yang kurang tepat, tenaga kerja yang tidak teliti atau tidak mempunyai keahlian yang memadai dalam membuat suatu produk dan alat-alat produksi yang tidak dapat beroperasi normal karena kurangnya perhatian dalam pemeliharaan. Supaya produk yang dihasilkan tersebut mempunyai mutu sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan dan sesuai dengan harapan konsumen, maka perusahaan harus melakukan kegiatan yang berdampak pada mutu yang dihasilkan dan menghindari banyaknya produk yang rusak.

PT Tirta Alam Semesta merupakan salah satu perusahaan air minum dalam kemasan yang menjadikan mutu sebagai alat strategi untuk keunggulan bersaing. Perusahaan ini memproduksi tiga merk dagang yaitu AirOx, Rivero dan

Oxywater. Produk AirOx dan Oxywater merupakan produk air minum beroksigen

tinggi yang dikemas dalam botol. Sedangkan produk Rivero merupakan produk air minum demineral yang dikemas dalam tiga jenis kemasan, yaitu botol, gelas, dan galon. Rivero dengan kemasan botol memiliki tiga ukuran, yaitu 370 ml, 600 ml dan 1500 ml. Rivero kemasan gelas dengan ukuran 240 ml dan Rivero kemasan galon dengan ukuran 19 liter. Semua jenis produk yang diproduksi PT Tirta Alam Semesta dapat dilihat pada Lampiran 1.

Produk yang dihasilkan perusahaan ini tidak semuanya memiliki mutu yang sesuai standar. Meskipun perusahaan ini menjadikan mutu sebagai alat strategi bersaing akan tetapi dalam kenyataannya masih terjadi kerusakan dari hasil produksi yang dihasilkan. Jenis produk yang paling banyak mengalami kerusakan yaitu produk Oxywater terutama kerusakan pada kemasan botol produk akhir

Oxywater. Hal ini dapat dilihat dari analisis trend untuk persentase kerusakan

(18)

2

Gambar 1 Analisis trend untuk persentase kerusakan botol produk

Oxywater (PT Tirta Alam Semesta, 2013)

Berdasarkan data time series dari PT Tirta Alam Semesta dapat dibuat analisis trend kerusakan botol Oxywater dengan menggunakan model kuadrat

(Quadratic Model). Data yang diperoleh dalam pembuatan trend persentase

kerusakan botol produk Oxywater dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Gambar 1, trend kerusakan botol produk Oxywater mengalami peningkatan dilihat dari garis trend berwarna merah dan setelah dilakukan peramalan diprediksi persentase kerusakan botol juga akan mengalami kenaikan hingga pada periode waktu ke 30 (sampai bulan Februari 2014) dilihat dari garis peramalan berwarna hijau. Peningkatan persentase kerusakan yang terjadi disebabkan perusahaan belum mempunyai sistem pengendalian mutu untuk mencegah terjadinya kerusakan dan melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus. Sistem pengendalian mutu yang dapat digunakan salah satunya dengan metode six sigma.

Menurut Gaspersz (2007), six sigma lebih baik dibandingkan sistem manajemen mutu seperti Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA), ISO 9000 dan lain-lain. Hal ini disebabkan metode six sigma dalam penerapannya tidak hanya mengupayakan peningkatan mutu secara terus menerus, tetapi juga memberikan solusi untuk meningkatkan mutu menuju tingkat kegagalan nol.

Melihat trend kerusakan botol produk Oxywater yang semakin meningkat dan belum adanya sistem pengendalian mutu yang diterapkan PT Tirta Alam Semesta membuat peneliti ingin mengetahui penyebab terjadinya kerusakan dan selanjutnya memperbaiki mutu produk tersebut, sehingga persentase kerusakan dapat diminimalkan dan memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan penelitian berjudul Sistem Pengendalian Mutu terhadap Kemasan Botol Produk Oxywater di PT Tirta Alam Semesta.

Perumusan Masalah

Mutu suatu produk merupakan hal penting dalam suatu proses produksi, agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Untuk menghasilkan produk dengan mutu terbaik dibutuhkan perencanaan dan pengendalian mutu produk secara optimal. Setiap penyimpangan atau kesalahan yang terjadi pada

30 Trend Analysis Plot for Persentase Kerusakkan Botol Produk Oxywater

(19)

proses produksi harus dideteksi sedini mungkin sehingga dapat mengurangi pemborosan biaya yang dikeluarkan untuk kerusakan.

Berdasarkan latar belakang penelitian dan uraian di atas, maka dilakukan penelitian di PT Tirta Alam Semesta. Masalah-masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Jenis-jenis kerusakan apakah yang terjadi pada kemasan botol produk

Oxywater ?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan kemasan botol produk

Oxywater ?

3. Bagaimana sistem pengendalian mutu terhadap kemasan botol produk

Oxywater yang dapat diterapkan di PT Tirta Alam Semesta ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang disebutkan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada kemasan botol produk

Oxywater.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada kemasan botol produk Oxywater.

3. Menganalisis sistem pengendalian mutu terhadap kemasan botol produk

Oxywater yang dapat diterapkan di PT Tirta Alam Semesta.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, peneliti selanjutnya dan bagi perusahaan sebagai referensi dan masukan tentang pengendalian mutu terhadap produk Oxywater. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penulis menjadi lebih mengetahui secara mendalam tentang sistem pengendalian mutu produk, sehingga menambah pengetahuan dan bekal untuk di dunia kerja nanti.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih mendalam lagi yang berkaitan dengan pengendalian mutu terhadap produk.

3. Bagi Perusahaan

(20)

4

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas mengenai penyebab terjadinya kerusakan botol produk Oxywater, jenis-jenis kerusakan dan bagaimana sistem pengendalian mutu dalam mengendalikan kerusakan botol produk Oxywater. Penelitian ini hanya membahas kerusakan kemasan botol produk Oxywater, karena produk ini memberikan kontribusi paling besar terhadap terjadinya kerusakan botol dibandingkan dengan kemasan botol produk lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Mutu

Menurut Gaspersz (2005), mutu merupakan sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu. Mutu terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Menurut Garvin dalam Gaspersz (2005:37) mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu produk, sebagai berikut :

1. Performansi (performance)

Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 2. Keistimewaan (features)

Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

3. Keandalan (reliability)

Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.

4. Konformansi (conformance)

Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (durability)

Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.

6. Kemampuan Pelayanan (service ability)

Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan/kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (esthetics)

Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual.

8. Mutu yang dipersepsikan (perceived quality)

(21)

Menurut Juran dalam Nasution (2004:1), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Garvin dan Darvis dalam Nasution (2004:3), mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Manajemen Mutu

Menurut Gaspersz (2005), Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus (continuous performance

improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional

dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia (SDM) dan modal yang tersedia.

Menurut ISO 8402 (Quality Vocabulary) dalam Gaspersz (2005:6) didefinisikan Manajemen Mutu sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggungjawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kulaitas (quality planning), pengendalian mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan mutu (quality improvement). Tanggungjawab untuk manajemen mutu ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top manajemen) dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.

Meskipun manajemen mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen mutu berfokus pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Manajemen mutu berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua SDM, yaitu pemasok-pemasok dan para pelanggan dilingkungan perusahaan. Sehingga manajemen mutu merupakan kemampuan yang melekat dalam SDM dan merupakan proses yang dapat dikontrol.

Six Sigma

Menurut Gaspersz (2007), Six sigma dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi yang menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan tujuan penurunan variasi proses dan penurunan kegagalan atau kecacatan produk. Unsur-unsur yang penting dalam Six Sigma, adalah : (1) memproduksi hanya 3.4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau operasi—3.4 DPMO—(Defect Per

Million Opportunities), (2) inisiatif-inisiatif peningkatan proses untuk mencapai

tingkat kinerja enam sigma. Pendekatan Six Sigma bertujuan untuk reduksi variasi

(variation reduction), pengendalian proses dan peningkatan terus menerus.

Menurut Gaspersz (2007), Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan mutu dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen mutu. Dengan demikian, Six Sigma

(22)

6

Semakin tinggi target sigma yang dicapai, semakin baik kinerja proses industri. Berbagai upaya peningkatan menuju target Six Sigma dapat dilakukan menggunakan dua metodologi, yaitu (1) Six Sigma—DMAIC (Define, Measure,

Analyze, Improve and Control), dan (2) Design For Six Sigma (DFSS)—DMADV

(Define, Measure, Analyze, Design and Verify). DMAIC digunakan untuk

meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defect).

Menurut Gaspersz (2007), semakin tinggi kapabilitas sigma maka semakin tinggi pula upaya peningkatannya agar mencapai keunggulan dan kesempurnaan. Upaya peningkatan dari 5-sigma menjadi 6-sigma akan lebih tinggi daripada upaya peningkatan 4-sigma menjadi 5-sigma, juga lebih tinggi daripada upaya peningkatan dari 3-sigma menjadi 4-sigma. Peningkatan dari kapabilitas proses

3-sigma menjadi 4-sigma membutuhkan sekitar 10 kali improvement, peningkatan

dari kapabilitas proses 4-sigma menjadi 5-sigma membutuhkan sekitar 30 kali

improvement, sedangkan peningkatan dari kapabilitas 5-sigma menjadi 6-sigma

membutuhkan sekitar 70 kali improvement.

Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan pengendalian mutu dan metode Six Sigma dijadikan bahan pertimbangan dalam penelitian ini, antara lain :

Sudianto (2008), melakukan penelitian berjudul Penggunaan Metode Six

Sigma dalam Perencanaan Pengendalian Mutu pada UD Global Info Media di

Ungaran. Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa UD Global Info Media masih belum menerapakan six sigma secara keseluruhan dan belum memahami konsep DMAIC. Hal ini dilihat dari penetapan standar produk cacat 1% tetapi kenyataanya produk cacat masih di atas 1%.

Lubis (2013), melakukan penelitian berjudul Pengendalian Mutu Tepung Tapioka Menggunakan Metode Six Sigma pada PT Sari Pati Semudun Jaya di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat tiga jenis cacat produk pada tepung tapioka yang dihasilkan perusahaan, ketiga jenis cacat tersebut adalah kw, briket dan antah. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya produk cacat tepung tapioka pada PT Sari Pati Semudun Jaya adalah bahan baku, manusia, mesin, lingkungan kerja dan metode pengawasan yang dilakukan sebelum dan pada saat proses produksi tepung tapioka berlangsung. Metode Six Sigma berhasil menekan tingkat kecacatan produk tepung tapioka pada PT Sari Pati Semudun Jaya.

Sholichin (2006), melakukan penelitian berjudul Analisis Manajemen Mutu Perspektif Six Sigma pada divisi Produksi Bagian Fish Fillet PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tanjung Priok Jakarta Utara. Kinerja Divisi Produksi PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk komoditi fish fillet

(23)

pada proses pembuatan fish fillet yang dapat mempengaruhi mutu dan kuantitas

fish fillet. Proses perbaikan dilakukan pada 17 CTQ yang telah ditentukan.

Perbaikan berupa target kinerja yang dijadikan sasaran perbaikan, sehingga yang dilaksanakan tepat pada sasaran. Target kinerja tersebut merupakan upaya perbaikan yang sedang dilakukan perusahaan, terutama pada divisi produksi karena pada umumnya kesalahan yang terjadi lebih bersifat teknis atau human

error. Proses perbaikan bersifat berkelanjutan, sehingga setiap kekurangan yang

ada dapat dipahami dan dipelajari untuk perbaikan di masa mendatang.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pikir Penelitian

Proses menciptakan produk bermutu yang sesuai dengan standar dan keinginan konsumen belum sepenuhnya tercapai karena masih ada penyimpangan produk yang tidak dikehendaki oleh perusahaan, sehingga menghasilkan produk rusak yang tentunya akan sangat merugikan perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan suatu sistem pengendalian mutu agar dapat meminimalisir terjadinya kerusakan sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect). Pengendalian mutu bertujuan untuk memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali dan menghasilkan produk bermutu. Manajemen mutu berfokus pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Kegiatan ini dilakukan, karena biasanya sering terjadi ketidaksesuaian antara standar yang diinginkan dengan hasil produksi. Oleh karena itu dalam pengendalian mutu perlu memperhatikan produk yang dihasilkan, agar sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sesuai dengan harapan konsumen.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Six

Sigma. Six Sigma merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

memperbaiki mutu produk dengan konsep dasar DMAIC (Define, Measure,

Analyze, Improve dan Control). Tahap define digunakan untuk menemukan

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Dalam hal ini masalah yang terjadi adalah kerusakan botol pada produk Oxywater. Tahap measure adalah pengukuran yang dilakukan dengan menghitung peluang terjadinya kegagalan pada tiap unit (DPO atau Defects Per Opportunities), kesempatan terjadinya kegagalan pada tiap satu juta unit (DPMO atau Defects Per Million Opportunities) dan nilai sigma. Pada tahap analyze dilakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab masalah. Pada tahap improve dilakukan perbaikan pada faktor-faktor penyebab terjadinya masalah. Tahap control bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan perbaikan di lapangan.

(24)

8

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka pikir dalam penelitian seperti tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pikir penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Tirta Alam Semesta yang berlokasi di Jalan Raya Desa Ciburayut Kampung Coblong Citiis RT 05 RW 05 Desa Ciburayut Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat

.

Waktu penelitian dimulai sejak Mei sampai September 2013. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data yang relevan dari perusahaan yang kemudian diolah dan hasilnya dievaluasi.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode berikut:

Standar Mutu Botol Produk Oxywater

Hasil Produksi

Mutu Botol Rusak

Analisis

dengan Metode Six Sigma

Menentukan jumlah dan jenis kerusakan

Menentukan faktor-faktor penyebab kerusakan

Penerapan sistem pengendalian kualitas terhadap kemasan botol

produk Oxywater

Hasil

penelitian Rekomendasi

Mutu Botol Baik Kepuasan

(25)

1. Pengamatan atau Observation

Observation merupakan pengamatan langsung pada tempat penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi akurat mengenai obyek yang diteliti. Dalam hal ini diamati proses produksi, pengumpulan data produk rusak dan kegiatan manajemen mutu di PT Tirta Alam Semesta.

2. Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dari berbagai sumber yaitu dengan pihak-pihak yang terkait dalam proses produksi PT Tirta Alam Semesta mengenai jenis-jenis kerusakan, penyebab kerusakan, proses produksi serta bahan baku yang digunakan. Daftar pertanyaan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain itu mendapatkan data time

series perusahaan berupa data laporan hasil produksi dan data produk rusak.

Data yang dipakai adalah data dari Juni 2011 sampai dengan September 2013.

3. Metode Studi Literatur

Metode ini dilakukan berdasarkan pengetahuan dan informasi yang didapatkan dari beberapa buku, perpustakaan maupun dari sumber internet.

Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data digunakan metode six sigma, dalam peningkatan mutu terdiri dari lima tahap yaitu Define, Measure, Analyze, Improve

dan Control (DMAIC). Dalam tahapan DMAIC bertujuan untuk menghilangkan

langkah-langkah proses yang tidak produktif, berfokus pada pengukuran-pengukuran baru, dan menerapkan teknologi untuk peningkatan mutu menuju target Six Sigma (Gaspersz, 2007).

1. Pendefinisian (Define)

Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.

2. Pengukuran (Measure)

Hal ini mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan indikator kinerja kunci

(key performance indicators = KPIs).

3. Analisis (Analyze)

Menganalisis hubungan sebab akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.

4. Perbaikan (Improve)

Hal ini mengoptimalisasikan proses menggunakan analisis-analisis seperti

Design of Experiments (DOE) untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi

optimum proses.

5. Pengendalian (Control)

(26)

10

Analisis data adalah proses mengelompokkan, membuat suatu urutan, mengolah data sehingga mudah untuk dibaca. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis kualitatif. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 15.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan dengan tujuan untuk menilai efektifitas kinerja PT Tirta Alam Semesta melalui evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Analisis ini akan difokuskan pada produksi produk Oxywater. Menurut Gaspersz (2005), analisis data dengan metode Six Sigma dapat menggunakan rumus dibawah ini :

a. Analisis DPO

DPO merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur proporsi produk cacat (defect) atas jumlah total peluang dalam sebuah

Sholichin (2006), menyatakan bahwa ukuran sigma merupakan ukuran yang menunjukkan penyimpangan standar yaitu suatu indikator dari tingkat variasi dalam seperangkat pengukuran atau proses dengan mengkonversi nilai dari DPMO ke dalam tabel Sigma. Tabel konversi DPMO ke nilai

Sigma berdasarkan Motorola’s 6-Sigma Process. Dengan demikian

perusahaan dapat mengetahui posisi perusahaan berada. d. Diagram Pareto

Heizer dan Render (2009: 319), Diagram Pareto (Pareto Chart) adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Diagram ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi di abad ke-19 dan Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang 20%.

2. Analisis Data Kualitatif

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan

PT Tirta Alam Semesta didirikan pertama kali di Bogor oleh Bapak David Putranegoro pada tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tahun 2003. Perusahaan ini memproduksi Air Minum Beroksigen dan Air Minum Demineral. Saat ini perusahaan telah mempunyai distributor tunggal yang diberi nama PT Mitra Anugrah Pratama Sejahtera.

Pada tahun 2005, PT Tirta Alam Semesta memproduksi air minum

beroksigen dengan merk dagang ―AirOx‖ dan didasari kepedulian terhadap

kesehatan masyarakat mengenai pentingnya air murni dalam kehidupan, maka sejak tahun 2007, perusahaan mulai memproduksi air minum dimurnikan (purified

water) atau disebut juga air minum demineral dengan merek dagang ―Rivero‖.

Pada tahun 2011, perusahaan mengembangkan usahanya dengan menambah

produk air minum beroksigen dengan merk dagang ―Oxywater‖.

PT Tirta Alam Semesta sudah menjalankan sistem manajemen mutu dengan mengunakan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan telah memperoleh sertifikasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dari lembaga Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang sudah terakreditasi.

Visi PT Tirta Alam Semesta adalah menjadi perusahaan terdepan dalam menghasilkan produk berbasis air inovatif dan bermutu, sebagai sumbangsih bagi peningkatan mutu kesehatan masyarakat. Misi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi produk yang

sehat dan bermutu.

2. Memanfaatkan teknologi muktahir untuk menghasilkan produk inovatif dan bermutu dengan harga yang rasional.

3. Membentuk team work yang solid, sehingga dapat mengoptimalkan produktifitas perusahaan.

4. Menyelenggarakan manajemen perusahaan efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan stake holder.

Struktur Organisasi Perusahaan

(28)

12

Deskripsi Produk Oxywater

Oxywater adalah salah salah satu produk air minum beroksigen (Oxygenated

Drinking Water) yang merupakan gabungan air yang dimurnikan (Purified Water)

dengan oksigen tinggi (kadar Oksigen ≥ 80 ppm), yang merupakan dua komponen yang paling diperlukan dalam kehidupan manusia. Sumber air pembuatan produk

Oxywater berasal dari mata air pegunungan yang diproses dengan teknologi

Jerman. Proses ini meliputi pemurnian air secara reverse osmosis dan dioksigenasi sehingga diperoleh air yang murni dengan kandungan Total Disolved Solid (TDS) < 2 ppm dan mengandung oksigen tinggi ≥ 80 ppm. Oksigen yang digunakan adalah oksigen yang sangat sesuai dengan standar kesehatan dengan kemurnian 99,6% (first grade quality). Produk ini dikemas dengan menggunakan botol PET

(Poly Ethylene Terephtatale) dengan ukuran 350 ml.

Secara kuantitatif, air minum dalam kemasan beroksigen dapat diperiksa dengan DO (Dissolved Oxygen) meter. Sedangkan secara fisik, dapat diketahui dengan menekan badan botol. Jika badan botol keras, artinya kandungan oksigen tinggi. Saat tutup botol dibuka, maka akan ada gas yang keluar. Air minum dalam kemasan beroksigen dapat dikonsumsi siapa saja, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Konsumsi air minum dalam kemasan beroksigen sebaiknya dilakukan minimal dua botol setiap hari secara rutin sebelum atau sesudah makan untuk menjamin agar oksigen dapat masuk ke dalam saluran pencernaan secara optimal. Disarankan tutup botol baru dibuka apabila akan segera diminum dan langsung diminum hingga habis satu botol.

Oksigen yang dapat larut dalam air merupakan molekul-molekul oksigen menempati ruang diantara molekul air. Kandungan oksigen di dalam air dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu, tekanan dan jumlah zat yang terlarut di dalam air. Semakin rendah suhu air, kandungan oksigen yang terkandung semakin besar. Itulah sebabnya akan merasa lebih segar jika minum air dingin. Tekanan yang besar dapat memaksa lebih banyak molekul oksigen masuk ke dalam ruang di antara molekul air.

Kemurnian air juga mempengaruhi kelarutan oksigen. Air yang murni memungkinkan oksigen terlarut lebih banyak. Pada umumnya air mengandung 4-6 ppm oksigen, air pegunungan dapat mengandung sampai 8 ppm oksigen. Namun dengan kemajuan teknologi yang dimiliki perusahaan saat ini, kandungan oksigen di dalam air dapat ditingkatkan sampai dengan 80 ppm (MAPS 2011). Terdapat beberapa manfaat Oxywater bagi tubuh, yaitu :

1. Meningkatkan metabolisme tubuh

2. Meningkatkan penyerapan makanan dalam tubuh 3. Sangat baik untuk mengatasi gangguan pencernaan 4. Membantu proses pemulihan tubuh dari penyakit

(29)

Proses Produksi Oxywater

Untuk menghasilkan produk Oxywater terdiri dari beberapa tahapan proses produksi. Tahap pertama adalah proses pengolahan air dapat dilihat pada Lampiran 5. Kemudian proses pengemasan produk Oxywater dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: PT Tirta Alam Semesta

Gambar 3 Diagram alir proses pengemasan produk Oxywater

Tahapan proses produksi Oxywater sebagai berikut :

1. Unscrambling

Tahap unscrambling merupakan proses dimana botol kosong dimasukkan ke dalam mesin unscramble untuk dilakukan penyusunan botol, kemudian melewati air conveyor dan masuk ke mesin rinsing.

2. Rinsing (Pembilasan)

Tahap rinsing merupakan proses dimana botol kosong dibilas menggunakan air ozon dan air lunak dengan tekanan tertentu sehingga kotoran di dalam botol akan terbilas dan setelah botol dalam keadaan bersih, kemudian dilakukan pengisian (filling).

(30)

14

3. Mixing (Pencampuran)

Air hasil pemurnian secara Reverse Osmosis diinjeksi dengan Ozone dan disterilisasi dengan sinar ultra violet untuk menjamin air bebas dari cemaran mikroba. Setelah itu, air dicampur dengan oksigen pada proses mixing agar meningkatkan kelarutan oksigen dalam air. Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen dalam bentuk gas yang terlarut dalam air. Oksigen dapat terlarut di dalam air dengan cara difusi dari udara sekitar dan pengadukan (pergerakan cepat). Oksigen yang digunakan untuk membuat Oxywater

adalah oksigen dengan tingkat kemurnian 99,6% yang biasa digunakan di rumah sakit.

4. Filling (Pengisian)

Pada tahapan ini, botol yang sudah melewati proses rinsing kemudian dilakukan pengisian air produk (air yang sudah dicampur dengan oksigen) hingga volume tertentu. Setelah itu dilakukan penambahan LOX dengan cara diinjeksi ke dalam botol. Kegunaan penambahan LOX ke dalam produk agar meningkatkan tekanan dalam botol sehingga oksigen yang terlarut dalam air bisa terikat lebih lama dan tidak mudah turun kadar oksigennya. Standar tekanan dalam botol produk Oxywater adalah 5,5 -6 bar.

5. Capping (Penutupan)

Tahap capping merupakan proses pemasangan tutup (cap) pada botol sehingga botol dapat tertutup rapat dan oksigen yang terkandung dalam air produk dapat tetap terjaga. Tutup botol Oxywater dirancang khusus, yaitu berlapis ganda pada bagian dalam sehingga dapat menahan kebocoran oksigen.

6. Coding (Pengkodean)

Pada tahap ini, botol yang sudah terisi air produk kemudian dilakukan pengkodean pada bagian badan botol. Aturan untuk pemberian kode adalah pada baris pertama merupakan tanggal kadaluarsa (expired date) dan pada baris kedua merupakan kode produksi dan jam produksi.

7. Sealing

Tahap ini merupakan proses dimana bagian tutup botol diberi plastik seal

(segel) agar produk lebih terjamin mutunya.

8. Labeling (Pelabelan)

Pada tahap ini, botol produk diberi label dengan ketentuan kesimetrisan disemua arah dan informasi dalam label jelas dan mudah terbaca.

9. Steaming (Penguapan)

Botol yang sudah diberi label kemudian melewati proses steaming

(penguapan) untuk mengerutkan (merekatkan) label di botol. Suhu steam

minimal 85°C dan tekanan steam yang digunakan minimal 4 bar. 10. Pengawasan Mutu

Mutu Oxywater diawasi secara ketat, mulai dari bahan baku, proses, kemasan, produk jadi sampai pengiriman. Parameter pengujian Oxywater yang diuji antara lain:

a. pH (derajat kemasaman)

(31)

c. Kesadahan d. Bahan Organik e. Mikrobiologi

f. Kadar oksigen atau DO (Dissolved Oxygen)

g. Visual (kenampakan) produk seperti kesimetrisan label, mutu botol, serta

mutu cap seal.

11. Packing (Pengemasan)

Produk Oxywater yang bermutu baik kemudian dikemas ke dalam karton sebanyak 24 botol. Karyawan pada bagian ini memastikan jumlah produk yang dikemas sesuai jumlahnya dalam satu karton. Pada setiap kartonnya diberi brosur mengenai produk Oxywater. Brosur ini berfungsi sebagai media untuk promosi kepada konsumen. Kemudian pada karton yang sudah rapih ditutup, kemudian diberi kode tanggal kadaluarsa, kode produksi dan kode nama karyawan petugas pengemas.

Standar Mutu Produk

PT Tirta Alam Semesta menetapkan standar mutu untuk produk yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Standar mutu produk Oxywater harus dapat tercapai saat proses produksi dan sebelum produk sampai di konsumen. Persyaratan mutu air minum dalam kemasan berdasarkan SNI 01-3553-2006 dapat dilihat pada Lampiran 6. Produk Oxywater

merupakan produk air demineral karena proses pengolahan airnya melalui penyaringan (pemurnian). Standar mutu produk Oxywater yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Standar mutu produk Oxywater

Parameter Satuan Standar

Bau - Tidak berbau

Rasa - Normal

Warna - Tidak berwarna

TDS ppm < 2

pH - 5,0 – 7,5

Kekeruhan NTU Maks 1,5 NTU

Kesadahan mg/L < 4

Residu Ozone ppm 0,1 – 0,4

Zat Organik mg/L Maks 1,0

TPC awal Kol/ml Maks1,0x102

Coliform APM/100 ml < 2

Tekanan botol bar 5.5 – 6

Oksigen terlarut ppm ≥ 80

Sumber : PT Tirta Alam Semesta, 2013

Pengawasan mutu produk Oxywater dilakukan pada tahapan proses produksi. Adapun pengawasan mutu yang dilakukan terhadap produk Oxywater

dapat dilihat pada Tabel 2. Mutu produk harus selalu diawasi oleh bagian quality

(32)

16

Tabel 2 Pengawasan mutu produk Oxywater

Area Proses Pengawasan Mutu Produk Alat yang digunakan

Setelah pengisian (filling)

1. Pengecekan tekanan botol Pressure test meter

2. Pengecekan oksigen yang terlarut

Setelah penguapan (steaming) Pengecekan mutu fisik botol,

kesimetrisan seal dan label Visual dengan mata

Laboratorium

Pengecekan TDS, pH,

kekeruhan dan kesadahan,

serta pengecekan mikrobiologi

TDS meter, pH meter,

turbidity meter, media PCA dan EMBA Sumber : PT Tirta Alam Semesta, 2013

Produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi standar mutu yang telah dibuat oleh PT Tirta Alam Semesta. Produk rusak tidak akan diluncurkan ke konsumen. Produk rusak yang terjadi tidak bisa diperbaiki kembali karena kerusakan yang terjadi menyebabkan perubahan visual pada botol

Oxywater, yaitu botol kembung di bagian badan botol dan kembung di bagian

leher botol.

Analisis Hasil Penelitian

Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Six Sigma sebagai sistem pengendalian mutu dalam mengendalikan kerusakan pada kemasan botol produk Oxywater. Pengendalian mutu terdiri dari lima tahap, yaitu define, measure, analyze, improve dan control (DMAIC). Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan pada kemasan botol produk

Oxywater dapat menggunakan tahap define (pendefinisian), measure

(pengukuran), dan analyze (analisis). Sedangkan untuk menentukan solusi pemecahan masalah dapat menggunakan tahap improve (perbaikan) dan control

(pengontrolan). Tahap improve dapat menetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah dan dalam hal ini adalah adanya kerusakan botol produk yang dihasilkan. Sedangkan tahap control digunakan untuk memantau kegiatan yang telah dirumuskan dalam tahap improve di lapangan. Tahap control dilakukan agar hasil yang diperoleh di lapangan sesuai dengan harapan perusahaan.

Tahap Pendefinisian

Tahap pendefinisian (define) adalah tahap pertama dari proses DMAIC, tahap yang dilakukan adalah mengidentifikasi hal-hal yang dianggap penting dalam proses produksi dan mendefinisikan masalah-masalah mutu botol produk

Oxywater pada saat proses produksi dengan cara menghitung persentase

(33)

kerusakan botol produk. Di dalam tahap define ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan mendefinisikan jenis kerusakan botol pada produk

Oxywater. Kerusakan botol produk yang terjadi disebabkan karena proses

produksi. Jenis-jenis kerusakan botol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis-jenis kerusakan botol produk Oxywater

No Jenis Kerusakan Tahapan Proses Penyebab

1 Botol kembung bagian

badan botol Pengisian

Penambahan LOX terlalu

banyak menyebabkan

tekanan botol > 6 bar

2 Botol lembek Pengisian Penambahan LOX terlalu sedikit menyebabkan

tekanan botol < 5.5 bar

3 Botol kembung bagian

leher botol Penguapan

Mutu botol tidak tahan terhadap panas dan suhu

steam > 85°C

Berdasarkan Tabel 3, penyebab kerusakan botol yang sering terjadi dikarenakan adanya penambahan LOX. Faktor yang menyebabkan penambahan LOX menjadi kendala dalam proses pembuatan produk Oxywater adalah tidak stabilnya proses penginjeksian LOX ke dalam produk. Fungsi penambahan LOX ke dalam produk adalah menghasilkan tekanan dalam botol produk, sehingga oksigen yang terlarut dalam air dapat terjaga kandungannya. Ciri-ciri kerusakan botol produk Oxywater dibandingkan dengan standar produk dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Standar botol dan botol rusak produk Oxywater

Pada Gambar 4 dapat dilihat perbedaan antara standar botol produk

Oxywater dengan botol rusak. Untuk membedakan cirri-ciri kerusakan botol

produk Oxywater dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

(34)

18

Tabel 4 Ciri-ciri kerusakan botol produk Oxywater

No Jenis Kerusakan Ciri-ciri Kerusakan

1 Botol kembung bagian badan

a. Bagian badan botol mengembung

b. Volume air produk lebih rendah dari standar c. Ruang kosong (rongga udara) pada botol lebih

banyak dari standar

2 Botol lembek

a. Volume air produk lebih tinggi dari standar (penuh)

b. Tidak ada ruang kosong (rongga udara) pada botol

3 Botol kembung bagian leher

a. Bagian leher botol mengembung

b. Volume air produk lebih rendah dari standar c. Ruang kosong (rongga udara) pada botol lebih

banyak dari standar

Semua jenis kerusakan botol pada produk Oxywater dilakukan analisis pada setiap tahap proses dan standar pengukuran yang dapat menyebabkan kerusakan botol tersebut, serta dilakukan pengawasan terhadap titik-titik yang menjadi penyebab masalah.

Tahap Pengukuran

Pada tahap pengukuran (measure) ditentukan CTQ potensial sebagai karakteristik yang berpengaruh terhadap mutu serta berkaitan langsung dengan kepuasan pelanggan dan mengukur baseline kinerja (output) melalui pengukuran DPMO yang kemudian dikonversikan ke dalam nilai sigma.

1. Menentukan CTQ

Karakteristik-karakteristik kunci yang dapat menyebabkan hasil produksi Oxywater tidak memenuhi harapan konsumen, memiliki tiga jenis kerusakan botol produk Oxywater yaitu botol kembung bagian badan, botol lembek, dan botol kembung bagian leher. Sehingga dapat ditetapkan pada proses produksi Oxywater terdapat 3 CTQ. Untuk mengetahui frekuensi dari setiap jenis kerusakan botol dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Frekuensi kerusakan botol produk Oxywater PT Tirta Alam Semesta periode Juni 2011–September 2013

No Jenis Rusak Frekuensi

(35)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa frekuensi kerusakan terbesar ditemui pada jenis kerusakan botol kembung bagian leher sebanyak 2 890 kerusakan dengan persentase sebesar 49.82%. Jenis kerusakan ini pada tahap proses penguapan. Botol produk menjadi kembung di bagian leher karena mutu bahan baku botol tidak tahan panas yang terlalu tinggi. Pengaruh adanya tekanan dalam botol yang sangat tinggi dan rongga udara di bagian leher botol menyebabkan botol memuai sehingga botol kembung di bagian leher saat melewati suhu panas yang tinggi.

Jenis kerusakan botol kembung di bagian badan dan botol lembek memiliki frekuensi kerusakan sebanyak 1 909 dan 1 002 dengan persentase kerusakan sebesar 32.91% dan 17.27%. Berdasarkan pengamatan dan analisis kerusakan ini terjadi pada tahap proses pengisian yaitu dengan adanya penambahan LOX ke dalam botol produk Oxtwater. Kerusakan botol kembung di bagian badan disebabkan tekanan dalam botol melebihi standar yaitu lebih besar dari 6 bar. Sedangkan kerusakan botol lembek disebabkan kerusakan botol seperti Gambar 5.

Gambar 5 Diagram Pareto untuk jenis kerusakan botol produk

Oxywater

Menurut Gaspersz (2005), prinsip diagram Pareto bahwa sekitar 80% dari masalah disebabkan oleh 20% dari penyebab. Dari diagram Pareto di atas terlihat 49.8% jenis kerusakan terjadi pada botol kembung bagian leher dan 32.9% jenis kerusakan terjadi pada botol kembung bagian badan. Kedua masalah kerusakan botol tersebut harus mendapat prioritas penyelesaian terlebih dahulu, untuk memperbaiki mutu produk Oxywater.

2. Pengukuran Baseline Kinerja

Menurut Restiyanto (2009), sebelum proyek Six Sigma dimulai, perusahaan harus mengetahui tingkat kinerja yang sekarang (baseline

kinerja), maka peningkatan yang dicapai dapat diukur sepanjang jalannya

Frekuensi Rusak 2890 1909 1002

(36)

20

proyek Six Sigma. Baseline kinerja dalam Six Sigma dapat ditentukan dengan menggunakan suatu pengukuran DPMO dan tingkat kapabilitas Sigma (sigma level). Ada tiga baseline kinerja yaitu :

a. Pengukuran ini dilakukan jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses.

b. Pengukuran baseline kinerja menjelaskan masalah-masalah mutu yang tidak tampak jelas jika pengukuran kinerjanya hanya dilakukan pada tingkat output.

c. Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output dilakukan secara langsung pada produk akhir (barang/jasa) yang akan diserahkan kepada pelanggan. Pengukuran pada tingkat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana output akhir dari proses dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan, sebelum sampai ketangan pelanggan.

Data hasil pemeriksaan proses produksi Oxywater serta menghitung DPMO dan nilai sigma perusahaan PT Tirta Alam Semesta dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai DPMO dan nilai sigmadari proses produksi Oxywater

Juni 2011-September 2013

Tahun Bulan

Sumber : Diolah dari data laporan produksi PT Tirta Alam Semesta 2011-2013.

a

(37)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 dapat dinyatakan bahwa PT Tirta Alam Semesta saat proses produksi Oxywater dinilai memiliki kapabilitas kinerja cukup baik yaitu dengan nilai sigma 4.51 dan DPMO 2 203.21 per sejuta produk. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari sejuta peluang produksi Oxywater, maka terdapat kemungkinan 2 203.21 botol produk Oxywater yang gagal produksi akibat kerusakan botol. Dari Tabel 6 dapat dibuat grafik perolehan nilai DPMO seperti dimuat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik DPMO produksi Oxywater PT Tirta Alam Semesta periode Juni 2011-September 2013

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan nilai DPMO yang tidak stabil setiap bulannya. Nilai DPMO terendah pada bulan Oktober 2011 adalah 128.84, karena pada bulan tersebut jumlah botol rusak yang dihasilkan paling sedikit dibandingkan pada bulan lainnya. Jumlah botol rusak sebanyak 5 botol dengan jumlah produk yang dihasilkan 12 936 botol. Sedangkan nilai DPMO tertinggi terjadi pada bulan Juli 2012 dan Maret 2013, karena pada kedua bulan ini peluang terjadinya kerusakan paling besar. Hal ini disebabkan jumlah botol yang rusak dibandingkan dengan jumlah produk yang dihasilkan memiliki persentase yang paling tinggi. Berdasarkan data laporan produksi, pada bulan tersebut operator mesin filler dan steamer yang bertugas pada saat itu adalah operator pada grup 1. Operator tersebut kurang ahli jika dibandingkan dengan operator pada grup 2. Setelah didapatkan nilai DPMO, kemudian dikonversi ke nilai sigma, maka dapat dilihat grafik nilai sigma

pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik nilai sigma produksi Oxywater PT Tirta Alam Semesta periode Juni 2011-September 2013

(38)

22

Perolehan nilai sigma yang tidak stabil setiap bulannya disebabkan jumlah produk Oxywater yang diproduksi setiap bulan tidak sama. Perbedaan jumlah produksi Oxywater disebabkan permintaan yang tidak menentu dari

marketing, karena produk ini dijual melalui Multi Level Marketing (MLM).

Berdasarkan grafik nilai DPMO dan grafik nilai sigma dapat diketahui bahwa semakin tinggi perolehan nilai DPMO, maka perolehan nilai sigma akan semakin rendah, begitu pula kebalikkannya. Dalam hal ini, disimpulkan bahwa hubungan antara nilai DPMO dan nilai sigma adalah hubungan berbanding terbalik. Setelah diketahui kapabilitas sigma dan DPMO perusahaan saat ini, maka perusahaan harus melakukan perbaikan-perbaikan dengan metode Six Sigma untuk mengurangi jumlah kerusakan.

Tahap Analisis

Tahap ini merupakan tahap menganalisis sebab-sebab utama kerusakan botol saat proses produksi Oxywater. Data yang didapatkan pada tahap measure

kemudian dianalisis, agar diketahui akar permasalahannya dengan menggunakan diagram sebab akibat (fishbone diagram). Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat tiga jenis kerusakan botol produk Oxywater, yaitu botol kembung bagian badan, botol lembek dan botol kembung bagian leher. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan botol di PT Tirta Alam Semesta ada empat faktor yaitu faktor manusia, faktor mesin, faktor metode dan faktor bahan baku. Faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut dapat dilihat dalam diagram sebab akibat pada Gambar 8.

Gambar 8 Diagram sebab akibat kerusakan botol Oxywater

(39)

1. Karyawan kurang ahli dan terampil dalam mengoperasikan mesin filler dan kurang bisa mengatasi masalah yang terjadi pada mesin, sehingga mengakibatkan terjadinya produk rusak.

2. Kurang adanya pengawasan dari pimpinan saat proses produksi, sehingga disaat ada masalah pada mesin filler tidak cepat teratasi masalahnya dan tidak terkontrol produk yang rusak.

3. Karyawan bekerja kurang teliti dan ceroboh, yaitu karyawan dalam melakukan penyetelan mesin tidak teliti dan saat terjadi masalah karyawan kurang komunikasi dengan pemimpinya.

Faktor kedua penyebab kerusakan botol produk Oxywater adalah mesin. Beberapa hal yang berkaitan dengan mesin yang dapat menyebabkan kerusakan, adalah :

1. Penyetelan mesin terboven untuk dozing LOX yang tidak tepat akan menyebabkan tekanan di dalam botol Oxywater tidak sesuai standar tekanan 5.5 - 6 bar. Semakin lama waktu penyetelan responstime dozing LOX, maka semakin tinggi tekanan di dalam botol, dan jika penyetelan responstime

dozing dikurangi, maka tekanan botol akan berkurang.

2. Kecepatan mesin filler sangat berpengaruh terhadap tekanan dalam botol. Semakin lambat kecepatan mesin filler maka semakin banyak LOX yang masuk ke dalam botol, maka menyebabkan botol kembung.

3. Penyetelan mesin steamer, suhu dan tekanan yang terlalu tinggi akan menyebabkan botol kembung, maka kontrol suhu dan tekanan steamer harus diperhatikan sesuai standar, yaitu kisaran suhu 80-85°C dengan tekanan 4 bar. Mesin yang digunakan produksi merupakan fasilitator dalam memproduksi

Oxywater. Oleh karena itu, mesin produksi memegang peran sangat penting

bagi kesuksesan kinerja di bagian produksi.

Faktor ketiga penyebab kerusakan botol adalah metode. Beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan adalah :

1. Adanya perubahan standar tekanan botol dari 4.5 bar menjadi 5.5 bar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah kerusakan pada botol, terutama kerusakan botol kembung semakin meningkat.

2. Pada saat proses produksi metode kerja yang digunakan karyawan tidak tepat dan beberapa standar kerja diabaikan saat proses produksi.

3. Operator mesin filler di bagian produksi terdiri dari 2 orang dimana setiap

team memiliki 1 orang operator mesin filler. Setiap operator tidak menggunakan metode yang sama saat proses produksi Oxywater, terutama untuk penyetelan responstime dozing LOX.

4. Belum ada standar yang dibuat untuk penyetelan mesin terboven untuk

dozing LOX, sehingga tidak ada standar untuk kontrol proses produksi.

Faktor keempat penyebab produk rusak Oxywater adalah bahan baku. Beberapa hal yang menjadi penyebab kerusakan adalah :

1. Mutu botol Oxywater tidak bagus, karena botol tersebut tidak dapat menahan tekanan yang terlalu tinggi melebihi 5 bar.

(40)

24

3. Design botol Oxywater yang unik dengan lekukan body botol dan ketebalan

dari botol tidak merata.

Tahap Perbaikan

Tahap perbaikan (improve)menetapkan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan botol produk Oxywater yang dihasilkan PT Tirta Alam Semesta. Perbaikan-perbaikan dilakukan pada aspek manusia, mesin, metode dan bahan baku. Untuk melakukan perbaikan tersebut perlu dibuatkan sistem pengendalian mutu yang dapat menurunkan atau meminimalisir terjadinya kerusakan botol produk Oxywater.

Pada aspek manusia dilakukan perbaikan meliputi karyawan yang mengoperasikan mesin filler, karyawan yang mengoperasikan mesin steamer,

leader produksi dan supervisor produksi. Aspek mesin meliputi keseluruhan

masalah yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi Oxywater. Sedangkan pada aspek bahan baku yang perlu diperbaiki yaitu mutu botol.

Perbaikan dapat dilakukan ketika penyebab masalah kerusakan diketahui kemudian dilakukan analisis untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saran dari berbagai departemen untuk melakukan perbaikan dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan. Perbaikan-perbaikan dapat dilakukan saat proses produksi Oxywater dan dapat dilakukan pengamatan hasil dari perbaikan tersebut dapat mengurangi permasalahan atau tidak berpengaruh untuk menyelesaikan masalah. Langkah-langkah perbaikan di bagian produksi yang sudah dilakukan untuk meminimalisir kerusakan botol produk Oxywater dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Langkah-langkah perbaikan di bagian produksi

Faktor Langkah-Langkah

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

Manusia

1. Karyawan kurang ahli & terampil 1. Meningkatkan skill karyawan, dengan memberikan pelatihan kepada karyawan terutama karyawan di bagian filler dan steamer

2. Kurang pengawasan saat proses produksi

2. Memberikan pengawasan yang lebih

ketat saat proses produksi oleh

leader dan supervisor

3. Kurang teliti & ceroboh 3. Memberikan pengarahan sebelum

(41)

Lanjutan Tabel 7

Faktor Langkah-Langkah

Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

Mesin

1. Belum dibuat standar settingan responstime dozing LOX

1. Standar settingan responstime dozing LOX berkisar 33- 45 ms 2. Belum dibuat standar suhu dan

tekanan di steamer

2. Standar suhu 80°C-85°C dan tekanan steamer 4 bar 3. Tiga bagian valve steam (atas, tengah

dan bawah) dibuka

3. Hanya dua bagian valve steam

(tengah dan bawah) yang dibuka 4. Kecepatan mesin filler tidak stabil 4. Kecepatan mesin filler standar

14 000 botol/jam 5. Belum dibuatkan jadwal

pemeliharaan dan perawatan mesin secara rutin

5. Jadwal pemeliharaan dan perawatan mesin dilakukan 2 minggu sekali dan dibuat lembar kerja sebagai kontrol

Metode

1. Metode kerja belum sesuai dengan proses produksi

1. Dibuat metode kerja seperti

standard operating procedure, instruksi kerja dan lembar kerja sesuai dengan proses produksi 2. Adanya perbedaan metode kerja

yang digunakan operator filler dari kedua team untuk setting

responstime dozing LOX

2. Metode kerja yang digunakan

operator dari kedua team harus sama dan sesuai dengan standar yang dibuat

3. Adanya perubahan standar tekanan botol dari 4.5 bar menjadi 5.5-6 bar, banyak terjadi botol kembung

3. Setelah standar tekanan botol menjadi 5.5-6 bar, dilakukan perbaikan settingan mesin steamer

dan standar proses disesuaikan dengan perubahan tekanan 4. Pemeriksaan tekanan botol belum

dilakukan secara rutin

4. Pemeriksaan tekanan botol dilakukan setiap ½ jam dan dilakukan pencatatan pengontrolan Bahan

Baku

Botol tidak kuat dengan tekanan di atas 5 bar & botol tidak tahan terhadap panas yang tinggi

Melakukan complain botol ke

supplier & perbaiki spesifikasi

bahan dasar pembuatan botol

(42)

26

Langkah-langkah perbaikan mulai dilakukan pada periode ke 20 (bulan April 2013). Setelah tahap perbaikan dilakukan, maka dapat dilihat persentase kerusakan botol produk Oxywater selama Juni 2011 hingga Februari 2014 pada perusahaan PT Tirta Alam Semesta dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan data persentase tersebut dapat dilihat trend persentase kerusakan yang terjadi pada Gambar 9.

Gambar 9 Analisis trend untuk persentase kerusakan botol produk Oxywater secara aktual Juni 2011-Februari 2014

Dibandingan hasil analisis trend untuk kerusakan botol dengan menggunakan data aktual dengan data yang diramalkan menghasilkan suatu perubahan trend. Dapat dilihat pada Gambar 1 trend persentase kerusakan botol yang diramalkan pada periode ke 20 sampai 30 (April 2013-Februari 2014). Hasil perbandingan berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 1 dapat diambil kesimpulan bahwa setelah adanya perbaikan yang dilakukan saat proses produksi Oxywater,

trend untuk persentase kerusakan botol mengalami penurunan dilihat dari garis

linier yang melengkung ke bawah berbeda dengan hasil peramalan yang dilakukan pada awal sebelum dilakukan perbaikan. Hasil peramalan untuk persentase kerusakan botol pada periode ke 20-30 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, sistem pengendalian mutu yang dilakukan dengan menggunakan metode Six Sigma bisa diartikan berhasil dalam meminimalisir adanya kerusakan dan efisiensi dari segi biaya.

Langkah perbaikan yang dilakukan perusahaan juga dapat berpengaruh dari segi biaya. Perhitungan biaya kerugian secara terperinci yang ditanggung perusahaan sebelum dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya kerugian tersebut, kemudian dihitung jumlah biaya kerugian berdasarkan periode waktu 4 bulan (per kwartal) yang dapat dilihat pada Tabel 8.

30

Trend Analysis Plot for Persentase Kerusakkan Botol Produk Oxywater

(43)

Tabel 8 Biaya kerugian per kwartal sebelum perbaikan

Periode per kwartal Biaya Kerugian

(Rp)

Juni-September 2011 1 585 389

Oktober 2011-Februari 2012 136 910

Maret-Juli 2012 1 916 733

Agustus-November 2012 1 014 741

Januari-Maret 2013 1 352 988

Rataan total kerugian per kwartal 1 201 352

Sumber : Data yang diolah dari laporan produksi PT Tirta Alam Semesta

Berdasarkan tabel di atas, rataan total biaya kerugian per kwartal yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah Rp 1 201 352. Besaran biaya kerugian akibat kerusakan botol produk Oxywater diharapkan dapat menurun setelah dilakukan langkah-langkah perbaikan. Perhitungan secara rinci biaya kerugian yang ditanggung perusahaan sesudah dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah menghitung biaya kerugian tersebut, kemudian dihitung jumlah biaya kerugian berdasarkan periode waktu 4 bulan (per kwartal) yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Biaya kerugian per kwartal sesudah perbaikan

Periode per kwartal Biaya Kerugian

(Rp)

April-Juli 2013 540 735

Agustus-November 2013 245 057

Desember 2013-Februari 2014 71 331

Rataan total kerugian per kwartal 285 708

Sumber : Data yang diolah dari laporan produksi PT Tirta Alam Semesta

Biaya kerugian yang ditanggung perusahaan sesudah dilakukan langkah-langkah perbaikan pada proses produksi mengalami penurunan biaya. Rataan total kerugian per kwartal setelah dilakukan perbaikan proses Rp 285 708. Perbaikan yang dilakukan perusahaan dapat menurunkan biaya kerugian sebesar Rp 915 644, yang artinya perusahaan dapat menurunkan biaya kerugian sampai 76.22% dari jumlah biaya kerugian sebelum ada perbaikan proses.

Tahap Pengendalian

(44)

28

Keseluruhan rencana tindakan harus dilakukan secara berkesinambungan dan bertanggungjawab. Koordinasi antara pihak yang terkait perlu sekali dilaksanakan untuk menjaga keefektifan dan keefisienan seluruh tujuan yang akan dicapai. Setiap jenis kegiatan akan dideskripsikan hal yang harus dilakukan, agar tujuan yang hendak dicapai yaitu menuju kegagalan nol dapat terlaksana. Pada setiap tindakannya akan diprioritaskan pada sumber kegagalan yang mempunyai penyebab kegagalan terbanyak, yaitu pada faktor mesin dan manusia kemudian dilanjutkan pada faktor-faktor lainnya secara bertahap dan terkendali dengan baik.

IMPLIKASI MANAJERIAL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Six Sigma yang digunakan dalam pengendalian mutu di PT Tirta Alam Semesta dapat meningkatkan mutu produk Oxywater dan mengurangi terjadinya kerusakan. Hal ini mengandung implikasi yang dapat digunakan dalam perbaikan proses produksi, dengan mengunakan alat kontrol seperti fishbone diagram, diagram Pareto dan control

chart bisa menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengendalikan proses produksi

dan kerusakan yang terjadi pada kemasan dapat dikendalikan, serta diperbaiki masalahnya.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu produk adalah dengan dilaksanakannya pelatihan bagi karyawan. Program-program pelatihan dirancang untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, hasil pelatihan ini karyawan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kemampuan dalam menjalankan mesin-mesin produksi. Sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh faktor manusia bisa diminimalisir.

Implikasi dari segi keuangan adalah adanya pengendalian mutu yang dilakukan perusahaan, maka biaya akibat kerugian dapat diminimalisir dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan dari penjualan, dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dengan menghasilkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi melalui jaminan mutu yang diberikan oleh perusahaan dengan diterapkannya sistem Six Sigma. Selain itu, penelitian ini juga dapat meningkatkan pemahaman karyawan mengenai Six Sigma dan aturan terkait lainnya, serta juga meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya mutu produk bagi perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah dilakukan analisis dan pengolahan data, maka dapat diambil kesimpulan berikut:

Gambar

Gambar 1  Analisis trend untuk persentase kerusakan botol produk
Gambar 2  Kerangka pikir penelitian
Gambar 3.
Tabel 1  Standar mutu produk Oxywater
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan program pengendalian mutu terpadu didukung oleh penerapan biaya mutu yang efisien dan menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi dan harga yang terjangkau

Sistem yang dikembangkan dinamakan Sistem Infonnasi Pengendalian Mutu (SIPM) dengan bahasa pemrograman Visual Basic 3.0 for Windows. Fomlat file data yang dikembangkan compatibel

Ini artinya, bahwa orang yang melakukan pengawasan terhadap sistem pengendalian internal, haruslah memiliki independensi dalam struktur manajemen, dan tidak berada dalam

Berdasarkan perhitungan NPS yang diaplikasikan pada saat evaluasi penerapan sistem pengendalian mutu pembibitan jati plus, perhutani berhasil menekan tingkat

Peranan pengendalian mutu dalam proses produksi minuman karbonasi sangat penting karena jika tidak ada pengendalian mutu maka pengolahan produk-produk minuman karbonasi

INDUSTRI KEMASAN SEMEN GERSIK dalam kegiatan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan ini menggunakan menggunakan proses pengendalian yang terdiri dari

 Pengendalian mutu bahan baku, proses produksi dan produk jadi diperlukan untuk menghindari produk yang tidak sesuai dan mengetahui kesesuaian produk yang

1) Dari hasil analisis regresi antara biaya mutu dengan tingkat kerusakan produksi rumput laut, yang menunjukkan bahwa biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya