• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI AGUSTUS 2020 KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENSTRA KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI AGUSTUS 2020 KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

RENSTRA 2020 – 2024

KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI

AGUSTUS 2020

KEDEPUTIAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI

GEDUNG PUSAT INOVASI DAN BISNIS TEKNOLOGI BPPT (Gedung 720)

Kawasan Puspiptek – Tangerang Selatan

Tel. 021-75791384, Fax. 021-75791391

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan kehendakNya kami dapat menyusun Rencana Strategis Deput Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (Renstra Deputi PKT) tahun 2020-2024.

Kedeputian PKT sebagaimana dalam Peraturan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 memiliki tugas melaksanakan perumusan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengkajian kebijakan teknologi. Karenanya, keberhasilan sebuah program kedeputian PKT ditentukan oleh perencanaan yang bersifat komprehensif dan terukur. Untuk menjabarkan tugas dan fungsi Deputi PKT, maka diperlukan Renstra organisasi Kedeputian yang merupakan penjabaran dari Renstra organisasi induk, yakni Renstra Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Renstra PKT tahun 2020 - 2024 ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:

1. Merupakan Dokumen yang direncanakan sekali untuk selama periode 5 tahun dan dirinci dengan target kinerja setiap tahun.

2. Menjadi panduan bagi Pimpinan dan seluruh SDM pelaksana di lingkungan PKT. 3. Merupakan acuan dalam menyusun Perencanaan Tahunan (Renja, RKAKL, Perencanaan dan Perjanjian Kinerja) sehingga program, kegiatan dan kinerja yang diambil dari Renstra yang sudah ditetapkan, yang merupakan wujud ketaatan terhadap peraturan dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) 4. Menjadi acuan untuk penyusunan laporan akuntabilitas kinerja PKT kepada BPPT

sebagai lembaga induk.

5. Merupakan acuan dalam pengendalian pelaksanaan program agar lebih berhasil dan berdayaguna dalam menjalankan tugas dan fungsi Deputi PKT

Renstra PKT ini disusun dengan mengacu kepada Peraturan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2020 Tentang Rencana

(3)

iii

Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2020-2024 dan Rapat Kerja Tahunan Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi pada tahun 2020.

Renstra ini juga disusun dengan penuh kesadaran bahwa keberadaan Deputi PKT pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT dalam mewujudkan visi dan misi BPPT pada limat tahun ke depan.

Semoga dokumen renstra ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana maksud tersebut di atas.

Serpong, Agustus 2020

Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Reknologi (PKT) Deputi,

(4)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR TABEL………. vii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1 Kondisi Umum……… 2 2 1.1.1 Global……… 6

1.1.2. Nasional...……… 8

1.1.3. Pencapaian Periode Tahun 2015-2019……… 9

1.2 Potensi dan Permasalahan….……… 26

1.2.1. Potensi………. 26

1.2.2. Permasalahan………. 28

BAB 2 VISI, MISI DAN TUJUAN...……….. 29

2.1. Visi……… 29

2.2. Misi……… 29

2.3. Tujuan……….. 29

2.4. Tujuan dan Sasaran Strategis………. 30

2.4.1 Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT……… 31

2.4.2 Tujuan dan Sasaran Program Kedeputian PKT………. 34

2.4.3 Keterkaitan dengan Program Nasional……… 37

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN…….………... 38

(5)

v

3.1. Arah Kebijakan dan Strategis BPPT……….. 38

3.2. Arah Kebijakan dan Strategis PKT………. 41

3.2.1. Pengembangan Jejaring……… 43

3.2.2. Pengembangan Sarana dan Prasarana………. 43

3.2.3. Pengembangan SDM………. 44

3.3. Kerangka Regulasi……… 46

3.4. Kerangka Kelembagaan……….. 49

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN……...……… 51

4.1. Target Kinerja………. 51

4.1.1. Target Kinerja untuk Sasaran Strategis………. 51

4.1.2. Target Kinerja untuk Sasaran Program……….. 51

4.2. Kerangka Pendanaan……… 54

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIPE Tahun 2018…….. 11

Gambar 1.2. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIPE Tahun 2019……. 11

Gambar 1.3. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIMTE………. 13

Gambar 1.4. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2017……... 16

Gambar 1.5. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2018……... 16

Gambar 1.6. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2019…….. 20

Gambar 1.7. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Sistem Inovasi Tahun 2018……….. 20

Gambar 1.8. Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP) Tahun 2018………... 21 Gambar 1.9. Capaian Kegiatan Cimahi Techno Park dan Rintisan Techno Park Pelalawan Tahun 2018………... 21

Gambar 1.10. Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Sistem Inovasi Tahun 2019………... 21

Gambar 1.11. Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP) Tahun 2019……….. 22 Gambar 1.12. Kegiatan Cimahi Techno Park dan Rintisan Techno Park Pelalawan Tahun 2019………... 22

Gambar 1.13. Daftar Tenant Inkubasi dan Graduate tahun 2015 – 2019………… 23

Gambar 1.14 Capaian BIT Tahun 2015-2019………. 23

Gambar 1.15 Profil SDM Kedeputian PKT Per Agustus 2020………. 27

Gambar 2.1. Cascading Struktur Kinerja……… 30

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Kedeputian PKT……… 49

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Capaian Outcome dari PPIPE………... 10

Tabel 1.2. Capaian Outcome dari PPIMTE……… 12

Tabel 1.3. Capaian Outcome dari PSAT……… 14

Tabel 1.4 Capaian Outcome dari PTKSSI………. 17

Tabel 1.5. Capaian Kegiatan BTIKK Tahun 2015 – 2019……… 24

Tabel 1.6. Ekspektasi Para Pemangku Kepentingan di Bidang Pengkajian Industri Proses dan Energi………. 25

Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT……… 31

Tabel 2.2. Formulasi SS, IKSS dan Target Kinerja BPPT dari Kedeputian PKT……… 34

Tabel 2.3 Formulasi Sasaran Program, IKP dan IKU Kedeputian PKT……… 35

Tabel 2.4. Keterkaitan Program Kedeputian PKT dengan Program Nasional………. 37

Tabel 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian PKT……… 41

Tabel 3.2. Rencana Penambahan Pegawai Baru………. 45

Tabel 4.1. Target Kinerja untuk Sasaran Strategi Lembaga dari PKT………. 51

Tabel 4.2 Sasaran Program, IKP dan Target Kinerja……….. 52

Tabel 4.3 Kerangka Pendanaan Program Kedeputian……….. 55

Tabel 4.4 Arsitektur dan Informasi Kinerja dari PPIPE……… 55

Tabel 4.5. Arsitektur dan Informasi Kinerja dari PPIMTE………. 56

Tabel 4.6 Arsitektur dan Informasi Kinerja dari PSAT………. 57

Tabel 4.7. Arsitektur dan Informasi Kinerja dari PTKSSI………. 58

Tabel 4.8. Arsitektur dan Informasi Kinerja dari BIT……… 58

(8)

1

BAB.1

PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 menyebutkan bahwa visi RPJPN 2005-2025 adalah Indonesia yang maju, mandiri, adil, dan makmur. Salah satu misi pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk : (a) mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.

Dalam penjelasan selanjutnya disebutkan bahwa untuk mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan diperlukan penguatan sistem inovasi nasional yang mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek.

Saat ini telah memasuki tahapan ke-4, yaitu RPJMN tahun 2020-2024 yang memuat empat pilar pembangunan, : (1) kelembagaan politik dan hukum yang mantap,

(9)

2

(2) Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat, (3) Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh, dan (4) Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga. Ini merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir. Ke empat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda pembangunan, yaitu :

1. Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas, 2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan,

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing, 4. Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa,

5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar,

6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim,

7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik). Didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

Kedeputian Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT) merupakan bagian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Karena itu, BPPT perlu menyusun rencana strategis (Renstra) yang diikuti dengan Renstra setiap kedeputian dan unit kerja di lingkungan BPPT.

Renstra PKT tahun 2020 – 2024 disusun dengan mengacu pada Renstra BPPT 2020 - 2024. Selain itu, Renstra PKT juga mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis terakhir dan kondisi umum serta potensi dan permasalahan yang sedang dan akan dihadapi pada tahun-tahun mendatang, khususnya dalam kebijakan teknologi dan sistem inovasi.

1.1 Kondisi Umum

Di era pengetahuan dewasa ini, peningkatan daya saing dan kohesi sosial merupakan tumpuan bagi perwujudan kesejahteraan rakyat yang semakin tinggi dan semakin adil. Kecenderungan perkembangan juga meningkatkan pemahaman bahwa

(10)

3

daya saing tak sekedar dipengaruhi oleh sumber daya alam setempat, melainkan faktor-faktor upaya/buatan, terutama pengetahuan yang dikembangkan, dimanfaatkan, dan disebarluaskan yang mendorong berkembangnya inovasi dan difusinya secara terus- menerus.Karena itu, daya saing semakin ditentukan oleh sistem inovasi dalam upaya mengembangkan potensi spesifiknya.

Proses globalisasi yang terjadi saat ini semakin meyakinkan bahwa faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (IPTEKIN) memegang peran cukup penting, sehingga penguasaan teknologi akan sangat mempengaruhi daya saing (competitiveness) suatu bangsa. Fakta juga menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesejahteraan dengan pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung memiliki penguasaan IPTEKIN yang bisa bersaing. Pesatnya perkembangan IPTEKIN dan globalisasi yang ditandai dengan pengembangan blok-blok ekonomi seperti AFTA, disatu sisi telah membuka kesempatan bagi perluasan pasar. Namun disisi lain, globalisasai juga menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan IPTEKIN agar dapat menjadi modal bagi bangsa Indonesia menghadapi berbagai resiko dan implikasi era global.

Era perdagangan kawasan ASEAN (AFTA) yang berlangsung mulai 2015, menjadi tantangan serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi sumber daya, kinerja, sistem 3 manajemen, dan teknologi informasi. Di samping itu salah satu sektor yang harus diperhatikan adalah ketahanan dan kedaulatan pangan. Datangnya pemberlakuan pasar bebas ASEAN, Indonesia bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam berbagai hal.Strategi untuk menciptakan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah dengan berinovasi supaya sebuah produk bisa memiliki nilai tambah.

Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) menyatakan peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2019 berada pada peringkat 50 dari 141 negara di dunia. Peringkat Indonesia masih lebih rendah dibandingkan peringkat negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam rilis Global Competitiveness

Report 2019 tersebut posisi daya saing Indonesia turun 5 tingkat dari tahun sebelumnya.

Bahkan beberapa indiaktor yang terkait kemampuan inovasi peringkatnya sangat rendah, yaitu 72 dari 141 negara. Kondisi ini memerlukan peningkatan value innovation dan

creation melalui pendidikan dan pelatihan, perbaikan struktur kapital, restrukturisasi

(11)

4

manajemen agar Indonesia dapat bersaing dalam dunia internasional. Penguatan sistem inovasi merupakan pilar penting dalam membawa Indonesia ke era ekonomi pengetahuan (knowledge-based economy) dan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society).

Karena itu, pembangunan Indonesia yang progresif perlu menjadikan penguatan sistem inovasi sebagai kesepakatan bersama dan prioritas dalam peningkatan daya saing dan penguatan kohesi sosial. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) beserta beragam kebijakan iptek sangat penting bagi perkembangan inovasi, namun bukan satu-satunya yang menentukan. Dinamika difusi pengetahuan dan pembelajaran yang berkembang sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam berinovasi. Namun itupun tidak terjadi serta merta. Beragam fenomena inovasi juga menunjukkan bahwa inovasi sebenarnya merupakan suatu proses kreatif, iteratif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan sangat penting bagi perkembangan inovasi.Tetapi, inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbangyasa. Iklim persaingan yang sehat dan kondusif sangat diperlukan bagi berkembangnya inovasi. Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan.

Di bidang sistem inovasi, dalam rangka mendukung pembangunan nasional, fokus arah kebijakan dan prioritas program dalam penguatan sistem inovasi adalah untuk mendukung pembangunan yang progresif, inklusif, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penguatan sistem inovasi merupakan langkah terpadu membenahi sistem yaitu suatu kesatuan yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi, dan

(12)

5

proses pembelajaran, secara bersistem. Berdasarkan pemetaan terhadap kondisi penguatan sistem inovasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek hingga menengah dibutuhkan suatu upaya terstruktur untuk membangun tata kelola sistem inovasi nasional. Upaya membangun tata kelola sistem inovasi nasional dapat diawali dengan mengembangkan kepeloporan dan prakarsa-prakarsa strategis penguatan sistem inovasi nasional yang didasarkan pada kompetensi dan peran lembaga-lembaga yang ada saat ini. BPPT sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) merupakan lembaga yang dapat mengambil peran strategis dalam mengisi kekosongan peran dan fungsi organisasi pada level tertentu. Hal ini sejalan dengan tujuan awal pembentukan BPPT adalah untuk memiliki peran khusus/spesifik untuk membangun jaringan dengan dunia industri. Selain pertimbangan tersebut, dalam kerangka penguatan sistem inovasi nasional, BPPT telah melakukan repositioning sebagai LPNK yangmelaksanakan peran dan fungsi pelayanan publik melalui inovasi dan pelayanan teknologi, dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan Republik Indonesia yang saling berketerkaitan. BPPT menempatkan diri sebagai intermediator dalam suatu jejaring kemitraan yang merupakan ciri dari organisasi modern. Inovasi tidak akan terjadi dalam sebuah keterasingan, maka pengembangan dan penguatan sistem inovasi juga tidak akan terlepas dari adanya interaksi antar lembaga dan pemangku kepentingan nasional. Hal ini selaras dengan perubahan paradigma yang telah terjadi secara global, yaitu dari pendekatan sektoral yang terkotak-kotak menjadi pola jejaring (keterkaitan) rantai nilai. Semua pihak harus berupaya mengatasi fragmentasi dan sekat sektoral yang menghambat menjadi pola kolaborasi sinergis.

Sejalan dengan itu, BPPT telah merumuskan kembali visi, misi, dan perannya. Visi BPPT yang telah di rumus ulang yakni “ Menjadi lembaga terdepan dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Pencapaian visi di atas dijalankan melalui 3 misi dan 7 peran BPPT sesuai Peraturan Kepala BPPT No. 84 Tahun 2017, yaitu Kerekayasaan, Kliring Teknologi, Audit Teknologi, Alih Teknologi, Intermediasi Teknologi, Difusi Teknologi dan Komersialisasi Teknologi. Dengan apa yang telah dicapai BPPT saat ini, pada masa-masa mendatang, melalui 7 peran yang telah disebutkan di atas, BPPT

(13)

6

perlu semakin meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam rangka penguatan sistem inovasi. Dengan demikian daya saing Indonesia secara global diharapkan semakin menguat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Program kemitraan BPPT dengan industri, pemerintah daerah, maupun instansi pemerintah pusat diarahkan sesuai dengan positioning, visi, misi, dan peran BPPT di atas.

1.1.1 Global

Globalisasi ekonomi dunia telah mendorong evolusi organisasi industri berskala global dan mempengaruhi keberhasilan beberapa negara dalam ekonomi global. Saling mempengaruhi antara keunggulan kompetitif perusahaan dan keunggulan komparatif negara ini mendasari desain strategi bisnis internasional. Keunggulan kompetitif mempengaruhi keputusan perusahaan untuk memusatkan sumber dayanya pada kegiatan dan teknologi tertentu di sepanjang rantai nilai tambah, sementara keunggulan komparatif membantu untuk menentukan di mana rantai nilai tambah tersebut harus dipecah sampai melintasi perbatasan nasional.

Fenomena ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan di banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, sehingga masuk kedalam kelompok negara berpenghasilan menengah (Middle Income Countries-MIC). Bahkan, selama beberapa kurun waktu terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menjadi salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut banyak dikendalikan oleh sektor jasa dan komoditas, tidak melalui sektor manufaktur. Kinerja ekonomi lebih didorong ekspor sumber daya alam dan perdagangan global karena Indonesia belum mengembangkan struktur industri padat teknologi dan impor produk teknologi tinggi lebih besar daripada ekspor. Dibandingkan dengan negara ASEAN yang tampaknya lebih cepat dan efektif, investasi langsung asing (FDI) yang mengalir ke sektor teknologi menengah dan tinggi, tingkat input dan modernisasinya rendah. Hal ini dapat mendorong Indonesia masuk dalam fenomena perangkap pendapatan menengah (Middle Income

Trap-MIT), yaitu stagnasi bahkan penurunan ekonomi karena harus bersaing dengan low-wage countries juga dengan high-technology countries.

Fundamental ekonomi yang baik, sumber daya alam (SDA) berlimpah dan juga jumlah populasi penduduk yang besar dengan bonus demografi merupakan faktor

(14)

7

yang amat mendukung tetapi tidak cukup untuk Indonesia bisa melompat menjadi

high income country. Salah satu prasyarat utama agar Indonesia dapat bermigrasi ke

negara dengan klasifikasi pendapatan tinggi adalah kuatnya kapabilitas industri. Industri yang kuat akan secara langsung memperbaiki struktur neraca perdagangan dan pola penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan pendapatan per kapita. Untuk itu, pemerintahan perlu memperbaiki sistem ekonomi yang sudah berjalan dan membuat kebijakan untuk transformasi struktural dan memunculkan berbagai inovasi guna memperoleh manfaat yang optimal dari sumber pertumbuhan yang ada saat ini. Indonesia kini sedang berpacu dengan waktu meningkatkan sektor manufakturnya dan berupaya memperkuat supply-side

economy-nya, sebagai salah satu upaya menghindar perangkap tersebut.

Fragmentasi proses produksi lintas negara ini, selain membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan dan negara-negara untuk berpartisipasi dalam rantai nilai global, juga menjadi tantangan karena persaingan yang makin ketat di antara pemasok, yang kebanyakan berada di negara berkembang. Perlu dicatat bahwa partisipasi dalam rantai nilai global tidak akan secara otomatis memberikan manfaat, diperlukan pilihan-pilihan kebijakan yang tepat untuk bergerak menuju kegiatan

value-adding yang lebih tinggi. Indonesia telah menyadari terjadinya proses transisi

perekonomian dunia dari keunggulan komparatif berbasis sumber daya (Resources

Based Economy –RBE) ke keunggulan kompetitif berbasis pengetahuan (Knowledge

Based Economy–KBE) dan bahwa kekuatan suatu bangsa diukur dari kemampuan

ipteknya sebagai faktor primer ekonomi untuk peningkatan daya saing (Jakstranas Iptek 2005-2009, 2005). Pembelajaran dan inovasi menjadi penentu utama daya saing dan pertumbuhan suatu negara. Perhatian pemerintah pada pembangunan berbasis iptek dan kondisi kerangka kerja untuk merangsang pertumbuhan yang didorong inovasi tercermin dalam beberapa kebijakan.

(15)

8 1.1.2 Nasional

Pemerintah saat ini giat membangun infrastruktur untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi dan menjadi lokomotif penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Dalam pembangunan dan pengembangan industri, pemerintah mendorong industri lokal untuk berperan aktif dalam pembangunan dan pengembangan iptek di antaranya melalui peraturan tentang kandungan lokal (tingkat komponen dalam negeri, TKDN). Peraturan ini merupakan strategi pemerintah dalam melakukan tata kelola internal rantai nilai global. Peraturan TKDN yang ada untuk beberapa jenis industri, seperti kelistrikan, migas dan elektronika belum dapat mendorong kemandirian industri untuk tumbuh dan berekambang untuk dapat bersaing di kancah internasional.

Pada penerapannya, peraturan dan kebijakan yang mendorong pembangunan yang barbasiskan inovasi belum berdampak, terutama untuk pengembangan industri. Stuktur industri nasional lemah dan sangat bergantung pada bahan baku dan teknologi impor. Dalam konteks sistem inovasi nasional, hubungan antara lembaga riset dan industri juga minim. Teknologi lokal belum optimal berfungsi sebagai daya ungkit perekonomin nasional. Untuk mengoptimalkan penerapan kebijakan kandungan lokal ini diperlukan koordinasi beberapa lembaga terkait.

BPPT, dengan kewenangannya yang melekat dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi dan pemberian rekomendasi penerapan teknologi, merupakan lembaga pemerintahan non kementrian yang strategis dalam mengkoordinasikan implementasi kebijakan kandungan lokal ini. BPPT dapat mengoptimalkan fungsinya sebagai technology clearing house untuk pembangunan nasional. Secara lembaga, pengkajian teknologi yang dilakukan BPPT akan lebih lengkap dan komprehensif dengan penguatan peran tersebut menjadi pengkajian industri.

Memasuki Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-4, maka Kedeputian PKT menyusun Renstra tahun 2020 – 2024. Renstra Kedeputian PKT yang disusun merujuk kepada Peraturan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2020-2024 dan Rapat Kerja Tahunan Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi pada tahun 2020.

(16)

9 1.1.3 Pencapaian Periode Tahun 2015-2019

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kedeputian Bidang PKT, sesuai rencana strategis dan renca kerja per tahun, telah melaksanakan program-programnya yang diterjemahkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada di unit kerja di bawah PKT, yaitu :

• Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi (PPIPE)

• Pusat Pengkajian Industri Manufaktur, Telematika dan Elektronika (PPIMTE) • Pusat Sistem Audit Teknologi (PSAT)

• Pusat Teknologi Kawasan Spesifik dan Sistem Inovasi (PTKSSI • Balai Inkubator Teknologi (BIT)

• Balai Teknologi Industri Kreatif Keramik (BTIKK)

Masing-masing kegiatan unit kerja menghasilkan keluaran (output) yang selanjutnya di lanjutkan ke dalam program kedeputian untuk menghasilkan keluaran (outcome). Berikut adalah beberapa capaian program yang menghasilkan outcome kedeputian yang diinisialisasi dari beberapa unit kerja di PKT.

A. Outcome PKT dari PPIPE

Unit kerja PPIPE merupakan unit kerja baru yang dibentuk berdasarkan SK Ka BPPT nomor 12 tahun 2017, namun baru secara efektif berfungsi mulai tahun 2018. Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2018 – 2019, baik kegiatan yang bersumber dari pendanaan APBN maupun dari layanan teknologi melalui BLU serta pendanaan lainnya dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). PPIPE melaksanakan kegiatan tahun 2018 - 2019 yang dikelompokkan sebagai berikut:

• Pengkajian Industri Proses • Pengkajian Industri Energi

• Rintisan Techno Park Kota Pekalongan • Kliring Teknologi

• Kegiatan Layanan badan layanan umum (BLU) • Kegiatan lainnya

(17)

10

Adapun capaian outcome kedeputian PKT yang berasal dari PPIPE adalah berupa beberapa rekomendasi yang penjelasannya secara lebih lengkap diberikan dalam bentuk buku outlook teknologi (pangan, kesehatan dan energi) yang bisa diunduh di website BPPT. Tabel 1.1 memperlihatkan beberapa capaian outcome dari PPIPE dari 2 tahun terakhir/

Tabel 1.1. Capaian Outcome dari PPIPE

Tahun Kegiatan Capaian Keterangan

2018 Pengkajian Industri Proses

Buku Outlook Teknologi Pangan

Tema :

Inisiatif Pengembangan Industri Berbasis Sagu, Jagung, dan Ubi Kayu

• Penyebarluasan Buku Outlook Teknologi Pangan ke

Stakeholders dengan capaian

Outcome (L1)

• Testiimoni dari Mitra Kerja Ekternal

Buku Outlook Teknologi Kesehatan

Tema :

Inisiatif Pengembangan Teknologi dan Industri Biofarmasi

• Penyebarluasan Buku Outlook Teknologi Kesehatan ke

Stakeholders dengan capaian

Outcome (L1)

• Testiimoni dari Mitra Kerja Ekternal

Pengkajian Industri Energi

Buku Outlook Energi Indonesia

Tema :

Energi Berkelanjutan untuk Transportasi Darat

• Launching Buku Outlook

• Penyebarluasan Buku Outlook Energi Indonesia ke Stakeholders dengan Capaian Outcome (L1) • Testimoni dari Mitra Ekternal

misalnya dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

2019 Pengkajian Industri Proses

Buku Outlook Teknologi Pangan

Tema :

Teknologi Industri Pangan Berbasis Minyak Sawit

• Penyebarluasan Buku Outlook Teknologi Pangan ke

Stakeholders dengan capaian

Outcome (L1)

• Testiimoni dari Mitra Kerja Ekternal

Buku Outlook Teknologi Kesehatan

Tema :

Inisiatif Pengembangan Teknologi dan Industri Bahan Baku Obat Kimia

• Penyebarluasan Buku Outlook Teknologi Kesehatan ke

Stakeholders dengan capaian

Outcome

• Testiimoni dari Mitra Kerja Ekternal

(18)

11 Pengkajian

Industri Energi

Buku Outlook Energi Indonesia

Tema:

Dampak Peningkatan Pemanfaatan Energi baru dan Terbarukan terhadap Perekonomian Nasional

• Launching Buku Bersamaan dengan acara BPPT Innovation

Day

• Penyebarluasan Buku Outlook ke

Stakeholders dengan Capaian

Outcome (L1)

• Testiimoni dari Mitra Kerja Ekternal

Beberapa bukti capaian outcome berikut adalah diberikan pada Gambar 1.1 dan 1.2 :

Gambar 1.1. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIPE Tahun 2018

Gambar 1.2. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIPE Tahun 2019

B. Outcome PKT dari PPIMTE

Unit kerja PPIMTE merupakan unit kerja baru sebagaimana PPIPE namun dengan bidang tugas dan kompetensi yang berbeda, yakni di bidang pengkajian industri

(19)

12

manufaktur, telematika dan elektronika. Beberapa capaian outcome kedeputian PKT yang diinisialisasi dari kegiatan di PPIMTE tahun 2018 – 2019 adalah sebagaimana diberikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Capaian Outcome dari PPIMTE

Tahun Kegiatan Capaian Keterangan

2018 Pengkajian Pengembangan Industri

Telematika

Laporan akhir terkait perkembangan industri 4,0 dan ekonomi digital di Indonesia, serta pengembangan alat ukur kesiapan menuju Industri 4.0

• Penyebarluasan laporan kepada Mitra Kerja Ekternal serta sebagai bahan rekomendasi ke kementerian terkait.

Pengkajian Industri Kemaritiman

Laporan kajian daya ungkit percepatan pembangunan infrastruktur kemaritiman terhadap pertumbuhan ekonomi • Penyebarluasan laporan tentang kajian TKDN kemaritiman kepada Mitra Ekternal

2018 Pengkajian Industri Transportasi

Laporan akhir pengkajian peningkatan TKDN industri manufaktur sarana transportasi darat

• Penyebarluasan laporan akhir kajian TKDN sarana transportasi darat kepada Mitra Kerja Ekternal

Naskah akademik “Platform pengembangan industri perkeretaapian nasional”

• Penyebarluasan buku naskah akademik terkait industri perkeretaapian nasional kepada Mitra Ekternal.

Pengkajian Industri

Komponen Listrik

Laporan akhir pemetaan industri komponen PLTU

• Penyerbarluasan hasil kajian pemetaan industri komponen PLTU di Indonesia kepada Mitra Kerja Ekternal

Laporan akhir roadmap pengembangan industri fotovoltaik Indonesia

• Penyerbarluasan hasil kajian roadmap pengembangan industri fotovoltaik di Indonesia kepada Mitra Kerja Ekternal

2019 Pengkajian Industri Elektronika

Laporan akhir kajian kebijakan teknologi elektronika Indonesia

• Penyebarluasan kajian terkait technology foresight untuk mendukun industri 4.0 dan mendukung Peningkatan TKDN produk elektronika di Indonesia.

(20)

13 Gambar 1.3. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIMTE

C. Outcome PKT dari PSAT

Unit Kerja PSAT pada awalanya bernama PSTAT (Pusat Strategi teknologi dan Audit Teknologi). Namun, setelah reorganisasi nama Unit Kerja tersebut berubah menjadi PSAT dengan kompetensi utama tetap di bidang sistem audit teknologi. Berikut adalah capaian-capaian dari PSAT yang diberikan pada Tabel 1.3.

(21)

14 Tabel 1.3. Capaian Outcome dari PSAT

Tahun Kegiatan Capaian Keterangan

2015 Techno Park Di Kabupaten Bantaeng

Kesiapan Pembangunan dan Pengembangan Techno Park/Science Park Beserta Elemen-Elemen

Pendukungnya

Dokumen Master Plan Techno/ Science Park, Peraturan Bupati Tentang Kelembagaan Pengelola Technopark, Dokumen Model Bisnis Pengelolaan Technopark dengan Capaian Output (L2) Sistem Audit

Teknologi

Kesiapan Sistem Audit Teknologi, yaitu Sistem Sertifikasi, Sistem Pelaksanaan, dan Sistem Kelembagaan

Dokumen Standar Kompetensi Auditor

Teknologi, Dokumen Skema Sertifikasi Auditor

Teknologi, dan Sertifikat asesor kompetensi dengan Capaian Output (L2) Kebijakan Strategi

Teknologi

− Model Intelijen Teknologi dan Kerangka Strategi Teknologi

− Model Database Teknoogi

Kebijakan Strategi Teknologi di Bidang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan Capaian Output (L2)

Kajian Teknologi Tematik Daerah

Rekomendasi Pengembangan Inovasi dan Layanan Teknologi Tematik di daerah (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi)

Perencanaan

Pembangunan Infrastruktur Dasar Seperti Air Bersih, Energi, Lingkungan, Transportasi, dan TIK (e-Development) dengan Capaian Output (L2) 2016 Rekomendasi Kebijakan Strategi Teknologi Rekomendasi Pengembangan Energi Terbarukan Khususnya Untuk Solar Cell Dan Mikro Hidro Dalam Aspek Riset Dan Pengembangan, Penerapan Teknologi, Pasar Dan Regulasi

• Penyampaian

Rekomendasi Kepada Stakeholder Terkait ESDM) dengan Capaian

Output (L2)

Sistem Audit Teknologi

Penyusunan Standar Audit Teknologi dan Perangkat Sertifikasi Kompetensi Auditor Teknologi

• Dokumen untuk pengembangan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dengan Capaian

Output (L2)

2017 Rekomendasi Kebijakan Strategi Teknologi

− Skenario Pertumbuhan Industri Galangan Kapal

− Valuasi Teknologi untuk Industri Garam Farmasi

• Dokumen rekomendasi dan valuasi teknologi dengan Capaian Output (L2)

(22)

15 Sistem Audit Teknologi − Diperolehnya sertifikasi Lisensi LSP Auditor Teknologi • Sertifikat Lisensi LSP Auditor Teknologi dari BNSP dengan Capaian Outcome (L1) 2018 Penerapan dan Pengembangan Strategi Teknologi − Rekomendasi Strategi Teknologi Bidang Industri Hankam • Penyampaian Rekomendasi kepada Stakeholder Terkait Dephan) dengan Capaian Output (L2) Penerapan dan Pengembangan Sistem Audit Teknologi − 25 Auditor Teknologi Tersertifikasi • Layanan Sertifikasi Auditor Teknologi dengan Capaian Outcome (L1) dan Impact (L0) 2019 Penerapan dan Pengembangan Strategi Teknologi − Rekomendasi Valuasi Teknologi (Pewarna Alami Dan Pakan Ternak Berbahan Baku Sawit)

− Panduan Audit (Industri Kelapa Sawit)

− Pelaksanaan Audit Teknologi (Industri Kelapa Sawit)

− Dokumen Valuasi Teknologi Dan Panduan Audit Teknologi Dengan Capaian Output (L2)

− Pelaksanaan Audit Teknologi Industri Kelapa Sawit Dengan Capaian Outcome (L1)

Sistem Audit Teknologi

− RCC (Recognition Current Competency) terhadap 7 Asesor dan Sertifikasi Terhadap 10 Asesor Kompetensi Baru;

− 50 Sertifikat Auditor Teknologi

− Sistem Pengukuran TKT (Modul Diklat dan Materi Uji, Skema Sertifiaksi)

− Sertifikasi Aseseor Kompetensi dan Penyusunan Sistem Pengukuran TKT

Dengan Capaian Output (L2) − Layanan Sertifikasi Auditor Teknologi Sebanyak 50 Auditor dengan Capaian Outcome (L1)

(23)

16

Beberapa bukti capaian outcome dari PSAT:

Gambar 1.4. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2017

Gambar 1.5. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2018

(24)

17 D. Outcome PKT dari PTKSSI

Capaian PKT yang diinisiasi dari kegiatan di PTKSSI antara lain pengkajian dan penerapan sistem inovasi, pengkajian dan pengembangan teknoprener (NSTP), dan rintissan techno park. Beberapa capaian pada 2 tahun terakhir adalah sebagaimana pada Tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4. Capaian Outcome dari PTKSSI

Tahun Kegiatan Capaia Keterangan

2018 Pengkajian dan Penerapan Sistem Inovasi

Buku Panduan Pengembangan Desa Mandiri

• Rekomendasi kebijakan sistem inovasi berupa Panduan Pengembangan Desa Mandiri Sawit Berbasis sistem Inovasi telah disampaian kepada Bupati Pelalawan dengan capaian Outcome (L1) 1. Buku Panduan Sistem Inovasi

Daerah;

2. Buku Panduan Klaster Industri;

3. Buku Panduan Jaringan Inovasi;

4. Buku Panduan Teknoprener

• Penyusunan buku dengan capaian Output (L2)

Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP)

1. Pembentukan Model Bisnis dan Kelembagaan NSTP-BPPT: 2. Rekomendasi Kelembagaan NSTP BPPT 3. Masterplan NSTP BPPT 4. Bisnis Proses NSTP BPPT • NSTP/TP yang Terwujud Dan Berfungsi dengan Capaian Outcome (L0)

Database Hasil Riset BPPT yang siap terap :

1. Kajian Kodifikasi Kisah Sukses Komersialisasi Hasil Riset BPPT

2. Aplikasi Database Teknologi Hasil Riset BPPT Berbasis Web

Pembangunan

infrastruktur/revitalisasi Klaster Inovasi dan Bisnis Teknologi

(25)

18 Cimahi Techno

Park

1. Panduan Inkubasi dan Cimahi

Techno Park.

2. 10 (sepuluh) tenant terfasilitasi inkubasi.

3. 5 (lima) Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). 4. 8 tenant Baru Terseleksi. 5. Model Bisnis Klaster Industri

Telematika dan Animasi. 6. Software Animasi untuk

peningkatan rantai nilai klaster industri telematika dan animasi

Terwujudnya TP Cimahi dengan capaian Outcome (L1)

Rintisan Techno Park Pelalawan 1. Penguatan tatakelola TP Pelalawan • Promosi Investasi • Pelaksanaan Bimtek (Tatakelola, Technopreneurship, Budidaya Tanaman Sawit) • Kajian Awal SIKIM

Rekomedasi yang disampaikan kepada Bupati Pelalawan sebagai capaian output (L2) berupa:

1. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (SIKIM) di Techno Park Pelalawan. 2. Pengembangan

Teknoprener di Kawasan Rintisan Techno Park Pelalawan.

2. Penguatan teknoperneurship • Penguatan Kapasitas

Pusat Inovasi melalui Pelatihan SOP inkubasi pada ST2P • Pendampingan Inkubasi Tenant ( 4 Tenant, 1 PPBT) 2019 Pengkajian dan Penerapan Sistem Inovasi

Rekomendasi Kebijakan tentang Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri Sawit Berbasis Sistem Inovasi

Policy brief mengenai rekomendasi kepada Pemkab Pelalawan tentang Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri Sawit Berbasis Sistem Inovasi telah disampaikan sebagai capaian output (L2)

Rekomendasi tentang Validasi Model Dinamis dan Skenario Kebijakan

5 Buku Panduan Terkait Referensi Teknis Penguatan Sistem Inovasi

1. Panduan Monev (internal) KST BPPT

2. Panduan RIDA

3. Panduan Pengembangan Ekosistem Inovasi Daerah 4. Panduan Pengembangan

(26)

19 5. Panduan Pengembangan Teknoprener Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP) 1. Fasilitas NSTP

2. Masterplan dan Bisnis plan NSTP-BPPT

3. SK Kelembagaan NSTP 4. Sarana Promosi NSTP-BPPT

(Website)

5. Business Gathering

6. Database hasil Riset BPPT Siap Terap

7. Kodifikasi Proses Inovasi

• NSTP/TP yang Terwujud dan Berfungsi dengan Capaian Outcome (L0)

Cimahi Techno Park

1. Terbentuknya Tim Koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah Kota Comahi

2. Legalisasi Panduan Inkubasi dan Akselerasi

3. 4 PPBT dan 10 calon tenant CTP Tahun 2020

4. Rekomendasi Kebijakan Penguatan Rantai Nilai Klaster Industri Animasi Kota Cimahi 5. Kodifikasi Model Bisnis Klaster

Industri Animasi Kota Cimahi 6. Pokja Klaster Industri Animasi

Kota Cimahi

Terwujud dan berfungsinya TP Cimahi dengan Capaian Outcome (L0)

Rintisan

Techno Park Pelalawan

Policy Brief mengenai Development Plan :

1. Pengembangan Masterplan Kawasan Techno Park Pelalawan.

2. Manajemen Pengelolaan Lahan Kawasan Techno Park Pelalawan.

3. Strategi Pengembangan Industri di Kawasan Techno Park Pelalawan.

4. Strategi Pengembangan Infrastruktur (transportasi, Energy, Pengolahan Limbah dan Kebutuhan Air Bersih).

Penyerahan Policy Breaf Ini Telah Dilakukan oleh BPPT Kepada Bupati Pelalawan dengan capaian Outcome (L1)

Penguatan Technopreneurship 1. Pengembangan Teknoprener

Pusat Inovasi di Kawasan Techno Park Pelalawan (kinerja PI dan 1 PPBT)*

(27)

20 2. Pengembangan Konsep

Teaching Industry Pendampingan Tenant : Tepung Alga (Chlorela powder) CV Nusantara, Pembersih Serbaguna (JJE Cleaner) CV Lestari

Berikut adalah beberapa bukti capaian dari PTKSSI (Gambar 1.7 sampai 1.12.

(28)

21 Gambar 1.8. Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP) Tahun

2018

Gambar 1.9. Capaian Kegiatan Cimahi Techno Park dan Rintisan Techno Park Pelalawan Tahun 2018

(29)

22 Gambar 1.11. Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Teknoprener (NSTP)

Tahun 2019

Gambar 1.12. Kegiatan Cimahi Techno Park dan Rintisan Techno Park Pelalawan Tahun 2019

E. Outcome PKT dari BIT

Balai Inkubator Teknologi melakukan inkubasi, yaitu proses pematangan produk teknologi guna memperoleh output teknologi yang siap dikomersialkan. Selama periode 2015 – 2019 BIT melakukan inkiubasi cukup banyak, sejumlah 97 tenant yang diinkubasi dengan 56 tenant telah lulus (graduate) yang terdiri dari beberapa bidang usaha teknologi

(30)

23

antara lain agroindustri, jasa, lingkungan, pangan, ICT, farmasi, material maju, kosmetik, energi, dll (Gambar 1.13).

Gambar 1.13. Daftar Tenant Inkubasi dan Graduate tahun 2015 – 2019

Capaian lengkap dari BIT diberikan pada Gambar 1.14 berikut.

Gambar 1.14. Capaian BIT Tahun 2015 – 2019

25 11 26 21 14 1 4 10 13 10 2015 2016 2017 2018 2019

Tenant Inkubasi dan Graduate Tahun 2015-2019

(31)

24 F. Outcome PKT dari BTIKK

BTIKK memiliki satu kegiatan, yaitu Penerapan dan Pelayanan Teknologi Kreatif Keramik. Beberapa capaian dari BTIKK diperlihatkan pada Tabel 1.5 berikut .

Tabel 1.5. Capaian Kegiatan BTIKK Tahun 2015 - 2019

Tahun Capaian

2015 • 1 Perekayasaan Produk Keramik • 1 Layanan Teknologi Kreatif Keramik 2016 • 1 Perekayasaan Produk Keramik

• 1 Layanan Teknologi Kreatif Keramik 2017 • 1 Perekayasaan Produk Keramik

• 1 Layanan Teknologi Kreatif Keramik

2018 • 1 Perekayasaan Produk Keramik (Souvenir & Prototipe Genteng Ber SNI)

• 1 Layanan Teknologi Kreatif Keramik

2019 • 1 Perekayasaan Produk Keramik (Souvenir & Keramik Berpori) • 1 Layanan Teknologi Kreatif Keramik

1.1.4 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Renstra PKT 2020 - 2024 ini disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan para pemangku kepentingan sehingga produk-produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara optimal bagi mitra-mitra terkait. Para pemangku kepentingan merupakan unsur-unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, industri BUMN maupun swasta dan organisasi masyarakat (yayasan, dll.). Tabel 1.6 memperlihatkan uraian ekspektasi para pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan teknologi industri proses dan energi. Berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan yang saling menguntungkan (mutual benefit), maka ekspektasi dan perspektif para pemangku kepentingan harus dijadikan pertimbangkan utama dalam rangka melaksanakan kegiatan pengkajian dan penerapan kebijakan teknologi industri proses dan energi.

(32)

25 Tabel 1.6. Ekspektasi Para Pemangku Kepentingan di Bidang Pengkajian Industri

Proses dan Energi No Pemangku

Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif 1 Lembaga Pemerintah Pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan program PKT • Kemenko Maritim • Kementerian (ESDM, Perindustrian) • Pemkab • PemKot

Kontribusi Kedeputian PKT terhadap perkembangan ekosistem inovasi dalam ranghkan pengembangan sektor ekonomi dan industri untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa , pemerintah Kabupaten/Kota 2 Customer : Pihak yang menggunakan produk dan pelayaann PKT Industri BUMN Industri Swasta

1. Kajian kelayakan, kliring teknologi, pemilihan teknologi di bidang proses dan energi

2. Layanan teknologi (konsultansi, pendampingan, alih teknologi, audit teknologi, pilot project, dll.)

3 Aliansi : Lembaga yang bekerjasama dengan PKT sebagai partner yang mempunyai tujuan, sasaran dan interes bersama LPNK Universitas/ Perguruan Tinggi

1. Intermediasi dan komersialisasi hasil riset

2. Kerjasama Penelitian

3. Analisa teknoekonomi untuk industrialisasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi

4 Masyarakat Organisasi Kemasyarakatan DPR

DPRD

1. Kerjasama perekayasaan, penelitian, layanan teknologi, dll.

2. Hasil program PKT dapat dimanfaatkan secara luas, meningkatkan kualitas hidup, lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.

3. Formulasi Undang-undang terkait penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan ilmu pengetahunan dan teknologi

(33)

26

1.2 Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan di lingkungan Deputi Bidang PKT dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (analisis SWOT) serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat nasional dan internasional. Analisis SWOT dan lingkungan berpengaruh tersebut dirinci seperti dibawah ini

1.2.1. Potensi

Potensi Kedeputian PKT yang meliputi sumberdaya manusia (SDM), fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. SDM

Kedeputian PKT memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan tinggi dari berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian, lulusan perguruan tinggi dalam dan luar negeri. SDM Kedeputian PKT per bulan Agustus 2020 sebanyak 324 orang yang terdistribusikan ke dalam 6 unit kerja (4 Pusat dan 2 Balai). Profil SDM diperlihatkan pada Gambar 1.15 berikut. Pegawai Kedeputian PKT dapat dikategorikan sebagai pegawai yang telah matang secara usia, dengan jabatan fungsional yang lengkap dan pendidikan yang beragam kompetensinya. Jumlah jabatan fungsional perekayasa adalah sebanyak 58 persen, sedangkan pegawai dengan pendidikan S3 sebanyak 9,6 persen, dan S2 sebanyak 38 persen. Kapasitas SDM di Kedeputian PKT sudah terbangun dalam kerangka kerja pendekatan penguatan sistem inovasi.

(34)

27 Gambar 1.15. Profil SDM Kedeputian PKT per Agustus 2020

b. Potensi Lain

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kedeputian PKT memiliki tata kelola kerja yang sudah baku dan diterapkan di seluruh kedeputian di BPPT, yakni sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan pada kerja tim (team work), terstruktur (well

structured), dan terdokumentasi (well documented). Dengan pengalaman yang panjang,

maka Kedeputian PKT memiliki jejaring dan kerjasama yang luas dengan mitra,

stakeholder, dan pengguna. Selain itu, Kedeputian Bidang PKT memiliki tupoksi yang

mendukung mandat khusus di bidang perumusan dan pelaksanaan di bidang kebijakan teknologi. Kedeputian Bidang PKT merupakan organisasi pembelajaran (learning

organization) sehingga bersifat dinamis dan adaptable. Kedeputian PKT memiliki

infrastruktur (laboratorium, workshop, dan pilot plant) dan lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang sudah berkembang, yakni LSP auditor teknologi.

1 43 59 40 87 31 63 Jumlah SDM Kedeputian PKT Deputi PKT PSAT PPIPE PPIMTE PTKSSI BIT BTIKK 29 141 123 31 Pendidikan Pegawai < S1 S1 S2 S3 36 72 71 127 18

Usia Pegawai

< 30 30-40 41-50 51-60 > 60 188 24 19 2 37 1 5 2 46

Jabatan Fungsional

Perekayasa Peneliti Perencana Arsiparis Teknisi Litkayasa Analisis Kepegawaian Analisis Kebijakan Pranata Humas Fungsional Umum

(35)

28 1.2.2. Permasalahan

Dalam menlaksanakan tugas dan fungsinya, Kedeputian PKT masih menghadapi sejumlah permasalahan mendasar yang mengakibatkan belum maksimal-nya produk-produk capaian Kedeputian PKT bisa dimanfaatkan (impact) oleh para pengguna. Pelaksanaan 7 peran BPPT khususnya peran-peran yang relevan dengan Kedeputian PKT mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan proses tersebut. Adapun permasalahan yang teridentifikasi antara lain adalah sebagai berikut.

• Belum optimalnya sinergi antar Kedeputian di BPPT karena masih berlangsungnya praktek tumpang tindih pelaksanaan kegiatan/program.

• Kurangnya kolaborasi Kedeputian PKT dengan Lembaga komersialisasi/Investor atau industri strategis

• Masih kurangnya dukungan kebijakan/regulasi sektoral dalam rangka mendukung aktivitas litbangjirap dan pemanfaatan hasil teknologi karya BPPT di dalam negeri

Struktur komposisi usia pegawai masih berupa piramida terbalik, sebagian besar pegawai berusia matang, dan menjelang pensiun. Peningkatan kapasitas SDM masih diperlukan agar mampu mengikuti perkembangan global dengan merekrut pegawai usia muda yang potensial.

(36)

29

BAB 2

VISI, MISI DAN TUJUAN

2.1. Visi

Visi Kedeputian PKT diturunkan dari visi besar BPPT yaitu :

“Menjadi lembaga terdepan dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”.

Karenanya, Visi Kedeputian PKT adalah sebagai berikut :

Menjadi kedeputian terdepan dalam pengkajian kebijakan teknologi untuk mewujudkan BPPT sebagai lembaga terdepan dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas

2.2. Misi

Upaya-upaya untuk mewujudkan Visi Kedeputian PKT tersebut dilaksanakan melalui dua misi berikut :

1. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif, kepada Kepala BPPT dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan tugas dan fungsi pengkajian dan penerapan teknologi;

2.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana Kedeputian

PKT

2.3. Tujuan

Pencapaian tujuan organisasi Kedeputian PKT direalisasikan melalui organisasi Kedeputian PKT yang memiliki tugas dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut: a. Tugas

Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian kebijakan teknologi

.

(37)

30 b. Fungsi

Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologimenyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknispelaksanaandi bidang kebijakan teknologi;

2. Pelaksanaan kegiatan kebijakankawasan spesifikdan sistem inovasi, kebijakan industri proses dan energi, kebijakan industri manufaktur, telematika, dan elektronika, serta kebijakan sistem audit teknologi;

3. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang kebijakan teknologi; 4. Pembinaan dan pemberian bimbingan di bidang kebijakan teknologi; dan 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala.

2.4. Tujuan dan Sasaran Strategis

Tujuan dan Sasaran disusun berdasarkan prinsip cascading dari tingkat lembaga BPPT sampai dengan Kedeputian PKT (Gambar 2.1). Tujuan dan sasaran strategis direncanakan untuk tingkat lembaga, yaitu tujuan dan sasaran strategis BPPT. Karenanya, sasaran strategis merupakan dampak/impact yang akan dihasilkan oleh BPPT selama kurun waktu 5 tahun ke depan. Sasaran strategis BPPT diturunkan menjadi tujuan program di tingkat kedeputian berikut sasaran programnya. Untuk kedeputian PKT, sasaran program kedeputian PKT merupakan outcome kedeputian PKT dan berpotensi akan menghasilkan impac di tingkat BPPT. Sedangkan sasaran program selanjutnya diturunkan menjadi tujuan kegiatan berikut sasaran kegiatan di unit kerja. Pada tingkat unit kerja akan menghasilkan output/keluaran yang bisa berpotensi menghasilkan outcome.

Gambar 2.1 Cascading Struktur Kinerja

Tujuan (T) Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Tujuan Program (TP) Sasaran Program (SP) Indikator Kinerja Program (IKP) Tujuan Unit (TU) Sasaran Kegiatan (Output) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

(38)

31 2.4.1. Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT

Sesuai dengan Visi dan Misi sebagai lembaga pengkajian dan penerapan teknologi, BPPT menetapkan Tujuan dan Sasaran Strategis Lembaga sebagai berikut Tujuan Strategis :

1. Menghasilkan rekomendasi kebijakan di bidang teknologi sebagai landasan pembangunan nasional

2. Menghasilkan inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas pembangunan nasional

3. Meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik akuntabel, dan dinamis melalui transformasi digital

Sasaran Strategis :

1. Termanfaatkannya rekomendasi teknologi 2. Termanfaatkannya inovasi teknologi 3. Termanfaatkannya layanan teknologi

4. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik akuntabel, dan dinamis melalui transformasi digital

Formulasi tujuan (T) dan sasaran strategis (SS) beserta indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) diberikan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT

Tujuan Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran

Strategis (IKSS) Satuan

T T1 Menghasilkan Rekomendasi Kebijakan Di Bidang Teknologi Sebagai Landasan Pembangunan Nasional SS1 Termanfaatkannya Rekomendasi Teknologi IKSS 1.1 Jumlah Rekomendasi Teknologi yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna Rekomendasi IKSS 1.2 Jumlah Rekomendasi Teknis yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna Rekomendasi IKSS 1.3 Jumlah Rekomendasi Kliring Teknologi yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna Rekomendasi

(39)

32 Tujuan Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran

Strategis (IKSS) Satuan

IKSS 1.4 Jumlah Rekomendasi Audit Teknologi yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna Rekomendasi T T2 Menghasilkan Inovasi Teknologi, untuk Peningkatan Produktivitas Pembangunan Nasional SS2 Termanfaatkannya Inovasi Teknologi IKSS 2.1 Jumlah Inovasi Teknologi yang termanfaatkan Oleh Industri/Pengguna Inovasi Teknologi Inovasi Teknologi SS3 Termanfaatkannya Layanan Teknologi IKSS 3.1

Jumlah Layanan Alih Teknologii Layanan IKSS 3.2 Jumlah Layanan Difusi Teknologi Layanan IKSS 3.3 Jumlah Layanan Intrermediasi Teknologi Layanan IKSS 3.4 Jumlah Layanan Komersialisasi Teknologi Layanan IKSS 3.5 Kualitas Layanan Teknologi Indeks Kepuasan Masyarakat 3 T3 Meningkatnya Tatakelola Pemerintahan yang Baik Akuntabel, dan Dinamis Melalui Transformasi Digital SS4 Terwujudnya Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Akuntabel, dan Dinamis Melalui Transformasi Digital IKSS 4.1 Opini Penilaian Laporan Keuangan Oleh BPK Opini BPK IKSS 4.2 Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Nilai LAKIP IKSS 4.3 Keterbukaan Informasi Publik Kategori IKSS 4.4 Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan Publik (IPKP) Indeks (1 – 10) IKSS 4.5

Jumlah Unit yang Berpredikat WBK

Jumlah Satker IKSS

4.6

Jumlah Unit yang Berpredikat WBBM Jumlah Satker IKSS 4.7 Indeks Reformasi Birokrasi Indeks RB IKSS 4.8 Kualitas Pengelolaan Arsip Indeks (1–100) IKSS 4.9 Kualitas Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa Indeks (1–100) IKSS 4.10 Kualitas Pengelolaan Keuangan IKPA (1-100) IKSS 4.11 Kualitas Pengelolaan Aset Indeks (1–100)

(40)

33 Tujuan Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran

Strategis (IKSS) Satuan

IKSS 4.12

Sistem Merit (Merit System)

Indeks (1 –4) IKSS

4.13

ASN Profesional Indeks (1–100) IKSS

4.14

Kualitas Perencanaan Indeks (1–100) IKSS

4.15

Maturitas SPIP Indeks (1 – 5) IKSS

4.16

Kapabilitas APIP Indeks (1 – 5) IKSS 4.17 Tingkat Kepatuhan Terhadap Standar Pelayanan Publik Indeks (1–100) IKSS 4.18

Indeks SPBE Indeks (1 – 5) IKSS

4.19

Jumlah Sarana dan Prasarana IPTEK Terakreditasi (KNAPPP) Jumlah Satker IKSS 4.20 Persentase Kualitas SDM IPTEK S3 Persentasi SDM IPTEK S3 IKSS 4.21 Indeks Kepuasan Masyarakat Indeks (1 – 4)

Adapun formulasi kontribusi Kedeputian PKT dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis lembaga BPPT 2020-2024 adalah sebagaimana pada Tabel 2.2 berikut.

(41)

34 Tabel 2.2. Formulasi SS, IKSS dan Target Kinerja BPPT dari Kedeputian PKT Tujuan :

T1. Menghasilkan Rekomendasi Kebijakan di Bidang Teknologi Sebagai Landasan Pembangunan Nasional

Sasaran Strategis IKSS Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024 SS1 Termanfaatkannya Rekomendasi Teknologi Jumlah Rekomendasi Teknologi yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna Rekomendasi Keterangan :

1. Rekomendasi Kebijakan Teknologi

2.4.2. Tujuan dan Sasaran Program Kedeputian PKT

Sasaran strategis BPPT ditejemahkan ke dalam tujuan program kedeputian. Karena itu, sasaran program Kedeputian PKT merupakanan penjabaran lebih detail dari tujuan BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Formulasi sasaran program, indikaor kinerja program (IKP) dan target kinerja kedeputian PKT dirangkum dalam Tabel 2.3 berikut ini.

(42)

35 Tabel 2.3. Formulasi Sasaran Program, IKP dan IKU Kedeputian PKT

Tujuan Sasaran Strategis

(SS) IKSS

Sasaran Program (SP)

Indikator Kinerja Program (IKP) T1 Menghasilkan Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi Sebagai Landasan Pembangunan Nasional SS1 Termanfaatkannya Rekomendasi Teknologi 1.1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional di Bidang Teknologi 1.1 Terwujudnya Rekomendasi Kebijakan Teknologi (L1) 1.1 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Teknologi yang Terwujud Satuan: Rekomendasi 1.2 Jumlah Rekomendasi Teknis yang termanfaatkan oleh Industri/Pengguna 1.2 Terwujudnya Rekomendasi Teknis di Bidang Bidang Kebijakan Teknologi (L1) 1.2 Jumlah Rekomendasi Teknis Bidang Kebijakan Teknologi yang Terwujud Satuan Rekomendasi 1.3 Jumlah Rekomendasi Kliring Teknologi yang Termanfaatkan oleh Industri/Pengguna 1.3 Terwujudnya Rekomendasi Kliring Teknologi di Bidang Kebijakan Teknologi (L1) 1.3 Jumlah Rekomendasi Kliring Teknologi Di Bidang Kebijakan

Teknologi yang Terwujud Satuan: Rekomendasi 1.4 Jumlah Rekomendasi Audit Teknologi yang Termanfaatkan oleh Industri/Pengguna 1.4 Terwujudnya Rekomendasi Audit Teknologi di Bidang Kebijakan Teknologi (L1) 1.4 Jumlah Rekomendasi Audit Teknologi Bidang Kebijakan Teknologi y nang Terwujud Satuan: Rekomendasi T2 Menghasilkan Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produktivitas Pembangunan Nasional SS2 Termanfaatkannya Inovasi Teknologi 2.1 Jumlah Inovasi Teknologi yang Termanfaatkan oleh Industri/ Pengguna Inovasi Teknologi 2.1 Terwujudnya Inovasi Teknologi di Bidang Kebijakan Teknologi (L1)

2.1 Jumlah Inovasi Teknologi di Bidang Kebijakan Teknologi yang Terwujud

SS3 Termanfaatkannya Layanan Teknologi 3.1 Jumlah layanan Alih Teknologi 3.1 Terwujudnya Layanan Audit

3.1 Jumlah Layanan Audit Teknologi

(43)

36 Tujuan Sasaran Strategis

(SS) IKSS

Sasaran Program (SP)

Indikator Kinerja Program (IKP) Teknologi, Kliring Teknologi, Alih Teknologi, Difusi Teknologi, Intermediasi Teknologi Dan Layanan Komersialisasi Teknologi Di Bidang Kebijakan Teknologi (L1) Satuan : Layanan 3.2 Jumlah layanan Difusi Teknologi

3.2 Jumlah Layanan Kliring Teknologi

Satuan : Layanan

3.3 Jumlah Layanan Alih Teknologi Satuan : Layanan 3.3 Jumlah layanan Intermediasi Teknologi

3.4 Jumlah Layanan Difusi Teknologi Satuan : Layanan 3.4 Jumlah Layanan Komersialisasi Teknologi 3.5 Jumlah Layanan Intermediasi Teknologi Satuan : Layanan 3.6 . Jumlah Layanan Komersialisasi Teknologi Satuan : Layanan 3.5 Indeks Kepuasan Masyarakat 3.2 Terwujudnya Kualitas Layanan Teknologi yang Berkualitas (L1) 3.7 Indeks Kepuasan Masyarakat Satuan : IKM

(44)

37 2.4.3. Keterkaitan dengan Program Nasional

Kedeputian PKT mendukung penuh program prioritas riset nasional maupun penugasanan nasional. Progtram-program tersebut di implementasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan di masing-masing unit kerja di Kedeputian PKT, antara lain di perlihatkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Keterkaitan Program Kedeputian PKT dengan Program Nasional

No Kegiatan Unit Kerja Keterangan

1 Kajian Rantai Pasok Bahan Baku Obat PPIPE Flagship Nasional 2 Kajian Makro Penyediaan Energi untuk

Charging Station

PPIPE Flagship Nasional

3 Pengembangan Ekosistem Inovasi untuk Peningkatan TKDN Industri Proses dan Energi

PPIPE Penugasan Nasional

4 Kajian Kliring Industri Proses dan Energi PPIPE Flagship Nasional 5 Kajian Klaster Industri dan Peningkatan TKDN

Charging Station

PPIMTE Penugasan Nasional

6 Penguatan Industri Sektor Manufaktur (PLTP, MALE, TEWS)

PPIMTE Flagship Nasional

7 Pendukung Inovasi Teknologi Sistem

Charging Station

PSAT Flagship Nasional

8 Kebijakan Sosial Budaya terhadap Rencana dan Implementasi INATEWS

PTKSSI Flagship Nasional

9 Riset Pasar dan Tekno Ekonomi Produk Kendaraan Berbasis Listrik (KBL) dan

Charging Station

(45)

38

BAB 3

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA

REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, pencapaian sasaran strategis serta mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, maka arah kebijakan BPPT pada tahun 2020 -2024 adalah sebagai berikut:

a. Penguatan kelembagaan dalam Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (Litbangjirap)

b. Pemberdayaan SDM (Human Capital Empowerment Program) c. Penguatan Inovasi dan Layanan Teknologi Flagship

d. Penguatan Peran BPPT dalam Kegiatan Penugasan Nasional

e. Efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam bentuk Digitalisasi Proses melalui penggunaan aplikasi yang mendukung proses pelaksanaan tugas antara lain: pengadaan barang dan pemeliharaan sarana prasarana, pelaksanaan reformasi birokrasi dan pembinaan SDM, sistem pengawasan, perencanan dan pelaksanaan kegiatan dan anggaran, layanan teknologi, layanan kehumasan kerjasama, dan perundangundangan, serta layanan perkantoran

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui: 1. Program

a. Semua kegiatan di BPPT terbagi menjadi 2 yaitu Flagship & Non Flagship; b. Prioritas Anggaran untuk kegiatan Flagship;

c. Flagship harus memenuhi kriteria yang di persyaratkan;

d. Seluruh kegiatan BPPT di dasarkan atas kebutuhan (Demand /Technological dan

Commercial Driven);

e. Kerjasama Strategis dengan Kementerian yang menjadi leading sektor terkait dengan program BPPT;

(46)

39

f. Kerja sama internasional termasuk terlibat aktif dalam International Joint Reserach programme.

2. Infrastruktur

a. Peningkatan fasilitas labotarium dalam mendukung penugasan nasional;

b. Peningkatan Laboratoria terakreditasi dan menjadi pusat unggulan IPTEK (PUI); c. Peningkatan pelayanan teknologi; d. Peningkatan peran Laboratoria BPPT

sebagai Lembaga Uji rujukan bagi Instansi Pemerintah maupun Swasta. 3. Sumber Daya Manusia

Upaya peningkatan kompetensi SDM IPTEK BPPT dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan pelatihan teknis, manajerial, dan sosiokultural. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk Tugas Belajar dan Program Pendidikan Berbasis Riset untuk Program Studi S2/S3 di perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri. Kebijakan pengembangan kompetensi SDM IPTEK BPPT melalui pendidikan sesuai Hasil keputusan Rapat Kerja BPPT Tahun 2019, Tahun 2024 komposisi PNS BPPT dengan latar belakang pendidikan S2 mencapai 40% dan komposisi PNS BPPT dengan latar belakang pendidikan S3 mencapai 15% dari total jumlah PNS BPPT . Target peningkatan kompetensi SDM IPTEK BPPT bertujuan untuk mendukung pengembangan IPTEK-Inovasi sebagaimana tercantum dalam pelaksanaan pembangunan Bidang IPTEK pada RPJMN ke-4 Tahun 2020- 2024. Sedangkan pelatihan teknis, manajerial, dan sosio-kultural yang direalisasikan dalam berbagai pelatihan didalam dan diluar negeri. Pelatihan teknis dilakukan untuk meningkatkan kompetensi teknis SDM IPTEK BPPT agar mampu melaksanakan tugas yang diberikan dalam kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi. Pelatihan manajerial dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manajerial SDM IPTEK BPPT dalam mengelola sumber daya organisasi secara optimal dalam rangka pencapaian target kinerja sesuai dengan tujuan BPPT yang ditetapkan. Sedangkan pelatihan kultural dilakukan untuk meningkatkan kemampuan sosio-kultural SDM IPTEK BPPT sehingga dapat membangun komunikasi yang kondusif dengan pemangku kepentingan BPPT sehingga terwujud jejaring kerja yang sinergis mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BPPT. Kebijakan pengembangan kompetensi SDM IPTEK BPPT tersebut dilakukan dengan fokus untuk mendukung pencapaian target kinerja pada berbagai kegiatan yang menjadi flagship BPPT.

Gambar

Tabel 1.1. Capaian Outcome dari PPIPE
Gambar 1.1. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PPIPE Tahun 2018
Tabel 1.2. Capaian Outcome dari PPIMTE
Gambar 1.6. Outcome Kedeputian PKT dari Kegiatan PSAT Tahun 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

kandungan etilen yang cukup tinggi dalam meningkatkan produksi lateks pada.

- Setelah dilakukan pembiusan, sterilisasi daerah operasi, dan pemasangan infus, hewan diangkat dengan seksama ke meja operasi oleh pembantu

sangatlah penting agar pengawasan kerja mudah dilaksanakan serta terciptanya suasana yang menyenangkan. Penataan ruang kantor secara efisien sangat berpengaruh besar terhadap

The development of Islamic economics in the world has begun to appear and maybe the Islamic economic principle will be able to shift the economic principles that exist today.In the

Grafik waktu rata-rata pencarian bubu modifikasi berdasarkan daerah pengoperasiannya memberikan perbedaan satu sama lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 32.. membutuhkan

Kajian dari penelitian ini hanya sebatas menganalisis ada tidaknya bakteri asam pada proses fermentasi tanpa melakukan identifikasi apakah merupakan bakteri asam laktat

Dari hasil penelitian yang dilakukan lansia dengan kelompok umur 75-90 tahun lebih produktif dari pada lansia kelompok umur 60-74 tahun.Hal tersebut bisa terjadi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode yang digunakan memenuhi persyaratan meliputi selektivitas, linieritas, LLOD , LLOQ , presisi, dan akurasi,