• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK EFIKASI PENGGUNAAN LIFEBOUY HANDWASH SELAMA 10 DETIK DALAM MENCUCI TANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK EFIKASI PENGGUNAAN LIFEBOUY HANDWASH SELAMA 10 DETIK DALAM MENCUCI TANGAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFIKASI PENGGUNAAN LIFEBOUY HANDWASH SELAMA 10 DETIK DALAM MENCUCI TANGAN

Latar Belakang

Hand Hygiene merupakan segala usaha untuk membersihkan tangan. Produk “Lifebouy Handwash” menggunakan waktu kontak sabun 10 detik, sedangkan WHO

menyarankan waktu kontak 30 detik. Tujuan

Melihat perbedaan jumlah koloni bakteri setelah mencuci tangan selama 10 detik,30 detik,dan antar kedua durasi waktu dengan menggunakan Lifebouy Handwash.

Metode

Sampel diambil dari mahasiswa FK UNUD sebanya 24 orang,yang terbagi dalam grup A (10 detik ) sebanyak 12 orang dan sisanya di grup B(30 detik). Setiap orang akan menempelkan kedua tangannya pada permukaan Natrium Agar sebelum dan sesudah mencuci tangan di. Perhitungan koloni bakteri dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam.

Pengukuran hasil

Koloni bakteri yang terbentuk dihitung sebagai CFU. Koloni setelah cuci tangan pada setiap kelompok di uji dengan T-test, sedangkan hasil kultur setelah cuci tangan antara kedua kelompok menggunakan uji idenpendent T-test.

Hasil

Total 50 pasang cawan petri di dapatkan. Sebanyak 10 pasang cawan petri dikeluarkan, karena diduga telah terkontaminasi. Rerata dan SD sebelum mencuci tangan dari grup A (127 ± 79.416 ) CFU dan grup B (92.40 ± 40.735) CFU. Rerata dan SD setelah mencuci tangan dari grup A (44.80 ± 28.268 ) CFU dan grup B (63.80 ± 55.994) CFU. Terlihat perbedaan bermakna pada grup A dengan lifebuoy handwash (p=0.012,Paired T-test), begitu pula pada grup B (p=0.025,Paired T-test).Sedangkan bila dibandingkan antara kedua grup,terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p=0.351, Independent T-test )

Kesimpulan

Terjadi perubahan jumlah koloni yang bermakna setelah mencuci tangan dengan menggunakan Lifebouy Handwash selama 10 detik begitupula selama 30 detik. Tetapi jika dibandingkan antara kedua grup, tidak terdapat perbedaan jumlah koloni yang bermakna setelah mencuci tangan.

(2)

ABSTRACT

LIFEBUOY HAND WASH EFFICACY FOR WASHING HANDS IN 10 SECONDS

Background

Hand hygiene is all efforts to clean hands. Products "Lifebuoy Hand wash" using 10 seconds of contact time with the soap, while the WHO recommends the contact time of 30 seconds.

Aim

To know the difference in the number of bacterial colonization after soap contact time for 10 seconds, 30 seconds, and in between the time duration when using Lifebuoy Hand wash.

Method

Samples were taken from 25 medical students of FK UNUD, which is divided into 2 group. 12 people in group A (10 seconds) and the remaining in group B (30 seconds). Everyone will press both of their hands on the surface of Muller Hinton Media before and after washing hands. Bacterial colony counts performed after incubation for 24 hours

Measurement Method

Bacterial colonies formed were calculated as CFU (Colony Forming Unit). Changes in number of colonies after hand washing in each group were tested by t-test, whereas culture results after hand washing between the two groups tested by using independent t-test.

Result

A total of 50 pairs of Petri dish were collected. A total of 10 pairs of the Petri dish were issued, for allegedly contaminated. Mean and SD before washing hands from group A (127 ± 79 416) CFU and group B (92.40 ± 40 735) CFU. The mean and SD after washing the hands of group A (44.80 ± 28 268) CFU and group B (63.80 ± 55 994) CFU. Seen significant differences in colonies number in group A with Lifebuoy hand wash (p = 0.012, paired t-test), as well as in group B (p = 0.025, paired t-test). Whereas compared between the two groups, there is no significant difference in number of bacterial colonies (p = 0.351, Independent T-test)

Conclusion

There were changes in the number of colonies significantly after washing hands with Lifebuoy Hand Wash either for 10 seconds or 30 seconds. But if compared between the two groups, there were no significant differences in the number of colonies after washing hands.

Keywords: Hand Hygiene, Lifebuoy Hand Wash, Contact Time, Number of Colonies of Bacteria

(3)

RINGKASAN

Pengetahuan akan pentingnya higenitas tangan, menjadi kunci dalam pencegahan penularan penyakit. Kurangnya kesadaran masyarakat akan keadaan tangan mereka tanpa mencuci, telah ditunjukkan dengan padatnya koloni transien dan residen flora pada permukaan tangan. Flora ini memang tidak langsung menyebabkan gangguan pada tubuh, tetapi ketika berpindah ke bagian tubuh yang seharusnya steril, maka gangguan kesehatan pun akan muncul.

Upaya dalam menjaga higenitas tangan pun berkembang seiring majunya pengetahuan di bidang mikrobiologi. Bebrbagai faktor yang mempengaruhi hasil mencuci tangan seperti penggunaan agen cuci tangan,volume agen yang digunakan, durasi mencuci tangan, gerakan mencuci tangan, metode pengeringan, dan aksesoris pada tangan. Saat ini mencuci tangan hanya dengan air dan sabun biasa sudah tidak efektif lagi untuk membersihkan tangan, perlu adanya tambahan zat antimikrobial pada sabun untuk membantu mengoptimalkan higenitas tangan. WHO sebagai badan kesehatan dunia, telah mengeluarkan guidline khusus mengenai tehnik higenitas tangan dengan menggunakan 5 moment mencuci tangan dan 6 manuver pencucian. Sebuah guideline dari WHO menyarankan untuk melakukan kegiatan pencucian tangan dengan air mengalir menggunakan sabun dengan durasi kontak 30 detik (total pengerjaan 40-60 detik).

Sabun Lifebouy Handwash sebagai salah satu sabun cuci tangan yang mengandung Triclocarban (TCC) sebagai bahan anti mikrobialnya, menyatakan mampu membersihkan tangan dalam waktu 10 detik. Dalam penelitian ini telah ditunjukkan bahwa terjadi reduksi bakteri yang bermakna setelah menggunakan

(4)

sabun Lifebouy Handwash pada waktu kontak 10 detik dan 30 detiK. Tetapi bila dibandingkan antara waktu kontak10 detik ataupun 30 detik hasilnya tidak menunjukkan perbedaan koloni yang bermakna setelah mencuci tangan. Pada penggunaan sabun yang mengandung zat antimikrobial, perbedaan durasi kontak sabun tidak memberikan perubahan bermakna pada jumlah koloni setelah mencuci tangan. Penjelasan terhadap hal ini diduga akibat, mekanisme aksi zat antimikrobial yang digunakan pada sabun cuci tangan memang memiliki onset kerja yang cepat, sehingga bahan aktive Triclocarban (TCC) telah mencapai fungsi reduksi maksimal dalam waktu singkat. Usaha untuk meningkatkan frekuensi mencuci tangan atau intensitasnya tidak akan memberikan hasil yang bermakna. Tetapi kekatan untuk hasil penelitian ini masih kurang kuat, karena jumlah sampel yang terlalu sedikit, dan kesalahn teknis yang muncul berupa kontaminasi ketika pengumpulan sampel.

Hasil penelitian ini, ingin menunjukkan bahwa pentingnya penggunaan agen cuci tangan yang mengandung antimikrobial bagi seluruh kalangan masyarakat. Pencegahan terhadap penularan penyakit dapat dilakukan oleh komunitas,sehingga angka morbiditas dapat diturunkan. Para produsen juga dapat mengembangkan formula yang lebih baik, untuk mengurangi efek samping dari zat yang digunakan dan memonitor apabila terjadinya resistensi bakteri terhadap zat antimicrobial tersebut.

(5)

SUMMARY

The Knowledge of hand hygiene, is key in the prevention of disease transmission. Lack of public awareness of the situation without washing their hands, has been shown with the dense colonies of transient and resident flora on the surface of the hand. This flora does not directly cause a disruption in the body, but when it moves to the body that should be sterile, then the health problems will arise. Efforts in maintaining hand hygiene was developed along the advance of knowledge in the field of microbiology. Factors affecting the outcome of hand washing such as the use of hand-washing agent, the volume of agents used, the duration of hand washing, hand washing movement, drying methods, and accessories on hand. Currently hand washing with plain soap and water only is no longer effective for cleaning hands, the need for additional antimicrobial agents on soap to help optimize hand hygiene. WHO has issued a special guideline on hand hygiene technique using 5 moment, 6 maneuver hand washing and laundering. A guideline of the WHO recommends conducting hand washing with running water using soap with contact duration of 30 seconds (total execution 40-60 seconds).

Lifebuoy Handwash as one of the hand-washing soap containing Triclocarban (TCC) as an anti microbial, states are able to clean hands in 10 seconds. In this study has shown that there is a significant reduction of bacteria after using soap Lifebuoy Handwash at contact time 10 seconds and 30 seconds. But when compared to the time 10 seconds or 30 seconds results show no significant difference in colony after washing hands. On the use of soaps that contain

(6)

antimicrobial agents, contact duration difference soap does not provide significant change in the number of colonies after washing hands. The explanation for this is thought to be due, the mechanism of action of antimicrobial agents used in hand soap does have a rapid onset of action, so that the active-membrane compound like Triclocarban (TCC) has reached the maximum reduction in a short time. Efforts to increase the frequency of hand washing or intensity will not give meaningful results. But the power for these results is less strong, because the sample size is too little, and the technical error that appears in the form of contamination when collecting samples.

The results of this study, were to show that the importance of the use of hand-washing agent containing an antimicrobial for the entire community. Prevention of disease transmission can be done by the community, so that morbidity can be reduced. The manufacturer also can develop a better formula, to reduce the side effects of the substances used and the monitor when the bacterial resistance to these antimicrobial agents.

(7)

KATA PENGANTAR Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatrahmat-Nya skripsi dengan judul “Efikasi Penggunaan Lifebouy Handwash Selama 10 Detik Dalam Mencuci Tangan” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan yudisium FK UNUD. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan usulan penelitian ini, antara lain kepada :

1. Dr. dr. I. W. P. SutirtaYasa, selaku Ketua Blok Elective Study Semester V Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD atas bantuan moral yang diberikan.

2. dr. Putu Ayu Asri Darmayanti, M.Kes, selaku Sekretaris Blok Elective Study yang telah memberikan petunjuk mengenai penulisan usulan penelitian ini.

3. dr. Ni Made Adi Tarini, Sp. MK, selaku Supervisor yang telah memberikan bimbingan selama penulisan usulan penelitian ini.

4. dr. Made Agus Hendrayana, M.kes, sebagai penguji yang telah memberikan sanggahan dan saran yang membangun untuk kemajuan dalam penelitian ini.

5. Seluruh staf Laboratorium Mikrobiologi FK UNUD yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas dan membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

6. Rekan – rekan mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang telah penulis dapatkan diharapkan dapat membantu menciptakan penelitian yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Om Çantih, Çantih, Çantih Om

Denpasar, Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

RINGKASAN vii

SUMMARY ix

KATA PENGANTAR xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan 4 1.3.1 Tujuan Umum 4 1.3.2 Tujuan Khusus 4 1.4 Manfaat 5

1.4.1 Manfaat bagi Konsumen 5

1.4.2 Manfaat bagi Produsen 5

1.4.3 Manfaat bagi Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

(9)

2.2 Physiologi Kulit 6

2.3 Normal Flora 7

2.4 Transmisi Flora 9

2.5 Pertumbuhan dan Kematian Mikroba 10

2.6 Metode Kultur 10

2.7 Persiapan dalam Kebersihan Tangan 11

2.7.1 Air 11

2.7.2 Plain soap (non- antlmikrobial) 12

2.7.3 Alkohol 12

2.7.4 Thymol 13

2.7.5 Chlorhexidine 13

2.7.6 Triclosan 14

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Reduksi Bakteri 15

BAB III METODE PENELITIAN 17

3.1 Desain Penelititan 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 17

3.3 Subjek dan Sampel 17

4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 17

4.3.2 Besar Sampel 18

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel 18

3.4 Variabel 19

3.4.1 Definisi Operasional variable………19

(10)

3.6 Protokol Penelitian 20

3.7Analisis Data 21

3.9 Kelemahan Penelitian 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Anatomi kulit manusia.Sumber...7 Gambar 2.Model transmisi flora pada seting rumah sakit……….9

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Normal Bakterial Flora pada Kulit 9

Tabel 2. Distribusi Hasil Penelitian 24

Tabel 3. Statistik Deskriptif Sebelum Mencuci Tangan (Pre) 25 Tabel 4. Statistik Deskriptif Setelah Mencuci Tangan (Post) 25

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent 35

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian 37

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan suatu keadaan tidak sakit, yang memungkinkan kita untuk melakukan fungsi kehidupan secara optimal. Definisi ini menunjukkan gambaran umum dari pentingnya kesehatan sebagai salah satu hak utama manusia. Banyak pertanyaan yang mengenai cara mendapatkan atau menjaga kesehatan, beberapa melakukan olahraga teratur, memakan makanan gizi imbang, pemeriksaan kesehatan rutin, hingga konsumsi supplemen, tetapi hal utama dari sehat ada 2, yaitu pencegahan sebelum sakit dan tindakan kuratif ketika sakit.

Ketika kita berbicara pencegahan, terdapat 3 pilar utama yang perlu diperhatikan yaitu, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier(paliatif). Pencegahan sekunder dan tersier dilakukan ketika kita sakit, tetapi pencegahan primer dilakukan pada orang-orang yang beresiko untuk menderita suatu penyakit. Pencegahan primer lebih mengutamakan edukasi mengenai bahanya infeksi tertentu, kecukupan gizi anak, imunisasi, kebersihan tubuh,kebersihan lingkungan, dan lain-lain. Dari semua usaha tersebut, higenitas tubuh merupakan usaha yang sedang popular terutama dikalangan siswa TK dan SD yang notabene populasi terbanyak dan beresiko tinggi terinfeksi. Kegagalan dalam membersihkan tangan menyebabkan hampir 50% outbreak foodborne-illness (Mead, 1999). Hiegene tangan, dicapai dengan membersihkan diri dengan teratur melaui mandi atau cuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan tehnik-tehnik yang sudah distandarkan. Mengurangi jumlah agen 1

(15)

infeksius atau toxin yang menempel merupakan tujuan utama higenitas tubuh serta mencari perlindungan tambahan dari bakteri menggunakan agen pembersih tambahan seperti; (sabun, pasta gigi, shampoo, atau sabun cuci tangan).

Tangan yang biasanya digunakan untuk mengambil berbagai macam benda hingga makanan yang kita makan, merupakan koloni bakteri tersering dari tubuh ini selain aksila dan daerah inguinal (WHO, 2009), Hal yang wajar jika mencuci tangan dijadikan indikator pelaksanaan pelayanan kesehatan, tidak hanya bagi kalangan pegawai kesehatan seperti, dokter, perawat, pegawai laboratorium, bahkan masyarakat pun mengutamakan cuci tangan sebagai tindakan utama pencegahan. Beberapa penyakit yang biasa disebarkan melalui kontak tangan, seperti penyakit diare, flu, konjungtivitis, dan lain-lain (Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology).Pada infeksi HAI ( Healthcare Associated Infection ) Duckro dkk menunjukkan VRE dapat ditransmisikan dari lingkungan atau kulit pasien yang masih intak melalui 10.6% dari kontak tangan pegawai kesehatan (Duckro AN, 2005). Penelitian lain juga menunjukkan endemik S.marcescens yang ditrasnmisikan melalui sabun yang terkontaminsasi oleh tangan pegawai kesehatan (Sartor C, 2000).

Melihat pentingnya mencuci tangan, perlu adanya standar khusus yang dibuat untuk memberikan hasil pencucian yang maksimal kebersihannya.WHO memperkenalkan “5 Momen untuk Higenitas Tangan” sebagai tindakan ergonomi dari kemungkinan kontaminasi tangan (WHO, 2009). Lima momen tersebut diantaranya,1.Sebelum menyentuh pasien, untuk mencegah kolonisasi pada pasien; 2. Sebelum tindakan aseptik, mencegah infeksi pada prosedur aseptik (

(16)

injeksi atau pemasangan infuse ) ;3. Setelah tereksposur cairan tubuh; 4.Setelah menyentuh pasien; dan 5. Setelah menyentuh lingkungan pasien. Selain itu, terdapat 6 gerakan standar yang dilakukan ketika mencuci tangan dengan air mengalir disertai penggunaan agen cuci tangan selama 30 detik dengan durasi total 40-60 detik untuk hasil yang maksimal. (WHO, 2009)

Penggunaan sabun cuci tangan yang “plain soap” mampu mengurangi presentase koloni bakteri dari tangan pekerja kesehatan (Rotter, 1999),tetapi beberapa menyatakan sebaliknya (Ehrenkranz & Alfonso, 1991). Banyak sabun cuci tangan saat ini mengandung antimikroba seperti triclosan, alcohol, chlorhexidine, thymol, dan lain- lain untuk meningkatkan efek steril sehabis mencuci tangan, selain itu terdapat juga sediaan seperti hand rub yang tidak perlu pembilasan dengan air. Lifebouy merupakan salah satu merek sabun cuci tangan dengan agen antimikrobial yang menurut penelitian dari Saba Riaz dkk, menunjukkan efisiensi terbaik dibanding sabun lain, karena memiliki MIC dan MBC pada konsentransi yang rendah (Riaz, Ahmad, & Hasnain, 2009). Produk terbaru “Lifebouy Handwash” telah menyatakan mampu membersihkan tangan hingga 99% dalam waktu 10 detik mencuci tangan(Unilever,2012).

Dalam praktiknya, telah dilakukan melalui beberapa penelitian mengenai metode cuci tangan dan hasilnya menunjukkan bahwa, pencucian tangan selama 5 detik dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkan koloni bakteri VRE (Vancomycin Resistant Enterococci), bahkan perlu waktu 30 detik untuk menghilangkan seluruh kontaminasi tangan dengan sabun (Noskin, 1995).Penelitian dengan sabun antimikrobial lain menunjukkan peningkatan

(17)

reduksi bakteri pada durasi waktu 30 detik dibandingkan 15 detik (Janice L, Nancy D, George E, & al, 2008). Oleh karena itu,sebagai bentuk awal penelitian ini, penulis ingin melihat perbedaan jumlah koloni dengan 2 kelompok waktu berbeda dengan menggunakan Lifebouy Handwash.

1.2 Rumusan Masalah

1) Adakah perbedaan jumlah koloni bakteri berdasarkan durasi mencuci tangan selama 10 detik dan standar waktu WHO 30 detik dengan menggunakan Lifebouy Handwash ?

2) Adakah perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan selama 10 detik ?

3) Adakah perbedaan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan selama 30 detik ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Melihat perbedaan jumlah koloni bakteri berdasarkan durasi mencuci tangan selama 10 detik dan standar waktu WHO 30 detik dengan menggunakan Lifebouy Handwash

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa telah dibudidayakan di sekitar Lembah Andes di Kolumbia, Amerika Selatan

Pada salah satu kepuasan pelanggan tersebut antara lain data hasil produksi barang yang tepat waktu maka dibutuhkan suatu informasi yang cepat, tepat dan akurat

Ketika pendidik akan memilih media yang akan digunakan di dalam pembelajaran ada dua bentuk pemilihan yang mungkin terjadi: Pertama, pemilihan tertutup, hal dilakukan

Untuk landasan yuridis pengaturan pengesahan IE-CEPA mengacu pada prosedur internal pengesahan menurut Pasal 11 UUD NRI Tahun 1945, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun

Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau simulasi atau hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat tangan garage jack (dongkrak), safety

Suplementasi asam folat digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya neural tube defects dan direkomendasikan pada saat prakonsepsi pada semua ibu – ibu yang berencana

Jika A adalah suatu matriks dengan rank r dan elemen elemennya merupakan ring komutatif, maka syarat perlu dan cu- kup agar A mempunyai invers Moore Pen- rose adalah

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran ubi jalar yang ada di Desa Timbang masih kurang efektif, hal ini disebabkan petani hanya mengandalkan sistem