• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1. Sejarah Perusahaan

Departemen Perhubungan lahir sejak dari tahun 1945 adalah gabungan antara Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum, yang dipimpin oleh seorang Menteri Abikusno Tjokrosuyoso dari tanggal 2 September 1945 s.d. 14 November 1945, hal ini tidak berlangsung lama, karena Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan Umum tidak lagi dijabat oleh orang yang sama dan merangkap tugas seperti sebelumnya. Urusan perhubungan dan pekerjaan umum berada di bawah dua pejabat yang berbeda yaitu Kementrian Perhubungan dipimpin oleh Ir. Abdulkarim dari tanggal 14 Nopember 1945 s.d. 12 Maret 1946 dan Kementrian Pekerjaan Umum di bawah pimpinan Ir. Putuhena. Sesuai dengan namanya, Departemen Perhubungan mengurusi masalah perhubungan. Pada saat Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948 dan menguasai Yogyakarta serta menangkap Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta, Dinas Telegrap sebagi salah satu Jawatan dalam Departemen Perhubungan berhasil mengirim berita terakhir ke Bukittinggi yang ditujukan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara dari Presiden Soekarno yang isinya memberi wewenang untuk membentuk suatu pemerintahan darurat menjalankan tugasnya yang sangat berdampak penting bagi kelangsungan tegaknya Indonesia saat itu. Selanjutnya dibentuklah Kabinet Darurat dengan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai

(2)

Perdana Menteri dan Ir. Indratjaja sebagai Menteri Perhubungan dari tanggal 19 Desember 1948 s.d. 13 Juli 1949 dan merangkap sebagai Menteri Kemakmuran. Sejak awal kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan Belanda atas RIS tahun 1949, Departemen Perhubungan memiliki wewenang untuk mengatur perhubungan laut, udara, darat, perkeretaapian serta pos, telegraf, dan telekomunikasi dan masing-masing sektor tersebut diurus oleh jawatan-jawatannya sendiri yang berada di bawah struktur organisasi Departemen Perhubungan.

Pada era 1945-1949 yang menjadi perhatian adalah sektor perhubungan darat karena diantara beberapa sektor perhubungan lainya seperti laut maupun udara belum bisa menjadi sarana optimal. Angkutan laut masih terbatas jalur operasinya karena sebagian besar wilayah lautan Indonesia dikuasai oleh tentara sekutu, termasuk Belanda sehingga hubungan interinsuler ada dalam kekuasaan mereka.

Perkeretaapian menjadi perhatian utama dalam mengelola perhubungan darat pada masa itu karena jaringan angkutan darat lainnya seperti bus, truk, mobil dapat dikatakan tidak ada karena semua alat angkut bermotor masih dikuasai Jepang. Pembenahan perkeretaapian sebagai sarana darat utama saat itu bukanlah suatu hal yang mudah untjuk dilakukan sebab tingkat kerusakan kereta api cukup signifikan.

Pada masa Demokrasi Liberal ini terjadi perubahan di Departemen Perhubungan secara kelembagaan, yaitu dibetuknya Departemen Perhubungan Laut pada masa Kabinet Djuanda. Dengan adanya Departemen tersebut, maka

(3)

urusan laut yang sebelumnya menjadi tanggungjawab Departemen Perhubungan, kini menjadi terpisah dan ditangani secara mandiri oleh Departemen Perhubungan Laut. Dalam upaya menguasai pelayaran secara menyeluruh, diputuskan bahwa sudah tiba waktunya bagi pemerintah untuk mendirikan perusahaan pelayaran.

Dengan Keputusan Presiden RI No. 153 tanggal 10 Juli 1959, Ir. Soekarno kemudian membentuk kabinet baru yang dikenal dengan sebutan Kabinet Kerja I. dalam Kabinet Kerja I dari tanggal 10 Juli 1959 s.d. 18 Februari 1960 ini terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan negara. Menteri Muda Perhubungan Laut adalah Ir. Abdul Mutholib Danunungrat, Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos Telegrap dan Telepon adalah Jend. Mayor Djatikusumo, dan Menteri Muda Perhubungan Udara adalah Kol. Udara R. Iskandar. Perubahan yang cukup signifikan bagi Departemen Perhubungan terjadi pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Pada era ini, urusan perhubungan laut, udara, dan darat serta komunikasi tidak lagi berada secara keseluruhan di bawah wewenang Departemen Perhubungan, tetapi terpecah-pecah ke dalam beberapa Departemen yang baru terbentuk pada era tersebut. Nama Departemen Perhubungan diganti dengan istilah Bidang Distribusi yang menangani perhubungan laut, perhubungan darat, pos, dan telekomunikasi, perhubungan udara serta perdagangan. Sedangkan pada Kabinet Kerja II, urusan perhubungan berada di bawah bidang Distribusi yang terdiri dari Departemen Perhubungan Darat, Pos dan Telekomunikasi, Departemen Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan Udara, dan Departemen Perdagangan. Dalam Kabinet Kerja IV, istilah Bidang Distribusi diganti dengan Kompartemen Distribusi yang antara lain

(4)

terdiri dari Departemen Perhubungan darat, Pos dan Telekomunikasi, Departemen Perhubungan Laut dan Departemen Perhubungan Udara. Sedangkan pada masa Kabinet Dwikora dari tanggal 27 Agustus 1964 s.d. 1965, Menteri Perhubungan Darat Letjen Hidayat dan Menteri Perhubungan Udara Partono (baru mulai 2 April 1965), perhubungan laut tidak lagi masuk dalam Kompartemen Distribusi tetapi dibentuk kompartemen sendiri yaitu Kompartemen Maritim yang meliputi Departemen Perhubungan Laut, Departemen Perikanan dan Pengolahan Produksi Hasil Laut, serta Departemen Industri Maritim.

Perubahan yang terjadi pada Kabinet Dwikora disempurnakan I dari tanggal 24 Februari 1966 s.d. 28 Maret 1966 dengan Menteri Perhubungan Udara Partono dan Menteri Perhubungan Laut Mayjen KKO Ali Sadikin, yaitu terpisahnya urusan pos dan telekomunikasi dengan perhubungan darat. Pada kabinet ini dibentuk departemen baru yaitu Departemen Pos dan Telekomunikasi dibawah Kompartemen Distribusi. Selanjutnya dalam susunan Kabinet Dwikora yang disempurnakan II dari tanggal 27 Maret 1966 s.d. 25 Juli 1966 Kementerian Perhubungan dengan Menteri Laksamana Muda Laut Jatidjan dengan Departemen Perhubungan Darat Brigjen Utoyo Utomo dan Departemen Perhubungan Udara Partono, kembali terjadi perubahan. Urusan perhubungan yang sebelumnya didistribusikan dalam beberapa Departemen, kini disatukan kembali dalam Departemen Perhubungan.

Pada awal Orde Baru Struktur Organisasi Departemen Perhubungan dalam Kabinet Pembangunan I, II, dan III adalah meliputi Menteri Perhubungan, Sekertaris Jenderal Departemen Perhubungan, Inspektorat Jenderal Departemen

(5)

Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Direktorat Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Lembaga Metereologi dan Geofisika berada di bawah Direktorat Perhubungan Udara sampai tahun 1972 karena pada tahun 1973 dipindahkan dari Direktorat Perhubungan Udara ke departemen Perhubungan.

Penataan organisasi yang dilakukan dalam Departemen Perhubungan dengan menyesuaikan struktur dan citranya, dan konsolidasi yang dilakukan sejak tahun 1945 hingga sekarang menghasilkan sebuah Departemen yang besar. Aspek manajemen ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, teknologi serta sistemnya. Departemen Perhubungan selalu berusaha meningkatkan pelayanannya dibidang transportasi untuk kepentingan bangsa Indonesia, ini dikarenakan ketidaklancaran transportasi akan dapat berdampak pada seluruh bidang baik ideologi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.

Pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Departemen Perhubungan menjadi Kementerian Perhubungan, dan sebagai tindaklanjutnya serta untuk menjamin terselenggaranya tugas pemerintahan maka dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi kementerian negara serta Susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian negara.

(6)

2.2. Lingkup Bidang Usaha

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Perubahan ke empat atas Peraturan Preseiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi kementerian negara serta Susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian negara, maka Kementerian Perhubungan memiliki Tugas Pokok dan Fungsi serta Visi dan Misi dibidang transportasi sesuai dengan kebijakan regulasi sebagaimana berikut :

Menteri Perhubungan Tugas Pokok :

Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang perhubungan.

Fungsi :

 Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang perhubungan;

 Pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perhubungan;

 Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Departemen Perhubungan;

(7)

 Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi bidang perhubungan kepada Presiden.

Visi :

Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah.

Misi :

 Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan prasarana perhubungan;

 Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang sarana dan prasarana perhubungan;

 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa perhubungan;

 Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan memberikan nilai tambah.

Dalam melaksanakan tugasnya Menteri Perhubungan dibantu oleh Wakil Menteri Perhubungan dan para pejabat eselon I sesuai dengan tugas pokok, fungsi, visi dan misinya, adapun susunan organisasi pada Kementerian Perhubungan adalah sebagai berikut :

1. Wakil Menteri Perhubungan; 2. Sekretariat Jenderal;

3. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; 4. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut; 5. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Direktorat Jenderal Perkeretaapian; 7. Inspektorat Jenderal;

(8)

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan;

9. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan; 10. Staf Ahli Bidang Lingkungan Perhubungan;

11. Staf Ahli Bidang Teknologi dan Energi Perhubungan; 12. Staf Ahli Bidang Regulasi dan Keselamatan Perhubungan; 13. Staf Ahli Bidang Multimoda dan Kesisteman Perhubungan; dan 14. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kemitraan Perhubungan.

Sesuai KM 88 Tahun 2002 Tentang mekanisme dan Tata kerja Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian dilingkungan Departemen Perhubungan, pada BAB V Pengelola Sistem Informasi Kepegawaian pasal 10, dikatakan bahwa pengelola sistim informasi kepegawaian terdiri dari :

a. Pusat Data dan Informasi Perhubungan, Sekretariat Jenderal sebagai pengelola perangkat lunak dan data base kepegawaian Departemen Perhubungan.

b. Sekretariat Inspektorat Jenderal, Sekretariat Direktorat Jenderal, Sekretariat Badan dan Biro Kepegawaian dan Organisasi sebagai pengelola data base kepegawaian dilingkungan masing-masing sesuai fungsi dan kewenangannya.

c. Petugas/Operator Data Base Kepegawaian di masing-masing unit kerja ditunjuk dengan Surat Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Direktorat

(9)

Jenderal/Sekretaris Badan dilingkungan Departemen Perhubungan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

Operator pengelola sistem informasi kepegawaian bukan pejabat struktural maupun fungsional tetapi adalah staf yang diberi kewenangan dan tanggungjawab untuk mengelola data kepegawaian pada sistem informasi kepegawaian di unit kerjanya, dibawah pengawasan pejabat eselon pembina kepegawaian setingkat eselon IV sebagai sub pembina teknis dan eselon III sebagai pembina teknis, struktur organisasi pengelola sistem informasi kepegawaian pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Bagan Organisasi Pengelola Sistem Informasi Kepegawaian

Sumber : Menteri Perhubungan (2002) Menteri

Perhubungan

Sekretariat Jenderal, Pusdatin sebagai pengelola perangkat lunak dan data base

kepegawaian Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan

(Unit Kerja eselon I)

Sekretariat Inspektorat Jenderal, Sekretariat Direktorat Jenderal, Sekretariat Badan dan Biro Kepegawaian &

Organisasi (eselon II)

Kepala Bagian Kepegawaian (eselon III)

Kepala Sub Bagian (eselon IV)

Staf Pengelola/operator Sistem Informasi Kepegawaian yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan

(10)

2.3. Sumber Daya

Sumber daya manusia pada Kementerian terdiri dari 30.140 orang sesuai dengan data yang diperoleh pada aplikasi sistem informasi kepegawaian tanggal 24-11-2010 jam 19:13:11 WIB, dengan komposisi pegawai sebagai berikut :

a) Sekretaris Jenderal : 974 orang b) Inspektorat Jenderal : 242 orang c) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat : 638 orang d) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut : 17.429 orang e) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara : 7.449 orang f) Direktorat Jenderal Perkeretaapian : 476 orang g) Badan Pendidikan dan Pelatihan : 2.654 orang h) Badan Penelitian dan Pengembangan : 242 orang

2.4. Tantangan Bisnis

Peluang dan tantangan bagi Kementerian Perhubungan sesuai dengan Tugas, Pokok, Fungsi, Visi dan Misi, adalah :

a) Bidang transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi jalan adalah sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan nasional serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Misi transportasi jalan adalah untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang handal,

(11)

berkemampuan tinggi dalam pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang, guna mendukung pengembangan wilayah.

b) Bidang angkutan sungai dan perairan daratan, masih terbatasnya jumlah prasarana dan sarana penyeberangan dibanding kebutuhan berdasarkan kondisi geografis dan jumlah pulau di Indonesia (sekitar 17.000 pulau). Berdasarkan jumlah lintas penyeberangan yang ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan, saat ini baru ditetapkan sebanyak 172 lintas, tetapi yang baru beroperasi adalah 130 lintas. Pemanfaatan sungai, kanal dan danau untuk kebutuhan transportasi rakyat/lokal/kota masih rendah serta kurangnya pemanfaatan potensi untuk mendukung transportasi pariwisata dan pengembangan wilayah. Kelembagaan, peraturan serta SDM dan pendanaan dalam sistem pelestarian dan pemeliharaan alur transportasi sungai dan kanal yang perlu dikoordinasikan dengan penanganan masalah lingkungan, pengembangan pariwisata, budaya masyarakat dan tata ruang wilayah.

c) Bidang transportasi perkeretaapian, secara umum kendala utama angkutan kereta api adalah terbatasnya jumlah armada, kondisi sarana dan prasarana perkeretaapian yang tidak handal karena backlog perawatan, peran dan share angkutan kereta api yang masih rendah, kurangnya keterpaduan dengan moda transportasi serta masih minimnya peran swasta maupun Pemda dalam hal pembangunan perkeretaapian Indonesia

d) Bidang transportasi laut, tantangan dan masalah utama subsektor transportasi laut adalah terjadinya kongesti pada beberapa pelabuhan utama akibat terbatasnya kapasitas. Di samping itu diperlukan peningkatan aksesibilitas

(12)

pada daerah tertinggal dan wilayah terpencil, terutama pada Kawasan Timur Indonesia serta pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran untuk memenuhi kecukupan dan keandalan yang dipersyaratkan secara nasional maupun internasional. Terkait dengan permasalahan keselamatan, data kecelakaan tahun 2008 adalah 138 peristiwa kecelakaan kapal dengan rincian 54 kali kapal tenggelam, kebakaran 22 kali, tubrukan 15 kali, kandas/hanyut 17 kali, kecelakaan lainnya 29 kali dengan korban jiwa 92 orang. Faktor-faktor penyebab adalah : kelalaian manusia 31 peristiwa, Faktor-faktor alam 75 kejadian, dan faktor teknis 32 kejadian

e) Bidang transportasi udara, permasalahan serta tantangan dalam pelayanan transportasi pada umumnya, masih dihadapkan pada masalah keselamatan, keamanan transportasi serta masalah aksesibilitas pelayanan teutama pada pelayanan jasa transportasi di wilayah terpencil dan perbatasan, yang belum seluruhnya dapat dijangkau secara memadai. Selain itu masalah daya beli masyarakat yang masih rendah dibandingkan biaya operasi dan investasi sarana dan prasarana transportasi masih memerlukan subsidi operasi dan dukungan investasi pemerintah yang cukup besar dalam upaya menyelenggarakan pelayanan transportasi yang murah dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Guna meningkatkan keselamatan, keamanan dan kenyamanan transportasi udara perlu diatasi berbagai permalahan dan tantangan yang selama ini ada. Permasalahan tersebut di antaranya meliputi kelembagaan, sumber daya manusia, prasarana dan sarana serta penegakan hukum.

(13)

2.5. Proses Bisnis

Dalam menghadapi peluang dan tantangan Kementerian Perhubungan diatas serta sesuai dengan amanah yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Kementerian Perhubungan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perhubungan. Tugas pokok dan fungsi perhubungan tersebut diselenggarakan dalam rangka mendukung langkah langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan pembangunan guna mewujudkan kemajuan di segala bidang, dalam mencapai tujuan nasional melalui kegiatan distribusi barang dan mobilitas manusia ke seluruh pelosok tanah air dan antar negara.

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014 yang merupakan tugas sektoral dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010, disiapkan guna merespon dan mengantisipasi perubahan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Perubahan lingkungan strategis tersebut diprediksi akan melatarbelakangi beberapa perubahan skema-skema perencanaan dalam bentuk rencana kerja dan rencana anggaran pembangunan yang disusun berdasarkan penganggaran terpadu (unified budget) menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja serta penyusunan program kerja yang berkesinambungan (sustainable program) berbasis kinerja, sehingga akan mewarnai penyusunan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan. Meskipun terjadi berbagai

(14)

perubahan lingkungan strategis, perencanaan pembangunan perhubungan senantiasa tetap berpegang kepada pendekatan kesisteman agar pembangunan perangkat keras (hardware) seiring, sejalan dan terpadu dengan pembangunan perangkat lunak (software) serta pengembangan sumber daya manusia (brainware). Selain itu perencanaan yang dilakukan harus tetap bersifat rasional (terukur secara kuantitatif), menyeluruh/komprehensif (mencakup semua aspek/subsistem) dan terpadu/integral (antar aspek/subsistem), mengikuti perkembangan (konstektual), antisipatif (responsif) serta berkelanjutan (berkesinambungan).

Sasaran pembangunan transportasi nasional Tahun 2010-2014 adalah meningkatnya keselamatan, keamanan, dan pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal, meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong pengembangan konektivitas antar wilayah, meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi, peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan serta reformasi regulasi, terwujudnya pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim.

Secara umum Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014 memuat keseluruhan kebijakan publik di lingkungan Kementerian Perhubungan dan secara khusus membahas kebijakan publik sektor perhubungan yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(15)

(APBN) yang disusun berdasarkan alokasi kebutuhan pendanaan yang tertampung dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014, berdimensi kewilayahan (per-pulau) dan telah menyesuaikan dengan Restrukturisasi dan Reformasi Program dan Kegiatan Pembangunan yang akan mulai diberlakukan pada tahun 2011.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2010-2014 di samping dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh jajaran Kementerian Perhubungan untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) di bidang Perhubungan yang akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2011-2014, secara substansi juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010-2014.

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Organisasi Pengelola Sistem Informasi Kepegawaian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan alat yang terpasang di Stasiun Geofisika Denpasar, Jumlah sambaran petir harian pada bulan Agustus 2020, secara umum mengalami penurunan jika dibanding- kan dengan

Menetapkan : Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Pasaman Barat tentang Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011-2015. PERTAMA :

Melihat kenyataan tersebut maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang berjudul efektivitas layanan informasi dengan model cooperative learning tipe

2.2 Menganalisis perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak Orde Baru sampai dengan masa Reformasi terutama dalam bidang bahasa dan karya sastra.

Variabel yang digunakan sebagai karakteristik dalam pengukuran urban sprawl berdasarkan pada pengertian urban sprawl yang telah dirumuskan, yaitu (1) kepadatan

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran IPA yang diadakan di kelas IV SDN Kramattemenggung II Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh

Trotoir berfungsi untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan .Konstruksi trotoir direncanakan sebagai pelat beton

Sintesis Senyawa Natrium Silikat dari Silika Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi pada Lingkungan Asam Dan Garam...