• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN

No. 17,2017 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN. Pedoman Pengendalian Gratifikasi.

PROVINSI BANTEN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

NOMOR 17 TAHUN 2017 2015

TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : a. bahwa Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah, telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 38 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan Pengendalian

Gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah, perlu dilakukan pemahaman dan kesadaran pelaporan

gratifikasi secara transparan dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman

Pengendalian Gratifikasi;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas

Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4935);

(2)

- 2 –

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan

Gratifikasi dan Penetapan Status Gratifikasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2101) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 06 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan Gratifikasi dan Penetapan Status Gratifikasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1863) ;

6. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 38 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengendalian

Gratifikasi (Berita Daerah Kota tangerang Selatan Tahun 2015 Nomor 38);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Tangerang Selatan.

2. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

3. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

(3)

- 3 –

4. Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disingkat KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

5. Inspektorat adalah Inspektorat Kota Tangerang Selatan.

6. Gratifikasi adalah Pemberian Gratifikasi dalam arti luas, yakni antara lain Pemberian Gratifikasi Uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

7. Pengendalian Gratifikasi adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan penerimaan Gratifikasi melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran Pelaporan Gratifikasi secara transparan dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Unit Pengendalian Gratifikasi selanjutnya disingkat UPG adalah suatu unit yang dibentuk untuk melakukan tugas dan fungsi Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah.

9. Pemberi Gratifikasi adalah orang perseorangan, sekelompok orang, badan hukum dan/atau lembaga yang memberikan Gratifikasi kepada pejabat, Pegawai, dan/atau keluarganya.

10. Pelapor Gratifikasi adalah pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya yang menerima Gratifikasi dan mengisi Formulir Pelaporan Gratifikasi, sesuai prosedur yang kemudian melaporkannya kepada KPK melalui UPG.

11. Pejabat adalah Walikota, Wakil Walikota, Pejabat Struktural, Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Daerah, dan Direksi Badan Usaha Milik Daerah.

12. Pegawai adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara, Pegawai Badan Usaha Milik Daerah, Pegawai tidak tetap, dan Pegawai yang bekerja untuk dan atas nama Pemerintah Daerah yang dibayar atau digaji oleh Pemerintah Daerah.

13. Keluarga adalah kakek, nenek, bapak, ibu, mertua, suami, istri, anak, menantu, cucu, besan, paman, bibi, kakak, adik, ipar, sepupu, dan keponakan.

14. Laporan Gratifikasi adalah dokumen yang berisi informasi lengkap penerimaan Gratifikasi yang dituangkan dalam Formulir Pelaporan Gratifikasi oleh Pelapor Gratifikasi.

15. Kedinasan adalah seluruh aktivitas resmi Pejabat atau Pegawai dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatannya.

16. Standar Satuan Harga yang selanjutnya disingkat SSH adalah acuan dasar pelaksanaan pengeluaran belanja pada kegiatan Perangkat Daerah dan merupakan batasan harga tertinggi atau maksimal, yang dipergunakan untuk proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran.

(4)

- 4 –

17. Benturan Kepentingan adalah situasi di mana seorang Pejabat atau Pegawai yang mendapatkan kekuasaan dan kewenagan berdasarkan peraturan perundang-undangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan kewenangan yang dimilikinya.

18. Uang adalah alat pembayaran yang sah, termasuk di dalamnya mata Uang rupiah dan mata Uang asing.

19. Setara Uang adalah antara lain berupa cek, bilyet giro, saham, deposito,

voucher, pulsa, dan lain sebagainya.

BAB II GRATIFIKASI Bagian Kesatu Jenis Gratifikasi

Pasal 2 Gratifikasi terdiri atas:

a. Gratifikasi yang wajib dilaporkan;

b. Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan; dan c. Gratifikasi yang terkait Kedinasan.

Pasal 3

Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, merupakan Gratifikasi yang diterima:

a. terkait dengan Pemberi Gratifikasi layanan pada masyarakat; b. terkait dengan tugas dalam pengelolaan anggaran;

c. terkait dengan tugas dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring, dan evaluasi;

d. terkait dengan pelaksanaan perjalanan dinas;

e. terkait perayaan keagamaan dan/atau adat istiadat yang berpotensi memiliki Benturan Kepentingan;

f. sebagai akibat dari perjanjian kerjasama, kontrak, atau kesepakatan dengan pihak lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

g. sebagai ungkapan terima kasih sebelum, selama, atau setelah proses pengadaan barang dan jasa;

h. dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan jabatan dan bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya;

i. dalam proses penerimaan, promosi, atau mutasi Pegawai; dan

j. dalam proses komunikasi, negosiasi, dan pelaksaaan kegiatan dengan pihak lain terkait dengan tugas dan kewenangannya.

(5)

- 5 –

Pasal 4

Karakteristik umum Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b antara lain:

a. berlaku umum, yaitu suatu kondisi Pemberi Gratifikasi yang diberlakukan sama dalam hal jenis, bentuk, persyaratan, atau nilai, untuk semua orang dan memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan;

b. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. sebagai wujud ekspresi, keramahtamahan, penghormatan dalam hubungan sosial antar sesama dalam batasan nilai yang wajar; atau

d. merupakan bentuk Pemberi Gratifikasi yang berada dalam ranah adat istiadat, kebiasaan, dan norma yang hidup di masyarakat dalam batasan nilai yang wajar.

Pasal 5

Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 antara lain:

a. pemberian Gratifikasi karena hubungan Keluarga, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, mertua, suami, istri, anak, menantu, cucu, besan, paman, bibi, kakak, adik, ipar, sepupu, dan keponakan, sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan;

b. pemberian Gratifikasi dalam bentuk Uang atau barang yang memiliki nilai jual dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, dan/atau upacara adat atau agama lainnya dengan batasan nilai per Pemberi Gratifikasi dalam setiap acara paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);

c. pemberian Gratifikasi terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh penerima, bapak, ibu, mertua, suami, istri, atau anak penerima Gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);

d. pemberian Gratifikasi sesama Pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk Uang atau tidak berbentuk Setara Uang yang paling banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per Pemberi Gratifikasian per orang dengan total Pemberian Gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari Pemberi Gratifikasi yang sama;

e. pemberian Gratifikasi sesama rekan kerja tidak dalam bentuk Uang atau tidak berbentuk Setara Uang paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per Pemberian per orang dengan total Pemberian Gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari Pemberi Gratifikasi yang sama;

(6)

- 6 –

f. hidangan atau sajian yang berlaku umum;

g. prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan, atau kompetisi tidak terkait Kedinasan; h. keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi, atau kepemilikan

saham pribadi yang berlaku umum;

i. manfaat bagi seluruh peserta koperasi Pegawai berdasarkan keanggotaan koperasi Pegawai negeri yang berlaku umum;

j. seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi Kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang berlaku umum;

k. penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa Uang atau barang yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau l. diperoleh dari kompensasi atas profesi di luar Kedinasan, yang tidak terkait

dengan tupoksi dari Pejabat atau Pegawai, tidak memiliki konflik kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi Pegawai.

Pasal 6

Gratifikasi yang terkait Kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c memiliki karakteristik umum antara lain:

a. diperoleh secara sah dalam pelaksanaan tugas resmi;

b. diberikan secara terbuka dalam rangkaian acara Kedinasan, yaitu disaksikan atau diberikan di hadapan para peserta yang lain, atau adanya tanda terima atas Pemberian Gratifikasi yang diberikan; dan

c. berlaku umum, yaitu suatu kondisi Pemberian Gratifikasi yang diberlakukan sama dalam hal jenis, bentuk, persyaratan, atau nilai yang mengacu pada SSH, untuk semua peserta dan memenuhi prinsip kewajaran atau kepatutan.

Pasal 7

Gratifikasi yang terkait Kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 antara lain:

a. fasilitas transportasi, akomodasi, Uang saku, jamuan makan, cinderamata yang diterima oleh Pejabat atau Pegawai dari instansi atau lembaga lain berdasarkan penunjukan dan penugasan resmi yang nilainya melebihi SSH yang ditetapkan oleh Walikota;

b. plakat, vandel, goody bag, atau gimmick dari panitia seminar, lokakarya, pelatihan yang diterima oleh Pejabat atau Pegawai dari instansi atau lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi yang nilainya melebihi SSH yang ditetapkan oleh Walikota;

(7)

- 7 –

c. Gratifikasi pada waktu kegiatan kontes atau kompetisi terbuka yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi yang nilainya melebihi SSH yang ditetapkan oleh Walikota; dan

d. penerimaan honor atau insentif baik dalam bentuk Uang maupun Setara Uang, sebagai kompensasi atas pelaksanaan tugas sebagai pembicara, narasumber, konsultan dan fungsi serupa lainnya yang diterima oleh Pejabat atau Pegawai dari instansi atau lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi yang nilainya melebihi SSH yang telah ditetapkan oleh Walikota.

Bagian Kedua Penerimaan Gratifikasi

Pasal 8

(1) Gratifikasi dapat diterima secara langsung maupun tidak langsung.

(2) Kriteria penerimaan Gratifikasi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. tidak diketahuinya Pemberi Gratifikasi;

b. Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya ragu dengan kualifikasi Gratifikasi yang diterima; dan/atau

c. adanya kondisi tertentu yang tidak mungkin ditolak. BAB III

PENGENDALIAN GRATIFIKASI Bagian Kesatu

Pembentukan UPG Pasal 9

(1) Walikota bertanggungjawab atas pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Daerah.

(2) Dalam melaksanakan Pengendalian Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk UPG.

Pasal 10

(1) UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), merupakan unit non struktural dan bersifat adhoc.

(2) UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan pada Inspektorat. (3) Keanggotaan UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:

a. 2 (dua) orang pembina; b. 1 (satu) orang pengarah;

c. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota;

d. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan e. 11 (sebelas) orang anggota.

(8)

- 8 –

(4) Keanggotaan UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas unsur Inspektorat, Perangkat Daerah yang memiliki fungsi Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan, dan Bagian Hukum.

(5) Keanggotaan UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(6) Dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas penatausahaan administrasi, dibentuk kesekretariatan yang ditetapkan dengan Keputusan Inspektur selaku Ketua UPG.

Pasal 11

UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) bertugas: a. menyusun Rencana Kerja UPG;

b. menerima, merevisi, dan mengadministrasikan laporan penerimaan, penolakan, dan Pemberian Gratifikasi dari Pegawai, Pejabat, dan atau Keluarganya;

c. menyampaikan laporan penerimaan, penolakan, dan Pemberian Gratifikasi kepada KPK untuk dilakukan analisis dan penetapan status kepemilikan Gratifikasinya oleh KPK;

d. menyampaikan hasil pengelolaan Laporan Gratifikasi dan usulan kebijakan Pengendalian Gratifikasi kepada Walikota;

e. melakukan sosialisasi Pengendalian Gratifikasi;

f. meminta data dan informasi kepada Perangkat Daerah terkait pemantauan penerapan Pengendalian Gratifikasi;

g. memberikan rekomendasi tindak lanjut hasil dari KPK kepada Walikota jika terjadi pelanggaran Gratifikasi oleh Pejabat, Pegawai, dan atau Keluarganya; dan

h. melakukan kajian titik rawan potensi terjadinya Gratifkasi. Pasal 12

UPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5) wajib:

a. menelaah dan menyampaikan laporan hasil penelaahan dan dokumentasi terkait atas laporan penerimaan dan penolakan Gratifikasi kepada KPK paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak Laporan Gratifikasi diterima oleh UPG;

b. menyampaikan laporan rekapitulasi penanganan dan tindak lanjut laporan penerimaan Gratifikasi yang dikelola UPG setiap 3 (tiga) bulan kepada KPK; c. menyampaikan laporan rekapitulasi penanganan dan tindak lanjut laporan

penerimaan dan Pemberian Gratifikasi kepada Walikota secara berkala setiap 3 (tiga) bulan; dan

d. merahasiakan Pelapor Gratifikasi penerima Gratifikasi kecuali atas perintah ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

- 9 –

Bagian Kedua Kewajiban

Pasal 13

(1) Setiap Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya wajib melaporkan penerimaan Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Gratifikasi yang terkait Kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 kepada UPG.

(2) Penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaporkan kepada UPG dengan mengisi formulir laporan penerimaan Gratifikasi.

(3) Laporan Penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling kurang memuat data antara lain:

a. nama dan alamat lengkap penerima dan Pemberi Gratifikasi; b. jabatan Pelapor Gratifikasi;

c. tempat dan waktu penerimaan Gratifikasi;

d. uraian jenis dan nilai Gratifikasi yang diterima; dan e. kronologis peristiwa penerimaan Gratifikasi.

(4) Formulir laporan penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 14

(1) Setiap Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya wajib menolak Gratifikasi yang diberikan dari pihak yang memiliki potensi Benturan Kepentingan, dengan Pejabat atau Pegawai, dan Pemberian Gratifikasi tersebut dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Penolakan penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaporkan kepada UPG dengan mengisi formulir laporan penolakan Gratifikasi.

(3) Laporan penolakan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling kurang memuat data antara lain:

a. nama dan alamat lengkap penerima dan Pemberi Gratifikasi; b. jabatan penerima dan Pemberi Gratifikasi;

c. tempat dan waktu penolakan Gratifikasi;

d. uraian jenis dan nilai Gratifikasi yang ditolak; dan e. kronologis peristiwa penolakan Gratifikasi.

(4) Formulir laporan penolakan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

(10)

- 10 –

Pasal 15

(1) Setiap Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya wajib memenuhi undangan UPG dan/atau KPK dalam hal diperlukan informasi untuk penelaahan Gratifikasi.

(2) Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mematuhi Keputusan KPK atas kepemilikan Gratifikasi.

Bagian Ketiga Larangan

Pasal 16

Setiap Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya dilarang meminta atau menerima Gratifikasi dalam bentuk apapun kepada lembaga pemerintah, perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestik atau asing untuk mendapatkan berbagai bentuk manfaat atau kemudahan

Pasal 17

Setiap Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya dilarang meminta atau menerima Gratifikasi dalam bentuk apapun baik secara langsung maupun tidak langsung, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, baik dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik dari perseorangan atau lembaga terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya Pejabat atau Pegawai.

BAB IV

TATA CARA PELAPOR GRATIFIKASIAN Pasal 18

(1) Setiap Pejabat, Pegawai dan/atau Keluarganya wajib melaporkan setiap penerimaan dan penolakan Gratifikasi yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Gratifikasi yang terkait Kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 kepada:

a. KPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal Gratifikasi diterima; atau

b. melalui UPG paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal Gratifikasi diterima.

(11)

- 11 –

(2) Laporan penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat dilakukan dengan atau tanpa penyerahan Uang dan/atau

barang melalui e-mail UPG atau laporan tertulis dengan

menggunakan formulir penerimaan Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4).

(3) Email UPG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan alamat

upg.inspektorattangsel@gmail.com.

Pasal 19

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan mekanisme Pelaporan Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ditetapkan dengan Keputusan Inspektur selaku Ketua UPG.

BAB V

PEMANFAATAN GRATIFIKASI Pasal 20

(1) UPG dapat melakukan pemanfaatan Gratifikasi yang diterima dari Pelapor Gratifikasi.

(2) Pemanfaatan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan: a. memutus Benturan Kepentingan dan/atau pilih kasih antara individu

Pejabat atau Pegawai yang secara fisik menerima Gratifikasi terkait Kedinasan dengan pihak Pemberi Gratifikasi;

b. mengedepankan pemanfaatan atas Gratifikasi terkait Kedinasan yang diterima untuk kepentingan Pemerintah Daerah, seperti menjadi aset Pemerintah Daerah atau disumbangkan kepada lembaga sosial; dan

c. membangun persepsi positif dan kepercayaan masyarakat bahwa penerimaan yang terjadi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi Pejabat, Pegawai, dan/atau Keluarganya dan tidak menempatkan Pejabat

atau Pegawai sebagai pihak yang tersandera dengan kepentingan si Pemberi Gratifikasi.

Pasal 21

(1) Pemanfaatan Gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat dilakukan untuk penerimaan Gratifikasi berupa:

a. bingkisan makanan yang mudah rusak; dan

(12)

- 12 –

(2) UPG melaporkan pemanfaatan Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPK disertai dengan penjelasan taksiran harga dan

dokumentasi penyerahannya.

BAB VI

PERLINDUNGAN BAGI PELAPOR GRATIFIKASI Pasal 22

(1) Pelapor Gratifikasi berhak untuk mendapatkan upaya perlindungan berupa: a. perlindungan dari tindakan balasan atau perlakuan yang bersifat

administratif kepegawaian yang tidak objektif dan merugikan Pelapor Gratifikasi;

b. pemindahtugasan atau mutasi bagi Pelapor Gratifikasi dalam hal timbul intimidasi atau ancaman fisik;

c. bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Pemerintah Daerah; dan/atau

d. kerahasiaan identitas.

(2) Upaya perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam hal:

a. adanya intimidasi, ancaman, pendiskreditan, atau perlakuan yang tidak lazim lainnya atas dampak Pelaporan Gratifikasi tersebut dari pihak internal; dan/atau

b. Pelapor Gratifikasi menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Walikota melalui Ketua UPG dengan ditembuskan kepada KPK.

BAB VII

SOSIALISASI DAN DISEMINASI Pasal 23

(1) UPG melakukan sosialisasi Pengendalian Gratifikasi kepada Pejabat, Pegawai, dan pemangku kepentingan secara berkala.

(2) Selain sosialisasi, UPG juga melakukan kegiatan diseminasi yang dilaksanakan dengan:

a. pencantuman ketentuan larangan penerimaan dan Pemberian Gratifikasi di setiap loket layanan publik atau layanan perizinan pada setiap Perangkat Daerah;

(13)

- 13 –

b. pencantuman larangan Pemberian Gratifikasi atau penerimaan Gratifikasi dan praktik koruptif lainnya dalam proses pengadaan barang dan jasa, dalam kontrak pengadaan barang dan jasa, dan dalam surat yang disampaikan kepada pihak ketiga lainnya; dan/atau

c. penyebaran perangkat Pengendalian Gratifikasi berupa spanduk, banner, brosur, dan lainnya pada setiap lokasi layanan publik atau layanan perizinan.

(3) Sosialisasi dan diseminasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan melalui media elektronik, media non elektronik, dan/atau tatap muka.

BAB VIII PENGAWASAN

Pasal 24

(1) Inspektorat melaksanakan pengawasan atas penerapan aturan Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah.

(2) Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendukung penegakan aturan Pengendalian Gratifikasi dengan turut serta melaporkan kepada KPK melalui situs www.kpk.go.id terhadap tindak pidana Gratifikasi yang masuk dalam kategori wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,

namun tidak dilaporkan oleh penerima Gratifikasi dan telah melewati 30 (tiga puluh) hari kerja.

(3) Inspektur melaporkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Walikota.

BAB IX PEMBIAYAAN

Pasal 25

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Walikota ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi (Berita Daerah

Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 Nomor 38), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(14)

- 14 –

Pasal 27

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tangerang Selatan.

Ditetapkan di Tangerang Selatan pada tanggal 31 Mei 2017

WALIKOTA

TANGERANG SELATAN, ttd

AIRIN RACHMI DIANY Diundangkan di Tangerang Selatan

pada tanggal 31 Mei 2017

Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN,

ttd

MUHAMAD

(15)

LAMPIRAN I

PERATURAN WALIKOTA KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

FORMULIR PELAPORAN PENERIMAAN GRATIFIKASI

PENGIRIM NAMA ALAMAT : : : Kepada Yth.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1

Jakarta Selatan 12920 Kota Pos 575

A. Identitas Pelapor

1. Nama Lengkap :

2. Tempat, Tanggal Lahir : No.KTP (NIK):

3. Jabatan/Golongan/Pangkat :

4. Unit Kerja :

5. Alamat Kantor :

6. Alamat Rumah :

7. Alamat Pengiriman Surat :

8. Alamat Email :

9. No.Telepon/HP : a. Rumah

(16)

2

B. Data Penerima Gratifikasi Jenis Penerimaan Harga/Nilai Nominal/Taksiran 3) Kode Peristiwa Penerimaan 4) Tempat dan Tanggal Penerimaan 5) Kode 1) Uraian 2)

C. Data Pemberi Gratifikasi Nama 6)

Pekerjaan dan Jabatan Alamat/Telepon/Fax/Email Hubungan dengan Pemberi 7)

D. Alasan dan Kronologi Alasan Pemberian 8) Kronologi Pemberian 9)

Dokumen yang dilampirkan 10)

Tidak Ada Ada, yaitu… Catatan tambahan (bila Perlu) 11) :

Laporan Gratifikasi ini saya sampaikan dengan sebenar-benarnya. Apabila ada yang sengaja tidak saya laporkan atau saya laporkan kepada UPG Kota Tangerang Selatan secara tidak benar, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan secara hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan saya bersedia memberikan keterangan lebih lanjut.

…………, ……… 20… Pelapor

(17)

3

PANDUAN PENGISIAN

1) Diisi dengan kode penerimaan: a. uang;

b. barang;

c. rabat (diskon); d. komisi;

e. pinjaman tanpa bunga; f. tiket perjalanan;

g. fasilitas penginapan; h. perjalanan wisata;

i. pengobatan cuma-cuma; dan/atau j. fasilitas lainnya.

2) Diisi uraian jenis penerimaan (bentuk, merk, tahun pembuatan, warna, dll). 3) Diisi nilai nominal atau taksiran nilai gratifikasi yang diterima (harga brosur,

internet, perkiraan sendiri sesuai harga pasar, atau perkiraan appraisal). 4) Diisi kode peristiwa penerimaan:

a. terkait pernikahan, keagamaan, atau secara adat; b. terkait mutasi, promosi, atau pisah sambut;

c. terkait tugas pelayanan; d. terkait tugas non pelayanan;

e. terkait seminar, workshop, atau diklat; f. tidak tahu; dan/atau

g. lainnya (tuliskan pada kolom diatas).

5) Diisi lokasi (lokasi ruangan, gedung, atau alamat) dan tanggal penerimaan. 6) Diisi nama Pemberi (perorangan, kelompok, atau badan usaha).

7) Diisi hubungan antara Penerima dengan Pemberi seperti mitra kerja, teman, rekanan, atasan, bawahan, atau saudara, dll.

8) Diisi alasan pemberian seperti ucapan terima kasih, penghargaan, kebiasaan, atau dugaan lainnya.

9) Diisi dengan uraian kronologis penerimaan (runtutan kejadian penerimaan). 10) Diisi dengan tanda “√” pada kolom yang sesuai dan sebutkan jika ada.

11) Diisi dengan catatan khusus seperti permintaan jaminan perlindungan, waktu dan tempat ketika dihubungi UPG Kota Tangerang Selatan dan/atau KPK, dan hal khusus lain yang perlu disampaikan kepada UPG Kota Tangerang Selatan dan/atau KPK.

WALIKOTA

TANGERANG SELATAN, ttd

(18)

LAMPIRAN II

PERATURAN WALIKOTA KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

FORMULIR PELAPORAN PENOLAKAN GRATIFIKASI

PENGIRIM NAMA ALAMAT : : : Kepada Yth.

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1

Jakarta Selatan 12920 Kota Pos 575

A. Identitas Pelapor

1. Nama Lengkap :

2. Tempat, Tanggal Lahir : No.KTP (NIK):

3. Jabatan/Golongan/Pangkat :

4. Unit Kerja :

5. Alamat Kantor :

6. Alamat Rumah :

7. Alamat Pengiriman Surat :

8. Alamat Email :

9. No.Telepon/HP : a. Rumah

(19)

2

B. Data Penolakan Gratifikasi Jenis Penolakan Harga/Nilai Nominal/Taksiran 3) Kode Peristiwa Penolakan 4) Tempat dan Tanggal Penolakan 5) Kode 1) Uraian 2)

C. Data Pemberi Gratifikasi Nama 6)

Pekerjaan dan Jabatan Alamat/Telepon/Fax/Email Hubungan dengan Pemberi 7)

D. Alasan dan Kronologi Alasan Penolakan 8) Kronologi Penolakan 9)

Dokumen yang dilampirkan 10)

Tidak Ada Ada, yaitu… Catatan tambahan (bila Perlu) 11) :

Laporan Gratifikasi ini saya sampaikan dengan sebenar-benarnya. Apabila ada yang sengaja tidak saya laporkan atau saya laporkan kepada UPG Kota Tangerang Selatan secara tidak benar, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan secara hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan saya bersedia memberikan keterangan lebih lanjut.

…………, ……… 20… Pelapor

(20)

3

PANDUAN PENGISIAN

1) Diisi dengan kode Penolakan: a. uang;

b. barang;

c. rabat (diskon); d. komisi;

e. pinjaman tanpa bunga; f. tiket perjalanan;

g. fasilitas penginapan; h. perjalanan wisata;

i. pengobatan cuma-cuma; dan/atau j. fasilitas lainnya.

2) Diisi uraian jenis Penolakan (bentuk, merk, tahun pembuatan, warna, dll).

3) Diisi nilai nominal atau taksiran nilai gratifikasi yang diterima (harga brosur, internet, perkiraan sendiri sesuai harga pasar, atau perkiraan appraisal).

4) Diisi kode peristiwa Penolakan:

a. terkait pernikahan, keagamaan, atau secara adat; b. terkait mutasi, promosi, atau pisah sambut;

c. terkait tugas pelayanan; d. terkait tugas non pelayanan;

e. terkait seminar, workshop, atau diklat; f. tidak tahu; dan/atau

g. lainnya (tuliskan pada kolom diatas).

5) Diisi lokasi (lokasi ruangan, gedung, atau alamat) dan tanggal Penolakan. 6) Diisi nama Pemberi (perorangan, kelompok, atau badan usaha).

7) Diisi hubungan antara Penerima dengan Pemberi seperti mitra kerja, teman, rekanan, atasan, bawahan, atau saudara, dll.

8) Diisi alasan pemberian seperti ucapan terima kasih, penghargaan, kebiasaan, atau dugaan lainnya.

9) Diisi dengan uraian kronologis Penolakan (runtutan kejadian Penolakan). 10) Diisi dengan tanda “√” pada kolom yang sesuai dan sebutkan jika ada.

11) Diisi dengan catatan khusus seperti permintaan jaminan perlindungan, waktu dan tempat ketika dihubungi UPG Kota Tangerang Selatan dan/atau KPK, dan hal khusus lain yang perlu disampaikan kepada UPG Kota Tangerang Selatan dan/atau KPK.

WALIKOTA

TANGERANG SELATAN, ttd

Referensi

Dokumen terkait

(1) Satuan pengawas internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dapat dibentuk oleh pemimpin untuk pengawasan dan pengendalian internal terhadap kinerja

(1) Walikota memberikan penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c kepada Sekolah yang telah terpilih sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat kota.. (2)

Tugas Belajar adalah tugas yang diberikan kepada PNS di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk melanjutkan pendidikan pada perguruan Tinggi Negeri

Untuk Pencapaian Indikator Kinerja BLU RSUP Sanglah tahun 2015 dari ketiga indikator yaitu Kinerja keuangan, kinerja operasional serta kinerja mutu pelayanan dan

Namun bila nasabah berpendapat telah dirugikan sebagai akibat dari penggunaan keterangan yang menyangkut keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bersangkutan oleh mereka

The aim of this study was to determine the profile of diabetic blood glucose level in rat using a stratified dose streptozotocin (STZ-SD) and multi-low dose

(1) Pelaku Pembangunan mengajukan permohonan pengesahan Pertelaan kepada Walikota melalui Kepala Perangkat Daerah yang membidangi urusan Perijinan dengan

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kehadiran Ibu di Kelas Ibu Hamil dengan