• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIK"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Konsep Pengembangan Model

“Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dalam penerapan

metode ilmiah”.1 Karena “penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan

secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi seperti observasi sistematis terkontrol, mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat

dengan fakta dan gejala yang ada”.2

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran di desain dalam bentuk tulisan yang menyajikan model-model latihan bosu ball pada panahan.

“Penelitian pengembangan (development research) merupakan penelitian yang dipergunakan untuk menciptakan produk baru dan atau mengembangkan produk yang telah ada berdasarkan analisis kebutuhan yang terdapat dilapangan (observasi, wawancara, kuisioner kebutuhan

awal)”.3

Contoh pengembangan dari bahan pengajaran adalah buku ajar, alat peraga, model latihan dan lain sebagainya. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori yang sudah

1

Ali Maksum. Metodologi Penelitian (Surabaya: Unesa University Press, 2012 ), h.16

2

Hamid Darmadi. Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h.24

3

James Tangkudung. Macam-macam Metodologi Penelitian Uraian dan Contohnya (Jakarta:Lensa Media Pustaka, 2016), h.7

(2)

ada, namun penelitian yang di dasarkan dari hasil uji lapangan yang hasilnya akan terus menerus di revisi untuk memperoleh capaian hasil terbaik.

Penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu penelitian dasar, terapan, evaluasi, pengembangan dan mendesak. Pembagian penelitian didasarkan pada fungsi dan penerapannya dalam pendidikan serta berapa lama hasilnya dapat digunakan yaitu penelitian dan pengembangan. Penelitian pengembangan menemukan Phatern, urutan pertumbuhan, perubahan dan terutama memiliki maksud untuk mengembangkan materi latihan dan bahan ajar. Contoh pengembangan dari bahan pengajaran adalah buku ajar, alat peraga, modul pembelajaran dan lain sebagainya. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori, akan tetapi apa yang dihasilkan di uji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan. Penelitian dan pengembangan

(Research and Development) menurut Borg & Gall adalah “suatu proses

yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan”.4

Penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) menurut

sugiyono menyatakan bahwa, “penelitian dan pengembangan merupakan

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut”.5

4

Borg. W. R & Gall, M. D, Educational Research: An Introduction, 4th Edition. (New York: Longman Inc, 2007), h. 589.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 297

(3)

Model dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Dengan kata lain model juga dapat dipandang sebagai upaya dan untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel

yang terdapat di dalam teori tersebut.6

Pada dasarnya model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Tetapi ada juga yang mengartikan bahwa model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya miniatur stadion gelora bung karno yang dipakai sebagai gambar stadion gelora bung karno sebenarnya. Dalam istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran.

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori, akan tetapi apa yang dihasilkan di uji dilapangan

kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan. Penelitian dan

pengembangan (Research and Development) menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Dari teori di atas model latihan dapat diartikan sebagai cara mengorganisasikan suasana latihan untuk mencapai tujuan dari latihan, model inilah yang nantinya akan dirancang dan dirumuskan dalam penelitian pengembangan menghasilkan sebuah produk berupa model latihan.

5

(4)

“Pengembangan model latihan merupakan hasil penelitian yang

berorientasi pada hasil pengembangan produk”.7

Jadi penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) dapat menghasilkan produk yang dapat diuji keefektifitasan dari produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) harus dilakukan dengan berurutan sesuai prosedur penelitian untuk mendapatkan produk yang di inginkan dan produk yang bisa di pertanggung jawabkan keilmiahanya.

Penelitian pengembangan merupakan suatu siklus yang diawali dari adanya suatu kebutuhan yang membutuhkan pemecahan masalah dengan menggunakan suatu produk tertentu untuk di uji tingkat ke efektifitasanya, dilanjutkan membuat produk pengembangan di uji produk pengembangan tersebut. Produk dievaluasi dan direvisi dari hasil uji coba. Dengan kata lain penelitian penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) menitik beratkan pada pengembangan produk yang telah ada untuk di revisi untuk menjadi lebih menarik sehingga nilai kebermanfaatanya bertambah.

Berdasarkan pengertian diatas dalam penelitian ini berusaha

mengembangkan model latihan bola bosu pada cabang olahraga panahan dalam mengembangkan sebuah model latihan diantaranya

7

Sugiyono, Motode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 297

(5)

1) Model Pengembangan Instruksional (MPI)

Model Pengembangan Instruksional (MPI) adalah seperti gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Tahapan MPI

Sumber: M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern2012, h.116 Tahap mengidentifikasi yang terdapat dalam gambar 1.1 jika diuraikan

menjadi tiga langkah sebagai berikut.8

(1) Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan

instruksional umum,

(2) Melakukan analisis instruksional,

(3) Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik.9

Tahap mengevaluasi dan merevisi dinyatakan sebagai berikut, menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi. Hasil akhir langkah kedelapan adalah sistem

8

M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.116.

9

M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.116 Implementasi, Evaluasi Sumatif dan difusi Inovasi

(6)

instruksional yang siap pakai. Di luar delapan langkah tersebut, MPI juga membahas secara singkat satu rangkaian tiga kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari desain instruksional, yaitu implementasi, evaluasi sumatif dan difusi inovasi.

Kelebihan dari model ini adalah, (a) analisisnya tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis, (b) uji coba yang berulangkali menyebabkan hasil sistem yang diperoleh dapat diandalkan (c) uji coba diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan, (d) kegiatan revisi dilaksanakan setelah diadakan tes formatif (e) penilaian ahli untuk validasi sudah nampak jelas. Kekurangannya adalah belum sampai ke tahapan penilaian sumatif.

2) Model Pengembangan IDI

Pengembangan instruksional model IDI (Instructional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan University Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).Model IDI ini telah dikembangkan dan diujicobakan pada negara-negara di Asia dan Eropa serta telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya, model-model ini juga menggunakan

(7)

model pendekatan sistim yang meliputi tiga tahapan, yakni; “1) Pembatasan

(define); 2) Pengembangan (develop); dan 3) Penilaian (evaluate)”,10

1) Pembatasan (define)

Dimulai dengan analisis kebutuhan atau yang disebut need assesment. Pada dasarnya need assesment ini berusaha menemukan suatu perbedaan (descrypancy) antara apa yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu diadakan prioritas mana yang didahulukan dan mana yang dikemudian.

2) Tahap Pengembangan

Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai perlu diidentifikasikan terlebih dahulu, baik tujuan instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives. TIK adalah penjabaran yang lebih rinci dari TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam pengembangan instruksional, disamping itu TIK perlu karena;

(a) Membantu peserta didik dan guru untuk memahami secara jelas apa-apa yang diharapkan sebagai hasil kegiatan instruksional; (b) TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan;

10

Ketut Agustini, Pengembangan Media Ajar Berteknologi Hypertext Untuk Perkuliahan

Komunikasi Data Dan Jaringan Komputer Berbasis Nilai Kearifan Lokal Konsep Subak, Disertasi, (Jakarta: UNJ, 2012), h. 31-33.

(8)

(c) TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan oleh peserta didik sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan.

3) Tahap penilaian

Tes uji coba; Setelah prototipe program instruksional tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus diadakan uji-coba.Uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk menentukan kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan keefektifan suatu program yang dikembangkan.

Dilihat dari langkah-langkah keseluruhan model ini, secara garis besar sudah memadai yang dimulai dari need assesment, terminal objectives dan evaluate. Namun kurang detail dalam setiap langkahnya dan kurang

sistematis serta belum melibatkan ahli dalam penilaian sehingga ada

kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan dan dihasilkan masih memiliki kekurangan/kesalahan.

3) Model Pengembangan ADDIE

“Model ini merupakan salah satu yang digunakan dalam

pengembangan model latihan yang diperhatikan tahap – tahap dasar desain

latihan yang sederhana, yang terdiri dari lima fase yaitu; (a) Analisis, (b)

Desain, (c) Development, (d) Implement, (e) Evaluation”11

.

(9)

Model ADDIE dapat digambarkan seperti gambar 2.2

Gambar 2.2 Model ADDIE

Sumber: Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, 2009, h. 1.

Tahapan Model ADDIE yaitu

a) Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). b) Design (desain/perencanaan) dalam tahapan perencanaan merumuskan

tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan Implement

Analyze

Design

Develog

(10)

realistic). Berikutnya menyusun tes, dalam menyusun tes harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media yang tepat, seharusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dan juga dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain.

c) Development (pengembangan) yaitu proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Tahapan ini merupakan bagian dari pengembangan model ADDIE.

d) Implementation (implementasi/eksekusi) yaitu pada tahapan

implementasi angka nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan dan di buat sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

e) Evaluation (evaluasi/ umpan balik) merupakan proses untuk melihat apakah model yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Dalam tahap evaluasi bisa dilaksanakan pada empat tahapan diatas namun Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

(11)

Dalam model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model pengembangan ADDIE adalah model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis. Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis. Namun model ini memiliki kekurangan, kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan.

4) Model Pengembangan Dick and Carey

“Model Pengembangan ini menggunakan model pendekatan sistem (system approach models) yaitu sebuah sistem prosedural yang bekerja dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan sebelumnya dan menghasilkan keluaran untuk tahap berikutnya, sehingga semua komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk memenuhi dan menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif”.12

Model tersebut dilengkapi dengan tahap evaluasi yang dapat membantu dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dan bagaimana cara untuk memperbaiki dan meningkatkannya. System approach models merupakan sebuah model yang digunakan untuk mendesain materi

12

Dick Walter, Lou Carey, dan James O. Carey,The Systematic Design of Instruction (Ohio: Pearson New Jersey Columbus, 2009), h. 3.

(12)

pembelajaran. Model yang dikemukakan memiliki komponen yang tidak selengkap model-model pengembangan yang lain, tetapi tersusun dari komponen-komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan proses dalam model ini mengacu pada Instructional Systems Development (ISD).

Komponen dalam system approach models (rancangan model pengembangan) menurut Dick and Carey terdiri dari 10 tahap, yakni:

(1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran (assess needs to ldentify goal(s))

(2) melaksanakan analisis pembelajaran (conduct instructional analysis) (3) mengidentifikasi karakter siswa (analyze learners and contexts) (4) merumuskan tujuan media (write performance objectives)

(5) mengembangkan referensi kriteria tes (develop assessment instruments)

(6) mengembangkan strategi pembelajaran (develop instructional strategy)

(7) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran (develop and select instructional materials)

(8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct the formative evaluation of instruction)

(13)

(10) melaksanakan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation)

Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp, tetapi ditambah komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.

(14)

Berikut gambar model pengembangan oleh Dick and Carey.

Gambar 2.3 Model Pengembangan Dick and Carey.

Sumber: Dick Walter, Lou Carey, and James O. Carey, The Systematic Design of Instruction 2009, h. 2

5. Model Pengembangan Borg and Gall

Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti tercantum pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.4 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) menurut Borg dan Gall13

13

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall, Educational Research: An Introduction, Eighth Edition. New York: Longman, 2005), h. 590. Research and Information collecting Planning Develop preliminary form of product Preliminary field testing Operational field testing Operational Product revision Main field testing Main product revision Dissemination and Implementation Final product revision

(15)

Selanjutnya, untuk dapat memahami tiap langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.

a) Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu

1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan?

2) Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada?

4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?

b) Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.

c) Riset skala kecil: Pengembangan sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.

(16)

2. Merencanakan Penelitian (Planning)

Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat

melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: a) merumuskan tujuan penelitian; b) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.

3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)

Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; c) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

4. Preliminary Field Testing

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a)melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.

5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan

(17)

produk awal ini, lebihbanyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.

6. Main Field Test

Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)melakukan uji efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain, pada umumnya,menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; c) Hasil uji lapanganadalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

7. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yanglebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil ujilapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan,karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanyakelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan padaevaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)

Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:a) melakukan ujiefektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji

(18)

lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yangdikembangkan.Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkatefektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil

penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat

diandalkan.

10. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)

Memberikan/menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui mediamassa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:

(a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,

(b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (c) uji lapangan,

(19)

Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,

a. penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan. b. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan

c. Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail sehingga terlihat kompleks.

Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama dikembangkan.

Dari model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg dan Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.

(20)

B. Konsep model yang dikembangkan

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa suatu model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Tentu saja semua mengacu pada bagaimana penyelenggaraan proses belajar dengan baik. Sebagai saran,

desain pembelajaran mengandung aspek bagaimana sebaiknya

pembelajaran diselenggarakan atau diciptakan melalui serangkaian prosedur serta penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, desain pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk suatu proses belajar

Model-model membantu untuk mengonsep representasi dari realitas. Sebuah model adalah representasi sederhana dari bentuk yang kompleks, proses, dan fungsi fenomena fisik dan ide, menyerdehanakan realitas yang terlalu kompleks untuk digambarkan. Karena banyak situasi yang unik pada situasi yang khusus, model membantu mengidentifikasikan apa yang umum dan berlaku pada beberapa situasi.

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung

(21)

diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu system kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) deskripsi suatu sistem yang mungkin imajiner; dan (6) penyajian data yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, konseptual, dan teoritik.Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.

“Model di artikan sebagai kerangka konseptual yang tidak sembarang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan, model dasar dipakai untuk menunjukkan model yang generik yang berarti umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model yang lebih lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih

baru”.14

Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empiris.

14

(22)

Beberapa pendapat tentang model yang telah di jelaskan dapat diartikan bahwa model adalah suatu gambaran yang bertujuan untuk memperjelas sesuatu. Model yang dimaksudkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah gambaran pola yang meliputi analisis, pengembangan, pembuatan materi, dan evaluasi dalam untuk mencapai tujuan keterampilan memanah pada cabang olahraga panahan, karena suatu latihan memerlukan bermacam-macam model latihan yang dapat membantu proses pencapaian latihan yang maksimal.

“Latihan mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

sikap”.15

Tingkah laku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapak diamati dan yang tidak diamati. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan behaviorial performance, sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behaviorial tendency.

“Sedangkan mengajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Tenaga pengajar berperan tidak hanya sekedar menyampaikan info kepada siswa saja tetapi tenaga pengajar juga harus berusaha agar siswa mau

latihan”.16

Karena mengajar sebagai upaya yang di sengaja, maka tenaga

15

Husdarta dan yudha M. Saputra, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), h.2.

16

(23)

pengajar terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan.

Menurut Philip Vickerman “Teaching is a reflective process, and requires you

to be a dynamic practitioner who is ready to constantly ask critical questions of what, why, where, how, and when teaching, learning and assessment should take place”.17

Pendapat Philip Vickerman dapat di artikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang mengharuskan kita semua menjadi praktisi yang mudah menyesuaikan diri dan terus menerus mengajukan pertanyaan kritis tentang apa, mengapa, dimana, bagaimana dan kapan ketika sedang mengajar, serta melakukan penilaian. Kegiatan latihan dan mengajar dapat diartikan dengan latihan. Menurut Joel A. Michael dan Harold I. Modell menyatakan bahwa:

“Meaningful learning is universally taken to be the goal of all education. This refers to the state in which the new material being learned is related to, or incorporated into, existing mental representations (models) of already learned material. When meaningful learning has occurred, when the learner's mental representations of knowledge are richly interconnected, both retention and retrieval of knowledge are facilitated”.18

“Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa latihan adalah proses interaksi siswa dengan

tenaga pengajar dan sumber latihan pada suatu lingkungan

17

Philip Vickerman, Teaching Physical Education to Children with Special Educational Needs (USA : Rouledge : 2007), h. 97

18

Joel A. Michael dan Harold I. Modell,Active Learning in Secondary and College Science

(24)

latihan”.19

Dengan demikian kegiatan latihan dapat di artikan sebagai interaksi yang terjadi antara tenaga pengajar dengan siswa, dosen dengan mahasiswa atau pengajar dengan pelatihan. Dalam kegiatan latihan di sekolah tenaga pengajar sebagai pendidik atau pengajar yang bertugas untuk memberikan materi kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagi penerima materi dari seorang tenaga pengajar.

Model adalah perbuatan yang kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan pengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Oleh karena itu dalam dunia pengajaran ada baiknya tenaga pengajar menggunakan suatu prototipe dari suatu teori atau model. Disebut model karena hanya merupakan garis besar atau pokok-pokok yang memerlukan pengembangan yang sangat situasional.

Model latihan dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kirikulum, mengatur materi latihan dan memberi petunjuk pada pengajar dalam proses latihan. Eilias M. Award menyatakan

bahwa “A models is a representation of real of planned system.”20

Maksud dari pernyataan tersebut adalah model sebagai suatu representasi dari suatu kenyataan system yang direncanakan.

19

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, ayat 20, h. 2

20

(25)

Model latihan merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang.Isi yang terkandung di dalam model latihan adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional.

Model latihan mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode ataupun prosedur latihan. Istilah model latihan mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode latihan: (1) Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik, (2) Tujuan latihan yang akan dicapai, (3) Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model latihan dapat dolaksanakan dengan optimal, (4) Lingkungan latihan yang diperlukan

agar tujuan latihan dapat dicapai.21

Model latihan kelincahan dikembangakan dengan mengacu kepada perkembangan fisik dan psikis atlet yang sudah mulai matang.Latar belakang kemampuan motorik dan pengalaman latihan serta pengetahuan.

Proses dari suatu latihan merupakan suatu dasar dari peningkatan efektifitas jasmani. Oleh karena itu kita harus terlebih dahulu mengerti dan memahami arti dari latihan. Latihan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ tubuh serat psikis pelakunya. Oleh sebab itu latihan yang dilakukan harus disusun dan dilaksanakan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Latihan dengan cara yang tidak

21

Husdarta, Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 2-3

(26)

tepat akan mempengaruhi perkembangan anak, baik secara fisiologi ataupun psikologis.

“Sukadiyanta mengemukakan bahwa latihan (practice) adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan

menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan

cabang olahraganya”.22

Harsono melihat bahwa, “latihan adalah suatu

proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban fisik, teknik, taktik dan mental yang harus

teratur, meningkat, bertahap dan berulang-rulang”.23 “Menurut James

Tangkudung, bahwa latihan merupakan proses yang berulang dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi yang

maksimal”.24

“Menurut Harre dalam Sukadiyanto menjelaskan bahwa latihan

(training) adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan

berolahraga dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat meningkatkan kesiapan

dan kemampuan olahragawan”.25

“Sedankangkan Lumintuarso berpendapat bahwa latihan pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu

22

Sukadiyanta, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Bandung; Lubuk Agung, 2012), h. 5

23

Harsono, Teori dan Metodologi Pelatihan (UPI: Bandung, 2006), h. 2

24

James Tangkudung, dan Wahyuningtyas Puspitorini Kepelatihan Olahraga “Pembinaan

Prestasi Olahraga” Edisi II, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2012), h. 7 25Sukadiyanto., op. cit., h, 6

(27)

individu dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotornya”.26

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses latihan yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dan beban latihan yang diberikan selalu meningkat setiap harinya.

Sistematis maksudnya bahwa pelatihan yang dilaksnakan secara teratur, berencana, sesuai jadual, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, berkesinambungan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang-ulang berarti bahwa gerakan yang dilakukan harus dilatih secara berBerulang-ulang- berulang-ulang agar gerakan yang dimaksud kelihatan sukar dan koordinasi yang masih rendah menjadi kian mudah. Otomatis dan refleksi pelaksnaannya. Demikian pula agar pola serta koordinasi gerak menjadi semakin halus sehingga semakin menghemat energi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pada hakikatnya kegiatan yang bertujuan membina dan menormalkan keadaan tubuh, pembentukan gerakan, pembinaan prestasi yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, ketahanan dan keterampilan dengan fase-fase pemanasan, latihan intI dan latihan penenangan sesuai dengan prinsip-prinsip latihan untuk mencapai ambang batas denyut nadi dan keterampilan cabang olahraga tertentu yang diprogramkan secara optimal. Setiap

26

(28)

perbedaan tujuan latihan yang akan dilakukan akan berbeda pula jenis latihannya.

Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal dan meskipun keadaan abstrak ideal tersebut adalah kenyataan yang kongkrit yang juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim, suatu model akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial.

Menurut James Tangkudung model merupakan sebuah tiruan, simulasi dari suatu kenyataan yang disusun dari suatu elemen-elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki oleh

seseorang. Hal ini juga merupakan isomorphs dari suatu

bayangan/gambaran yang diperoleh secara abstrak, yaitu suatu proses

mental pembuatan generalisasi dari contoh yang nyata “sama dengan

menggambarkan suasana pertandingan”.27 “Benny a pribadi menjelaskan

bahwa model adalah suatu yang menggambarkan adanya pola berfikir, sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling

berkaitan”.28

27

James Tangkudung, Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga”, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2006), h. 55-56

28

Benny a Pribadi, Langkah Penting Merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan

(29)

Pengembangan model merupakan rangkaian proses intensive yang berkaitan dengan model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan fondasi keilmuan yang kuat. Walaupun prosesnya memakan waktu, waktu akan digunakan dengan baik disebabkan oleh model latihan yang lebih baik, lebih mungkin untuk mencapai level penampilan yang lebih tinggi. “Model tersebut harus dievaluasi dan dimodifikasi secara kontinyu dalam melihat respon ilmu pengetahuan baru, level perkembangan atlet, dan pengukuran kemajuan atlet”.29

Berdasarkan hal tersebut maka model merupakan suatu bentuk tiruan dari aslinya dengan tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan memperhatikan faktor fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial atlet. Melalui model-model latihan ini atlet diberikan kebebasan dalam memilih model latihan yang dapat membantu dalam kegiatan latihan panahan. Dengan demikian model latihan merupakan cara atau variasi yang dilakukan guna mencapai tujuan perbaikan sistem organisasi dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraga.

29

Tudor O,Bompa, Periodization “Theory and Methodology of training”(New York University, Champaign: Human Kinetics Books,2009), h. 50-51

(30)

C. Kerangka Teoritik

1. Deskripsi Panahan

Panahan awalnya adalah alat berburu dan mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade. Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan. Keterampilan teknik untuk seseorang sangat penting karena apabila kemampuan pemanah dalam melakukan akurasi memanah dapat meningkatkan maka perasaan akan gerakan ini akan disimpan dalam memorinya, ini akan berpengaruh pada potensi penampilan pemanah dalam berkonsentrasi selama latihan/pertandingan berlangsung. Gerakan ini adalah pengetahuan tentang posisi tubuh dalam ruang untuk memenuhi atau merasakan suatu ketepatan. Pengaturan jarak merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam tujuan olahraga yang terukur. Dimana pengaturan jarak bisa mengoptimalkan latihan dari yang mudah sampai dimana tingkat kesulitan pada jarak dapat dikuasai dengan baik dan benar.

Pemanah harus mempunyai kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan mental yang tinggi, sehingga unsur-unsur seperti bentuk tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang pemanah dapat terbentuk. Dalam

(31)

menguasai suatu teknik yang baik dicabang olahraga panahan tidaklah mudah, dimana dalam pengusaannya tersebut bisa di dapat melalui proses latihan yang berkesinambungan. Dalam latihan seorang pemanah memerlukan pemahaman terhadap gerakan itu dan perlu pengulangan-pengulangan di setiap gerakan yang dilakukan.

Teknik memanah tidak sesederhana seperti apa yang terlihat yaitu, menarik dan melepas anak panah saja. Tetapi pemanah harus dapat melakukan gerakan memanah sesuai teknik yang benar, membidik sasaran dengan tepat. Berdasarkan pengamatan selama menjadi pemanah panahan dalam penguasaan teknik memanah masih ada beberapa pemanah yang

khususnya pemanah kurang baik, hal ini disebabkan karena belum benar –

benar matang dalam penguasaan teknik. Panahan membutuhkan

keterampilan teknik di setiap gerakan yang dilakukan. Pemanah harus mempunyai kesabaran, keuletan, konsentrasi, keajegan dan ketahanan mental yang tinggi.

Sehingga unsur-unsur seperti bentuk tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang pemanah dapat terbentuk. Dalam menguasai suatu teknik yang baik dan benar dalam cabang olahraga panahan tidaklah mudah, dimana dalam pengusaannya tersebut bisa didapat melalui proses latihan yang

(32)

berkesinambungan, dalam latihan, “seorang pemanah memerlukan

pemahaman terhadap gerakan itu dan perlu pengulangan-pengulangan”30

.

2. Teknik Dasar Panahan

Bentuk teknik memanah yang tepat dan benar, sangat berkaitan erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak. Khususnya mengenai mekanika gerak yang terkait dalam panahan ada 2 (dua) poros/axis gerak, mengenai poros gerak dalam teknik memanah dapat jelaskan sebagai berikut :

a. Poros I / Axis I adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu garis lurus, lihat gambar dibawah ini :

Gambar 2.5 Poros I dengan poros tubuh lurus pada saat Full-Draw

30Kisik Lee and Robert de Bondt., Total Archery (Samick Sports CO.,LTD, 2005), h. 144

(33)

Gambar 2.6 Poros I dengan poros tubuh lurus pada saat Pre-Draw Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 3 b. Poros II / Axis II adalah posisi panah dan lengan penarik (draw hand)

satu garis lurus, lihat gambar dibawah ini :

Gambar 2.7 Poros II pada saat tarikan penuh dilihat dari atas. Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 4 Secara garis besar teknik memanah terbagi dalam 12 langkah, yaitu : (1) Stance (posisi/sikap berdiri), (2) Nocking (memasang anak panah pada tali string), (3) Hooking and Gripping (menyiapkan jari penarik dan posisi grip), (4) Mindset (konsentrasi kearah sasaran), (5) Set-up (pra tarikan penuh), (6) Drawing (tarikan penuh), (7) Anchoring (menjangkarkan tangan penarik pada posisi dibawah dagu pemanah), (8) Loading/Transfer to Holding

(34)

(transfer tenaga tarikan), (9) Aiming & Expansion (membidik kearah sasaran), (10) Release (melepaskan tali dan panah), (11) Follow-through (gerak lanjutan), (12) Feedback (umpan balik).

Ke dua belas urutan teknik diatas dapat disimpulkan kedalam 3 tahapan urutan, yaitu :

1. Tahap I terdiri dari (stance) sikap berdiri, (nocking) memasang anak panah, (hooking and gripping) menyiapkan jari penarik dan posisi grip, dan (mindset) konsentrasi kearah sasaran.

2. Tahap II terdiri dari (set-up) pra tarikan penuh, (drawing) tarikan penuh, (anchoring) menjangkarkan tangan penarik, (loading/transfer to holding) transfer tenaga tarikan.

3. Tahap III terdiri dari Aiming & Expansion (membidik), Release (melepaskan tali/panah), Follow-through (gerak lanjutan), Feedback (umpan balik).

Penjelasan lebih lanjut tentang teknik memanah adalah pada bagian berikut ini :

a. Sikap/Cara berdiri (Stance)

Sikap/posisi berdiri yang dimaksud disini adalah berdiri dengan posisi terbuka (open stance) dengan membuka posisi kaki bagian kiri kira-kira 30-40 derajat dengan pembagian berat badan 60-70% pada bagian tumit dan 40-30% pada kaki bagian depan.

(35)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Jarak antara kedua kaki selebar bahu b. Kedua lutut harus rileks

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 2.8 Posisi berdiri (Square dan open stance)

Sumber : Graeme Jeffrey.,The 10 steps (Copyright © Centenary Archers club., 2006), h,2.

a. Nocking (Memasang anak panah)

Adalah gerakan menempatkan atau memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan menempatkan gandar (shaft) pada sandaran panah (arrow rest). Kemudian diikuti dengan menempatkan jari-jari penarik pada tali dan siap menarik tali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

(36)

1. Bulu indeks menjahui sisi jendela busur

2. Ekor anak panah benar-benar masuk tali. Perlu diperhatikan agar nocking point benar-benar pas dengan nock. Nocking point yang terlalu besar atau longgar akan menyebabkan terganggunya terbang anak panah.

Gambar 2.9 Posisi Memasang Anak Panah Pada Tali String

Sumber: Graeme Jeffrey., The 10 steps (Copyright © Centenary Archers club., 2006), h. 3.

a. Gripping the bow and Hooking the string (memegang busur dan memposisikan jari pada tali string).

Tali harus diposisikan pada ruas jari paling atas yang dimana dalam pengambilan posisi tidak boleh terlalu dalam atau pun keluar. Sangat dianjurkan bahwa penempatan posisi jari harus tepat berada diruas pertama/paling atas karena hal ini akan memudahkan saat proses pelepasan

(37)

tali. “Jika posisi tali diambil terlalu dalam maka yang akan terjadi pada saat pelepasan adalah hambatan yang besar dan sebaliknya jika posisi penempatan tali ditempatkan pada ujung jari (finger tip) maka hal ini akan

melemahkan posisi hooking”31

.

Gambar 2.10 Gripping the bow (memegang busur). Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), p. 10

Gambar 2.11 Hooking the string (memposisikan jari pada tali string). Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 21

31

(38)

b. Mindset

Pola pikir positif, kondisi fisik, teknik dan mental merupakan poin-poin terpenting dari penampilan seorang pemanah. Dalam melatih unsur konsentrasi kita harus melakukan pengulangan sebanyak mungkin, dan dalam melatihnya seorang pemanah harus berada dalam kondisi relaks dan fokus pada tujuan yang mereka inginkan.

Gambar 2.12 Mindset

Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 37

c. Set-up

Set-up adalah gerakan mengangkat lengan penahan busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik siap untuk menarik tali busur. Beberapa hal yang mesti diperhatikan adalah :

(39)

1) Lengan penahan busur harus rileks sedangkan siku lengan penarik setinggi mata dan siap untuk menarik.

2) Tali sudah dalam keadaan tertarik sedikit

3) Tali ditarik oleh tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, serta jari manis). Jari telunjuk diatas ekor panah dan jari tengah serta jari manis di bawah ekor anak panah.

4) Tali ditempatkan pada ruas jari pertama

5) Tekanan busur terhadap telapak tangan penahan busur di tengah-tengah titik Y, yang dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur).

Gambar 2.13 Set Up (Posisi pra tarikan busur).

Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 21

d. Drawing (Menarik Tali)

Drawing atau menarik adalah gerakan menarik tali busur (string) pada posisi pre-daw (pra tarikan) kemudian dilanjutkan menarik tali busur tersebut

(40)

(string) sampai menyentuh bagian hidung, dagu, dan bibir. Setelah tali busur telah ditarik penuh kemudian dilanjutkan dengan menjangkarkan (anchoring) tangan penarik tali di bawah dagu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tali harus ditarik pada lintasannya lurus sampai ke dagu, posisi kepala tidak boleh berubah (diam). Tali yang mendekati dagu atau kepala, tidak boleh kepala yang bergerak maju mendekati tali.

2) Gerakan menarik terdiri dari fase pre-draw, tarikan pertama/utama (the primary draw) dan tarikan kedua (the secondary draw).

3) Gunakan otot-otot belakang bahu untuk menarik tali busur, otot-otot tersebut adalah : M. Deltoideus posterior, M. Teres Major, M. Rhomboideus Major dan M. Trapezius.

Gambar 2.14 Drawing (menarik tali busur)

(41)

e. Anchoring (Menjangkarkan tangan penarik tali)

Anchoring adalah gerakan menjangkarkan tangan penarik pada bagian dagu. Beberapa hal yang harus diperhatikan :

1) Tempat penjangkaran tangan penarik tali harus tetap sama (ajeg) dan kokoh menempel dibawah dagu.

2) Penjangkaran tangan penarik tali harus memungkinkan terlihatnya bayangan tali pada busur (string alignment).

3) Penjangkaran ini harus sedemikian rupa, sehingga poros II bisa dicapai.

4) Jenis penjangkaran antara lain adalah :

a. Penjangkaran di tengah. Pada jenis penjangkaran ini tali menyentuh bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

b. Penjangkaran disisi/samping. Pada jenis ini tali menyentuh bagian samping dagu, bibir, dan hidung, serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

(42)

Gambar 2.15 Anchoring (penjangkaran)

Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 81

f. Transfer/Loading to Holding

Transfer/loading adalah suatu keadaan menahan sikap memanah beberapa saat setelah penjangkaran dan sebelum anak panah dilepas. Pada saat ini otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi agar sikap memanah tidak berubah dan bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan kearah sasaran.

(43)

Gambar 2.16 Transfer/Loading to Holding (Menahan sikap memanah) Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 81

g. Breathing (Pernafasan)

Pada saat pemanah hendak mengangkat kemudian menarik busur maka pemanah tersebut harus mengambil nafas yang dimana pada saat sampai pada proses transfer/loading si pemanah ini melepaskannya secara perlahan sehingga posisi paru-paru bagian dalam kembali pada keadaan sebelum menarik nafas.

h. Aiming and expansion (Membidik)

Membidik adalah gerakan mengarahkan atau menempatkan titik alat pembidik (fisir) pada sasaran/titik sasaran. Pada saat membidik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Sikap memanah harus dipertahankan (lihat transfer/loading). 2. String alignment harus tetap (bayangan tali pada busur). 3. Jangan membidik terlalu lama.

(44)

Dari hasil pengamatan pada setiap kejuaraan dunia dan Nasional, para juara rata-rata hanya memerlukan waktu 3-4 detik sejak anchoring (penjangkaran) sampai melepaskan anak panah.

Gambar 2.17 Aiming and expansion (Membidik)

Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 156 i. Release (Melepaskan anak panah)

“Release adalah gerakan melepaskan tali busur dengan cara merilekskan jari-jari penarik tali. Setelah tali busur dilepas, maka anak panah akan terlontar kedepan. Release yang baik akan menyebabkan terbangnya

anak panah mulus”32

32

(45)

Gambar 2.18 Release (Melepaskan anak panah)

Sumber : Kim,Hyung Tak., Archery (Crapas CO.,LTD, 2005), h. 88

3. Peralatan Olahraga Panahan

Dalam olahraga panahan, sudah banyak yang tahu peralatan apa yang harus dipakai guna berlatih panahan, ada yang bernama busur, anak panah, target atau sasaran, dan aksesoris lainnya untuk keselamatan dalam berlatih.

a. Busur

“Busur adalah alat yang dipergunakan untuk memantulkan anak panah

untuk mengenai sasaran”33

. Panah (atau Busur Panah) dikategorikan sebagai sebuah senjata yang cara menggunakannya dengan menembakkan anak panah yang dibantu oleh kekuatan elastisitas dari panah itu sendiri. Biasanya senjata ini digunakan untuk berburu dan pada masa lalu sebagai salah satu

33

(46)

peralatan perang. Selain itu panah juga digunakan sebagai alat utama dalam olaharaga panahan

Gambar 2.19 Busur

Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 4

Busur terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah : 1. Bagian pegangan (handle section/riser).

2. Dahan busur atas (Upper Limb) 3. Dahan busur bawah (Lower Limb) 4. Tali busur (bow string)

5. Lilitan tengah (serving)

6. Pembatas nock/ekor panah (nock locator) 7. Lilitan ujung

8. Tempat pegangan (grip) 9. Alat pembidik (visir/sighter) 10. Klicker

11. Tempat sandaran panah (arrow rest) 12. Stabilisator pendek (short)

13. Torque flight compensator (TFC) 14. Stabilisator panjang (long)

15. Ukuran busur34

34

Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 4

(47)

b. Anak Panah

Anak Panah adalah sebuah proyektil tajam yang digunakan untuk menembak dengan menggunakan busur sebagai pemicunya.

Gambar 3.20 Anak Panah

Sumber: Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h.6

Bagian – bagian panah adalah sebagai berikut: 1. Point

2. Shaft 3. cresting 4. Vane 5. Nock35

c. Pelindung Lengan (Arm guard)

Dipergunakan untuk melindungi lengan daripada tali busur pada waktu melepaskan anak panah dari busur.

35Anthony Camera. Op. Cit., h. 6

(48)

Gambar 2.21 Pelindung Lengan

Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010). h. 18

d. Pelindung Jari (finger tab)

Alat yang dibuat dari kulit untuk melindungi jari-jari telunjuk, tengah dan jari manis pada waktu menarik busur.

Gambar 2.22 : Pelindung Jari

Sumber : Anthony Camera, shooting the stick bow (Usa : Virtual book worm. com publishing,2010), h. 18

(49)

e. Target Face

Gambar 3.3 : Target Face

Sumber: PERPANI. Peraturan Lomba Panahan Ronde Nasional. (Jakarta), h. 8.

“Target atau sasaran adalah yang dipergunakan sebagai sasaran

untuk memanah”36

. Dalam buku Peraturan Lomba Panahan Ronde Nasional dijelaskan bahwa penilaian perkenaan anak panah sebagai berikut :

1. KUNING : a. daerah bagian dalam =10

b. daerah bagian luar = 9

2. MERAH : a. daerah bagian dalam = 8

b. daerah bagian luar = 7

3. BIRU MUDA : a. daerah bagian dalam = 637.

Target face yang digunakan dalam panahan berbeda – beda

tergantung pada ronde yang digunakan. Ronde Nasional (Perpani) jarak 50

36

Aif Syariffudin. Op.cit, h. 287-295.

37

(50)

meter dan 40 meter target face ukuran 80 cm 5 ring dan jarak 30 meter ukuran target face 80 cm 6 ring, dan Ronde FITA 122 cm untuk jarak 90. 70 dan 60 meter, sedangkan untuk jarak 50. 40 meter target face ukuran 80 cm 5 ring dan 30 meter ukuran target face 80 cm 6 ring, digunakan Ronde Nasional dengan ukuran target face 80 cm.

4. Latihan 1. Teknik 2. Fisik

a. Strength secara fisiologis kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban.

b. Endurance daya tahan jantung dan paru adalah kesanggupan

system jantung, paru – paru dan pembuluh darah untuk berfungsi

secara optimal saat melakukan aktifitas sehari – hari, dalam waktu cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

c. Speed kemampuan berpindah dari satu tempat ketempat yang lain dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.

d. Balance kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara cepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance).

(51)

e. Flexibilitas kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal.

f. Power gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan

gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum38.

“Menurut Sofyan Hanif perlu diketahui komponen-komponen apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi cabang olahraga yang di tekuni komponen komponen itu adalah daya tahan, kekuatan,

kecepatan, kelincahan, power, keseimbangan, koordinasi, akurasi”39

. Penampilan terbaik ketika berlaga tentunya tidak di peroleh dengan mudah tentunya di perlukan proses yang panjangan melalui berbagai macam

proses latihan yang panjang. “Menurut Tangkudung latihan adalah

merupakan proses yang berulang guna meningkatkan potensi dalam rangka

mencapai hasil yang maksimal”.40

Suatu kegiatan yang berulang ditujukan untuk memperoleh gerakan baik dengan tujuan gerakan tersebut bisa secara

otomatis. “Menurut Junjungan dalam dwiyogo segala daya upaya untuk

meningkatkan secara menyeluruh baik kesegaran jasmani maupun kondisi

fisik seorang atlet”.41

Dari pendapat tersebut dapat di sederhanaan bahwa latian merukana suatu bentuk usaha meningkatkat kondisi fisik secara

38

Widiastuti, Tes dan Pengukuran Olahraga (Jakarta : Percetakan “Jakarta” Cetakan Pertama 2011), h 15

39

Achmad Sofyan HAnif, Kepelatihan Dasar Sepak Takraw, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2015), h. 141

40

James Tangkudung, Kepelatihan Olahraga “Pembinaan Prestasi Olahraga”, (Jakarta; Cerdas Jaya, 2006), h. 69

41

Wasis D. Dwiyoga. Pembelajaran pengetahuan kesegaran Jasmani. (Malang: UM Wineka Media), 2003, h. 63

(52)

menyeluruh sesuai dengan tujuan tertentu. Menurut Sukadiyanto dan dangsina menyatakan bahwa

“Tujuan latian secara umum adalah untuk membantu para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan secara konseptual serta ketrampilan dalam membantu mengungkapkan potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.

Sedangkan sasaran latian secara umum adalah untuk

meningkatkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam

mencapai puncak prestasi”.42

Tujuan latian yang di maksud adalah mempersiapkan apa yang akan menjadi tujuan diadakan latian. Dari pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa latihan adalah proses peningkatan kondisi fisik dengan aktivitas fisik secara menyeluruh yang di lakukan secara berulang-ulang guna mencapai puncak prestasi.

Berlatih tentunya tidak mengindahkan prinsip sebuah latihan. prinsip

latihan menurut bompa dalam Tangkudung dan wahyuningtyas melitputi; “(1)

prinsip aktif, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi, (5) prinsip variasi latihan (6) prinsip model dalam

proses latihan, (7) prinsip overload atau penambahan beban latihan”.43

Penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya

memperhatikan prinsip – prinsip (a) multilateral, (b) spesialisasi, (c) individual,

42

Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik (Bandung: Lubuk Agung, 2011), h. 8

(53)

(d) beban berlebih, (e) memperhitungkan perbedaan genere, (f) variasi latihan, (g) pengembangan model latihan.

a) Multilateral

“Menurut Lubis Prinsip multirateral adalah pengembangan fisik secara keseluruhan, pengembangan rencana ini sangat penting selama tahap awal

pengembangan atlet”.44

Latihan multirateral ini adalah latian yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan tahapan dasar perkembangan anak guna mempersiapkan latian pengembangan atlet pemula.

Multirateral bertujuan untuk “menurut Bompa dalam Milsydayu dan

Kurniawan menyebutkan bahwa orang orang eropa timur, dimana sekolah mengembangkan keterampilan pokok seperti lari, jalan, lompat, lempar,

tangkap, berguling, dan menjaga keseimbangan”.45

Multirateral multirateral juga mengembangakan keterampilan pokok dasar yang harus di maksimalkan atlet seperti berjalan berjalan, berlari berlumpat, lempar, tangkap dll. Jadi pembinaan multirateral ini sangatlah penting untuk dilakukan mengingat pembinaan multirateral yang menyeluruh kepada aspek-aspek perkembangan motorik sehingga anak akan siap beradaptasi dengan pola

44

Johansyah lubis, Panduan Praktis Penyusunan Program Latihan (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013), h.12

45

Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan, Imu kepelatihan Dasar (Bandung: Alfabeta), 2015, h. 148

(54)

latian yang akan di hadapi guna menuju prestasi puncak di setiap cabang cabang yang di minati.

b) Spesialisasi

Latihan dilakukan untuk memenuhi tujuan pencapaian prestasi yang di dahului pengembangan multirateral dan dilanjutkan ke spesialisasi. Menurut Lubis Spesialisasi adalah latihan yang langsung dilakukan dilapangan. Sebagai contoh latihan daya tahan dapat merangsang kemampuan adaptasi

cardiorespirasi. “Sebaliknya latihan pembebanan yang dilakukan

menghasilkan kontraksi otot, sistem saraf otot dan bioenergik”.46

Spesialisasi adalah tahap kedua setelah pembinaan atlet secara menyeluruh. Spesialisasi bertujuan membentuk atau mengembangkan kondisi tubuh tertentu agar bisa mencapai tujuan gerakan tertentu dalam sebuah olahraga. Sedangkan

“Menurut Tangkudung pengembangan spesialisasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, sebab menuju kearah fisik, teknis, taktis dan adaptasi

psikologi yang kompleks”.47

Spesialisasi adalah pengembangan secara lebih khusus karena mengarah kearah lingkup micro seperti fisik secara kompleks, dalam segi gerakan yang di inginkan, masalah dalam pelaksanaan pertandingan atau permainan, dan mengarah kearah mental atlet tersebut.

46

Johansyah lubis, op. cit., h. 14

47

(55)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan spesialisasi daah penembangan yang lebih kearah lingkup yang spesifik dan kompleks berdasarkan tujuan prestasi di cabang tersebut.

c) Individual

Menurut Tangkudung karakteristik individual pada intinya memahami

keterbatasan dan kekuatan individual.48 Prinsip individual di gunakan pelatih

untuk memahami keterbatasan-keterbatasan atlet dalam melaksaakan program yang dibuat pelatih dan kekuatan yang bisa di maksimalkan potensinya. “sedangkan menurut Mylsidayu dan kurniawan Individual adalah syarat latihan sepanjang masa. Syarat individual yang harus di pertimbangkan oleh pelatih adalah kemampuan atlet, potensi, dan

karakteristik pelatihan dan kecabangan atlet”.49

Tanpa mengetahui prinsip individual pelatih tidak akan pernah bisa memaksimakan kemampuan atlet, potensi mana yang harus di kembangkan dari atlet tersebut, metode melatih apa yang cocok untuk melatih alet dan cabang apa yang harus atlet tersebut kuasai. Jadi dapat di simpulkan prinsip individual.

d) Beban berlebih (over load)

Beban berlebih (over load) adalah penerapan pembebanan latihan yang semakin hari semakin meningkat, yang artinya pembebanan yang

48

Ibid, h. 14 49

(56)

diberikan melebihi yang dapat dilakukan saat itu. “Beban tersebut akan menimbulkan respon awal tubuh berupa kelelahan bila pembebanan

dihentikan maka akan terjadi proses pemulihan (recovery)”.50 Pembebanan

dalam latihan di perlukan agar tubuh dapat memeperoleh adaptasi yang baik dalam penampilan gerak.

e) Memperhitungkan perbedaan gender

“Membedakan kelompok berdasarkan jenis kelamin karena perbedaan gender berhubungan dengan faktor anatomical, biomekanika dan

kemampuan kinerja”.51

Memperhitungkan perbedaan gender tentunya berbicara faktor anatomi tubuh, faktor bimekanika gerakan berdasarkan

bentuk tubuh dan kemampuan atlet saat menampilkan gerakan. “Masa pra

remaja anatara laki – laki dan perempuan sangat serupa pada tinggi, lingkar

tubuh, berat, kepadatan tulang dan ketebalan lemak”.52

Anatomi tubuh dalam

perbedaan gender adalah faktor utama dalam pertimbangan.

Memperhitungkan gender penting untuk memberikan program latihan antara perempuan dan laki – laki.

50

Johansyah lubis, op. cit., h. 14

51

Johansah Lubis, op. cit., h. 18

52

(57)

5. Bola Bosu

“Bosu "Latihan Keseimbangan adalah salah satu dari sejumlah produk pelatihan keseimbangan bola Bosu. Bosu ini memiliki ukuran 25 inci diameter. Melekat pada alas lantai. Disarankan bahwa bola bosu akan mengembang dengan kerapatan cukup kuat dan mengembang dari sekitar 8 sampai 10 inci dari lantai. Dua pegangan tersembunyi di bagian bawah dan ke sisi lantai membuatnya mudah untuk memakai atau membawa bola bosu". Pemprograman Bosu itu terkait dirancang untuk melatih keseimbangan fungsinya dalam kemampuan gerakan terpadu. Produk bosu ini merancang keseimbangan yang unik. stabilitas inti. Dan perangkat pelatihan proprioseptif yang terintegrasi dengan baik dengan semua jenis peralatan pelatihan kebugaran.

Hal ini dapat saja sebagai alat pelatihan yang luar biasa, fungsinya bola bosu merancang keseimbangan dalam produk yang unik yang dapat membuat latihan keduanya menarik dan efektif bagi orang-orang terutama penggemar fitnes dan seorang atlet dan pelatih.

Bola Bosu adalah bola stabilitas keseimbangan yang unik. Bosu dapat meningkatkan dimensi ukuran dari 55cm ke 65cm bila dibandingkan dengan bola biasa. Bosu ini menstabilkan beban dinamis dalam menciptakan bola lebih stabil - yang tetap menempatkan ketika ditetapkan. Stabilitas ini meningkatkan fleksibilitas dari latihan dan resistensi ditambahkan memberikan pilihan untuk menantang latihan baru dan variasi pada gerakan

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan MPI
Gambar 2.2 Model ADDIE
Gambar 2.3 Model Pengembangan Dick and Carey.
Gambar 2.5 Poros I dengan poros tubuh lurus pada saat Full-Draw
+7

Referensi

Dokumen terkait

7 Pengkajian Sistem dan Usaha Agribisnis Berbasis Perkebunan Kelapa Spesifik Lokasi 8 Pengkajian Pengolahan Mangga Mendukung Pengembangan Agroindustri 9 Analisis

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mencoba mengangkat permasalahan tersebut kedalam karya ilmiah yang berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Neuron sensoris yang fungsinya untuk meneruskan rangsang dari penerima (reseptor) ke saraf pusat (otak). Neuron motoris yang berfungsi untuk meneruskan rangsang dari otak menuju

Obyek penelitian terdiri dari 51 jenis diklat yang dilaksanakan tahun 2006 – 2007 tentang tanggapan peserta terhadap pelaksanaan diklat yang telah diikutinya meliputi (1) pelayanan

bersifat preventif atau pengendalian internal untuk pencegahan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan dan bersifat detektif atau pengendalian internal

Selain itu program orientasi ini diikuti oleh perawat/ bidan senior yang mutasi dari lain yang belum pernah bekerja di rumah sakit ini guna memahami lingkungan Rumah Sakit

Dalam percobaan ketiga Radar mendeteksi 1 objek, tetapi dikarnakan objek didepan lebih kecil maka pendeteksian jarak terlihat berbeda pada sudut 129⁰ - 142⁰ radar.. 4)

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa anak-anak lebih rentan terhadap penyakit, dan dengan bantuan program imunisasi yang mencapai 80%, dapat menekan